BAB III - DOCRPIJM 1495024134BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR Ok

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.

1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang.

  3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang.

  Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk :

  a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

  b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

  c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

  f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

  g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

  Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM Kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

  a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKNP)

  Kriteria : i. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau. iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

  Kriteria : i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau. iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten

  c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

  i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga, ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga, iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

  d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: i. Pertahanan dan Keamanan

  a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional, b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. ii. Pertumbuhan ekonomi

  a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

  b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan

  c) memiliki potensi ekspor,

  d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

  e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

  f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. iii. Sosial dan Budaya

  a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional, b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa, c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

  e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

  a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

  b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c) memiliki sumber daya alam strategis nasional

  d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

  a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

  b) merupakan asset nasional berupa kawasan

  c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

  d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara, e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

  f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

  g) rawan bencana alam nasional

  h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  Penataan ruang wilayah Kabupaten adalah “Mewujudkan Ruang Wilayah Kabupaten melalui Pengembangan Ekonomi dengan Memanfaatan Potensi Pertanian dan Pertambangan secara berkelanjutan Menuju Kabupaten PALI yang

  Maju, Sejahtera, Religius, Aman, dan Nyaman”

  Bagian Kedua Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

  Pasal 1 : (1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud (2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

  a. Pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mendorong pertumbuhan wilayah sehingga meminimalisir ketimpangan antar wilayah; b. Peningkatan aksesibilitas, layanan sarana dan prasarana melalui pengembangan sistem trasnportasi keseluruh wilayah dalam rangka pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten;

  c. Pemantapan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan lindung;

  d. Pengembangan sektor ekonomi berbasis pertanian dan pertambangan yang didukung dengan pengembangan kegiatan industri yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terintegrasi dan ramah lingkungan; e. Pemanfaatan secara optimal pengelolaan lahan sesuai dengan daya dukung wilayah; dan f. Pengendalian dan pengaturan pemanfaatan ruang untuk menghindari konflik kepentingan antar sektor kegiatan.

  Pasal 2 : (1) Strategi pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mendorong pertumbuhan wilayah sehingga meminimalisir ketimpangan antar wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a, meliputi: a. mengembangkan Ibukota Kabupaten yaitu Kelurahan Talang Ubi Timur menjadi satu pusat kegiatan utama wilayah kabupaten (PKL); promosi (PKLp) wilayah kabupaten dan mempromosikan pusat utama lainnya sesuai dengan potensinya; c. menetapkan pusat kegiatan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan

  (PPK); dan

  d. menetapkan pusat kegiatan/pusat permukiman yang memiliki wilayah layanan antar desa dan atau lebih dari satu desa sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), selain yang telah ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan (PPK).

  (2) Strategi Peningkatan aksesibilitas, layanan sarana dan prasarana melalui pengembangan sistem trasnportasi keseluruh wilayah dalam rangka pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 6 ayat (2) huruf b, meliputi:

  a. membangun dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi keseluruh bagian wilayah Kabupaten untuk memperlancar aksesibilitas terutama pada kawasan perairan dan wilayah yang masih terisolir; b. mengembangkan jaringan jalan secara hirarki yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan antara pusat-pusat kegiatan dengan masing-masing wilayah pelayanan;

  c. mengembangkan sistem angkutan umum darat yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan, pusat permukiman penduduk dan mendukung pengembangan terminal penumpang yaitu terminal tipe B di Kecamatan Talang Ubi dan terminal tipe C di Kecamatan Penukal; disertai dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas dermaga yang saling terintegrasi; dan

  e. menyediakan fasilitas pelayanan sosial-ekonomi seperti pemerintahan kesehatan, pendidikan, air bersih, pasar dan olahraga.

