257883450 Kurikulum Buku II Yogya Revisi
DAN LAMBAN BELAJAR SD/MI
BUKU II STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JAKARTA, 2013 DAFTAR ISI
BAGIAN SATU STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. Kompetensi Inti
Secara filosofis bahwa pendidikan bagi peserta didik dengan kesulitan belajar dan lamban belajar, merupakan bagian dari upaya pemenuhan hak dasar pendidikan bagi semua anak untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu tanpa diskriminasi.
Secara konseptual anak dengan kondisi kesulitan belajar memiliki potensi intelektual rata-rata atau bahkan di atas rata-rata, akan tetapi mereka mengalami defisit dalam salah satu atau lebih dari dimensi-dimensi perkembangan dan akademik yang bukan disebabkan oleh faktot lingkungan, hambatan sensoris, dan hambatan intelektual. Layanan pendidikan bagi mereka tidak mengharuskan dipisahkan dari komunitas kelompok sebaya pada umumnya, maka sistem layanan pendidikan bagi mereka tetap berada dalam seting sekolah reguler, baik pada satuan pendidikan dasar maupun menengah. Demikian juga peserta didik lamban belajar secara konseptual masih memungkinkan dapat mengikuti pembelajaran di sekolah reguler, tetapi harus ada program bimbingan belajar khusus untuk membanyu mengatasi keterlambatan dan hambatannya.
Secara yuridis anak berkebutuhan khusus termasuk anak dengan kesulitan belajar danlamban belajar, dijamin haknya untuk mendapatkan akses pendidikan yang bermutu. Karena itu layanan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan mereka untuk mencapai taraf kehidupan yang optimal sesuai dengan bakat, minat, potensi dan kebutuhannya.
Secara empiris praktik pendidikan di hampir semua negara, tidak ditemukan model layanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar dan lamban belajar dalam setting sekolah segregasi atau sekolah khusus. Mereka pada umumnya terintegrasi secara inklusif di sekolah-sekolah reguler dengan menggunakan kurikulum yang berlaku bagi anak-anak sebaya mereka pada umumnya, tetapi dengan penambahan program-program khusus sesuai dengan kebutuhan mereka. Praktik pendidikan bagi anak berkesulitan belajar dan lamban belajar di Indonesia dan beberapa negara lain, memperlihatkan bahwa selain mereka mengikuti program pendidikan di sekolah reguler dengan Secara empiris praktik pendidikan di hampir semua negara, tidak ditemukan model layanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar dan lamban belajar dalam setting sekolah segregasi atau sekolah khusus. Mereka pada umumnya terintegrasi secara inklusif di sekolah-sekolah reguler dengan menggunakan kurikulum yang berlaku bagi anak-anak sebaya mereka pada umumnya, tetapi dengan penambahan program-program khusus sesuai dengan kebutuhan mereka. Praktik pendidikan bagi anak berkesulitan belajar dan lamban belajar di Indonesia dan beberapa negara lain, memperlihatkan bahwa selain mereka mengikuti program pendidikan di sekolah reguler dengan
Mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, maka STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM yang digunakan untuk peserta didik kesulitan belajar dan lamban belajar pada jenjang pendidikan dasar sama dengan Struktur dan Muatan Kurikulum yang berlaku di SD/MI dan SMP/MTs.
