Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar dan prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

(1)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA

Studi Kasus : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, angkatan 2004 dan 2005, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Wensislaus C. Sunu Eko Subandriyo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha; (2) hubungan faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha; (3) hubungan prestasi belajar dengan minat berwirausaha.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, angkatan 2004 dan 2005, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang berjumlah 163 mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga, digunakan analisis korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha. Hal ini didukung harga koefisien korelasi rhitung sebesar 0,065 dan rtabel sebesar 0,10 dan harga koefisien korelasi thitung sebesar 0,805 dan ttabel= 1,654; (2) tidak ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha. Hal ini didukung harga koefisien korelasi rhitung sebesar 0,064 dan rtabel sebesar 0,10 dan harga koefisien korelasi thitung sebesar 0,792 dan ttabel= 1,654 ; (3) tidak ada hubungan antara prestasi belajar dan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini didukung harga koefisien korelasi rhitung sebesar 0,006 dan rtabel sebesar 0,10 dan harga koefisien korelasi thitung sebesar 0,021 dan ttabel= 1,654.


(2)

(3)

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG

TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI

BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA

MAHASISWA

Studi Kasus : Pada Mahasiswa angkatan 2004 dan 2005, Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh :

WENSISLAUS C. SUNU EKO S 01 1334 088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

(5)

(6)

iv

MOTTO

Apapun Aku, Aku adalah apa yang ada dalam pikiranku,

Akulah yang akan menjadikan diriku seperti Apa yang ada


(7)

v

PERSEMBAHAN

Seandainya layak, kupersembahkan untuk mereka yang senantiasa ada

dihati, yang telah memberikan doa dan restu, semangat serta bantuan dalam

berbagai bentuk sehingga skripsi ini memberikan kebanggaan bagi diriku dan

bagi mereka semua, yaitu :

Tuhan Yesus Kristus

yang membimbing dan menerangi setiap langkah hidupku.

∗ Kepada Bapakku

Subandrio

dan Ibuku

Sri Sutaryani

tercinta yang dengan tulus dan doa restunya, aku bisa menjadi seperti sekarang ini.

Kepada adikku

Arga,

Felis dan Anas,

serta anaknya (

Tegar).

∗ Kepada

Basilia Ria Irmawati

yang selalu setia mendampingi dalam pembuatan setiap kata dalam skripsi ini, yang akan aku cintai sepenuh hati, yang akan aku harapkan jadi teman perjuangan merenda masa depan, dan menapaki terang jalan Tuhan Yesus.

∗ Kepada pak lik, bulik, bude, mbah kakung, mbah putri yang ada di Purworejo, Kulon Progo dan Jogoyudan, Yogyakarta.

∗ Buat diriku yang satu-satunya orang yang akan terus berhubungan dengan seluruh hidupku, yang dapat menjadikan diriku sesuai dengan yang ada dipikiranku.


(8)

(9)

(10)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA

Studi Kasus : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, angkatan 2004 dan 2005, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Wensislaus C. Sunu Eko Subandriyo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha; (2) hubungan faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha; (3) hubungan prestasi belajar dengan minat berwirausaha.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, angkatan 2004 dan 2005, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang berjumlah 163 mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga, digunakan analisis korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha. Hal ini didukung harga koefisien korelasi rhitung sebesar 0,065 dan rtabel sebesar 0,10 dan harga koefisien korelasi thitung sebesar 0,805 dan ttabel= 1,654; (2) tidak ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha. Hal ini didukung harga koefisien korelasi rhitung sebesar 0,064 dan rtabel sebesar 0,10 dan harga koefisien korelasi thitung sebesar 0,792 dan ttabel= 1,654 ; (3) tidak ada hubungan antara prestasi belajar dan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini didukung harga koefisien korelasi rhitung sebesar 0,006 dan rtabel sebesar 0,10 dan harga koefisien korelasi thitung sebesar 0,021 dan ttabel= 1,654.


(11)

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala penyertaan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar, dan Prestasi Belajar dengan Minat Berwirausaha.

Dalam Penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.

2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Universitas sanata Dharma Yogyakarta.

4. S. Widanarto P. S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan, dan pengarahan-pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama penulis belajar di USD.


(13)

x

6.

Kedua orang tuaku, Bapak Subandrio dan Ibu Sri Sutaryani

yang tercinta, dan adiku

Felis

dan

Arga, Anas

serta keponakanku yang kusayangi

Tegar

, serta teman hidupku

Ria

yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, doa restu, perhatian, dukungan baik moril maupun materiil, serta semangat kepada penulis.

7. Teruntuk Mbahku Atmo Wiyono dan Pariyem, Turyono (Alm) dan Mursinah, Mbah Kadir, Om Yanto (Alm) serta anak, istri, Om Triyono serta anak, istri, Om Suparyono serta anak, istri, Om Sumarjo serta anak, istri, bude Ning, Darmi, terima kasih atas dorongan dan semangatnya selama ini.

8. Keluarga besarku di Purworejo makasih atas semuanya.

9. Buat mas Dani beserta istri yang sedang menunggu kelahiran anak pertamanya.

10.Sahabatku yang sangat membantu pengerjaan skripsi ini ; Dwi Widianto, Taryono, Joko, Satya.

11.Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Akuntansi ; Heru ‘Kompos’, Allan ‘Jembling’, Wawan ‘Bakwan’, Heru ‘Grandong’, Anry ‘Kontrek’, Duex, Beni ‘Bendot’, Yudha ‘Gudhel’, Eka ‘Colly’, Diar ‘Beda’, Adi ‘Sardjoe’, Sigit ‘Wewek’, Arie ‘Teklek’, Cipi, Remond, Andre, Anton ‘Burket’, Titus ‘Pakde’, Sunu C, thank’s atas kebersamaannya.

12.Buat teman-teman pecinta alam: Banyak, Tengu, Kenthos, Cathak, Gogon, Gembil, Ngilman, dll.


(14)

xi

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, Juli 2008 Penulis


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 5


(16)

xiii

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 14

3. Lingkungan Belajar ... 17

4. Prestasi Belajar ... 26

5. Minat ... 28

B. Kerangka Berfikir ... 32

1. Hubungan antara status ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ... 32

2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ... 34

3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ... 35

C. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 38

D. Populasi ... 39

E. Operasional Variabel ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 46

H. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah USD ... 59


(17)

xiv

B. Visi, Misi danTujuan Pendidikan USD ... 61

C. Nama-nama Rektor USD ... 62

D. Struktur Organisasi ... 63

E. Jurusan dan Program Studi ... 66

F. Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 67

G. Deskripsi Program Studi ... 69

H. Sumber Daya Manusia ... 70

I. Sarana dan Prasarana ... 70

J. Kemahasiswaan ... 71

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 81

C. Pengujian Hipotesis ... 84

D. Pembahasan ... 87

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Keterbatasan Penelitian ... 92

C. Saran-saran ... 92


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 42

Tabel 3.2 Operasional Variabel Lingkungan Belajar ... 43

Tabel 3.3 Kategori Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa ... 44

Tabel 3.4 Operasional Variabel Minat ... 45

Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Validitas Status Sosial Ekonomi OrangTua I .. 48

Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Validitas Status Sosial Ekonomi OrangTuaII .. 49

Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Validitas Lingkungan Belajar ... 50

