Konsep Akhlak Guru Terhadap Murid Dalam Konteks Pendidikan Zaman Modern Perspektif Imam Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin.Skripsi - Test Repository

  

“KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM

KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT

PERSPEKTIF IMAM AL- GHOZALI DALAM KITAB IHYA’

ULUMUDDIN” SKRIPSI

  

Disusun untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

PRYDAR SAKTI INDRAWAN

  

NIM: 111-14-169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

“KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM

KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT

PERSPEKTIF IMAM AL- GHOZALI DALAM KITAB IHYA’

ULUMUDDIN” SKRIPSI

  

Disusun untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

PRYDAR SAKTI INDRAWAN

  

NIM: 111-14-169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018 Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd. Dosen IAIN Salatiga

  Persetujuan Pembimbing

  Lampiran : 4 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara: Nama : Prydar Sakti Indrawan NIM : 11114169 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul :

  “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT PERS PEKTIF IMAM AL- GHOZALI DALAM KITAB

IHYA’ ULUMUDDIN”

  Dapat diajukan dalam sidang munaqosah skripsi. Demikian nota pembimbing ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 26 Juli 2018 Pembimbing Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd.

  NIP.1968 1104 1998 03 1003 Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Prydar Sakti Indrawan NIM : 111 14 169 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Judul :

  “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT PERSPEKTIF

IHYA’ ULUMUDDIN ”

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk di publikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.

  Salatiga, 26 Juli 2018 Yang menyatakan,

  Prydar Sakti Indrawan NIM. 111 14 169

  PENGESAHAN SKRIPSI “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT PERSPEKTIF IMAM AL- GHOZALI DALAM KITAB

  Telah diperhatikan didepan Panitia Dewan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 18 September 2018 dan dinyatakan lulus, sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana S1 Pendidikan

  Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag.,M. Phil :__________________ Sekertaris Penguji : Drs. A. Sulthoni, M.Pd :__________________ Penguji I : Dr. Rasimin, M.Pd :__________________ Penguji II : Imam Mas Arum, M.Pd.I.:__________________

  Salatiga,18 September 2018 Dekan Suwardi, M.Pd.

  NIP. 19670121 199903 1 002

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Selatan KM.2 Telepon. (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail:

IHYA’ ULUMUDDIN” Disusun Oleh: PRYDAR SAKTI INDRAWAN NIM : 111 14 169

  MOTTO

Kekayaan yang paling berharga adalah akal. kefakiran yang

paling besar adalah kebodohan. sesuatu yang paling keji

adalah sikap ujub, bangga diri. kemuliaan yang paling tinggi

adalah akhlak yang mulia.

  

(Ali bin Abi Talib)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Kedua orang tua hebatku bapak Supriyanto dan ibu Darsih yang selalu mendukung kegiatan, memberikan motivasai, dukungan finansial, dan doa yang tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  2. Adikku tersayang Frida Purti Purnareksa dan Frida Giva Trireksa yang selalu menghiburku, dan menjadi penyemangat.

  3. Inspirator sepesial Sarah Faradilla Alfiana yang selalu memberi motivasi dalam setiap perbincangan kami, teman curhat maupun debat, bersedia menjadi teman kesana kemari, dan bersedia repot untukku serta membantu menyelesaikan skripsi ini.

  4. Teman-temanku seperjuangan Lukman Rahardian, Ardan Afiffudin, Nizar Azim Mustofa, Irvan, Shobirin, Muhammad Abdus, Farah Humaida H dan banyak lagi yang tidak dapat kusebutkan.

  5. Teman-teman UIN Sunan Kalijaga (jogja) khususnya Rizka manarulhuda, baim, Dhea Putra, Obama, Juki, Fahru Riza Arma dan teman-teman kontrakan MASKARA di jogja yang bersedia memberikan tempat selama masa penyelesaian skripsi ini.

  6. Teman- teman UIN Walisongo (Semarang) khususnya Hendra Setyawan, Bilad Maulana, Vicky botak, Yahdillah, Asyil Khoirul umam yang bersedia panas-panasan demi mencari buku bersama dan masih banyak lagi.

  7. Teman- teman Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Kudus khususnya Habibi, Khirmi, Aris, Kholiq, Wibowo yang selalu rela menjadi tempat ketika penulis ingin berbagi kegilaan.

