Nilai- Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’limul Muta’alim Karya Burhanuddin Al Zarnuji - Test Repository

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB TA’LIM MUTTA’ALIM

  

KARYA BURHANUDDIN AL ZARNUJI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruaan untuk

Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

MUHAMMAD BAYU PAMUNGKAS

NIM 111 12 110

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

“AJINING DHIRI SAKA KEDHALING LATHI, AJINING

SALIRA MARGA SAKA ENDHAHING BUSANA”

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk : 1.

   Ibu saya Prih Suhardiyatmi yang selama ini telah mencurahkan doa dan kasih sayang kepadaku, dan memberikan dukungan, sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.

  2. Ayah saya tercinta Moh Yoedhi yang selalu memberikan dukungan moril maupun materiil, engkau telah mencurahkan doa dan kasih sayang kepadaku, dan memberikan dukungan, sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini dan engkau selalu berpesan kepadaku untuk bersabar dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapi.

  3. Kakakku, Agung Bayu Cahyono S. Pd. I dan Hafidzatinnisa Purba yang mengingatkanku untuk selalu optimis menjalani hidup.

  4. Keluarga besar Forum Komunikasi Mahasiswa Magelang (FKWAMA), yang terus memberikan suport disaat saya terpuruk dan terus mengingatkan ku untuk selalu bersabar dalam kehidupan.

  5. Keluarga Besar PMII kota Salatiga yang telah memberikan ku ilmu dan pengalaman dalam hidup Sahabat/I ku yang selalu memberikan dukungan.

  ABSTRAK

  Pamungkas, Muhammad Bayu. 2017. Nilai- Nilai Pendidikan Akhlak Dalam

Kitab Ta’limul Muta’alim Karya Burhanuddin Al Zarnuji. Skripsi.

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing Dra. Urifatun Anis, M. Pd. I.

  Kata kunci: Pendidikan Akhlak .

  Latar belakang dalam penulisan skripsi ini adalah pendidikan merupakan hal yang harus ditempuh oleh semua orang. Pendidikan yang ada seharusnya bisa mencetak anak-anak bangsa yang unggul dalam intelektual, emosional maupun spiritual. Semua pendidikan penting, namun penulis akan memaparkan mengenani pendidikan akhlak, kerena menurut penulis. Pendidikan akhlaklah yang menjadi jawaban dalam untuk menyelesaikan krisis moral dalam bangsa ini. Yang menjadi permasalahan dari penulisan ini adalah Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji dan

  Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji dalam pendidikan

  saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al

  Zarnuji dan relevansi nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji dalam pendidikan saat ini.

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dengan objek material kajian pustaka dan sumber primer dari kitab ta’limul muta’allim. Dalam proses menganalisis penulis menggunakan Content Analysis dan Reflektif

  

Thinking. Dalam mengambil kesimpulan mengunakan metode deduktif,

  Hasil penelitian ini menunjukkan : 1) nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim dibagi menjadi beberapa point, yaitu

  akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak terhadap ilmu. 2) relevansi nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab

  

Ta’limul Muta’allim sangatlah cocok bila di implementasikan dalam dunia

  pendidikan formal di Indonesia ini karena akan membentuk suatu karakter bangsa yang berbudi luhur.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

  Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab

  akhir skripsi dengan judul

   Ta’lim Mutta’alim Karya Burhanuddin Al Zarnuji

  ”. Skripsi ini disusun untuk

  memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapa tmenyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.,selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. sebagai kepala jurusan Pendidikan Agama Islam yang selau memberi arahan dan bantuan demi kelancaran penulis.

  4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M. Pd.I selaku pembimbing yang dengan sabar dan tulus memberikan nasehat kepada penulis.

  5. Ibu Peni Susapti, S.Si., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang selalu mengingatkan dalam menempuh studi.

  

DAFTAR ISI

1.

   JUDUL………………………………………………………………………..i 2. LOGO IAIN……………………………………………………...………….ii 3. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………….....iii 4. PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….………....iv 5. PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………….……v 6. MOTTO………………………………………………………………….….vi 7. PERSEMBAHAN………………………………………………………….vii 8. ABSTRAK…………………………………………………………………viii 9. KATA PENGANTAR……………………………………………………....ix 10. DAFTAR ISI……………………………………………………….…….….xi

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………..1 B. Rumusan Masalah…………………………………………….7 C. Tujuan Penelitian……………………………………………..7 D. Manfaat Penelitian……………………………………………8 E. Penegasan Istilah……………………………………………..10 F. Kajian Pustaka………………………………………………14 G. Metode Penelitian……………………………………………15 H. Sistematika Penulisan………………………………………..17 BAB II. BIOGRAFI BURHANUDDIN AL ZARNUJI

  A.

