Hubungan antara inteligensi, dukungan sosial orang tua, dan konsep diri terhadap prestasi belajar anak - USD Repository
HUBUNGAN ANTARA INTELIGENSI, DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA,
DAN KONSEP DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh :
Shiella Saraswati
079114119
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
"People t ake dif f erent roads seeking f ulf illment and happiness. Just because t hey're not on your road, doesn't mean t hey've got t en lost ." (D alai L ama)
"You can have it all. You just can't have it all at once." (Oprah Winfrey) Hadirat-Mu yang menguatkan aku di dalam pengharapan, membuat hidupku menjadi indah.
Skripsi ini kupersembahkan untuk : Papa, Mama, dan adikku tercinta sebagai ungkapan cinta dan terima kasihku atas kasih dan dukungannya yang tiada berkesudahan
HUBUNGAN ANTARA INTELIGENSI, DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA,
DAN KONSEP DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK
Shiella SaraswatiABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intelegensi, dukungan sosial orang
tua, dan konsep diri terhadap prestasi belajar anak. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 133 siswa/i
kelas 2 SD. Untuk Skala Dukungan Sosial uji coba reliabilitas menunjukan koefisien korelasi sebesar
0.725 dan untuk Skala Konsep Diri sebesar 0.803. Taraf signifikansi yang diperoleh (dengan p < 0.05)
dari variabel intelegensi sebesar 0.000 sehingga hipotesis intelegensi berkorelasi positif dengan
prestasi belajar diterima. Untuk dukungan sosial diperoleh taraf signifikansi sebesar 0.177 sehingga
hipotesis dukungan sosial berkorelasi positif dengan prestasi belajar ditolak. Sedangkan untuk konsep
diri diperoleh taraf signifikansi sebesar 0.463 sehingga hipotesis konsep diri berkorelasi positif dengan
prestasi belajar ditolak. Kata Kunci : prestasi belajar, inteligensi, dukungan sosial orang tua, konsep diri, anak.
CORRELATION BETWEEN INTELLIGENCE, PARENTS SOCIAL
SUPPORT, AND SELF-CONCEPT TOWARD CHILDREN’S LEARNING
ACHIEVEMENT
Shiella Saraswati
ABSTRACT
The purpose of this research is to investigate whether there is a correlation between intelligence,
parents social support, and self-concept toward children’s learning achievement. Subjects of the
ndreasearch were 133 2 grade primary student. The reliability coefficient for parents social support
scale was 0.725 and Self-concept scale was 0.803. The significance level for intelligence is 0.000 ( p <
0.05), it means that the hypothesis of a positive correlation between intelligence and children’s
learning achievement is accepted. As for parents social support, the level of significance is 0.177, it
means the hypothesis of a positive correlation between parents social support and children’s learning
achievement is denied. The significance level of self-concept is 0.463 it means the hypothesis of a
positive correlation between self-concept and children’s learning achievement was denied.Keywords : learning achievement.,intelligence, parents social support, self-concept, children.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kasih, karena berkat dan kuasa serta kasih-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Proses pembuatan skripsi ini, dari awal hingga akhir, telah melibatkan banyak pribadi yang dengan tangan terbuka memberikan bantuannya. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ungkapan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Allah Bapa, Tuhan Yesus ,dan malaikat pelindungku yang selalu menjagaku setiap hari. Terima kasih karna kasih dan segala berkat-Nya dalam hidupku.
2. Mommy dan Daddy untuk semua perhatian, omelan, semangat dan segala dukungan yang diberikan, love u both. ^.^
3. Dede tercinta, buat semua dukungannya, dan usahanya tuk selalu membuatku tersenyum saat mengerjakan skripsi ini...
4. Seluruh keluarga besarku yang tersebar dimana-mana dan telah mendukungku untuk terus maju dan menyelesaikan skripsi ini..