  (3) Strategi Pemantapan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c, meliputi: a. mewujudkan Ruang Terbuka Hijau minimal 30% dari luas wilayah perkotaan; b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun kualitasnya; c. rehabilitasi lahan kritis, sedimentasi dan abrasi terutama pada hulu sungai yang terjadi di Kabupaten; dan d. meningkatkan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis wilayah sungai dan daerah aliran sungai. (4) Strategi Pengembangan sektor ekonomi berbasis pertanian dan pertambangan yang didukung dengan pengembangan kegiatan industri yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terintegrasi dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf d, meliputi: a. mengembangkan budidaya pertanian pangan dan hortikultura sebagai bagian terbesar penopang produksi untuk Provinsi Sumatera Selatan yang ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional melalui intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian; b. mengembangkan kawasan perkebunan melalui agropolitan untuk

  c. mengembangkan kegiatan industri untuk mendukung peningkatan nilai tambah, produktivitas dan saling terintegrasi dengan kegiatan lainnya; d. mengembangkan kawasan permukiman yang diarahkan untuk mendukung pengembangan pusat-pusat kegiatan dan pusat pelayanan; e. mengembangkan kawasan pertambangan untuk pengelolaan potensi sumber daya alam secara berimbang dan berkelanjutan dengan memprioritaskan aspek keseimbangan ekosistem dan pelestarian lingkungan hidup; f. mengembangkan dan meningkatkan kerjasama regional, nasional bahkan internasional di bidang ekonomi berupa perluasan pemasaran hasil produksi dan membuka peluang investasi; dan

  g. mengembangkan dan meningkatkan penggunaan teknologi pertanian termasuk perkebunan, perikanan, industri dan kegiatan lainnya guna meningkatkan produksi dengan kualitas yang baik dan bernilai ekonomi tinggi.

  (5) Strategi pemanfaatan dan pengelolaan lahan secara optimal sesuai dengan daya dukung wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf e, meliputi:

  a. mengoptimalkan pemanfaatan lahan tidur (lahan non produktif) sebagai kawasan budidaya pertanian pangan dan hortikultura yang didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana yang memadai; memantapkan kawasan budidaya dan tata batas kawasan lindung.

  (6) Strategi Pengendalian dan pengaturan pemanfaatan ruang untuk menghindari konflik kepentingan antar sektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) a. peningkatan SDM dan penguatan kapasitas kelembagaan;

  b. meningkatkan kontrol pengendalian terutama di kawasan perairan;

  c. mengawasi jalannya pemanfaatan lahan untuk memberikan kepastian perizinan dalam rencana pemanfaatan ruang dan investasi; dan d. menetapkan bentuk-bentuk perizinan, insentif dan disinsentif dalam penataan ruang secara tegas.

  3.1.2 Arahan Penataan Ruang POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

  Bagian Kesatu Umum

  Pasal 1 : (1) Rencana pola ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan kebijakan dan strategi penataan ruang, dengan mengacu pada pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan secara nasional, serta memperhatikan pola ruang yang ditetapkan oleh provinsi.

  (2) Rencana pola ruang wilayah kabupaten meliputi: a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.

  (3) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Pola Ruang dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan satu kesatuan dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

  Bagian Kedua

  Pasal 1 : Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a terdiri atas: a. kawasan lindung yang berfungsi memberikan perlindungan kawasan bawahannya; b. kawasan lindung yang berfungsi untuk memberikan perlindungan setempat;

  c. ruang terbuka hijau;

  d. kawasan pelestarian alam dan cagar budaya; dan e. kawasan rawan bencana alam.

  Pasal 2 : (1) Kawasan lindung yang berfungsi memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, meliputi : a. kawasan bergambut; dan b. kawsan resapan air.

  (2) Kawasan bergambut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

  a. Kecamatan Abab

  b. Kecamatan Penukal c. Kecamatan Penukal Utara

  d. Kecamatan Tanah Abang (3) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di

  Kecamatan Talang Ubi, Kecamatan Penukal Utara, Kecamatan Abab dan Kecamatan Penukal.

  Pasal 3 : (1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

  a. sempadan sungai;

  b. kawasan sempadan sungai;

  c. kawasan sekitar danau dan waduk; dan d. kawasan sekitar mata air.

