MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEREKONOM
MODUL PEMBELAJARAN
MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA
(2 SKS)
POKOK BAHASAN 2
SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA
copyright © 2016
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Program Studi Akuntansi Universitas Pamulang, Tangerang Selatan.
e-mail: dosen01066@unpam.ac.id
A. PENDAHULUAN
2
Deskripsi Singkat
Mata kuliah Perekonomian Indonesia, memberikan kemampuan kepada mahasiswa dalam mengetahui,
memahami, dan menjelaskan kondisi perekonomian nasional dari masa Orde Lama, Orde Baru, masa transisi, masa
pasca reformasi hingga masa sekarang. Dengan memahami proses pembangunan ekonomi, mahasiswa dapat
menilai semua kebijakan pemerintah apakah sesuai denga teori (ekonomi Makro) atau tidak, sehingga mahasiswa
dapat mengkritisi semua kebijakan Pemerintah dalam mengendalikan perekonomian untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Untuk itu mahasiswa harus sudah menempuh mata kuliah Teori
Ekonomi Makro, Mikro dan Bisnis.
Modul ini terdiri dari beberapa bagian/kegiatan belajar, sesuai dengan jumlah pokok bahasan dalam mata kuliah
ini. Modul ini sangat penting bagi mahasiswa, di mana pada akhirnya mahasiswa mampu menjelaskan masalahmasalah dan kebijakan-kebijakan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta dapat menjelaskan kondisi perekonomian Indonesia.
Tujuan Umum Pembelajaran.
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sejarah perekonomian Indonesia.
Tujuan Khusus Pembelajaran.
Mahasiswa mampu menjelaskan; sejarah perekonomian Indonesia, mulai dari Masa Orde Lama; Orde Baru; Masa
Transisi ; Masa Reformasi; dan Pasca Reformasi (Periode Pemerintahan Megawati, SBY dan Jokowi)
Perkiraan Waktu : 90 menit
Peralatan Yang Diperlukan: white board; In focus; hand out
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
B. KEGIATAN BELAJAR
3
1. KEGIATAN BELAJAR II
a. Pokok Bahasan 2
Sejarah Perekonomian Indonesia
b. Sub Pokok Bahasan
1) Perekonomian Masa Orde Lama
2) Perekonomian Masa Orde Baru
3) Perekonomian Masa Transisi
4) Perekonomian Masa Reformasi
5) Perekonomian Masa Pasca Reformasi (Periode
Pemerintahan Megawati, SBY dan Jokowi)
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Orde Lama (1945-1967)
4
•
Selama pemerintahan Orde Lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat buruk. Walaupun
sempat mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata per tahun hampir 7% selama dekade
1950-an, dan setelah itu turun drastis menjadi rata-rata per tahun hanya 1,9% atau bahkan
nyaris mengalami stagflasi selama tahun 1965-1966, tahun 1965 dan 1966 laju pertumbuhan
ekonomi atau Produksi Domestik Bruto (PDB) masing-masing hanya sekitar 0,5% dan 0,6%.
•
Defisit saldo neraca pembayaran (BoP) dan defisit APBN juga terus membesar. Jumlah
pendapatan pemerintah rata-rata per tahun selama 1955-1965 sekitar 151 juta rupiah,
sedangkan pengeluaran pemerintah rata-rata per tahun pada periode yang sama 359 juta
rupiah (Mas’oed; 1989).
•
Buruknya perekonomian Indonesia selama Orde Lama terutama disebabkan oleh hancurnya
insfrastruktur ekonomi, fisik maupun non fisik, selama pendudukan Jepang, Perang Dunia II, dan
perang revolusi serta gejola politik dalam negeri, di tambah manajemen ekonomi yang sangat
buruk.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Sejumlah Kebijakan Penting Ekonomi
Pemerintahan Orde Lama
NO
KABINET ORDE LAMA
5
KEBIJAKAN
1
Kabinet Natsir
(1950-1951)
(Kabinet pertama
dalam negara NKRI)
Dirumuskan suatu perencanaan pembangunan ekonomi yang disebut Rencana
Urgensi Perekonomian (RUP). RUP digunakan pada kabinet selanjutnya untuk
merumuskan rencana pembangunan ekonomi lima tahun yang pada Orde Baru
disebut Repelita
2
Kabinet Sukiman
1951-1952
Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia
Penghapusan sistem kurs berganda
3
Kabinet Wilopo
1952-1953
Untuk pertama kali, memperkenalkan konsep anggaran berimbang dalam
keuangan pemerintah (APBN), memperketat impor, melakukan rasionalisasi
angkatan bersenjata melalui modernisasi dan pengurangan jumlah personil dan
penghematan pengeluaran pemerintah
4
Kabinet Ali
Sastroamidjojo I
1953-1955
Pembatasan impor dan kebijakan uang ketat
5
Kabinet Burhanuddin H
1955-1956
Liberalisasi impor,
Kebijakan uang ketat untuk mnekan laju uang beredar dan
Penyemprnaan program benteng (PB);
Membolehkan investasi asing masuk; bantuan khusus kepada pengusaha pribumi
6
Kebinet Djuanda
1957-1959
Kebijakan stabilitas politik dan nasionalisasi perusahaan Belanda
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Orde Baru (1967-1998)
6
•
Tepatnya sejak Maret 1966, Indonesia memasuki pemerintahan Orde Baru. Berbeda dengan Orde Lama,
pada Orde Baru perhatian pemerintah lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat
pembangunan ekonomi masyarakat.
•
Orde Baru menjalin kembali hubungan dengan Barat dan menjauhi ideologi komunisme. Indonesia juga
kembali menjadi anggota PBB dan lembaga-lembaga dunia lainnya seperti World Bank dan IMF. Kata
kunci dalam pembangunan ekonomi Indonesia masa Orde Baru adalah stabilitas dan pertumbuhan
ekonomi.