5. PS. Roy Kartiko,, makasih buat doa dan semangatnya om. dan terima kasih buat firmannya yang menguatkan.
6. MK Elsadai II Shekina II makasih buat dukungan doanya guys,, Gbu all
7. Temen-temen tambourin, makasih udah ngertiin aku waktu aku tidak bisa ikut latihan dan dukungannya yang selalu mengalir.
8. My beib, makasih udah menjadi orang yang sabar banget saat aku sensi karena skripsi ini, perhatiannya, dan semua dukungannya buat aku.. >,<
9. Daniel, untuk jurnal-jurnal yang amat berguna buat penelitian ini.
10. Dr.Ch.Siwi Handayani, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini.
11. Agung Santoso,S.Psi.,M.A., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, menyediakan waktu dan banyak memberi masukan berharga dari awal hingga akhir pembuatan skripsi ini.
12. A.Tanti Arini, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, yang telah memotivasi agar aku tetap focus dalam mengerjakan skripsi
13. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Mas Muji, Mas Gandung, dan Pak Gie, yang telah membantu kelancaran selama penulis menjalankan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
14. Flori, akhirnya selesai juga skripsi ini, makasih buat bantuan,saran, dan kerjasamanya ya.. buat Misha teman yang gokil abis ( pengalaman “gila” kita di Psycompilation Maranatha tak kan pernah kulupakan... Im glad to know u
guys ^-*)
15. Kristin, makasih buat cerita-cerita dan dukungannya ya say.. Semua Teman- teman angkatan 2007 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, makasih ya untuk semua yang telah kita lalui bersama.
16. Skolastika ,Luci, dan Ebi yang sudah menjadi asisten yang sigap dalam memasukan data penelitian, kalian sangat meringankan pekerjaanku.
17. Kepala sekolah, guru, dan murid-murid SD Kanisius Demangan, Sorowajan, dan Condong Catur yang sudah bersedia membantu proses pengambilan data penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan rendah hati penulis terbuka menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya. Terima kasih.
Yogyakarta, 19 Mei 2011 Shiella Saraswati
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................... v ABSTRAK................................................................................................. vi ABSTRACT.............................................................................................. vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH............................. viii KATA PENGANTAR.............................................................................. ix DAFTAR ISI............................................................................................ xii DAFTAR TABEL.................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
1 A. Latar Belakang....................................................................................
1 B. Rumusan Masalah...............................................................................
5 C. Tujuan Penelitian.................................................................................
5 D. Manfaat Penelitian...............................................................................
5 BAB II LANDASAN TEORI..................................................................
7 A. Anak....................................................................................................
7 1. Pengertian anak.............................................................................
7 2. Perkembangan pada akhir masa anak-anak..................................
7 a. Perkembangan anak menurut Hurlock...................................
8 b. Perkembangan anak menurut Santrock..................................
8 c. Perkembangan anak menurut Erikson....................................
9 B. Prestasi Belajar...................................................................................
10
1. Pengertian prestasi belajar........................................................... 10 2. Pengukuran prestasi belajar.........................................................
11 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.....................
11
b. Faktor eksternal siswa...........................................................
27
D. Subjek penelitian.............................................................................. 42
C. Definisi Operasional......................................................................... 40
B. Identifikasi Variabel......................................................................... 40
40 A. Jenis penelitian.................................................................................. 40
G. Hipotesis........................................................................................... 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................
34 F. Dinamika antar variabel.................................................................... 37
33 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri...........................
31 6. Konsep Diri ideal........................................................................
30 5. Pembentukan Konsep diri............................................................
29 b. Konsep diri positif..................................................................
4. Konsep diri positif dan konsep diri negatif.................................. 29 a. Konsep diri negatif.................................................................
c. Penilaian................................................................................. 28
26 b. Harapan..................................................................................
14 C. Inteligensi..........................................................................................
25 a. Pengetahuan...........................................................................
24 3. Dimensi konsep diri.....................................................................
1. Pengertian konsep diri.................................................................. 23 2. Konsep diri anak..........................................................................
23
3. Bentuk dukungan orangtua......................................................... 22 E. Konsep Diri.........................................................................................
