Pendekatan belajar fisika siswa SMP, SMA, dan mahasiswa : tinjauan menurut model Biggs.

(1)

vii ABSTRAK

Edwin Wiranata, 2013. “Pendekatan Belajar Fisika Siswa SMP, SMA, dan Mahasiswa: Tinjauan Menurut Model Biggs”. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dan karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika. Jenis penelitian adalah deskripsi kualitatif dengan dibantu kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

Subjek penelitian adalah peserta didik dari jenjang pendidikan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi dengan total berjumlah 138 peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah The revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) dan wawancara. R-SPQ-2F digunakan untuk mengelompokkan perserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dan pendekatan permukaan.

Hasil penelitian menunjukkan peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam berminat terhadap fisika dengan alasan yang beragam, tidak merasa terbebani dengan adanya tugas, cara belajar yang bervariatif untuk satu peserta didik dan kecenderungan memilih belajar secara mandiri. Peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika kurang berminat terhadap fisika dengan alasan yang beragam, memberikan tanggapan negatif terhadap tugas, cara belajar yang kurang variatif untuk satu peserta didik dan kecenderungan memilih belajar secara berkelompok.

Kata kunci : pendekatan belajar, karakteristik, pendekatan mendalam, pendekatan permukaan


(2)

viii ABSTRACT

Edwin Wiranata, 2013. “Physics Learning Approach of Junior High School, Senior High School and College Students: Biggs’ Model-based Study”. Physics Education Study Program, Department of Education and Science, the Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta

The study is aimed to investigate the characteristics of students who use deep approach and the characteristics of students who use the surface approach in learning physics. The type of this research is qualitative description and assisted by quantitative research. The research was conducted in semester 1 academic year 2012/2013.

The subjects were the students from SMP, SMA, and College, the total number of respondents were 138 students. The instruments used are the revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) and interviews. R-SPQ-2F is used to classify the students who use deep approach and surface approach.

Results showed that students, who learn using deep approach, are interested in physics with various reasons, namely they do not feel burdened by the task, they used varied ways of learning, and they have tendency to choose self-directed learning. Students who use the surface approach in learning physics are less interested in the physics with various reasons, giving a negative response to the task, having less varied ways of learning and having the tendency to choose learning in groups.

Keywords: approaches to learning, characteristics, deep approach, surface approach


(3)

PENDEKATA

PR JURUSAN PENDIDIK

FAKUL

i

TAN BELAJAR FISIKA SISWA SMP, SMA MAHASISWA :

Tinjauan Menurut Model Biggs

SKRIPSI

DISUSUN OLEH : F. EDWIN WIRANATA

NIM : 081424031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA DIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETA ULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

MA, DAN

TAHUAN ALAM AN


(4)

(5)

(6)

iv

Halaman Persembahan

Karya ini kupersembahkan kepada : Bapakku Yoseph Sael, Ibuku Y.Line, Abangku Jossie dan adikku Kresensiana Sebagai bentuk ucapan syukur, terimakasih, bakti dan tanda cintaku yang mendalam untuk keluargaku.

“Aku berkompetisi untuk meningkatkan kualitas diri, bukan untuk menghancurkan orang lain”


(7)

(8)

(9)

vii ABSTRAK

Edwin Wiranata, 2013. “Pendekatan Belajar Fisika Siswa SMP, SMA, dan Mahasiswa: Tinjauan Menurut Model Biggs”. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dan karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika. Jenis penelitian adalah deskripsi kualitatif dengan dibantu kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

Subjek penelitian adalah peserta didik dari jenjang pendidikan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi dengan total berjumlah 138 peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah The revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) dan wawancara. R-SPQ-2F digunakan untuk mengelompokkan perserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dan pendekatan permukaan.

Hasil penelitian menunjukkan peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam berminat terhadap fisika dengan alasan yang beragam, tidak merasa terbebani dengan adanya tugas, cara belajar yang bervariatif untuk satu peserta didik dan kecenderungan memilih belajar secara mandiri. Peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika kurang berminat terhadap fisika dengan alasan yang beragam, memberikan tanggapan negatif terhadap tugas, cara belajar yang kurang variatif untuk satu peserta didik dan kecenderungan memilih belajar secara berkelompok.

Kata kunci : pendekatan belajar, karakteristik, pendekatan mendalam, pendekatan permukaan


(10)

viii ABSTRACT

Edwin Wiranata, 2013. “Physics Learning Approach of Junior High School, Senior High School and College Students: Biggs’ Model-based Study”. Physics Education Study Program, Department of Education and Science, the Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta

The study is aimed to investigate the characteristics of students who use deep approach and the characteristics of students who use the surface approach in learning physics. The type of this research is qualitative description and assisted by quantitative research. The research was conducted in semester 1 academic year 2012/2013.

The subjects were the students from SMP, SMA, and College, the total number of respondents were 138 students. The instruments used are the revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) and interviews. R-SPQ-2F is used to classify the students who use deep approach and surface approach.

Results showed that students, who learn using deep approach, are interested in physics with various reasons, namely they do not feel burdened by the task, they used varied ways of learning, and they have tendency to choose self-directed learning. Students who use the surface approach in learning physics are less interested in the physics with various reasons, giving a negative response to the task, having less varied ways of learning and having the tendency to choose learning in groups.

Keywords: approaches to learning, characteristics, deep approach, surface approach


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia, bimbingan, serta penyertaan-Nya dari awal hingga akhir penyusunan skripsi yang berjudul “Pendekatan Belajar Fisika Menurut Biggs: Sebuah Studi Eksploratif”.

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penelitian dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed.,Ph.D., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penyusunan skripsi.

2. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si., selaku kaprodi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

3. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan selama menempuh studi di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. H. Herynugroho, M.Pd., selaku kepala sekolah di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

5. Bapak Drs. Y. Sugiarto, selaku kepala sekolah di SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 6. Bapak Samsudi, S.Pd., selaku guru bimbingan konseling di SMA

Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang memberikan waktu, bimbingan, dan membantu dalam penelitian.


(12)

x

7. Bapak Y. Rahardjo, B.A., selaku guru fisika di SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang memberikan waktu, bimbingan, dan membantu dalam penelitian.

8. Sekretariat JPMIPA FKIP yang telah banyak membantu. 9. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

10. Segenap keluargaku tersayang, Bapak, Ibu, Abang Oos dan Adik Wati yang memberikan baik dukungan doa, dukungan moral, maupun dukungan material.

11. Teman-teman ngumpul, Alex, Dimas, Mbink, Arnol “rek”, Ganda “mbah”, dan Anton “kriting” yang selalu menjadi penyemangat dalam penyelesaian skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan dan satu bimbingan yang saling bertukar informasi tentang jadwal dosen pembimbing dan semua hal yang berkaitan dengan skripsi.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.


(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATAPENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Pengertian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI……….……….. 6

A. Pengertian Belajar ... 6

B. Pendekatan Belajar... 8

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendekatan Belajar Menurut Biggs... 16

D. The Revised Two Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..21

A. Jenis Penelitian... 21

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

C. Sampel... 22


(14)

xii

E. Metode Analisis Data ... 27

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN………..…...…..31

A. Deskripsi Penelitian ... 31

B. Data dan Analisis Data... 35

1. The Revised Two Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)... 35

2. Hasil Wawancara ... 46

C. Pembahasan Hasil Wawancara ... 79

BAB V PENUTUP……….………...…..84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA……….………...….86


(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Pengantar dari Jurusan Pendidikan

MIPA Universitas Sanata Dharma ... 88 LAMPIRAN 2 Surat Ijin Penelitian/Skripsi/Observasi dari

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta ... 91 LAMPIRAN 3 Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian ... 93 LAMPIRAN 4 The Revised Two Factor Study Process

Questionnaire (R-SPQ-2F) ... 97


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Dimensi Study Process Questionnaire (SPQ) ...18

Tabel 3.1 Tabel Pembagian Item dalam R-SPQ-2F...24

Tabel 3.2 Tabel Pembagian Skor pada Masing-masing Item Soal...24

Tabel 3.3 Tabel Unidimensionalitas dan Reliabilitas Skala Kecil R-SPQ-2F ...25

Tabel 3.4 Tabel Rencana Pertanyaan Wawancara...26

Tabel 3.5 Tabel Skor Total PM dan PP...27

Tabel 4.1 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi pada pendekatan Mendalam SMP Joannes Bosco...35

Tabel 4.2 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi pada pendekatan Mendalam SMA Muhammadiyah 3...37

Tabel 4.3 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi pada pendekatan Mendalam Universitas Sanata Dharma...38

Tabel 4.4 Tabel Rangkuman Analisis R-SPQ-2F...44

Tabel 4.5 Tabel Subjek Wawancara...46

Tabel 4.6 Tabel Kode Hasil Wawancara...47


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Purwanti (2008) mengembangkan model pembelajaran human capital

skills. Model ini ditujukan untuk menjawab persoalan bagaimana seorang

pelajar atau mahasiswa harus dapat menguasai seperangkat kemampuan dan sikap. Yang dimaksud kemampuan meliputi: kemampuan menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu. Sedangkan sikap meliputi: objektif, jujur, kritis, dan memiliki rasa ingin tahu. Menurut Purwanti (2008) faktor-faktor yang berperan dalam terbentuknya human capital skills adalah persepsi siswa/mahasiswa terhadap pengajaran, konsep siswa/mahasiswa tentang pembelajaran, konsep diri akademik, dan pendekatan belajar.

Pendekatan belajar atau biasa dikenal dengan istilah approach to

learning pertama kali dikemukakan oleh Marton dan Saljo (1976), yang

mengelompokkan dua macam pendekatan, yaitu deep approach dan surface

approach. Dua macam pendekatan ini banyak digunakan oleh John Biggs baik

dalam penelitian yang dilakukannya maupun dalam buku-buku karangannya, sehingga beberapa kalangan menyebut konsep pendekatan ini adalah konsep pendekatan belajar menurut John Biggs. Untuk menentukan pendekatan belajar yang digunakan peserta didik, Biggs mengembangkan sebuah kuesioner yang berisi item motivasi dan strategi. Kuesioner ini dikembangkan berdasarkan indikator-indikator pendekatan belajar. Indikator-indikator yang Biggs gunakan adalah bersifat umum dan dapat diterima oleh para peneliti akademis.