•
Sejumlah kebijakan penting ekonomi adalah; menekan kembali angka inflasi, mengurangi defisit keuangan
pemerintah; dan menghidupkan kembali kegiatan produksi termasuk ekspor; proses industrialisasi skala
besar; penyusunan rencana pembangunan lima tahun (Repelita) secara bertahap.
•
Keberhasilan pembangunan ekonomi era Orde Baru secara makro selain didorong oleh soliditas
pemerintahan, juga didorong oleh; penghasilan ekspor yang sangat besar dari minyak, terutama pada
periode oil boom pertama 1973-1974, pinjaman luar negeri dan PMA.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Kebijakan Ekonomi Orde Baru
KEBIJAKAN EKONOMI
7
NO
KEBIJAKAN
KETERANGAN
1
Jangka Pendek
Juli – Desember 1966 untuk
program pemulihan
Januari – Juni 1967 untuk
tahap rehabilitasi
Juli – Desember 1967 untuk
tahap konsolidasi
Januari – Juni 1968 untuk
tahap stabilisasi
a. Memperkenalkan kebijakan anggaran berimbang (balanced
budget policy)
b. Pembentukan IGGI
c. Melakukan reformasi terhadap sistem perbankan
UU tahun 1967 tentang Perbankan
UU tahun 1968 tentang Bank Sentral
Uu tahun 1968 tentang Bank Asing
d. Menjadi anggota kembali IMF
e. Pemberian peran yang lebih besar kepada bank bank dan
lembaga keuangan lain sebagai ’”agen pembangunan”.
2
Jangka Panjang
Repelita I 1969 – 1974
Sasaran: (a) stabilitas perekonomian; (b) pertumbuhan ekonomi;
dan (c) pemerataan hasil pembangunan
Repelita II 1974 – 1979
Sasaran: (a) pertumbuhan ekonomi; (b) pemerataan hasil
pembangunan; dan (c) stabilitas perekonomian
Repelita III 1979 – 1984
Repelita IV 1984 – 1989
Repelita V 1989 – 1994
Repelita VI 1994 – 1999
Sasaran: (a) pemerataan hasil pembangunan; (b) pertumbuhan
ekonomi dan (c) stabilitas perekonomian
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Prestasi dan Kondisi Ekonomi
Per REPELITA Masa Orde Baru
REPELITA
8
PRESTASI DAN KONDISI EKONOMI
Repelita I dan II
Pertumbuhan ekonomi 6 persen per tahun dan Investasi meningkat dari 11 persen menjadi 24 persen dari PDB
selama 10 tahun
Kontribusi tabungan meningkat dari 23 persen menjadi 55 persen
Sumber penghasilan utama devisa adalah ekspor minyak bumi kurang lebih 2/3 dari total penerimaan
Inflasi rata-rata 17 persen dan Porsi pelunasan hutang 9,3 persen dan 11,8 persen dari pengeluaran
Repelita III
Ekspor neto migas turun 38 persen; Ekspor nonmigas turun 30 persen; Impor non migas meningkat
Neraca berjalan (current account) dari suprlus US $2.7 milyar menjadi defisit US $6.7 milyar
PDB tumbuh hanya 2,24 persen; Laju inflasi rata-rata 9 persen; Porsi pelunasan hutang 17,3 persen dari pengeluaran
Repelita IV
Pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,32 persen; Beban hutang luar negeri menjadi membesar
Penghematan anggaran dan pengawasan serta penertiban penggunaan anggaran; Laju inflasi rata-rata 9 persen
Repelita V
Pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,7 persen; Ekspor komoditas non migas meningkat
Porsi pelunasan hutang 44,6 persen dari pengeluaran
Repelita VI
Target REPELITA VI tingkat rata-rata pertumbuhan per tahun:
Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 6,2 persen. Sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan 3,5 persen;
Sektor industri 9 persen; Sektor manufaktur diluar migas 10 persen; Sektor jasa 6,5 persen
Inflasi rata-rata 5 persen; Ekspor nonmigas 16,5 persen; Ekspor manufaktur 17,5 persen; Debt Service Ratio 20 persen;
PDB Rp 2,150 trilliun
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Pemerintahan Transisi (Habibie)
21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999
9
•
Bulan Juli 1997, krisis melanda Indonesia (kurs dari Rp 2.500 menjadi Rp 2.650.) BI mengintervensi, namun tidak mampu.
Sampai bulan Maret 1998 kurs melemah hingga Rp 10.550 dan bahkan menembus angka Rp 11.000/US$.
•
Langkah konkrit untuk mengatasi krisis:
Penundaan proyek Rp 39 trilyun untuk mengimbangi keterbatasan anggaran Negara
BI melakukan intervensi ke bursa valas
Meminta bantuan IMF dengan memperoleh paket bantuan keuangan US$ 23 Milyar pada bulan Nopember 1997.
Mencabut ijin usaha 16 bank swasta yang tidak sehat
•
Januari 1998 pemerintah Indonesia menandatangani nota kesepakatan (LOI) dengan IMF yang mencakup 50 butir
kebijakan yang mencakup:
Kebijakan ekonomi makro (fiscal dan moneter) mencakup: penggunaan prinsip anggaran berimbang;
pengurangan pengeluaran pemerintah seperti pengurangan subsidi BBM dan listrik; pembatalan proyek besar;
dan peningkatan pendapatan pemerintah dengan mencabut semua fasilitas perpajakan, penangguhan PPN,
pengenaan pajak tambahan terhadap bensin, memperbaiki audit PPN, dan memperbanyak obyek pajak.
