MAKALAH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PA
MAKALAH ASUHAN NIFAS DAN
MENYUSUI
“FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS”
DISUSUN OLEH:
NUR FITRAYANTI
NOVA
NAHDATUL FAISAH
RAFIKA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
2015/2016
Kata pengantar
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan taufik serta hidayahNya, sholawat serta salam semoga selalu
terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW dan selalu
tertuju kepada para sahabat dan keluarga beliau serta para pengikut beliau.
Makalah ini berjudul “faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pada masa nifas , guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari semua pihak guna kesempurnaaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak hingga
makalah ini dapat selesai.
Makassar, 12 september 2015
Penulis
Daftar isi
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
Latar belakang
Rumusan masalah
Bab II Pembahasan
Faktor eksternal yang mempengaruhi masa nifas
Faktor internal yang mempengaruhi masa nifas
Bab III Penutup
Kesimpulan
Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masa nifas atau purperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan
kehamilan,
imunisasi,
dan
nutrisi
bagi
ibu.
Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar
perubahan psikologi yag dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang
hal tentang hal yang lebih lanjut.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara
ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagian bidan untuk
mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat
menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini,
untuk suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang
umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan,
banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi
diri ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa
takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal
sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat
obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan
riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan
pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit
jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan
berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa
pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan adalah “awal keluarga
baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya.
Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan
positif bagi ibu. Untuk lebih lanjut mengenai faktor internal dan eksternal yang
mkempengaruhi masa nifas akan dibahas dalam makalah ini.
B. Rumusan masalah
1. Faktor internal yang mempengaruhi masa nifas
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi masa nifas
BAB II
PEMBAHASAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS
A. Faktor eksternal
1. Faktor budaya
Faktor eksternal dapat berupa faktor lingkungan yang berupa
pengaruh budaya. Adanya adatistiadat yang dianut oleh lingkungan dan
keluara sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam
melewati saat transisi ini. Apalai jika hal yang tidak sinkron antara arahan
dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Berbagai contoh
beberapa keadaan atau situsi yang dapat mempengaruhi dalam masa nifas
yaitu:
1. “Tidak boleh makan ikan, telur dan daging supaya jahitan cepat
sembuh”.
Pernyataan ini tidak benar. Pada ibu nifas, justru pemenuhan
kebutuhan protein semakin meningkat untuk membantu penyembuhan
luka baik pada dinding rahim maupun pada luka jalan lahir yang
mengalami jahitan. Protein ini dibutuhkan sebagai zat pembangun
yang membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya
kembali luka.
Tanpa protein sebagai zat pembangun yang cukup, maka ibu nifas
akan mengalami keterlambatan penyembuhan bahkan berpotensi
infeksi bila daya tahan tubuh kurang akibat pantang makanan bergizi.
Protein juga diperlukan untuk pembentukan ASI. Ibu nifas sebaiknya
mengkonsumsi minimal telur, tahu, tempe dan daging atau ikan bila
ada. Kecuali bila ibu nifas alergi dengan ikan laut tertentu atau alergi
telur sejak sebelum hamil, maka sumber protein yang menyebabkan
alergi tersebut dihindari. Bila memang alergi jenis protein tertentu
misal ikan laut, Ibu nifas boleh mencari ganti sumber protein dari
daging ternak dan unggas juga dari protein nabati seperti kacang
kacangan.
2. “Tidak boleh makan yang berkuah dan tidak boleh banyak minum air
putih “
Pernyataan ini juga keliru. Tubuh ibu nifas membutuhkan banyak
cairan terutama mengganti cairan tubuh yang hilang baik saat
mengalami perdarahan, keringat, untuk pembentukan ASI. Bila cairan
tubuh ibu nifas tidak tercukupi, maka akan terjadi kekurangan cairan,
mengalami panas dan produksi ASI sedikit.
Sebaiknya ibu nifas minum air putih yang cukup kurang lebih 8
gelas sehari disertai dengan asupan susu maupun jus buah. Bila setiap
selesai minum ibu nifas akan sering buang air kecil justru lebih baik.
Tidak perlu khawatir jahitan pada daerah perineum (luka jahitan jalan
lahir) akan basah dan tidak sembuh. Justru sebaliknya. Semakin sering
dibersihkan terutama dengan sabun dan air lalu dikeringkan setiap
buang air kecil, maka jahitan akan segera pulih.
Perawatan luka pada jalan lahir berbeda dengan jahitan pada
bagian tubuh yang lain misalnya pada tangan. Luka di jalan lahir
dijahit dengan benang khusus yang cukup kuat dan bagian dalam luka
(otot) benangnya akan menyatu dengan tubuh sedangkan bagian luar
(kulit) jahitan akan lepas sendiri lalu mengering.