Biggs (1993) juga memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam menggunakan pendekatan belajar tertentu. Misalnya, dari faktor personal peserta didik, yaitu conception of learning. Yang dapat dieksplor dari


(18)

faktor conception of learning adalah seberapa penting arti dari belajar fisika menurut peserta didik. Hal lain yang dapat dieksplorasi dari siswa yang menggunakan pendekatan tertentu adalah mengenai cara belajar, apakah menghapal, menulis, membaca, atau melatih kemampuan dengan mengerjakan soal-soal. Dengan demikian, dari suatu pendekatan belajar hal yang berhubungan dengan motivasi dan strategi belajar peserta didik tersebut akan dieksplor sehingga kemudian diharapkan akan memperoleh contoh-contoh konkret atau karakteristik dari persepsi terkait motivasi dan cara peserta didik dalam belajar.

Ramsden (1992) mengatakan pendekatan belajar atau approach to

learning adalah salah satu konsep yang paling berpengaruh untuk pendidikan

tingkat lanjut pada 15 tahun terakhir sejak bukunya yang berjudul Learning To

Teach in Higher Education terbit pada tahun 1992. Menurutnya, ide utama

konsep ini tidak sepenuhnya rumit, tetapi sedikit abstrak. Penjelasannya agak bersifat teknis, tetapi cukup menarik.

Dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran, pendekatan belajar yang dilakukan siswa sangat berperan terhadap hasil pembelajaran (learning outcomes). Penelitian yang berhasil memperlihatkan adanya hubungan antara pendekatan belajar siswa dengan hasil belajar dilakukan oleh Gijbels, Van de Watering, Dochy, dan Van den Bossche (2005). Hasil penelitian mereka menunjukkan adanya perbedaan hasil yang signifikan antara siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dan siswa yang menggunakan pendekatan permukaan.

Beberapa penelitian yang terkait dengan pendekatan belajar cukup banyak dilakukan. Beberapa diantaranya adalah penelitian Simon Cassidy (2004) dari University of Salford UK, Peter F. Cuthbert (2005) dari Manchester Metropolitan University UK, dan Richardson (2005) dari The Open University UK. Kecenderungan penelitian-penelitian tersebut adalah untuk melihat pendekatan tertentu yang digunakan dalam suatu kelompok dan ada juga yang melihat korelasinya terhadap learning outcomes atau hasil belajar.


(19)

Indonesia memiliki sistem pendidikan sendiri yang diduga memberikan pengaruh terhadap pendekatan belajar tertentu yang dipilih siswa. Bagaimanapun juga, pendekatan belajar dipengaruhi oleh pengalaman atau stimulasi tertentu dari lingkungan (Harvey dalam Purwanti, 2008) yang mana sistem pendidikan juga diduga mempengaruhi pendekatan belajar yang dipilih siswa. Setiap negara diduga mempunyai kekhususan terkait motivasi dan cara belajar termasuk Indonesia sehingga diharapkan penelitian ini mampu menggali sesuatu dibalik motivasi dan strategi peserta didik dalam belajar fisika.

Mata pelajaran Fisika mulai dipelajari sedikit mendalam pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) kemudian dilanjutkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada tingkat Perguruan Tinggi, yaitu pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, materi pembelajaran Fisika dipelajari lebih mendalam sesuai dengan beban SKS yang ditempuh oleh mahasiswa. Biggs dalam Chyun (2007) menjelaskan bahwa pelajar sains pada dasarnya mempunyai pendekatan belajar yang berbeda dengan pelajar sastra. Pelajar sastra cenderung menggunakan pendekatan permukaan dan pencapaian hasil belajar yang tinggi karena strategi belajar yang diperlukan pada bidang sastra sebagian besar adalah menghafal. Hal ini menunjukkan bahwa konsep pendekatan dalam pembelajaran tidak kaku tetapi tergantung pada apa yang diperlukan dalam setiap bidang yang berbeda (Zeegers dalam Chyun, 2007).

Peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang segala hal dibalik motivasi dan strategi belajar peserta didik yang menggunakan pendekatan tertentu dalam belajar fisika. Harapannya adalah pengetahuan tentang pendekatan belajar bertambah dengan adanya contoh-contoh konkret atau karakteristik peserta didik dalam belajar fisika. Dengan berdasarkan teori pendekatan belajar menurut Biggs ditambah dengan karakteristik-karakteristik peserta didik yang diperoleh dari penelitian, maka diharapkan pengetahuan tentang pendekatan belajar akan meningkat. Maka peneliti melakukan penelitian dengan topik “Pendekatan Belajar Fisika Siswa SMP, SMA, dan


(20)

B. Perumusan Masalah

Dari uraian mengenai latar belakang masalah pendekatan belajar, maka peneliti ingin mengeksplorasi dengan menjawab masalah berikut ini:

1. Bagaimana karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika?

2. Bagaimana karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika.

2. Mengetahui karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika.

D. Manfaat Penelitian

Eksplorasi mengenai pendekatan belajar fisika oleh siswa atau mahasiswa akan memperkaya teori tentang pembelajaran khususnya tentang pendekatan belajar fisika. Secara konsep di setiap negara mempelajari ilmu pengetahuan dan teori tentang pembelajaran yang sama tetapi secara praktik dan kenyataan di lapangan dapat memberikan sesuatu yang berbeda sehingga contoh konkret di lapangan akan menjadi sesuatu yang berharga baik bagi satu individu pendidik maupun satu institusi pendidikan.


(21)

E. Batasan Pengertian

Dalam penelitian ini karakteristik peserta didik mencakup aspek motivasi dan strategi dalam belajar fisika. Karakteristik yang mencakup motivasi dapat berupa minat, pandangan atau pendapat siswa terhadap segala hal yang berhubungan dengan fisika. Sedangkan karakteristik yang mencakup strategi adalah berupa cara belajar peserta didik. Cara belajar adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik untuk memahami materi fisika. Karakteristik yang mencakup strategi juga dapat dilihat berdasarkan variasi cara belajar, urutan cara belajar, atau bervariasi tidaknya cara belajar peserta didik berdasarkan informasi dan data yang diperoleh.

Karakteristik peserta didik fokus pada satu individu dan bukan melihat pada sekelompok peserta didik dengan pendekatan yang sama. Artinya, peneliti tidak menggeneralisasi suatu pendekatan belajar tertentu berdasarkan karakteristik yang muncul pada penelitian ini. Karakteristik yang muncul dalam penelitian dapat dipengaruhi banyak faktor termasuk latar belakang peserta didik sendiri. Jika satu individu yang menggunakan pendekatan mendalam mengatakan dia hanya dapat belajar fisika sambil mendengarkan musik jazz maka hal tersebut menjadi karakteristik individu tersebut. Sedangkan individu lain yang juga menggunakan pendekatan mendalam tidak harus memiliki karakteristik yang sama dengan individu sebelumnya.


(22)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Muhibbin Syah (1995) dalam bukunya yang berjudul Psikologi

Pendidikan mengutip beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli,

salah satunya adalah menurut Reber dalam kamusnya Dictionary of

Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama,

belajar adalah “The process of acquiring knowledge”, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering digunakan dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar adalah “A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practise”, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial untuk memahami proses belajar. Berikut adalah istilah tersebut.

1. Relatively permanent

Istilah ini lawannya adalah bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti perubahan karena mabuk, lelah, jenuh, dan perubahan karena perubahan fisik tidak termasuk belajar. 2. Response potentiality

Istilah ini maksudnya menunjukkan pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan atau kinerja hasil-hasil belajar.


(23)

3. Reinforced

Istilah ini konotasinya adalah bahwa kemajuan yang didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberi penguatan.

4. Practise

Istilah ini maksudnya menunjukkan bahwa proses belajar itu membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah dicapai siswa.

Menurut Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology

membatasi belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan rumusan kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

Dari beberapa pengertian tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar tidak lepas dari latihan. Belajar merupakan perolehan perubahan secara permanen dan perolehan kemajuan sebagai akibat dari latihan secara terus menerus untuk menjaga kinerja yang telah dicapai.

Selanjutnya, menurut Syah (1995), perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubah inilah manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai makhluk di bumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalui belajar, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.


(24)

B. Pendekatan Belajar

Istilah pendekatan belajar (approach to learning) sudah digunakan sejak penelitian yang dilakukan oleh Marton dan Saljo (1976). Dalam The

Experience of Learning Marton dan Saljo (1976) menjelaskan hubungan

antara pendekatan belajar dan konsep pembelajaran. Didalam penelitiannya pembelajaran dipandang sebagai : peningkatan pengetahuan, penghafalan, peningkatan fakta-fakta dan metode, abstraksi pengertian, interpretasi proses yang mengarah pada pemahaman suatu kenyataan, dan pengembangan diri sebagai suatu individu. Pada penelitian ini Marton dan Saljo (1976) memperkenalkan dua konsep pendekatan belajar yang kemudian banyak digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu

pendekatan “deep” dan “surface”.

Konsep approach atau pendekatan dapat menggambarkan aspek kualitatif dari suatu pembelajaran (Ramsden, 1992). Konsep ini berbicara tentang bagaimana seseorang mengalami, menghadapi, dan mengatur subjek materi dari suatu tugas pembelajaran atau tugas akademik. Dalam laporan penelitiannya, Purwanti (2008) membedakan learning style dengan approach to learning. Pendekatan belajar bukan sekedar gaya belajar yang biasanya dapat diterapkan pada tugas atau pengajaran apapun. Bukan pula sekedar pendekatan yang tergantung pada situasi, seolah-olah pelajar memasuki lingkungan belajar tanpa preferensi cara belajar dan konteks pengajaran. Selanjutnya, Harvey dalam Purwanti (2008) secara tegas membedakan antara pendekatan belajar dengan gaya belajar. Gaya belajar lebih menunjuk pada trait, yang lebih resisten terhadap perubahan. Sedangkan pendekatan dalam belajar adalah cara belajar yang didasarkan pada motif tertentu, yang mungkin berubah karena dipengaruhi oleh pengalaman atau stimulasi tertentu dari lingkungan.


(25)

Pendekatan belajar (approach to learning) adalah jenis atau upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Banyak pendekatan belajar yang dapat siswa lakukan dalam mempelajari suatu bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Muhibbin Syah (1995) menyebutkan dan menjelaskan salah satu pendekatan belajar yang dipandang representatif atau mewakili dari yang klasik sampai yang modern itu adalah pendekatan belajar Biggs.