Restrukturisasi sektor keuangan
Reformasi struktural
•
Bantuan gagal diberikan, karena pemerintah Indonesia tidak melaksanakan kesepakatan dengan IMF yang telah
ditandatangani.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Reformasi (Abdurrahman Wahid)
20 Oktober 1999- 23 Juli 2001
10
Kondisi:
• Tahun 2000 pertumbuhan ekonomi 5%
• Kondisi moneter stabil ( inflasi dan suku bunga rendah)
• Tahun 2001, pelaku bisnis dan masyarakat kurang percaya kepada pemerintahan sebagai
akibat dari pernyataan Presiden yang kontroversial, dan perseteruan dengan DPR.
• Bulan Maret 2000, cadangan devisa menurun dari US$ 29 milyar menjadi US$ 28,875 milyar
• Hubungan dengan IMF menjadi tidak baik sebagai akibat dari: penundaan pelaksanaan
amandemen UU No. 23 tahun 1999 mengenai Bank Indonesia; penerapan otonomi daerah
(terutama kebebasan untuk hutang pemerintah daerah dari LN); dan revisi APBN 2001.
• Tahun 2001, pertumbuhan ekonomi cenderung negative, IHSG merosot lebih dari 300 poin, dan
nilai tukar rupiah melemah dari Rp 7.000 menjadi Rp 10.000 per US$.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Pemerintahan Megawati S
23 Juli 2001-20 Oktober 2004
11
Kondisi:
• SBI 17%
• Bunga deposito 18%
• Inflasi periode Juli – Juli 2001 13,5% dengan asumsi
inflasi 9,4% setelah dilakukan revisi APBN
• Pertumbuhan PDB 2002 sebesar 3,66% dibawah target
4% sebagai akibat dari kurang berkembangnya
investasi swasta (PMDN dan PMA), ketidakstabilan
politik, dan belum ada kepastian hukum.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Capaian Kinerja Bidang Ekonomi
Pemerintahan SBY 2004-2014
12
CAPAIAN
Cadangan devisa terbesar US$124,6 miliar (akhir Agustus 2011)
Kenaikan nilai IHSG meroket tajam hingga mencapai lebih dari 400% selama 2009-2014
Indonesia menjadi anggota G-20, yaitu kelompok negara-negara di dunia yang dianggap memiliki kekuatan ekonomi
signifikan
Rasio utang luar negeri terhadap PDB merosot tajam (2013, sebesar 23, 4%)
Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan konsisten, kurang lebih rata-rata enam persen
Volume perdagangan indonesia juga mencapai 400 miliar USD dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yang juga tertinggi
dalam sejarah.
Nilai investasi baik dari luar negeri maupun dalam negeri dalam 10 tahun terakhir mencapai Rp 2.296,6 triliun
Pendapatan per kapita per tahun Indonesia naik 3 kali lipat selama 10 tahun terakhir. Di tahun 2004 pendapatan per
kapita kita adalah US$ 1.161, sementara di tahun 2012 mencapai US$ 3.557.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Catatan Negatif Perekonomian Indonesia
Periode SBY 2004-2014
13
1.
Ketimpangan melebar dengan meningkatnya Rasio Gini sebesar 0,5 persen. "Jika pada 2004 sebesar 0,32 persen; tahun 2013 menjadi 0,41
persen.
2. Penurunan kontribusi sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), jika tahun 2004 sumbangan industri terhadap PDB nasional
berada di angka 28 persen, namun 2013 konstribusi yang disumbang industri hanya sebesar 23,5 persen.
3. Terjadi defisit neraca perdagangan dari surplus pada 2004 sebesar US$ 25,06 miliar menjadi defisit US$ 4,06 miliar pada 2013.
4. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dibarengi penciptaan lapangan kerja. Sehingga, elastisitas 1 persen pertumbuhan dalam
membuka lapangan kerja turun dari 436 ribu menjadi 164 ribu atau turun 272 ribu.
5. Efisiensi ekonomi semakin memburuk, hal ini dibuktikan dengan naiknya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dari 4,17 menjadi 4,5.
Beberapa hal yang menghambat efisiensi yakni lambannya birokrasi, merajalelanya korupsi, dan keterbatasan infrastruktur.
6. Menurunnya tax ratio dari 12,2 persen menjadi 10,8 persen pada 2013.
7. Kesejahteraan petani menurun 0,92 persen; Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan
indeks harga yang dibayar petani (IB). "Jika 2004 NTP sebesar 102, namun 2013 hanya 101,96.
8. Utang pemerintah mencemaskan. Terdapat penurunan rasio utang terhadap PDB, namun utang per kapita naik US$ 531,29 per penduduk
pada 2005 menjadi US$ 1.002,69 per penduduk. Pembayaran bunga utang menyedot rata-rata 13,6 persen anggaran pusat, dengan
realisasi pembayaran rata-rata 92,7 persen per tahun sepanjang 2005-2013.
9. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) naik namun disertai defisit keseimbangan primer. "Tahun 2004 keseimbangan primer surplus
1,83 persen dari PDB; tahun 2013 malah defisit 1,19 persen
10. Postur APBN semakin tidak proporsional, boros dan semakin didominasi pengeluaran rutin dan birokrasi. Perinciannya belanja birokrasi
naik dari 16,23 persen menjadi 22,17 persen pada 2013, kemudian subsidi energi naik dari 16,2 persen menjadi 20,89 persen, serta
belanja modal hanya naik tipis dari 6,4 persen menjadi 8,06 persen.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Jokowi-JK
14
Kondisi Perekonomian
• Subsidi BBM (premium) dicabut alias 0, berlaku mulai APBNP 2015 karena
dianggap membebani keuangan negara.