  Riwayat Hidup Burhanuddin Al Zarnuji……………………19 B. Riwayat Pendidikan Al Zarnuji……………………………..21 C. Situasi Pendidikan Burhanuddin Al Zarnuji………………..25 D.

  Biografi Ta’lim Muta’allim………………….............….….27

  

BAB III. DESKRIPSI PEMIKIRAN BURHANUDDIN AL ZARNUJI

TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TA’LIM MUTA’ALLIM A. Pengertian Nilai Pendidikan Akhlak………………………31 1. Pengertian Nilai………………………….……………..31 2. Pengertian Pendidikan……………….…………………33 3. Pengertian Akhlak………………………….…………..35 B. Pemikiran Burhanuddin Al Zarnuji Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim…………………….36 1. Pembagian Ilmu……………………….……………......37 2. Tujuan Pendidikan…………………….………………..43 3. Metode Pembelajaran…………………….…………….44 BAB IV. ANALISIS RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TA’LIM MUTA’ALLIM A. Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Ta’lim Muta’allim……….47 1. Akhlak kepada Allah SWT……………………….…....47 2. Akhlak kepada Manusia……………………….………48 3. Akhlak kepada Ilmu………………………….………..51

  B.

  Relevansi Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim Dengan Dunia Pendidikkan ………………………………55 C. Kelebihan dan Kelemahan Pemikiran Burhanudin Al

  Zarnuji …………………………………………………….56

  BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………….59 B. Saran……………………………………………………...61 C. Penutup…………………………………………………...62 11. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….63 12. LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………65 13. RIWAYAT HIDUP PENULIS………………………………… ……….66

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dalam menjalani kehidupan,

  baik pendidikan formal maupun non formal. Rasulullah pun mendapatkan wahyu pertama ialah untuk membaca. Membaca bukan berarti hanya membaca buku akan tetapi, membaca dapat diartikan adalah belajar, belajar yang dimaksud bukan hanya sekedar belajar saja namun juga diamalkan.

  Belajar yang sebenarnya adalah dari kita memahami alam sekitar dan/atau wahyu Allah SWT baik yang tersirat maupun tersurat. Di indonesia pendidikan menjadi hal yang perlu di perhatikan, contoh seperti orang tua lebih senang anaknya menjadi juara kelas daripada anaknya tidak menghargai orang yang lebih tua darinya. Disini pendidikan berbasis pendidikan akhlak perlu di tegaskan, karena fakta di indonesia sekarang banyak orang yang pandai dalam keilmuan namun sedikit orang yang berakhlak, sebagai contoh yaitu para koruptor. Mereka merupakan orang yang berpendidikan dan merupakan intelektual, namun mereka tidak punya akhlak yang baik.

  Negara kita memang memerlukan orang yang berpendidikan tinggi, karena untuk persaingan dengan negara asing dan kualitas negara dilihat secara kasap mata adalah dari anak bangsa yang berpendidikan tinggi,namun alangkah lebih baiknya adalah bila pendidikan di negara kita lebih menekankan pada pendidikan akhlak sehingga pemimpin Negara ini memang benar

  • –benar layak baik secara akhlak maupun pemikiran. Kita dapat menggambarkan bagaimana kekacauan pemerintahan bangsa ini dan bagaimana pentingnya pendidikan akhlak untuk para generasi penerus bangsa.

  Akhlak merupakan dasar hidup manusia, sehingga manusia dapat menjaga hidupnya. Didalam Islam akhlak menempati posisi yang penting.