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti pada SD/MI adalah sebagai berikut :
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap social
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SD/MI dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 1. Kompetensi Inti Kelas I, II, III SD/MI KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI KELAS I
KOMPETEN
INTI 1. Menerima dan
SI INTI
1. Menerima dan KELAS III menjalankan
1. Menerima dan KELAS II
menjalankan ajaran agama yang
menjalankan
ajaran agama yang dianutnya
ajaran agama
yang dianutnya
dianutnya
2. Menunjukkan jujur,
2. Memiliki perilaku
2. Menunjukkan
perilaku disiplin, tanggung
perilaku
jujur, disiplin, jawab, santun,
jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, dan
tanggung jawab,
santun, peduli, percaya diri dalam
santun, peduli, dan
dan percaya diri berinteraksi
percaya diri dalam
dalam berinteraksi dengan keluarga,
berinteraksi dengan
dengan keluarga, teman, dan guru
keluarga, teman,
dan guru
teman, guru dan tetangganya
3. Memahami
3. Memahami pengetahuan
3. Memahami pengeta-
pengetahuan faktual dengan cara
huan faktual
faktual dengan mengamati
dengan cara
cara mengamati [mendengar,
mengamati
[mendengar, melihat, membaca]
[mendengar,
melihat, membaca] dan menanya
melihat, membaca]
dan menanya berdasarkan rasa
dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang
berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda
kegiatannya, dan
benda-benda yang yang dijumpainya
benda-benda yang
dijumpainya di di rumah dan di
dijumpainya di
rumah dan di sekolah
rumah dan di
sekolah
sekolah
4. Menyajikan
4. Menyajikan pengetahuan
4. Menyajikan
pengetahuan faktual dalam
pengetahuan
faktual dalam bahasa yang jelas
faktual dalam
bahasa yang jelas, dan logis, dalam
bahasa yang jelas
sistematis dan karya yang estetis,
dan logis, dalam
logis, dalam karya dalam gerakan
karya yang estetis,
yang estetis, dalam yang
dalam gerakan
gerakan yang mencerminkan
yang
mencerminkan anak sehat, dan
mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan
anak sehat, dan
dalam tindakan yang
dalam tindakan
yang mencerminkan
yang
mencerminkan perilaku anak
mencerminkan
perilaku anak beriman dan
perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
beriman dan
berakhlak mulia Tabel 2. Kompetensi Inti Kelas IV, V, VI SD/MI
berakhlak mulia
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI KELAS IV
KOMPETENSI
INTI KELAS VI 1. Menerima,
INTI KELAS V
1. Menerima, menjalankan, dan
1. Menerima,
menjalankan, menghargai ajaran
menjalankan, dan
dan menghargai agama yang
menghargai ajaran
ajaran agama dianutnya
agama yang
yang dianutnya. 2. Menunjukkan
dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur,
2. Menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung
perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, santun,
disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya
jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam
peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan
diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman,
berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru, dan
keluarga, teman,
guru, dan tetangganya
guru, dan
tetangganya serta
tetangganya serta
cinta tanah air.
cinta tanah air.
3. Memahami
3. Memahami pengetahuan
3. Memahami
pengetahuan faktual faktual dengan cara
pengetahuan faktual
dan konseptual mengamati dan
dan konseptual
dengan cara menanya
dengan cara
mengamati, berdasarkan rasa
mengamati,
menanya dan ingin tahu tentang
menanya dan
mencoba dirinya, makhluk
mencoba
berdasarkan rasa ciptaan Tuhan dan
berdasarkan rasa
ingin tahu tentang kegiatannya, dan
ingin tentang
dirinya, makhluk benda-benda yang
dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan dijumpainya di
ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan rumah, di sekolah
kegiatannya, dan
benda-benda yang dan tempat
benda- benda yang
dijumpainya di bermain
dijumpainya di
rumah, di sekolah
rumah, di sekolah
dan tempat bermain 4. Menyajikan
dan tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan
4. Menyajikan
pengetahuan faktual faktual dalam
pengetahuan faktual
dan konseptual bahasa yang jelas,
dan konseptual
dalam bahasa yang sistematis dan logis,
dalam bahasa yang
jelas, sistematis, dalam karya yang
jelas, sistematis,
logis dan kritis, estetis, dalam
logis dan kritis,
dalam karya yang gerakan yang
dalam karya yang
estetis, dalam mencerminkan
estetis, dalam
gerakan yang anak sehat, dan
gerakan yang
mencerminkan anak dalam tindakan
mencerminkan anak
sehat, dan dalam yang
sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan
tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
mencerminkan
perilaku anak beriman dan
perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
beriman dan
berakhlak mulia
berakhlak mulia
KOMPETENSI INTI PROGRAM KHUSUS/ KOMPENSATORIS
Kompetensi Inti Program Kekhususan/Kompensatoris bagi peserta didik kesulitan belajar dan Lamban Belajar, lebih diarahkan pada upaya membantu mengatasi hambatan belajar perkembangan dan akademik, yang di dalamnya memuat dimensi- dimensi sebagai berikut :
1. Pengembangan Persepsi visual, auditorik dan motorik
2. Pengembangan perhatian
3. Pengembangan memori
4. Pengembangan motivasi belajar
5. Pengembangan bahasa
6. Pengembangan keterampilan akademik membaca
7. Pengembangan keterampilan akademik menulis
8. Pengembangan keterampilan akademik berhitung Penjabaran dan dekripsi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Program
Khusus/Kompensatoris Kesulitan Belajar dan Lamban Belajar dapat dilihat pada lampiran.
