KORBAN DATING VIOLENCE PADA MAHASISWA DA

KORBAN DATING VIOLENCE PADA MAHASISWA
(DAMPAK PERENCANAAN KARIR DAN HUBUNGAN SOSIAL)
Faisal Nouval GE-HA
Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
amandamasyanouval@yahoo.co.id
Abstrak. Mahasiswa berada pada masa perkembangan remaja akhir dan dewasa
dini, dimana merupakan masa untuk mencapai hubungan yang lebih matang
dengan lawan jenis, atau pacaran. Sebagian remaja menganggap pacaran adalah
hal yang menyenangkan, meski tidak sedikit pula yang melewati romansa pacaran
dengan berbagai pengalaman yang tidak menyenangkan seperti kekerasan.
Kekerasan dalam pacaran telah banyak terjadi di Indonesia, dan memungkinkan
pula terjadi di kampus tempat mahasiswa mengenyam pendidikan. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan dampak dan perencanaaan masa depan korban
serta faktor penyeban pelaku kekerasan ditinjau dari perspektif teori Maslow dan
perkembangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
landasan fenomenologis. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 7 orang
mahasiswa diketahui bahwa mereka mendapatkan kekerasan emosi, seksual, fisik,
dan ekonomi. Dampak dari kekerasan dalam pacaran cukup mempengaruhi
perencanaan masa depan mereka, yang meliputi karir, hubungan khusus dengan
lawan jenis dan juga hubungan pertemanan dengan lawan jenis.
Kata Kunci: Dating Violence, Dampak, Perencanaan Masa Depan

PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa untuk mencapai hubungan baru yang lebih
matang dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun perempuan. Biasanya remaja
dalam masa ini akan lebih banyak berada dalam dunia pergaulannya dan
kelompoknya. Masa remaja juga seringkali ”dibumbui” dengan hubungan khusus
dengan lawan jenis, atau yang biasa kita sebut dengan ”pacaran”. Pacaran adalah
hal yang menyenangkan bagi remaja. Namun, tidak sedikit pula yang melewati
romantika pacaran dengan berbagai pengalaman yang tidak menyenangkan,
terutama dalam hal mendapatkan perlakuan kasar dari sang pacar, baik perlakuan
secara fisik maupun perlakuan secara psikis.
PKBI Yogyakarta mendapatkan bahwa dari bulan Januari hingga Juni 2001
saja terdapat 47 kasus kekerasan dalam berpacaran, 57% diantaranya adalah
kekerasan

emosional, 20% mengaku mengalami kekerasan seksual, 15%

mengalami kekerasan fisik, dan 8% lainya merupakan kekerasan ekonomi.

Umumnya pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal di luar dugaan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktivitas pacaran pelajar dan mahasiswa

sekarang ini cenderung sampai pada tingkat yang terlalu jauh. Aktivitas pacaran
tidak hanya sekedar ngobrol atau jalan bareng tetapi ciuman, pelukan, rabaan,
petting, bahkan bersetubuh layaknya pasangan suami istri sudah merupakan hal
biasa. Alasanya karena cinta, sayang, dan alasan-alasan lainnya. Atas dasar alasanalasan tersebut pulalah apabila terjadi kekerasan dalam pacaran korban tidak
mempermasalahkannya. Seringkali korban justru menyalahkan diri sendiri dan
merasa pantas diperlakukan seperti itu sebagai hukuman atas ketidakmampuannya
menjaga hubungan baik yang terjalin bersama pacarnya.
Murray (2006:10) mendefinisikan kekerasan dalam berpacaran sebagai
”penggunaan dengan sengaja taktik kekerasan dan tekanan fisik untuk
mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan dan control terhadap pasangan
intimnya”, sedangkan Zulfa (2004) menuliskan bahwa bentuk kekerasan dalam
pacaran ada empat jenis, yaitu serangan terhadap fisik, mental/psikis, ekonomi,
dan seksual. Hurlock (2004:246) menyebutkan bahwa rentang usia dewasa dini
adalah antara umur 18-40 tahun. Usia dewasa dini merupakan masa ketegangan
emosional, masa komitmen, dan masa ketergantungan. Dating violence tentunya
berdampak sangat besar bagi korbannya. Entah secara fisik maupun psikis. Oleh
karena itulah diperlukan penelitian menggunakan metode studi kasus terhadap
korban-korban dampak-dampaknya dan perencanaan masa depan dari para korban
tersebut meliputi perencanaan karir dan hubungan sosial.
METODE