2. Dukungan sosial orangtua............................................................ 21
1. Pengertian dukungan sosial......................................................... 20
20
27 D. Dukungan Sosial................................................................................
18 3. Pengukuran Inteligensi................................................................
18 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi............................
15 1. Pengertian Inteligensi..................................................................
E. Metode pengumpulan data............................................................... 42
G. Analisis Data....................................................................................
56 2. Uji Hipotesis..............................................................................
63 LAMPIRAN..........................................................................................
61 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
61 B. Saran................................................................................................
61 A. Kesimpulan......................................................................................
60 BAB V PENUTUP................................................................................
57 F. Kelemahan Penelitian......................................................................
56 E. Pembahasan.....................................................................................
55 c. Uji Homogenitas residu.......................................................
49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................... 50
54 b. Uji Linearitas.......................................................................
54 a. Uji Asumsi normalitas residu..............................................
54 1. Uji Asumsi.................................................................................
C. Deskripsi data penelitian.................................................................. 53 D. Hasil Penelitian................................................................................
B. Pelaksanaan penelitian..................................................................... 51
2. Uji coba alat ukur....................................................................... 50
1. Izin penelitian............................................................................. 50
A. Persiapan penelitian......................................................................... 50
66
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel 1 Bentuk akhir skala dukungan sosial........................................
46 Tabel 2 Bentuk akhir skala konsep diri................................................
47 Tabel 3 Deskripsi data penelitian.........................................................
53 Tabel 4 Uji t dan signifikans................................................................
57
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan memegang peranan yang penting dalam upaya meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan di harapkan dapat mengembangkan kemampuan masyarakat yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas sumber daya bangsa. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan perbaikan, perubahan, dan pembaharuan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan peserta didik atau siswa. Kualitas seorang siswa bisa dilihat dari hasil akademis yang diperolehnya. Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh atau dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar disekolah melalui tes/evaluasi yang diwujudkan dalam bentuk angka atau huruf. Dengan mengetahui prestasi belajar anak, orangtua maupun guru dapat mengarahkan anak untuk terus mengasah potensi yang ada dalam dirinya sehingga mereka dapat menjadi orang yang berhasil.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang dapat digolongkan menjadi tiga, yakni faktor pendekatan belajar, eksternal, dan internal. (Syah, 2004). Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Dalam pendekatan ini guru memegang peranan penting untuk memotivasi siswa sehingga siswa merasa mampu untuk menyelesaikan kompetensi belajarnya. Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor eksternal, antara lain kompetensi guru, lingkungan sosial, faktor media massa, dan aktivitas anak di masyarakat. Selain itu dukungan orang tua, turut menentukan prestasi belajar siswa. Dukungan orang tua meliputi perhatian orang tua, keadaan ekonomi orang tua, dan hubungan antara anggota keluarga. Penelitian tentang dukungan sosial dan prestasi belajar pernah dilakukan oleh Widyawati (2005) Ia berhasil membuktikan adanya hubungan positif antara dukungan sosial dan prestasi belajar. Anak yang mendapatkan dukungan material yang cukup dari orangtua akan menjalankan kegiatan belajarnya dengan baik karena pemenuhan kebutuhan yang membantu kelancaran proses belajar mengajar. Begitupun dengan pemenuhan kebutuhan emosional dalam bentuk cinta, perhatian, penghargaan, dengan ini anak menjadi lebih termotivasi lagi untuk mengasah potensi yang ada pada dirinya yang akan berdampak pada prestasi belajarnya.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada di dalam diri siswa, baik fisiologis maupun psikologis; seperti konsep diri, termasuk di dalamnya self image, kesadaran diri , motivasi. Semua hal tersebut memerlukan harmonisasi dalam proses pembelajaran yang akan mendukung hasil belajar (Wahyuni,2007). Salah satu faktor internal yang penting bagi prestasi belajar adalah intelegensi. Menurut David Weschler (1982) intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif. Karena itu makin tinggi intelegensi seseorang maka makin tinggi pula prestasi belajarnya. Penelitian Ekowati
(2006) mengatakan terdapat kontribusi positif antara intelegensi dan hasil belajar siswa.