  (2) Arahan kebijakan pengembangan pada kawasan lindung yang berfungsi untuk memberikan perlindungan setempat adalah dengan upaya berikut: a. Sempadan Sungai

  1. penetapan daerah kawasan sempadan sungai sepanjang kiri kanan sungai 100 (seratus) meter untuk sungai besar dan 50 (lima puluh) meter untuk sungai kecil/anak sungai yang memiliki fungsi ekologis;

  2. pengamanan di Daerah Aliran Sungai; 3. pengamanan daerah sepanjang kiri-kanan sungai, 100 (seratus) meter untuk sungai besar dan 50 (lima puluh) meter untuk sungai kecil/anak sungai;

  4. mencegah kegiatan budidaya di kawasan tepi sungai yang dapat merusak kawasan tepi sungai; dan

  5. pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar tepi sungai dan anak sungai yang berada diluar permukiman.

  b. Kawasan Tepi Waduk/Danau 1. penetapan kawasan sepanjang tepi waduk/danau yaitu 100 (seratus) meter dari tepi waduk/danau yang memiliki fungsi ekologis; 2. pengamanan daerah sepanjang tepi waduk/danau, yaitu 100 (seratus) meter dan tepi waduk/danau; daerah terbangun dalam kawasan tepi waduk/danau, kecuali berfungsi untuk menunjang fungsi lindung; dan

  4. pengendalian kegiatan budidaya yang merusak lingkungan yang pemindahannya dilakukan secara bertahap.

  c. Kawasan sekitar mata air 1. pengamanan kawasan sekitar mata air dengan radius 200 (dua ratus) meter di lokasi mata air yang memiliki fungsi ekologis; 2. pengamanan kawasan dengan radius 200 (dua ratus) meter di lokasi mata air; dan 3. pencegahan dan pengendalian kawasan terbangun di sekitar lokasi mata air yang mengganggu fungsi dan kelestarian mata air.

  Pasal 1 : Kawasan ruang terbuka hijau luas minimum 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan. Pasal 2 : (1) Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 28 huruf d, meliputi: a. kawasan pelestarian alam; b. kawasan cagar alam.

  (2) Pelestarian alam adalah taman hutan raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di kecamatan Talang Ubi.

  (3) Cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah Candi Bumi Ayu di kecamatan Tanah Abang.

  Pasal 3 : 28 huruf e meliputi kawasan rawan banjir.

  (2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di Kecamatan Talang Ubi, Tanah Abang, Penukal, Penukal Utara dan Abab pada kawasan yang dilalui oleh aliran Sungai Musi, Sungai Lematang dan anak sungainya terutama pada kawasan pertanian lahan kering campur semak.

  Bagian Ketiga Kawasan Budi Daya

  Pasal 1 : Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf b terdiri atas : a. kawasan peruntukan hutan produksi;

  b. kawasan peruntukan pertanian;

  c. kawasan peruntukan perikanan

  d. kawasan peruntukan pertambangan;

  e. kawasan peruntukan industri;

  f. kawasan peruntukan permukiman; g. kawasan peruntukan pariwisata;dan h. kawasan peruntukan lainnya.

  Pasal 2 : (1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a meliputi kawasan peruntukan hutan produksi tetap.

  (2) Kawasan peruntukan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat di: b. Kecamatan Penukal.

  Pasal 3 : (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b meliputi : a. kawasan peruntukan pertanian pangan;

  b. kawasan peruntukan pertanian hortikultura;

  c. kawasan peruntukan perkebunan; dan

  d. kawasan peruntukan peternakan; (2) Pengendalian alih fungsi pertanian khususnya pada lahan produktif yang memiliki irigasi dipertahankan fungsi dan peruntukannya guna menunjang program perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam rangka mempertahankan Sumatera Selatan sebagai lumbung pangan nasional.

  (3) Pengembangan kawasan pertanian ditujukan untuk mengembangkan area produksi pertanian dengan memanfaatkan potensi dan kesesuaian lahan dengan kemungkinan dukungan prasarana pengairan.

  (4) Pengembangan kawasan pertanian pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikembangkan di seluruh Kecamatan dengan jenis komoditas unggulan diantaranya.

  a. padi (terutama di Kecamatan Talang Ubi, Kecamatan Penukal Utara, Kecamatan Penukal, Kecamatan Abab, Kecamatan Penukal dan Kecamatan Tanah Abang);

  b. jagung (terutama di Kecamatan Talang Ubi, Kecamatan Penukal Utara, Kecamatan Tanah Abang); dan

  c. kedelai (terutama di Kecamatan Talang Ubi dan Kecamatan Penukal Utara).

