Penerapan Spektrometri dalam Analisis Industri dan Lingkungan
Yuli Rohyami, S.Si., M.Sc.
Penerapan Spektrometri
dalam Analisis Industri dan
LingkunganProdi D III Analisis Kimia
Pemantauan kualitas air
Parameter fsika, kimia, biologi,
Pemantauan air limbah industri
Page 3
Titik pengambilan sampel chec k
Parameter kimia
IPAL chec k chec k
chec k
Pengujian kualitas produk industri
Uji standar produk
SNI/ASTM
Uji kromSenyawa organik Kalium Cemaran logam Fosfor Cemaran logam
Vitamin
Cemaran logam
Pengujian kualitas produk industri
Uji standar produk
Uji proksimat Vitamin Mineral Cemaran logam Polifenol, antioksidan, kafein
Bahan aditif
Penerapan metode spektrometri UV-Vis dalam
analisis lingkungan s Metode baku atau metode tidak baku ta liAs(III), Fe(II), Fe(III), Pb(II),
a
Cr(III), Cr(VI), Cu(II),
Logam Ion logam u
a
Mn(II), Al(III)
t k w ru r
Senyawa a ir
Fenol, surfaktan, zat
a y a
warna
organik rl n te Bukan e te a
Klorida, sulfda, sulfat,
logam S Senyawa
asam sulfda, amonium,
m anorganik
nitrit, fuorida
ra a Memiliki gugus kromofor atau berwarna P
Preparasi sampel Penyiapan standar Optimasi panjang gelombang Pengujian sampel Tahapan analisis
Preparasi sampel
Distilasi Filtrasi
Ekstraksi pelarut
Preparasi sampel Clean up refluks
Penentuan Al(III)
Ion Al(III) direaksikan dengan eriokrom sianin pada pH 6 akan membentuk kompleks yang berwana merah muda kemudian diukur absorbansinya pada 535 nm (SNI 06-6989.35-2005)3+ Al
[ ]
eriokrom sianin
H SO 2 4 EDTA Asam askorbat Bufer pH 6
Penentuan Cr(VI)
Ion krom heksavalen bereaksi dengan difenilkarbazida dalam suasana asam membentuk senyawa kompleks berwarna merah-ungu yangmenyerap cahaya tampak pada panjang gelombang 530 nm atau 540 nm
(SNI 06-6989.53-2005)difenilkarbazida
H PO 3 4 H SO 2 4 Bufer pH 2
Penentuan Fe(II) dan Fe(III) Ion Fe(II)
Ion Fe(III) Contoh air Contoh air direaksikan dengan direaksikan dengan natrium tiosulfat kalium tiosianat untuk mereduksi besi, dalam suasana asam ditambah larutan nitrat encer dan
bufer pH 4,5 dan diukur absorbansinya
pereaksi o- pada 460 nm fenantrolin diukur absorbansinya pada 510 nmContoh air o-fenantrolin
Na
2 S 2 O 3 Bufer pH 4,5Kalium tiosianat
HNO 3 Bufer pH 4,5
Contoh air
Penentuan sulfida
Sulfda bereaksi dengan ferri klorida dan dimetil- p-fenilendiamina membentuk senyawa berwarna biru metilen, kemudian diukur pada panjang gelombang 664 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis
ferri klorida dimetil-p-fenilendiamina
Penentuan Sulfat secara Turbidimetri
2- BaCl 2 Ion sulfat (SO ) dalam 4 suasana asam bereaksi dengan barium klorida (BaCl ) membentuk kristal 2 barium sulfat (BaSO ) 4 Sinar yang diserap oleh suspensi barium sulfat
Contoh air
koloid BaSO 4
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420
Penetapan fosfat secara Asam Askorbat
Sampel direaksikan dengan pengompleks
ammonium molibdat dalam suasana asam
membentuk senyawa kompleks ammonium
fosfomolibdat yang berwarna kuning yang
tidak stabil
+PO + 12 (NH ) MoO + 24H (NH ) PO .12MoO 43- 4 2 4 4 3 4 3
ammonium molibdat
- +2NH + 12H O 4+ 2
- +H PO 2 4 - Asam kuat :
• Sampel direaksikan dengan pereaksi SPADNS-
- Pereaksi SPADNS : Campuran sodium 2-
- Metode ini digunakan untuk pengujian CODdalam air dan air limbah dengan reduksi Cr O secara spektrofotometri
- Apabila nilai COD 100 - 900 mg/L dilakukan pada panjang gelombang 600 nm
- Apabila nilai COD < 90 mg/L dilakukan pada panjang gelombang 420 nm.