  Kualitas diri seseorang dinilai dari akhlaknya, baik itu urusan Hablumminannas maupun hablumminallah. Pendidikan akhlak dimulai dari lingkungan anak hidup dari kecil, yaitu keluarga. Karena pondasi seorang generasi bangsa dimulai dari keluarga dan lingkungan sekitar anak tesebut tinggal. Salah satu kesalah kaprahan dari orang tua menyerahkan pendidikan anaknya kepada pihak sekolah, dan pihak sekolahlah yang bertanggung jawab sepenuhnya atas pendidikan anak tersebut. Meskipun memang benar waktu anak memang banyak disekolah. Anggapan tersebut tentu saja keliru, sebab pendidikan yang berlangsung dalam keluarga adalah bersifat asasi. Karena itulah orang tua merupakan pendidik pertama, utama dan kodrati. Dialah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian seorang anak (Hasbullah, 2009:22). Di dalam Islam Rasulullah SAW secara jelas mengingatkan akan pentingnya pendidikan keluarga ini, sebagaimana haditsnya yang berbunyi :

  نْب نْب ْنَع ْنَع ب ْرَح دَّمَح م اَنَثَّدَح اَنَثَّدَح ِ ي ِرْهُّزلا ِ يِدْيَبُّزلا ِديِل َوْلا ب ِجاَح .

  هَّنَأ

َلاَق َناَك نْب

َِّللّا لو قَي ْنَع ِبَّيَس مْلا ديِعَس

ىَّلَص لو س َر َة َرْي َر ه يِبَأ يِن َرَبْخَأ

  دَلو ي ْنِم َّللّا ىَلَع دو ل ْو ِهْيَلَع ِهِنا َر ِ صَن ي َو ِهِناَدِ وَه ي ها َوَبَأَف ِة َرْطِفْلا َّلِّإ َم اَم َمَّلَس َو

  .

  ْنِم َنوُّس ِح ت ْلَه جَتْن ت

َّم ث َءاَعْدَج اَهيِف َءاَعْمَج ةَميِهَب ةَميِهَبْلا اَمَك ِهِناَس ِ جَم ي َو

َلّ { َليِدْبَت يِتَّلا و بَأ

  َِّللّا لو قَي

اَهْيَلَع َساَّنلا َرَطَف َة َرْطِف ْم تْئِش ْنِإ او ء َرْقا َو َة َرْي َر ه

و ح

  } ىَلْعَ ْلْا نْب و بَأ دْبَع اَنَثَّدَح دْبَع اَنَثَّدَح َةَبْيَش اَنَثَّدَح َةَي ْلْا َِّللّا يِبَأ ِرْكَب ِقْلَخِل

  لا نْب ْنَع ْنَع دْبَع

  ِداَنْسِ ْلْا اَذَهِب ِ ي ِرْهُّز رَمْعَم اَم ه َلَِك ِقاَّزَّرلا اَن َرَبْخَأ دْيَم ح .

  ) ملسم هاور( جَتْن ت ْر كْذَي َءاَعْمَج ْمَل َو ةَميِهَب ةَميِهَبْلا اَمَك َلاَق َو

  “(MUSLIM - 4803) : Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al

Walid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi

dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari Abu

Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah

bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada

dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan

membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan

yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian

merasakan adanya cacat? ' Lalu Abu Hurairah berkata; 'Apabila kalian mau,

maka bacalah firm an Allah yang berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang

telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas

fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30): 30). Telah menceritakan kepada kami Abu

Bakr bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Alaa

Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan

kepada kami 'Abd bin Humaid; telah mengabarkan kepada kami

  

'Abdurrazzaq keduanya dari Ma'mar dari Az Zuhri dengan sanad ini dan dia

berkata; 'Sebagaimana hewan ternak melahirkan anaknya.-tanpa

menyebutkan cacat.-

  Manusia mengerti akan apa yang baik dan apa yang buruk, bahwa ia dapat membedakan antara kedua pengertian itu selanjutnya mengamalkannya, adalah sesuatu kenyataan yang tidak bisa dibantah. Pengertian itu tidak dicapainya melalui pengalaman, akan tetapi telah ada padanya sejak ada dalam kandungan ibunya. Pada ketika itu tuhan lalu memberikan pengertian tersebut kepadanya (Achmad, 1997:13). Jadi baik buruk merupakan tanggapan pembawaan manusia. Hal ini dijelaskan da lam Al Qur’an surat Asy Syams : 7-8:

  

٨ ٧

اَهَمَهۡلَأَف اَهٰى َوۡقَت َو اَه َرو ج ف اَهٰى َّوَس اَم َو ٖسۡفَن َو

  ” dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (QS Asy

  Syams:8-7) “

  Akhlak yang baik atau mulia tidak lahir dengan sendirinya, bukan pula karena keturunan dari orang tuanya namun akhlak yang mulia diri seseorang membutuhan proses yang panjang. Yakni melalui pendidikan akhlak, yang dimulai dari lingkungan terkecil sampai terbesar, baik dari keluarga sampai lingkungan dia hidup baik di masyarakat, atau lingkungan dia menuntut ilmu. Banyak metode-metode atau sistem pendidikan akhlak atau moral yang ditawarkan oleh barat. Namun tentu saja ada kekurangan dan kelebihan.