  (5) Pengembangan kawasan pertanian pangan yang dimasukan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diatur dengan peraturan daerah tersendiri. (6) Pengembangan kawasan peruntukan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikembangkan di seluruh kabupaten/kota dengan jenis komoditas unggulan diantaranya:

  a. cabai (terutama di Kecamatan Tanah Abang, Kecamatan Abab, Kecamatan Penukal, Kecamatan Penukal Utara dan Kecamatan Talang Ubi);

  b. kacang Hijau (terutama di Kecamatan Tanah Abang);

  c. pisang (terutama di Kecamatan Tanah Abang dan Kecamatan Penukal);

  d. kacang tanah (terutama di Kecamatan Tanah Abang dan Kecamatan Talang Ubi).

  (7) Pengembangan kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan kesesuaian lahan, peremajaan areal tanaman perkebunan, serta pengembangan sentra produksi perkebunan.

  (8) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dikembangkan di: a. Kecamatan Talang Ubi;

  c. Kecamatan Penukal Utara;

  d. Kecamatan Penukal; dan e. Kecamatan Abab.

  (9) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dikembangkan di: a. Kecamatan Talang Ubi;

  b. Kecamatan Tanah Abang;

  c. Kecamatan Penukal Utara;

  d. Kecamatan Penukal; dan e. Kecamatan Abab.

  Pasal 4 : Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c terdapat di: a. Kecamatan Tanah Abang;

  b. Kecamatan Abab;

  c. Kecamatan Penukal Utara; dan

  d. Kecamatan Penukal

  Pasal 5 : (1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf d terdiri atas: a. mineral, batubara dan batuan; dan

  b. minyak, gas dan gas methan batubara; (2) Kawasan pertambangan mineral, batubara dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dikembangkan di:

  Kecamatan Abab, Kecamatan Penukal, dan Kecamatan Penukal Utara;

  b. batubara, dikembangkan dengan pengendalian di Kecamatan Tanah Abang, Kecamatan Penukal, Kecamatan Penukal Utara, Kecamatan Abab, dan Kecamatan Talang Ubi;dan c. batuan terdiri pasir, tanah urug, tanah liat dan bahan galian lainnya.

  (3) Kawasan pertambangan minyak, gas dan gas methan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dikembangkan di : a. Kecamatan Talang Ubi;

  b. Kecamatan Tanah Abang;

  c. Kecamatan Abab;

  d. Kecamatan Penukal; dan e. Kecamatan Penukal Utara.

  (4) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam Wilayah Pertambangan (WP).

  Pasal 6 (1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf e terdiri atas: a. kawasan industri besar;

  b. kawasan industri sedang; dan c. kawasan industri kecil.

  (2) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan di Kecamatan Talang Ubi.

  (3) Kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan di Desa Sungai Ibul Kecamatan Talang Ubi. tersebar di seluruh wilayah kabupaten.

  Pasal 7 : Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam 34 huruf f meliputi: a. kawasan peruntukan pemukiman perkotaan; dan b. kawasan peruntukan pemukiman perdesaan.

  Pasal 8 : (1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf g yaitu kawasan wisata budaya.

  (2) Kawasan wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu Candi Bumi Ayu.

  Pasal 9 : (1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf h terdiri atas: a. kawasan ruang evakuasi bencana; dan b. kawasan peruntukan bagi sektor informal.

  (2) Kawasan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi dengan aksesibilitas dan petunjuk arah serta sarana dasar seperti sumber air bersih dan Mandi Cuci Kakus. (3) Kawasan ruang evakuasi bencana ditetapkan di kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana alam daerah sebagaimana tertuang dalam Pasal 33 ayat (2). (4) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal sebagaimana dimaksud pada

  PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS Bagian Kesatu

  Umum

  Pasal 1 : (1) Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap: a. tata ruang di wilayah sekitarnya;

  b. kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan c. peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  (2) Rencana pengembangan kawasan strategis meliputi:

  a. KSP; dan b. KSK.

  (3) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 (satu berbanding lima puluh ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan satu kesatuan dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

  Bagian Kedua Kawasan Strategis Provinsi

  Pasal 1 : Rencana pengembangan KSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf a yaitu Kawasan Wisata Candi Bumi Ayu. Bagian Ketiga Kawasan Strategis Kabupaten (1) KSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau daya dukung lingkungan hidup.