Metode penelitian ini meliputi setting penelitian dengan latar (setting)
penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Bisa dikatakan
lebih dari setengah jumlah mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang tersebar
pada delapan fakultas pastinya pernah berpacaran dan mengalami kekerasan
dalam pacaran (dating violence). Penelitian ini berfokus pada tindakan kekerasan
dalam berpacaran atau dating violence, dimana kekerasan itu meliputi empat hal,
yakni kekerasan fisik, kekerasan emosi, kekerasan seksual dan kekerasan
ekonomi.

Subyek Penelitian dimana yang menjadi sumber data dan subyek
penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Negeri Semarang dari berbagai
fakultas dan tahun angkatan. Subyek penelitian berjumlah 7 orang mahasiswa
UNNES. Pendekatan yang dilakukan

merupakan penelitian kualitatif dengan

landasan fenomenologi, dimana penelitian ini merupakan studi tentang kesadaran
dari perspektif pokok seseorang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
didapat melalui tahap-tahap penetapan subyek penelitian, pembagian angket pada
subyek penelitian, wawancara mendalam (in-depth interview), observasi, dan

penggunaan dokumen.
Teknik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif, dimana analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu (Milles dan Huberman dalam Sugiyono, 2006:276). Teknik keabsahan
data dilakukan melalui teknik triangulasi. Pemeriksaan keabsahan data dengan
teknik triangulasi dilakukan dengan membandingkan suatu data dengan data yang
lain (Moleong,2005). Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalan triangulasi sumber dan teknik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Setting Penelitian
Setting penelitian korban kekerasan dalam pacaran merupakan tempat
tinggal yang terdapat peraturan, baik diterapkan secara ketat maupun tidak,
disamping kurang keeratanya dalam tempat tinggal tersebut serta lebih pada
penyerahan tanggung jawab pada diri masing-masing mahasiswa, yang nyatanya
malah lebih sering diselewengkan daripada dijalani dengan baik dan benar.
Kekerasan yang Dialami
Terdapat 7 (tujuh) subyek penelitian, satu diantaranya adalah mahasiswa
laki-laki dan 6 yang lainya adalah mahasiswa perempuan. Adapun subyek-subyek

tersebut yakni, (semua subyek menggunakan nama samaran atau inisial). DW
mengalami kekerasan emosi dan kekerasan seksual, HN mengalami kekerasaan
emosi dan seksual, BB mengalami kekerasan emosi dan kekerasan seksual, Egi
mengalami kekerasan emosi dan kekerasan fisik, Hari mengalami kekerasan

emosi, seksual, ekonomi dan fisik. Sedangkan Bunga mengalami kekerasan
seksual, dan Zee mengalami kekerasan emosi.
Adapun dampak-dampaknya yaitu korban merasa kecewa terhadap pelaku,
korban membenci pelaku, korban menyesal telah melakukan hal yang diinginkan
pelaku, korban merasa nista pada dirinya sendiri, korban merasa tertekan dengan
pemaksaan yang dilakukan pelaku, korban merasa trauma, takut, bahkan paranoid
terhadap sesuatu/lawan jenisnya meski bukan mengenai pelaku, dan pemikiran
korban terhadap lawan jenisnya sempat tergeneralisasi.
Bentuk Kekerasan
Kekerasan emosional berupa pertengkaran, pemaksaan yang berulangulang, sehingga menimbulkan rasa takut, rasa bersalah, tertekan, penyesalan, dan
malu. Kekerasan fisik berupa tamparan pada wajah dan pukulan di bagian tubuh
korban sehingga menimbulkan rasa sakit, nyeri, dan memar (berubah warna).
Kekerasan seksual mulai dari pegangan tangan yang menjalar menjadi
berpelukan, cium pipi, kening, leher (necking), dan alat kelamin. Selain itu
terdapat ciuman kering dan basah, rabaan, dan melakukan hubungan seksual