Biggs membangun Model Pembelajaran 3P (presage, process,

product) untuk menerangkan interaksi antara faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pembelajaran (Chyun, 2007). Model ini terdiri atas tiga tahap untuk menggambarkan tiga elemen pembelajaran. Tiga elemen pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut (Biggs dalam Chyun, 2007):

1. Presage, yaitu elemen sebelum pembelajaran berlangsung meliputi faktor pribadi siswa dan faktor konteks pengajaran. 2. Process, yaitu elemen ketika pembelajaran berlangsung

meliputi pendekatan pembelajaran.

3. Product, yaitu elemen hasil pembelajaran meliputi hasil belajar siswa baik itu secara kualitatif, kuantitatif, bersifat intuisi, maupun afektif.


(26)

Gambar 1. Model Pembelajaran 3P (Biggs dalam Chyun,2007)

PRESAGE PROCESS PRODUCT

Student Characteristics Prior knowledge

Abilities

Preferred approaches to learning

Teaching Context Curriculum

Method Assessment Climate

Approach to Task Surface

Deep Achieving

Learning Outcome Quantitative

Qualitative Institutional Affective


(27)

Dari Model Pembelajaran 3P, pendekatan belajar terletak pada tahap process, yaitu ketika pembelajaran sedang berlangsung. Faktor pengajaran oleh guru dan faktor karakteristik siswa mempengaruhi pendekatan belajar pada proses pembelajaran. Dari gambar tersebut, Biggs juga menekankan adanya hubungan atau interaksi antara pendekatan belajar dengan hasil belajar (learning outcome).

Menurut Biggs dalam Lim Tzyy Chyun (2007) pendekatan belajar adalah suatu proses pembelajaran yang berasal dari persepsi pelajar tentang tugas akademik yang dipengaruhi oleh ciri-ciri pribadi siswa. Selanjutnya menurut Biggs, pendekatan belajar merupakan gabungan dari “motivasi” dan “strategi” yang sesuai dan dipilih siswa dalam proses pembelajaran. Aspek strategi menunjuk pada bagaimana siswa ‘mendekati’ tugas akademik yang diberikan kepada mereka, sedangkan aspek motivasi menunjuk pada mengapa siswa mau ‘mendekati’-nya dengan cara tertentu (Purwanti, 2008). Kedua aspek ini memiliki kaitan yang sangat erat karena siswa yang termotivasi oleh suatu hal tertentu akan menggunakan strategi tertentu yang relevan dengan motivasinya tersebut.

Pendekatan belajar ini pada umumnya digambarkan dalam dua model, yaitu : deep approach atau pendekatan mendalam dan surface

approach atau pendekatan permukaan (Marton dan Saljo, 1976).

a. Pendekatan mendalam atau deep approach

Siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dalam pembelajaran sangat tertarik dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik dan menikmati proses melakukannya. Siswa tersebut berusaha memperoleh manfaat dan maksud dari tugas-tugas yang diberikan. Dia juga berusaha untuk membangun konsep sendiri, menghubungkan pengetahuan yang ia peroleh dengan pengetahuan yang sudah ia peroleh. Siswa yang menggunakan pendekatan ini juga


(28)

selalu memperhatikan kemajuan pemahamannya dalam belajar (Entwistle, 2000).

Siswa yang menggunakan deep approach biasanya mempelajari materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkan pengetahuan itu. Adanya dorongan dari dalam diri (motivasi intrinsik) membuat gaya belajarnya yang serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa yang menggunakan pendekatan mendalam, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya (Syah, 1995).

b. Pendekatan permukaan atau surface approach

Seorang siswa yang menggunakan pendekatan permukaan melihat suatu tugas akademik sebagai syarat yang harus dipenuhi dan dikerjakan. Dia melihat aspek tugas sebagai suatu hal yang terbangun sendiri dan tidak ada kaitannya dengan tugas-tugas lain. Adanya kekuatiran terhadap waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas, bergantung pada hafalan, dan yang terpenting baginya adalah tugas dapat diselesaikan dan tidak mencoba untuk memperoleh makna dari tugas-tugas yang diberikan (Chyun, 2007).

Siswa yang menggunakan surface approach , mau belajar karena dorongan dari luar (motivasi ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan rasa malu pada individu yang bersangkutan. Hal ini dapat menyebabkan gaya belajar yang cenderung santai, menghafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. Dalam diri siswa yang menggunakan pendekatan permukaan itu sendiri tidak ada dorongan untuk mempelajari pengetahuan sebagai sesuatu yang berharga, melainkan mau belajar karena didorong oleh sesuatu di luar dirinya (Syah, 1995).


(29)

Pada pendekatan mendalam, tujuan menggali pengertian menghasilkan proses pembelajaran yang aktif, melibatkan kemampuan menghubungkan gagasan-gagasan, melihat pola-pola dan prinsip, menggunakan fakta-fakta dan menguji logika dari suatu argumen (Entwistle, 2000). Sedangkan pada pendekatan permukaan, fokus mereka adalah pengerjaan tugas-tugas akademik, tidak melihat hubungan antara satu informasi dengan informasi lain. Menurut Ramsden (1992), pendekatan mendalam adalah tentang kualitas dan kuantitas. Sedangkan pendekatan permukaan adalah tentang kuantitas tanpa kualitas. Berikut kutipan kalimat Ramsden (1992) dalam bukunya yang berjudul Learning

to Teach in Higher Education :

An approach is not about learning facts versus learning concepts: it is about learning just the unrelated facts (or procedure) versus learning the facts in relation to the concepts. Surface is, at best, about quantity without quality; deep is about quality and quantity.

(Ramsden, 1992:45)

Biggs (1993) dalam bukunya yang berjudul Process of Learning menjelaskan konsep kuantitatif dan konsep kualitatif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Konsep kuantitatif meliputi :

a) Mengembangkan suatu pengetahuan baru dengan cara

‘menyerap’ dan ‘menyimpan’

b) Mengingat dan mereproduksi fakta-fakta dengan

‘menghafal’

c) Menerapkan fakta-fakta dan prosedur-prosedur dengan suatu cara.


(30)

2) Konsep kualitatif meliputi :

a) Belajar adalah mengerti maksud dari bahan atau materi,

mempelajari ‘ide’ dari suatu pengetahuan dengan

‘menyerap’, ‘mengerti’, dan ‘melihat’.

b) Melihat ‘penampakan sesuatu’ dan ‘prinsip’ dengan

mempelajari sesuatu sehingga membentuk pola-pola. c) Melihat ‘suatu maksud dari pengalaman’ sebagai sebuah

filosofi kehidupan dengan terlibat secara mendalam dalam pembelajaran.

Konsep kuantitatif dan konsep kualitatif dalam pembelajaran tidak saling bertentangan tetapi dapat saling melengkapi (Biggs, 1993). Untuk

melihat ‘penampakan sesuatu’ dan ‘prinsip’ maka diperlukan pengetahuan

tentang fakta-fakta. Ada materi-materi tertentu yang membutuhkan pengetahuan pada taraf menghafal dan mengetahui fakta-fakta saja. Jika kedua konsep ini dijalankan maka dapat dikatakan siswa tersebut menggunakan pendekatan belajar yang mendalam. Sedangkan jika konsep yang digunakan adalah sebatas konsep kuantitatif tanpa konsep kualitatif maka dapat dikatakan siswa tersebut menggunakan pendekatan permukaan (Ramsden, 1992).

Biggs (1993) juga melihat perbedaan antara pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam dari segi strategi dan motivasi siswa. Menurut Biggs (1993), dalam pendekatan permukaan, strategi yang digunakan dalam belajar adalah dengan menghafal. Siswa fokus terhadap topik atau unsur terpenting dari suatu materi sehingga mengakibatkan siswa tersebut tidak melihat hubungan antara satu unsur dengan unsur lain. Dalam pendekatan mendalam, Biggs (1993) menekankan adanya motivasi yang kuat dari dalam diri siswa untuk memahami materi pelajaran. Ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran membuat siswa tersebut sudah puas dengan memahami dan mengerti tentang apa yang dia pelajari.


(31)

Menurut Biggs dalam Chyun (2007), siswa yang menggunakan pendekatan mendalam melakukan hal-hal sebagai berikut.

1) Sangat berminat dalam mengerjakan tugas akademik dan menikmati proses melakukannya.

2) Menggali maksud yang terkandung dalam tugas akademik. 3) Menjadikan tugas akademik sebagai sesuatu yang

bermakna untuk diri sendiri dan dalam kehidupan nyata di sekitar.

4) Menghubungkan fakta-fakta dengan kesimpulan, menghubungkan informasi-informasi yang diperoleh dengan pengetahuan yang pernah diperolehnya.

5) Membentuk hipotesis atau membangun teori dari tugas-tugas akademik.

Sedangkan siswa yang menggunakan pendekatan permukaan melakukan hal-hal sebagai berikut.

1) Memandang tugas akademik sebatas syarat yang harus dipenuhi.

2) Melihat aspek tugas akademik sebagai sesuatu yang berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan tugas-tugas lain.

3) Kuatir akan waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas akademik.

4) Mengabaikan makna dari pemberian tugas-tugas akademik. 5) Begantung pada penghafalan.


(32)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendekatan Belajar Menurut Biggs

Biggs (1993) menjelaskan dua faktor yang mempengaruhi pendekatan belajar adalah faktor personal dan experiential backround

factors. Faktor personal adalah faktor-faktor yang terkait dengan individu

itu sendiri. Sedangkan experiential backround factors menyangkut latar belakang individu tersebut. Biggs (1993) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pendekatan belajar adalah sebagai berikut :

1. Personal

a. Conceptions of learning

Conceptions of learning yaitu hubungan antara satu

keyakinan dalam diri individu tentang arti pentingnya belajar, yang nantinya akan menentukan bagaimana cara siswa tersebut mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugasnya.

b. Abilities

Siswa dengan tingkat intelegensi lebih rendah biasanya menggunakan pendekatan permukaan. Namun, penggunaan pendekatan mendalam tidak terlalu berkaitan dengan kemampuan verbal yang rendah atau tinggi. Pendekatan mendalam biasa digunakan oleh siswa dengan kemampuan yang cemerlang (brighter student).

c. Locus of control

Locus of control merupakan pengendalian yang terdapat

pada setiap orang. Faktor ini dibagi menjadi dua, yaitu locus of

control internal dan locus of control eksternal.

