PENGARUH PENCEMARAN AIR TERHADAP DAYA

PENGARUH PENCEMARAN AIR TERHADAP DAYA TAMPUNG
DI SUNGAI CILIWUNG
Divia Indira Arifin
Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Teknologi
Infrastruktur dan Kewilayahan, Insititut Teknologi Sumatera

Email: diviaindira@gmail.com

Abstrak: Permasalahan pencemaran air di sungai Ciliwung sangat memengaruhi daya tampung

lingkungan pada sungai Ciliwung. Pencemaran ini disebabkan oleh penduduk yang tinggal di bantara n
sungai. Secara tidak langsung, penduduk tersebut mencemari sungai dengan menggunakan air sungai
sebagai penunjang aktivitas rumah tangga; seperti mandi, mencuci pakaian; serta menjadikan sungai
sebagai saluran pembuangan tinja dan tempat pembuangan limbah rumah tangga. Perilaku ini kemudian
menyebabkan air sungai; yang dulunya layak dikonsumsi, menjadi tidak layak lagi untuk dikonsumsi,
serta menyebabkan sungai mengalami pendangkalan. Pendangkalan sungai dan bantaran sungai yang
dijadikan permukiman menyebabkan bencana yang selalu terjadi di DKI Jakarta dan sekitarnya; yaitu
banjir, yang merupakan dampak dari daya tampung lingkungan yang telah melebihi batas maksimum.
Pada jurnal ini akan dijelaskan mengenai pencemaran air dan daya tampung lingkungan secara teoritis,
permasalahan di sungai Ciliwung, serta solusi untuk mengatasi permasalahan yang a da. Diharapkan
jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kata kunci: pencemaran air, daya tampung lingkungan, sungai Ciliwung, normalisasi sungai

Abstract: Water pollution problem in Ciliwung river greatly influences the carrying capacity of the

Ciliwung river. This pollution caused by people who are living on the river banks. Indirectly, the
population pollutes the river by using the water to support household activities; such as for bathing or
washing clothes; and using the river as a septic-tank and household-waste disposal site. This behavior
then causes the water became no longer feasible for consumption; which was once worth consuming, and
caused the river to be silted. Siltation of rivers and settlements at river banks caused an ever -prevalent
disaster in DKI Jakarta and its surroundings; namely floods, which it is the impact of the carrying
capacity that has reach, or even pass the maximum limit. In this journal, writer will explain the
theoretical of water pollution and carrying capacity, problems in Ciliwung river, and the solutions to face
the problems. Hopefully this journal can be useful for readers.
Keywords: water pollution, carrying capacity, Ciliwung river, normalization of the river

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 1

Pendahuluan
Pada masa lalu, Jakarta merupakan salah satu kota pelabuhan yang penting. Oleh
karena itu, Jakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi berbagai kelompok etnis untuk

melakukan urbanisasi. Sejak membludaknya arus urbanisasi, pendangkalan sungai
(sungai Ciliwung) dan sungai-sungai kecil lainnya terus terjadi tanpa diimbangi dengan
pengerukan lumpur yang layak. Menurut A. Heuken (Tempat-tempat Bersejarah di
Jakarta, 1997), pada tahun 1960-an, sejumlah sungai kecil masih bisa dilayari perahu
dari luar kota. Pada tahun tersebut, kedalaman sungai adalah 3 meter. Kini, kedalaman
air sungai sudah terlalu dangkal; bahkan tidak mencapai 1 meter.
Semakin deras arus urbanisasi ke Jakarta, kondisi sungai Ciliwung semakin
memprihatinkan. Para pendatang yang sebagian besar kurang berpendidikan dan
berpenghasilan rendah terpaksa mencari tempat tinggal di lahan kosong; termasuk lahan
di bantaran sungai yang memang masih kosong. Banyaknya pendatang yang menempati
lahan kosong di Jakarta dengan mendirikan bangunan semi-permanen ataupun
permanen; terutama di bantaran sungai Ciliwung, menyebabkan sungai Ciliwung
beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah. Pertambahan jumlah
penduduk yang diikuti dengan penggunaan lahan kosong menyebabkan daerah resapan
air semakin berkurang. Lahan kosong tersebut digunakan untuk permukiman,
perkantoran, tempat usaha, dan sebagainya. Penggunaan yang terlalu berlebihan itu
dipandang sebagai penghambat kinerja sistem drainase yang ada.
Masalah kepadatan penduduk, sampah, bantaran sungai Ciliwung, dan resapan
air selalu menjadi masalah besar di Jakarta. Semua itu dianggap sebagai penyebab dari
bencana banjir yang selalu terjadi di Jakarta, terutama saat curah hujan tinggi. Semakin

sering terjadi banjir, maka hal itu semakin membuktikan bahwa telah terjadi percepatan
degradasi

lingkungan.