(intercourse). Kekerasan ekonomi berupa pemaksaan untuk mengeluarkan uang
demi kesenangan pelaku misanya, minta makan, dibelikan baju, dibelikan sesuatu,
nginep di hotel yang mewah.
Kontak verbal langsung berupa perilaku yang termasuk dalam kategori ini
adalah seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu,
memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs),
mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip. Sedangkan
perilaku non-verbal langsung berupa melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam;
biasanya disertai oleh perpeloncoan fisik atau verbal.
Pembahasan
Perencanaan Masa Depan
Kebutuhan untuk memperoleh rasa aman berperan banyak dalam
perencanaan masa depan , karena terdapat subyek lebih memasrahkan pada orang
tuanya

mengenai

pasangan


hidup

nantinya,

dan

subyek

masih

ingin

mempertahankan hubunganya dengan pelaku. Selain itu kebutuhan sosial juga

ingin terpenuhi karena subyek merasa menutup diri dari lingkungan sosial
pergaulanya, subyek kesulitan membuka diri pada lawan jenisnya.
Perencanaan Karir
Peran kebutuhan pengaktualisasi diri terhadap kebutuhan akan rasa aman
berada dalam kekerasan emosi dimana subyek melakukan sikap membiarkan dan
menganggapnya hal yang lazim dalam pacaran. Kebanyakan dari mereka siap

dalam menghadapi hubungan baru jika hubungan lama mereka berakhir karena
kekerasan emosi. Meski ada juga subyek yang merasa kurang bisa membuka diri
pada lawan jenis.
Kekerasan fisik yaitu adanya perasaan kecewa, takut, trauma, hingga
paranoid. Selain itu adapun wujud perasaan itu dilakukan dengan diam sejenak
namun tetap kembali pada pelaku. Subyek lebih berfikir bahwa mengalah adalah
hal terbaik dan kekerasan fisik yang diterima belum tentu seutuhnya kesalahan
dari pelaku, namun subjek juga berperan dalam kekerasan yang dialaminya.
Kekerasan seksual lebih mengarah pada perasaan kecewa, trauma, takut
pada pelaku, dan paranoid pada orang lain, malu dan ”jijik” ketika melihat orang
lain sedang melakukan hal yang sama seperti dirinya. Kekerasan ekonomi lebih
pada tertekan hatinya dan pusing terhadap segi ekonomis korban karena harus
selalu menuruti apa yang diinginkan pelaku.
Faktor Pelaku Melakukan Dating violence dilihat dari perspektif
kebutuhan fisiologis biasanya Seseorang yang punya kebiasaaan melakukan
kekerasan terhadap pasangannya akan cenderung mengulangi lagi, karena hal itu
sudah menjadi bagian kepribadiannya, sebagai cara penyelesaian konflik atau
masalah. Kemudian pada masa dewasa awal dalam Santhrock (2002: 91) terdapat
perilaku seksual yang memaksa dimana beberapa individu memaksa orang lain
untuk melakukan kegiatan seksual.

Kebutuhan Keamanan dan Rasa Aman
Kekerasan dalam pacaran sering kali dimulai dari hal yang sederhana. Kita
membiarkannya terjadi karena menganggap tidak ada risiko besar yang menjadi
konsekuensi dari ”pembiaran”, dan perkataan rasionalitas misalnya, ”Lagian kan
dia pacarku!” atau ”Sesekali bolehlah!”. Dimana

perempuan lebih banyak

menjadi korban dibandingkan laki-laki karena pada dasarnya kekerasan ini terjadi

karena adanya ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan yang
dianut oleh masyarakat luas. Ketidakadilan dalam hal jender selama ini telah
terpatri dalam kehidupan sehari-hari, bahwa seorang perempuan biasa dianggap
sebagai makhluk yang lemah, penurut, pasif, mengutamakan kepentingan laki-laki
dan lain sebagainya, sehingga dirasa “pantas” menerima perlakuan yang tidak
wajar atau semena-mena.
Kebutuhan Sosial
Memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan
menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat
mendalam. Berdasar hasil analisis tersebut, Maslow menyusun sejumlah

kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik pribadi-pribadi yang telah
beraktualisasi yaitu cemburu yang berlebihan seperti mencurigai setiap tindakan
sosial yang anda lakukan, kontrol diri yang labil misalnya, emosi tinggi, atau
emosi yang "naik-turun" dengan cepat, mengolok-olok, mencaci, membentak. Hal
ini cenderung menyebabkan intimidasi, mengancam melakukan tindakan
kekerasan seperti akan memukul, menampar, mengisolasi sehingga membuat anda
tidak leluasa bersosialisasi, menjauhkan anda dari lingkar pertemanan.
Kebutuhan Harga Diri
Pria percaya bahwa mereka berhak mengontrol pacarnya, mereka harus
berani melakukan kekerasan fisik supaya terlihat jantan. Pria bisa kelihatan
lembek kalau terlalu perhatian ke pacarnya. Sementara perempuan yakin
kecemburuan pacarnya itu tanda romantis dan perempuanlah yang bertanggung
jawab menyelesaikan masalah dalam pacaran. Menganggap pasangan sebagai
barang yang bebas diapa-apain juga menjadi pemicu. Akarnya rasa posesif itu
sendiri kemudian termanifestasi dalam kekerasan.
Kebutuhan akan penghargaan atau pengakuan (esteem needs). Maslow
membagi level ini lebih lanjut menjadi dua tipe, yakni tipe bawah dan tipe atas.
Tipe bawah meliputi kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status,
perhatian, reputasi, kebanggaan diri, dan kemashyuran. Tipe atas terdiri atas
penghargaan oleh diri sendiri, kebebasan, kecakapan, keterampilan, dan

kemampuan khusus (spesialisasi). Apa yang membedakan kedua tipe adalah
sumber dari rasa harga diri yang diperoleh. Pada self esteem tipe bawah, rasa

harga diri dan pengakuan diberikan oleh orang lain. Akibatnya rasa harga diri
hanya muncul selama orang lain mengatakan demikian, dan hilang saat orang
mengabaikannya. Situasi tersebut tidak akan terjadi pada self esteem tipe atas.
Pada tingkat ini perasaan berharga diperoleh secara mandiri dan tidak tergantung
kepada penilaian orang lain.
Teori perkembangan terdapat konsep peran seks dewasa (Hurlock,2004:
267) yaitu konsep tradisional menekankan suatu pola perilaku tertentu yang tidak
memperhitungkan minat dan kemampuan individual. Peran-peran ini menekankan
superioritas maskulin dan tidak dapat mentolerir setiap sifat yang memberi kesan
kewanitaan atau pekerjaan yang dianggap pekerjaan wanita.
Kebutuhan Aktualisasi Diri dan Pemenuhan Diri
Setiap orang ingin mengaplikasikan semua talenta yang dimiliki. Dengan
bekerja maka individu memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan semua
kemampuan yang dimilikinya atau dengan kata lain bekerja memungkinkan
seseorang

untuk

dapat

mengaktualisasikan

dirinya.

Lewat

pekerjaan,

menghasilkan suatu karya cipta dan akan memperoleh pengakuan atau hasil karya
tersebut, sehingga akan semakin memiliki diri yang positif dan memiliki rasa
percaya diri yang tinggi.
Ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban tidak berperilaku
sesuai dengan yang diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut korban
perempuan), dan iri hati (menurut korban perempuan). Adapun korban juga
mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban perpeloncoan karena penampilan
yang menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan,
dan tradisi.
Psikolog Pamela Brewer MSW PhD mengatakan, kekerasan emosional
adalah keadaan emosi yang sengaja dibuat oleh seseorang untuk mengendalikan
pasangannya. Misalnya mengejek, curiga berlebihan, selalu menyalahkan pacar,
mengekang dan lain sebagainya. Dan jangan kira hanya perempuan yang
mengalami kekerasan emosional. Pria pun juga bisa menderita. Tapi, sampai di
mana sebuah hubungan bisa disebut diwarnai kekerasan emosional? Ketika
hubungan itu sudah merusak. (Seperti) kalau pacar melarang kita untuk bergaul,
itu kan artinya menghambat kehidupan sosial. Itu sudah merusak.

