TUGAS RAHMANIA ST PROGRAM STUDI PIAS TUG (1)

TUGAS PERTAMA MATAKULIAH PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT
DISUSUN OLEH : RAHMANIA, ST
SOAL I
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM MANDIRI)
I. Pendahuluan
Dasar terbentuknya Program PNPM mandiri yaitu untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan
dan penciptaan lapangan kerja. Program PNPM Mandiri terbentuk sejak tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri
dirumuskan mengenai mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan
partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat dapat
ditumbuhkembangkan sehingga masyarakat miskin tersebut bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek
upaya penanggulangan kemiskinan. Tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah.
Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga diprioritaskan pada desa-desa tertinggal.
II. Pengertian dan Tujuan PNPM Mandiri
PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan
masyarakat.
Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah :
1. PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan

pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM
Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur
program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi
masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik
secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan
kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan
yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan
menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
Tujuan Umum
PNPM Mandiri bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.
Tujuan Khusus
1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas
adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses
pengambilankeputusan dan pengelolaan pembangunan;
2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel;
3. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat
miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor);
4. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya

penanggulangan kemiskinan;
TUGAS : RAHMANIA, ST
PROGRAM STUDI : PIAS

5. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok
perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya;
6. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta
untuk melestarikan kearifan lokal; dan
7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan
masyarakat.
III. Prinsip Dasar dan Pendekatan
PNPM Mandiri menekankan pada prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri senantiasa bertumpu pada
peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya;
2. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri untuk
berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola;
3. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan
kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya;
4. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan
dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung;

5. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan
secara gotong royong menjalankan pembangunan;
6. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di
setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan;
7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat
dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin;
8. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi
dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administrative;
9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan
kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas;
10. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk
mewujudkan kerja sama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan;
11. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan
kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan; dan
12. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana,
fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.
PNPM Mandiri melakukan pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:

1. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program untuk mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian program;
2. Memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan pelaku utama pembangunan pada
tingkat lokal;
3. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif;
4. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial, budaya dan
geografis; dan
5. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan.
Komponen Program
TUGAS : RAHMANIA, ST
PROGRAM STUDI : PIAS

Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut:
1. Pengembangan Masyarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis
dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat,
perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan
hasil-hasil yang telah dicapai.
Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran
masyarakat, pengembangan relawan, dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator,

pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan,
sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.
2. Bantuan Langsung Masyarakat
Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulant keswadayaan yang diberikan
kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.
3. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal
Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal adalah serangkaian kegiatan untuk
meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu
menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin
dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara lain seminar,
pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif, dan sebagainya.
4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung
pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan
manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.
Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan
kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat meliputi:
1. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial, dan ekonomi secara padat

karya;
2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam
memanfaatkan dana bergulir ini;
3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat
pencapaian target MDGs; dan
4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan
usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.
IV. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri dilakukan oleh masyarakat secara swakelola berdasarkan prinsip otonomi
dan difasilitasi oleh perangkat pemerintahan yang dibantu oleh fasilitator atau konsultan.
Tahap pelaksanaan kegiatan, pencairan atau pengajuan dana, pengerahan tenaga kerja, pengadaan
barang/jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan. Personil tim pengelola kegiatan yang dipilih dan
ditetapkan oleh masyarakat, bertanggung jawab dalam realisasi fisik, keuangan, serta administrasi
kegiatan/pekerjaan yang dilakukan sesuai rencana.
Pada pelaksanaan kegiatan secara swakelola, apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan, alat, dan tenaga
ahli (konsultan) perseorangan yang tidak dapat disediakan atau tidak dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat,
maka dinas teknis terkait dapat membantu masyarakat untuk menyediakan kebutuhan tersebut. Dalam proses
pengadaan barang/jasa yang dilakukan harus diperhatikan prinsip-prinsip efisien, efektif, terbuka, adil, dan
bertanggung jawab