Faktor internal lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah konsep diri. Konsep diri adalah semua persepsi, kepercayaan, perilaku dan nilai-nilai yang digunakan diri seseorang untuk mendeskripsikan dirinya sendiri. (Perkins, 1958). Konsep diri seorang anak berubah seiring dengan cara pandang dirinya pada suatu periode waktu konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Menurut Hurlock (1994) pembentukan konsep diri dalam setiap orang berlangsung dalam beberapa tahap.
Seseorang dengan konsep diri positif akan mempunyai kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang baik pula, yang memungkinkan untuk melakukan evaluasi secara obyektif terhadap dirinya sendiri. Selain itu konsep diri merupakan kunci untuk membangun komunikasi terbuka antara guru dan murid sehingga menciptakan partisipasi aktif antara keduanya dalam kegiatan belajar mengajar. Konsep diri positif akan meminimalkan munculnya kesulitan belajar dalam diri siswa. Berkurangnya kesulitan belajar inilah yang pada akhirnya memungkinkan siswa untuk mendapatkan penguasaan akademik yang lebih baik.
Penelitian konsep diri yang berhubungan dengan prestasi belajar pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fink (dalam Burns, 1982) menunjukan adanya perbedaan konsep diri antara siswa yang tergolong dan underachiever. Penelitian yang dilakukan oleh Naam (2007)
overachiever
dan Anita (2001) menunjukan hubungan yang bermakna antara prestasi belajar dan konsep diri positif.
Penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Perbedaan dapat dilihat dari subjek penelitian juga variabel yang disertakan dalam penelitian. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui hubungan antara prestasi belajar dengan intelegensi, dukungan sosial yang diberikan orangtua, dan konsep diri pada siswa kelas 2 SD. Pada tingkat ini siswa memiliki interaksi yang lebih banyak dengan orang di sekitarnya dibandingkan sebelumnya, sehingga memungkinkan berkembangnya kemampuan interpersonal yang membentuk konsep diri.
Selama ini penelitian yang dilakukan mengunakan remaja sebagai subjek penelitian, sedangkan anak memiliki konsep diri yang berbeda mekanismenya dengan remaja ataupun orang dewasa. Konsep diri ideal pada anak masih berorientasi pada hal-hal yang kurang nyata, tetapi remaja dan orang dewasa memiliki konsep diri ideal yang mengarah pada hal-hal yang nyata.
Begitu pun untuk inteligensi dan dukungan sosial orangtua, penelitian yang menunjukan hubungan positif antara intelegensi dan dukungan sosial orangtua terhadap prestasi belajar anak dilakukan puluhan tahun yang lalu dimana keadaan saat itu berbeda dengan saat ini. Saat ini orangtua memiliki kesibukan yang lebih padat karena banyaknya pasangan suami istri yang bekerja, sehingga kurang memberikan dukungan sosial yang cukup pada anaknya.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan intelegensi, dukungan sosial orang tua, dan konsep diri anak?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara intelegensi, dukungan sosial orang tua, dan konsep diri terhadap prestasi belajar anak?
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan referensi teoritis mengenai hubungan antara kondisi psikologis anak, khususnya konsep diri, dukungan sosial dengan prestasi belajar.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan informasi mengenai keterkaitan intelegensi, dukungan sosial yang diberikan orangtua, dan konsep diri anak pada prestasi belajar.
BAB II LANDASAN TEORI A. Anak
1. Pengertian anak
Anak merupakan seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas, yang biasa berusia 0-12 tahun. (Junaidi, 2009).
John Locked ( dalam Santrock 1995) berpendapat anak merupakan individu yang bagaikan selembar kertas kosong. Locked yakin pengalaman masa kanak-kanak penting dalam menentukan karakteristik saat mereka dewasa.