Faktor Korban Menerima Dating Vioelence
Pertama kebutuhan fisiologis, minat seks dan perilaku seks dilakukan
untuk menguasai tugas perkembangan yang penting dalam pembentukan
hubungan–hubungan baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis dan dalam
memainkan peran yang tepat dengan seksnya. Hal ini diperoleh dari minat remaja
dan keingintahuan tentang seks. Remaja pun untuk mendapatkan tujuannya bisa
dengan melakukan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu, atau
bersanggama.
Pola heteroseksual, sekarang ini waktu berkencan lebih cepat dimulai
dengan generasi sebelumnya. Berkencan mempunyai banyak tujuan dalam
kehidupan remaja selain itu dengan kecenderungan mendirikan kos-kosan dalam
lingkungan perguruan tinggi, dengan mengendornya

pembatasan waktu

berkunjung serta pengawasan yang kurang ketat untuk masuk kos-kosan antara
lawan jenis, maka kebiasaan hidup bersama sebelum menikah menjadi suatu pola
yang diterima oleh remaja yang lebih besar. Dan para mahasiswa akan menikmati
kebebasan yang lebih karena jauh dari pengawasan orang tua secara langsung.
Juga terdapat peningkatan dalam kehidupan komunal yang mengikuti gaya hidup
kebudayaan. Ada banyak alasan untuk mengikuti pola yang baru bahwasanya
adanya keyakinan bahwa hal ini harus dilakukan karena semua orang
melakukannya. Sekarang dianggap benar dan normal atau paling sedikit
diperbolehkan, bahkan hubungan seks sebelum menkah dianggap benar apabila
orang saling terlibat saling mencintai dan saling terikat. Senggama yang disertai
kasih saying lebih diterima apalagi hanya sekedar bercumbu melepakan nafsu.
Remaja saat ini mengganggap bahwa ungkapan cinta dan perasaan kasih sayang
apapun bentuknya adalah baik sejauh kedua pasangan saling tertarik, selain itu
hubungan seks dilakukan karena orang lain pun melakukannya demi kesenangan
dan peristiwa sosial.
Hurlock (2004: 228) Alasan-alasan yang umum untuk berkencan selama
masa remaja yaitu dalam masa pacaran terdapat pola pacaran, berkencan berperan
penting. Karena remaja jatuh cinta dan berharap serta merencanakan perkawinan,
ia sendiri harus memikirkan sungguh-sunguh masalah keserasian pasangan kencan
sebagai teman hidup. Selain itu pemilihan teman hidup dimana remaja yang ingin

menikah, oleh karena itu ada anggapan berkencan sebagai kesempatan untuk
menjajagi beberapa pasangan kencan apakah ada diantara mereka yang
mempunyai sifat-sifat yang diinginkan sebagai teman hidup di masa depan yang
terutama ditekankan adalah persesuaian minat, temperamen, dan cara-cara
mengungkapkan kasih sayang. Sifat-sifat yang sesuai tersebut membenarkan
mereka melakukan cumbu yang berat, dan sanggama. Banyak remaja yang
bermaksud cepat menikah memandang kencan sebagai cara percobaan atau usaha
untuk mendapatkan teman hidup.
Kedua, kebutuhan sosial berupa cinta dan rasa memiliki (love and
belonging needs), persahabatan, perasaan memiliki serta diterima dalam
kelompok akan cinta Ketika kita menginginkan sebuah persahabatan, menjadi
bagian dari sebuah kelompok, dan yang lebih bersifat pribadi seperti mencari
kekasih atau memiliki anak, itu adalah pengaruh dari munculnya kebutuhan ini
setelah kebutuhan dasar dan rasa aman terpenuhi.
Ketiga kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri, berdasarkan data
Komnas Perempuan, sepanjang tahun 2005 tercatat sebanyak 20.391 kasus
kekerasan terhadap perempuan. 3,82% diantaranya atau sekitar 635 kasus adalah
Kekerasan Dalam Pacaran (Republika, 15 April 2006). Jumlah sebenarnya bisa
jadi lebih banyak sebab korban enggan melaporkan kekerasan yang dialaminya.
Mereka menganggap apa yang mereka alami adalah masalah pribadi yang tidak
perlu diketahui orang lain. Selain itu pelaku umumnya mengancam korban agar
tidak melaporkan kepada pihak yang berwenang karena takut akan sanksi hukum
yang dapat menjerat mereka.
Kasus kekerasan yang tidak dilaporkan biasanya karena korban merasa
takut akibat ancaman oleh pacar, atau karena iba karena pelaku memohon maaf
sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa
pelaku benar-benar menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi.
Hurlock ( 2004: 246) menyebutkan bahwa rentang usia dewasa dini adalah
abatara umur 18-40 tahun dan merupakan masa ketegangan emosional, masa
komitmen, dan masa ketergantungan. Tugas perkembangn pada masa dewasa dini
adalah mulai bekerja, memlih pasangan, mulai membina keluarga, mengasuh

anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga negara,
mencari kelompok sosial yang meyenangkan, dan belajar hidup dengan tunangan.
Disinilah menyebutkan bahwa berpacaran merupakan salah satu tugas
perkembangan mahasiswa sebagai individu yang berada pada masa dewasa dini
(awal). Dan melalui berpacaran individu-individu tersebut saling belajar hidup
dengan pasangannya untuk bekal membina keluarga.
Pendekatan Kebutuhan
Menurut Teori Kebutuhan Maslow, kebutuhan manusia terbagi atas lima
tingkatan. (Alwisol, 2004: 243-246)
Bagan 1. Hirarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan fisiologis
Teoritis: makan, minum, perumahan, seks, istirahat
Terapan: ruang istirahat, udara bersih, air untuk minum, cuti, balas
jasa, jaminan sosial periode istirahat

Kebutuhan keamanan dan rasa aman
Teoritis: perlindungan dan stabilitas
Terapan: pengembangan karyawan, kondisi kerja yang aman, serikat
kerja, rencana senioritas, jaminan pensiun, asuransi

Kebutuhan sosial
Teoritis: cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima dalam
kelompok
Terapan: kelompok kerja formal dan informal, acara peringatan

Kebutuhan harga diri
Teoritis: status atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan,
reputasi
Terapan: kekuasaan, ego, promosi, hadiah, status, simbol,

Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri
Teoritis: penggunaan potensi diri, pengembangan diri
Terapan: menyelesaikan penugasan-penugasan yang bersifat
menantang, melakukan pekerjaan kreatif, pengembangan keterampilan

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dipaparkan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa ditemukan beberapa faktor penyebab pelaku melakukan
dating violence pada korban dilihat melalui teori Maslow yakni kebutuhan
fisiologis berupa perilaku seks, kebutuhan sosial berupa rasa kasih sayang dan
cinta, kebutuhan akan harga diri berupa kekuasaan dan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri melalui cara-cara yang dilakukan serta kebutuhan
neurotik pelaku. Terdapat juga dalam teori perkembangan dewasa dini dalam
rentang usia 18-40 tahun dimana terdapat konsep peran seks tradisional yang
peran-peran ini menekankan superioritas maskulin dan tidak dapat mentolerir
setiap sifat yang memberi kesan kewanitaan atau pekerjaan yang dianggap
pekerjaan wanita.
Daftar Pustaka
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press
Boeree. George. 2007. Personality Theoris. Yogyakarata: PRISMASOPHIE
Brewer, Pamela. 2006. Kekerasan Emosional Dalam Pacaran, Diam-Diam
Mematikan.

Jakarta

:

Kompas

2006.

Available

at

http://denmasagoenk.wordpress.com/2007/11/19/kekerasan-dalampacaran/ (diunduh 17/10/2012)
Hurlock, Elisabeth B. 2004. Psikologi Perkembangan. Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
Komnas Perempuan. 2006. Kekerasan Terhadap Perempuan. Available at
www.republika-wordpress.com (diunduh 15/08/2012)
Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung :
Rosdakarya.
Murray, Jill. 2006. But I Love

Him

(Mencegah Kekerasan dan Dominasi

Rasanya dalam Berpacaran). Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer.
Santrock, John W. 2002. Life Span Development. Jakarta : Erlangga
Seminar PKBI. 2006. Kekerasan pada Pasangan dalam Berpacaran (Sebuah
Studi Tentang Viktimisasi Perempuan). Makalah disajikan pada Seminar
PKBI di Banjar pada tanggal 31 Agustus 2006. Banjar.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Tim Kompas.2005. Kekerasan Dalam Berpacaran. Available at www.kompaswordpress.com (diunduh 17/10/2012)
Zulfah. 2004. Kekerasan Dalam Berpacaran: Sebuah Fenomena yang Terjadi pada
Remaja. Available at www.situs.mitrainti.org. (diunduh 17/10/2012)

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25