B. MATAPELAJARAN
Tabel 3.1. Matapelajaran dan Alokasi Waktu Perminggu SD/MI
No MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU PERMINGGU
I II III IV V VI KELOMPOK A 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
4 4 4 4 4 4 2 Pendidikan Pancasila dan
5 5 5 6 5 5 Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7 4 Matematika
5 6 6 6 6 6 5 Ilmu Pengetahuan Alam
3 3 3 6 Ilmu Pengetahuan Sosial
3 3 3 KELOMPOK B 1 Seni Budaya dan Prakarya
4 4 4 5 5 5 2 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
4 4 4 4 4 4 Kesehatan KELOMPOK C
1 Program Khusus Bina Perilaku Belajar 2 2 2 2 2 2 JUMLAH ALOKASI WAKTU PERMINGGU
Keterangan:
1. Matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah
2. Selain kegiatan intra kurikuler seperti yang tercantum dalam struktur kurikulum, terdapat kegiatan ekstra kurikuler SD/MI antara lain Pramuka
(wajib), Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja, dan kegiatan lainnya sesuai dengan kebijakan sekolah.
3. Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata apelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Kelompok B adalah kelompok matapelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten local yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah.
4. Matapelajaran Kelompok C bukan suatu mata pelajaran tersendiri akan tetapi berupa program khusus/kompensatoris yang hanya diperuntukkan bagi peserta didik tertentu yang berdasarkan hasil asesmen professional dikategorikan sebagai peserta didik kesulitan belajar atau lamban belajar.
5. Program khusus/kompensatoris ini kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten yang diperlukan sesuai kebutuhan satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan, disediakan waktu 2 jam per minggu, yang dalam pelaksanaan pembelajarannya dapat diselenggarakan secara fleksibel terintegrasi ke dalam semua matapelajaran yang ada, dan/atau kegiatan ekstrakurikuler, dan/atau terpisah di luar jam matapelajaran dengan bantuan guru pembimbing khusus atau tenaga lain yang kompeten di bidangnya. Program khusus/kompensatoris peserta didik kesulitan belajar dan lamban belajar berupa seperangkat aktivitas yang harus dikuasi oleh peserta didik dirumuskan dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai dengan tingkat kelas atau level kemampuan perkembangan anak.
6. Bahasa Daerah dapat diajarkan secara terintegrasi dengan mata pelajaran seni budaya dan prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran perminggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
7. Sebagai pembelajaran tematik terpadu, angka jumlah jam perminggu untuk tiap pelajaran adalah relative. Guru dapat menyesuaikannya sesuai kebutuhan peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan.
8. Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
9. Khusus untuk mata pelajaran pendidikan agama di madrasah ibtidaiyah dapat 9. Khusus untuk mata pelajaran pendidikan agama di madrasah ibtidaiyah dapat
C. Beban Belajar
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran perminggu.
1. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 30 jam pembelajaran ditambah
2 jam pembelajaran program khusus/kompensatoris, sehingga menjadi 32 jam.
2. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 32 jam pembelajaran ditambah 2 jam pembelajaran program khusus/kompensatoris, sehingga menjadi 34 jam.
3. Beban belajar satu mingguKelas III adalah 34 jam pembelajaran ditambah program khusus/kompensatoris 2 jam sehingga menjadi 36 jam.
4. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V,dan VI adalah 36 jam pembelajaran ditambah program khusus/kompensatoris 2 jam sehingga menjadi 38 jam.
5. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
a. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.
b. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.
c. Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling banyak16 minggu.
d. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak 40 minggu.
D. Kompetensi Dasar
Rumusan Kompetensi Dasar setiap matapelajaran dan program kekhususan dapat dilihat pada lampiran.
BAGIAN DUA IMPLEMENTASI KURIKULUM
A. Prinsip-Prinsip Implementasi Kurikulum
Beberapa prinsip implementasi kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah digariskan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan, dan kondisi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: 1) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, 2) belajar untuk memahami dan menghayati, 3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, 4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi oranglain, 5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang akif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat layanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke- Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip ing ngarso sung tulodo, ing madio mangun karso, tut wuri handayani.
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya, serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Pelaksanaan kurikulum 2013 ditandai dengan pengembangan kompetensi Inti yang berisi 4 (empat) komponen yang urutannya dimulai dari Sikap religious, sikap social, keterampilan dan pengetahuan.
h. Pelaksanaan kurikulum dilakukan atas prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
i. Pelaksanaan kurikulum 2013 perlu mempertimbangkan perbedaan kemampuan individual dan minat peserta didik, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan jika memungkinkan
j. Pelaksanaan kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan dan dihubungkan dengan kehidupan social yang kongkrit. k. Kurikulum dilaksanakan dengan memperhatikan kepentingan nasional yang mengarah pada penguatan Negara Kesatuan Republik Indonesia l. Karena adanya keterbatasan peserta didik kesulitan belajar dan lamban belajar maka dalam implementasi kurikulum 2013 pada peserta didik kesulitan belajar dan lamban belajar membutuhkan 3(tiga) prinsip yang harus ada yaitu: prinsip akomodasi, prinsip modifikasi, dan prinsip pengajarana remedial.
B. Prinsip-prinsip Akomodasi dan Modifikasi Kurikulum
Prinsip akomodasi dan modifikasi kurikulum bagi peserta didik kesulitan belajar dan lamban belajar, dilakukan guru reguler melalui penyelarasan kurikulum reguler dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut.
1. Dapatkan siswa mengikuti kurikulum seperti anak-anak lain? Jika tidak, (a) Dapatkan siswa mengikuti kurikulum seperti anak-anak lain jika lingkugan diadaptasi? (b) Dapatkan siswa mengikuti kurikulum seperti anak-anak lain jika strategi pembelajaran diadaptasi? (c) Dapatkan siswa mengikuti kurikulum seperti anak-anak lain dengan tujuan pembelajaran yang berbeda?
2. Modifikasi apa yang diperlukan untuk meningkatkan partisipasi siswa dan pembelajaran di kelas?
Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk menentukan modifikasi maupun akomodasi pembelajaran yang diperlukan. Pertanyaan no 1 dapat diketahui dengan melihat hasil asesmen berbasis kurikulum yang memberikan informasi tentang penguasaan materi anak (sesuai kelas atau tidak). Apabila, penguasaan materi anak tidak setara kelas saat ini atau level penguasaan materi berada di bawah level kelas, anak memerlukan modifikasi kurikulum. Misal: anak menguasai materi setara kelas 2 semester 1 sementara ia berada di kelas 3 maka perlu dilakukan modifikasi pembelajaran dengan menyesuaikan materi pelajaran sesuai dengan kemampuan anak. Pemberian adaptasi kurikulum di atas mengacu prinsip (British Columbia ministry of education, 2009), antara lain:
1. Pembelajaran memerlukan partisipasi aktif semua siswa
Keberadaan siswa dengan kemampuan yang beragam di kelas menjadi pertimbangan guru untuk menggunakan modifikasi dan atau akomodasi pembelajaran yang mampu mengikutsertakan partisipasi semua siswa dalam aktivitas belajar mengajar di kelas.