  (2) Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

  b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya; dan

  c. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  Pasal 2 : (1) Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf a ditetapkan di : a. Kawasan Perkotaan Talang Ubi;

  b. Kawasan Strategis Agropolitan Talang Ubi yang meliputi Kelurahan Talang Ubi Timur, Kelurahan Talang Ubi Barat, Kelurahan Talang Ubi

  Utara, Kelurahan Pasar Bayangkara, Desa Talang Akar, Desa Sungai Baung, dan Kelurahan Handayani Mulia;

  c. Kawasan Strategis Agropolitan Penukal Utara meliputi Desa Tempirai Selatan, Tempirai, Desa Prabumenang, Desa Karang Tanding, Desa Lubuk Tampui, Desa Tanjung Baru, Desa Tambak, Desa Kota Baru, dan Desa Tempirai Timur;

  d. Kawasan Pelabuhan Khusus batubara yang berada di Desa Prambatan,

  e. Kawasan Koridor Abab

  • – Talang Ubi;

  f. Kawasan Koridor Tanah Abang – Penukal Utara;dan

  g. Kawasan Strategis Daerah Penyangga Kawasan Industri Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP).

  (2) Untuk operasionalisasi RTRW Kabupaten disusun Rencana Rinci Tata Ruang berupa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.

  (3) Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

  Pasal 3 : (1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf b meliputi kawasan yang memiliki nilai strategis kabupaten dengan sudut kepentingan sosial budaya daerah. (2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu Situs Candi Bumi Ayu, Kecamatan Tanah Abang.

  Pasal 4 :

  (1) Kawasan strategis aspek lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 45 ayat (2) huruf c meliputi kawasan yang memiliki nilai strategis kabupaten dengan sudut kepentingan lingkungan hidup.

  (2) Kawasan strategis aspek lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu kawasan gambut dan rawa terletak di Kecamatan Tanah Abang, Kecamatan Penukal, Kecamatan Penukal Utara, dan Kecamatan Abab.

  BAB VII Bagian Kesatu Umum Pasal 1 : (1) Arahan pemanfaatan ruang terdiri dari indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan.

  (2) Indikasi program utama pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

  a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang; dan b. indikasi program utama perwujudan pola ruang.

  (3) Indikasi sumber pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan kerjasama pendanaan.

  (4) Indikasi pelaksana kegiatan terdiri dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat.

  (5) Indikasi waktu pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu:

  a. tahap pertama, yaitu tahun 2016

  • –2020, diprioritaskan pada perencanaan, peningkatan fungsi dan pengembangan;
b. tahap kedua, yaitu tahun 2021

  • –2025, diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan pengembangan;

  c. tahap ketiga, yaitu tahun 2026

  • –2030, diprioritaskan pada pengembangan dan pemantapan; dan

  d. tahap keempat, yaitu tahun 2031 –2036, diprioritaskan pada pemantapan.

  (6) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

  Bagian Kedua Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang

  Pasal 1 : (1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf a meliputi indikasi program untuk perwujudan sistem pusat kegiatan dan infrastruktur serta perwujudan sistem jaringan prasarana perkotaan.

  (2) Indikasi program utama perwujudan sistem pusat kegiatan dan infrastruktur serta sistem jaringan prasarana perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikasi program utama perwujudan sistem pusat kegiatan primer, jaringan transportasi, jaringan telekomunikasi, jaringan energi, jaringan sumber daya air, jaringan air minum, jaringan drainase, jaringan air limbah, dan sistem persampahan.

  Pasal 2 : (1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang kabupaten pada tahap pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf a diprioritaskan pada:

  a. peningkatan fungsi pusat-pusat kegiatan pertanian, perdagangan dan jasa, pariwisata, transportasi, industri dan pemerintahan; b. pengembangan jaringan transportasi meliputi transportasi jalan dan

  c. pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak; d. pengembangan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi; e. pengembangan jaringan sumber daya air dan jaringan sungai.

  f. pengembangan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan; g. pengembangan jaringan drainase makro dan mikro;

  h. pengembangan jaringan air limbah setempat dan/atau terpusat dan pengolahan limbah/B3; dan i. pengembangan pengelolaan persampahan meliputi TPS, TPST dan TPA.