Sedangkan menurut Jean Rousseau (dalam Santrock 1995). anak adalah individu yang meskipun dapat berkembang secara alamiah, perlu dipantau serta dibimbing oleh orangtua. Dari definisi di atas dapat disimpulkan anak adalah seorang individu yang belum mengalami masa pubertas dan membutuhkan orang yang lebih dewasa untuk berkembang sehingga dapat memiliki karakteristik yang baik saat dewasa.
2. Perkembangan Akhir Masa Anak-anak
Periode ini dimulai ketika anak mulai memasuki Sekolah Dasar dan berakhir ketika anak mengalami kematangan seksual. Periode ini juga disebut sebagai periode anak usia Sekolah Dasar, karena pada masa ini anak mulai memasuki sekolah formal.
a. Karakteristik perkembangan pada masa akhir anak-anak menurut Hurlock sebagai berikut : 1). Masa berkelompok dimana perhatian utama anak-anak tertuju pada keinginan diterima kelompoknya 2). Proses penyesuaian diri dengan standar yang disetujui kelompoknya 3). Usia kreatif, menunjukkan bahwa anak ketika tidak dihalangi oleh rintangan-rintangan lingkungan, kritik, cemoohan dari orang dewasa maka anak akan mengerahkan tenaganya dalam kegiatan-kegiatan yang kreatif.
4). Usia bermain karena luasnya minat anak
b. Perkembangan pada masa akhir anak-anak menurut Santrock 1). Perubahan fisik (tubuh) pada anak. Diantara aspek-aspek penting perubahan tubuh di dalam periode perkembangan adalah sistem rangka, sistem otot, dan ketrampilan motorik
2). Kemampuan menganalisis kata, misalnya anak ketika mendengar kata “anjing”, anak dapat mengaitkan kata ‘anjing” dengan suatu kata yang menunjukkan penampilannya (hitam, besar). 3). Memiliki kreativitas 4). Menjalin relasi dengan teman sebayanya c. Perkembangan kognisi pada masa akhir anak-anak menurut Piaget Menurut Piaget akhir masa anak-anak berada pada tahap konkrit operasional dengan ciri : 1). Berpikir dengan lebih terorganisasi, memikirkan alasan logis tentang informasi yang konkrit.
2). Menguasai konservasi Piaget, pembagian kelas, masalah-masalah bersambung termasuk pengambilan kesimpulan.
3). Memperlihatkan spasial reasoning dengan lebih efektif seperti diperlihatkan pada penguasaan konservasi, kemampuan memberikan arahan yang jelas, peta kognitif yang lebih terorganisasi dengan baik.
c. Teori Psikososial Erickson Menurut Erickson akhir masa anak-anak berada pada tahap Industry
versus inferiority , dengan ciri :
1). Pada tahap ini interaksi sosial anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
2). Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya. 3). Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
4). Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman baru.
5). Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. 6). Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar ialah tingkat pencapaian atau penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dalam kurun waktu tertentu dalam suatu program pengajaran ( Saronson, 1964).
Keberhasilan siswa dalam proses belajarnya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai dalam kurun waktu tertentu. Dalam hal ini dapat dilihat dari nilai yang dibukukan dalam bentuk buku laporan pendidikan atau raport. Nilai-nilai yang tertera dalam buku tersebut merupakan penjumlahan nilai dari seluruh mata pelajaran yang diperoleh siswa dalam satu semester. Dengan demikian besar kecilnya nilai yang diperoleh menunjukkan besar kecilnya prestasi yang dicapai. Dari definisi diatas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan oleh anak didik dalam kurun waktu tertentu.