2. Siswa belajar dengan beragam cara dengan kecepatan yang berbeda
Keberagaman kecepatan belajar pada siswa menjadikan target untuk anak dengan kesulitan belajar disesuaikan dengan kemampuan mereka. Keberagaman cara siswa dalam belajar akan terbantu oleh cara pengajaran guru yang mengoptimalkan berbagai modalitas belajar (visual, auditori, kinestetik maupun spatial) yang ada pada siswa.
3. Pembelajaran terjadi secara individual maupun berkelompok.
Anak dengan kesulitan belajar pada bidang tertentu memerlukan pembelajaran individual tergantung dari kesulitan belajar spesifik mereka dan di pelajaran lainnya mereka dapat belajar secara berkelompok dengan teman lain.
1. Pengertian akomodasi dan modifikasi pembelajaran
Akomodasi adalah adaptasi pembelajaran dan tes yang memungkinkan peserta didik menampilkan apa yang mereka ketahui tanpa merubah isi maupun kriteria capaian hasil belajar tujuan pembelajaran. Secara khusus, guru maupun sekolah dapat merubah cara penyajian atau situasi penyampaian materi tertentu yang diajarkan sehingga peserta didik dapat merespon, namun perubahan tersebut tidak mencakup target pembelajaran atau bentuk tes.
Modifikasi kurikulum ditujukan untuk peserta didik yang tidak mampu mengikuti kurikulum maupun pembelajaran yang berlaku di sekolah reguler karena kebutuhan khusus yang mereka miliki. Modifikasi kurikulum dilakukan dengan tujuan memberikan akses yang lebih luas kepada peserta didik untuk berpartisipasi di kelas. Modifikasi kurikulum diartikan sebagai modifikasi isi, pembelajaran dan target pembelajaran dari peserta didik (King-Sears, 2001). Modifikasi kurikulum dibuat untuk menjembatani kebutuhan khusus dari peserta didik dengan kurikulum yang berlaku di kelas.
2. Prinsip umum penerapan akomodasi dan modifikasi kurikulum
a. Peserta didik dengan kesulitan belajar spesifik memerlukan akomodasi untuk mengakses kurikulum sekolah umum dan menampilkan kemampuan belajar mereka.
b. Keberhasilan dalam identifikasi dan penerapan akomodasi didasarkan pada
kebutuhan peserta didik dan tergantung pada kolaborasi berbagai pihak.
c. Kebutuhan akomodasi dapat berubah seiring waktu dan harus didasarkan pada kebutuhan peserta didik.
d. Tujuan dari akomodasi adalah untuk mengoptimalkan hasil belajar anak bukan mendorong ketergantungan.
e. Semua peserta didik dengan kesulitan belajar spesifik mempunyai hak untuk mengakses akomodasi yang paling efektif untuk semua materi pelajaran di semua kelas dan semua jenjang pendidikan (pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum) termasuk persyaratan dalam jenjang yang lebih tinggi.
f. Partisipasi aktif dari siswa dalam proses belajar perlu didorong dan difasilitasi
g. Semua orang tua dari peserta didik dengan kesulitan belajar perlu didorong untuk secara aktif terlibat dalam pendidikan putra/i mereka.
3. Cakupan Akomodasi Pembelajaran
Akomodasi dibuat dalam rangka memberikan kesempatan belajar yang sama dan kesempatan yang sama untuk dapat menampilkan apa yang diketahui dan dapat dilakukan oleh peserta didik. Oleh beberapa ahli, akomodasi dapat mencakup perubahan yang mencakup: (a) Pemaparan/penyajian materi; (b) Setting pengajaran (c) Prosedur respon siswa; (d) Waktu/jadwal; dan (e) Evaluasi belajar.
a. Pemaparan dan Penyajian Materi
Akomodasi pembelajaran dalam ruang lingkup pemaparan atau penyajian materi dapat dilakukan antara lain melalui:
1) Menyediakan perekam
2) Mengurangi jumlah tampilan materi dalam 1 halaman
3) Menyediakan petunjuk bacaan
4) Penjelasan materi secara lisan
5) Meningkatkan keterbacaan. Sebagian anak mungkin memerlukan ukuran
huruf yang agak besar, jarak antar kata yang diperlebar maupun spasi ganda.
