Pendekatan belajar fisika siswa SMP, SMA, dan mahasiswa : tinjauan menurut model Biggs - USD Repository

  

PENDEKAT TAN BELAJAR FISIKA SISWA SMP, SMA MA, DAN

MAHASISWA :

Tinjauan Menurut Model Biggs

SKRIPSI

  

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  

DISUSUN OLEH :

  

F. EDWIN WIRANATA

NIM : 081424031

PR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIK DIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETA TAHUAN ALAM

FAKUL ULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA AN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Halaman Persembahan

Karya ini kupersembahkan kepada :

Bapakku Yoseph Sael, Ibuku Y.Line, Abangku Jossie dan adikku Kresensiana Sebagai bentuk ucapan syukur, terimakasih, bakti dan tanda cintaku yang mendalam untuk keluargaku.

  “Aku berkompetisi untuk meningkatkan kualitas diri, bukan untuk menghancurkan orang lain”

  

ABSTRAK

Edwin Wiranata, 2013. “Pendekatan Belajar Fisika Siswa SMP, SMA, dan

Mahasiswa: Tinjauan Menurut Model Biggs”. Program Studi Pendidikan

Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

  Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dan karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika. Jenis penelitian adalah deskripsi kualitatif dengan dibantu kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

  Subjek penelitian adalah peserta didik dari jenjang pendidikan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi dengan total berjumlah 138 peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah The revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-

  2F) dan wawancara. R-SPQ-2F digunakan untuk mengelompokkan perserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dan pendekatan permukaan.

  Hasil penelitian menunjukkan peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam berminat terhadap fisika dengan alasan yang beragam, tidak merasa terbebani dengan adanya tugas, cara belajar yang bervariatif untuk satu peserta didik dan kecenderungan memilih belajar secara mandiri. Peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika kurang berminat terhadap fisika dengan alasan yang beragam, memberikan tanggapan negatif terhadap tugas, cara belajar yang kurang variatif untuk satu peserta didik dan kecenderungan memilih belajar secara berkelompok.

  Kata kunci : pendekatan belajar, karakteristik, pendekatan mendalam, pendekatan permukaan

  

ABSTRACT

Edwin Wiranata, 2013. “Physics Learning Approach of Junior High School,

Senior High School and College Students: Biggs’ Model-based Study”.

Physics Education Study Program, Department of Education and Science,

the Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University

Yogyakarta

  The study is aimed to investigate the characteristics of students who use deep approach and the characteristics of students who use the surface approach in learning physics. The type of this research is qualitative description and assisted by quantitative research. The research was conducted in semester 1 academic year 2012/2013.

  The subjects were the students from SMP, SMA, and College, the total number of respondents were 138 students. The instruments used are the revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) and interviews. R-SPQ-2F is used to classify the students who use deep approach and surface approach.

  Results showed that students, who learn using deep approach, are interested in physics with various reasons, namely they do not feel burdened by the task, they used varied ways of learning, and they have tendency to choose self- directed learning. Students who use the surface approach in learning physics are less interested in the physics with various reasons, giving a negative response to the task, having less varied ways of learning and having the tendency to choose learning in groups.

  Keywords: approaches to learning, characteristics, deep approach, surface approach

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia, bimbingan, serta penyertaan-Nya dari awal hingga akhir penyusunan skripsi yang berjudul

  “Pendekatan Belajar Fisika Menurut Biggs : Sebuah Studi Eksploratif” .

  Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penelitian dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed.,Ph.D., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penyusunan skripsi.

  2. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si., selaku kaprodi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

  3. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan selama menempuh studi di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

  4. Bapak Drs. H. Herynugroho, M.Pd., selaku kepala sekolah di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

  5. Bapak Drs. Y. Sugiarto, selaku kepala sekolah di SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

  6. Bapak Samsudi, S.Pd., selaku guru bimbingan konseling di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang memberikan waktu, bimbingan, dan membantu dalam penelitian.

  7. Bapak Y. Rahardjo, B.A., selaku guru fisika di SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang memberikan waktu, bimbingan, dan membantu dalam penelitian.

  8. Sekretariat JPMIPA FKIP yang telah banyak membantu.

  9. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

  10. Segenap keluargaku tersayang, Bapak, Ibu, Abang Oos dan Adik Wati yang memberikan baik dukungan doa, dukungan moral, maupun dukungan material.

  11. Teman-teman ngumpul, Alex, Dimas, Mbink, Arnol “rek”, Ganda “mbah”, dan Anton “kriting” yang selalu menjadi penyemangat dalam penyelesaian skripsi.