Locus of control internal tercermin pada individu yang

bertanggung jawab atas perilakunya dan memiliki target yang harus mereka capai, reflektif dan penuh perhatian, mencari informasi untuk memecahkan masalah tetapi tetap


(33)

waspada terhadap informasi yang mungkin mempengaruhi tingkah laku mereka di masa depan.

Locus of control eksternal merujuk pada siswa yang

mempercayai orang lain, situasi, keadaan, faktor-faktor di luar dirinya yang bertanggung jawab atas perilakunya; bertindak sebagai pion yang menjalankan keputusan orang lain karena memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sulit memiliki motivasi internal (Biggs dalam Adelina, 2009).

2. Experiential backround a. Parental education

Pendekatan belajar anak-anak berhubungan dengan luasnya pendidikan yang diterima oleh orang tua mereka. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pendekatan mendalam terkait dengan orang tua pada level pendidikan tinggi sementara penggunaan pendekatan permukaan terkait dengan orang tua pada level pendidikan rendah (Biggs dalam Biggs, 1993).

b. Experience in learning institution

Siswa menganggap sekolah merupakan suatu institusi tempat belajar. Sekolah memiliki fungsi utama mempersiapkan siswa-siswinya untuk bisa beradaptasi dan memberi kontribusi pada lingkungannya. Siswa mungkin dapat termotivasi oleh struktur dan disiplin yang ketat di sekolah tetapi motivator yang lebih sukses adalah kehangatan guru, tugas belajar yang menantang, dan kesempatan terlibat (Biggs, 1993).


(34)

D. The Revised Two-Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)

Study Behaviour Questionnaire (SBQ) adalah sebuah instrumen

yang dikembangkan pada akhir 1970-an oleh Biggs. SBQ ini kemudian sering digunakan pada penelitian-penelitian saat itu untuk melihat perbedaan karakteristik siswa dalam belajar. Walaupun Biggs

menggunakan istilah ‘study behaviour’, SBQ sebenarnya berisi item-item yang terkait dengan keyakinan, sikap dan mental siswa (Richardson, 2000).

Study Process Questionnaire (SPQ) dikembangkan dari Study Behaviour Questionnaire (SBQ) yang memiliki skala 10 (Biggs, 1976). Di

dalamnya terdapat 80 item yang tersebar menjadi 10 skala dan merupakan revisi dari SBQ. Namun, analisis faktor dengan 10 skala tersebut lebih baik diinterpretasikan dalam konsep kerja yang meliputi dua hal, yakni motivasi dan strategi (Kember dan Leung, 2001). Maka setiap motivasi akan berkaitan dengan strategi tertentu dalam tiga macam pendekatan belajar sebagai berikut.

Tabel 2.1 Dimensi Study Process Questionnaire (SPQ)

Dimensi Pendekatan Permukaan Pendekatan Mendalam Pendekatan Pencapaian

Motivasi Takut pada kegagalan

Motivasi dari dalam

diri Pencapaian

Strategi Target sempit,

rote learn

Memaksimalkan pemahaman

Penggunaan waktu dan ruang yang efektif

Pada hakikatnya motivasi dan strategi pada pendekatan pencapaian memiliki hubungan yang berbeda dengan motivasi dan strategi pada pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam. Hal ini dapat dilihat dari strategi pada pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam adalah mengenai cara siswa dalam menghadapi tugas akademik. Sedangkan strategi pada pendekatan pencapaian adalah mengenai


(35)

bagaimana cara siswa mengorganisasikan dan mengatur waktu dan ruang yang efektif dalam rangka mengerjakan tugas akademik (Biggs dalam Chyun, 2007). Dalam analisis faktor biasanya pendekatan pencapaian diletakkan pada pendekatan mendalam. Namun, hal ini juga tergantung pada subyek dan situasi pembelajaran. Terkadang indikator pendekatan pencapaian dirangkum dalam pendekatan permukaan (Chyun, 2007).

Menurut Kember dan Leung (2001), Study Process Questionnaire (SPQ) idealnya dibagi menjadi dua pendekatan saja, yaitu pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam. Masing-masing di dalam pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam tersebut terdapat dua aspek motivasi dan strategi. Maka satu versi SPQ yang lebih ringkas dapat melihat satu konteks pengajaran yang mana penggunaanya meliputi bidang-bidang sebagai berikut (Kember dan Leung, 2001) :

1. Guru memonitori pengajaran mereka dari satu kelas ke kelas lain, atau dalam bentuk penelitian tindakan kelas.

2. Suatu pengukuran hasil pengajaan yang lebih formal dan terstruktur.

3. Digunakan oleh staf pengembang yang diperlukan oleh guru atau suatu depertemen.

4. Mendiagnosis masalah pembelajaran siswa dengan membandingkan indikator-indikator pendekatan belajar siswa tersebut dengan siswa lain dalam suatu situasi pengajaran yang sama.

5. Meneliti hubungan antara pendekatan belajar siswa dengan suatu variabel kurikulum sebagai perbaikan suatu kurikulum.

6. Pengekalan kualitas melalui persepsi siswa pada suatu kursus.

Versi baru dari SPQ dikembangkan dengan melakukan pengujian terhadap 43 item yang ada untuk menentukan mana item yang dihapus dan mana item yang dipertahankan (Kember dan Leung, 2001). Dari hasil


(36)

pengujian tersebut diperoleh dua skala utama, yaitu pendekatan mendalam (PM) dan pendekatan permukaan (PP) dengan empat skala kecil, yaitu motivasi PM, strategi PM, motivasi PP, dan strategi PP. Versi baru dari SPQ ini kemudian disebut The Revised Two-Factor Study Process

Questionnaire (R-SPQ-2F). Di dalam R-SPQ-2F terkandung 20 item yang

tersebar dalam empat skala kecil dimana terdapat lima item untuk masing-masing skala kecil tersebut.


(37)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif, dimana data dan informasi dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar, keadaan, daripada bilangan. Yang termasuk data adalah transkip wawancara, fieldnotes, foto, videotapes, dokumen pribadi dan ofisial, memo dan record lain. Sedangkan penelitian kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka yang kemudian akan dianalisis dengan statistik (Paul Suparno, 2010:154).

Secara umum penelitian ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan informasi tentang pendekatan belajar yang digunakan baik oleh satu individu maupun satu kelompok individu. Pengumpulan informasi pada tahap ini adalah menggunakan kuesioner. Setelah melihat kecenderungan pendekatan belajar yang dipilih oleh satu individu maka selanjutnya pada tahap kedua, yaitu melakukan wawancara terhadap siswa dan mahasiswa yang menggunakan pendekatan belajar tertentu. Pada tahap ini dipilih subjek yang secara dominan menggunakan salah satu jenis pendekatan belajar.

Jenis penelitian kuantitatif digunakan peneliti pada tahap pertama, yaitu untuk menentukan jenis pendekatan yang cenderung digunakan oleh satu individu. Sedangkan pada tahap kedua, yaitu untuk memperoleh informasi yang lebih detail digunakan penelitian kualitatif. Artinya, segala data dan informasi tentang pendekatan belajar yang dilakukan oleh


(38)

individu pada mata pelajaran fisika akan dicatat, direkam, dan kemudian dianalisis secara kualitatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tiga jenjang pendidikan, yaitu pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi.

Tempat Penelitian :

1. SMP Joannes Bosco Yogyakarta 2. SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta 3. Universitas Sanata Dharma

Waktu Penelitian : Bulan Oktober tahun 2012

C. Sampel

Sampel adalah sejumlah subjek atau individu yang memberikan data atau informasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Joannes Bosco tahun ajaran 2012/2013 kelas VII Happiness yang berjumlah 28 siswa dan kelas VII Responsibility yang berjumlah 27 siswa. Untuk jenjang pendidikan SMA sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 3 tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 33, serta mahasiswa-mahasiswi S1 Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 dan angkatan 2012 yang berjumlah 50 mahasiswa.

Untuk pengambilan data dengan wawancara, digunakan teknik convenience sampling, yaitu teknik sampling dengan meneliti suatu kelompok individual yang secara convenient siap untuk diteliti (Suparno,


(39)

2010). Dalam hal ini untuk memperoleh informasi tentang pendekatan belajar tipe permukaan diambil dua subjek untuk masing-masing jenjang pendidikan. Begitu pula untuk pendekatan mendalam dipilih dua subjek untuk masing-masing jenjang pendidikan. Maka satu pendekatan belajar berjumlah enam subjek, sehingga total subjek yang diwawancarai untuk kedua jenis pendekatan belajar adalah 12 subjek. Jumlah subjek yang akan diwawancarai bergantung pada hasil analisis kuesioner pada tahap pertama. Jika hasil analisis menunjukkan hasil yang tidak memenuhi untuk mewawancarai 12 subjek, maka selanjutnya jumlah subjek yang diambil menyesuaikan dengan hasil analisis.

D. Instrumentasi

Untuk memperoleh data dan informasi, instrumen yang digunakan ada dua macam, yaitu The revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) dan interview atau wawancara.

1. Revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)

Revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)

adalah instrumen hasil revisi dari Study Process Questionnaire (SPQ) yang dikembangkan oleh Biggs, Kember, dan Leung (2001) untuk mengukur jenis pendekatan belajar yang digunakan oleh suatu individu atau kelompok, apakah pendekatan mendalam atau pendekatan permukaan. Pada penelitian ini, R-SPQ-2F digunakan pada tahap pertama, yaitu untuk mengukur kecenderungan pendekatan belajar fisika pada setiap subjek.

Revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)

terdiri dari 20 item atau pernyataan yang mewakili dua skala utama, yaitu pendekatan mendalam (PM) dan pendekatan permukaan (PP).


(40)

Dua skala utama ini dibagi menjadi empat skala kecil, yaitu motivasi PM, strategi PM, motivasi PP, dan strategi PP.

Berikut ditampilkan pembagian nomor item soal dengan empat skala tersebut.