6) Menggarisbawahi hal-hal penting.
7) Menggunakan penjelasan yang simpel, tidak mendetail
8) Menambahkan penjelasan secara visual (gambar, diagram, peta konsep)
9) Menambahkan kata kunci dan pengulangan 10)
Mengurangi materi pelajaran yang terlalu banyak. 11)
Menggunakan bahasa yang simpel (kalimat pendek, kosakata sederhana) 12)
Memfasilitasi materi pilihan (disesuaikan minat anak) 13)
Menggunakan beberapa alternatif materi ajar (CD, tidak hanya texbook) 14)
pemberian bantuan saat pembelajarn (tutor sebaya, orang tua, volunteer) 15)
menggunakan asistif teknologi (komputer) menggunakan asistif teknologi (komputer)
Akomodasi pembelajaran dalam ruang lingkup seting pengajaran antara lain melalui:
1) Menyediakan tempat duduk dengan gangguan yang minim
2) Menyediakan tes dalam kelompok kecil
3) Menempatkan tempat duduk yang mudah diakses guru (dapat di depan, maupun di tengah)
4) Menyelenggarakan tes di ruang khusus atau tempat tes khusus
c. Prosedur Respon Siswa
Akomodasi pembelajaran dalam ruang lingkup prosedur respon siswa antara lain melalui:
1) Memperbolehkan jawaban lisan
2) Memperbolehkan jawaban yang direkam
3) Memperbolehkan jawaban menggunakan komputer
4) Memperbolehkan jawaban ditulis langsung di soal (tanpa harus dipindah di lembar jawab)
d. Waktu atau Jadwal Pembelajaran
Akomodasi pembelajaran dalam ruang lingkup waktu atau jadwal pembelajaran antara lain melalui:
1) Memperbolehkan istirahat dengan frekuensi lebih banyak (tertulis di RPP, misal: setiap 20 menit istirahat selama 5 menit)
2) Memperpanjang waktu tes (tertulis di RPP, misal: waktu 2 x 45 menit)
e. Waktu atau Jadwal Pembelajaran
Akomodasi pembelajaran dalam ruang lingkup waktu atau jadwal pembelajaran antara lain melalui:
1) Menyelenggarakan tes dalam lebih beberapa sesi atau beberapa hari
2) Menyediakan sub tes dalam urutan yang berbeda
3) Menyelenggarakan tes dalam waktu khusus dalam sehari
4) Memperbolehkan penggunaan kalkulator kecuali untuk soal matematika komputasi sederhana
5) Membacakan soal kepada peserta didik kecuali untuk tes membaca. Pada saat membacakan soal, kecepatan membaca dapat diperlambat dan diulang 3 kali. Pada saat membacakan, pembaca dilarang memberikan kata kunci dan membantu peserta didik menjawab soal.
Sebagai contoh pelaksanaan akomodasi pembelajaran adalah siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca intruksi maupun materi soal akan terhambat dalam menampilkan kemampuan membaca pemahaman sehingga guru dapat membacakan soal dan materi bacaan untuk mereka. Untuk evaluasi belajar, anak tersebut dapat menjawab secara lisan sementara teman lain secara tertulis. Akomodasi tidak sama dengan modifikasi. Akomodasi dimaksudkan untuk mengurangi dampak dari kesulitan belajar pada proses maupun hasil belajar peserta didik, namun tidak ditujukan untuk mengurangi target belajar. Sementara itu, pengurangan harapan capaian hasil belajar siswa merupakan modifikasi atau perubahan. Tidak seperti akomodasi, modifikasi secara konsisten dapat meningkatkan kesenjangan antara kemampuan peserta didik dengan kesulitan belajar dengan KKM kelas. Hal ini dapat mengarah pada hal negatif terkait kelanjutan studi peserta didik di jenjang yang lebih tinggi.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penerapan akomodasi pembelajaran
a. Penerapkan tutor sebaya perlu memperhatikan beberapa hal-hal berikut ini:
1) Menentukan materi-materi pelajaran untuk tutorial yang sudah dirancang sebelumnya. Mathes (1994) merekomendasikan untuk menerapkan tutor sebaya di kelas besar dengan materi beragam yang beragam (buku teks, buku cerita bergambar, novel) untuk pembaca pemula maupun pembaca yang sudah lancar;
2) Membuat suatu pemilihan tutor yang hati-hari (dapat dimulai dari yang dekat dengan tutee atau memiliki penguasaan akademik yang lebih 2) Membuat suatu pemilihan tutor yang hati-hari (dapat dimulai dari yang dekat dengan tutee atau memiliki penguasaan akademik yang lebih
3) Melatih tutor tentang cara memberikan umpan balik dan memberikan pendampingan belajar. Mathes (1994) menyarankan guru memberikan pelatihan tutor selama 45 menit untuk melatihkan tatacara peer tutoring;
4) Mengubah pasangan tutor secara periodik berdasarkan pertimbangan mata pelajaran atau topik;
5) Membuat sistem penghargaan pasangan tutor-pembelajar yang baik;
6) Mendukung tutee supaya mempunyai kesempatan menjadi tutor pada pelajaran lain, misal: seni;
7) Memonitor dan mengevaluasi peer tutor secara sistematis.