• Kurang dari 1 bulan setelah dilantik, Harga BBM dinaikkan dari Rp 6.500/liter
Menjadi Rp. 8.500/liter. Harga BBM diserahkan pada mekanisme pasar (naikturun mengikuti harga minyak mentah dunia).
• Nilai kurs rupiah terhadap dollar merosot tajam, pernah menyentuh Rp.
14.700/dolar pada 2 Oktober 2015
• Serbuan ribuan tenaga kerja asing
• Target pertumbuhan ekonomi 2015 sulit tercapai, kurang dari 5%
• Gelombang PHK pada sejumlah perusahaan berbahan baku impor
• Mulai terjadi perlambatan/krisis ekonomi
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Paket Kebijakan Jokowi-JK
Dalam Menghadapi Perlambatan Ekonomi (1)
KEBIJAKAN
EKONOMI
TANGGAL
15
ISI KEBIJAKAN
Tahap I
9 September
2015
Mencakup dorongan terhadap daya saing industri nasional melalui deregulasi, penegakan
hukum dan kepastian usaha.
Tahap II
29 September
2015
Kemudahan layanan investasi 3 jam; Pengurusan tax allowance dan tax holiday lebih cepat;
Pemerintah tak pungut PPN untuk alat transportasi; Insentif fasilitas di kawasan pusat logistik
berikat; Insentif pengurangan pajak bunga deposito; Perampingan izin sektor kehutanan
Tahap III
7 Oktober 2015
Penurunan tarif listrik dan harga BBM (solar) serta gas; Perluasan penerima KUR;
Penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman modal.
Tahap IV
15 Oktober 2015.
Berisi tiga poin, yakni berkaitan dengan sistem pengupahan; tindak lanjut dari kredit usaha
rakyat dan kredit UKM untuk ekspor; serta mencegah PHK
Tahap V
21 Oktober 2015
Pengurangan tarif pajak penghasilan (pph) untuk perusahaan yang melakukan revaluasi aset
dan menghilangkan pajak berganda dana investasi real estate, properti, dan infrastruktur;
kebijakan deregulasi bagi industri perbankan syariah.
Tahap VI
5 November
2015
(i) upaya menggerakkan perekonomian di wilayah pinggiran dengan pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), (ii) penyediaan air untuk masyarakat secara berkelanjutan
dan berkeadilan, (iii) simplifikasi perizinan di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Paket Kebijakan Jokowi-JK
Dalam Menghadapi Perlambatan Ekonomi (2)
KEBIJAKAN
EKONOMI
TANGGAL
16
ISI KEBIJAKAN
Tahap VII
4 desember
2015
Pertama, penambahan kemudahan pada izin investasi. Kedua, keringanan pajak penghasilan
(PPh) bagi industri padat karya selama 2 tahun. ketiga mengenai percepatan kemudahan
sertifikasi tanah rakyat dalam rangka kepastian hak atas tanah dan mendorong pembangunan
ekonomi masyarakat.
Tahap VIII
21 Desember
2016
Pertama adalah one map policy atau kebijakan 1 peta. Kedua, mempercepat pembangunan
kilang minyak untuk meningkatkan produksi kilang minyak di Indonesia. Ketiga, pemberian
insentif bagi jasa pemeliharaan pesawat
Tahap IX
27 Januari 2016
Bertumpu pada percepatan pembangunan infrastruktur tenaga listrik, stabilisasi harga daging,
dan peningkatan sektor logistik desa-Kota
Tahap X
10 februari 2016
Revisi atau perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI).Peraturan soal DNI tertuang dalam Perpres
No 39/2014 tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Terbuka dengan
Persyaratan. Revisi dilakukan, untuk membuka keran investasi yang lebih luas.
Tahap XI
29 Maret 2016
Pertama, mendorong kegiatan ekspor dari pelaku UMKM, Kedua, fasilitas pengurangan bea dan
pajak untuk penerbitan Dana Investasi Real Estate (DIRE). Ketiga, mempercepat pelayanan
kegiatan ekspor-impor. Keempat, diterbitkan Instruksi Presiden untuk mempercepat kemandirian
dan peningkatan daya saing industri obat dan alat kesehatan.
Tahap XII
18 April 2016
Fokus untuk memperbaiki peringkat kemudahan berbisnis (ease of doing business/EoDB)
Indonesia, yang saat ini berada di peringkat 109. Pemerintah menargetkan memperbaiki
peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia dari peringkat 109 menjadi peringkat 40
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
C. PENUTUP
17
• Setelah mempelajari pokok bahasan 2
dalam modul ini, mahasiswa diharapkan
dapat memahami dan menjelaskan
dengan baik sejarah perekonomian
Indonesia, mulai dari era Orde Lama
hingga pemerintahan saat ini.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
REFERENCES
18
Basri, Faisal, dan Munandar, Haris, 2009. Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan
Renungan Terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek
Perekonomian Indonesia, Jakarta; Prenada Media Group
Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga
Latumaerissa, Julius R, 2015. Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi Global,
Jakarta, Mitra Wacana Media
Mubyarto, 1987. Ekonomi Pancasila: Gagasan dan kemungkinan. Jakarta: LP3ES
Suroso, 1994. Perekonomian Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tambunan, Tulus T.H., 2015. Perekonomian Indonesia: Era Orde Lama Hingga Jokowi,
Jakarta; Ghalia Indonesia
Yustika, Ahmad Erani, 2010. Dari Krisis ke Krisis: Potret Terkini Perekonomian Indonesia, UB
Press
Catatan:
Dianjurkan untuk selalu mengikuti publikasi tentang perkembangan ekonomi Indonesia
baik dari jurnal cetak maupun Online dan penerbitan ekonomi aktual.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, Tangerang Selatan. E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA
(2 SKS)
POKOK BAHASAN 2
SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA
copyright © 2016
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Program Studi Akuntansi Universitas Pamulang, Tangerang Selatan.