Tabel 3.8 Hasil Pengukuran Validitas Minat Berwirausaha I ... 51

Tabel 3.9 Hasil Pengukuran Validitas Minat Berwirausaha II ... 52

Tabel 3.10 Intepretasi Koefisien secara Konservatif ... 53

Tabel 3.11 Hasil Pengukuran Reliabel ... 54

Tabel 3.12 Intepretasi ... 58

Tabel 4.1 Jurusan dan Program Studi ... 66

Tabel 5.1 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ayah ... 73

Tabel 5.2 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ibu ... 74

Tabel 5.3 Deskripsi Pekerjaan Pokok Ayah ... 75

Tabel 5.4 Deskripsi Pekerjaan Pokok Ibu ... 76

Tabel 5.5 Deskripsi Pendapatan Ayah ... 77

Tabel 5.6 Deskripsi Pendapatan Ibu ... 78

Tabel 5.7 Deskripsi Lingkungan Belajar ... 79


(19)

xvi

Tabel 5.9 Deskripsi Minat Berwirausaha ... 81 Tabel 5.10 Tabel Uji Normalitas ... 82 Tabel 5.11 Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 83


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 96

Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ... 102

Lampiran 3 Distribusi Frekuensi ... 108

Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... 127

Lampiran 5 Uji Normalitas dan Lineritas ... 139

Lampiran 6 Korelasi ... 155

Lampiran 7 Tabel r, t, dan F ... 156


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk dalam lima negara terbesar di dunia, dalam hal jumlah penduduk. Hal ini merupakan salah satu asset berharga Indonesia untuk dijadikan modal menghadapi persaingan global yang baru saja dimulai, jika dikembangkan secara efektif. Perkembangan sumber daya manusia Indonesia untuk menjadi pegawai atau karyawan semakin menghadapi keterbatasan kesempatan, hanya bagi yang benar-benar ahli dibidangnya dan tampil mengerjakan sesuatu yang spesifik, peluang itu masih ada.

Sejak krisis ekonomi yang terjadi mulai tahun 1997, telah banyak industri dalam negeri yang hancur bahkan gulung tikar karena tidak mampu menjalankan kegiatan operasinya akibat membengkaknya biaya- biaya oprerasi. Hal itu menyebabkan banyak perusahaan besar dan para konglomerat terpukul dan terpaksa mengajukan hutang luar negeri dan sampai saat ini masih belum terlunasi meskipun sempat mem-PHK ribuan karyawannya. Kondisi negara yang terpuruk inilah yang menyebabkan sulitnya mencari lapangan pekerjaan dikarenakan kompetisi yang semakin ketat di tengah sempitnya lapangan pekerjan. Sebaliknya, sebagian mereka yang berhasil berwirausaha, berhasil menciptakan kesempatan berkarya bagi dirinya sendiri dan kemudian bagi orang lain. Mereka bisa


(22)

memberikan nilai tambah dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian nasional meskipun sebagian besar diantaranya adalah pengusaha kecil dan menengah. Tetapi sebagai buktinya justru merekalah yang mampu selamat diterpa badai krisis ekonomi sejak 1997 lalu.

Dibandingkan dengan tenaga lain, tenaga terdidik setingkat S1 pantas diperkirakan memiliki potensi yang lebih besar untuk berhasil berwirausaha. Mereka memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan yang luas. Dalam hal ini, sejauh mana peran perguruan tinggi dalam menghasilkan calon-calon wirausahawan muda? Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan adalah salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap kualitas lulusan-lulusannya. Masalah yang kita hadapi sekarang adalah apakah sarjana kita mampu mengembangkan kelebihan yang mereka miliki untuk menjadi seorang wirausaha? sedangkan untuk jadi wirausaha tidaklah mudah karena mereka harus memiliki karakter-karakter seorang wirausaha yang antara lain adalah kemandirian, menyukai resiko, kreatif, dan masih banyak lagi, selain itu banyak faktor yang berhubungan dengan minat berwirausaha pada mahasiswa. Diduga, faktor-faktor status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan, prestasi belajar dan masih banyak faktor lain yang berhubungan dengan minat berwirausaha pada mahasiswa. Dengan keterbatasan penulis, untuk itu penulis tertarik untuk menganalisa sejauh mana faktor-faktor tersebut di atas, maka penelitian ini mengambil judul “HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG


(23)

TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA”. Studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun angkatan 2004 dan 2005.

B. Batasan Masalah

Mengingat begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan penulis diatas, maka penulis mencoba merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa?

2. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa?

3. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa?


(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi

orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa .

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa .

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak antara lain :

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Dapat menambah perbendaharaan bacaan, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha pada mahasiswa. 2. Bagi Mahasiswa

Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah perbendaharaan bacaan, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha pada mahasiswa.

3. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis mengenai cara, maupun proses melakukan sebuah penelitian, sehingga dapat dijadikan tolok ukur tingkat keberhasilan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis


(25)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kewirausahaan

Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Zimmerer (1996) dalam Suryana (2001:2) “ Entrepreneurship is the result of a disciplined, systematik process of applying creativity and innovations to need and opportunities in the marketplace”. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang dipasar. Kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Menurut Soeparman Soemahamijaja (1997) dalam Suryana (2001:3), Kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:

a.Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup/usaha tersebut perlu perenungan, koreksi yang kemudian berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi kemauannya


(26)

b.Kemampuan memotivasi diri, untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang selalu menyala-nyala.

c.Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.

d.Kebiasaan berinisiatif yang melahirkan kreatifitas (daya cipta) setelah dibiasakan berulang–ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan piranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.

e.Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal(capital goods).

f. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakannya melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda pekerjaan.

g.Kemampuan mental yang dilandasi dangan agama.

h.Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

Secara epistemologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai usaha atau suatu proses dalam mengerjakan suatu yang baru dan sesuatu yang berbeda. Dua hal ini tampak dalam definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh Zimmermer (1996:51)


(27)

dalam Suryana (2001:4) sebagai berikut: “applying creativity and

innovation to solve the problem and to exploit ooportunity that people face everyday”

Kreatifitas oleh Zimmermer (1996:51) dalam Suryana (2001:3) diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Sedangkan inovasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Dengan demikian, kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Dalam konteks manajemen, seorang wirausahawan umumnya memiliki kemampuan menggunakan sumber daya seperti finansial, bahan mentah (materials) dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, ataupun pengembangan organisasi usaha Marzuki Usman, (1997) dalam suryana (2001:3). Beberapa definisi lain juga menekankan pada hal yang sama seperti tampak dalam pendapat Scarborough dan Zimmerer (1993:5) dalam Suryana (2001:4) sebagai berikut: “an entrepreneur is one who creates a new business in the face of

risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifiting oppotunities and assembling the necessary resouces to capitalize on those opportunities”


(28)

Menurut Drucker (1994) dalam Suryana (2001:10), kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda (ability to create the new and different thing). Bygrave (1995) dalam Suryana (2001:4) menambahkan bahwa kemampuan menciptakan sesuatu tidaklah cukup, seorang wirausaha harus berani mengembangkan usaha dan ide-ide barunya.

Dengan demikian esensi kewirausahaan dalam konteks manajemen adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Cara-cara tersebut menurut Zimmermer (1996:51); Suryana (2001:7) mencakupan :

a. Pengembangan teknologi baru (developing new technology) b. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)

c. Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improfing existing products or services)

d. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resurces).