  12. Teman-teman seperjuangan dan satu bimbingan yang saling bertukar informasi tentang jadwal dosen pembimbing dan semua hal yang berkaitan dengan skripsi.

  13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi.

  Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v

HALAMAN PUBLIKASI ................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

KATAPENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI......................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

  

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1 B. Perumusan Masalah .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4 E. Batasan Pengertian ................................................................................ 5

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………….…………….. 6

A. Pengertian Belajar .................................................................................... 6 B. Pendekatan Belajar................................................................................... 8 C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendekatan Belajar Menurut Biggs........................................................................................ 16 D. The Revised Two Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)..... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..21

A. Jenis Penelitian....................................................................................... 21 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 22 C. Sampel.................................................................................................... 22

  E. Metode Analisis Data ............................................................................. 27

  

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN…………………..…...…..31

A. Deskripsi Penelitian ............................................................................... 31 B. Data dan Analisis Data........................................................................... 35

  1. The Revised Two Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)............................................................... 35

  2. Hasil Wawancara ............................................................................. 46

  C. Pembahasan Hasil Wawancara .............................................................. 79

  

BAB V PENUTUP…………………………………….………………….....…..84

A. Kesimpulan ............................................................................................ 84 B. Saran....................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA………………………………….………………….....….86

LAMPIRAN………………………………………………………......…………88

  

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Pengantar dari Jurusan Pendidikan

  MIPA Universitas Sanata Dharma ..................................... 88

  LAMPIRAN 2 Surat Ijin Penelitian/Skripsi/Observasi dari

  Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta ....... 91

  Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian ...................... 93 LAMPIRAN 3

  The Revised Two Factor Study Process LAMPIRAN 4

  Questionnaire (R-SPQ-2F) ...................................................... 97 Transkrip Hasil Wawancara ................................................... 102 LAMPIRAN 5

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 4.2

  Tabel 4.7

  Tabel Kode Hasil Wawancara.................................................................47

  Tabel 4.6

  Tabel Subjek Wawancara......................................................................46

  Tabel 4.5

  Tabel Rangkuman Analisis R-SPQ-2F......................................................44

  Tabel 4.4

  Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi pada pendekatan Mendalam Universitas Sanata Dharma..........................38

  Tabel 4.3

  Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi pada pendekatan Mendalam SMA Muhammadiyah 3................................37

  Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi pada pendekatan Mendalam SMP Joannes Bosco......................................35

Tabel 2.1 Tabel Dimensi Study Process Questionnaire (SPQ) ........................18

  Tabel 4.1

  Tabel Skor Total PM dan PP......................................................................27

  Tabel 3.5

  Tabel Rencana Pertanyaan Wawancara....................................................26

  Tabel 3.4

  Tabel Unidimensionalitas dan Reliabilitas Skala Kecil R-SPQ-2F ..............................................................................25

  Tabel 3.3

  Tabel Pembagian Skor pada Masing-masing Item Soal............................24

  Tabel 3.2

  Tabel Pembagian Item dalam R-SPQ-2F...................................................24

  Tabel 3.1

  Tabel Hasil Skor Karakteristik PM............................................................48

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwanti (2008) mengembangkan model pembelajaran human capital

  skills . Model ini ditujukan untuk menjawab persoalan bagaimana seorang

  pelajar atau mahasiswa harus dapat menguasai seperangkat kemampuan dan sikap. Yang dimaksud kemampuan meliputi: kemampuan menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu. Sedangkan sikap meliputi: objektif, jujur, kritis, dan memiliki rasa ingin tahu. Menurut Purwanti (2008) faktor- faktor yang berperan dalam terbentuknya human capital skills adalah persepsi siswa/mahasiswa terhadap pengajaran, konsep siswa/mahasiswa tentang pembelajaran, konsep diri akademik, dan pendekatan belajar.

  Pendekatan belajar atau biasa dikenal dengan istilah approach to

  learning pertama kali dikemukakan oleh Marton dan Saljo (1976), yang

  mengelompokkan dua macam pendekatan, yaitu deep approach dan surface

  approach . Dua macam pendekatan ini banyak digunakan oleh John Biggs baik

  dalam penelitian yang dilakukannya maupun dalam buku-buku karangannya, sehingga beberapa kalangan menyebut konsep pendekatan ini adalah konsep pendekatan belajar menurut John Biggs. Untuk menentukan pendekatan belajar yang digunakan peserta didik, Biggs mengembangkan sebuah kuesioner yang berisi item motivasi dan strategi. Kuesioner ini dikembangkan berdasarkan indikator-indikator pendekatan belajar. Indikator-indikator yang Biggs gunakan adalah bersifat umum dan dapat diterima oleh para peneliti akademis.