2. Pengukuran prestasi belajar Keberhasilan seseorang dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya.
Prestasi belajar sendiri dapat diketahui melalui evaluasi belajar. Evaluasi belajar dapat dilakukan dengan pengukuran yang dibuat dalam bentuk ujian tertulis, lisan, maupun praktik. Penilaian dibuat berdasar norma yang dipergunakan. Hasilnya diwujudkan dalam suatu simbol yang biasa menggunakan angka atau huruf sebagai indeks prestasi. Ada yang menggunakan rentan 1-10 atau 10-100 ada juga yang mengunakan huruf A- F (Tirtonegoro,1984).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
M. Alisuf Sabri ( 1996) mengatakan ada berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang secara garis besar dibagi menjadi dua,yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa.
a. Faktor internal siswa 1) Kesehatan jasmani dan rohani
Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Cacat fisik juga mengganggu hal belajar.
Demikian pula gangguan serta cacat-cacat mental pada seseorang sangat menggangu hal belajar yang bersangkutan.
2) Intelegensi Intelegensi pada umumnya diartikan dengan kecerdasan. Dalam proses belajar tingkat intelegensi siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan siswa, semakin besar peluang siswa berhasil dalam proses pelajarannya.
3) Bakat Bakat adalah potensi atau kemampuan. Orang tua kadang-kadang tidak memperhatikan faktor bakat ini. Sering anak diarahkan sesuai dengan kemampuan orang tuanya. Seorang anak yang tidak berbakat teknik tetapi karena keinginan orang tuanya, anak itu disekolahkan pada jurusan teknik, akibatnya bagi anak sekolah dirasakan sebagai suatu beban, tekanan, dan nilai-nilai yang didapat anak buruk serta tidak ada kemauan lagi untuk belajar. 4)Minat
Minat adalah suatu gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang menstimulus perasaan senang pada individu. Seorang yang menaruh minat pada suatu bidang akan mudah mempelajari bidang itu.
5) Motivasi Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif , dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Motivasi penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu. 6)Cara belajar
Anak yang menunggu saat hampir ulangan baru belajar, sehingga bahan-bahan pelajaran menumpuk, tentu nilainya tidak baik. Anak sebaiknya dibiasakan belajar sedikit demi sedikit setiap hari secara teratur, meskipun hanya sebentar.
7)Konsep diri Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylon (1972) misalnya, mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah. Siswa yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa yang berprestasi tinggi di sekolah memiliki penilaian diri yang tinggi, serta menunjukkan hubungan antarpribadi yang positif pula. Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas-aktivitas mereka selalu diarahkan pada kegiatan akademis. b. Faktor eksternal 1) Faktor lingkungan siswa.
Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama faktor lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), letak sekolah, dan sebagainya. Kedua faktor lingkungan sosial dan budayanya.
2) Faktor instrumental Antara lain gedung, media pengajaran, guru ,kurikulum atau materi pelajaran, serta strategi belajar mengajar.
3) Dukungan dari orangtua Dukungan terpenting berasal dari keluarga, karena itu pemenuhan dukungan berupa perhatian dan material sangat penting untuk memotivasi anak mencapai prestasi belajar yang baik. 4) Ekonomi keluarga
Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan rumah tangga. Keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak kadang-kadang tidak dapat terlepas dari faktor ekonomi. Begitu pula faktor keberhasilan seseorang pada keluarga yang ekonominya kurang mungkin dapat menyebabkan anak kekurangan gizi, kebutuhan- kebutuhan belajar anak mungkin tidak dapat terpenuhi. Selain itu ekonomi yang kurang menyebabkan suasana rumah menjadi muram dan gairah untuk belajar tidak ada. Namun kesulitan ekonomi bisa juga menjadi pendorong anak untuk lebih berhasil. Sebaliknya bukan berarti pula ekonomi yang berlebihan tidak akan menyebabkan kesulitan belajar. Pada ekonomi yang berlebihan anak mungkin akan selalu dipenuhi semua kebutuhannya, sehingga perhatian anak terhadap pelajaran-pelajaran sekolah akan berkurang karena anak terlalu banyak bersenang-senang, misalnya dengan permainan yang beraneka ragam atau pergi ke tempat-tempat hiburan dan lain-lain.