  Karena berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya terbatas.

  Sedangkan pendidikan akhlak yang diajarkan oleh Islam sudah sempurna, karena bersumber dari Allah SWT kemudian diberikan kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Rasulullah menyampaikan "tarbiyah" atau pendidikan kepada umatnya melalui dakwah, bukan dengan melalui peperangan maupun paksaan. Setelah rasulullah wafat beliau tetap meninggalkan pendidikan akhlak kepada umatnya dengan meninggalkan Al Qur'an dan As Sunnah. Rasulullah pertama diutus kemuka bumi tidak lain tidak bukan adalah untuk menyempurnakan akhlak umatnya.

  Akhlak yang baik adalah perangai dari para Rasul dan orang terhormat, sifat orang yang muttaqin dan hasil dari perjuangan orang yang

  ‘abid.

  Sedangkan akhlak yang jahat adalah racun berbisa, kejahatan dan kebusukan yang menjauhkan diri dari Rabbil Alamin. Akhlak yang buruk menyebabkan orang terusir dari jalan Tuhan, tercampak kepada jalan setan. Akhlak buruk adalah pintu menuju neraka yang menyala menghanguskan hati nurani , sedang akhlak baik laksana pintu menuju jannah Ilahi (Hamka, 1992: 1).

  Allah Swt telah bersabda memuji Nabi-nya dengan menyatakan nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya,

  ٤ ٖميِظَع ق ل خ ٰىَلَعَل َكَّنِإ َو “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”(QS. Al-Qolam : 4).

  Mengingat pentingnya pendidikan akhlak bagi diri sendiri maupun lingkungan harus ada upaya yang serius dan intensif dalam penanaman nilai- nilai pendidikan akhlak tersebut. Supaya sejarah bangsa arab yang jahiliyah tidak terulang. Karena jika melihat masa tersebut banyak kekurangan akhlak seperti pembunuhan, perzinaan, penyembahan patung-patung dan lain sebagainya yang tentu saja bertentangan dengan nilai akhlak yang terkandung dalam Al-

  Qur’an. Selain Al-Qur’an, hadits Nabi dapat di jadikan rujukan mengingat salah satu fungsi hadits adalah menjelaskan kandungan ayat yang terdapat di dalamnya.

  Pada masa kejayaan Islam abad Ke empat, banyak pemikir-pemikir pendidikan Islam bermunculan. Salah satunya adalah Burhanuddin Al Zarnuji, beliau adalah sosok pemikir pendidikan Islam yang banyak menyoroti tentang akhlak dan dimensi spiritual dalam pendidikan Islam.

  Dalam karyanya, beliau lebih mengedepankan tentang akhlak dalam proses pendidikan. Hal itu dikhususkan kepada peserta didik, supaya bisa memperoleh ilmu pengetahuan yang bernilai bagi masyarakat dan bangsanya, serta akhlak terhadap pendidik dan peserta didik yang lain. Pemikiran utamanya mengenai pendidikan adalah pembentukan budi pekerti yang luhur dan penekanannya adalah kepada nilai-nilai dari tuhan.

  Dengan melihat permasalahan permasalahan akhlak diatas, penulis bermaksud mencoba memberikan jalan keluar dari permasalahan tersebut dengan merujuk kepada kitab karya beliau yang menjadi dasar seseorang dalam membina akhlak dalam menuntut ilmu dan pengabdian dalam masyarakat yaitu kitab Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji.

  Konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Burhanuddin Al Zarnuji, menurut penulis harus mendapatkan sorotan yang khusus karena konsep beliau dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim menjadi dasar dalam konsep

  pendidikan akhlak antara murid dan guru, dan semua orang yang berada dalam lingkup pendidikan.

  Dengan penelitian ini diharapkan dapat menyingkap secara deskriptif tentang pendidikan akhlak yang termuat dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim.