  Biggs (1993) juga memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam menggunakan pendekatan belajar tertentu. Misalnya, dari faktor personal peserta didik, yaitu conception of learning. Yang dapat dieksplor dari faktor conception of learning adalah seberapa penting arti dari belajar fisika menurut peserta didik. Hal lain yang dapat dieksplorasi dari siswa yang menggunakan pendekatan tertentu adalah mengenai cara belajar, apakah menghapal, menulis, membaca, atau melatih kemampuan dengan mengerjakan soal-soal. Dengan demikian, dari suatu pendekatan belajar hal yang berhubungan dengan motivasi dan strategi belajar peserta didik tersebut akan dieksplor sehingga kemudian diharapkan akan memperoleh contoh-contoh konkret atau karakteristik dari persepsi terkait motivasi dan cara peserta didik dalam belajar.

  Ramsden (1992) mengatakan pendekatan belajar atau approach to

  learning adalah salah satu konsep yang paling berpengaruh untuk pendidikan

  tingkat lanjut pada 15 tahun terakhir sejak bukunya yang berjudul Learning To

  Teach in Higher Education terbit pada tahun 1992. Menurutnya, ide utama

  konsep ini tidak sepenuhnya rumit, tetapi sedikit abstrak. Penjelasannya agak bersifat teknis, tetapi cukup menarik.

  Dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran, pendekatan belajar yang dilakukan siswa sangat berperan terhadap hasil pembelajaran (learning outcomes). Penelitian yang berhasil memperlihatkan adanya hubungan antara pendekatan belajar siswa dengan hasil belajar dilakukan oleh Gijbels, Van de Watering, Dochy, dan Van den Bossche (2005). Hasil penelitian mereka menunjukkan adanya perbedaan hasil yang signifikan antara siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dan siswa yang menggunakan pendekatan permukaan.

  Beberapa penelitian yang terkait dengan pendekatan belajar cukup banyak dilakukan. Beberapa diantaranya adalah penelitian Simon Cassidy (2004) dari University of Salford UK, Peter F. Cuthbert (2005) dari Manchester Metropolitan University UK, dan Richardson (2005) dari The Open University UK. Kecenderungan penelitian-penelitian tersebut adalah untuk melihat pendekatan tertentu yang digunakan dalam suatu kelompok dan ada juga yang melihat korelasinya terhadap learning outcomes atau hasil

  Indonesia memiliki sistem pendidikan sendiri yang diduga memberikan pengaruh terhadap pendekatan belajar tertentu yang dipilih siswa. Bagaimanapun juga, pendekatan belajar dipengaruhi oleh pengalaman atau stimulasi tertentu dari lingkungan (Harvey dalam Purwanti, 2008) yang mana sistem pendidikan juga diduga mempengaruhi pendekatan belajar yang dipilih siswa. Setiap negara diduga mempunyai kekhususan terkait motivasi dan cara belajar termasuk Indonesia sehingga diharapkan penelitian ini mampu menggali sesuatu dibalik motivasi dan strategi peserta didik dalam belajar fisika.

  Mata pelajaran Fisika mulai dipelajari sedikit mendalam pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) kemudian dilanjutkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada tingkat Perguruan Tinggi, yaitu pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, materi pembelajaran Fisika dipelajari lebih mendalam sesuai dengan beban SKS yang ditempuh oleh mahasiswa. Biggs dalam Chyun (2007) menjelaskan bahwa pelajar sains pada dasarnya mempunyai pendekatan belajar yang berbeda dengan pelajar sastra. Pelajar sastra cenderung menggunakan pendekatan permukaan dan pencapaian hasil belajar yang tinggi karena strategi belajar yang diperlukan pada bidang sastra sebagian besar adalah menghafal. Hal ini menunjukkan bahwa konsep pendekatan dalam pembelajaran tidak kaku tetapi tergantung pada apa yang diperlukan dalam setiap bidang yang berbeda (Zeegers dalam Chyun, 2007).

  Peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang segala hal dibalik motivasi dan strategi belajar peserta didik yang menggunakan pendekatan tertentu dalam belajar fisika. Harapannya adalah pengetahuan tentang pendekatan belajar bertambah dengan adanya contoh-contoh konkret atau karakteristik peserta didik dalam belajar fisika. Dengan berdasarkan teori pendekatan belajar menurut Biggs ditambah dengan karakteristik-karakteristik peserta didik yang diperoleh dari penelitian, maka diharapkan pengetahuan tentang pendekatan belajar akan meningkat. Maka peneliti melakukan penelitian dengan topik “Pendekatan Belajar Fisika Siswa SMP, SMA, dan