Dalam

Ekspedisi

Ciliwung (2009),

dikatakan

bahwa

pertumbuhan penduduk dan pengembangan kawasan permukiman di Jakarta sudah
melampaui daya dukung dan daya tampung wilayahnya. Bencana banjir yang terus
terjadi di Jakarta juga disebabkan karena terbatasnya kawasan lindung, khususnya
kawasan hutan di luar Jakarta yang juga dilalui aliran sungai Ciliwung; seperti Bogor
(Isnain, 2017).


Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 2

Pencemaran Air
Pencemaran air merujuk pada penurunan kualitas air. Dalam mendefinisikan
pencemaran, mari kita melihat secara umum tujuan dari penggunaan air, seberapa jauh
penggunaan tersebut menyimpang dari aturan yang ada, efek dari pencemaran terhadap
kesehatan publik, atau dampak ekologisnya. Berdasarkan sudut pandang kesehatan
publik atau ekologis, pencemaran adalah setiap substansi biologis, fisik, ataupun
kimiawi yang ketika digunakan secara berlebihan dapat membahayakan kehidupan
organisme. Polutan yang berada di air termasuk diantaranya logam berat, isotop
radioaktif tertentu, panas, bakteri fecal coliform, fosfor, nitrogen, sodium, serta bakteri
dan virus patogen tertentu. Dalam kasus lain, suatu material bisa dikatakan sebagai
polutan pada segmen tertentu, walaupun sebenarnya material tersebut tidak berbahaya
pada segmen tersebut. Seperti misalnya, sodium yang dikenal sebagai garam secara
umum tidak berbahaya, tetapi bisa jadi berbahaya bagi orang yang pantang
mengkonsumsi garam untuk alasan medis.
Saat ini, permasalahan air di seluruh dunia adalah kekurangan air minum yang
bersih dan terbebas dari penyakit. Banyak proses dan material dalam proses yang dapat
mencemari permukaan air maupun air tanah. Beberapa proses dan material tersebut

terdapat pada Tabel 1. Semua segmen sosial, mulai dari perkotaan, perkampungan,
industri, agrikultur, dan kemiliteran; berkontribusi dalam permasalahan pencemaran air.
Sebagian besar dihasilkan dari limpasan dan kebocoran (atau rembesan) polutan ke
permukaan air atau air tanah. Polutan juga bisa menyebar melalui udara dan tersimpan
dalam air.
Tabel 1 Beberapa sumber dan proses dari pencemaran air

Permukaan Air
Limpasan di perkotaan (minyak, zat
kimia, limbah organik, dll.) (U, I, M)
Limpasan pada bidang agrikultur
(minyak, logam, pupuk, pestisida, dll) (A)
Tumpahan zat kimia yang tidak disengaja,
termasuk minyak (U, R, I, A, M)
Materi radioaktif (seringkali terjadi ketika
kecelakaan truk atau kereta) (I, M)

Air Tanah
Kebocoran dari tempat pembuangan
limbah (zat kimia, material radioaktif,

dll.) (I, M)
Kebocoran dari tangki dan jaringan pipa
bawah tanah (bensin, minyak, dll.) (I, A,
M)
Rembesan dari aktivitas agrikultur
(logam berat, pestisida, herbisida) (A)

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 3

Permukaan Air
Limpasan (larutan, zat kimia, dll.) dari
kawasan industri (pabrik, kilang minyak,
tambang, dll.) (I, M)
Kebocoran dari tangki penyimpanan atau
jaringan pipa di permukaan (bensin,
minyak, dll.) (I, A, M)
Endapan dari berbagai sumber, termasuk
dari lahan agrikultur dan kawasan
konstruksi (U, R, I, A, M)
Debu dari udara (partikel, pestisida,

logam, dll.) yang jatuh ke sungai, danau,
lautan (U, R, I, A, M)