3. “Jangan makan buah-buahan selama menyusui karena bayi bisa diare”.
Pernyataan ini tidak benar. Konsumsi buah sangat baik untuk
menjaga kebugaran tubuh dan sama sekali tidak berpengaruh buruk
terhadap mutu ASI. Jangan kuatir mengkonsumsi buah tidak
menyebabkan diare pada bayi. Selain itu ibu nifas juga memerlukan
asupan makanan berserat seperti buah dan sayur mayur untuk
memperlancar buang air besar. Pada ibu nifas kebutuhan serat sangat
penting untuk membantu proses pencernakan, Kadar vitamin dan air
dalam buah juga sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh.
Misalnya air jeruk, buah pisang dan pepaya. Sebaiknya ibu nifas selalu
menyertakan menu buah setiap makan agar tidak mengalami sembelit.
4. “Tidak boleh makan terlalu banyak supaya tetap langsing”
Pernyataan ini tidak tepat. Pada ibu nifas, makanan bergizi dan
porsi makan perlu ditingkatkan lebih baik dari sebelum kehamilan.
Sumber karbohidrat, lemak, vitamin dan protein sangat dibutuhkan
untuk proses pemulihan fisik ibu selama nifas dan melawan infeksi.
Selain itu, juga berguna untuk pembentukan ASI agar berlangsung
lancar.
Langsing bukan dengan diet ketat pasca bersalin, tetapi dengan
melakukan senam nifas dan menyusui bayi secara ekslusif tanpa
bantuan susu formula. Dengan cara demikian, pembakaran lemak pada
tubuh akan berlangsung lebih baik dan ibu akan cepat ramping
kembali seperti saat sebelum hamil.
5. “ Ibu dilarang makan terong”
Karena terong dapat membuat tubuh si ibu dan bayi menjadi gatal.
Tapi semua itu adalah kekeliruan karena terong merupakan salah satu
jenis sayuran yang banyak mengandung Vitamin A dan C. Terong
jenis ini mempunyai banyak manfaat dan khasiat, diantaranya
mengandung antosianin, termasuk kedalam golongan flavonoid yang
merupakan salah satu jenis antioksidan.
Antioksidan ini dapat membantu daya tahan tubuh menjadi lebih
baik. Terong juga kaya akan vitamin A dan C untuk meningkatkan
daya tahan tubuh selain itu, bagi pertumbuhan tubuh terong sangat
bagus karena mengandung fosfor dan magnesiumyang akan membantu
pertumbuhan tulang. Oleh karena itu, tidak benar bila terong dapat
menyebabkan gatal-gatal pada Ibu dan Bayi.
Selain mitos yang berdampak buruk ada beberapa mitos yang baik
untuk ibu masa nifas yaitu:
1. Jika ibu duduk atau tidur harus meluruskan kakinya”
Alasan : Agar urat-urat tidak kendur.
Pembuktian:
Pada ibu yang baru saja melahirkan atau berada pada masa
nifas jelas hal ini sangat mempunyai dampak yang positive
bagi si ibu tersebut, karena jika ibu duduk atau tidur pada posisi
miring atau di tekuk dapat mempengaruhi posisi tulang ibu
tersebut karena tulang ibu pada masa nifas seperti bayi, yang
apabila si ibu melakukan gerakan miring pada saat tidur dan
menekuk saat duduk akan berisiko, larangan ini baik untuk ibu
karena pada ibu pada masa nifas mudah terkena varises dan
dampak negative akan larangan ini jelas tidak ada baik bagi si
ibu maupun pada bayi yang baru dilahirkan.
2. ibu nifas tidak boleh makan makanan yang pedas”
Alasan:
Karena makanan pedas bila dikonsumsi ibu dapat
menyebabkan ASI menjadi pedas.
Pembuktian:
Sebenarnya, makanan pedas yang mengandung cabai
memiliki kandungan kapsain bersifat antikoagulan, yaitu
menjaga darah tetap encer dan mencegah terbentuknya kerak
lemak pada pembuluh darah. Namun, bagi ibu nifas
mengonsumsi sambal/cabai dapat menyebabkan naiknya asam
lambung sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di perut.
Bila dikonsumsi berlebih dapat mengakibatkan infeksi pada
lambung. Bayangkan saja, apabila ibu yang pasca melahirkan
masih memiliki luka didaerah perut (setelah operasi caesar)
ataupun rasa sakit pasca melahirkan, kemudian megonsumsi
cabai/makanan pedas lainnya akan menambah rasa sakit bagi
ibu. Oleh karena itu, larangan ini memiliki dampak positive
bagi Ibu nifas.
3. “Ibu diwajibkan mandi air hangat/ mengkompres perut dengan
botol yang diisi dengan air panas”
Alasan:
Karena dengan mandi air hangat dapat mengobati
melahirkan.