  B. Perumusan Masalah

  Dari uraian mengenai latar belakang masalah pendekatan belajar, maka peneliti ingin mengeksplorasi dengan menjawab masalah berikut ini:

  1. Bagaimana karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika?

  2. Bagaimana karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan utama dari penelitian ini adalah :

  1. Mengetahui karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika.

  2. Mengetahui karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika.

  D. Manfaat Penelitian

  Eksplorasi mengenai pendekatan belajar fisika oleh siswa atau mahasiswa akan memperkaya teori tentang pembelajaran khususnya tentang pendekatan belajar fisika. Secara konsep di setiap negara mempelajari ilmu pengetahuan dan teori tentang pembelajaran yang sama tetapi secara praktik dan kenyataan di lapangan dapat memberikan sesuatu yang berbeda sehingga contoh konkret di lapangan akan menjadi sesuatu yang berharga baik bagi satu individu pendidik maupun satu institusi pendidikan.

E. Batasan Pengertian

  Dalam penelitian ini karakteristik peserta didik mencakup aspek motivasi dan strategi dalam belajar fisika. Karakteristik yang mencakup motivasi dapat berupa minat, pandangan atau pendapat siswa terhadap segala hal yang berhubungan dengan fisika. Sedangkan karakteristik yang mencakup strategi adalah berupa cara belajar peserta didik. Cara belajar adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik untuk memahami materi fisika. Karakteristik yang mencakup strategi juga dapat dilihat berdasarkan variasi cara belajar, urutan cara belajar, atau bervariasi tidaknya cara belajar peserta didik berdasarkan informasi dan data yang diperoleh.

  Karakteristik peserta didik fokus pada satu individu dan bukan melihat pada sekelompok peserta didik dengan pendekatan yang sama. Artinya, peneliti tidak menggeneralisasi suatu pendekatan belajar tertentu berdasarkan karakteristik yang muncul pada penelitian ini. Karakteristik yang muncul dalam penelitian dapat dipengaruhi banyak faktor termasuk latar belakang peserta didik sendiri. Jika satu individu yang menggunakan pendekatan mendalam mengatakan dia hanya dapat belajar fisika sambil mendengarkan musik jazz maka hal tersebut menjadi karakteristik individu tersebut. Sedangkan individu lain yang juga menggunakan pendekatan mendalam tidak harus memiliki karakteristik yang sama dengan individu sebelumnya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar Muhibbin Syah (1995) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan mengutip beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli,

  salah satunya adalah menurut Reber dalam kamusnya Dictionary of

  Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama,

  belajar adalah “The process of acquiring knowledge”, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering digunakan dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar adalah “A relatively permanent

  change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practise”, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif

  langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

  Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial untuk memahami proses belajar. Berikut adalah istilah tersebut.

  1. Relatively permanent Istilah ini lawannya adalah bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti perubahan karena mabuk, lelah, jenuh, dan perubahan karena perubahan fisik tidak termasuk belajar.

  2. Response potentiality Istilah ini maksudnya menunjukkan pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan atau kinerja

  3. Reinforced Istilah ini konotasinya adalah bahwa kemajuan yang didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberi penguatan.

  4. Practise Istilah ini maksudnya menunjukkan bahwa proses belajar itu membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah dicapai siswa.

  Menurut Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan rumusan kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

  Dari beberapa pengertian tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar tidak lepas dari latihan. Belajar merupakan perolehan perubahan secara permanen dan perolehan kemajuan sebagai akibat dari latihan secara terus menerus untuk menjaga kinerja yang telah dicapai.

  Selanjutnya, menurut Syah (1995), perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubah inilah manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai makhluk di bumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalui belajar, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.

B. Pendekatan Belajar

  Istilah pendekatan belajar (approach to learning) sudah digunakan sejak penelitian yang dilakukan oleh Marton dan Saljo (1976). Dalam The

  Experience of Learning Marton dan Saljo (1976) menjelaskan hubungan

  antara pendekatan belajar dan konsep pembelajaran. Didalam penelitiannya pembelajaran dipandang sebagai : peningkatan pengetahuan, penghafalan, peningkatan fakta-fakta dan metode, abstraksi pengertian, interpretasi proses yang mengarah pada pemahaman suatu kenyataan, dan pengembangan diri sebagai suatu individu. Pada penelitian ini Marton dan Saljo (1976) memperkenalkan dua konsep pendekatan belajar yang kemudian banyak digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu pendekatan “deep” dan “surface”.