  8. Kawan-kawan VESPA di Jogjakarta, kawan mengusir penat, kawan ridding, Beng setyadi, Qodri, Fikri, dan masih banyak lagi kawan yang belum satu-persatu kusebut

  9. Kawan-kawan Institut Seni Jogjakarta (ISI) Khususnya kawan-kawan dari Medan, Pekanbaru, Bondowoso yang bersedia berbagi pengalaman.

  10. Teman-teman UKM Teater Getar yang telah memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman.

  11. Seluruh teman-temanku dimanapun kalian berada, terima kasih atas pengalaman, pengetahuan, serta motivasi yang telah kalian berikan.

  12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan doanya.

  Salatiga, 26 Juli 2018 Prydar Sakti Indrawan

  NIM. 11114169

  Assalamu’alaikum wr. wb

  Puji syukur atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah yang telah diberikan Allah SWT kepada hamba yang senantiasa mau berusaha dalam mengarungi samudra kehidupannya masing-masing. Shalawat dan salam tidak lupa senantiasa kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.

Alhamdulillahirabil’alamin penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini

  sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa memberi arahan, bimbingan, maupun doa. Maka dari itu penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

  4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku pembimbing akademik yang selalu memberi bimbingan dan motivasi dalam menjalankan studi

  5. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar membimbing dan memberikan saran agar skripsi ini terselesaikan dengan baik

  6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan ilmu, ajaran, dan pelayanan kepada penulis Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih

Wassalamu’alaikum wr. wb

  Salatiga, 26 Juli 2018 Prydar Sakti Indrawan

  NIM. 11114084

  

ABSTRAK

  Indrawan, Prydar Sakti (11114169). 2018. Konsep Akhlak Guru Terhadap Murid

  Dalam Konteks Pendidikan Zaman Modern Perspektif Imam Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin.Skripsi. Prodi Pendidikan Agama

  Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd.

  Kata Kunci

  : Akhlak Guru, Relevansi Akhlak Guru Tujuan skripsi ini, yaitu: (1) Mendeskripsikan Akhlak Guru Terhadap Murid

  Menurut Imam Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin. (2) Mendiskripsikan relevansi konsep aklak guru terhadap murid menurut Imam Al-Ghozali dengan konsep pendidikan zaman modern.

  Untuk mencapai tujuan di atas penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data pustaka yaitu membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian dari berbagai buku dan karya ilmiah yang mendukung penelitian skripsi ini dengan mengutamakan data primer. Sumber data meliputi sumber data primer yakni kitab Ihya’Ulumuudin karya Imam Al-Ghozali, serta sumber data sekunder diantaranya buku-buku literatur, intenet, artikel, jurnal.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Konsep akhlak guru terhadap murid menururt Imam Ghozali dalam kitab

Ihya’ ulumuddin: a) Guru harus memiliki

  rasa kasih sayang. b) Guru harus mengikuti teladan Rasul. c) Guru tidak boleh menyembunyikan nasihat. d) Guru mencegah murid dari watak dan perilaku jahat.

  e) Guru tidak merendahkan ilmu lain. f) Guru hendaknya mengetahui batas kemampuan murid. g) Guru hendaknya mengajar sesuatu yang jelas. h) Guru harus mempraktikkan lebih dahulu. (2) Konsep akhlak guru perspektif Imam Ghozali secara garis besar masih bisa diterapkan dalam pendidikan zaman modern. Dan masih ideal antara kosep yang dikemukakan Imam Ghozali dengan Undang-Undang yang berlaku saat ini, dan jika diterapkan dalam proses pendidikan maka tidak hanya tujuan pendidikan yang dicapai, tetapi jauh yang lebih substansial yakni terbentuknya relasi (hubungan) guru dan murid yang baik, guru dinilai bukan sebagai penjual ilmu tetapi dinilai dari keikhlasan hati dan tujuannya (transfer of knowledge dan penyempurnaan akhlak). Dengan demikian akan membuahkan hasil bagi kebaikan di dunia dan juga di akhirat. Akan tetapi relevansi pada kenyatanya dan fakta dilapangan yang terjadi saat ini masih banyak kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan oleh oknum guru, yang sangat bertolak belakang dengan konsep Imam Ghozali ataupun dari Undang-Undang yang berlaku.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i LEMBAR LOGO IAIN ................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv PERSYARATAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v PENGESAHAN TULISAN ............................................................................ vi MOTTO ......................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... x ABSTRAK ....................................................................................................... xii DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 12 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13 E. Metode Penelitian................................................................................. 12 F. Penegasan Istilah .................................................................................. 14 G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 22 BAB II BIOGRAFI IMAM AL-GHOZALI A. Riwayat Hidup Imam Al-Ghozali ...................................................... 24 B. Guru- Guru Imam Al-Ghozali ............................................................ 25 C. Sahabat