Tabel 3.1 Pembagian item dalam R-SPQ-2F

Skala kecil Nomor item Jumlah item

motivasi PM (MPM) 1, 5, 9, 13, 17 5 strategi PM (SPM) 2, 6, 10, 14, 18 5

motivasi PP (MPP) 3, 7, 11, 15, 19 5

strategi PP (SPP) 4, 8, 12, 16, 20 5

Responden yang terdiri dari siswa dan mahasiswa diminta mengisi kuesioner R-SPQ-2F yang masing-masing item terdiri dari lima pilihan jawaban dengan skor yang ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Pembagian skor pada masing-masing item soal

Nomor pilihan Keterangan Skor

1 Tidak pernah atau jarang 1

2 Kadang-kadang benar 2

3 Sebagian benar 3

4 Benar atau biasanya benar 4

5 Selalu atau hampir selalu benar 5

Dimensionalitas untuk keempat skala kecil tersebut telah diuji

menggunakan comparative fit index (CFI) dan standardised root mean

squared residual (SRMR) untuk memastikan item-item soal tersebut

memang mengukur komponen yang akan diteliti. Nilai CFI yang lebih besar dari 0,95 dan nilai SRMR yang kurang dari 0,08 menunjukkan penentuan relatif yang baik antara model hipotesis dengan data. Tabel


(41)

3.3 menunjukkan setiap skala kecil memberi penentuan yang baik terhadap data. Maka dapat disimpulkan bahwa setiap item soal adalah

unidimensional (Kember dan Leung, 2001).

Cronbach’s alpha digunakan untuk menentukan reliabilitas skala kecil dalam R-SPQ-2F. Nilai pada tabel 3.3 menunjukkan setiap skala kecil adalah konsisten (Kember dan Leung, 2001). Kember dan Leung (2001) kemudian membenarkan penggunaan R-SPQ-2F dalam penilaian pengajaran dan instrumen penelitian. Maka untuk penelitian ini, versi R-SPQ-2F telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Tabel 3.3 Unidimensionalitas dan reliabilitas skala kecil R-SPQ-2F

Skala kecil CFI SRMR Cronbach’s alpha

MPM 0,997 0,01 0,62

SPM 0,998 0,02 0,63

MPP 0,988 0,02 0,72

SPP 0,998 0,02 0,57

2. Wawancara

Wawancara adalah semacam kuesioner lisan, suatu dialog yang dilakukan oleh peneliti dan narasumber untuk memperoleh informasi yang diperlukan (Suparno, 2010). Pada penelitian ini wawancara digunakan pada tahap kedua, yaitu untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan motivasi dan strategi siswa atau mahasiswa dalam belajar fisika dengan pendekatan belajar tertentu.

Setelah tahap pertama selesai dan diperoleh siswa atau mahasiswa yang memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan belajar tertentu maka wawancara dilakukan terhadap siswa atau mahasiswa yang memiliki skor pendekatan mendalam atau pendekatan permukaan yang tinggi sesuai dengan hasil analisis. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara


(42)

dengan beberapa daftar pertanyaan lengkap ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya perlu untuk ditanyakan.

Berikut adalah daftar rencana pertanyaan yang akan ditanyakan kepada subjek yang diwawancarai.

Tabel 3.4 Rencana pertanyaan wawancara

No. Pertanyaan wawancara

1 Fisika berada diurutan berapa untuk mata pelajaran yang paling Anda sukai? 2 Apa alasan Anda menyukai/tidak menyukai fisika?

3 Bagaimana tanggapan Anda ketika diberi tugas oleh guru/dosen?

4 Bagaiman cara Anda belajar fisika?

5 Anda lebih suka belajar secara mandiri atau bersama orang lain?

Beberapa pertanyaan tersebut tidak bersifat mutlak tetapi dapat berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan lain yang diperkirakan lebih memberikan informasi yang diperlukan.


(43)

E. Metode Analisis Data

1. Analisis data R-SPQ-2F

Data yang diperoleh dari kuesioner R-SPQ-2F adalah berupa skor atau nilai. Setiap individu memiliki skor masing-masing dalam setiap skala kecil pendekatan belajar. Skor pada skala kecil pendekatan belajar dapat juga digunakan untuk melihat gambaran pendekatan belajar dari aspek motivasi dan strategi. Untuk analisis pendekatan belajar setiap individu adalah dengan menjumlahkan skor pada skala kecil sesuai dengan skala utamanya. Maka skor PM adalah jumlah dari skor item MPM dan SPM sedangkan skor PP adalah jumlah dari skor MPP dan SPP. Tabel 3.5 menunjukkan skala utama dibagi menjadi dua, pendekatan mendalam dan pendekatan permukaan. Skor total merupakan penjumlahan skor untuk 10 nomor item sesuai dengan pembagian skala kecilnya.

Berikut adalah tabel skor total pendekatan belajar permukaan dan mendalam.

Tabel 3.5 Skor total PM dan PP Skala

utama Skor total ( penjumlahan skor sesuai nomor item soal ) PM 1 + 2 + 5 + 6 + 9 + 10 + 13 + 14 + 17 + 18

PP 3 + 4 + 7 + 8 + 11 + 12 + 15 + 16 + 19 + 20

Setelah masing-masing siswa dan mahasiswa memiliki skor, baik itu PM maupun PP maka untuk menentukan subjek penelitian yang akan diwawancarai adalah dengan menggunakan rumusan Transformasi Distribusi Normal Standar Z. Subjek yang dipilih untuk diwawancarai adalah subjek yang memiliki skor PM atau PP lebih besar dari batas atas pada kurva distribusi normal standard Z dan


(44)

memiliki selisih antara skor PM dan skor PP sebesar dua kali standar deviasi.

Untuk distribusi normal standard, dibuat mean populasi μ = 0 , dan standard deviasi σ = 1, dengan perubahan sebagai berikut :

Z = ……… persamaan 1

Z adalah skor standard, sehingga kurva distribusi normal standard Z menjadi sebagai berikut :

Untuk menentukan siswa atau mahasiswa yang memiliki kecenderungan menggunakan satu pendekatan belajar tertentu maka digunakan rumusan Transformasi Distribusi Normal Standar Z sebagai berikut :

Z = ……… persamaan2

Besarnya selisih minimal skor yang digunakan dalam analisis adalah sebagai berikut :

Selisih minimal = 2 x S ………..……… persamaan 3

-2 -1 0 1 2

Z


(45)

Dimana adalah nilai rata-rata dari skor, S adalah standar deviasi , Z adalah skor standar, dan Xiadalah batas bawah skor. Untuk

analisis ini, Z bernilai 1.

Skor yang tinggi untuk PM dan PP menggambarkan jenis pendekatan yang digunakan oleh peserta didik, apakah masuk dalam kategori PM atau PP. Sedangkan perhitungan selisih adalah untuk mempertegas peserta didik yang paling menggunakan jenis pendekatan tertentu. Semakin besar selisih antara skor PM dan skor PP menunjukkan kekonsistenan pesera didik tersebut dalam menggunakan satu jenis pendekatan, apakah PM atau PP.

2. Analisis Hasil Wawancara

Data yang diperoleh melalui wawancara adalah berupa rekaman hasil wawancara. Cara menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut.

a. Transkrip Data

Transkrip data dilakukan pada hasil rekaman wawancara. Transkrip data dari rekaman wawancara nantinya akan diolah kembali.

b. Coding dan pengkategorian

Setelah transkrip data selesai dilakukan maka langkah selanjutnya adalah melihat apakah dari transkrip wawancara memunculkan karakter-karaker tertentu dengan jumlah kemunculan lebih dari satu. Jika hal tersebut terjadi maka langkah selanjutnya adalah

coding atau pengkodean data. Coding diwujudkan dalam suatu kata

yang menunjukkan isi dari bagian data tertentu (Paul Suparno : 2007). Pengkodean dilakukan berdasarkan peristiwa-peristiwa dan keterangan-keterangan dari subjek penelitian. Dari hasil pengkodean, kode yang sama kemudian dijadikan satu dalam satu


(46)

kategori tertentu. Kemudian, dihitung jumlah banyaknya kemunculan yang terjadi untuk setiap karakter.

c. Analisis

Jika karakter dari hasil transkrip wawancara muncul secara acak maka analisis langsung dilakukan.


(47)

31 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2012 dan berakhir pada tanggal 3 November 2012. Penelitian dilaksanakan di SMP Joanes Bosco, SMA Muhammadiyah 3, dan Universitas Sanata Dharma baik pada jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran. Penelitian ini melibatkan peserta didik sebagai subjek penelitian, guru sebagai penghubung antara peserta didik dan peneliti, dosen, mahasiswa dan instansi terkait dalam hal ini adalah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta.

Secara umum ada 2 tahap penelitian. Tahap pertama, yaitu pengumpulan data oleh siswa dari hasil menjawab kuesioner. Data yang diperoleh dari tahap ini digunakan untuk menentukan subjek yang akan diwawancarai. Tahap kedua, yaitu pengumpulan data dari hasil wawancara dengan peserta didik. Kedua tahap ini sudah dilakukan pada setiap jenjang pendidikan.

Pada tanggal 29 Agustus 2012, peneliti membagikan kuesioner untuk dua kelas di SMP Joanes Bosco, Yogyakarta. Dua kelas tersebut adalah kelas VII Happiness dengan jumlah 28 siswa dan kelas VII Responsibility dengan jumlah 29 siswa sehingga total subjek penelitian untuk jenjang pendidikan SMP adalah 57 siswa. Pengisian kuesioner di dua kelas tersebut dilakukan pada jam pelajaran fisika, tepatnya pada awal sebelum pembelajaran. Untuk kelas VII Happiness dilaksanakan pada jam pelajaran ke-3, sedangkan untuk kelas VII Responsibility dilaksanakan pada jam pelajaran ke-5 setelah istirahat. Pada saat pengisian kuesioner di kelas VII Responsibility, keadaan kelas cukup ramai dan ada satu siswa yang cukup aktif dan sering bertanya


(48)

kepada peneliti tentang maksud pernyataan pada kuesioner. Meskipun begitu, siswa-siswa lain tetap mengisi kuesioner seperti biasa. Pengisian kuesioner membutuhkan waktu antara 15–20 menit.

Pada tanggal 18 September 2012, wawancara pertama dilakukan terhadap 2 siswa SMP Joannes Bosco. Wawancara dilakukan diluar jam pelajaran, tepatnya setelah jam pelajaran di sekolah selesai. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang karakteristik pendekatan belajar siswa. Peneliti cukup kesulitan untuk memperoleh informasi pada wawancara pertama. Peneliti menduga peserta didik yang diwawancarai masih sedikit kesulitan dalam menyampaikan secara langsung apa yang ada dalam pikirannya sehingga jawaban yang diperoleh bersifat minim informasi.