  Konsep approach atau pendekatan dapat menggambarkan aspek kualitatif dari suatu pembelajaran (Ramsden, 1992). Konsep ini berbicara tentang bagaimana seseorang mengalami, menghadapi, dan mengatur subjek materi dari suatu tugas pembelajaran atau tugas akademik. Dalam laporan penelitiannya, Purwanti (2008) membedakan learning style dengan approach to learning. Pendekatan belajar bukan sekedar gaya belajar yang biasanya dapat diterapkan pada tugas atau pengajaran apapun. Bukan pula sekedar pendekatan yang tergantung pada situasi, seolah-olah pelajar memasuki lingkungan belajar tanpa preferensi cara belajar dan konteks pengajaran. Selanjutnya, Harvey dalam Purwanti (2008) secara tegas membedakan antara pendekatan belajar dengan gaya belajar. Gaya belajar lebih menunjuk pada trait, yang lebih resisten terhadap perubahan. Sedangkan pendekatan dalam belajar adalah cara belajar yang didasarkan pada motif tertentu, yang mungkin berubah karena dipengaruhi oleh pengalaman atau stimulasi tertentu dari lingkungan.

  Pendekatan belajar (approach to learning) adalah jenis atau upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Banyak pendekatan belajar yang dapat siswa lakukan dalam mempelajari suatu bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Muhibbin Syah (1995) menyebutkan dan menjelaskan salah satu pendekatan belajar yang dipandang representatif atau mewakili dari yang klasik sampai yang modern itu adalah pendekatan belajar Biggs.

  Biggs membangun Model Pembelajaran 3P (presage, process,

  product ) untuk menerangkan interaksi antara faktor-faktor yang

  mempengaruhi proses pembelajaran (Chyun, 2007). Model ini terdiri atas tiga tahap untuk menggambarkan tiga elemen pembelajaran. Tiga elemen pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut (Biggs dalam Chyun, 2007):

  1. Presage, yaitu elemen sebelum pembelajaran berlangsung meliputi faktor pribadi siswa dan faktor konteks pengajaran.

  2. Process, yaitu elemen ketika pembelajaran berlangsung meliputi pendekatan pembelajaran.

  3. Product, yaitu elemen hasil pembelajaran meliputi hasil belajar siswa baik itu secara kualitatif, kuantitatif, bersifat intuisi, maupun afektif.

  Gambar 1. Model Pembelajaran 3P (Biggs dalam Chyun,2007)

  PRESAGE PROCESS PRODUCT Student Characteristics

  Prior knowledge Abilities

  Learning Outcome

  Preferred approaches to

  

Approach to Task

  learning Quantitative

  Surface Qualitative

  Deep Institutional

  Achieving

  Teaching Context

  Affective Curriculum Method Assessment Climate Dari Model Pembelajaran 3P, pendekatan belajar terletak pada tahap process, yaitu ketika pembelajaran sedang berlangsung. Faktor pengajaran oleh guru dan faktor karakteristik siswa mempengaruhi pendekatan belajar pada proses pembelajaran. Dari gambar tersebut, Biggs juga menekankan adanya hubungan atau interaksi antara pendekatan belajar dengan hasil belajar (learning outcome).

  Menurut Biggs dalam Lim Tzyy Chyun (2007) pendekatan belajar adalah suatu proses pembelajaran yang berasal dari persepsi pelajar tentang tugas akademik yang dipengaruhi oleh ciri-ciri pribadi siswa. Selanjutnya menurut Biggs, pendekatan belajar merupakan gabungan dari “motivasi” dan “strategi” yang sesuai dan dipilih siswa dalam proses pembelajaran. Aspek strategi menunjuk pada bagaimana siswa ‘mendekati’ tugas akademik yang diberikan kepada mereka, sedangkan aspek motivasi menunjuk pada mengapa siswa mau ‘mendekati’-nya dengan cara tertentu (Purwanti, 2008). Kedua aspek ini memiliki kaitan yang sangat erat karena siswa yang termotivasi oleh suatu hal tertentu akan menggunakan strategi tertentu yang relevan dengan motivasinya tersebut.

  Pendekatan belajar ini pada umumnya digambarkan dalam dua model, yaitu : deep approach atau pendekatan mendalam dan surface

  approach atau pendekatan permukaan (Marton dan Saljo, 1976).

  a. Pendekatan mendalam atau deep approach Siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dalam pembelajaran sangat tertarik dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik dan menikmati proses melakukannya. Siswa tersebut berusaha memperoleh manfaat dan maksud dari tugas-tugas yang diberikan. Dia juga berusaha untuk membangun konsep sendiri, menghubungkan pengetahuan yang ia peroleh dengan pengetahuan yang sudah ia peroleh. Siswa yang menggunakan pendekatan ini juga selalu memperhatikan kemajuan pemahamannya dalam belajar (Entwistle, 2000).