  • – Sahabat Imam Al-Ghozali ................................................. 26

  D. Karya

  • – Karya Imam Al-Ghozali ....................................................... 27

  E. Ihya Ulumuddin ................................................................................... 32

  F. Pendidikan Imam Al-Ghozali ........................................................... 33

  BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN IMAM AL-GHOZALI A. Guru dan Murid .................................................................................... 39 B. Akhlak Guru terhadap Murid ............................................................... 48 BAB IV ANALISIS AKHLAK GURU A. Analisis Akhlak Guru terhadap Murid Perspektif Imam Al-Ghozali ............................................................................... 60 B. Relevansi Akhlak Guru Perspektif Imam Al-Ghozali ......................... 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 82 B. Saran ..................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  1. Tugas Pembimbing Skripsi

  2. Lembar Konsultasi

  3. Nilai SKK

  4. Daftar Riwayat Hidup sistematis sebagai upaya pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan menuntut sebuah upaya dan usaha yang terencana sesuai dengan aturan pelaksanaan yang sudah ditetapkan. Menyangkut hal tersebut pendidikan yang yang bertujuan sebagai upaya pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia hendaknya dilakukan dengan secara utuh dan menyeluruh. Hal ini bertujuan agar pendidikan tersebut dapat memberikan kontribusi lebih terhadap kemajuan kehidupan bangsa dimasa yang akan datang. Namun hal yang terpenting dalam pendidikan itu sendiri adalah hadirnya seorang guru, dimana guru adalah ujung tombak terpenting dalam kemajuan pendidikan itu sendiri.

  Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) di jelaskan makna guru adalah “/gu·ru/ n orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar;-- kencing berdiri, murid kencing berlari, pb kelakuan murid (orang bawahan) selalu mencontoh guru (orang atasannya);” (Budhi, 2006: 393).

  Para guru umumnya menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan meningkatkan kualitas manusia seutuhnya, yaitu yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta menguasai IPTEKS dan mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Idealnya para guru di tuntut selalu tampil profesional. Dengan tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, melatih, dan mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum), sebagaimana bunyi prinsip

  “Ing ngarso song tulodho, ing madya

mangun karso, tut wuri handayani.” Artinya seorang guru bila di

  depan memberikan suri tauladan (contoh), di tengah memberikan prakarsa, dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi (Rushman, 2014 : 15).

  Setiap guru boleh saja memandang dirinya profesional. Pagi hari berangkat ke sekolah, sore baru pulang. Setiap hari tampil di depan kelas, tak pernah absen. Mengajar dan mengajar adalah prioritas utama. Dan metode-metode yang di gunakan sesuai menurut kurikulum yang di tentukan di sekolah, namun apakah guru tersebut tergolong guru professional?

  Maka dari itu penulis mencoba memaparkan dahulu arti dari profesionalisme dalam konteks konsep dasar profesionalisme.

  Pengertian profesionalisme adalah suatu pandangan terhadap keahlian tertentu yang di perlukan dalam pekerjaan tertentu, yang mana keahlian itu hanya di peroleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus. (Arifin, 1995:105). Jadi profesionalisme mengarah kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi yang di embannya.

  Dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang pasa siswa unruk berfikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi seorang guru profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan kaidah-kaidah guru profesional (Rushman, 2014 : 16).

  Berkenaan dengan pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan Sanusi et al. (1991 : 23) mengutarakan enam asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan, yaitu :

  1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi dan perasaan, dan dapat di kembangkan sesuai dengan potensinya; sementara itu pendidikan di landasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.

  2. Pendidikan dilakukan secara intapersonal, yakni secara standar bertujuan, maka pendidikan menjadi normatif yang di ikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupaka acuan para pendidik, peserta didik, dan pengelola pendidikan.

  3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan pendidikan.

  4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia yang mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan itu adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.

  5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik dan pendidik yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah yang di kehendaki oleh pendidik agar selaras dengan nilai-nilai yang di junjung tinggi masyarakat.

  6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yaitu menjadikan manusia sebagai manusia yang baik

  (dimensi intrinsik) dengan misi instrumental, yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.