Pengendalian
Pengendalian adalah serangkaian kegiatan pemantauan, pengawasan, dan tindak lanjut yang dilakukan untuk
menjamin pelaksanaan pembangunan yang direncanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan
TUGAS : RAHMANIA, ST
PROGRAM STUDI : PIAS

dan memastikan bahwa dana digunakan sesuai dengan tujuan program. Pemantauan dan pengawasan adalah
kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi
permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul. Sedangkan tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkahlangkah operasional, yang perlu ditempuh berdasarkan hasil pemantauan dan pengawasan, seperti antara lain
koreksi atas penyimpangan kegiatan, akselerasi atas keterlambatan, klarifikasi atas ketidakjelasan, dan
sebagainya, untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan kegiatan.
Untuk mendukung pengendalian pelaksanaan PNPM Mandiri, system pemantauan dan pengawasan yang
dilakukan meliputi:
1. Pemantauan dan pemeriksaan partisipatif oleh masyarakat, yaitu keterlibatan masyarakat dalam
pemantauan dan pemeriksaan dari mulai perencanaan partisipatif tingkat desa hingga kabupaten/kota dan
pelaksanaan PNPM Mandiri;
2. Pemantauan dan pemeriksaan oleh Pemerintah, yaitu kegiatan yang dilakukan secara berjenjang dan
bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan PNPM Mandiri dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan
prosedur yang berlaku dan dana dimanfaatkan sesuai dengan tujuan program;
3. Pemantauan dan pengawasan oleh Konsultan dan Fasilitator, yaitu bentuk pemantauan dan pengawasan

oleh konsultan akan dilakukan secara berjenjang dari tingkat nasional, regional, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan dan desa/kelurahan. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dengan memanfaatkan sistem informasi
pengelolaan program dan kunjungan rutin ke lokasi program. Pengawasan melekat juga dilakukan oleh
fasilitator dalam setiap tahapan pengelolaan program dengan maksud agar perbaikan dan penyesuaian
pelaksanaan program dapat dilakukan dengan segera;
4. Pemantauan independen oleh berbagai pihak lainnya, yaitu PNPM Mandiri membuka kesempatan bagi
berbagai pihak, antara lain, LSM, universitas, wartawan yang ingin melakukan pemantauan secara
independen terhadap PNPM Mandiri dan melaporkan temuannya kepada proyek atau instansi terkait yang
berwenang; dan
5. Kajian Keuangan dan Audit, yaitu untuk mengantisipasi dan memastikan ada atau tidaknya penyimpangan
penggunaan dana, maka Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pengawas
Daerah (Bawasda) sebagai embaga audit milik pemerintah akan melakukan pemeriksaan secara rutin di
beberapa lokasi yang dipilih secara acak. Sedangkan mekanisme pemantauan lebih lanjut diatur dalam
pedoman pelaksanaan monitoring dan evaluasi PNPM Mandiri.
Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
Prinsip pengelolaan pengaduan masyarakat adalah berjenjang yaitu penanganan pengaduan mulai pada tingkat
yang terdekat dengan lokasi pengaduan, agar penanganan dilakukan sesegera dan sedekat mungkin dari lokasi
pengaduan. Untuk memastikan pengaduan masyarakat ditangani maka dibentuk Sistem Pengelolaan
Pengaduan Masyarakat (SPPM) PNPM Mandiri secara berjenjang yang dikoordinasikan dengan berbagai pihak
terkait di berbagai tingkatan, termasuk aparat pengawasan fungsional (APF) dan aparat penegak hukum (APH).