  (2) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah kabupaten, pada tahap kedua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf b diprioritaskan pada:

  a. peningkatan fungsi pusat-pusat kegiatan pertanian, perdagangan dan jasa, pariwisata, transportasi, industri dan pemerintahan; b. pengembangan jaringan transportasi meliputi transportasi jalan, terminal, dan jaringan perkeretaapian; c. pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak; d. pengembangan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi; e. pengembangan jaringan sumber daya air, dan jaringan sungai; perpipaan; g. pengembangan jaringan drainase makro dan mikro;dan h. pengembangan persampahan TPS, TPST dan TPA.

  (3) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang kabupaten, pada tahap ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf c diprioritaskan pada:

  a. pengembangan jaringan jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan jalan lokal, terminal dan jaringan perkeretaapian; b. pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak; c. pengembangan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi; d. pengembangan jaringan sumber daya air, dan jaringan sungai;

  e. pengembangan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan; f. pengembangan jaringan drainase makro dan mikro; g. pengembangan jaringan air limbah setempat dan/atau terpusat dan pengolahan limbah/ B3; dan h. pengembangan persampahan TPS, TPST dan TPA. (4) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kabupaten, pada tahap keempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf d diprioritaskan pada:

  a. pemantapan jaringan jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan jalan

  b. pemantapan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

  c. pemantapan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu Induk, dan jaringan transmisi; d. pemantapan jaringan sumber daya air, dan jaringan sungai;

  e. pemantapan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan; f. pemantapan jaringan drainase makro dan mikro;

  g. pemantapan jaringan air limbah setempat dan/atau terpusat dan pengolahan limbah/ B3; dan h. pemantapan persampahan TPS, TPST dan TPA.

  Bagian Ketiga Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

  Pasal 1 : (1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b meliputi indikasi program untuk perwujudan kawasan lindung dan perwujudan kawasan budidaya.

  (2) Indikasi program utama perwujudan kawasan lindung dan perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : indikasi program untuk perwujudan kawasan lindung yang terdiri dari kawasan perlindungan setempat, cagar budaya, rawan bencana alam, serta indikasi program untuk perwujudan kawasan budidaya yang terdiri dari kawasan pusat pemerintahan, industri, pariwisata, perdagangan dan jasa, perumahan dan budidaya lain.

  Pasal 2 : pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf a diprioritaskan pada:

  a. kawasan lindung setempat;

  b. rehabilitasi fungsi-fungsi lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari : perlindungan setempat, cagar budaya, dan rawan bencana alam; c. penetapan dan pengembangan zona industri, pendidikan tinggi, kesehatan, dan pariwisata; d. penetapan alokasi ruang untuk usaha sayur-sayuran, bunga-bungaan dan ternak sapi; dan e. pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, dan kawasan perdagangan dan jasa.

  (2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah kabupaten, pada tahap kedua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf b diprioritaskan pada:

  a. pengembangan kawasan pusat pemerintahan, industri, pertanian, pariwisata, perdagangan dan jasa, dan perumahan; b. pemantapan fungsi-fungsi lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari : perlindungan setempat, cagar budaya, dan rawan bencana alam; dan c. pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, dan kawasan perdagangan dan jasa.

  (3) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah kabupaten, pada tahap ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf c diprioritaskan pada : perdagangan dan jasa, dan perumahan.

  b. pemantapan fungsi-fungsi lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari : perlindungan setempat, cagar budaya, dan rawan bencana alam; dan c. pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, dan kawasan perdagangan dan jasa.

  (4) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah kabupaten, pada tahap keempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf d diprioritaskan pada:

  a. pemantapan pusat pemerintahan, industri, pertanian, pariwisata, perdagangan dan jasa, dan perumahan; b. pemantapan fungsi-fungsi lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari : perlindungan setempat, cagar budaya, dan rawan bencana alam; dan c. pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, dan kawasan perdagangan dan jasa.

  BAB VIII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Bagian Kesatu

  Umum

  Pasal 1 : (1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. (2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : b. ketentuan perizinan;

  c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan d. ketentuan sanksi.

  Bagian Kedua Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

  Pasal 1 : (1) Ketentuan umum peraturan zonasi wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah

  Kabupaten dalam menyusun peraturan zonasi. (2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;

  b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan

  c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan disekitar sistem prasarana.

  (3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam lampiran V yang merupakan satu kesatuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

  Bagian Ketiga Ketentuan Perizinan

  Pasal 1 : (1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) huruf b pemanfaatan ruang berdasarkan struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini. (2) Ketentuan perizinan ini bertujuan untuk :

  a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, standar, dan kualitas minimum yang ditetapkan; b. menghindari eksternalitas negatif; dan c. melindungi kepentingan umum.