Air Tanah
Air asin yang bercampur ke akuifer
pantai (U, R, I, M)
Air yang tercampur dengan pembuangan
tinja dan sistem septik (R)
Air yang tercampur dengan air asam
yang berasal dari pertambangan (I)
Air yang tercampur dengan tumpukan
limbah tambang (I)
Air yang tercampur dengan pestisida,
kandungan herbisida, dan sebagainya
dari perkotaan (U)
Air yang tercampur dengan tumpahan
yang diakibatkan dari kecelakaan truk
atau kereta (I, M)
Percampuran air dengan larutan dan zat
kimia lain yang tidak disengaja;

termasuk material radioaktif dari
kawasan industri atau perdagangan
mikro (I, M)

Keterangan: U = urban (perkotaan); R = Rural (perkampungan); I = industrial (industri); A = agricultural
(agrikultur / pertanian); M = Military (militer)

Air yang diperoleh dari permukaan atau air tanah akan disaring dan diklorinasi
(mematikan kuman dengan klor), sebelum di distribusi kepada pengguna. Terkadang
memungkinkan untuk menyaring air secara alami untuk mengurangi biaya pelayanan.
Pada Tabel 2 berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa fokus dari polutan air.
Tabel 2 Kategori polutan air

Kategori Polutan
Bahan organik mati

Patogen

Sumber Polutan
Limbah mentah, limbah

pertanian, sampah
perkotaan

Keterangan
Memproduksi oksigen
biokimia dan penyakit

Contoh: epidemi kolera
baru-baru ini di Amerika
Kotoran dan urin manusia
Selatan dan Afrika; epidemi
dan hewan
kriptosporidiosis di
Milkauwee, Wisconsin

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 4

Kategori Polutan

Obat-obatan


Zat kimia organik

Kandungan zat

Logam berat

Asam

Endapan

Panas (polusi panas)

Sumber Polutan

Keterangan
Obat-obatan yang dibuang
melalui sistem pembuangan
Air limbah perkotaan,
kotoran mencemari sungai

analgesik, pil KB,
dan air tanah. Residu
antidepresan, antibiotik
hormon diduga menjadi
penyebab masalah genetik
pada hewan perairan
Berpotensi untuk
menyebabkan kerusakan
Penggunaan pestisida dan
ekologi yang signifikan dan
herbisida pada pertanian;
masalah kesehatan manusia.
proses industri yang
Kebanyakan dari zat kimia
memproduksi dioksin
ini merupakan masalah
limbah yang berbahaya
Fosfor dan nitrogen dari
Penyebab utama eutrofikasi
pertanian, serta
buatan. Kandungan nitrat
penggunaan pupuk di
pada permukaan air dan air
perkotaan dan air limbah tanah dapat menyebabkan
dari sistem pembuangan
pencemaran dan kerusakan
kotoran
ekosistem dan manusia
Contoh: Air raksa dari
Penggunaan air raksa,
proses industri yang
arang, selenium,
mengalir ke air. Logam
kadmium, dan sebagainya berat dapat menyebabkan
pada pertanian,
kerusakan ekosistem yang
perkotaan, dan industri
signifikan serta masalah
kesehatan manusia
Drainase asam tambang
Asam sulfat (H2SO4) dari adalah permasalahan
batu bara dan beberapa
pencemaran air yang utama
tambang logam; proses
pada banyak kawasan
industri yang membuang pertambangan batu bara,
asam dengan tidak benar merusak ekosistem dan
sumber air
Limpasan dari kawasan
Menurunkan kualitas air dan
konstruksi, kawasan
menyebabkan kerugian pada
pertanian, dan erosi alami sumber daya tanah
Air hangat atau air panas
dari pembangkit listrik
Menyebabkan kekacauan
dan fasilitas industri
ekosistem
lainnya

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 5

Kategori Polutan

Sumber Polutan

Keterangan
Permasalahan terkait dengan
Kontaminasi oleh industri
pembuangan limbah
pembangkit listrik nuklir,
radioaktif. Efek kesehatan
militer, dan sumber alami
pun diperdebatkan