  Siswa yang menggunakan deep approach biasanya mempelajari materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkan pengetahuan itu. Adanya dorongan dari dalam diri (motivasi intrinsik) membuat gaya belajarnya yang serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa yang menggunakan pendekatan mendalam, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya (Syah, 1995).

  b. Pendekatan permukaan atau surface approach Seorang siswa yang menggunakan pendekatan permukaan melihat suatu tugas akademik sebagai syarat yang harus dipenuhi dan dikerjakan. Dia melihat aspek tugas sebagai suatu hal yang terbangun sendiri dan tidak ada kaitannya dengan tugas-tugas lain. Adanya kekuatiran terhadap waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas- tugas, bergantung pada hafalan, dan yang terpenting baginya adalah tugas dapat diselesaikan dan tidak mencoba untuk memperoleh makna dari tugas-tugas yang diberikan (Chyun, 2007).

  Siswa yang menggunakan surface approach , mau belajar karena dorongan dari luar (motivasi ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan rasa malu pada individu yang bersangkutan. Hal ini dapat menyebabkan gaya belajar yang cenderung santai, menghafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. Dalam diri siswa yang menggunakan pendekatan permukaan itu sendiri tidak ada dorongan untuk mempelajari pengetahuan sebagai sesuatu yang berharga, melainkan mau belajar karena didorong oleh sesuatu di luar dirinya (Syah, 1995). Pada pendekatan mendalam, tujuan menggali pengertian menghasilkan proses pembelajaran yang aktif, melibatkan kemampuan menghubungkan gagasan-gagasan, melihat pola-pola dan prinsip, menggunakan fakta-fakta dan menguji logika dari suatu argumen (Entwistle, 2000). Sedangkan pada pendekatan permukaan, fokus mereka adalah pengerjaan tugas-tugas akademik, tidak melihat hubungan antara satu informasi dengan informasi lain. Menurut Ramsden (1992), pendekatan mendalam adalah tentang kualitas dan kuantitas. Sedangkan pendekatan permukaan adalah tentang kuantitas tanpa kualitas. Berikut kutipan kalimat Ramsden (1992) dalam bukunya yang berjudul Learning

  to Teach in Higher Education : An approach is not about learning facts versus learning concepts: it is about learning just the unrelated facts (or procedure) versus learning the facts in relation to the concepts. Surface is, at best, about quantity without quality; deep is about quality and quantity.

  (Ramsden, 1992:45) Biggs (1993) dalam bukunya yang berjudul Process of Learning menjelaskan konsep kuantitatif dan konsep kualitatif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

  1) Konsep kuantitatif meliputi :

  a) Mengembangkan suatu pengetahuan baru dengan cara ‘menyerap’ dan ‘menyimpan’

  b) Mengingat dan mereproduksi fakta-fakta dengan ‘menghafal’

  c) Menerapkan fakta-fakta dan prosedur-prosedur dengan

  2) Konsep kualitatif meliputi :

  a) Belajar adalah mengerti maksud dari bahan atau materi, mempelajari ‘ide’ dari suatu pengetahuan dengan ‘menyerap’, ‘mengerti’, dan ‘melihat’.

  b) Melihat ‘penampakan sesuatu’ dan ‘prinsip’ dengan mempelajari sesuatu sehingga membentuk pola-pola.

  c) Melihat ‘suatu maksud dari pengalaman’ sebagai sebuah filosofi kehidupan dengan terlibat secara mendalam dalam pembelajaran. Konsep kuantitatif dan konsep kualitatif dalam pembelajaran tidak saling bertentangan tetapi dapat saling melengkapi (Biggs, 1993). Untuk melihat ‘penampakan sesuatu’ dan ‘prinsip’ maka diperlukan pengetahuan tentang fakta-fakta. Ada materi-materi tertentu yang membutuhkan pengetahuan pada taraf menghafal dan mengetahui fakta-fakta saja. Jika kedua konsep ini dijalankan maka dapat dikatakan siswa tersebut menggunakan pendekatan belajar yang mendalam. Sedangkan jika konsep yang digunakan adalah sebatas konsep kuantitatif tanpa konsep kualitatif maka dapat dikatakan siswa tersebut menggunakan pendekatan permukaan (Ramsden, 1992).

  Biggs (1993) juga melihat perbedaan antara pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam dari segi strategi dan motivasi siswa. Menurut Biggs (1993), dalam pendekatan permukaan, strategi yang digunakan dalam belajar adalah dengan menghafal. Siswa fokus terhadap topik atau unsur terpenting dari suatu materi sehingga mengakibatkan siswa tersebut tidak melihat hubungan antara satu unsur dengan unsur lain. Dalam pendekatan mendalam, Biggs (1993) menekankan adanya motivasi yang kuat dari dalam diri siswa untuk memahami materi pelajaran. Ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran membuat siswa tersebut sudah puas dengan memahami dan mengerti tentang apa yang dia pelajari.