  Pendidikan yang baik sebagaimana yang di harapkan oleh masyarakat modern dewasa ini dan sifatnya selau menantang, mengharuskan adanya pendidik yang profesional. Hal ini berarti bahwa masyarakat diperlukan pemimpin yang baik, di rumah di perlukan orang tua yang baik dan di sekolah dibutuhkan guru yang profesional. Akan tetapi, dengan ketiadaan pegangan tentang persyaratan pendidikan profesional, maka hal ini menyebabkan timbulnya beracam-macam tafsiran orang tentang arti guru yang baik, tegasnya guru yang profesional.

  Selain itu ada beberapa kompetensi yang harus di miliki oleh seorang guru yang profesional meliputi:

  1. Kompetensi pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancanagn dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). artinya guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi, kegiatan pembelajaran.

  2. Kompetensi Personal, adalah kemapuan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

  3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang di tetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

  4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

  Namun pada konteks pendidikan zaman modern ini seringkali masyarakat berasumsi bahwa bobroknya kualitas murid di dasarkan pada guru yang tidak mampu dalam mengemban tugasnya, bila dulu guru di anggap sebagai orang berilmu yang arif dan bijaksana, kini guru terlihat hanya sebagai fungsionaris pendidikan yang mengajar pada faktor-faktor tertentu, sehingga menjadikan para murid kesulitan mencari sosok idola dan suri tauladan.

  Muhajir menuturkan, Belakangan ini kerap beredar secara viral tindakan oknum yang melakukan kekerasan terhadap siswanya. Hal itu mengundang kecaman dari masyarakat karena tindakan itu sangat jauh kepribadian seorang guru. Atas fenomena seperti ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meminta masyarakat tidak men-generalisasi oknum guru yang melakukan kekerasan terhadap peserta didik. Apalagi tindak kekerasan itu disebar secara viral di dunia maya yang belum jelas kebenarannya."Kalau dari 3,41 juta kemudian ada satu ya jangan kemudian dibikin kesimpulan bahwa semua guru seperti itu (melakukan kekerasan)," kata Muhadjir usai Upacara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) di Kemendikbud, Jakarta, Sabtu (25/11) (Jawa Pos, 2017 : 16:05).

  Pernyataan Muhajir ini disusul dengan beredarnya berita secara viral bahwa kasusu pemukulan terhadap siswa yang terjadi di Kendari yang menjadikan keprihatinan di dunia pendidikan ini. Hanya karena masalah sepele yaitu siswa tidak sengaja menjatuhkan kaki kursi yang lepas, lantas oknum guru tersebut melayangkan beberapa pukulan keras yang menyebabkan siswa tersebut pingsan.

  Kendari - Seorang siswa di SMP 1 Besulutu, Kecamatan

  Beslutu, Kabupapingsan usai dibogem berkali-kali oleh gurunya, Kamis sore, 24 Mei 2018. Penyebabnya sepele, ia menjatuhkan kursi secara tak sengaja. Menurut sejumlah saksi, tindak kekerasan guru itu terjadi ketika jam pelajaran Kimia berlangsung.

  Saat itu, Aldin (14), nama siswa tersebut, beserta 30 orang rekannya akan memulai ulangan semester. Tiba-tiba, guru kimia berinisial R meminta Aldin maju untuk duduk di depan kelas bersama beberapa rekannya. Dengan gerakan pelan, Aldin mengangkat kursi menuju ke depan kelas. Saat kursi hendak dipindah dengan cara dipikul, ternyata kaki kursi terlepas. yang jatuh terpental ke lantai itu menyebabkan bunyi keras. Tak disangka hal itu membuat guru tersebut tersinggung. "Kamu kenapa banting kursi? Sini kamu, sini!" ujar salah seorang rekan Aldin menirukan bentakan guru itu. "Aldin dipanggil sama guru, belum sempat bicara banyak, pukulan melayang ke leher Aldin," ujar Irwan, rekan Aldin. Irwan melanjutkan, Aldin langsung jatuh dan tak sadarkan diri. Saat itu, puluhan rekannya langsung mengerumuni korban. Ikram, salah seorang keluarga korban mengatakan, saat itu Aldin langsung pingsan selama 45 menit.