- Spektrometri molekul
- Spektrometri atom
- Sumber sinar
- Sumber sinar
- Pemanasan terbuka • Pengabuan dengan furnace
- Refuks ter>Bom oksigen
- Refuks tert
- Oksigen tereksitasi
- Peleburan oksidatif asam oksidator kuat/campuran asam
kompleks ammonium fosfomolibdat direduksi dengan asam askorbat atau SnCl :
2 2+
4
3
4
3
2- 4+
(NH ) PO .12MoO + Sn (Am.
Molibdenum biru) + Sn
asam askorbat atau SnCl 2 Absorbansi diukur pada λ = 880 nm
Penetapan Fosfat secara Molibdat-
Vanadat Sampel direaksikan dengan HNO
3 untuk mengubah semua
metafosfat dan pirofosfat menjadi ortofosfat. Senyawa
ortofosfat direaksikan dengan asam molibdat dan asam
vanadat membentuk kompleks asam vanadimolibdifosfat
Contoh air HNO 3 metafosfat pirofosfat kompleks asam vanadimolibdif osfat ortofosfat asam molibdat asam vanadat
Polimer fosfat Fosfat organik
Sampel diubah menjadi Sampel didestruksi ortofosfat dengan cara dengan menggunakan hidrolisis 3- 2- asam kuat atau oksidator sehingga terbentuk
P O +2H O 2HPO 3 10 2 4
ortofosfat
(perklorat ) HClO 4
HNO -H SO 3 2 4 S O (persulfat) H 2 4 8
Penentuan F- secara SPADNS
asam zirkonil sehingga terjadi pengurangan
warna larutanparasulfofenilazo 1,8- dihidroksi- 3,6- naftalendisulfonat
Pereaksi SPADNS kompleks Zr-alizarin
Refuks Tertutup secara Spektrofotometri
UV-Vis
2 72-
digestion solution pereaksi asam sulfat contoh uji Digestion 2 jam, 150 °C
Nitrit dalam suasana asam pada pH 2,0 – 2,5 akan
bereaksi dengan sulfanilamid (SA) dan N- (1-naphthyl)
ethylene diamine dihydrochloride (NED dihydrochloride)
membentuk senyawa azo yang berwarna merah
keunguan kemudian diukur absorbansinya 543 nm (SNI
06-6989.9-2004)
Penentuan Nitrit
Sulfanilamid NED dihydrochloride pH 2,0 – 2,5
Penentuan amonia cara fenat
Amonium direaksikan dengan hipoklorid dan fenol dikatalisis dengan natrium nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol
(SNI 06-6989.30-2005)
hipoklorid dan fenol diukur pada λ = 640 nm Contoh air biru indofenol natrium nitroprusi da Amonia direaksikan dengan timol sebagai pengganti fenol menggunakan katalis natrium nitroprusida dan hipoklorit membentuk senyawa indotimol
Penentuan amonia cara
indotimol
Timol Contoh air Senyawa indotimol natrium nitroprusi da
Penentuan Fenol
4-aminoantipirin kalium ferri sianida antipirin diukur pada Contoh air
460/500 nm
Fenol direaksikan dengan 4-aminoantipirin pada pH 7,9 ±
0,1 dalam suasana larutan kalium ferri sianida sehingga akan membentuk warna merah kecoklatan dari antipirin (SNI 06-6989.21-2004).Penentuan N-
Sampel dimasukkan ke dalam labu
Organik
kjeldahl dan direaksikan dengan reagen
nessler kemudian diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer UV-Visreagen nessler
Penentuan Surfaktan
biru indofenol Surfaktan anionik dalam limbah akan bereaksi dengan biru metilen membentuk pasangan ion berwarna biru yang larut dalam pelarut organik. Larutan tersebut kemudian diukur intensitas serapannya pada panjang gelombang 652 nm biru metilen
Penentuan Vitamin C
Asam askorbat pada contoh dioksidasi dengan menjadi dehydroascorbic acid dalam larutan brom yang mengandung asam asetat kemudian dikomplekskan dengan 2,4- diitrofenilhidrazin (DNPH) dan diukur absorbansinya pada 521 nm (Kapur, dkk, 2012; Al Majidi & Al Quruby, 2016).