Radioaktif

Pencemaran Permukaan Air
Pencemaran permukaan air terjadi ketika substansi yang tidak diinginkan atau
berbahaya terlalu banyak terdapat pada badan air, yang melebihi kemampuan alamiah
badan air untuk memindahkannya, mengencerkannya menjadi tidak berbahaya, atau
mengubahnya menjadi bentuk yang tidak berbahaya. Berdasarkan dari sudut pandang
lingkungan, terdapat dua pendekatan untuk menyelesaikan masalah pencemaran
permukaan air, yaitu: (1) mengurangi sumber polutan dan (2) mengolah air untuk
menghilangkan polutannya atau mengubah polutan tersebut ke dalam bentuk yang dapat
dibuang dengan aman. Penggunaan opsi (1) atau (2) disesuaikan dengan keadaan
spesifik dari permasalahan pencemarannya. Mengurangi sumber polutan merupakan
opsi yang lebih ramah lingkungan untuk membasmi polutan, sedangkan opsi
pengolahan air digunakan untuk permasalahan pencemaran yang beragam. Klorinasi
juga termasuk di dalamnya.

Pengolahan Air Limbah
Air yang digunakan untuk kebutuhan industri dan kotamadya menurun seiring
dengan pertambahan tanah yang tersuspensi, garam, kandungan zat, bakteri, dan bahan
yang membutuhkan oksigen. Di Amerika Serikat, secara hukum menyatakan bahwa air
tersebut harus diolah sebelum dikembalikan ke lingkungan.


Sistem pembuangan septic-tank
Pada kebanyakan daerah pedesaan, tidak tersedia sistem pembuangan
kotoran atau pengolahan air limbah yang terpusat. Sebagai akibatnya, terciptalah
sistem pembuangan spetic-tank individu yang tidak terhubug ke sistem saluran
pembuangan yang ada, yang kemudian menjadi topik yang penting dalam sistem
pembuangan septic-tank di daerah pedesaan; sama pentingnya dengan di daerah
pinggiran kota. Karena tidak semua lahan cocok sebagai sistem pembuangan

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 6

septic-tank, maka pihak hukum perlu melakukan evaluasi pada setiap lahan atau

kawasan sebelum izin dapat diterbitkan. Pembeli lahan haruslah waspada,
memastikan bahwa kawasan tersebut baik untuk dijadikan sistem pembuangan
septic-tank sebelum membeli properti di pedesaan atau di pinggiran kota dimana

sistem tersebut diperlukan.
Bagian dasar dari sistem pembuangan septic-tank adalah seperti pada
Gambar 1. Jaringan saluran pembuangan dari rumah mengarah ke suatu septictank bawah tanah di halaman. Tangki di desain untuk memisahkan padatan dari

cairan, melakukan proses perubahan biokimia (mengambil intisari) dan
menyimpan limbah organik melalui disperiod penahan, dan mengalirkan cairan
ke saluran pembuangan (lahan penyerapan); dari sistem perpipaan pengolahan
saluran pembuangan menuju tanah di sekitarnya. Selagi air limbah mengalir
melewati tanah, air tersebut diolah secara alami melalui proses oksidasi dan
penyaringan. Ketika air tersebut mencapai ke suplai air tawar, air tersebut sudah
aman untuk kegunaan lain.

Gambar 1 Sistem pembuangan kotoran septic-tank dan lokasi dari
saluran pembuangan sehubungan dengan rumah dan sumur



Pabrik pengolahan air limbah
Di daerah perkotaan, air limbah diolah di pabrik khusus yang menerima
kotoran dari rumah-rumah, gedung bisnis, dan kawasan industri. Kotoran
mentah tersebut disalurkan ke pabrik dengan jaringan pipa saluran pembuangan.
Kemudian, air limbah tersebut dialirkan ke sungai, danau, atau lautan; atau, pada

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 7

kasus tertentu, air digunakan untuk tujuan lain, seperti irigasi tanaman. Tujuan
utama dari standar pabrik pengolahan ini ialah untuk mengurangi BOD


(Biochemical Oxygen Demand) dan membunuh bakteri dengan klorin.
Pengolahan klorin
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, klorin sering digunakan untuk
membasmi kuman pada air sebagai bagian dari pengolahan air limbah. Klorin
sangat efektif dalam membasmi patogen yang bertanggung jawab atas wabah
penyakit yang ditularkan melalui air dan telah membunuh ribuan orang. Namun
demikian, penemuan baru-baru ini menyatakan bahwa pengolahan air limbah
dengan klorin juga menyebabkan efek samping, yaitu produksi zat kimia dalam
hitungan menit, yang beberapa diantaranya berbahaya bagi manusia dan hewan
lain. Keberadaan zat kimia tersebut dalam air juga dapat menyebabkan resiko
kanker dan efek kesehatan manusia lainnya. Derajat kerugian yang diakibatkan
menjadi kontroversial dan didebatkan saat ini (Botkin & Keller, 2011).