  "Dia sempat mau diberi minum air oleh rekannya pas siuman, tapi dia tidak mau minum katanya lagi puasa,"ujar Ikram. Kata Ikram, korban mengalami benjolan di leher. Foto yang diambil di Polsek Sampara, ada benjolan sebesar telur ayam kampung di leher sebelah kanan korban. Usai pingsan, Aldin sempat mengeluhkan oleng karena kerasnya bogem guru tersebut. Saat itu salah seorang rekan Aldin, mengatakan korban sempat dipaksa minum air. "Tapi dia tidak mau, dia pilih pulang ke rumah diantar teman kelas," ujar Irwan. Saat pulang ke rumah itulah, Aldin langsung melaporkan perbuatan gurunya kepada orangtuanya. Kesal karena perbuatan guru R, kakak Aldin langsung melapor ke Polsek Sampara. "Adikku meskipun dipukul tidak batal puasanya, kami heran kenapa guru itu begitu keras memukul," ujar kakak kandung korban, Harton. Kapolsek Sampara,

  AKP Noufaldri Widyatama membenarkan kejadian itu. Noufaldri melanjutkan, saat ini pihaknya sudah melakukan visum terhadap korban. "Sudah divisum, memang benar dia benjol. Kita sudah terima laporan saksi dan korban, besok kita periksa gurunya," ujar Noufaldri (Liputan 6, 2018 : 19:05).

  Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, entah dari sumber literatur yang dibaca ataupun pengalaman lapangan yang ditemui, masih banyak sekali ditemukan permasalahan dalam profesisionalisasi guru tersebut, salah satunya adalah tidak adanya mengenai akhlak yang semestinya dijalankan oleh seorang guru, dan bukan mengenai soal membentuk murid, yang terkadang guru lupa akan nilai spiritual dalam diri masing-masing seperti contoh seorang guru harus melakukan terlebih dahulu apa yang dia ajarkan, dan tidak boleh berbohong dengan apa yang di sampaikannya. Ilmu dapat di serap dengan mata batin, dan amal dapat di saksikan melalui pandangan mata lahir, oleh karena itu jika perbuatan seorang guru bertentangan dengan apa yang dia anjurkan, berarti dia tidak sedang membantu memberi petunjuk dan tuntunan, melaikan justru racun atau bencana. Dengan kata lain sudah sepantasnya seorang guru dalam mengajarkan ilmunya mempunyai niat dan tujuan untuk melindungi para muridnya dari siksa api neraka (Al-Ghozali,2011: 123). Sementara tugas kedua orang tua menyelamatkan anak-anaknya dari kesengsaraan hidup di alam dunia ini.

  Mengingat tugas seorang guru itu berat maka guru mendapatkan kedudukan yang mulia dalam islam, bahkan Allah sendiri sangat menghargai orang yang berilmu (guru/ulama) dengan meninggikan derajat mereka,

  Allah berfirman dalam Q.S.al-Mujadilah [58]: 11:

  … … ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذهلاَو ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذهلا ُ هاللَّ ِعَفْرَي

  Allah akan mengangkat (derajat) orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat (Kemenag RI, 2014: 543).

  Merujuk pada permasalah yang telah di paparkan peneliti di atas bahwa, guru yang di maksud oleh peneliti ini ialah guru yang mengajarkan ilmu-ilmu tentang akhirat (ukhrawi), atau ilmu-ilmu tentang dunia (duniawi) dengan tujuan keabadian negeri akhirat.

  Seorang guru dinilai membinasahkan diri sendiri dan murid- muridnya jika ia mengajar hanya demi kepentingan dunia ini semata.

  Karena itu, seorang guru yang berorientasi pada kepentingan akhirat akan senantiasa menempuh perjalanan hidupnya di dunia untuk tujuan menggapai kebahagiaan negeri akhirat nanti.

  Juga, senantiasa bertujuan kepada Allah Swt. Dengan tidak terikat tipu daya dunia. Jika sedemikian posisi keduannya, maka para murid dengan guru sangat di anjurkan untuk saling mencintai. Sebab, pada hakikat nya para ulama’ dan putra-putra akhirat itu laksana musyafir yang sedang berpergian bersama-sama menuju Allah Swt (Al-Ghozali, 2011 : 124).

  Berdasarkan permasalah yang penulis paparkan di atas, penulis mencoba untuk meneliti konsep Akhlak Guru Terhadap Murid Dalam

Konteks Pendidikan Zaman Modern Menurut Perspektif Imam Al- Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin

  Imam Al-Ghozali dipilih, karena beliau adalah seorang tokoh terkemuka dalam dunia islam, baik ilmuan barat maupun timur semua mengenai Al-Ghozali.