Pada tanggal 27 September 2012 penelitian tahap pertama dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2010 dan sebagian mahasiswa angkatan 2012. Pengisian kuesioner dilakukan pada awal sebelum perkuliahan dimulai dan memerlukan waktu antara 15 - 20 menit. Sedangkan untuk sebagian mahasiswa Pendidikan Fisika angkatan 2012, pengisian kuesioner dilakukan diluar jam kuliah. Total mahasiswa yang mengisi kuesioner adalah 50 mahasiswa.

Pada tanggal 10 Oktober 2012 wawancara kedua dilaksanakan terhadap 2 siswa SMP Joannes Bosco. Wawancara dilakukan di ruang kelas VII

Responsibility diluar jam pelajaran tepatnya setelah pulang sekolah. Dari hasil

wawancara kedua, masih ditemukan adanya kesulitan peserta didik yang diwawancarai dalam memberikan jawaban. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan tetapi jawaban yang diperoleh tidak sebanyak yang diharapkan. Namun dari hasil tersebut peneliti cukup memperoleh informasi tentang pendekatan belajar.

Pada tanggal 17 Oktober 2012 penelitian tahap pertama dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada jam pelajaran Bimbingan Konseling tepatnya pada jam pelajaran ke-8 di kelas XI IPA 3 yang berjumlah 33 siswa. Guru BK memberikan waktu satu jam


(49)

pelajaran penuh kepada peneliti untuk melakukan penelitian. Pada 25 menit pertama diisi dengan sharing tentang minat terhadap fisika. Secara sepintas dapat diduga bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA 3 tidak menyukai fisika. Hal ini terlihat ketika ditanyakan pendapat mereka tentang mata pelajaran fisika sebagian besar siswa mengatakan bahwa pelajaran fisika itu sulit. Alasan yang paling banyak diutarakan adalah karena rumus fisika yang banyak.

Peneliti juga melakukan sedikit demonstrasi mengenai gerak jatuh bebas. Demonstrasi itu berupa menjatuhkan sebuah pulpen dan seorang siswa harus menangkap pulpen tersebut sebelum jatuh ke lantai. Dengan memperkirakan kapan pulpen mulai dijatuhkan, siswa yang ditunjuk tadi diharapkan dapat menangkap pulpen tersebut sebelum jatuh ke lantai. Kesempatan pertama dia tidak berhasil menangkap pulpen tersebut karena peneliti menjatuhkannya sambil berbicara dengan mahasiswa lain dan siswa yang ditunjuk tadi tidak siap. Ini sengaja dilakukan untuk menarik perhatian siswa yang lain karena dia tidak berhasil menangkap pulpen terebut. Kesempatan kedua, siswa yang ditunjuk tadi berhasil menangkap pulpen yang dijatuhkan karena siswa dalam kondisi siap menangkap pulpen tersebut. Akhirnya pulpen diberikan kepada siswa yang berhasil mengangkap pulpen tersebut. Tujuan dari demonstrasi ini adalah untuk menunjukkan adanya gaya gravitasi yang membuat pulpen jatuh ke lantai. Selebihnya adalah sebagai penarik perhatian siswa.

Selain demonstrasi kecil, peneliti juga sedikit bercerita tentang pengalaman pribadi saat masih belajar fisika di SMA. Kegiatan ini berlangsung kira-kira 20 menit. Pada 15 menit terakhir barulah digunakan untuk pengisian kuesioner.

Pada tanggal 29 Oktober 2012 wawancara dilakukan terhadap 2 mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Wawancara terhadap mahasiswa pertama dilakukan di depan sekretariat JPMIPA Universitas Sanata Dharma pada pukul 11.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.30 WIB. Sedangkan wawancara terhadap mahasiswa kedua dilakukan di lantai 3 gedung pusat


(50)

Kampus 3 Paingan, Universitas Sanata Dharma, dimulai pukul 13.00 WIB berakhir pukul 14.00 WIB. Wawancara kedua berlangsung cukup lama karena narasumber memberikan informasi yang cukup banyak mengenai pemikiran dan cara belajarnya.

Pada tanggal 2 November 2012 wawancara dilakukan terhadap 2 siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Wawancara ini dilakukan di kelas XI IPA 3 setelah jam sekolah selesai. Wawancara berjalan dengan cukup lancar dan masing-masing wawancara dengan siswa menghabiskan waktu antara 15–

20 menit. Dari pengalaman wawancara tersebut semakin terasa adanya perbedaan karakter dari masing-masing siswa yang mempengaruhi banyak sedikitnya informasi yang diberikan. Ada siswa yang saat diberikan satu pertanyaan dapat dijawab dengan sangat panjang dan deskripsi yang jelas. Hal ini terjadi pada siswa pertama yang diwawancarai. Sedangkan ada juga siswa yang saat diberikan satu pertanyaan yang sama hanya memberikan jawaban seperlunya. Ini terjadi pada siswa kedua yang diwawancarai.

Pada tanggal 3 November 2012 wawancara dilakukan terhadap satu siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Wawancara ini dilakukan di kelas XI IPA 3 setelah jam sekolah selesai. Wawancara berjalan lancar dan jawaban yang diperoleh cukup memberikan informasi.

Pada tanggal 5 November 2012 wawancara terakhir dilakukan terhadap satu mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma. Wawancara dilakukan di lantai 2 gedung sebelah timur Kampus 3 Paingan, Universitas Sanata Dharma. Wawancara berlangsung lancar dimulai pada pukul 11.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.20 WIB.


(51)

B. Data dan Analisis Data

1. The Revised Two-Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) Hasil dari kuesioner berfungsi untuk menampilkan kecenderungan peserta didik dalam menggunakan satu jenis pendekatan belajar tertentu dalam mempelajari fisika. Dari hasil tersebut maka dapat ditentukan subjek yang akan diwawancarai. Adapun tabel-tabel yang ditampilkan sudah dimodifikasi demi mempermudah analisis.

a. Penyajian Data

Hasil dari kuesioner untuk jenjang pendidikan SMP ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.1 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi Pada Pendekatan Mendalam SMP Joannes Bosco

Siswa

Mendalam Permukaan selisih

M-P

MPM SPM total MPP SPP total

3 23 19 42 17 18 35 7

13 22 20 42 19 19 38 4

55 19 19 38 17 17 34 4

12 17 20 37 12 11 23 14

14 18 19 37 10 13 23 14

31 17 19 36 14 15 29 7

49 17 19 36 6 11 17 19

7 17 18 35 14 15 29 6

43 17 18 35 8 16 24 11

54 17 18 35 7 9 16 19

2 19 13 32 14 12 26 6

40 17 15 32 12 15 27 5

44 16 16 32 8 11 19 13

48 15 17 32 6 10 16 16

1 15 16 31 9 9 18 13

32 10 20 30 8 15 23 7

8 15 14 29 13 11 24 5

20 15 13 28 13 13 26 2


(52)

Siswa

Mendalam Permukaan selisih

M-P

MPM SPM total MPP SPP total

15 15 12 27 15 14 29 -2

39 10 17 27 23 20 43 -16

51 13 14 27 15 15 30 -3

23 12 14 26 9 9 18 8

29 12 14 26 13 15 28 -2

4 12 13 25 9 10 19 6

5 12 13 25 12 12 24 1

11 12 13 25 17 15 32 -7

19 12 13 25 8 11 19 6

33 11 14 25 13 18 31 -6

26 14 10 24 14 16 30 -6

28 12 12 24 8 12 20 4

36 12 12 24 8 11 19 5

57 13 11 24 11 9 20 4

6 10 13 23 17 18 35 -12

22 12 11 23 14 14 28 -5

24 11 12 23 11 14 25 -2

38 12 11 23 9 13 22 1

41 11 12 23 11 13 24 -1

45 10 13 23 10 13 23 0

47 13 10 23 9 9 18 5

21 11 11 22 14 14 28 -6

35 11 11 22 18 18 36 -14

9 10 11 21 15 13 28 -7

17 10 11 21 8 12 20 1

18 10 11 21 11 15 26 -5

50 11 10 21 11 10 21 0

30 11 9 20 12 14 26 -6

42 11 9 20 8 9 17 3

46 13 7 20 11 15 26 -6

25 10 9 19 11 12 23 -4

52 9 9 18 9 13 22 -4

53 9 9 18 14 13 27 -9

34 9 8 17 15 19 34 -17

56 7 9 16 11 12 23 -7

37 8 7 15 16 13 29 -14

27 7 7 14 12 9 21 -7


(53)

Hasil dari kuesioner untuk jenjang pendidikan SMA ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.2 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi Pada Pendekatan Mendalam SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Siswa Mendalam Permukaan selisih

M-P

MPM SPM total MPP SPP total

3 20 21 41 17 17 34 7

4 19 20 39 16 18 34 5

16 15 21 36 5 8 13 23

10 16 17 33 17 17 34 -1

8 15 15 30 14 14 28 2

6 13 14 27 14 11 25 2

7 13 14 27 10 15 25 2

23 14 12 26 8 11 19 7

33 12 14 26 12 12 24 2

11 12 13 25 17 16 33 -8

15 8 17 25 11 16 27 -2

18 11 14 25 13 15 28 -3

17 12 12 24 12 15 27 -3

5 11 12 23 21 12 33 -10

24 11 12 23 13 15 28 -5

28 10 13 23 13 15 28 -5

31 10 13 23 11 17 28 -5

12 11 11 22 8 14 22 0

21 13 9 22 11 17 28 -6

26 10 10 20 6 9 15 5

30 9 11 20 11 13 24 -4

1 8 9 17 11 12 23 -6

9 8 8 16 14 13 27 -11

2 9 6 15 15 18 33 -18

14 7 8 15 8 11 19 -4

20 8 7 15 12 13 25 -10

25 7 8 15 15 13 28 -13

19 5 9 14 11 16 27 -13

22 6 8 14 18 15 33 -19

32 9 5 14 15 15 30 -16


(54)

Siswa Mendalam Permukaan selisih M-P

MPM SPM total MPP SPP total

13 5 7 12 10 11 21 -9

27 5 5 10 12 9 21 -11

Hasil dari kuesioner untuk jenjang pendidikan Perguruan Tinggi ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.3 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi Pada Pendekatan Mendalam Universitas Sanata Dharma