SPPM juga bertanggung jawab untuk memberikan informasi baik kepada pelapor maupun masyarakat luas
mengenai tindakan penyelesaian yang diambil dan hasilnya. Mekanisme SPPM lebih lanjut akan diatur dalam
pedoman pelaksanaan SPPM.
Evaluasi
Evaluasi program bertujuan untuk menilai kinerja pelaksanaan, manfaat, dampak, dan keberlanjutan kegiatan
yang dilaksanakan dalam kerangka PNPM Mandiri terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Kegiatan evaluasi dilakukan secara rutin dan berkala, baik oleh pengelola program maupun pihak independen
seperti antara lain LSM, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan sebagainya. Kegiatan evaluasi ini perlu
disusun secara sistematis, obyektif, dan transparan. Kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan laporan, hasil
pengawasan, dan pengaduan dari berbagai pihak. Mekanisme evaluasi lebih lanjut dengan pedoman
pelaksanaan monitoring dan evaluasi PNPM Mandiri.
Pelaporan
Pelaporan PNPM Mandiri dilaksanakan secara berkala dan berjenjang melalui jalur struktural (perangkat
pemerintah) dan jalur fungsional (konsultan dan fasilitator) guna menjamin aliran informasi secara cepat, tepat
dan akurat kepada setiap pemangku kepentingan. Yang dimaksud berkala adalah setiap periode waktu tertentu,
sedangkan berjenjang adalah dari satuan unit kerja tingkat masyarakat sampai tingkat Tim Pengendali PNPM
TUGAS : RAHMANIA, ST
PROGRAM STUDI : PIAS

Mandiri. Sistem dan mekanisme pelaporan diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis operasional masing-masing

program.

V. Kelembagaan
Kelembagaan PNPM Mandiri pada hakekatnya bertujuan untuk penguatan terhadap hak kepemilikan dan
memberi kesempatan yang sama bagi semua individu untuk mengerjakan aktivitas, khususnya dalam
meningkatkan kapasitas dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif. Struktur kelembagaan PNPM
Mandiri mencakup seluruh pihak yang bertanggungjawab dan terkait dalam pelaksanaan serta upaya
pencapaian tujuan PNPM Mandiri, meliputi unsur pemerintah, fasilitator dan konsultan pendamping, serta
masyarakat baik di pusat maupun daerah.
Kelompok-kelompok masyarakat yang sudah ada dapat menjadi pemanfaat, pelaksana, atau pengelola kegiatan
PNPM Mandiri.
Sumber
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.


:
www.pnpm-mandiri.org;
www.p2kp.org;
http://tkpkri.org;
http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan;
www.bappenas.go.id;
www.p2dtk.bappenas.go.id.
http://www.kabarindonesia.com;

Vidio pelaksanaan PNPM mandiri di Kantor Desa Cahaya Marga Kecamatan Pulumutan Selatan
Sumber : http://www.youtube.com/watch?v=VHll0zACTWU

TUGAS : RAHMANIA, ST
PROGRAM STUDI : PIAS

SOAL II
KEGAGALAN SANITASI MANDIRI (SANIMAS)