e-mail: dosen01066@unpam.ac.id
A. PENDAHULUAN
2
Deskripsi Singkat
Mata kuliah Perekonomian Indonesia, memberikan kemampuan kepada mahasiswa dalam mengetahui,
memahami, dan menjelaskan kondisi perekonomian nasional dari masa Orde Lama, Orde Baru, masa transisi, masa
pasca reformasi hingga masa sekarang. Dengan memahami proses pembangunan ekonomi, mahasiswa dapat
menilai semua kebijakan pemerintah apakah sesuai denga teori (ekonomi Makro) atau tidak, sehingga mahasiswa
dapat mengkritisi semua kebijakan Pemerintah dalam mengendalikan perekonomian untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Untuk itu mahasiswa harus sudah menempuh mata kuliah Teori
Ekonomi Makro, Mikro dan Bisnis.
Modul ini terdiri dari beberapa bagian/kegiatan belajar, sesuai dengan jumlah pokok bahasan dalam mata kuliah
ini. Modul ini sangat penting bagi mahasiswa, di mana pada akhirnya mahasiswa mampu menjelaskan masalahmasalah dan kebijakan-kebijakan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta dapat menjelaskan kondisi perekonomian Indonesia.
Tujuan Umum Pembelajaran.
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sejarah perekonomian Indonesia.
Tujuan Khusus Pembelajaran.
Mahasiswa mampu menjelaskan; sejarah perekonomian Indonesia, mulai dari Masa Orde Lama; Orde Baru; Masa
Transisi ; Masa Reformasi; dan Pasca Reformasi (Periode Pemerintahan Megawati, SBY dan Jokowi)
Perkiraan Waktu : 90 menit
Peralatan Yang Diperlukan: white board; In focus; hand out
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
B. KEGIATAN BELAJAR
3
1. KEGIATAN BELAJAR II
a. Pokok Bahasan 2
Sejarah Perekonomian Indonesia
b. Sub Pokok Bahasan
1) Perekonomian Masa Orde Lama
2) Perekonomian Masa Orde Baru
3) Perekonomian Masa Transisi
4) Perekonomian Masa Reformasi
5) Perekonomian Masa Pasca Reformasi (Periode
Pemerintahan Megawati, SBY dan Jokowi)
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Orde Lama (1945-1967)
4
•
Selama pemerintahan Orde Lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat buruk. Walaupun
sempat mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata per tahun hampir 7% selama dekade
1950-an, dan setelah itu turun drastis menjadi rata-rata per tahun hanya 1,9% atau bahkan
nyaris mengalami stagflasi selama tahun 1965-1966, tahun 1965 dan 1966 laju pertumbuhan
ekonomi atau Produksi Domestik Bruto (PDB) masing-masing hanya sekitar 0,5% dan 0,6%.
•
Defisit saldo neraca pembayaran (BoP) dan defisit APBN juga terus membesar. Jumlah
pendapatan pemerintah rata-rata per tahun selama 1955-1965 sekitar 151 juta rupiah,
sedangkan pengeluaran pemerintah rata-rata per tahun pada periode yang sama 359 juta
rupiah (Mas’oed; 1989).
•
Buruknya perekonomian Indonesia selama Orde Lama terutama disebabkan oleh hancurnya
insfrastruktur ekonomi, fisik maupun non fisik, selama pendudukan Jepang, Perang Dunia II, dan
perang revolusi serta gejola politik dalam negeri, di tambah manajemen ekonomi yang sangat
buruk.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Sejumlah Kebijakan Penting Ekonomi
Pemerintahan Orde Lama
NO
KABINET ORDE LAMA
5
KEBIJAKAN
1
Kabinet Natsir
(1950-1951)
(Kabinet pertama
dalam negara NKRI)
Dirumuskan suatu perencanaan pembangunan ekonomi yang disebut Rencana
Urgensi Perekonomian (RUP). RUP digunakan pada kabinet selanjutnya untuk
merumuskan rencana pembangunan ekonomi lima tahun yang pada Orde Baru
disebut Repelita
2
Kabinet Sukiman
1951-1952
Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia
Penghapusan sistem kurs berganda
3
Kabinet Wilopo
1952-1953
Untuk pertama kali, memperkenalkan konsep anggaran berimbang dalam
keuangan pemerintah (APBN), memperketat impor, melakukan rasionalisasi
angkatan bersenjata melalui modernisasi dan pengurangan jumlah personil dan
penghematan pengeluaran pemerintah
4
Kabinet Ali
Sastroamidjojo I
1953-1955
Pembatasan impor dan kebijakan uang ketat
5
Kabinet Burhanuddin H
1955-1956
Liberalisasi impor,
Kebijakan uang ketat untuk mnekan laju uang beredar dan
Penyemprnaan program benteng (PB);
Membolehkan investasi asing masuk; bantuan khusus kepada pengusaha pribumi
6
Kebinet Djuanda
1957-1959
Kebijakan stabilitas politik dan nasionalisasi perusahaan Belanda
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Orde Baru (1967-1998)
6
•
Tepatnya sejak Maret 1966, Indonesia memasuki pemerintahan Orde Baru. Berbeda dengan Orde Lama,
pada Orde Baru perhatian pemerintah lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat
pembangunan ekonomi masyarakat.
•
Orde Baru menjalin kembali hubungan dengan Barat dan menjauhi ideologi komunisme. Indonesia juga
kembali menjadi anggota PBB dan lembaga-lembaga dunia lainnya seperti World Bank dan IMF. Kata
kunci dalam pembangunan ekonomi Indonesia masa Orde Baru adalah stabilitas dan pertumbuhan
ekonomi.