Mahasiswa Mendalam Permukaan selisih

M-P total

MPM SPM total MPP MPM SPM

8 22 19 41 6 6 12 29

33 21 20 41 10 8 18 23

13 17 22 39 12 11 23 16

24 19 20 39 9 9 18 21

17 18 20 38 7 9 16 22

21 18 20 38 11 8 19 19

48 21 17 38 7 7 14 24

49 19 19 38 7 10 17 21

4 20 16 36 13 14 27 9

6 19 17 36 8 8 16 20

28 18 18 36 7 10 17 19

12 19 16 35 9 7 16 19

23 19 16 35 12 13 25 10

27 19 16 35 10 11 21 14

34 19 16 35 13 11 24 11

35 19 16 35 6 6 12 23

50 20 15 35 7 8 15 20

25 16 18 34 7 10 17 17

29 16 18 34 8 9 17 17

39 16 18 34 5 9 14 20

9 16 17 33 9 13 22 11

10 16 17 33 12 16 28 5

18 17 16 33 9 7 16 17

3 17 15 32 12 12 24 8


(55)

Mahasiswa Mendalam Permukaan selisih M-P total

MPM SPM total MPP MPM SPM

26 16 16 32 13 11 24 8

31 12 20 32 11 10 21 11

32 16 16 32 10 13 23 9

36 16 15 31 9 12 21 10

45 17 14 31 15 17 32 -1

47 18 13 31 11 13 24 7

22 13 17 30 17 16 33 -3

40 14 16 30 10 12 22 8

11 14 15 29 11 13 24 5

30 14 15 29 9 8 17 12

37 13 16 29 9 9 18 11

19 15 13 28 13 19 32 -4

44 14 14 28 10 15 25 3

42 11 16 27 8 9 17 10

7 14 12 26 9 14 23 3

15 13 13 26 10 11 21 5

16 13 13 26 12 14 26 0

38 12 14 26 11 8 19 7

1 15 10 25 17 15 32 -7

5 12 13 25 8 9 17 8

14 13 12 25 9 12 21 4

43 13 11 24 12 18 30 -6

46 9 14 23 13 11 24 -1

2 12 9 21 10 15 25 -4


(56)

b. Analisis Data

Dengan menggunakan persamaan 2 dan persamaan 3 maka analisis kuesioner dilakukan pada setiap jenjang pendidikan dan masing-masing jenis pendekatan belajar.

1) Pendekatan Belajar Siswa SMP a) Pendekatan Mendalam (PM)

Dari tabel 4.1 analisis untuk pendekatan mendalam siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai berikut.

Menghitung batas bawah :

Mean : 25.94737

Standar Deviasi : 6,8905

1 = .

,

Xi= 32, 83787

Menghitung selisih minimal :

Selisih Minimal = 2 x standar deviasi Selisih Minimal = 2 x 6,8905

= 13,781

Dari perhitungan tersebut maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 32, 84 untuk skor PM dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 13,78.

b) Pendekatan Permukaan (PP)

Dari tabel 4.1 analisis untuk pendekatan permukaan siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai berikut.

Menghitung batas bawah :

Mean : 25.15789


(57)

1 = .

,

Xi= 31,12444

Menghitung selisih minimal :

Selisih Minimal = 2 x standar deviasi Selisih Minimal = 2 x 5,966541

= 11,93308

Dari perhitungan tersebut maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 31,12 untuk skor PP dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 11,93. Dalam tabel 4.1 selisih antara skor mendalam dan skor permukaan untuk pendekatan permukaan bernilai negatif (-).

2) Pendekatan Belajar Siswa SMA a) Pendekatan Mendalam (PM)

Dari tabel 4.2 analisis untuk pendekatan mendalam siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta sebagai berikut.

Menghitung batas bawah :

Mean : 22,12121

Standar Deviasi : 7,765137

1 = ,

,

Xi= 29,88635

Menghitung selisih minimal :


(58)

Selisih Minimal = 2 x 7,765137 = 15,53027

Maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 29,90 untuk skor PM dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 15,54.

b) Pendekatan Permukaan (PP)

Berikut adalah analisis untuk pendekatan permukaan siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta sebagai berikut.

Menghitung batas bawah :

Mean : 26,15152

Standar Deviasi : 5,472209

1 = ,

,

Xi= 31,62372

Menghitung selisih minimal :

Selisih Minimal = 2 x standar deviasi Selisih Minimal = 2 x 5,472209

= 10,94442

Maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 31,62 untuk skor PP dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 11. Dalam tabel 4.2 selisih antara skor mendalam dan skor permukaan untuk pendekatan permukaan bernilai negatif (-).


(59)

3) Pendekatan Belajar Mahasiswa Perguruan Tinggi a) Pendekatan Mendalam (PM)

Berikut adalah analisis untuk pendekatan mendalam mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

Menghitung batas bawah :

Mean : 31,46

Standar Deviasi : 5,639547

1 = ,

,

Xi= 37,09955

Menghitung selisih minimal :

Selisih Minimal = 2 x standar deviasi Selisih Minimal = 2 x 5,639547

= 11,27909

Maka mahasiswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika adalah mahasiswa yang memperoleh skor minimal 37,10 untuk skor PM dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 11,28.

b) Pendekatan Permukaan (PP)

Berikut adalah analisis untuk pendekatan permukaan mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

Menghitung batas bawah :

Mean : 21,2

Standar Deviasi : 5,283783

1 = ,

,


(60)

Menghitung selisih minimal :

Selisih Minimal = 2 x standar deviasi Selisih Minimal = 2 x 5,283783

= 10,56757

Maka mahasiswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 26,48 untuk skor PP dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 10,57. Dalam tabel 4.3 selisih antara skor mendalam dan skor permukaan untuk pendekatan permukaan bernilai negatif (-).

Dari analisis The Revised Two-Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F), diperoleh skor-skor yang menjadi acuan dalam menentukan subjek penelitian yang diwawancarai. Berikut adalah rangkuman dari analisis kuesioner.

Tabel 4.4 Rangkuman Analisis R-SPQ-2F

Jenjang Pendidikan

Pendekatan Mendalam Pendekatan Permukaan

Skor min. Selisih min. No. subjek Skor min. Selisih min. No. subjek SMP 32,84 13,78 12; 14;

49; 54 31,12 11,93

6; 34; 35; 39

SMA 29,90 15,54 16 31,62 11 2; 22

PT 37,10 11,28

8; 13;17; 21; 24; 33; 48;

49


(1)

kalau masalah belajarnya pertama itu… susah membaca sih aku, kalau membaca itu malah mbuyar itu lo, jadi tak tulis dulu rumus-rumusnya terus tak liat gambar-gambar di soalnya itu, kan ada ilustrasi-ilustrasi gitu terus langsung tak kerjain aja. Kalo gak bisa baru aku membaca. Kalau dari awal membaca, udah lupa, ngerjain baca lagi ya sama aja…

jadi intinya : tulis rumus, cari soal yang ada gambarnya, kerjain, gak bisa baru membaca. Kamu lebih senang sama soal

yang ada gambarnya?

Ho oh.. lebih mudah dipahami. Terus kalau dikasi soalpun harus tak gambar dulu, misalnya mobil kecepatan ini…tumbukan, tak gambar dulu mobilnya.

Berapa lama kamu

menghabiskan waktu untuk belajar?

Tergantung, biasanya kalau hari-hari biasa nggak ada ujian ya 1 jam, 2 jam gitu. Tapi kalao misalnya besok UAS kan yang sudah dipelajari kadang lupa lagi toh, ngulang lagi biasanya, baca dikit-dikit itu dari jam 8 sampai setengah 12 gitu.

Wow, lama itu ya? Iya lama…tapi gak full, ‘nyambi-nyambi’ apa

gitu. Kalau udah bosan itu ngidupin komputer atau game, baru balik ke soal tadi.

Kalau untuk strategi kamu menghadapi ujian? Ada cara lain?

Sama seperti itu sih…kalau ujian misalnya yang nonfisika, kalau yang fisika ya kayak gitu. Dari rumusnya dulu, cari referensi soal- referensi soal gitu, baru membaca..catatan kalau enggak ya buku. Kalau soalnya dosen A kan dia sering kasi soal-soal, aku lihat rumus-rumus yang dikasi dosen A, dia kan sering kasi rumus-rumus pokok. Tak tulis dulu, liat contoh soal yang sering dia kasih, kalau gak bisa baru lihat ke catatan

Kalau sama dosen B? Nah gagal saya di (mata kuliah) itu, pernah hari itu saya habis Jumatan, dari jam 12 sampai jam 3, selesai Jumatan kan udah jam 1 toh, dosen B neranginnya kan cuma duduk terus buka buku terus baca, nah saya udah sampai tengah udah gak tau apa-apa.. enaknya tu belajar dikit tapi paham dan mendalam mas, daripada banyak tapi gak tau sama sekali.

Kalau sama dosen C? Dosen C lumayan, enak dia, jelasinnya terperinci… (mata kuliah) itu enak..dia pakai contoh-contohnya itu nyata

Kamu lebih senang belajar sendiri atau kelompok?

Kadang-kadang enakan sendiri kadang-kadang enakan kelompok. Tapi saya kalau belajar gitu


(2)

enakan sendiri mas, kalau sama orang misalnya gak tau..iya kalau temannya tau, kalau tau kayak pelit-pelit gitu lo mereka itu, kayak gak ikhlas gitu ngasi taunya. Malah aku ngertinya tu mereka gak ngasi tau secara penuh nah ntar tak pikir sendiri di kos. Ntar kalau udah habis istirahat itu kan fresh lagi to, nah malah ketemu kalau tak pikir sendiri.

Bagaimana perasaan kamu kalau dikasi tugas sama dosen?

Lebih ngerasa kalau itu tu tanggung jawab, bukan sebagai beban tapi lebih ke tanggung jawab sing urung tak kerja ke itu lo… nduwe tugas urung tak kerjake tar kepikiran terus. Misalnya praktikum, udah dikerjain tinggal sedikit tinggal kesimpulan tapi tak tinggal ke rumah mikirnya ke praktikum terus…. Itu kapan kamu ngerjain

tugasnya? Satu hari sebelumnya??

Malah kalau kita ngerjain kayak gitu dari pengalamanku hasilnya malah gak maksimal. Misalnya suruh buat makalah, sekarang ngerjain besok kumpulin pasti banyak salahnya, tapi kita ngerjain sedikit-sedikitlah..aku biasanya

ngerjain sedikit-sedikit malah keliatan salahnya. Tapi kalau langsung sehari itu ya tak akuin sih sering juga aku lembur gitu, wayangan gitu too…paling males sebenarnya gitu.