Daya Tampung (Carrying Capacity)
Daya tampung adalah jumlah maksimum dari individu pada suatu populasi yang
dapat ditahan secara berkelanjutan oleh sumber daya alam yang ada pada suatu lahan
tanpa mengurangi kapasitas lingkungannya. Potensi yang ada di Bumi memiliki batasan
dalam menampung atau mendukung kehidupan manusia. Jika kita menggunakan semua
sumber daya alam di Bumi dengan keberadaan teknologi dan efisiensi saat ini untuk
mendukung 6.8 miliar orang, Bumi dapat menampung sekitar 15 miliar orang (Enger &
Smith, 2013). Berikut akan dijelaskan faktor-faktor yang memengaruhi daya tampung.


Jumlah Maksimum dari Individu
Jumlah maksimum dari individu ditentukan dari keseimbangan antara
jumlah sumber daya alam yang dibutuhkan oleh masing-masing individu dan
jumlah sumber daya alam yang tersedia. Hasil pembagian antara ketersediaan
sumber daya alam dengan jumlah yang dibutuhkan oleh setiap individu adalah
jumlah maksimum individu yang dapat ditahan atau didukung.

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 8



Lahan pada lingkungan
Lahan pada lingkungan sangat penting dalam mengutarakan gagasan
daya tampung, karena ketersediaan sumber daya alam bervariasi sesuai dengan
tipe ekosistemnya. Rentang produksi bergantung pada sejumlah faktor, seperti
kelembaban tanah, produksi primer neto, lamanya waktu musim dingin, dan
persaingan antar spesies. Sebagai hasilnya, daya tampung dari populasi tertentu



bergantung pada kondisi ekosistem lokal.
Ditahan secara berkelanjutan
Ditahan secara berkelanjutan (tanpa batasan waktu) merujuk pada
kemampuan suatu ekosistem untuk menyediakan jumlah dan kualitas sumber
daya alam yang sama secara terus menerus. Terus menerus berarti untuk jangka
waktu yang sangat lama. Ketika kita membicarakan populasi, ‘terus menerus’
secara tersirat menyatakan jumlah populasi yang semakin banyak. Agar suatu
populasi dapat menampung atau mendukung sesuai dengan daya tampungnya,
ekosistem yang ada harus bisa mendukung jumlah individu yang sama dari
generasi ke generasi. Terdapat aturan sederhana untuk menentukan apakah suatu
populasi akan terus ada: Populasi tidak dapat menggunakan sumber daya alam
nya lebih cepat dibandingkan dengan lingkungan yang menyediakan sumber
daya alam tersebut.
Populasi yang menggunakan sumber daya alam yang sesuai dengan
batasan tersebut, dapat dipastikan bahwa lingkungan yang ada mampu
menyokong populasi tersebut untuk waktu yang lama. Sedangkan suatu populasi
yang menggunakan sumber daya alam lebih cepat dibanding dengan waktu yang
dibutuhkan lingkungan untuk menyediakan sumber daya alam tersebut, tidak
mampu bertahan. Dengan penggunaan seperti ini, lingkungan tidak akan mampu
menyokong kebutuhan populasi untuk waktu yang lama, karena penggunaan
seperti ini akan mengurangi jumlah sumber daya alam yang sudah terbatas, dan
juga menurunkan kemampuan lingkungan untuk menghasilkan kembali sumber
daya alam tersebut di masa yang akan datang. Perubahan seperti ini akan
mengurangi jumlah maksimum individu yang dapat ditopang oleh sumber daya
alam yang ada di lingkungan. (Kaufmann & Cleveland, 2008)
\

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 9

Daya tampung lingkungan bukanlah angka yang fleksibel. Perbedaan
lingkungan seperti perubahan suksesi, penyakit epidemi, pembakaran hutan, atau banjir,
dapat mengubah daya tampung spesies tertentu pada suatu kawasan. Dalam ekosistem
air, salah satu faktor utama yang menentukan daya tampung adalah jumlah nutrisi yang
terkandung dalam air. Pada kawasan yang nutrisi nya melimpah, jumlah variasi
organismenya tinggi.