Pembuktian:
luka dalam pasca
Hal ini dinilai cukup benar. Karena air hangat dapat memperlancar
peredaran darah. Aliran darah yang lancar
sangat
mempengaruhi
sistem
metabolisme dalam tubuh. Dalam darah terkandung oksigen serta nutrisi yang
diperlukan bagi sel-sel dalam tubuh, sehingga dalam proses penyembuhan luka
dalam menjadi sedikit lebih cepat.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dalam hal ini suami. Ibu nifas sangat membutuhkan
adanya dukungan dari orang di sekitarnya. Orang yang memotivasi, membesarkan
hati dan orang yang selalu bersamanya serta membantu dalam menghadapi
perubahan akibat adanya persalinan, untuk semua ini yang penting berpengaruh
bagi
ibu
nifas
adalah
kehadiran
seorang
suami
(Kitzinger
2005).
Dalam hal ini dukungan yang terpenting adalah peran suami, suami
merupakan kepala keluarga sekaligus patner istri dalam mengarungi bahtera
rumah tangga mereka. Seorang laki-laki yang menjadi ayah baru dituntut dapat
membantu istrinya yang baru saja melewati pengalaman persalinan. Karena salah
satu peran suami dalam keluarga adalah menjaga kesehatan istri setelah
melahirkan yaitu dengan cara memberikan dukungan dan cinta kasih kepada
istrinya
agar
sang
istri
merasa
diperhatikan,mengantarkan
untuk
kontrol,menganjurkan untuk makan bergizi, istirahat cukup,menjaga personal
hygine (BKKBN, 2004).
Dukungan sosial yang diberikan suami pada istrinya adalah dukungan
emosional, berupa ungkapan kasih sayang dan perhatian seorang suami kepada
istri ataupun bayinya, dukungan penghargaan, berupa ujian atau penilaian kepada
ibu nifas, dukungan instrumental, berupa membantu merawat bayi seperti
mengendong, menggantikan popok bayi sampai melakukan pekerjaan rumah
tangga. Dan dukungan informative, yaitu suami memberikan nasehat, petunjuk
atau umpan balik kepada istrinya mengenai masalah nifas (Friedman,1998).
Tidak adanya dukungan suami pada perawatan masa nifas akan
menyebabkan ibu merasa tidak diperhatikan dan tertekan misalnya suami lebih
perhatian pada bayi daripada istrinya, suami tidak perduli jika istri capek atau
setres saat merawat bayinya, suami tidak berpartisipasi menemani istri untuk
control, suami protes terhadap perubahan bentuk tubuh istrinya, suami tidak
mengingatkan istri untuk makan-makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
Tekanan yang dirasakan ibu nifas tersebut jika dibiarkan berlarut-larut dapat
menyebabkan ibu terjadinya stres dalam masa nifas, sehingga bisa memunculkan
sikap negative dalam masa nifas dan menimbulkan perilaku yang kurang baik
dalam menjalani masa nifas seperti tidak mau makan, tidak mau memeriksakan
ketenaga kesehatan, dan akan berdampak buruk terhadap kesehatan dirinya
(saleha 2009).
Akibat lain yang mungkin saja terjadi jika tidak adanya dukungan dari
sang suami adalah terjadinya
postpartum bluess merupakan kesedihan atau
kemurungan setelah melahirkan, biasanya muncul sementara waktu yakni sekita
dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Factor-faktor penyebab
timbulnya post partum blues:
1. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesterone, prolaktin
dan estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah
melahirkan ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
nonadrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
2. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada
emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.
3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang
komplek
4. Factor umur dan paritas (jumlah anak)
5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
6. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat
gangguan kejiwaan sebelumnya, social ekonomi.
7. Kecukupan dukungan dari lingkungan (suami, keluarga dan teman).
8. Stress dalam keluarga, seperti factor ekonomi memburuk, masalah dengan
suami, problem dengan orang tua dan mertua.
9. Stress yang dialami wanita itu sendiri missal karena ASI tidak mau keluar, dll.
10. Kelelahan pasca melahirkan
11. Perubahan peran yang dialami oleh ibu
12. Rasa memiliki terhadap bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut
yang berlebihan akan kehilangan bayinya.
13. Problem dengan anaknya yang pertama.
Gejala-gejala sebagai berikut:
Cemas tanpa sebab
Menangis tanpa sebab
Tidak sabar
Tidak percaya diri
Sensitif mudah tersinggung
Merasa kurang menyayangi bayinya
Cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas degan postpartum blues
ada dua cara yaitu:
a. Komunikasi Terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik
antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
Dapat memahami dirinya
Dapat mendukug tindakat konstruktif
b. Meningkatkan Support Mental / Dukungan Keluarga Dalam Mengatasi
Gangguan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Masa Nifas
Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan
istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah
dukungan dan pertolongannya.