•
Sejumlah kebijakan penting ekonomi adalah; menekan kembali angka inflasi, mengurangi defisit keuangan
pemerintah; dan menghidupkan kembali kegiatan produksi termasuk ekspor; proses industrialisasi skala
besar; penyusunan rencana pembangunan lima tahun (Repelita) secara bertahap.
•
Keberhasilan pembangunan ekonomi era Orde Baru secara makro selain didorong oleh soliditas
pemerintahan, juga didorong oleh; penghasilan ekspor yang sangat besar dari minyak, terutama pada
periode oil boom pertama 1973-1974, pinjaman luar negeri dan PMA.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Kebijakan Ekonomi Orde Baru
KEBIJAKAN EKONOMI
7
NO
KEBIJAKAN
KETERANGAN
1
Jangka Pendek
Juli – Desember 1966 untuk
program pemulihan
Januari – Juni 1967 untuk
tahap rehabilitasi
Juli – Desember 1967 untuk
tahap konsolidasi
Januari – Juni 1968 untuk
tahap stabilisasi
a. Memperkenalkan kebijakan anggaran berimbang (balanced
budget policy)
b. Pembentukan IGGI
c. Melakukan reformasi terhadap sistem perbankan
UU tahun 1967 tentang Perbankan
UU tahun 1968 tentang Bank Sentral
Uu tahun 1968 tentang Bank Asing
d. Menjadi anggota kembali IMF
e. Pemberian peran yang lebih besar kepada bank bank dan
lembaga keuangan lain sebagai ’”agen pembangunan”.
2
Jangka Panjang
Repelita I 1969 – 1974
Sasaran: (a) stabilitas perekonomian; (b) pertumbuhan ekonomi;
dan (c) pemerataan hasil pembangunan
Repelita II 1974 – 1979
Sasaran: (a) pertumbuhan ekonomi; (b) pemerataan hasil
pembangunan; dan (c) stabilitas perekonomian
Repelita III 1979 – 1984
Repelita IV 1984 – 1989
Repelita V 1989 – 1994
Repelita VI 1994 – 1999
Sasaran: (a) pemerataan hasil pembangunan; (b) pertumbuhan
ekonomi dan (c) stabilitas perekonomian
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Prestasi dan Kondisi Ekonomi
Per REPELITA Masa Orde Baru
REPELITA
8
PRESTASI DAN KONDISI EKONOMI
Repelita I dan II
Pertumbuhan ekonomi 6 persen per tahun dan Investasi meningkat dari 11 persen menjadi 24 persen dari PDB
selama 10 tahun
Kontribusi tabungan meningkat dari 23 persen menjadi 55 persen
Sumber penghasilan utama devisa adalah ekspor minyak bumi kurang lebih 2/3 dari total penerimaan
Inflasi rata-rata 17 persen dan Porsi pelunasan hutang 9,3 persen dan 11,8 persen dari pengeluaran
Repelita III
Ekspor neto migas turun 38 persen; Ekspor nonmigas turun 30 persen; Impor non migas meningkat
Neraca berjalan (current account) dari suprlus US $2.7 milyar menjadi defisit US $6.7 milyar
PDB tumbuh hanya 2,24 persen; Laju inflasi rata-rata 9 persen; Porsi pelunasan hutang 17,3 persen dari pengeluaran
Repelita IV
Pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,32 persen; Beban hutang luar negeri menjadi membesar
Penghematan anggaran dan pengawasan serta penertiban penggunaan anggaran; Laju inflasi rata-rata 9 persen
Repelita V
Pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,7 persen; Ekspor komoditas non migas meningkat
Porsi pelunasan hutang 44,6 persen dari pengeluaran
Repelita VI
Target REPELITA VI tingkat rata-rata pertumbuhan per tahun:
Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 6,2 persen. Sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan 3,5 persen;
Sektor industri 9 persen; Sektor manufaktur diluar migas 10 persen; Sektor jasa 6,5 persen
Inflasi rata-rata 5 persen; Ekspor nonmigas 16,5 persen; Ekspor manufaktur 17,5 persen; Debt Service Ratio 20 persen;
PDB Rp 2,150 trilliun
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Pemerintahan Transisi (Habibie)
21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999
9
•
Bulan Juli 1997, krisis melanda Indonesia (kurs dari Rp 2.500 menjadi Rp 2.650.) BI mengintervensi, namun tidak mampu.
Sampai bulan Maret 1998 kurs melemah hingga Rp 10.550 dan bahkan menembus angka Rp 11.000/US$.
•
Langkah konkrit untuk mengatasi krisis:
Penundaan proyek Rp 39 trilyun untuk mengimbangi keterbatasan anggaran Negara
BI melakukan intervensi ke bursa valas
Meminta bantuan IMF dengan memperoleh paket bantuan keuangan US$ 23 Milyar pada bulan Nopember 1997.
Mencabut ijin usaha 16 bank swasta yang tidak sehat
•
Januari 1998 pemerintah Indonesia menandatangani nota kesepakatan (LOI) dengan IMF yang mencakup 50 butir
kebijakan yang mencakup:
Kebijakan ekonomi makro (fiscal dan moneter) mencakup: penggunaan prinsip anggaran berimbang;
pengurangan pengeluaran pemerintah seperti pengurangan subsidi BBM dan listrik; pembatalan proyek besar;
dan peningkatan pendapatan pemerintah dengan mencabut semua fasilitas perpajakan, penangguhan PPN,
pengenaan pajak tambahan terhadap bensin, memperbaiki audit PPN, dan memperbanyak obyek pajak.