Dalam pencapaian target Millennium Develop ment Goals (MDGs) tahun 2015, mempromosikan penyediaan
prasarana dan sarana air limbah permukiman berbasis masyarakat dan juga mengedepankan pendekatan
tanggap kebutuhan. Dengan harapan pada tahun 2015, tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki
akses untuk memperoleh air minum dan pelayanan prasarana air limbah sebagai kebutuhan dasar hidup
manusia.
Sebagai sebuah program penyediaan sarana dan prasarana berbasis masyarakat, yang menempatkan
masyarakat sebagai pelaku, pengambil keputusan, dan penanggung jawab mulai dari identifikasi, perencanaan,
pelaksanaan, pengelolaan dan pengawasan kegiatan dilakukan, menjadi suatu masalah yang menarik untuk
diteliti, dimana unsur kebersamaan masyarakat menjadi keberlanjutan program ini.
Sanitasi Oleh Masyarakat atau lebih dikenal dengan SANIMAS merupakan salah satu opsi program untuk
peningkatan kualitas di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air limbah yang diperuntukkan bagi masyarakat
yang tinggal di kawasan padat kumuh miskin perkotaan dengan menerapkan pendekatan berbasis masyarakat.
Program SANIMAS ini telah berlangsung sejak tahun 2003, merupakan inisiatif kerjasama Pemerintah Indonesia
dengan Pemerintah Australia melalui Australian International Agency for International Development (AusAID)
dan Water and Sanitation Program (WSP) World Bank. Bremen Overseas Research and Development
Association (BORDA), bersama mitra LPTP, BEST, BALIFOKUS, YIS dan LPKP, sebagai executing agency.
Video program Sanimas
http://www.youtube.com/watch?v=EFhYOkyDxWc
http://www.youtube.com/watch?v=ILC0nkLrBCg
Tahap-tahap pelaksanaan program adalah sebagai berikut:
 Pertama, kota/kabupaten diundang untuk mengikuti acara multi-city seminar atau seminar multi-kota/
kabupaten. Dalam seminar tersebut dijelaskan tentang pentingnya penanganan masalah sanitasi,
terutama di lingkungan masyarakat berpenduduk padat dan miskin di kawasan perkotaan, sanitasi
menjadi tanggung jawab semua pihak, garis besar program SANIMAS termasuk prinsip dan tahaptahap pelaksanaan SANIMAS dan pendanaannya, peran berbagai pihak dalam pelaksanaan SANIMAS,
serta jangka waktu implementasi. Sekembali dari seminar, pemerintah kota/ kabupaten yang berminat
harus mengirimkan surat minat ke Departemen PU, untuk kemudian dilakukan penandatanganan
kesepakatan MoU.
 Kedua, pemerintah kota/kabupaten yang sudah menandatangani MoU kemudian mengirimkan tenaga
fasilitator dari Dinas Penanggung jawab dan wakil masyarakat untuk mengikuti Pelatihan Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL) selama satu minggu bersama dengan TFL dari kota/kabupaten lain. Se
lama- pelatihan, mereka diberi pembekalan berupa pengetahuan dan keterampilan untuk memfasilitasi
masyarakat dalam penerapan SANIMAS.
 Ketiga, seleksi kampung atau seleksimasyarakat dengan pendekatan self selection yang dimulai dari
longlist dan shortlist kampung serta penjelasan program SANIMAS kepada masyarakat yang masuk
dalam shortlist. Masyarakat yang tertarik kemudian harus mengirimkan surat undangan kepada Dinas
Penanggung jawab untuk difasilitasi SANIMAS. Jika dalam kota/kabupaten terdapat lebih dari satu
peminat, sementara dana yang dialokasikan hanya untuk 1 lokasi, maka dilakukan proses seleksi
dengan menggunakan metode RPA (Rapid Participatory Appraisal) dengan sistem scoring dimana
TUGAS : RAHMANIA, ST
PROGRAM STUDI : PIAS