Sama halnya dengan definisi kewirausahaan, karakteristik kewirausahaan dikemukakan oleh berbagai pihak secara beragam. Meredith (1996:9) dalam Suryana (2001:7) menyatakan bahwa berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan dan sumber


(29)

daya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karier dimana seseorang dalam menjalakan memiliki ciri-ciri: (1) kepribadian, ketidaktergantungan, individualitas dan optimisme: (2) kebutuhan untuk berprestasi berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif: (3) kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar: (4) perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik: (5) inovatif dan kreatif serta fleksibel: dan (6) berpandangan ke depan.

Wirausaha memiliki sejumlah karakteristik umum. Antara lain, seperti M. Scarborough dan Zimmerer (1993) yang dikutip oleh Suryana (2001:8-9), mengemukakan delapan karakteristik sebagai berikut:

a. Desire for responsibility

Memiliki tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri. b. Preference for moderate risk

Lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari resiko yang rendah dan menghindari resiko yang tinggi.

c. Confidence in their ability to succes

Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.

d. High level of energy

Memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.


(30)

e. Future orientation

Berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan. f. Skill at organizing

Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.

g. Desire for immediate feedback

Selalu menghendaki umpan balik yang segera. h. Value of achievement over money

Selalu menilai prestasi dengan uang.

Sementara, menurut Arthur Kuriloff dan J.M. Mempil (1993:20) dalam Suryana (2001:9) mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan antara lain: (1) commitment, (2) moderate risk, (3) seeing opportunities, (4) objectivity, (5) feedback, (6) optimism, (7) money, (8) proactive management.

Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia harus tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat artinya resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai berhasil. Keberanian menghadapi resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objetif, dan merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena


(31)

ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya.

Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki makna-makna yang disebut nilai (Milton Rockeach, 1973) dalam Suryana (2001:13). Konsep nilai selanjutnya dibedakan menjadi 2 yaitu : (1) person has a value: dan (2) an object has value. Konsep pertama menyatakan bahwa nilai yang dianut seseorang dijadikan sebagai ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Oleh sebab itu, watak yang melekat pada seorang wirausaha akan menjadi ciri-ciri kewirausahaan dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan. Nilai-nilai kewirausahaan tersebut identik dengan nilai yang melekat pada sistem nilai manajer. Sedangkan pada pandangan kedua, nilai dianggap sebagai sesuatu yang ada pada objek dan merupakan milik dari objek.

Sedangkan menurut pandangan Timmons dan McClelland (1961, Thomas F. Zimmerer (1996:6-8); dalam Suryana (2001:11-12) tentang karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil adalah sebagai berikut:

a. Commitment and determination, memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap yang setengah hati kemungkinan akan gagal dalam berwirausaha adalah besar.

b. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam mengontrol sumberdaya yang digunakan maupun tanggung


(32)

jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu akan mawas diri secara internal.

c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk mencari peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.

d. Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola risiko dengan cara mentransfer risiko ke pihak lain seperti banker, investor, konsumen, pemasok dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.

e. Self confidence, yaitu percaya diri, ia cenderung optimis dan tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang di milikinya untuk berhasil.

f. Creatifity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekuatan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat seringkali membawa kegagalan. Kemampuan untuk merespons perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan kreatifitas yang tinggi.

g. Desire for imidiate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk mengetahui hasil dari apa yang dikerjakanya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia selalu memiliki


(33)

kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.

h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang relatif lama.

i. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul karena ada dalam diri (internal) dan jarang dari luar.

j. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh ke masa depan yang lebih baik.

k. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha yang berhasil selalu tidak takut gagal. Ia selalu mengkonsentrasikan kemampuannya pada keberhasilan.

l. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil selalu memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), ia harus memiliki taktik mediator dan negotiator pada diktaktor.

Dalam kewirausahaan ada 2 sistem yang menonjol yaitu sistem nilai primer pragmatik dan sistem nilai moralistik. Sistem nilai primer pragmatik dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya, misalnya: selalu


(34)

kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil resiko, produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen, dan kemampuan mencari peluang. Sementara sistem nilai moralistik mencakup keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama, keteladanan dan keutamaan.

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Stratifikasi atau status adalah pembedaan penduduk dalam suatu masyarakat ke dalam sejumlah tingkatan atau lapisan secara berjenjang-jenjang hirarkis dari lapisan yang tinggi sampai yang terbawah. Inti dari pelapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya pemerataan/keseimbangan dalam pembagian hak-hak, kewajiban dan tanggung jawab di antara para anggota masyarakat, yang selanjutnya mempunyai pengaruh pada pembagian kesejahteraan di antara para warga masyarakat tersebut. Kedudukan atau status sosial bisa didefinisikan sebagai tempat dalam hubungannya dengan orang-orang lain dalam masyarakat, yang akan memberikan hak-hak serta kewajiban-kewajiban tertentu kepada individu yang menempati kedudukan tersebut.

Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulanya, prestisenya, hak-hak, dan kewajibanya Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, (2004:156). Berdasarkan cara bagaimana status diperoleh, status dapat dibedakan menjadi dua Soerjono, (1990:265-257) :


(35)

a. Ascribed status (status yang “diharapkan”)

Kedudukan macam ini diterima oleh seseorang bukan karena usaha, melainkan karena pengaruh adat dan kebudayaan yang berlaku, atau corak masyarakat, dalam hal ini bisa dijumpai pada masyarakat feodal.

b. Achieved status (status yang dicapai dengan usaha)

Kedudukan macam ini dicapai oleh seseorang berkat jerih payah usahanya sendiri. Kedudukan macam ini bersifat terbuka bagi siapa saja, asal mampu memenuhi persyaratan yang dituntut oleh kedudukan tersebut.

Kedudukan seseorang di masyarakat banyak ditentukan oleh apa yang dia miliki, yang dipandang penting oleh masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula status di masyarakat. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dan kecenderungan memiliki banyak barang berharga, maka mereka akan menempati posisi yang tinggi di masyarakat

Adanya perbedaan status sosial masyarakat akan memberikan kesempatan atau fasilitas hidup yang berbeda pula, seperti keselamatan hidup, harta benda, standar hidup kebebasan dan tingkah laku. Di samping itu juga akan memberikan perbedaan dalam memperoleh kesempatan dalam menekuni jenjang pendidikan. Hal tersebut berarti bahwa keluarga yang mendapatkan fasilitas lebih banyak akan lebih berpeluang untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi pula. Dengan adanya perbedaan


(36)

dalam hal kemampuan, sebagai akibat perbedaan situasi sosial, maka di sini sekolah dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tapi juga sebagai simbol status masyarakat.

Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anak, ini dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi anak terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang tuanya. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang cukup, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kecakapannya yang tidak dapat dikembangkan apabila tidak ada alatnya. Hal ini dapat diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup, mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya dari pada anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah. Sehingga dengan keadaan sosial yang lebih tinggi dapat meningkatkan minat siswa dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi, lain halnya dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, minat siswa untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi juga rendah karena biaya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi dirasa terlalu berat. Jadi, dalam tingkat pendidikan anak dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi orang tuanya.


(37)

3. Lingkungan Belajar a. Lingkungan Keluarga

Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan Loeber (1984) seperti dikutip oleh (Muhibbin Syah, 1995:138) mengatakan bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.

Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menhadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.

b. Suasana keluarga

Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.


(38)

c. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

e. Latar belakang

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

Menurut W.S Winkel (1989:109), keadaan sosial-ekonomi menunjukan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf


(39)

kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua dan anak, serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul secara otomatis atau dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar atau menghambatnya.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga dan sikap anak dalam menanggapi lingkungannya dapat menentukan keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.

b. Lingkungan Sekolah

Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua. Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang mendampingi belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak


(40)

perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (W.S Winkel, 1989:2).

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.

Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :

a. Interaksi guru dan murid.

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b. Cara penyajian.

Guru pada jaman dulu biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.


(41)

c. Hubungan antar murid.

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.

d. Standar pelajaran di atas ukuran.

Guru berpendidikan, untuk mempertahankan wibawanya, kadang memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata kuliahnya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

e. Media pendidikan.

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun kualitasnya.


(42)

f. Kurikulum.

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.

g. Keadaan Gedung.

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.

h. Waktu sekolah.

Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggung-jawabkan, karena anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

i. Pelaksanaan disiplin.

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung


(43)

jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.

j. Metode belajar.

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu, termasuk pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah.

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

c. Lingkungan Masyarakat

Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan


(44)

tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Keberadaan mass media dan televisi, serta banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, kurang dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas belajar. Maka, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan. Hal ini juga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan.

Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat. Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergualan yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab sendiri seorang pelajar.

Muhibbin Syah (1995:44), mengatakan bahwa kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan


(45)

kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal.

Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai alasan untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang tuanya kurang atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.

Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar. Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu anak akan berusaha belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila teman-teman di sekitarnya itu teman sekelasnya, anak dapat mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar ketinggalan mata pelajaran di kelas dapat diatasi.


(46)

4. PRESTASI BELAJAR

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Manum demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Hal ini di sebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak bisa diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar adalah mengetahui garis-garis besar indicator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur ( Muhibbin Syah 2003 : 213 )

Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di dalam mengarungi kehidupannya, di antara tujuan yang dicapai tersebut antara lain adalah keinginan untuk berprestasi. W.S Winkel (1989:100) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya. Sehingga jika dihubungkan atau dikaitkan dengan prestasi belajar maka


(47)

definisi dari prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:700) adalah : penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Apabila prestasi dikaitkan dengan belajar maka mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini menyatakan seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan oleh seseorang. Belajar sendiri merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan dengan didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha (Sumadi Suryobroto, 1989:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia mengemukakan bahwa nilai rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama masa tertentu.

Dari beberapa pengertian tentang prestasi tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan kemampuan yang dinyatakan dalam nilai rapornya, setelah siswa tersebut selesai mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian prestasi belajar merupakan hasil setelah proses belajar menyatakan (mengukur) tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses belajar.


(48)

Apabila seseorang belajar, maka ia akan memperoleh hasilnya. Hasil belajar adalah perubahan di dalam diri si pelajar, dimana ia dapat mempunyai hasil yang berbeda-beda dan apa yang telah diketahui. Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya.

5. MINAT

Kata minat dapat diartikan sebagai ketertarikan seseorang akan suatu hal. Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan yang tepat, selain itu minat merupakan salah satu faktor penentu yang sangat penting untuk suatu kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai minat, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka tidak berminat sebelumnya. Menurut W.S. Winkel ( 1983 : 30 ) minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal yang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Pendapat lain dikemukakan oleh (Bimo Walgito1977: 38), minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu obyek disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut. Jadi minat adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk merasa tertarik pada hal atau suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Minat pada diri seseorang tidak terjadi secara tiba-tiba,


(49)

melainkan melalui proses. Anak memiliki minat dari pembawaannya, kemudian memperolah perhatian dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Minat mempunyai dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif ( Elizabeth Hurlock, 1989: 116-117 ). Aspek kognitif dibangun melalui pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, sekolah dan masyarakat. Dari sumber tersebut seseorang belajar apakah sesuatu memuaskan kebutuhan atau tidak. Apabila hal tersebut dapat memuaskan kebutuhannya maka akan timbul minat terhadap hal tersebut. Aspek afektif juga dibangun dari pengalaman pribadi seseorang tetapi akan tetapi lebih menekankan kepada emosional. Hal ini berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Apabila seseorang mendapatkan suatu pengalaman yang menyenangkan maka akan semakin berminat terhadap apa yang dialaminya begitu juga sebaliknya. Dua hal tersebut mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan apa yang akan dikerjakan oleh anak dengan jenis penyesuaian pribadi dan sosial mereka, namun demikian aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Aspek afektif minat bila sudah terbentuk cenderung tahan terhadap perubahan dibanding aspek kognitif.

Dalam hal pembentukan minat Andi Mappiare (1992) mengatakan bahwa minat berasal dari harapan, sebab minat terdiri dari perasaan, harapan, prasangka atau kecenderungan untuk mengarahkan individu pada suatu pilihan. Hal ini berarti bahwa minat seseorang akan timbul jika seseorang memiliki rasa senang, memiliki harapan terhadap obyek,


(50)

memiliki pandangan untuk dirinya sendiri dan ada kecenderungan untuk melakukan pekerjaan itu sebagai obyek. Dalam buku Bimbingan dan Konseling ( Dewa Ketut Sukardi, 1988 : 63 ) ada tiga cara untuk menentukan minat yaitu:

a. Minat yang diekspresikan ( Expressed Interest )

Yaitu seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata tertentu. Contoh : Seseorang mengatakan bahwa dirinya suka belajar akuntansi.

b. Minat yang diwujudkan ( Manifest Interest )

Yaitu seseorang dapat mengekspresikan minat bukan memalui kata-kata tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktivitas tertentu. Contoh : Siswa yang aktif dalam kegiatan drama.

c. Minat yang diinventarisasikan ( Inventoried Interest )

Yaitu seseorang dapat diukur minatnya dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu.

Minat berhubungan dengan kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian dan meningkatkan aktivitas mental dan kegiatan kepada suatu objek. Minat selalu berhubungan dengan kemampuan, kebutuhan, dan pengalaman pada diri individu. Jadi minat bertujuan kepada suatu obyek yang banyak sangkut pautnya dengan individu.


(51)

Menurut Soewardi (1987:183) faktor-faktor pendorong minat adalah:

a. Dorongan untuk mempertahankan hidup.

b. Dorongan keadaan, yang mana keadaan itu ditimbulkan oleh dorongan untuk memprtahankan hidup.

c. Kegiatan mencapai tujuan. Komponen ini dilandasi oleh komponen dorongan untuk mempertahankan hidup dan dorongan keadaan.

d. Tercapainya tujuan oleh individu.

e. Mengendurnya dorongan karena tujuan telah tercapai serta keinginan dan kebutuhan telah tercapai.

f. Efek mengendurnya dorongan semula karena munculnya dorongan lain yang baru.