  Ketenaran Al-Ghozali bukan tanpa alasan. Kehadirannya banyak memberikan khazanah bagi kehidupan manusia. Figur Al- Ghozali sebagai pengembara ilmu yang sarat pengalaman mengantarkan posisinya menjadi personifikasi di segala bidang dan di setiap zaman. Kegigihannya dalam menelusuri kebenaran dan ilmu yang bermodalkan otak brilian (cemerlang), sarat dengan ciri keutamaan sekaligus kecendekiawanannya menjadikan dirinya pantas menyandang gelar sebagai 'alim/ilmuwan sejati.

  Al Ghozali juga dikenal sebagai ilmuwan yang konsekuwen, kedalaman dan keluasan ilmunya tidak membuatnya congkak dan sombong apalagi gegabah bertindak (Nur’Aini J, 2001:4).

  Karena persoalan tersebut di atas, maka untuk mengetahui, menganalisa, serta mengkaji isi secara jelas tentang konsep Akhlak guru terhadap murid dalam kitab tersebut, serta untuk mengkaji relevansinya dengan para ahli pendidikan sekarang ini, maka pengkajian kitab

  Ihya’ Ulumuddin, di tinjau dari segi isi dengan

  relevansinya dengan pendapat para ahli dewasa ini, serta hal-hal yang harus dilakukan maupun yang harus dihindari oleh guru dan murid penyusun lakukan.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan permasalahan penelitian yang dikemukan pada latar belakang, penulis merumuskan masalah penelitian secara umum yaitu :

  1. Bagaimana akhlak guru terhadap murid menurut Imam Al- Ghozali dalam kitab

  

Ihya’ ulumuddin?

  2. Bagaimana relevansi konsep akhlak guru terhadap murid menurut Imam Al-Ghozali dengan konsep pendidikan zaman modern?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

  1. Mendeskripsikan akhlak guru terhadap murid menurut Imam Al-

Ghozali dalam kitab Ihya’ ulumuddin

  2. Mendiskripsikan relevansi konsep aklak guru terhadap murid menurut Imam Al-Ghozali dengan konsep pendidikan zaman modern.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Secara Teoritik Akademik

  a) Sebagai sebuah kajian keilmuan, dan pengenalan konsep Akhlak Guru terhadap Murid.

  b) Menambah khasanah Keilmuan dan wawasan bagi penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya tentang konsep Akhlak Guru terhadap Murid menurut imam Al-Ghozali dengan Konsep Pendidikan Masa Kini.

  2. Secara Praktis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis, serta bahan refleksi untuk memberikan masukan kepada guru bagaimana memberlakukan adab kepada muridnya secara islam.

  E. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research), juga bisa disebut dengan istilah studi pustaka yaitu serangkaiaan kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3).

  2. Sumber Data Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Sedangkan data-data tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan skunder.

  a. Sumber data primer sumber data primer adalah sumber data yang paling utama digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu kitab

Ihya’Ulumuudin karya Imam Al-Ghozali

  b. Sumber data skuder Sumber data skunder adalah data informasi yang di peroleh dari sumber-sumber lain selain data primer, secara tidak langsung bersinggungan dengan tema penelitian yang dilakukan. Diantaranya buku-buku literatur, intenet, artikel, jurnal, dan sumber data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

  Seperti terjemahan kitab

Ihya’ Ulumuddin. Untuk memudahkan

  penulis dalam menerjemahkan kitab aslinya. Dalam penulisan ini tentu tidak lepas akan adanya beberapa referensi yang berkorelasi dengan judul untuk membantu menjelaskan, menjabarkan dan memperkuat pendapat yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghozali.

  3. Teknik Pengumpulan Data Bentuk penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data pustaka yaitu membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian dari berbagai buku dan karya ilmiah yang mendukung penelitian skripsi ini dengan mengutamakan data primer. Adapun data pendukung tersebut merupakan kajian dari pemikiran Imam Al- Ghozali tentang sejarah pendidikan dan juga konsep pemikirannya tentang pendidikan khususnya mengenai adab seorang guru dan murid.

  4. Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan adalah analisis isi (content analysis), dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

  Metode content analysis digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi, yang disampaikan dalam bentuk lambing yang terdokumentasi atau didokumentasikan, baik bentuk artikel, jurnal, maupun karya-karya Imam Al-Ghozali (Tobroni, 2001: 71).

  Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi ilmiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis ini memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis ini dilakuan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007: 49).