C. Intelegensi
1. Pengertian Intelegensi
Menurut David Weschsler (1982) inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Charles Spearman (1904),penemu teori dua faktor berpendapat bahwa inteligensi meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific
factors ). Faktor G, mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki oleh
setiap orang dalam berbagai derajad tertentu. Faktor G merupakan kemampuan umum yang dibawa sejak lahir juga bersifat konstan.
Jumlah faktor G setiap individu berbeda. Semakin besar jumlah G yang ada dalam diri seseorang, maka makin besar kemungkinan kesuksesan hidupnya Sedangkan Faktor S mencakup berbagai faktor khusus yang relevan dengan tugas tertentu. Specific factor dipelajari dan diperoleh dari lingkungan, contohnya kemampuan verbal, kemampuan numerik, dan kemampuan mekanik.
Menurut Spearman, faktor G lebih banyak mewakili segi genetis dan faktor S lebih banyak diperoleh melalui latihan dan pendidikan. Kedua faktor diatas sangat penting untuk melihat kemampuan individu saat berpindah dari situasi satu ke situasi yang lainnya.
Berdasarkan Teori Dua Faktor, J.C Raven menciptakan tes Progessive
Matrices (PM) guna mengukur intelegensi umum. Soal-soal tes PM terdiri
dari suatu set matriks, pada setiap soal terdapat suatu bagian yang dihilangkan pada ujung kanan bawah dari desain tersebut. Tugas subjek adalah memilih dari sekian alternative jawaban untuk mengisi bagian yang hilang. Soal yang mudah menuntut ketepatan diskriminatif, sedangkan yang lebih susah melibatkan kemampuan analogi dan berpikir logis.
Tes PM mengukur kemampuan orang untuk berpikir non-verbal dalam bentuk simbol-simbol abstrak, mengukur kemampuan spasial, penalaran induktif, dan faktor lain yang mempengaruhi performance. Pengembangan Tes PM :
a. Colour Progessive Matrices Memiliki norma persentil bagi anak berusia 5-11 tahun, juga terdapat norma tambahan bagi lansia 60-89 tahun, dan yang memiliki keterbelakangan mental. CPM terdiri dari 3 set yaitu A, B, dan AB yang harus dikerjakan selama 25 menit.
b. Standard Progessive Matrices Diperuntukan untuk anak 11-16 tahun dan terdiri dari 5 set yaitu A,B,C,D,dan E. SPM memiliki waktu pengerjaan selama 25 menit.
c. Advance Progessive Matrices Diperuntukan bagi remaja / dewasa yang diperkirakan memiliki kemampuan di atas rata-rata. APM terdiri dari 2 set, set 1 terdiri dari 12 soal dengan waktu pengerjaan 5 menit, dan set 2 terdiri dari 36 soal dengan waktu pengerjaan 25 menit. Dalam APM set 1 hanya diberikan untuk latihan dan tidak dinilai. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional yang dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
1. Faktor bawaan atau keturunan Penelitian Salzmann membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90.
Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
2.Faktor lingkungan Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
3. Pengukuran Intelegensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon.
Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford- Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS ( Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC ( Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Raven (1927) membuat alat tes untuk mengukur IQ anak, yakni Colour Progessive Matrices (CPM).Bentuk tes CPM ada dua macam yaitu berbentuk cetakan buku dan yang lainnya berbentuk papan dan gambar- gambarnya tidak berbeda dengan yang di buku cetak. Materi tes terdiri dari 36 item/gambar. Item ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok atau 3 set yaitu set A, set Ab dan set B. item disusun bertingkat dari item yang mudah ke item yang sukar. Tiap item terdiri dari sebuah gambar besar yang berlubang dan dibawahnya terdapat 6 gambar penutup. Tugas subjek adalah memilih salah satu diantara gambar ini yang tepat untuk menutupi kekosongan pada gambar besar. Pada dasarnya kedua bentuk tersebut dalam pelaksanaan tes memberikan hasil yang sama. (Raven, 1974). Aspek yang diukur :
a. Berpikir logis
b. Kecakapan pengamatan ruang
c. Kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa dan kemampuan integrasi.
d. Kemampuan berpikir secara analogi.