Kemampuan komponen itu bekerja berhubungan atau berkelanjutan dari yang pertama hingga yang terakhir, sebagai landasan tumbuhnya minat seseorang untuk bertindak atau memusatkan perhatiannya kedalam suatu hal. Minat berhubungan dengan kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian dan meningkatkan aktivitas mental dan kegiatan kepada suatu obyek. Minat selalu berhubungan dengan kemampuan, kebutuhan dan pengalaman dari individu. Jadi minat bertujuan kepada suatu obyek yang banyak sangkut pautnya pada individu. (Soewardi, 1987:186)

Pengertian minat menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta, 1989:650) adalah perhatian ; kesukaan (kecenerungan


(52)

hati) kepada sesuatu ; keinginan. Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan disertai minat sebelumnya pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berminat sebelumnya. Menurut W.S. Winkel (1983: 30) minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut.

B. KERANGKA BERFIKIR

1. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

Minat merupakan faktor psikologi yang dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologi yang sangat kuat dan penting untuk kemajuan dan keberhasilan. Seseorang yang mengerjakan sesuatu disertai minat sebelumnya pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih dari pada mereka yang tidak berminat sebelumnya.

Status sosial mencakup pendidikan orang tua, jenis pekerjaan dan pendapatan orang tua. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,


(53)

dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang, maka semakin luas wawasan serta pengetahuannya dalam berbagai bidang. Dengan tingkat pendidikan orang tua yang tinggi maka orang tua tersebut akan mempunyai wawasan yang luas akan sempitnya lapangan pekerjaan dan terbukanya peluang untuk membuka usaha sehingga mungkin akan mengarahkan anaknya untuk berwirausaha.

Jenis pekerjaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendapatan seseorang. Jenis pekerjaan yang semakin baik maka pendapatan seseorang akan tinggi pula. Hal ini diduga akan mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha

Dengan semakin tingginya status sosial ekonomi orang tua, maka minat siswa untuk berwirausaha semakin tinggi, karena didukung oleh permodalan yang lebih kuat. Lain halnya dengan status sosial ekonomi orang tua yang rendah maka minat untuk berwirausaha juga rendah, mengingat permodalannya cenderung lebih rendah. Mahasiswa yang orang tuanya berstatus sosial ekonomi rendah cenderung akan bekerja kepada orang lain atau pada perusahaan/sektor lain.


(54)

2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar siswa dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

Lingkungan belajar siswa adalah keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi pengaruh pada perkembangan siswa. Dengan adanya pengaruh lingkungan belajar yang baik akan diikuti oleh prestasi yang semakin baik pula. Mahasiswa yang berasal dari lingkungan belajar yang baik akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada mahasiswa yang berasal dari lingkungan belajar yang buruk. Mahasiswa yang mempunyai prestasi belajar yang baik mungkin akan mempunyai minat yang tinggi untuk berwirausaha, karena mempunyai dedikasi, harapan serta rasa percaya diri yang tinggi. Oleh sebab itu mahasiswa tersebut mempunyai kemampuan untuk mengeksplorasikan keinginan dan harapan yang tinggi untuk keberhasilan.

Terkategorikan sebagai lingkungan belajar adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga yang baik akan membuat mahasiswa dapat belajar dengan kondusif di rumah sehingga prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang baik. Lingkungan sekolah/kampus yang dicirikan sarana dan prasarana yang memadai akan mendukung mahasiswa dapat belajar dengan optimal, sehingga prestasi belajar yang dicapai mahasiswa akan baik pula. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana mahasiswa


(55)

menjalin hubungan atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Oleh karena itu perlu mahasiswa menjalin hubungan dengan masyarakat lainnya. Mahasiswa yang hidup di lingkungan masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai wirausahawan dapat mempengaruhi aktivitas belajar, jiwa serta mental mereka serta dapat menjadi daya dorong terhadap mahasiswa tersebut untuk belajar berwirausaha. Sebaliknya mahasiswa yang hidup di lingkungan masyarakat yang sebagian profesinya bukan wirausahawan juga akan terpengaruh jiwa, serta mental mereka untuk menyesuaikan lingkungan ditempat ia bergaul.

3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa

Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Prestasi belajar mahasiswa terwujud dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai pelajaran/mata kuliah yang tercermin dalam rata-rata nilainya. Tinggi rendahnya prestasi belajar dapat diraih mahasiswa akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri, harapan dan cita-citanya. Dengan prestasi belajar yang tinggi diperoleh di bangku kuliah mungkin akan menjadi daya dorong minat untuk berwirausaha. Semakin tinggi prestasi belajar yang diperoleh siswa maka kepercayaan diri, harapan dan cita-citanya semakin tinggi. Hal itu mungkin akan berpengaruh pada minat berwirausaha yang juga akan tinggi. Hal ini disebabkan siswa akan mampu menjalani pendidikan di perguruan tinggi.


(56)

C. HIPOTESIS PENELITIAN

1. Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

2. Ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

3. Ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif, penelitian studi kasus dan penelitian ex post facto.

2. Studi kasus

Penelitian tentang Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa ini dibatasi ruang lingkupnya, yaitu mengambil kasus pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2004/2005. Penulis memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Program studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2004/2005 sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan bahwa angkatan 2004/2005 telah dan akan segera menempuh mata kuliah kewirausahaan, dimana mata kuliah tersebut menjadi dasar dari pengetahuan tentang seluk-beluk berwirausaha yang didapat dari materi kuliah, pertimbangan berikutnya adalah bahwa angkatan 2004/2005 telah menempuh hampir separuh dari jumlah mata kuliah yang harus ditempuh, sehingga sudah saatnya mahasiswa angkatan 2004/2005 tersebut mulai berfikir mencari alternatif pekerjaan lain maupun


(58)

sebagai sampingan mengingat sulitnya mencari pekerjaan dimasa-masa sekarang ini.

3. Studi ex post facto

Studi ex post facto yaitu penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena perwujudan variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang hubungan di antara variabel-variabel itu dilakukan, tanpa intervensi langsung, berdasarkan perbedaan yang mengiringi variabel bebas dan variabel terikat itu (Nana sudjana 2001:56). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena perwujudan variabel tersebut telah terjadi sebelumnya.

B. Tempat dan waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan pada bulan November-Desember 2007 2. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian adalah orang yang terlibat dalam penelitian. Dalam hal ini mereka bertindak sebagai pemberi infomasi yang berhubungan dengan


(59)

penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian ini meliputi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2004/2005. Penulis hanya mengambil Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, khususnya Program Studi Pendidikan Akuntansi saja sebagai subjek penelitian karena menurut Sumadi Suryabrata, peneliti harus mempertimbangkan apakah masalah tersebut managable atau tidak oleh penulis. Managability itu terutama dilihat dari lima segi yaitu biaya yang tersedia, waktu yang dapat digunakan, alat-alat dan perlengkapan yang tersedia, bekal kemampuan teoritis dan penguasaan metode yang diperlukan. Pihak lain yang terlibat adalah dosen, karyawan yang membantu memberikan informasi kepada penulis pada saat dilakukannya penelitian.

2. Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian dan dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan dan Prestasi Belajar, yang akan dihubungkan dengan minat berwirausaha.

D. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, populasinya adalah Mahasiswa Fakultas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2004/2005. Dalam hal ini


(60)

penulis hanya mengambil Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2004/2005 saja sebagai populasi, karena menurut Sumadi Suryabrata (1989:71) sebuah penelitian haruslah mempertimbangkan managable atau tidak oleh peneliti. Managability itu terutama dilihat dari lima segi yaitu biaya yang tersedia, waktu yang dapat digunakan, alat-alat dan perlengkapan yang tersedia, bekal kemampuan teoritis dan penguasaan metode yang diperlukan.