Gambar 2 Beberapa Faktor Lingkungan yang
Memengaruhi Daya Tampung

Seringkali jumlah nutrisi ini berubah-ubah seiring dengan perubahan pada arus
atau limpasan di kawasan tersebut; menyebabkan populasi tumbuhan dan hewan
berubah. Sebagai tambahan, perubahan daya tampung yang bersifat negatif pada spesies
tertentu bisa jadi meningkatkan daya tampung spesies lain. Sebagai contoh, penebangan
pohon-pohon yang sudah tua di hutan; yang kemudian ditanami kembali dengan pohonpohon muda, bisa meningkatkan daya tampung rusa dan kelinci (yang menggunakan
pohon-pohon muda sebagai sumber makanan), namun menurunkan daya tampung bagi
tupai (yang menggunakan pohon-pohon tua yang bisa berbuah sebagai sumber makanan
dan tempat tinggal) (Enger & Smith, 2013).

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 10

Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai terpenting di Tatar Pasundan,
Pulau Jawa, Indonesia. Panjang aliran utama sungai ini adalah ±120 km, dengan daerah
tangkapan airnya (daerah aliran sungai atau DAS) seluas 387 km 2. Sungai ini relatif
lebar, dan dahulu di bagian hilirnya dapat dilayari oleh perahu kecil pengangkut barang
dagangan. Wilayah yang dilintasi sungai Ciliwung adalah Bogor, Depok, dan Jakarta.
Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor
dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan daerah
Puncak. Setelah melewati bagian timur kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi
barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta
sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Sungai Ciliwung
bermuara di daerah Luar Batang. Di sebelah barat, DAS Ciliwung berbatasan dengan
DAS Cisadane, DAS Kali Grogol, dan DAS Kali Krukut. Sementara di sebelah
timurnya, DAS Ciliwung berbatasan dengan DAS Kali Sunter dan DAS Cipinang.

Awal Permasalahan Lingkungan di Sungai Ciliwung
Diketahui pada tahun 1689, air sungai Ciliwung belum tercemar dan bisa
digunakan sebagai air minum. Air di sungai Ciliwung mulai kotor ketika Gunung Salak
di Jawa Barat meletus pada tahun 1699. Letusan tersebut mengakibatkan kenaikan
tingkat pengendapan. Timbunan lumpur dan tanah liat bertumpuk di parit yang digali
untuk melancarkan aliran air ke dan dari sungai (Hasits, 2013). Kotornya sungai juga
diduga karena kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menyebabkan lingkungan
alam Batavia (sekarang adalah Jakarta) mengalami perubahan fundamental, setelah
hutan-hutan di daerah sekitar sungai untuk budidaya tanaman tebu; yang ternyata
mencemari air dan menanduskan tanah. Dengan budidaya tanaman tebu disana, maka
terdapat juga banyak pabrik gula di dekat sungai. Aktivitas berbagai pabrik gula yang
pada saat itu sangat membutuhkan kayu bakar juga turut mencemari air di sungai, serta
mengurangi daerah resapan air. Sejak tahun 1740, air sungai Ciliwung sudah dianggap
tidak sehat karena segala sampah dan buangan air limbah rumah sakit yang dibuang ke
sungai. Banyak pasien menderita disentri dan kolera. Air minum yang kurang bersih

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 11

menyebabkan angka kematian yang sangat tinggi di antara warga Batavia (Hasits,
2013).

Permasalahan Pencemaran dan Daya Tampung di Sungai Ciliwung
Diketahui dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2017,
bahwa setiap harinya sebanyak 7.000 ton sampah dibuang ke Sungai Ciliwung. Praktik
membuang sampah itu terjadi di hulu hingga hilir sungai, dan pembuangan sampah
paling parah berada di wilayah Bogor dan Depok. Sampah-sampah ini hanya bisa
diangkut 75% dari total sampah yang terbuang, sedangkan 25% sisanya terbawa aliran
sungai. Kemudian, 8% dari 25% sampah yang terbawa aliran sungai mengendap dan
mencemari Sungai Ciliwung (Hasyim, 2017). Ukuran daya tampung sungai Ciliwung
juga belum bisa dikatakan ideal. Saat ini, daya tampung air di Sungai Ciliwung baru
200 m3/detik, sedangkan daya tampung ideal yang telah direncanakan adalah 570
m3/detik (Perkasa, 2017).