masyarakat bisa menilai sendiri kemampuannya kemudian berdasarkan nilai yang ada sudah bisa
ditentukan sendiri pemenangnya dengan sistem ranking. Model seleksi ini dilakukan dengan cara
transparan dan adil dalam sebuah pertemuan dengan para wakil masyarakat. Hasil dari seleksi
kemudian disepakati dengan penandatanganan Berita Acara oleh semua stakeholder yang hadir dalam
pertemuan tersebut.
 Keempat, tahap berikutnya adalah penyusunan dokumen rencana kerja masyarakat atau disingkat
RKM, yang dilakukan secara partisipatif. Masyarakat diberikan ruang seluas mungkin untuk mengambil
keputusan untuk menangani sanitasinya sendiri. Kegiatan ini dimulai dari penentuan calon penerima
manfaat program, pemetaan wilayah pelayanan, pemilihan sarana teknologi sanitasi, penyusunan
detailed engineering design (DED), penyusunan rencana anggaran dan belanja (RAB), penentuan
kelompok swadaya masyarakat (KSM) pengguna, penentuan dan kesepakatan iuran baik untuk
pembangunan maupun operasional dan perawatan, serta legalisasi dokumen RKM.
 Kelima, adalah tahap konstruksi dan capacity building dimana pada tahap ini mulai dilakukan pelatihanpelatihan kepada KSM sebagai penanggung jawab pekerjaan pembangunan, pelatihan tukang dan
mandor, persiapan pekerjaan konstruksi, pengadaan barang, pengawasan kualitas barang dan kualitas
pekerjaan, pengerahan tenaga kerja, keamanan selama pekerjaan konstruksi, sampai komisioning
bangunan serta keuangan dan kelembagaan. Setelah semua pekerjaan pembangunan selesai, juga
diberikan pelatihan operasional dan pemeliharaan kepada KSM, operator dan masyarakat pengguna
agar masyarakat tahu cara-cara penggunaan fasilitas sanitasi dengan benar dan operator bisa merawat
dengan baik agar bangunan aman dan tahan lama, serta KSM tahu tanggung jawab yang harus
diemban selama masa operasional dan pemeliharaan sarana sanitasi ini, terutama mengelola iuran
masyarakat pengguna.
 Keenam, adalah dukungan untuk operasional dan pemeliharaan sarana SANIMAS. Agar sarana
sanitasi yang telah dibangun tersebut benar-benar berkelanjutan (sustainable) maka perlu dukungan
terhadap KSM maupun masyarakat dan operator. Selama masa ini, dilakukan kegiatan monitoring
kualitas effluent agar diketahui secara terus menerus kualitas limbah cair rumah tangga yang dibuang
ke sungai sudah benar-benar memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan. Monitoring juga dilakukan
terhadap aspek keuangan (iuran pengguna) serta keberadaan dan fungsi KSM sebagai pengelola.
Dukungan juga bias dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten dan institusi terkait dengan bentuk
pemberian insentif kepada masyarakat yang mengelola limbahnya sendiri.
Sumber :Kisah Sukses Sanimas di Indonesia
Contoh kasus
PEMBANGUNAN Mandi Cuci Kakus (MCK) oleh Pemerintah Kota (pemkot) Ambon yang ditangani Dinas Tata
Kota Ambon di sejumlah lokasi di Kota Ambon dinilai mubazir. Betapa tidak, pembangunan MCK plus sebagai
implementasi dari penanganan sanitasi di kota manise ini yang menggunakan dana hibah dari Pemerintah Pusat
tidak dinikmati oleh masyarakat.
Pembangunan MCK Plus di Kota Ambon menghabiskan anggaran sebesar Rp. 1,2 milyar dibeberapa wilayah di
Kota Ambon yakni Kelurahan Rijali dan Pandang Kasturi Kecamatan Sirimau, Kelurahan Urimessing dan
Kelurahan Nusaniwe Kecamatan Nusaniwe, Negeri Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan dan Desa Wayame
Kecamatan Teluk Ambon Baguala. MCK Plus-plus yang terbilang mewah itu mestinya sudah harus difungsikan
setelah pada Awal April 2013 lalu ditinjau langsung oleh Walikota Ambon.
Beberapa MCK plus-plus yang belum difungsikan seperti di Kelurahan Rijali, dimana kondisi MCK yang
menghabiskan anggaran ratusan juta rupiah itu dalam kondisi memprihatin karena pintu MCK sudah rusak
bahkan air dan listrik tidak ada. Salah satu warga Rijali, Ali kepada Pers di Balai Kota Ambon, mengaku, MCK
yang dibangun Pemkot Ambon itu hingga kini belum difungsikan karena tidak air dan listrik.
TUGAS : RAHMANIA, ST
PROGRAM STUDI : PIAS

Akibat tidak difungsikan, lanjutnya, MCK mewah yang bernilai puluhan hingga ratusan juta itu dalam kondisi
tidak terawat. Diungkapkan, MCK Plu-plus tersebut belum diserahkan kepada Kelurahan Rijali untuk selanjutnya
difungsikan.