  Menurut Biggs dalam Chyun (2007), siswa yang menggunakan pendekatan mendalam melakukan hal-hal sebagai berikut.

  1) Sangat berminat dalam mengerjakan tugas akademik dan menikmati proses melakukannya. 2) Menggali maksud yang terkandung dalam tugas akademik. 3) Menjadikan tugas akademik sebagai sesuatu yang bermakna untuk diri sendiri dan dalam kehidupan nyata di sekitar. 4) Menghubungkan fakta-fakta dengan kesimpulan, menghubungkan informasi-informasi yang diperoleh dengan pengetahuan yang pernah diperolehnya. 5) Membentuk hipotesis atau membangun teori dari tugas- tugas akademik.

  Sedangkan siswa yang menggunakan pendekatan permukaan melakukan hal-hal sebagai berikut.

  1) Memandang tugas akademik sebatas syarat yang harus dipenuhi. 2) Melihat aspek tugas akademik sebagai sesuatu yang berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan tugas-tugas lain. 3) Kuatir akan waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas akademik. 4) Mengabaikan makna dari pemberian tugas-tugas akademik. 5) Begantung pada penghafalan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendekatan Belajar Menurut Biggs

  Biggs (1993) menjelaskan dua faktor yang mempengaruhi pendekatan belajar adalah faktor personal dan experiential backround

  factors . Faktor personal adalah faktor-faktor yang terkait dengan individu

  itu sendiri. Sedangkan experiential backround factors menyangkut latar belakang individu tersebut. Biggs (1993) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pendekatan belajar adalah sebagai berikut :

  1. Personal

  a. Conceptions of learning

  Conceptions of learning yaitu hubungan antara satu

  keyakinan dalam diri individu tentang arti pentingnya belajar, yang nantinya akan menentukan bagaimana cara siswa tersebut mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugasnya.

  b. Abilities Siswa dengan tingkat intelegensi lebih rendah biasanya menggunakan pendekatan permukaan. Namun, penggunaan pendekatan mendalam tidak terlalu berkaitan dengan kemampuan verbal yang rendah atau tinggi. Pendekatan mendalam biasa digunakan oleh siswa dengan kemampuan yang cemerlang (brighter student).

  c. Locus of control

  Locus of control merupakan pengendalian yang terdapat

  pada setiap orang. Faktor ini dibagi menjadi dua, yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal.

  • Locus of control internal tercermin pada individu yang

  bertanggung jawab atas perilakunya dan memiliki target yang harus mereka capai, reflektif dan penuh perhatian, waspada terhadap informasi yang mungkin mempengaruhi tingkah laku mereka di masa depan.

  • Locus of control eksternal merujuk pada siswa yang

  mempercayai orang lain, situasi, keadaan, faktor-faktor di luar dirinya yang bertanggung jawab atas perilakunya; bertindak sebagai pion yang menjalankan keputusan orang lain karena memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sulit memiliki motivasi internal (Biggs dalam Adelina, 2009).

  2. Experiential backround

  a. Parental education Pendekatan belajar anak-anak berhubungan dengan luasnya pendidikan yang diterima oleh orang tua mereka.

  Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pendekatan mendalam terkait dengan orang tua pada level pendidikan tinggi sementara penggunaan pendekatan permukaan terkait dengan orang tua pada level pendidikan rendah (Biggs dalam Biggs, 1993).

  b. Experience in learning institution Siswa menganggap sekolah merupakan suatu institusi tempat belajar. Sekolah memiliki fungsi utama mempersiapkan siswa-siswinya untuk bisa beradaptasi dan memberi kontribusi pada lingkungannya. Siswa mungkin dapat termotivasi oleh struktur dan disiplin yang ketat di sekolah tetapi motivator yang lebih sukses adalah kehangatan guru, tugas belajar yang menantang, dan kesempatan terlibat (Biggs, 1993).

D. The Revised Two-Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)

  Study Behaviour Questionnaire (SBQ) adalah sebuah instrumen

  yang dikembangkan pada akhir 1970-an oleh Biggs. SBQ ini kemudian sering digunakan pada penelitian-penelitian saat itu untuk melihat perbedaan karakteristik siswa dalam belajar. Walaupun Biggs menggunakan istilah ‘study behaviour’, SBQ sebenarnya berisi item-item yang terkait dengan keyakinan, sikap dan mental siswa (Richardson, 2000).