  Oleh karena itu untuk mengenal lebih jauh konsep pendidikan akhlak yang di tawarkan oleh Burhanuddin Al Zarnuji, oleh karena itu penulis mengangkat judul penelitian ini “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab

  Ta’limul Muta’allim Karya Burhanuddin Al ZarnujiB. Rumusan Masalah

  Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji?

  2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji dalam pendidikan

  saat ini? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji.

  2. Untuk mendeskripsikan bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim karya Burhanudin Al Zarnuji dalam pendidikan saat ini.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat atau kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

  1. Secara Teoritis a.

  Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan wacana keilmuan khususnya dalam pendidikan akhlak b.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memecahkan krisis moral yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ini.

  c.

  Dapat menjadi referensi dalam memperbaiki akhlak generasi muda dan alternatif untuk mencari problem-problem akhlak yang muncul akhir-akhir ini.

  d.

  Juga menambah bahan pustaka bagi perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Secara Praktis a.

  Bagi penulis Menambah ilmu pengetahuan mengenai akhlak yang akan diimplementasikan ketika nanti sudah terjun kedalam dunia masyarakat dan dalam kehidupan sehari-hari. b.

  Bagi Guru 1)

  Bisa memberikan pendidikan yang ditekankan kepada akhlak, khususnya antara murid dan guru.

  2) Bisa menjadi rujukan dalam pembinaan siswa yang kurang baik akhlaknya.

  c.

  Bagi peserta didik Supaya peserta didik bisa memperbaiki kuwalitas dirinya dalam berakhlak, baik antara murid dengan guru maupun murid dengan murid.

  d.

  Bagi Lembaga 1)

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam meningkatkan kualitas lembaga pendidikan khususnya dalam bidang pembentukan akhlak yang baik terhadap siswa-siswa atau santri-santri.

  2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan terutama dalam pendidikan islam, sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan di bidang tersebut.

  3) Mengetahui betapa pentingnya pendidikan akhlak dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim karena akhlak dipakai dalam kehidupan

  sehari-hari, baik untuk urusan maupun

  habluminallah habluminannas.

E. Penegasan Istilah

  Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah lain adalah didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut: 1.

   Nilai Pendidikan Akhlak a.

  Pengertian Nilai 1)

  Menurut spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi social tertentu (Asrori, 2008:153).

  2) Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya (Ensiklopedia Pendidikan, 2009:106).

  3) Zakiyah Darajat dalam bukunya Dasar-Dasar Agama Islam berpendapat nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku (Zakiyah Darajat Dkk, 1984:260).

  Dari bebrapa pengertian diatas menurut penulis sendiri, nilai adalah suatu keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. b.

  Pengertian Pendidikan 1)

  Ki Hajar dewantara berpendapat, pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Suwarno, 1985:2).

  2) Menurut UU Nomor 2 tahun 1989 UU Nomor 2 tahun

  1989,menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan dating ( Depag RI, 1991/1992:3).

  Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang harus ditempuh setiap manusia supaya mendapatkan kehidupan yang layak dan siap menghadapi semua tantangan kehidupan.

  c.

  Pengertian Akhlak 1)

  Akhlak merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar, secara mendasar akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq(yang diciptakan). Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak yaitu untuk memperbaiki hubungan makhluq (manusia) dengan khaliq (Allah Ta’ala) (Deden Makbuloh, 2013:139).

  2) Menurut Moh. Aziz Al Khuly, akhlak adalah sifat jiwa yang terlatih demikian kuatnya sehingga mudahlah bagi yang punya melakukan suatu tindakan tanpa dipikir dan di renungkan lagi.

  3) Sedangkan menurat Al Ghazali, Akhlak adalah sifat atau bentuk atau keadaan yang tertanam dalam jiwa, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang dan perlu difikirkan dan dipertimbangkan lagi (Amin Syukur. 2010: 5).

  Penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang sudah melekat dalam jiwa seseorang untuk berbuat dan berkehendak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya tanpa perlu berfikir dan merenung.

  Jadi yang dimaksud nilai pendidikan akhlak adalah suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak sesuai dengan tuntunan agama.