Buang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan merawat
bayi Karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan semakin
terampil dan percaya diri.
Mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendri.
B. Faktor internal
Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri
sendiri. Aktivitas merawat diri akan berbeda pada setiap individu. Hal ini juga
dapat dipengaruhi oleh: usia, pendidikan, karakter, keadaan kesehatan,tempat
lahir, budi pekerti, dan kebudayaan.
Ada pun faktor internal yaitu:
1. Kebersihan diri
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
Puting susu harus diperhatikan kebersihannya dan luka
pecah harus segera diobati
Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
Mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari
Mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya
Menghindari menyentuh bagian luka misalnya bekas
operasi atau episiotomi
2. Laktasi
Hal-hal yang mempengaruhi susunan air susu ialah:
Diet
Gerakan badan
Keadaan jiwa
Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya
cairan yang diminum ibu. Beberapa obat yang mempengaruhi
banyaknya air susu misalnya belladonna dan mengurangi air
susu misalnya antropin. Hal-hal yang mempengaruhi ASI
adalah:
1. Ibu dalam keadaan tenang
2. Mencium dan mendengarkan
tangisannya
celotehan
bayi
atau
3. Melihat dan memikirkan bayinya dengan perasaan kasih
sayang
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah:
1. Ibu merasa takut jika menyusui akan merusak bentuk
payudara
2. Ibu bekerja
3. Ibu merasa khawatir produksi ASI-nya tidak cukup
4. Ibu merasa kesakitan saat menyusui
5. Ibu merasa sedih, cemas, dan bingung
6. Ibu merasa malu untuk menyusui
7. Suami atau keluarga kurang mendukung dan mengerti.
3. Istirahat
Bertujuan untuk memelihara kembali keadaan fisik ibu.
Kekurangan istirahat dapat menyebabkan:
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri
4. Ambulansi dini
Ambulasi dini adalah latihan berjalan pertama yang dilakukan pada
pasien setelah menjalani proses pembedahan/operasi.
Keuntungan dari ambulansi dini antara lain:
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayi
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung
jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal
yang
dapat
membantu
ibu
dalam
beradaptasi
masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Fungsi menjadi orang tua
2. Respon dan dukungan dari keluarga
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
pada
1. Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
sehingga
cenderung
pasif
terhadap
lingkungannya. Ketidaknyamanan yang
dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup,komunikasi yang
baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
a. Kekecewaan pada bayinya
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
2. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
diperhatikan
adalah
komunikasi
yang
baik,
dukungan
dan
pemberian
penyeluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas
bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar,
cara perawatan luka jahitan, senam nifas, endidikan kesehatan gizi, istirhat,
kebershan diri dan lain-lain.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan
akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya,
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami
dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nihas adalah sebagai berikut:
1. Fisik.Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
2. Psikologi.Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
3. Sosial.Perhatian,
rasa kasih
sayang,
menghibur
ibu
saat sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian
4. Psikososial.
Bab III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. Faktor dari luar yang
mempengaruhi masa nifas adalah fakto yang berasal dari dalam ibu sendiri
misalnya kebersiha diri dll. Dan faktor eksternal yang mempengaruhi masa nifas
adalah faktor budaya dan lingkungan yakni suami.
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran
anak. Setiap orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan untuk menjaga dan merawat bayi, tugas dan tanggung jawab itu
harus dilaksanakan bersama karena sangat berpengaruh pada perkembangan bayi.
B. SARAN
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan
mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan
seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan janin tetap
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Huliana, mellyna. 2003. Perawatan Ibu Pasca-Melahirkan. Jakarta: Puspa
Swara, Anggota Ikapi
Eisenberg, ariene, dkk. 1997. Bayi pada tahun pertama. Jakarta: Surya
Satyanegara
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC
Mochtar, ruslan. 1998. Sinopsis obstetri fisiologi. Jakarta: EGC
Saifuddin, abdul bari, dkk. 2000. Buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
http://health.kompas.com/read/2013/04/30/15025148/mitos.kelir
u.seputar.makanan.untuk.ibu.nifas
Diakses
tanggal
10
september 2015 jam 17: 00 wita
http://khalilaturrozha.blogspot.co.id/2013/12/peran-dukungansuami-pada-ibu-nifas_14.html
diakses tanggal 10 september
2015 jam 21:45 wita
http://www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas/
diakses tanggal 12 september 2015 jam 14:07 wita
http://www.slideshare.net/yuayupratiwi/faktor-faktor-yangmempengaruhi-masa-nifas diakses tanggal 11 september 2015
jam 16:32 wita
http://mochimamazazi.blogspot.co.id/2013/12/proses-adaptasiibu-dalam-masa-nifas.html diakses tanggal 12 september 2015
jam 16:52 wita
MENYUSUI
“FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS”
DISUSUN OLEH:
NUR FITRAYANTI
NOVA
NAHDATUL FAISAH
RAFIKA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
2015/2016
Kata pengantar
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan taufik serta hidayahNya, sholawat serta salam semoga selalu
terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW dan selalu
tertuju kepada para sahabat dan keluarga beliau serta para pengikut beliau.