Penyebab Permasalahan di Sungai Ciliwung
Banyaknya rumah liar yang berada di bantaran sungai, seperti di Kampung Pulo
(Jatinegara, Jakarta Timur), menyebabkan pencemaran dan membuat kapasitas tampung
aliran air menurun (Rudi, 2015). Selama ini, hanya aliran sungai di wilayah Jakarta saja
yang disorot, padahal kondisi ini tidak hanya terjadi di Jakarta saja. Kesesakkan
bantaran sungai Ciliwung akibat permukiman juga terjadi di Bogor. Pertumbuhan
penduduk yang pesat di Bogor juga turut membawa dampak negatif bagi sungai
Ciliwung. Sempitnya lahan yang ada mendorong berkembangnya permukiman di
sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). Permukiman-permukiman tersebut cenderung
tidak mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan, sehingga terlihat berantakan. Lalu,
fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) di kawasan tersebut juga kurang tersedia, yang
mengakibatkan sungai Ciliwung dijadikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan
MCK.

Di kawasan permukiman tersebut juga kekurangan fasilitas pembuangan

sampah, sehingga sampah-sampah warga langsung dibuang ke aliran sungai; yang
mengakibatkan banyaknya tumpukan sampah yang mengendap di sepanjang aliran
sungai Ciliwung (Ardyanto).
Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 12

Solusi Atas Permasalahan Sungai Ciliwung
Langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta selama
beberapa tahun terakhir ialah melakukan normalisasi sungai Ciliwung. Normalisasi
sungai Ciliwung merupakan proses pembuatan dinding turap beton atau sheetpile pada
sisi Sungai Ciliwung sedalam 10 hingga 12 meter ke bawah sungai yang bertujuan
untuk mengembalikan kondisi lebar sungai yang sekarang ini hanya sekitar 20-30 meter
saja menjadi sekitar 35-50 meter dan mencapai target daya tampung ideal, yaitu dari
200 m3/detik menjadi 570 m3/detik. Proyek normalisasi sudah dilaksanakan sejak tahun
2013, dan mengakibatkan sejumlah permukiman warga di bantaran sungai yang
direlokasi terkait dengan penertiban dan pembebasan lahan. Adapun normalisasi telah
dilakukan di Kampung Pulo, Bukit Duri, Bidara Cina, dan Cawang Pulo. Program
normalisasi sungai Ciliwung diyakini bisa menyelesaikan masalah banjir di ibukota dan
di daerah yang dilewati sungai. Masalah banjir di ibukota dan sekitarnya merupakan
salah satu dampak yang timbul akibat daya tampung lingkungan yang sudah tidak
mampu menopang kebutuhan manusia yang berlokasi di sekitar sungai Ciliwung
(Adikara, 2017).
Secara utuh, Ciliwung memiliki luas sekitar 38.610 hektar, yang kemudian
membuatnya dibagi menjadi tiga bagian DAS, yaitu (1) Ciliwung hulu seluas 15.251
hektar di Kabupaten dan Kota Bogor; (2) Ciliwung tengah seluas 16.706 hektar di
Kabupaten dan Kota Bogor, Depok, dan Bekasi; (3) Ciliwung hilir seluas 6.295 hektar
di DKI Jakarta. Saat ini, kawasan hutan yang merupakan regulator alami tata kelola air
yang tersisa di DAS Ciliwung hanyalah 9,7% atau setara dengan 3.693 hektar. Padahal
seharusnya luas ideal Ruang Terbuka Hijau (RTH) di sungai Ciliwung adalah sekitar
30% dari luas sungai Ciliwung itu sendiri. Seharusnya, penataan kota dan ruang terbuka
lebih menaruh perhatian pada sungai Ciliwung sebagai aset. Karena potensinya yang
besar, lingkungan di sekitarnya seharusnya bisa menjadi public space (Septian, 2017).
Pengelolaan sungai Ciliwung dianggap masih parsial. Terdapat berbagai badan
pemerintah terkait yang mengurusi, seperti Bappeda, Kehutanan, Badan Wilayah
Sungai, dan Dinas Sumber Daya Air; yang fokus pada pembangunan turap atau
bendungan. Pembangunan turap atau betonisasi justru dinilai akan menimbulkan
masalah baru; tidak akan menyelesaikan masalah, karena pembetonan akan