2. Burhanuddin Al Zarnuji Kata Syaikh adalah panggilan kehormatan untuk pengarang kitab ini.

  Sedang Al Zarnuji adalah nama marga yang diambil dari nama kota tempat beliau berada yaitu Zarnuj. Diantara dua nama itu ada yang menuliskan gelar Burhanuddin (bukti kebenaran agama), sehingga menjadi Syaikh Burhanuddin Al Zarnuji

  (As’ad, 2007:ii). Tanggal kelahirannya belum diketahui secara pasti. Mengenai tanggal wafatnya, terdapat dua pendapat. Ada yang mengatakan beliau wafat pada tahun

  591 H, 593H dan 597 H. Hidup beliau semasa dengan Ridha Al-Din Al- Naisari, antara tahun 500-600 H (Baharuddin, Wahyuni. 2010: 49-50).

  Tidak ada keterangan yang pasti mengenai tempat kelahirannya. Namun dilihat dari nisbahnya, Al Zarnuji, maka sebagian peneliti mengatakan bahwa beliau berasal dari zarnuj, suatu daerah yang kini dikenal dengan nama Afghanistan.( Baharuddin, Wahyuni, 2010: 50). Al Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, dua kota yang menjadi pusat keilmuan dan pengajaran. Al Zarnuji, selain ahli dalam bidang pendidikan dan tasawuf, juga menguasai bidang-bidang lain seperti sastra, fiqh, ilmu kalam dan sebagainya.

3. Kitab Ta’limul Muta’allim

  Pemikiran beliau tertuang dalam karya monumentalnya, kitab “Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum”. Kitab ini diakui sebagai karya yang monumental dan sangat diperhitungkan keberadaannya. Kitab ini juga banyak dijadikan bahan penelitian dan rujukan dalam penulisan karya-karya ilmiah, terutama dalam bidang pendidikan. Kitab ini tidak hanya digunakan oleh ilmuwan Muslim saja, tetapi juga dipakai oleh para orientalis dan penulis barat.

  Kitab ini salah satu karangan Al Zarnuji yang tetap abadi sampai sekarang. Dalam pandangan kita, sebagai mana lazimnya ulama’ besar yang hidup pada abad VI-VII Hijriah tentu masih banyak kitab karangan yang lain. Boleh jadi manuskripnya hilang di musium penyimpanan sebelum sempat diterbitkan atau turut dihancurkan dalam peperangan bangsa Mongol yang terjadi di abad itu juga.

F. Kajian Pustaka

  Berdasarkan hasil penelusuran kepustakan yang telah penulis lakukan terkait tentang judul Nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Kitab Talimul

  Muta’allim Karya Burhanuddin Al Zarnuji diakui bahwa sejauh pengamatan yang penulis lakukan,ada beberapa skripsi yang terkait dengan penelitian ini.

  1. Skripsi Fenny Riskya, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga 2011 mengangkat mengenai pemikiran Al Zarnuji mengenai pendidikan, sedangkan yang penulis angkat mengenai nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam kitab Ta’limul Muta’allim.

  2. Skripsi Muhammad Khoirun Ni’am, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga 2012. Skripsi ini berjudul Pendidikan Akhlak dalam Kitab Idzotun

  Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Gholayayni yang dikupas dalam

  skripsi hamper sama dengan yang penulis teliti, namun hanya berbeda objek pembahasan.

  Jadi berdasarkan kajian pustaka di atas dapat diketahui bahwa memang sudah ada beberapa skripsi terkait yang mengkaji tentang pendidikan akhlak, namun judul dan fokus kajiannya berbeda dengan yang penulis lakukan.

G. Metode Penelitian

  Sarosa dalam bukunya menulis bahwa menurut Coghlan Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah(Sarosa, 2012: 36).

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran.

  2. Sumber Data Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan(library

  research) , maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Maka

  peneliti menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari: a.

  Sumber primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang didapat yaitu kitab

  Ta’lim Muta’allim.

  b.

  Sumber sekunder, adalah data yang diperoleh untuk memperjelas sumber primer, yaitu terjemahan kitab

  Ta’lim Muta’allim dan buku-buku yang mendukung penelitian ini.

  3. Teknik Analisis Data a.

  Metode Content Analysis Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Soejono yang berjudul : Metode penelitian suatu pemikiran dan penerapan”, adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen” (Soejono, 2005:13). Merujuk pada pendapat tesebut, penulis akan menganalisis terhadap isi ataupun makna yang terkandung dalam kitab

  Ta’lim Muta’allim yang berkaitan dengan nilai pendidikan akhlak dalam menuntut ilmu khususnya.

  b.