Makalah ini berjudul “faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pada masa nifas , guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari semua pihak guna kesempurnaaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak hingga
makalah ini dapat selesai.
Makassar, 12 september 2015
Penulis
Daftar isi
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
Latar belakang
Rumusan masalah
Bab II Pembahasan
Faktor eksternal yang mempengaruhi masa nifas
Faktor internal yang mempengaruhi masa nifas
Bab III Penutup
Kesimpulan
Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masa nifas atau purperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan
kehamilan,
imunisasi,
dan
nutrisi
bagi
ibu.
Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar
perubahan psikologi yag dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang
hal tentang hal yang lebih lanjut.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara
ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagian bidan untuk
mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat
menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini,
untuk suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang
umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan,
banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi
diri ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa
takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal
sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat
obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan
riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan
pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit
jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan
berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa
pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan adalah “awal keluarga
baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya.
Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan
positif bagi ibu. Untuk lebih lanjut mengenai faktor internal dan eksternal yang
mkempengaruhi masa nifas akan dibahas dalam makalah ini.
B. Rumusan masalah
1. Faktor internal yang mempengaruhi masa nifas
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi masa nifas
BAB II
PEMBAHASAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS
A. Faktor eksternal
1. Faktor budaya
Faktor eksternal dapat berupa faktor lingkungan yang berupa
pengaruh budaya. Adanya adatistiadat yang dianut oleh lingkungan dan
keluara sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam
melewati saat transisi ini. Apalai jika hal yang tidak sinkron antara arahan
dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Berbagai contoh
beberapa keadaan atau situsi yang dapat mempengaruhi dalam masa nifas
yaitu:
1. “Tidak boleh makan ikan, telur dan daging supaya jahitan cepat
sembuh”.
Pernyataan ini tidak benar. Pada ibu nifas, justru pemenuhan
kebutuhan protein semakin meningkat untuk membantu penyembuhan
luka baik pada dinding rahim maupun pada luka jalan lahir yang
mengalami jahitan. Protein ini dibutuhkan sebagai zat pembangun
yang membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya
kembali luka.
Tanpa protein sebagai zat pembangun yang cukup, maka ibu nifas
akan mengalami keterlambatan penyembuhan bahkan berpotensi
infeksi bila daya tahan tubuh kurang akibat pantang makanan bergizi.
Protein juga diperlukan untuk pembentukan ASI. Ibu nifas sebaiknya
mengkonsumsi minimal telur, tahu, tempe dan daging atau ikan bila
ada. Kecuali bila ibu nifas alergi dengan ikan laut tertentu atau alergi
telur sejak sebelum hamil, maka sumber protein yang menyebabkan
alergi tersebut dihindari. Bila memang alergi jenis protein tertentu
misal ikan laut, Ibu nifas boleh mencari ganti sumber protein dari
daging ternak dan unggas juga dari protein nabati seperti kacang
kacangan.
2. “Tidak boleh makan yang berkuah dan tidak boleh banyak minum air
putih “
Pernyataan ini juga keliru. Tubuh ibu nifas membutuhkan banyak
cairan terutama mengganti cairan tubuh yang hilang baik saat
mengalami perdarahan, keringat, untuk pembentukan ASI. Bila cairan
tubuh ibu nifas tidak tercukupi, maka akan terjadi kekurangan cairan,
mengalami panas dan produksi ASI sedikit.
Sebaiknya ibu nifas minum air putih yang cukup kurang lebih 8
gelas sehari disertai dengan asupan susu maupun jus buah. Bila setiap
selesai minum ibu nifas akan sering buang air kecil justru lebih baik.
Tidak perlu khawatir jahitan pada daerah perineum (luka jahitan jalan
lahir) akan basah dan tidak sembuh. Justru sebaliknya. Semakin sering
dibersihkan terutama dengan sabun dan air lalu dikeringkan setiap
buang air kecil, maka jahitan akan segera pulih.
Perawatan luka pada jalan lahir berbeda dengan jahitan pada
bagian tubuh yang lain misalnya pada tangan. Luka di jalan lahir
dijahit dengan benang khusus yang cukup kuat dan bagian dalam luka
(otot) benangnya akan menyatu dengan tubuh sedangkan bagian luar
(kulit) jahitan akan lepas sendiri lalu mengering.
3. “Jangan makan buah-buahan selama menyusui karena bayi bisa diare”.