E. Operasionalisasi Variabel 1. Status sosial ekonomi orang tua

a.Variabel tingkat pendidikan orang tua.

Yang dimaksud tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh orang tua siswa dalam hal ini tingkat pendidikan orang tua dikelompokan sebagai berikut :

a) Lulus SD skor 1 b) Lulus SMP skor 2 c) Lulus SMA skor 3 d) Lulus D III skor 4 e) Lulus PT skor 5 b.Jenis pekerjaan orang tua

Jenis pekerjaan orang tua yaitu bidang pekerjaan pokok yang ditekuni orang tua setiap harinya. Dalam hal ini, penulis menggolongkan jenis pekerjaan menurut pendapat Spillane (1982:14). Penulis memodifikasi


(61)

jenis pekerjaan orang tua menjadi 8 golongan dan memberikan penskoran, sebagai berikut :

a) Bapak/Ibu RT skor 1 b) Pensiunan skor 2 c) Buruh tani skor 3 d) Petani skor 4 e) Karyawan skor 5

f) PNS skor 6

g) Guru skor 7 h) Wiraswasta skor 8 c.Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan rata-rata yang diterima orang tua setiap bulan. Dalam penelitian penghasilan diukur dari tinggi rendahnya penghasilan/pendapatan yang diberikan 5 alternatif awal tentang pengeluaran dengan beberapa orang tua siswa. Adapun pedoman untuk memberikan alternatif jawaban adalah :

a) Penghasilan kurang dari 500.000 diberi skor 1

b) Penghasilan antara 500.000 ≤ 1.500.000 diberi skor 2 c) Penghasilan antara 1.500.000 ≤ 2.000.000 di beri skor 3 d) Penghasilan antara 2.000.000 ≤ 2.500.000 di beri skor 4 e) Penghasilan antara 2.500.000 ke atas di beri skor 5


(62)

d.Fasilitas khusus yang dimiliki keluarga

Fasilitas diukur dari banyak sedikitnya fasilitas khusus, benda dan barang yang dimiliki keluarga responden. Untuk mempermudah pengukuran, maka masing-masing fasilitas benda dan barang yang dimiliki keluarga responden diberi skor sebagai berikut :

Tabel III.1 Operasional Variabel

No Jenis Fasilitas Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rumah Mobil Sepeda Motor Lemari Es Komputer Mesin Cuci TV Berwarna Hand Phone Pesawat Telepon Tape Recorder VCD Player Radio Langganan Majalah Langganan Surat Kabar Tidak Punya 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

2. Faktor lingkungan belajar

Lingkungan belajar merupakan keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberikan pengaruh pada perkembangan siswa. Dalam lingkungan belajar diberi penskoran dari skor 1 sampai skor 4.


(63)

Tabel III.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Sub Variabel Sub Sub variabel indikator No.Butir Positif Negatif Lingkungan belajar Intrinsik Ekstrinsik Lingkungan belajar di keluarga Lingkungan belajar di sekolah Lingkungan belajar di masyarakat

- Perhatian keluarga

- Perhatian saudara - Kesediaan

fasilitas belajar - Kedisiplinan

dalam belajar -Motivasi Dosen -Hubungan Dosen

dan mahasiswa -Fasilitas kampus -Kelompok belajar

di kampus

-Hubungan dengan masyarakat -Kegiatan di masyarakat -Fasilitas di

masyarakat 1,2,4 5,6 7,8,9 10,11 12 15,16 17,18, 19 20,21 22,24, 25 26,27 28,29 3 13,14 23

Pengukuran lingkungan belajar menggunakan skala likert yang disajikan dalam empat pertanyaan alternatif jawaban yang diberi tanda (V) pada lembar yang telah disediakan yaitu sering, pernah dan tidak pernah. Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah :

Sangat setuju skor 4 Setuju skor 3 Tidak setuju skor 2 Sangat tidak setuju skor 1


(64)

3. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah keberhasilan mahasiswa/i dalam menguasai dan memahami materi kuliah yang ditunjukkan dengan adanya nilai yang berhasil dicapai mahasiswa, yang tampak dari Indek Prestasi Komulatif (IPK) yang diraih oleh mahasiswa tersebut. Dalam penelitian ini prestasi akademik yang digunakan adalah nilai indeks prestasi kumulatif yang telah dicapai oleh responden. Prestasi yang diperoleh mahasiswa dikategorikan sebagai berikut :

Tabel III.3

Kategori Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa

No Skor Frek Persentase Interprestasi

1 3,51 – 4,00 3 1,84% Cum Laude

2 2,76 – 3,50 58 35,58% Sangat memuaskan 3 2,00 – 2,75 86 52,76% Memuaskan

4 < 1,99 16 9,82% Kurang memuaskan

Jumlah 163 100%

4. Minat berwirausaha

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang. Selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan disertai minat sebelumnya pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berminat sebelumnya. Menurut W.S. Winkel (1983: 30). Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut.


(65)

Tabel III.4 Operasionalisasi Variabel Variabel Sub Variabel indikator No.Butir Positif Negatif Minat berwirausaha Intrinsik Ekstrinsik

- Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri - Kemauan untuk

mengambil resiko - Semangat untuk

bersaing

- Percaya pada diri sendiri

- Teman sebaya - Peluang kerja

1,2,7 4,8,9 10,11,16 13,14,15 17,18 19,20 3 5,6 12

Untuk mengukur minat berwirausaha pada mahasiswa, cara yang digunakan penulis adalah dengan kuesioner tentang pilihan yang disusun seperti model Likert dengan empat alternatif jawaban. Skor bergerak dari 1 sampai dengan 4. Adapun pedoman untuk memberikan skor pada alternatif jawaban adalah :

Sangat setuju skor 4 Setuju skor 3 Tidak setuju skor 2 Sangat tidak setuju skor 1

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dalam hal ini mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akutansi untuk diisi dengan keadaan responden sebenarnya.


(66)

Dengan maksud untuk memperoleh data tentang status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar, dan prestasi belajar dengan minat berwirausaha.

2. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung atau lisan dengan karyawan sekretariat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan untuk melengkapi data tentang gambaran umum perguruan tinggi.

3. Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara menyalin data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, khususnya mengenai minat berwirausaha, apabila sebelum penulis melakukan penelitian ternyata sudah ada yang melakukan penelitian sebelumnya, serta datanya akan berguna bagi penulis, juga data yang terkait tentang prestasi belajar mahasiswa.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

Untuk mengenai apakah setiap item kuesioner yang digunakan sudah valid atau belum, maka dilakukan uji statistis untuk mengukur kesahihan butir dan keandalan butir dengan menggunakan analisis validitas dan reliabilitas.

1. Analisis Validitas

Analisis validitas digunakan untuk menunjukan tingkat validitas atau kesahihan butir dengan menggunakan rumus koefisien product moment dari Pearson. Penulis menggunakan taraf signifikan (alpha) 0,05 atau 5%.


(67)

Setiap item di dalam uji validitas ini dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel.