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 13

menghalangi resapan air dari daratan menuju sungai. Konsep normalisasi sungai
seharusnya memperluas areal resapan air; areal menyerap secara maksimal aliran air
dari hulu, dan untuk selanjutnya dialirkan selambat mungkin. Hal tersebut bisa
dilakukan jika badan-badan pemerintah yang mengurus sungai mengedepankan
program-program yang berkelanjutan dengan pembangunan dan penataan alami, seperti
dengan memperbanyak pohon dan RTH di pinggir sungai; yang jauh lebih kuat dan
efektif (Septian, 2017).

Kesimpulan dan Saran
Daya tampung sungai Ciliwung terus mengalami penurunan akibat kepadatan penduduk
yang menyebabkan pencemaran air. Daya tampung yang terus menurun tanpa
penanganan yang tepat dari pemerintah mengakibatkan bencana banjir selalu terjadi.
Bukan hanya kota Jakarta saja yang harus berbenah dalam mengatasi permasalahan ini,
melainkan juga kota di sekitar aliran sungai yang turut andil dalam mencemari sungai,
yaitu kota Bogor. Penanganan permasalahan dengan melalukan pembetonan belum
sesuai, karena tidak menyelesaikan inti permasalahan yang sebenarnya, yaitu
mengembalikan daya tampung sungai seperti pada seharusnya. Dengan mengkeruk
semua sampah yang ada; serta mengembalikan bantaran sungai menjadi ruang terbuka
hijau, diharapkan lahan tersebut dapat kembali menyerap air, sehingga lingkungan dapat
kembali menopang kebutuhan individu yang ada di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adikara, B. (2017, Oktober). Tribun News. Diakses pada Desember 16, 2017, from
Warta Kota: http://wartakota.tribunnews.com/2017/10/17/cegah-banjir-nasibnormalisasi-ciliwung-di-tangan-anies-sandi
Ardyanto, A. (n.d.). Diakses pada Desember 16, 2017, from Lovely Bogor:
http://lovelybogor.com/pencemaran-sungai-ciliwung/
Botkin, D. B., & Keller, E. A. (2011). Environmental Science: Earth as a Living Planet.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 14

Enger, E. D., & Smith, B. F. (2013). Environmental Science: A Study of
Interrelationships. United States of America: McGraw-Hill.

Hasits, M. (2013, Januari). Merdeka . Diakses pada Desember 15, 2017, from Merdeka:
https://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-ciliwung-sumber-air-minum-yangkini-jadi-tempat-sampah.html
Hasyim, I. (2017, September). Tempo. Diakses pada Desember 16, 2017, from Tempo:
https://metro.tempo.co/read/905621/klhk-sampah-dibuang-ke-sungai-ciliwung7-000-ton-setiap-hari
Isnain, F. (2017, Juni). Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta . Diakses pada
Desember 16, 2017, from Dinas Perpustakaan dan Kearsipan:
http://dispusip.jakarta.go.id/?p=4107
Kaufmann, R. K., & Cleveland, C. J. (2008). Environmental Science. New York:
McGraw-Hill.
Perkasa, S. (2017, Februari). Metro TV News. Diakses pada Desember 16, 2017, from
Metro TV News: http://news.metrotvnews.com/metro/MkMy9Evk-ciliwung-45tahun-lalu-dan-sekarang
Rudi, A. (2015, Agustus). Kompas. Diakses pada Desember 16, 2017, from Kompas:
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/08/21/09572511/Daya.Tampung.Kali
.Ciliwung.Susut.Dratis.karena.Permukiman.di.Bantaran
Septian, R. (2017, Mei). Diakses pada 16 Desember, 2017, from
http://www.mongabay.co.id/2017/05/25/selain-sampah-ada-persoalan-lain-yangdihadapi-ciliwung/

Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Daya Tampung di Sungai Ciliwung | 15