  Dalam penelitian ini, penulis mengkaji isi kitab Ihya’

  Ulumuddin bab akhlak yang mengandung penjelasan mengenai akhlak

  seorang guru dan murid dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  a. Langkah Deskriptif, yaitu mengurai teks-teks dalam kitab

  Ihya’ Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang guru

  terhadap murid.

  b. Langkah Interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam kitab

  Ihya’ Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang guru terhadap murid.

  c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari kitab

  Ihya’ Ulumuddin

  yang berhubungan dengan akhlak seorang guru terhadap murid.

  d. Langkah mengambil keputusan, yaitu mengambil kesimpulan dari kitab

  Ihya’ Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang guru terhadap murid.

  Untuk menghindari kesalah fahaman dalam penafsiran judul di atas, maka penulis berusaha menjabarkan istilah-istilah yang penting sehingga lebih jelas dan mudah dalam pemahaman. Adapun istilah- istilah yang perlu penjelasan adalah sebagai berikut:

  1. Konsep Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006 : 611) konsep adalah rancangan atau buram (surat dsb), ide atau pengertian yang di abstrakkan dari peristiwa kongkret, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang di gunakan oleh akal untuk memahami hal lain.

  Jadi konsep di sini adalah suatu ide atau pengertian tentang Akhlak dari pemikiran Al-Ghozali. Dan penulis juga membahas tentang bagaimana akhlak guru terhadap murid menurut Al-Ghozali.

  2. Akhlak

Kata “akhlak” (Arab:akhlaq) merujuk kepada sumber ajaran islam yang mengakui kebenaran wahyu (revelation)

  Perangkat nilai-nilai yang di kembangkan dalam akhlak untuk keselarasan komunikasi horizontal dalam lingkungannya (makhluq) dan vertikal (khaliq). Secara sederhana akhlak mengatur hubungan yang santun dan baik antara manusia dengan sesama (makhluq) dan Tuhan (khaliq) (Maemun, 2012:

  VII) Akhlak adalah suatu bentuk yang tertanam kokoh di dalam jiwa yang kemudian melahirkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan secara bebas, mencakup perbuatan baik maupun buruk, terpuji maupun tercela. Secara alamiah ia bisa menerima pengaruh dari pendidikan yang baik maupun buruk. Jika ia dididik untuk mengutamakan keutamaan dan kebenaran, cinta hal-hal yang makruf, cinta kebaikan, dilatih untuk cinta keindahan dan membenci keburukan sehingga akhirnya menjadi sebuah tabiat yang melahirkan perbuatan baik dengan begitu mudah tanpa di buat-buat (Jabir, 2014: 268).

  Jadi akhlak di sini adalah berbagai perbuatan baik yang lahir dari seseorang yang dilakukan tanpa dibuat-buat olehnya, dan diharapkan guru akan bisa memperhatikan serta melaksanakan akhlak yang akan dijelaskan pada konsep Imam Ghozali. Akhlak guru pula merupakan adab dan tingkah laku guru dalam semua aspek mengikut garis panduan syariat Islam.

  3. Guru Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa inggris, di jumpai kata

  teacher yang berarti pengajar (Nata, 2001: 41).

  Guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik.

  Sementara masyarakat memandang guru sebagai orang yang melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid, mushala, atau tempat lain.

  Semua pihak sependapat bila guru memegang peranan amat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan (Asmani, 2015: 20).

  4. Murid Kata murid berasal dari bahasa arab

  ‘arada, yuridu iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the willer ), dan menjadi salah satu sifat Allah SWT. Yang berarti

  Maha Menghendaki. Pengertian seperti ini dapat di mengerti karena seorang murid adalah orang yang menghendaki agar mendapat ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan di akhirat dengan jalan belajar yang sungguh- sungguh. Istilah murid ini digunakan dalam ilmu tasawuf sebagai orang yang belajar mendalami ilmu tasawuf kepada seorang guru yang dinamai syaikh (Nata, 2001: 49).

  5. Perspektif Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006 : 881) perspektif di definisikan sebagai cara melukiskan sesuatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya). Bisa di artikan pula sebagai sudut pandang atau pandangan.

  Jadi, yang penulis maksud perspektif dalam penelitian ini adalah pandangan atau pemikiran Imam Al-Ghozali khususnya tentang akhlak yang seharusnya di miliki guru terhadap murid.

  6. Imam Al-Ghozali Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin

  Muhammad bin Muhammad bin Al-Ghozali. Versi lain menyebutkan bahwa nama lengkap beliau dengan gelarnya Syaikh al-Ajal al-Imam al-Zahid, al-Said al-muwafaq Hujjatul Islam.