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− = 2 2 2

2 X N Y Y

X N Y X XY N rxy Keterangan : xy

r = koefisien korelasi antara x dan y

X = jumlah skor butir genap

Y = jumlah skor butir ganjil

XY= Jumlah kali x dan y

N = banyaknya sampel yang diuji

Dalam pengujian koefisien ini digunakan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung > r tabel, maka suatu butir instrumen mampu mengukur apa yang diinginkan (valid). Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka suatu butir instrumen adalah tidak valid atau sahih Suharsimi Arikunto, (1998:256). Pelaksanaan uji coba penelitian ini dilakukan pada mahasiswa PAK angkatan 2004-2005 dengan jumlah responden 30 mahasiswa. Dari hasil uji coba tersebut diketahui derajat kebebasan sebesar 28 (30-2), dengan harga kritik product moment tabel (r table) sebesar 0,239 dengan taraf signifikansi 5%. Adapun rangkuman hasil penelitian uji coba validitas sebagai berikut :

a. Uji validitas untuk Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Hasil uji validitas dua puluh satu pertanyaan pada variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua, adalah sebagai berikut:


(68)

Tabel III.5

Hasil Pengukuran Validitas Status Sosial Ekonomi Orang Tua No

Item hitung

r rtabel Keterangan

1 ,3558 0,239 Valid

2 ,2926 0,239 Valid

3 ,4403 0,239 Valid

4 ,3558 0,239 Valid

5 ,2988 0,239 Valid

6 ,3049 0,239 Valid

7 ,0000 0,239 Tidak Valid

8 ,4806 0,239 Valid

9 -,0245 0,239 Tiddak Valid

10 ,6283 0,239 Valid

11 ,3582 0,239 Valid

12 ,3949 0,239 Valid

13 ,2448 0,239 Valid

14 ,0000 0,239 Tidak Valid

15 ,2839 0,239 Valid

16 ,1235 0,239 Tidak Valid

17 ,3507 0,239 Valid

18 ,2647 0,239 Valid

19 -,1134 0,239 Tidak Valid

20 ,0755 0,239 Tidak Valid

21 ,0000 0,239 Tidak Valid

Item status sosial ekonomi orang tua yang tidak valid adalah nomor 7,9,14,16,19,20,21. Item yang tidak valid kemudian dihapus dan dilakukan uji validitas ulang. Hasil dari pengujian validitas ulang tampak pada tabel berikut :


(69)

Tabel III.6

Hasil Pengukuran Validitas Status Sosial Ekonomi Orang Tua No

Item hitung

r rtabel Keterangan

1 ,3558 0,239 Valid

2 ,2926 0,239 Valid

3 ,4403 0,239 Valid

4 ,3558 0,239 Valid

5 ,2988 0,239 Valid

6 ,3049 0,239 Valid

8 ,4806 0,239 Valid

10 ,6283 0,239 Valid

11 ,3582 0,239 Valid

12 ,3949 0,239 Valid

13 ,2448 0,239 Valid

15 ,2839 0,239 Valid

17 ,3507 0,239 Valid

18 ,2647 0,239 Valid

Dari tabel di atas tampak bahwa item-item yang digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi orang tua valid semua karena corrected item – total correlation lebih dari 0,239.

b. Uji validitas untuk Faktor Lingkungan Belajar

Hasil uji validitas dua puluh delapan pertanyaan pada variabel Faktor Lingkungan Belajar , adalah sebagai berikut:


(70)

Table III.7

Hasil Pengukuran Validitas Faktor Lingkungan Belajar No

Item hitung

r rtabel Keterangan

1 ,7455 0,239 Valid

2 ,4302 0,239 Valid

3 ,5795 0,239 Valid

4 ,3659 0,239 Valid

5 ,5240 0,239 Valid

6 ,4612 0,239 Valid

7 ,3603 0,239 Valid

8 ,4785 0,239 Valid

9 ,4178 0,239 Valid

10 ,5822 0,239 Valid

11 ,5568 0,239 Valid

12 ,3070 0,239 Valid

13 ,7152 0,239 Valid

14 ,4966 0,239 Valid

15 ,4506 0,239 Valid

16 ,6993 0,239 Valid

17 ,6823 0,239 Valid

18 ,7995 0,239 Valid

19 ,5115 0,239 Valid

20 ,8108 0,239 Valid

21 ,8200 0,239 Valid

22 ,7339 0,239 Valid

23 ,3955 0,239 Valid

24 ,4930 0,239 Valid

25 ,4272 0,239 Valid

26 ,5574 0,239 Valid

27 ,5798 0,239 Valid

28 ,4885 0,239 Valid

Dari tabel di atas tampak bahwa item-item yang digunakan untuk mengukur Faktor Lingkungan Belajar valid semua karena corrected item – total correlation lebih dari 0,239.

c. Uji validitas untukMinat Berwirausaha

Hasil uji validitas dua puluh pertanyaan pada variabel Minat Berwirausaha adalah sebagai berikut:


(71)

Tabel III.8

Hasil Pengukuran Validitas Minat Berwirausaha No

Item hitung

r rtabel Keterangan

1 ,0626 0,239 Tidak Valid

2 ,2076 0,239 Tidak Valid

3 ,5926 0,239 Valid

4 ,2843 0,239 Valid

5 ,2781 0,239 Valid

6 ,4133 0,239 Valid

7 ,4071 0,239 Valid

8 ,6433 0,239 Valid

9 ,3910 0,239 Valid

10 ,0287 0,239 Tidak Valid

11 ,2896 0,239 Valid

12 ,5396 0,239 Valid

13 ,0931 0,239 Tidak Valid

14 ,1690 0,239 Tidak Valid

15 ,7236 0,239 Valid

16 ,2249 0,239 Tidak Valid

17 ,1153 0,239 Tidak Valid

18 ,0512 0,239 Tidak Valid

19 ,5387 0,239 Valid

20 -,0749 0,239 Tidak Valid

Item status sosial ekonomi orang tua yang tidak valid adalah nomor 1,2,10,13,14,16,17,18,20. Item yang tidak valid kemudian dihapus dan dilakukan uji validitas ulang. Hasil dari pengujian validitas ulang tampak pada tabel berikut :


(72)

Tabel III.9

Hasil Pengukuran Validitas Minat Berwirausaha No

Item hitung

r rtabel Keterangan

3 ,5926 0,239 Valid

4 ,2843 0,239 Valid

5 ,2781 0,239 Valid

6 ,4133 0,239 Valid

7 ,4071 0,239 Valid

8 ,6433 0,239 Valid

9 ,3910 0,239 Valid

11 ,2896 0,239 Valid

12 ,5396 0,239 Valid

15 ,7236 0,239 Valid

19 ,5387 0,239 Valid

Dari tabel di atas tampak bahwa item-item yang digunakan untuk mengukur Minat Berwirausaha valid semua karena corrected item – total correlation lebih dari 0,239.

2. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Suharsimi Arikunto, 1989:142). Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil data satu atau berbagai pengukuran. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas atau rtt. Untuk memberi arti terhadap koefisien korelasi reliabilitas yang diperoleh maka dipakai besar koefisien korelasi dalam tabel statistik atas dasar taraf signifikansi 5% sebagai berikut :


(73)

Tabel III.10

Intepretasi Koefisien Secara Konservatif

No Koefisien Alfa Tingkat Keterandalan 1

2 3 4 5

0,800 - 1,000 0,600 - 0,800 0,400 - 0,600 0,200 - 0,400

0 - 0,200

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Untuk menghitung reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha Cronbach dengan taraf signifikan 5% (Suharsimi Arikunto, 1998:192).