Pernyataan ini tidak benar. Konsumsi buah sangat baik untuk
menjaga kebugaran tubuh dan sama sekali tidak berpengaruh buruk
terhadap mutu ASI. Jangan kuatir mengkonsumsi buah tidak
menyebabkan diare pada bayi. Selain itu ibu nifas juga memerlukan
asupan makanan berserat seperti buah dan sayur mayur untuk
memperlancar buang air besar. Pada ibu nifas kebutuhan serat sangat
penting untuk membantu proses pencernakan, Kadar vitamin dan air
dalam buah juga sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh.
Misalnya air jeruk, buah pisang dan pepaya. Sebaiknya ibu nifas selalu
menyertakan menu buah setiap makan agar tidak mengalami sembelit.
4. “Tidak boleh makan terlalu banyak supaya tetap langsing”
Pernyataan ini tidak tepat. Pada ibu nifas, makanan bergizi dan
porsi makan perlu ditingkatkan lebih baik dari sebelum kehamilan.
Sumber karbohidrat, lemak, vitamin dan protein sangat dibutuhkan
untuk proses pemulihan fisik ibu selama nifas dan melawan infeksi.
Selain itu, juga berguna untuk pembentukan ASI agar berlangsung
lancar.
Langsing bukan dengan diet ketat pasca bersalin, tetapi dengan
melakukan senam nifas dan menyusui bayi secara ekslusif tanpa
bantuan susu formula. Dengan cara demikian, pembakaran lemak pada
tubuh akan berlangsung lebih baik dan ibu akan cepat ramping
kembali seperti saat sebelum hamil.
5. “ Ibu dilarang makan terong”
Karena terong dapat membuat tubuh si ibu dan bayi menjadi gatal.
Tapi semua itu adalah kekeliruan karena terong merupakan salah satu
jenis sayuran yang banyak mengandung Vitamin A dan C. Terong
jenis ini mempunyai banyak manfaat dan khasiat, diantaranya
mengandung antosianin, termasuk kedalam golongan flavonoid yang
merupakan salah satu jenis antioksidan.
Antioksidan ini dapat membantu daya tahan tubuh menjadi lebih
baik. Terong juga kaya akan vitamin A dan C untuk meningkatkan
daya tahan tubuh selain itu, bagi pertumbuhan tubuh terong sangat
bagus karena mengandung fosfor dan magnesiumyang akan membantu
pertumbuhan tulang. Oleh karena itu, tidak benar bila terong dapat
menyebabkan gatal-gatal pada Ibu dan Bayi.
Selain mitos yang berdampak buruk ada beberapa mitos yang baik
untuk ibu masa nifas yaitu:
1. Jika ibu duduk atau tidur harus meluruskan kakinya”
Alasan : Agar urat-urat tidak kendur.
Pembuktian:
Pada ibu yang baru saja melahirkan atau berada pada masa
nifas jelas hal ini sangat mempunyai dampak yang positive
bagi si ibu tersebut, karena jika ibu duduk atau tidur pada posisi
miring atau di tekuk dapat mempengaruhi posisi tulang ibu
tersebut karena tulang ibu pada masa nifas seperti bayi, yang
apabila si ibu melakukan gerakan miring pada saat tidur dan
menekuk saat duduk akan berisiko, larangan ini baik untuk ibu
karena pada ibu pada masa nifas mudah terkena varises dan
dampak negative akan larangan ini jelas tidak ada baik bagi si
ibu maupun pada bayi yang baru dilahirkan.
2. ibu nifas tidak boleh makan makanan yang pedas”
Alasan:
Karena makanan pedas bila dikonsumsi ibu dapat
menyebabkan ASI menjadi pedas.
Pembuktian:
Sebenarnya, makanan pedas yang mengandung cabai
memiliki kandungan kapsain bersifat antikoagulan, yaitu
menjaga darah tetap encer dan mencegah terbentuknya kerak
lemak pada pembuluh darah. Namun, bagi ibu nifas
mengonsumsi sambal/cabai dapat menyebabkan naiknya asam
lambung sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di perut.
Bila dikonsumsi berlebih dapat mengakibatkan infeksi pada
lambung. Bayangkan saja, apabila ibu yang pasca melahirkan
masih memiliki luka didaerah perut (setelah operasi caesar)
ataupun rasa sakit pasca melahirkan, kemudian megonsumsi
cabai/makanan pedas lainnya akan menambah rasa sakit bagi
ibu. Oleh karena itu, larangan ini memiliki dampak positive
bagi Ibu nifas.
3. “Ibu diwajibkan mandi air hangat/ mengkompres perut dengan
botol yang diisi dengan air panas”
Alasan:
Karena dengan mandi air hangat dapat mengobati
melahirkan.