  (3) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang. (4) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur yang telah ditetapkan Peraturan Perundang-Undangan.

  Pasal 2 : (1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3) terdiri atas : a. Izin lokasi;

  b. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah;

  c. Izin Mendirikan Bangunan;

  d. Izin penerbitan hak atas tanah ke BPN; e. Izin perpanjangan hak atas tanah ke BPN;

  f. Izin peralihan hak atas tanah ke BPN; g. Izin pematangan lahan.

  (2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

  Bagian Keempat Ketentuan Insentif dan Disinsentif

  Umum

  Pasal 1 : (1) etentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) huruf c merupakan acuan bagi Pemerintah Kabupaten dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan ruang.

  (2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mendorong/mempercepat pemanfaatan ruang sesuai dengan struktur ruang, pola ruang dan ketentuan umum peraturan zonasi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

  (3) Pengenaan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, dan/atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

  Paragraf 2 Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif Pasal 1 :

  (1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten kepada masyarakat.

  (2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi yang berwenang.

  Pasal 2 : (1) Bentuk insentif dan disinsentif dapat berupa fiskal seperti keringanan/pemotongan pajak atau kenaikan pajak; pemberian/pembebanan (2) Tata cara pemberian insentif dilakukan melalui:

  a. penetapan bagian wilayah kabupaten yang didorong atau dipercepat pertumbuhannya dan penetapan insentif yang diberikan bagi pelaku pembangunan baik secara individu maupun berupa badan usaha;

  b. menetapkan bentuk insentif yang akan diberikan pada kawasan-kawasan yang sudah ditetapkan pada huruf a, seperti kemudahan pengurusan izin, pembebasan biaya IMB, dan/atau pengurangan pajak, diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang; dan c. penetapan jangka waktu pemberian insentif bagi pelaku pembangunan atau pemanfaatan ruang.

  (3) Tata cara pengenaan disinsentif dilakukan melalui :

  a. penetapan bagian wilayah kabupaten yang dibatasi pertumbuhannya atau pemanfaatan ruangnya dan penetapan pengenaan disinsentif bagi bentuk pemanfaatan ruang yang dibatasi/dilarang; dan

  b. menetapkan bentuk disinsentif yang akan diberlakukan untuk setiap bentuk pemanfaatan ruang yang dibatasi seperti pengenaan pajak yang tinggi, biaya perizinan yang tinggi, pembatasan intensitas pemanfaatan ruang, atau berkewajiban menyediakan prasarana lingkungan.

  BAB IX PENINJAUAN KEMBALI RTRW Pasal 1 : (1) Jangka waktu RTRW Kabuapten adalah 20 (dua puluh) tahun dari tahun 2016- 2036 dan dapat ditinjau kembali setiap 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas territorial Negara, dan/atau wilayah kabupaten yang ditetapkan dengan undang-undang, RTRW Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

  BAB IX HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Bentuk Peran Masyarakat Pasal 1 : Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:

  a. mengetahui rencana tata ruang;

  b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;

  c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; d. mengajukan keberatan kepada pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di daerah; e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat yang berwenang; dan f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan menimbulkan kerugian.

  Pasal 2 :

  a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

  b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan sebagai milik umum.

  Pasal 3 : Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan antara lain melalui:

  a. partisipasi dalam perencanaan tata ruang;

  b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

  Pasal 4 : Bentuk partisipasi dalam perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf a terdiri atas:

  a. masukan mengenai: 1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;

  2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan; 3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan; 4. perumusan konsep rencana tata ruang; dan/atau 5. penetapan rencana tata ruang.

  b. kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

  Bentuk partisipasi dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf b terdiri atas: a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

  b. kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang; c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan; d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;

  e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan Sumber Daya Alam; dan

  f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

  Pasal 6 : Bentuk partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf c terdiri atas : a. memberi masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan; menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

  Bagian Kedua Tata Cara Peran Masyarakat

  Pasal 1 : Tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau tertulis kepada Bupati dan/atau melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

  Pasal 2 : Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, Pemerintah Kabupaten membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

  Pasal 3 : Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.