Rumus Alpha:

11

r =

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −1 k k ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡

2

2 1 b b σ σ Keterangan: 11

r : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

σb : Jumlah varians butir

2

t

σ : Varians total

Reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Jika nilai Alpha Cronbach pada taraf signifikan 5% lebih besar dari pada 0,6, maka kuesioner dikatakan reliabel.

Dari hasil analisis dengan jumlah data(n) sebanyak 30 responden pada taraf signifikasi 5% atau 0,05 dengan bantuan program SPSS versi 11.5 didapat hasil r11 seperti pada tabel di bawah ini:


(74)

Tabel III.11

Hasil Pengukuran Reliabilitas Variabel Koefisien

Alpha Indeks Kesimpulan Status sosial ekonomi orang tua 0,6 0,6818 Andal/Reliabel

Lingkungan belajar 0,6 0,9307 Andal/Reliabel Minat berwirausaha 0,6 0,7061 Andal/Reliabel

H. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi data

Deskripsi data yaitu suatu teknik analisis yang memberikan gambaran terperinci tentang variabel yang diteliti dan memberikan penafsiranya. Analisis ini dilakukan dengan cara mendiskripsikan data hasil observasi yang sudah didapat dan penelitian di lapangan yang meliputi responden, status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar, prestasi belajar dan minat berwirausaha. Untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel distribusi frekuensi pada setiap variabel.

2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Pengujian Normalitas

Sebelum melangkah pada uji korelasi sederhana, terlebih dahulu mengetahui pengujian syarat korelasi sederhana yaitu menggunakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala yang diteliti apakah mempunyai sebaran data yang normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan rumus One-Sample Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono, 1999:255) yaitu:

( )

( )

[

F X1 S X1

]

Max


(75)

Keterangan :

D = Deviasi maksimum

( )

X1

Fo = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

( )

X1

So = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi Jika nilai F hitung < dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5 %, maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya, jika nilai F hitung > dari nilai F tabel, maka distribusi data dikatakan normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan linier atau tidak dengan variabel terikatnya. Untuk uji linieritas ini digunakan rumus persamaan regresi dengan menguji signifikansi nilai F. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari nilai F adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:332) :

e S TC S F 2 2 = Keterangan :

( )

2 2 − = k TC JK TC S

( )

2 2 − = k E JK e S Keterangan :

F = harga bilangan F untuk garis regresi

STC = varian tuna cocok

Se = varian kekeliruan

JK(TC) = jumlah kuadrat tuna cocok


(76)

Kita tolak hipotesis model regresi linier jika Fhitung>F(1α)(k2,nk). Untuk distribusi f yang digunakan diambil dk pembilang = (k-2) dan dk penyebut = (n-k).

3. Pengujian Hipotesis

a. Untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga tentang hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar dan prestasi belajar dengan minat berwirausaha, digunakan analisis statistis koefisien korelasi Product Moment dari pearson sebagai berikut :

(

)(

)

(

)

{

}

{

∑ ∑

( )

}

− = 2 2 2 2 Y Yi n Xi Xi n Yi Xi XiY n rxy Keterangan :

rxy = koefisien korelasi variabel x terhadap y

X = jumlah nilai X

Y = jumlah nilai Y

n = jumlah subjek yang diteliti (Suharsimi Arikunto,

1998:256).

Koefisien korelasi yang diperoleh diintepretasikan sebagai berikut (Sugiyono, 1999:216) :

r = 0,8 – 1,0 : berarti korelasi sangat kuat r = 0,6 – 0,799 : berarti korelasi kuat r = 0,4 – 0,599 : berarti korelasi sedang r = 0,2 – 0,399 : berarti korelasi rendah r = 0,0 – 0,199 : berarti korelasi sangat rendah


(77)

b. Apabila data tidak berdistribusi normal maka digunakan analisis statistis Chi-kuadrat. Dengan rumus sebagai berikut :

( f

o

– f

h

)

2

χ

2

=

f

h

keterangan : χ2 = menguji signifikasi perbedaan frekuensi yang diobservasi

f0 = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data fh = frekuensi yang diharapkan

fh diperoleh dari rumus sebagai berikut

f

h

=

(nk) (ng)

N

Keterangan : nk : jumlah kategori ng : jumlah golongan N : jumlah total

Untuk menemukan derajat kebebasan digunakan rumus: db = ( b – 1 ) ( k – 1 ).

Harga kuadrat selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi-kuadrat yang terdapat ditabel. Jika harga χ2 hitung < χ2 tabel, maka Ho diterima, jika harga χ2 hitung > χ2 tabel, maka Ho ditolak.

Ukuran mengenai taraf hubungan, digunakan koefisien kontigensi dengan rumus (I Nyoman Susila, 1986:216) :

Χ2

C =

Χ2+ N

Kerangan : C = koefisien kontigensi

Χ2 = harga Chi-kuadrat yang diperoleh N = jumlah total


(1)

Tabel r Df 0,05 1 0.80 2 0.69 3 0.61 4 0.55 5 0.51 6 0.47 7 0.44 8 0.42 9 0.40 10 0.38 11 0.36 12 0.35 13 0.34 14 0.33 15 0.32 16 0.31 17 0.30 18 0.29 19 0.28 20 0.28 21 0.27 22 0.27 23 0.26 24 0.25 25 0.25 26 0.25 27 0.24 28 0.24 29 0.23 30 0.23 31 0.23 32 0.22 33 0.22 34 0.22 35 0.21 36 0.21 37 0.21 38 0.20 39 0.20 40 0.20 41 0.20 42 0.19


(2)

43 0.19 44 0.19 45 0.19 46 0.19 47 0.18 48 0.18 49 0.18 50 0.18 51 0.18 52 0.18 53 0.17 54 0.17 55 0.17 56 0.17 57 0.17 58 0.17 59 0.16 60 0.16 61 0.16 62 0.16 63 0.16 64 0.16 65 0.16 66 0.16 67 0.16 68 0.15 69 0.15 70 0.15 71 0.15 72 0.15 73 0.15 74 0.15 75 0.15 76 0.15 77 0.14 78 0.14 79 0.14 80 0.14 81 0.14 82 0.14 83 0.14 84 0.14 85 0.14 86 0.14


(3)

87 0.14 88 0.14 89 0.13 90 0.13 91 0.13 92 0.13 93 0.13 94 0.13 95 0.13 96 0.13 97 0.13 98 0.13 99 0.13 100 0.13 101 0.13 102 0.12 103 0.12 104 0.12 105 0.12 106 0.12 107 0.12 108 0.12 109 0.12 110 0.12 111 0.12 112 0.12 113 0.12 114 0.12 115 0.12 116 0.12 117 0.12 118 0.12 119 0.12 120 0.12 121 0.11 122 0.11 123 0.11 124 0.11 125 0.11 126 0.11 127 0.11 128 0.11 129 0.11 130 0.11


(4)

131 0.11 132 0.11 133 0.11 134 0.11 135 0.11 136 0.11 137 0.11 138 0.11 139 0.11 140 0.11 141 0.11 142 0.11 143 0.11 144 0.11 145 0.11 146 0.10 147 0.10 148 0.10 149 0.10 150 0.10 151 0.10 152 0.10 153 0.10 154 0.10 155 0.10 156 0.10 157 0.10 158 0.10 159 0.10 160 0.10 161 0.10


(5)

(6)