  Metode Reflektif Thinking Metode Reflektif Thinking yaitu berfikir yang prosesnya mondar- mandir antara yang empiri dengan yang abstrak. Empiri yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevensi empiri pertama dengan empiri- empiri yang lain yang termuat dalam abstrak baru dibangunnya (Muhadjir, 1991:66-67). Metode ini digunakan untuk melihat relevansi kitab

  Ta’lim Muta’allim dengan Nilai pendidikan Akhlak.

  c.

  Metode deduktif Metode ini adalah pendektan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan d. Metode Induktif

  Peneliti melakukan pengamatan terhadap objek kajian, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general).

H. Sistematika Penulis

  Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika hasil penelitian secara garis besar sebagai berikut: 1.

  Bagian Awal Bagian awal ini, meliputi: sampul, judul (sama dengan sampul),lembar berlogo, nota persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

  Pada bagian inti dalam skripsi ini, memuat data:

BAB I: Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II: Biografi Penulis Kitab Ta’lim Muta’allim meliputi Riwayat Hidup, Riwayat pendidikan, Situasi pendidikan dan biografi naskah BAB III : Deskripsi Penelitian meliputi Pengertian Nilai Pendidikan Akhlaq, dan Pemikiran Burhanuddin Al Zarnuji Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim BAB IV : Pembahasan meliputi Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Ta’lim Muta’allim, Relevansi Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim Dengan Dunia Pendidikkan, dan Kelebihan dan Kekurangan Pemikiran Al Zarnuji.

  BAB V: Kesimpulan, Saran dan Penutup meliputi Kesimpulan, Saran- saran, dan Penutup.

3. Bagian Akhir

  Bagian akhir dari skripsi ini, memuat: Daftar Pustaka, Lampiran- lampiran, dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.

BAB II BIOGRAFI BURHANUDDIN AL ZARNUJI A. Riwayat Hidup Burhanuddin Al Zarnuji Al Zarnuji diyakini sebagai satu-satunya pengarang kitab

  ta’lim al muta’allim, tetapi nama beliau tidak begitu terkenal dari apa yang ditulisnya.

  Kata Syaikh adalah panggilan kehormatan untuk pengarang kitab ini. Sedang Al Zarnuji adalah nama marga yang diambil dari nama kota tempat beliau berada yaitu Zarnuj. Diantara dua nama itu ada yang menuliskan gelar

  Burhanuddin (bukti kebenaran agama), sehingga menjadi Syaikh

  Burhanuddin Al Zarnuji ( As’ad, 2007:ii). Tanggal kelahirannya belum diketahui secara pasti. Mengenai tanggal wafatnya, terdapat dua pendapat.

  Ada yang mengatakan beliau wafat pada tahun 591 H/1195 M, dan ada pula yang mengatakan beliau wafat pada tahun 840 H/1243 M. Hidup beliau semasa dengan Ridha Al-Din Al-Naisari, antara tahun 500-600 H (Baharuddin, Wahyuni. 2010: 49-50).

  Affandi Muchtar mendapat informasi lain tentang Al Zarnuji berdasar pada data dari ibnu Khalikan, yaitu : menurutnya Imam Al Zarnuji adalah salah seorang guru imam Rukn Addin Imam Zada (wafat 573/1177-1178) dalam bidang fiqh. Imam Zada juga berguru pada Syech Ridau Al Din An Nishapuri (Wafat antara tahun 550 dan 600) dalam bidang mujahadah. Kepopuleran imam Zada diakui karena prestasinya dalam bidang ushuludin bersama dengan kepopuleran imam lain yang juga mendapat gelar rukn

  (sendi). Mereka antara lain Rukn Al-Din Al-Amidi (wafat 615) dan Rukn Ad Din At Tawusi (wafat 600)(Sudarto Abdul Hakim, 1995: 20). Data ini bisa di bilang sebagi penguat .argumen di paragraf atasnya yaitu sezaman dengan Ridha Al-Din Al-Naisari atau Syekh Ridau Al Din An Nisaphuri.