Ditempat terpisah Kepala Dinas Tata Kota Ambon, M. Novel Masuku saat dihubungi terkait belum
difungsikannya MCK plus-plus, menandaskan, akan segera memanggil Panitia Pembuat Komitmen PPK untuk
diminta keterangan.
Ditandaskan, MCK Plus-plus tersebut mestinya sudah harus difungsikan dan diserahkan kepada desa/kelurahan
dan negeri untuk difungsikan. “Saya akan segera panggil PPK untuk menjelaskan MCK itu belum difungsikan.
Saya baru tahu dari wartawan jika MCK ada yang belum difungsikan dan diserahkan kepada masyarakat untuk
dikelola,” ujarnya.
Dikatakan, MCK Plus-plus itu dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang seperti air dan listrik dan
segera dikoordinasikan dengan PPK untuk membenahi kekurangan yang ada sehingga MCK tersebut dapat
dimanfaatkan warga. Menyingung soal keberadaan MCK yang dibangun di lokasi-lokasi yang kurang strategis,
Masuku mengatakan, penetapan lokasi pembangunan MCK Plus-plus tersebut berdasarkan kajian dengan
melibatkan unsur desa. (CR2)
SUMBER : http://rakyatmaluku.com/ambonesia/pembangunan-mck-rp12-miliar-mubazir
Dari contoh kasus diatas pembangunan MCK plus yang terjadi kota ambon belum mengacu pada tahap
pelksanaan program Sanimas. Penetapan lokasi merupakan hal yang penting dalam melaksanakan program ini.
Terkadang penetapan lokasi yang diajukan tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Selain itu perencanaan
pembangunan yang ada tidak disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat sehingga terjadi
mubazirnya anggaran. Pengawasan dari pihak terkait perlu dilakukan secara rutin agar pelaksanaan dapat
sesuai dengan time scedule yang ditetapkan.
Adapun Kendala yang umumnya masih terus menerus diperdebatkan yang dapat menimbulkan kegagalan dari
program sanimas antara lain :
1. Pemahaman konsep partisipatif, masih banyak yang beranggapan bahwa pendekatan partisipatif tidak
boleh dibuat- target waktu. Memang banyak pihak ber- pandangan seperti itu, sehingga SANIMAS
tidak bisa digolongkan kedalam pendeka- tan partisipatif. Banyak kalangan yang
tidak mengerti
bahwa partisipatif untuk masyarakat perkotaan esensinya adalah dialog.
2. Pendanaan, sebenarnya SANIMAS meng- kombinasikan antara pendekatan pember- dayaan dan
pendanaan dari berbagai stakeholder, terutama pemerintah karena permasalahan sanitasi sampai hari
ini adalah merupakan tanggung jawab publik. Memang kegiatan pemberdayaan butuh waktu lama,
namun penggunaan dana publik (pemerintah) juga harus sesuai dengan aturan penganggaran. Oleh
karena itu, SANIMAS harus mengkombinasikan dua pendekatan tersebut, sehingga sering terjebak
pada kegiatan yang berbasis ang- garan, meski harus terus diupayakan bahwa aspek pemberdayaan
masyarakat tidak bisa dilupakan. Karena dengan melu- pakan proses pemberdayaan masyarakat
maka sistem SANIMAS tidak akan sustainable.
3. Jadwal implementasi, pada umumnya, penyelesaian pekerjaan fisik (konstruksi) SANIMAS berlangsung
sampai bulan Januari atau Februari pada tahun berikut- nya, sehingga hal ini sering menjadi masalah
bagi para pelaksana. Beberapa pihak mengusulkan agar jadwal pelaksan aan SANIMAS dibuat
TUGAS : RAHMANIA, ST
PROGRAM STUDI : PIAS

menjadi 2 tahun
anggaran (multi-year budgeting). Tetapi aspek terpenting sebetulnya adalah
menjaga semangat masyarakat yang baru saja menjadi “pemenang” lokasi. Untuk mulai membangun
SANIMAS dibutuhkan energi dan keswadayaan masyarakat yang juga lebih tinggi lagi, maka memanfaatkan moment semangat masya- rakat adalah sangat penting apalagi me nyangkut masalah
sanitasi yang tidak pernah menjadi prioritas masyarakat.Jangankan bagi masyarakat, bahkan
Pemerintah Daerah pun tidak meletakkan sanitasi menjadi prioritas pembangunan nomor satu.
4. Kondisi budaya masyarakat setempat juga menimbulkan beberapa permasala - han pada saat
implementasi SANIMAS. Permasalahan yang muncul berkaitan dengan budaya masyarakat setempat
bervariasi dari satu daerah dengan daerah lain, sehingga memerlukan penanganan yang berbeda
pula.

TUGAS : RAHMANIA, ST
PROGRAM STUDI : PIAS

Dokumen yang terkait

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

AN ANALYSIS OF LANGUAGE CONTENT IN THE SYLLABUS FOR ESP COURSE USING ESP APPROACH THE SECRETARY AND MANAGEMENT PROGRAM BUSINESS TRAINING CENTER (BTC) JEMBER IN ACADEMIC YEAR OF 2000 2001

3 95 76

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22