Pembuktian:
luka dalam pasca
Hal ini dinilai cukup benar. Karena air hangat dapat memperlancar
peredaran darah. Aliran darah yang lancar
sangat
mempengaruhi
sistem
metabolisme dalam tubuh. Dalam darah terkandung oksigen serta nutrisi yang
diperlukan bagi sel-sel dalam tubuh, sehingga dalam proses penyembuhan luka
dalam menjadi sedikit lebih cepat.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dalam hal ini suami. Ibu nifas sangat membutuhkan
adanya dukungan dari orang di sekitarnya. Orang yang memotivasi, membesarkan
hati dan orang yang selalu bersamanya serta membantu dalam menghadapi
perubahan akibat adanya persalinan, untuk semua ini yang penting berpengaruh
bagi
ibu
nifas
adalah
kehadiran
seorang
suami
(Kitzinger
2005).
Dalam hal ini dukungan yang terpenting adalah peran suami, suami
merupakan kepala keluarga sekaligus patner istri dalam mengarungi bahtera
rumah tangga mereka. Seorang laki-laki yang menjadi ayah baru dituntut dapat
membantu istrinya yang baru saja melewati pengalaman persalinan. Karena salah
satu peran suami dalam keluarga adalah menjaga kesehatan istri setelah
melahirkan yaitu dengan cara memberikan dukungan dan cinta kasih kepada
istrinya
agar
sang
istri
merasa
diperhatikan,mengantarkan
untuk
kontrol,menganjurkan untuk makan bergizi, istirahat cukup,menjaga personal
hygine (BKKBN, 2004).
Dukungan sosial yang diberikan suami pada istrinya adalah dukungan
emosional, berupa ungkapan kasih sayang dan perhatian seorang suami kepada
istri ataupun bayinya, dukungan penghargaan, berupa ujian atau penilaian kepada
ibu nifas, dukungan instrumental, berupa membantu merawat bayi seperti
mengendong, menggantikan popok bayi sampai melakukan pekerjaan rumah
tangga. Dan dukungan informative, yaitu suami memberikan nasehat, petunjuk
atau umpan balik kepada istrinya mengenai masalah nifas (Friedman,1998).
Tidak adanya dukungan suami pada perawatan masa nifas akan
menyebabkan ibu merasa tidak diperhatikan dan tertekan misalnya suami lebih
perhatian pada bayi daripada istrinya, suami tidak perduli jika istri capek atau
setres saat merawat bayinya, suami tidak berpartisipasi menemani istri untuk
control, suami protes terhadap perubahan bentuk tubuh istrinya, suami tidak
mengingatkan istri untuk makan-makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
Tekanan yang dirasakan ibu nifas tersebut jika dibiarkan berlarut-larut dapat
menyebabkan ibu terjadinya stres dalam masa nifas, sehingga bisa memunculkan
sikap negative dalam masa nifas dan menimbulkan perilaku yang kurang baik
dalam menjalani masa nifas seperti tidak mau makan, tidak mau memeriksakan
ketenaga kesehatan, dan akan berdampak buruk terhadap kesehatan dirinya
(saleha 2009).
Akibat lain yang mungkin saja terjadi jika tidak adanya dukungan dari
sang suami adalah terjadinya
postpartum bluess merupakan kesedihan atau
kemurungan setelah melahirkan, biasanya muncul sementara waktu yakni sekita
dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Factor-faktor penyebab
timbulnya post partum blues:
1. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesterone, prolaktin
dan estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah
melahirkan ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
nonadrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
2. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada
emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.
3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang
komplek
4. Factor umur dan paritas (jumlah anak)
5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
6. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat
gangguan kejiwaan sebelumnya, social ekonomi.
7. Kecukupan dukungan dari lingkungan (suami, keluarga dan teman).
8. Stress dalam keluarga, seperti factor ekonomi memburuk, masalah dengan
suami, problem dengan orang tua dan mertua.
9. Stress yang dialami wanita itu sendiri missal karena ASI tidak mau keluar, dll.
10. Kelelahan pasca melahirkan
11. Perubahan peran yang dialami oleh ibu
12. Rasa memiliki terhadap bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut
yang berlebihan akan kehilangan bayinya.
13. Problem dengan anaknya yang pertama.
Gejala-gejala sebagai berikut:
Cemas tanpa sebab
Menangis tanpa sebab
Tidak sabar
Tidak percaya diri
Sensitif mudah tersinggung
Merasa kurang menyayangi bayinya
Cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas degan postpartum blues
ada dua cara yaitu:
a. Komunikasi Terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik
antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
Dapat memahami dirinya
Dapat mendukug tindakat konstruktif
b. Meningkatkan Support Mental / Dukungan Keluarga Dalam Mengatasi
Gangguan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Masa Nifas
Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan
istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah
dukungan dan pertolongannya.