  Study Process Questionnaire (SPQ) dikembangkan dari Study Behaviour Questionnaire (SBQ) yang memiliki skala 10 (Biggs, 1976). Di

  dalamnya terdapat 80 item yang tersebar menjadi 10 skala dan merupakan revisi dari SBQ. Namun, analisis faktor dengan 10 skala tersebut lebih baik diinterpretasikan dalam konsep kerja yang meliputi dua hal, yakni motivasi dan strategi (Kember dan Leung, 2001). Maka setiap motivasi akan berkaitan dengan strategi tertentu dalam tiga macam pendekatan belajar sebagai berikut.

Tabel 2.1 Dimensi Study Process Questionnaire (SPQ) Pendekatan Pendekatan Pendekatan Dimensi Permukaan Mendalam Pencapaian

  

Takut pada Motivasi dari dalam

Motivasi

  Pencapaian kegagalan diri Target sempit, Memaksimalkan Penggunaan waktu dan

  Strategi rote learn pemahaman ruang yang efektif

  Pada hakikatnya motivasi dan strategi pada pendekatan pencapaian memiliki hubungan yang berbeda dengan motivasi dan strategi pada pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam. Hal ini dapat dilihat dari strategi pada pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam adalah mengenai cara siswa dalam menghadapi tugas akademik. bagaimana cara siswa mengorganisasikan dan mengatur waktu dan ruang yang efektif dalam rangka mengerjakan tugas akademik (Biggs dalam Chyun, 2007). Dalam analisis faktor biasanya pendekatan pencapaian diletakkan pada pendekatan mendalam. Namun, hal ini juga tergantung pada subyek dan situasi pembelajaran. Terkadang indikator pendekatan pencapaian dirangkum dalam pendekatan permukaan (Chyun, 2007).

  Menurut Kember dan Leung (2001), Study Process Questionnaire (SPQ) idealnya dibagi menjadi dua pendekatan saja, yaitu pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam. Masing-masing di dalam pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam tersebut terdapat dua aspek motivasi dan strategi. Maka satu versi SPQ yang lebih ringkas dapat melihat satu konteks pengajaran yang mana penggunaanya meliputi bidang-bidang sebagai berikut (Kember dan Leung, 2001) :

  1. Guru memonitori pengajaran mereka dari satu kelas ke kelas lain, atau dalam bentuk penelitian tindakan kelas.

  2. Suatu pengukuran hasil pengajaan yang lebih formal dan terstruktur.

  3. Digunakan oleh staf pengembang yang diperlukan oleh guru atau suatu depertemen.

  4. Mendiagnosis masalah pembelajaran siswa dengan membandingkan indikator-indikator pendekatan belajar siswa tersebut dengan siswa lain dalam suatu situasi pengajaran yang sama.

  5. Meneliti hubungan antara pendekatan belajar siswa dengan suatu variabel kurikulum sebagai perbaikan suatu kurikulum.

  6. Pengekalan kualitas melalui persepsi siswa pada suatu kursus.

  Versi baru dari SPQ dikembangkan dengan melakukan pengujian terhadap 43 item yang ada untuk menentukan mana item yang dihapus dan pengujian tersebut diperoleh dua skala utama, yaitu pendekatan mendalam (PM) dan pendekatan permukaan (PP) dengan empat skala kecil, yaitu motivasi PM, strategi PM, motivasi PP, dan strategi PP. Versi baru dari SPQ ini kemudian disebut The Revised Two-Factor Study Process

  Questionnaire (R-SPQ-2F). Di dalam R-SPQ-2F terkandung 20 item yang

Dokumen yang terkait

Membandingkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model Flexible Homework dengan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model Traditional Homework pada pokok bahasan kinematika gerak lurus dan gerak parabola dengan anali

0 0 238

Pendekatan belajar fisika siswa SMP, SMA, dan mahasiswa : tinjauan menurut model Biggs.

1 2 144

Membandingkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model Flexible Homework dengan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model Traditional Homework

0 1 236

hasil belajar fisika model pembelajaran 03c7f823

0 0 13

Hubungan antara lingkungan belajar, motivasi belajar dan disiplin belajar dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2003 Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 133

Hubungan antara sikap disiplin belajar siswa dan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa SMK Sanjaya Pakem - USD Repository

0 0 175

Pengaruh Persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru fisika terhadap prestasi belajar siswa - USD Repository

0 0 97

Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Jigsaw pada pembelajaran fisika kelas VIII SMP Kanisius Wonogiri pokok bahasan tekanan - USD Repository

0 3 248

Hubungan orientasi tujuan belajar dan prestasi akademik mahasiswa - USD Repository

0 0 118

Hubungan antara keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika di SMA - USD Repository

0 0 123