  Sehubungan dengan hal diatas, Grunebeum dan Abel mengatakan bahwa

  th th

  Burhanuddin Al Zarnuji adalah toward the end of 12 and beginning of 13

  

century A.D . Demikian pula mengenai daerah kelahirannya tidak ada

  keterangan pasti.Namun dilihat dari nisbahnya, Al Zarnuji, maka sebagian peneliti mengatakan bahwa beliau berasal dari Zarnuj. Dalam hubungan ini Mochtar Affandi dalam tesisnya yang berjudul The Methode of Learning as

  

Illustrated in al Zarnuji Ta’lim Al-Muta’alim mengatakan : it is a city in

Persia which was for maelly a capital and city of Sadjistan to the south of

heart (now Afganistan) Zarnuj adalah salah satu daerah di wilayah Persia

  yang pernah menjadi ibu kota Sidjistan yang terletak disebelah selatan Herat suatu daerah yang kini dikenal dengan nama Afghanistan (Nata, 2000 : 104).

  Afganistan sendiri merupakan salah satu wilayah penyebaran Islam dari Dinasti Ghaznawiyah yang berdiri sejak tahun 350 H. pada zaman bani Ghaznawiyah ini pembangunan dan kemajuan bidang ilmu pengetahuan mengalami kemajuan sehingga tidak kalah dengan daerah daerah sekitar seperti bukhara. Maka hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan intelektual Al Zarnuji.

  Pada sisi lain, ada juga yang berbeda pendapat bahwa menurut Al Quraisyi, sebutan Al Zarnuji itu dinisbatkan (diambil) dari nama sebuah kampung “Zarnuj”, yaitu sebuah pekampungan yang terletak di Turki, sedangkan Yaqut Al Humawi menisbatkan kata Al Zarnuji kepada sebuah perkampungan pekerja di Turkistan (Qabbani, 1981:1).

  Walaupun apabila dilihat dari karyanya yang terkenal yaitu kitab Ta’lim al-

  Muta’allim menggunakan bahasa Arab hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan bahwa az-Zarnuji berasal dari bangsa Arab. Karena banyak sekali para ulama ulama non Arab yang juga menuliskan karya-karyanya dengan menggunakan bahasa Arab, seperti kitab Tafsir Munir yang sering disebut sebagai Tafsir Munir, Maraah Labiid yang menggunakan bahasa Arab merupakan karangan Syekh Muhammad Nawawi yang berasal dari Indonesia.

B. Riwayat Pendidikan Al Zarnuji

  Mengenai riwayat pendidikannya dapat di ketahui dari keterangan yang dikemukakan para peneliti. Bahwa Al Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan samarkand, dua kota yang menjadi pusat keilmuan dan pengajaran. Masjid-masjid di kedua kota tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan dan ta’lim, yang diasuh antara lain oleh Burhanuddin Al-Marginani, Syamsuddin Abd Al-Wajdi Muhammad bin Muhammad bin Abd dan Al- Sattar Al-Amidi (Nata, 2000 : 104). Lebih lanjut ada beberapa peneliti mengatakan bahwa al Zarnuji ahli hukum dari sekolah Imam Hanafi yang ada di Khurasan dan Transoxiana. Sayangnya tidak tersedia fakta yang mendukung informasi ini (Muchtar Affandi dan Maemonah, 2009:52).

  Kemudian menurut beberapa peneliti banyak ulama-ulama yang menjadi guru Al Zarnuji, ulama-ulama tersebut seperti yang disebut dalam kitab

  Ta’limul Muta’allim antara lain seperti: 1.

  Ali bin Abu Bakar bin Abdul Jalil Al Farghani Al Marghinani Al Rustami, ulama besar bermadzhab Hanafi yang mengarang kitab Al Hidayah, suatu kitab fiqih rujukan utama dalam madzhabnya. Beliau wafat tahun 593H/1197M.

  2. Ruknul Islam Muhammad bin Abi Bakar. Popoler dengan gelar Khowahir Zadeh atau Imam Zadeh. Beliau ulama besar ahli Fiqih bermadzhab Hanafi, pujangga sekaligus penyair. Pernah menjadi mufti d Bukhara dan sangat masyhur dengan fatwa-fatwanya. Wafat tahun 573 H/ 1177 M

  3. Hamad bin Ibrahim. Seorang ulama ahli Fiqih bermadzhab Hanafi, sastrawan dan ilmu kalam, wafat tahun 576 H/ 1180M

  4. Fakhruddin al-Kasyani, yaitu Abu Bakar bin Mas’ud Al Kasyani, ulama ahli fiqih bermadzhab Hanafi. Wafat 587 H / 1191 M