Restrukturisasi sektor keuangan
Reformasi struktural
•
Bantuan gagal diberikan, karena pemerintah Indonesia tidak melaksanakan kesepakatan dengan IMF yang telah
ditandatangani.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Reformasi (Abdurrahman Wahid)
20 Oktober 1999- 23 Juli 2001
10
Kondisi:
• Tahun 2000 pertumbuhan ekonomi 5%
• Kondisi moneter stabil ( inflasi dan suku bunga rendah)
• Tahun 2001, pelaku bisnis dan masyarakat kurang percaya kepada pemerintahan sebagai
akibat dari pernyataan Presiden yang kontroversial, dan perseteruan dengan DPR.
• Bulan Maret 2000, cadangan devisa menurun dari US$ 29 milyar menjadi US$ 28,875 milyar
• Hubungan dengan IMF menjadi tidak baik sebagai akibat dari: penundaan pelaksanaan
amandemen UU No. 23 tahun 1999 mengenai Bank Indonesia; penerapan otonomi daerah
(terutama kebebasan untuk hutang pemerintah daerah dari LN); dan revisi APBN 2001.
• Tahun 2001, pertumbuhan ekonomi cenderung negative, IHSG merosot lebih dari 300 poin, dan
nilai tukar rupiah melemah dari Rp 7.000 menjadi Rp 10.000 per US$.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Pemerintahan Megawati S
23 Juli 2001-20 Oktober 2004
11
Kondisi:
• SBI 17%
• Bunga deposito 18%
• Inflasi periode Juli – Juli 2001 13,5% dengan asumsi
inflasi 9,4% setelah dilakukan revisi APBN
• Pertumbuhan PDB 2002 sebesar 3,66% dibawah target
4% sebagai akibat dari kurang berkembangnya
investasi swasta (PMDN dan PMA), ketidakstabilan
politik, dan belum ada kepastian hukum.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Capaian Kinerja Bidang Ekonomi
Pemerintahan SBY 2004-2014
12
CAPAIAN
Cadangan devisa terbesar US$124,6 miliar (akhir Agustus 2011)
Kenaikan nilai IHSG meroket tajam hingga mencapai lebih dari 400% selama 2009-2014
Indonesia menjadi anggota G-20, yaitu kelompok negara-negara di dunia yang dianggap memiliki kekuatan ekonomi
signifikan
Rasio utang luar negeri terhadap PDB merosot tajam (2013, sebesar 23, 4%)
Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan konsisten, kurang lebih rata-rata enam persen
Volume perdagangan indonesia juga mencapai 400 miliar USD dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yang juga tertinggi
dalam sejarah.
Nilai investasi baik dari luar negeri maupun dalam negeri dalam 10 tahun terakhir mencapai Rp 2.296,6 triliun
Pendapatan per kapita per tahun Indonesia naik 3 kali lipat selama 10 tahun terakhir. Di tahun 2004 pendapatan per
kapita kita adalah US$ 1.161, sementara di tahun 2012 mencapai US$ 3.557.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Catatan Negatif Perekonomian Indonesia
Periode SBY 2004-2014
13
1.
Ketimpangan melebar dengan meningkatnya Rasio Gini sebesar 0,5 persen. "Jika pada 2004 sebesar 0,32 persen; tahun 2013 menjadi 0,41
persen.
2. Penurunan kontribusi sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), jika tahun 2004 sumbangan industri terhadap PDB nasional
berada di angka 28 persen, namun 2013 konstribusi yang disumbang industri hanya sebesar 23,5 persen.
3. Terjadi defisit neraca perdagangan dari surplus pada 2004 sebesar US$ 25,06 miliar menjadi defisit US$ 4,06 miliar pada 2013.
4. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dibarengi penciptaan lapangan kerja. Sehingga, elastisitas 1 persen pertumbuhan dalam
membuka lapangan kerja turun dari 436 ribu menjadi 164 ribu atau turun 272 ribu.
5. Efisiensi ekonomi semakin memburuk, hal ini dibuktikan dengan naiknya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dari 4,17 menjadi 4,5.
Beberapa hal yang menghambat efisiensi yakni lambannya birokrasi, merajalelanya korupsi, dan keterbatasan infrastruktur.
6. Menurunnya tax ratio dari 12,2 persen menjadi 10,8 persen pada 2013.
7. Kesejahteraan petani menurun 0,92 persen; Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan
indeks harga yang dibayar petani (IB). "Jika 2004 NTP sebesar 102, namun 2013 hanya 101,96.
8. Utang pemerintah mencemaskan. Terdapat penurunan rasio utang terhadap PDB, namun utang per kapita naik US$ 531,29 per penduduk
pada 2005 menjadi US$ 1.002,69 per penduduk. Pembayaran bunga utang menyedot rata-rata 13,6 persen anggaran pusat, dengan
realisasi pembayaran rata-rata 92,7 persen per tahun sepanjang 2005-2013.
9. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) naik namun disertai defisit keseimbangan primer. "Tahun 2004 keseimbangan primer surplus
1,83 persen dari PDB; tahun 2013 malah defisit 1,19 persen
10. Postur APBN semakin tidak proporsional, boros dan semakin didominasi pengeluaran rutin dan birokrasi. Perinciannya belanja birokrasi
naik dari 16,23 persen menjadi 22,17 persen pada 2013, kemudian subsidi energi naik dari 16,2 persen menjadi 20,89 persen, serta
belanja modal hanya naik tipis dari 6,4 persen menjadi 8,06 persen.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Perekonomian Indonesia
Periode Jokowi-JK
14
Kondisi Perekonomian
• Subsidi BBM (premium) dicabut alias 0, berlaku mulai APBNP 2015 karena
dianggap membebani keuangan negara.
• Kurang dari 1 bulan setelah dilantik, Harga BBM dinaikkan dari Rp 6.500/liter
Menjadi Rp. 8.500/liter. Harga BBM diserahkan pada mekanisme pasar (naikturun mengikuti harga minyak mentah dunia).