Penentuan Formalin
Contoh tahu dilarutkan dalam air dan asam fosfat kemudian didestilasi. Destilat direaksikan dengan pereaksi Nash (Rohyami dan Pribadi, 2017).
(Rohyami dan Pribadi, 2017)
Penentuan Rhodamin B
Contoh diekstrak dengan etanol atau metanol dalam suasana HCl encer kemudian dianalisis dengan menggunakan spektrometri UV-Vis pada panjang gelombang 544 nm
Penentuan antioksidan Contoh diekstrak dengan menggunakan metanol kemudian difaksinasi dengan menggunakan pelarut campuran butanol, asam asetat dan air. Senyawa yang dihasilkan dilarutkan kembali dalam metanol dan dianalisis dengan spektrometri UV-Vis (Rohyami, 2008)
Penerapan AAS
Spektrofotometer UV-Visuntuk pengukuran ion logam misalnya Fe(II), Fe(III), Cr(III), Cr(IV), Cu(II), Pb(II), dll
polikromatis AAS
untuk pengukuran logam total misalnya Fe, Cr, Pb, Cu, Hg
monokromatis dengan lampu katoda cekung
Destruksi Penyiapan deret standar Pengujian
Tahapan analisis
Destruksi contoh uji
Destruksi sampel air Pemanasan terbuka
Pemilihan destruksi contoh uji
Oksidasi bahan-bahan organik dalam sampel
Mendapatkan nilai recovery logam yang
memadai Kemungkinan untuk dapat digunakan dalam destruksi sampel dengan jumlah yang banyak Dapat digunakan untuk berbagai jenis sampelFaktor yang mempengaruhi recovery logam
Tidak terjadi volatilisasi logam Tidak ada yang tertinggal dari wadah Reaksi oksidasi berlangsung sempurna menghasilkan ion logam yang stabil Tidak ada kontaminasi
Teknik Destruksi Destruksi Destruksi basah
kering
Jenis asam :
asam sulfat
asam klorida
asam nitrat
Perbedaan Destruksi Kering dan
Basah Destruksi basah
Destruksi kering Recovery logam lebih terjamin, penguapan dapat dihindari dan retensi oleh wadah atau bahan yang tidak larut umumnya rendah
Sebagian besar logam dapat direcovery dengan baik apabila digunakan pemanasan secara hati-hati Penggunaan reagen dalam jumlah besar→
Absobansi yang besar dalam lar. Blanko (akibat kontaminasi) penggunaan asam yang banyak memerlukan netralisasi Hasil pengabuan biasanya dapat larut dalam sejumlah kecil larutan asam Waktu yang diperlukan lebih singkat, tetapi diperlukan penanganan yg lbh hati- hati
Prosedur mudah tetapi memerlukan perhatian khusus pada tahap awal destruksi, Jika banyak bahan yang tidak mdh terabukan diperlukan ashing aids
Tingkat kemudahan oksidasi sampel bervariasi, tetapi umumnya dapat diperoleh destruksi yang sempurna dari sampel
Beberapa sampel (spt jaringan hewan) tidak dapat diabukan dengan sempurna pada temp yang aman (mis. dari volatilisasi)
Resiko kontaminasi oleh atmosfer lebih rendah Sampel dalam jumlah besar dapat dikerjakan dengan lebih mudah