Kalau ada tugas itu, hari pertama tak liat dulu, baru tak cicil mau buat judul apa, sedikit-sedikit itu, tar tak ulang-ulangin gitu, pokok tak revisi-revisi… kan kalau sekali jadi tu pasti banyak kesalahan.

Target kamu dalam belajar fisika itu apa?

Intinya pengen ngerti materi aja, ya insya Allah besok kan jadi guru to, biar kita juga ngerti apa yang kita omongin ke murid. Kalau kita blong ngasi tau ke murid, muridnya tambah blong, tambah bingung to.. nintinya aku kepengen ngerti materi, ya biarpun gak paham-paham betul tapi ngerti lah, ini tu fungsinya kayak ini,

“pak guru cuma sampai sini, ayo kita kerja

sama-sama biar sampai ngerti”

Seberapa penting menurut kamu memahami fisika?

Kalau 1 sampai 10 mungkin itu sekitar nilai 6 lah,

Berarti gak terlalu penting? Iya,tapi gak tau saya…kalau orang lain mungkin mikirnya penting banget, kalau saya mikirnya apa gunanya kita ngerti kalau gak kita realisasi kan to? Pentingnya saya kan buat ngajar gak buat apa ya, gak buat penelitian gak buat penemuan-penemuan. Semoga aja bisa


(3)

kayak gitu. Saya, kalau target untuk mengajar ya sekitar 7 lah.

Ketertarikan kamu sama fisika berarti seberapa?

9 Biasanya kalau tertarik itu kan pengen menyelesaikan

berbagai macam masalah..?

Pentingnya fisika itu kalau menurut saya yaitu ketika ada permasalahan-permasalahan fisik. Kalau menurut saya sebagai orang awam yang belum mengetahui fisika secara mendalam gitukan ya belum terlalu pahamlah, tapi buat orang lain mungkin semuanya fisika to? Kalau saya itu belum begitu, misalnya

roket,satelit…itufisikanya dimana, pentingnya dimana, kita aja belum bisa buat.

Berarti skalamu 1-10 tadi

‘penting” dalam artian sesuatu

yang benar-benar bisa mengubah dunia gitu..

Iya mas…

Berarti 6 itu lumayan tinggi ya?

Lebih dari 6…. 7 lah untuk ukuran kita… ya kalau dianalogikan dengan kata-kata sangat penting.

Kamu lebih suka menghitung atau menghapal?

menghitung Menurut kamu strategi

menghapal itu seberapa efektif?

Menghapal itu, jujur menurutku efektif waktu dulu belum terlalu banyak pikiran kayak sekarang. Kayak kita masih SD, SMP, dulu menghapal gampang banget… nah waktu SMA kesini, orang tua apalagi susah banget

menghapal. Yang dihapalin sekarang itu kira-kira yang dihapalin pas SD, SMP, SMA dikitlah…nah waktu kita kesini waktu buat menghapal itu dah gak bisa lagi kayaknya. Jadi kalau ada apa-apa dikit itu tak catat.

Berarti kamu lebih ingin coba memahami daripada

menghapal?

Tapi kadang-kadang menghapal juga penting, intinya memaksimalkan apa yang kita punya aja, pintar ngitung ya ngitung wae.

Seberapa sering kamu tanya-tanya dosen di luar jam

kuliah?pas kesulitan gitu, kamu gima?

Kalau kepepet gitu, pertama tanya teman, SMS…nek gak bisa itu jarang sih tanya dosen..berapa kali aja, bisa dihitung..gak nyampe 10 kali. Kalau tanya dosen itu kita suruh nemenin baru saya berani, kalau sendiri mah kayak apa ya…

Nda berani atau males? Males… Waktu SMA paling gak suka

pelajaran apa?

Waktu kelas 1 IPS, nomor 2 tu bahasa

Indonesia…bingung mas..semua jawabannya benar…


(4)

Narasumber : Leonardus Vendi Heru (2012) (pendekatan Mendalam) USD

Pertanyaan Jawaban

Waktu SMA, fisika itu mata pelajaran yang kamu senangi nomor berapa?

Nomor 2, setelah matematika…

Alasannya kenapa? Karena menurut saya fisika membuat

penasaran. Rumus fisika itu lebih sulit daripada rumus-rumus di matematika, fisika itu

memiliki penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sebetulnya membuat penasaran.

Kenapa bisa matematika yang paling kamu suka?

Karena dari kecil saya sudah senang

menghitung, sejak SD mencoba2 kenapa sih matematika dianggap sulit, wah itu tu pelajaran yang paling membosankan, paling menyulitkan dan memusingkan. Setelah saya coba wah ternyata matematika itu menyenangkan sama seperti fisika.

Cita-cita kamu apa? Sebenarnya dulu saya tidak mau menjadi guru, terus saya sebenarnya ingin menjadi pegawai bank, ataupun di luar guru, tetapi dari orang tua disarankan untuk menjadi guru ya saya

mengikuti saran orang tua karena menurut saya saran orang tua itu lebih baik dari pada

menurut saya. Waktu SMA kamu ambil IPA

atau IPS?

IPA Waktu itu saran dari orang tua

atau keinginan sendiri?

Keinginan sendiri, karena saya ingin IPA meurut saya IPA itu program yang cukup menyenangkan karena berhubungan dengan alam sekitar.

Kapan kamu mulai tertarik sama fisika?

Itu mulai kelas 2 SMP karena saya

selalumendapatkan nilai jelek pada saat fisika. Terus saya belajar, dan terus..kenapa fisika itu sulit padahal saya bisa mengerjakan

matematika. Terus saya coba dan akhirnya saya bisa mengerjakan fiska dan akhirnya saya diterima di USD di program suti pendidikan fisika.

Berarti dimulai dari saya gak bisa terus saya mencoba, bisa dan saya senang?

Iya

Senangnya ada dari faktor guru gak?

Enggak, karena faktor dari keinginan diri sendiri.

Sekarang tentang cara belajar, kamu bisa ceritakan car kamu

Cara belajar saya itu ya memahami konsep apa yang mau dipelajari, memahami konsep untuk


(5)

belajar fisika sekarang. mengerjakan tidak untuk menghapalkan rumus, karena apa, percuma menghapalkan rumus tapi tidak tahu konsepnya percuma saja. Dan saya terus mencoba untuk memahami konsepnya, cara mengerjakan soal-soal fisika.

Lebih detailnya cara kamu mempelajari fisika itu bagaimana? Apakah dengan mencatat ulang rumus atau apa..?

Pertama membaca-baca rumus kemudian mengerjakan soal-soal yg saya anggap tidak bisa, trus saya coba sampai saya bisa

mengerjakan. Apakah kamu senang

menghapal juga?

Wah kalau menghapal itu kekurangan dalam diri saya karena menghapal itu sulit daripada menghitung, dan menghapal itu sering lupa. Menurut kamu seberapa efektif

strategi menghapal dalam belajar fisika?

Strategi itu mencatat semua rumus-rumus kalau bisa menerapkan dalam soal, pada waktu mengerjakan dan pada waktu rumus itu digunakan pada soal itu.

Itu lebih berarti memahami ya, berarti strategi menghapal itu seberapa efektif?

Sulit menjelaskannya mas…

Oke gak apa-apa, terus kalo kamu mengalami kesulitan belajar fisika apa yang kamu lakukan?

Saya coba bertanya pada teman yang sudah bisa atau pada dosen, berkaitan pada waktu dosen itu memberikan mata kuliah, misalnya (mata kuliah A) dan (mata kuliah B).

Pernah coba tanya di luar jam kuliah?

Belum pernah Ada strategi lain dalam

kesulitan gak? Belajar kelompok misalnya?

Kalau aku berusaha untuk mencari-cari buku di luar karena menambah pengetahuan lebih luas, karena menurut saya buku itu adalah sumber ilmu dari segala ilmu.

Lebih senang belajar kelompok atau sendiri?

Belajar sendiri, karena menurut saya belajar sendiri itu lebih bisa konsentrasi daripada belajar kelompok. Kalau kelompok kan ada yang konsentrasi ada yang tidak ada yang tanya-tanya gitu.

Kalau ada tugas dari dosen itu bagaimana?

Kalau ada tugas biasanya aku tanya dulu sama teman gimana sih cara ngerjainnya, tapi kalau bisa ngerjain sendiri ya aku ngerjain sendiri. Target kamu belajar fisika itu

apa?

Target saya apa ya, pengennya jadi

peneliti,karena saya ingin meneliti apa sih yang ada di alam ini dan apa kaitannya dengan fisika itu

Kok kamu bisa tertarik ke situ? Sebenarnya itu meneliti lebih detail kejadian-kejadian fisika gitu, peristiwa-peristiwa fisika. Terus kenapa mengambil

pendidikan gak ngambil murni?

Karena dulu saya ikut SMPTN ambil matematika murni sama kimia murni sama


(6)

fisika murni tidak diterima ya sudah, ambil pendidikan. Saya pindah ke Sanata Dharma, di kampus ini kan ada matematika murni tapi tidak ada fisika murni, terus saya ambil pendidikan untuk matematika dan fisika dan saya diterima di pendidikan fisika. Say ikut seleksi mandiri di UNY tapi orang tua tidak memperbolehkan dan akhirnya saya di sini. Tapi untuk sekarang udah ada

niatan gak jadi guru.

Iya, sudah.. mungkin ini kehendak dari Tuhan, Sekarang jalaninya

gimana?enjoy? senang? Atau sedikit terpaksa?

Sebenarnya sedikit terpaksa tapi saya coba jalani dengan perasaan senang gitu.

Untuk nilai fisika kamu sendiri sekarang bagaimana?

Ya masih kesulitan dalam matakuliah A, saya ingin tetap berusaha memahaminya dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik dan lulus dengan nilai baik.

Kalau sebelum ujian gitu ada cara-cara tertentu kamu dalam belajar?

Mungkin sambil nonton TV karena untuk sambil refreshing gitu.

Berapa lama kamu menghabiskan waktu

Kira-kira belajar itu 3 jam sampai 4 jam gak full, istirahat sebentar 15 menit

Kalau hari-hari lain selain ada ujian bagaimana?

Ya tetap belajar… Kalau ada tugas itu kamu

langsung kerjakan atau enggak?

Ya kadang-kadang, kadang-kadang juga pas mau mendekati hari H baru ngerjain.

Baca buku2 referensi dari luar gak?

Iya, kan biasanya dosen menganjurkan buku-buku tertentu dan saya biasanya coba cari buku-buku yang dianjurkan dosen.