Tes CPM dapat digunakan untuk mengungkap taraf kecerdasan bagi anak-anak berusia 5 sampai 11 tahun. Di samping itu juga dapat digunakan unuk orang-orang yang lanjut usia dan yuntuk anak-anak defective.
D. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Saronson (1991) menerangkan bahwa dukungan sosial dapat dianggap sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut individu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya.
Menurut Gonollen dan Bloney (As’ari, 2005), dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut. Katc dan Kahn (2000) berpendapat, dukungan sosial adalah perasaan positif, menyukai, kepercayaan, dan perhatian dari orang lain yaitu orang yang berarti dalam kehidupan individu yang bersangkutan, pengakuan, kepercayaan seseorang dan bantuan langsung dalam bentuk tertentu. Dukungan sosial merupakan transaksi interpersonal yang mencakup afeksi positif, dan penegasan.
Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan atau pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Johnson and Johnson berpendapat bahwa dukungan sosial adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan sosial jugs dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima, dan menjaga individu.
Berdasarkan teori-teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Dukungan Sosial adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki arti seperti keluarga, sahabat, teman, saudara, rekan kerja atupun atasan atau orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan. Bantuan atau pertolongan ini diberikan dengan tujuan individu yang mengalami masalah merasa diperhatikan, mendapat dukungan, dihargai dan dicintai.
2. Dukungan sosial orangtua
Dukungan sosial dapat diperoleh dari pasangan suami, istri, anak, anggota keluarga lain, teman, komunitas, atau masyarakat. Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994) mengatakan dukungan sosial terpenting berasal dari keluarga. Orang tua sebagai bagian dalam keluarga merupakan individu dewasa yang paling dekat dengan anak. Santrock (2002) menjelaskan bahwa orang tua sebagai tokoh penting dengan siapa anak menjalin hubungan dan merupakan sebuah sistem dukungan ketika anak menjajaki dunia sosial yang lebih luas dan kompleks. Dukungan sosial yang diberikan orang tua memainkan peranan penting terhadap penyesuaian psikologis anak (Malecki,2003).
3. Bentuk dukungan sosial orangtua
a. Dukungan Instrumental Menurut Hause (Newman, 1987), dukungan instrumental adalah merupakan tindakan atau materi yang diberikan oleh orang lain yang memungkinkan pemenuhan tanggung jawab yang dapat membantu untuk mengatur situasi yang menekan.
b. Dukungan Informasi Menurut Hause (Newman, 1987), dukungan informasi adalah komunikasi tentang opini atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya nasehat dan informasi- informasi yang dapat menjadikan individu lebih mampu untuk mengatasi sesuatu
c. Dukungan Penghargaan Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Orford (1992) berpendapat bahwa dukungan ini dapat ditunjukan dengan cara menghargai , mendorong seseorang mengungkap ide, menyetujui ide, menghargai gagasan atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Harga diri seseorang dapat ditingkatkan dengan mengkomunikasikan padanya bahwa ia bernilai dan diterima meskipun ada kesalahan
d. Dukungan Emosi Menurut Cabb (Nindra, 2003), dukungan sosial emosional merupakan pernyataan tentang cinta, perhatian, penghargaan, simpati dan menjadi bagian dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif yang khususnya disebabkan oleh stress.
e. Dukungan Integrasi Sosial Dukungan Integrasi Sosial adalah perasaan individu sebagai bagian dari kelompok. Cohen dan Wills (dalam Orford,1992) menyatakan bahwa dukungan ini dapat berupa menghabiskan waktu bersama-sama dalam aktivitas, juga melakukan rekreasi di waktu sengang. Barren dan Ainlaiy (dalam Orford,1992) juga menambahkan bahwa dukungan ini dapat meliputi membuat lelucon, membicarakan minat, melakukan kegiatan yang mendatangkan kesenangan.