  Zainuddin Syaraf mengatakan bahwa nama lengkap al- Ghozali adalah al-Ummah Abi Muhammad bin Muhammad al- Ghozali al-Tusi.

  Dalam Tahdzib Ihya Ulum ad-Din, nama lengkap al- Ghozali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad (bukan Muhammad) al-Ghozali. Para ulama ahli sejarah menyebutkan bahwa : al-Ghozali lahir pada tahun 450 H. di Thus, dan meninggal dunia pada tahun 505 di kota yang sama. Sumber lain menyebutkan bahwa ia lahir di kota Ghazalah, sebuah kota kecil dekat Thus di Khurasan, yang ketika itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia islam (Nata, 2001: 55).

  7. Kitab

  Ihya’ Ulumuddin Ihya’ Ulumuddin (Ihya) atau Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama

  adalah adikarya imam al-Ghozali. Abu al- Ghafar Farsi, yang hidup sezaman dengan imam al-Ghozali, mengatakan bahwa buku atau kitab seperti ihkya’ belum pernah ditulis sebelumnya. Imam Nudi berkata, “[Mutu] Ihya’ mendekati al- Qur’an.” Syaikh Abu Muhammad berkata, “jika semua cahaya ilmu didunia ini lenyap, mereka dapat dinyalakan kembali oleh

  Ihya’. Syaikh Abdullah Idris, seorang

  ulama- wali terkemuka pada zamannya, menyimpan memori kuat atas setiap bagian dari Ihya’.

  Pada suatu hari, seorang wali masyhur bernama Quthub Syaji memegang kitab

  Ihya’ seraya berkata, “Tahukah kalian

  kitab apa yang ada di tanganku ini ?” Kemudian ia memperlihatkan bekas-bekas cambukan di punggungnya.

  ‘Semalam, Imam al-Ghozali membawaku menghadap Rasulullah Saw dan mencambuki punggungku karena mencoba menolak kitab ini. Inilah bekas-bekas cambukan pada punggung saya.” (Ghazali, 2014: 16)

  Ihya’ Ulumuddin merupakan karya magnum opusnya Al-

  Ghozali yang menjadi rujukan umat muslim seluruh dunia hingga sekarang.

  Hassan (1991) menekankan mengenai kepentingan Kitab

  

Ihya’ ‘Ulum al-Din sebagai rujukan para guru seperti katanya,

pendidikan

  guru sepatutnya diambil dari tradisi dan “Konsep

  intelektual

  pencapaian dari kita yang lalu. Karya-karya monumental seperti

  Ihya’ ‘Ulum al-Din seharusnya menjadi

  buku teks bagi setiap bakal guru” (hlm. 98). Beliau juga menyarankan bakal-bakal guru agar menjadikan Kitab Ihya’

  ‘Ulum al-Ddin, Kitab Ta’alim al-Muta’allim Tariq al- Ta’allum (belajar cara belajar) karangan al-Zarnuji (65-132H)

  dan karya al-Qabisi sebagai rujukan (Hassan 1991). Jelas di sini bahwa Kitab

  Ihya’ Ulum al-Din patut dijadikan rujukan oleh guru-gur

  Sistematika dalam penulisan skripsi yang di maksud di sini adalah sistematika penyusunan skripsi secara garis besarnya yaitu dari bab ke bab sehingga menjadi satu-kesatuan yang padu.

  Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam membaca maupun memahami skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II BIOGRAFI IMAM AL-GHOZALI Bab ini menjelaskan

  tentang riwayat hidup Imam Al-Ghozali, Guru-gurunya, Sahabat- sahabatnya, Karya-karyanya, dan deskripsi singkat tentang kitab

  Ihya’ Ulumuddin.

  BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN IMAM AL-GHOZALI Bab ini

  menjelaskan tentang akhlak guru, dan etika guru terhadap murid perspektif Imam Al-Ghozali.

  

BAB IV ANALISISI AKHLAK GURU TERHADAP MURID

PERSPEKTIF IMAM AL-GHOZALI Bab ini menjelaskan tentang

  analisis akhlak guru terhadap murid perspektif Imam Al-Ghozali serta relevansi etika guru terhadap murid Imam Al-Ghozali dalam konteks kekinian.

  BAB V PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan, saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran. kenal dengan panggilan Hujjatul Islam Zainuddin al Thusi, seorang al-

  Faqih (ahli fiqih) yang bermazhabkan al-