Buang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan merawat
bayi Karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan semakin
terampil dan percaya diri.
Mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendri.
B. Faktor internal
Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri
sendiri. Aktivitas merawat diri akan berbeda pada setiap individu. Hal ini juga
dapat dipengaruhi oleh: usia, pendidikan, karakter, keadaan kesehatan,tempat
lahir, budi pekerti, dan kebudayaan.
Ada pun faktor internal yaitu:
1. Kebersihan diri
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
Puting susu harus diperhatikan kebersihannya dan luka
pecah harus segera diobati
Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
Mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari
Mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya
Menghindari menyentuh bagian luka misalnya bekas
operasi atau episiotomi
2. Laktasi
Hal-hal yang mempengaruhi susunan air susu ialah:
Diet
Gerakan badan
Keadaan jiwa
Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya
cairan yang diminum ibu. Beberapa obat yang mempengaruhi
banyaknya air susu misalnya belladonna dan mengurangi air
susu misalnya antropin. Hal-hal yang mempengaruhi ASI
adalah:
1. Ibu dalam keadaan tenang
2. Mencium dan mendengarkan
tangisannya
celotehan
bayi
atau
3. Melihat dan memikirkan bayinya dengan perasaan kasih
sayang
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah:
1. Ibu merasa takut jika menyusui akan merusak bentuk
payudara
2. Ibu bekerja
3. Ibu merasa khawatir produksi ASI-nya tidak cukup
4. Ibu merasa kesakitan saat menyusui
5. Ibu merasa sedih, cemas, dan bingung
6. Ibu merasa malu untuk menyusui
7. Suami atau keluarga kurang mendukung dan mengerti.
3. Istirahat
Bertujuan untuk memelihara kembali keadaan fisik ibu.
Kekurangan istirahat dapat menyebabkan:
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri
4. Ambulansi dini
Ambulasi dini adalah latihan berjalan pertama yang dilakukan pada
pasien setelah menjalani proses pembedahan/operasi.
Keuntungan dari ambulansi dini antara lain:
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayi
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung
jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal
yang
dapat
membantu
ibu
dalam
beradaptasi
masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Fungsi menjadi orang tua
2. Respon dan dukungan dari keluarga
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
pada
1. Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
sehingga
cenderung
pasif
terhadap
lingkungannya. Ketidaknyamanan yang
dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup,komunikasi yang
baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
a. Kekecewaan pada bayinya
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
2. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
diperhatikan
adalah
komunikasi
yang
baik,
dukungan
dan
pemberian
penyeluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas
bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar,
cara perawatan luka jahitan, senam nifas, endidikan kesehatan gizi, istirhat,
kebershan diri dan lain-lain.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan
akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya,
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami
dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nihas adalah sebagai berikut:
1. Fisik.Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
2. Psikologi.Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
3. Sosial.Perhatian,
rasa kasih
sayang,
menghibur
ibu
saat sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian
4. Psikososial.
Bab III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. Faktor dari luar yang
mempengaruhi masa nifas adalah fakto yang berasal dari dalam ibu sendiri
misalnya kebersiha diri dll. Dan faktor eksternal yang mempengaruhi masa nifas
adalah faktor budaya dan lingkungan yakni suami.
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran
anak. Setiap orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan untuk menjaga dan merawat bayi, tugas dan tanggung jawab itu
harus dilaksanakan bersama karena sangat berpengaruh pada perkembangan bayi.
B. SARAN
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan
mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan
seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan janin tetap
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Huliana, mellyna. 2003. Perawatan Ibu Pasca-Melahirkan. Jakarta: Puspa
Swara, Anggota Ikapi
Eisenberg, ariene, dkk. 1997. Bayi pada tahun pertama. Jakarta: Surya
Satyanegara
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC
Mochtar, ruslan. 1998. Sinopsis obstetri fisiologi. Jakarta: EGC
Saifuddin, abdul bari, dkk. 2000. Buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
http://health.kompas.com/read/2013/04/30/15025148/mitos.kelir
u.seputar.makanan.untuk.ibu.nifas
Diakses
tanggal
10
september 2015 jam 17: 00 wita
http://khalilaturrozha.blogspot.co.id/2013/12/peran-dukungansuami-pada-ibu-nifas_14.html
diakses tanggal 10 september
2015 jam 21:45 wita
http://www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas/
diakses tanggal 12 september 2015 jam 14:07 wita
http://www.slideshare.net/yuayupratiwi/faktor-faktor-yangmempengaruhi-masa-nifas diakses tanggal 11 september 2015
jam 16:32 wita
http://mochimamazazi.blogspot.co.id/2013/12/proses-adaptasiibu-dalam-masa-nifas.html diakses tanggal 12 september 2015
jam 16:52 wita