• Nilai kurs rupiah terhadap dollar merosot tajam, pernah menyentuh Rp.
14.700/dolar pada 2 Oktober 2015
• Serbuan ribuan tenaga kerja asing
• Target pertumbuhan ekonomi 2015 sulit tercapai, kurang dari 5%
• Gelombang PHK pada sejumlah perusahaan berbahan baku impor
• Mulai terjadi perlambatan/krisis ekonomi
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Paket Kebijakan Jokowi-JK
Dalam Menghadapi Perlambatan Ekonomi (1)
KEBIJAKAN
EKONOMI
TANGGAL
15
ISI KEBIJAKAN
Tahap I
9 September
2015
Mencakup dorongan terhadap daya saing industri nasional melalui deregulasi, penegakan
hukum dan kepastian usaha.
Tahap II
29 September
2015
Kemudahan layanan investasi 3 jam; Pengurusan tax allowance dan tax holiday lebih cepat;
Pemerintah tak pungut PPN untuk alat transportasi; Insentif fasilitas di kawasan pusat logistik
berikat; Insentif pengurangan pajak bunga deposito; Perampingan izin sektor kehutanan
Tahap III
7 Oktober 2015
Penurunan tarif listrik dan harga BBM (solar) serta gas; Perluasan penerima KUR;
Penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman modal.
Tahap IV
15 Oktober 2015.
Berisi tiga poin, yakni berkaitan dengan sistem pengupahan; tindak lanjut dari kredit usaha
rakyat dan kredit UKM untuk ekspor; serta mencegah PHK
Tahap V
21 Oktober 2015
Pengurangan tarif pajak penghasilan (pph) untuk perusahaan yang melakukan revaluasi aset
dan menghilangkan pajak berganda dana investasi real estate, properti, dan infrastruktur;
kebijakan deregulasi bagi industri perbankan syariah.
Tahap VI
5 November
2015
(i) upaya menggerakkan perekonomian di wilayah pinggiran dengan pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), (ii) penyediaan air untuk masyarakat secara berkelanjutan
dan berkeadilan, (iii) simplifikasi perizinan di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
Paket Kebijakan Jokowi-JK
Dalam Menghadapi Perlambatan Ekonomi (2)
KEBIJAKAN
EKONOMI
TANGGAL
16
ISI KEBIJAKAN
Tahap VII
4 desember
2015
Pertama, penambahan kemudahan pada izin investasi. Kedua, keringanan pajak penghasilan
(PPh) bagi industri padat karya selama 2 tahun. ketiga mengenai percepatan kemudahan
sertifikasi tanah rakyat dalam rangka kepastian hak atas tanah dan mendorong pembangunan
ekonomi masyarakat.
Tahap VIII
21 Desember
2016
Pertama adalah one map policy atau kebijakan 1 peta. Kedua, mempercepat pembangunan
kilang minyak untuk meningkatkan produksi kilang minyak di Indonesia. Ketiga, pemberian
insentif bagi jasa pemeliharaan pesawat
Tahap IX
27 Januari 2016
Bertumpu pada percepatan pembangunan infrastruktur tenaga listrik, stabilisasi harga daging,
dan peningkatan sektor logistik desa-Kota
Tahap X
10 februari 2016
Revisi atau perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI).Peraturan soal DNI tertuang dalam Perpres
No 39/2014 tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Terbuka dengan
Persyaratan. Revisi dilakukan, untuk membuka keran investasi yang lebih luas.
Tahap XI
29 Maret 2016
Pertama, mendorong kegiatan ekspor dari pelaku UMKM, Kedua, fasilitas pengurangan bea dan
pajak untuk penerbitan Dana Investasi Real Estate (DIRE). Ketiga, mempercepat pelayanan
kegiatan ekspor-impor. Keempat, diterbitkan Instruksi Presiden untuk mempercepat kemandirian
dan peningkatan daya saing industri obat dan alat kesehatan.
Tahap XII
18 April 2016
Fokus untuk memperbaiki peringkat kemudahan berbisnis (ease of doing business/EoDB)
Indonesia, yang saat ini berada di peringkat 109. Pemerintah menargetkan memperbaiki
peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia dari peringkat 109 menjadi peringkat 40
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
C. PENUTUP
17
• Setelah mempelajari pokok bahasan 2
dalam modul ini, mahasiswa diharapkan
dapat memahami dan menjelaskan
dengan baik sejarah perekonomian
Indonesia, mulai dari era Orde Lama
hingga pemerintahan saat ini.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, E-mail: dosen01066@unpam.ac.id
REFERENCES
18
Basri, Faisal, dan Munandar, Haris, 2009. Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan
Renungan Terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek
Perekonomian Indonesia, Jakarta; Prenada Media Group
Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga
Latumaerissa, Julius R, 2015. Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi Global,
Jakarta, Mitra Wacana Media
Mubyarto, 1987. Ekonomi Pancasila: Gagasan dan kemungkinan. Jakarta: LP3ES
Suroso, 1994. Perekonomian Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tambunan, Tulus T.H., 2015. Perekonomian Indonesia: Era Orde Lama Hingga Jokowi,
Jakarta; Ghalia Indonesia
Yustika, Ahmad Erani, 2010. Dari Krisis ke Krisis: Potret Terkini Perekonomian Indonesia, UB
Press
Catatan:
Dianjurkan untuk selalu mengikuti publikasi tentang perkembangan ekonomi Indonesia
baik dari jurnal cetak maupun Online dan penerbitan ekonomi aktual.
Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Yusa’ Farchan, M.Si. NIDN 0412078205
Prodi Akuntansi Universitas Pamulang, Tangerang Selatan. E-mail: dosen01066@unpam.ac.id