b Penggunaan kalkulator diperkenankan untuk mengerjakan soal matematika selain computasi atau penghitungan sederhana (menjumlahkan, mengurangi, membagi, mengalikan), misal: penyelesaian soal cerita.
c Pemberian akomodasi lebih banyak bukan berarti lebih baik. Beberapa penelitian menyarankan bahwa pemberian akomodasi yang berlebih cenderung tidak membantu namun lebih menahan aktualisasi kemampuan mereka.
d Praktik merupakan kunci dari penguasaan materi, sementara akomodasi hanya membantu bila siswa nyaman menggunakannya. Contoh: pemberian waktu yang lebih banyak akan percuma bila siswa tidak mengetahui cara mempergunakannya secara efektif. Akomodasi sebaiknya terintregasi dalam pembelajaran di kelas sebelum diterapkan dalam evaluasi pembelajaran.
e Untuk tujuan evaluasi pengajaran, pastikan bahwa akomodasi tidak menjadikan peroleh nilai menjadi tidak valid. Maksud dari penggunaan akomodasi adalah memfasilitasi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka, bukan untuk merubah ketrampilan yang diukur dalam tes tersebut.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan akomodasi kurikulum merujuk pada Washington State‘s Accommodation Guidelines for Students with Disabilities, adalah sebagaia berikut.
a. Apa kekuatan dan hal yang perlu ditingkatkan dari peserta didik? Bagaimana guru dapat memberdayakan kekuatan peserta didik untuk mengakses asesmen? Contoh: jika peserta didik mempunyai kesulitan dalam membaca namun mempunyai kemampuan mendengar yang bagus, membacakan soal pada tes matematika dapat menjadi akomodasi yang sesuai.
b. Bagaimana kebutuhan belajar peserta didik berdampak pada kemampuan penguasaan materi pelajaran umum? Contoh, bila peserta didik tergantung dari penggunaan kalkulator, abacus atau alat lain untuk menyelesaikan soal, menyediakan alat-alat tersebut selama tes dapat menjadi akomodasi yang sesuai.
c. Apa kebutuhan belajar (strategi belajar, ketrampilan membaca, kemampuan mengorganisasi) yang diperlukan peserta didik untuk mencapai KKM kelas? Contoh: bila peserta didik menggunakan peta konsep untuk mengerjakan soal matematika, dorong siswa untuk menggunakan strategi yang sama saat mengerjakan soal di tes akan menjadi akomodasi yang sesuai.
d. Akomodasi apa yang dapat meningkatkan akses peserta didik untuk meningkatkan peluang mencapai KKM dan sekaligus mengurangi dampak kesulitan belajar? Misal: bila anak mempunyai kemampuan pengembangan ide yang bagus namun kesulitan dalam menuliskannya, maka tes lisan atau menulis karangan dapat menjadi akomodasi yang sesuai. Contoh: bila peserta didik mudah terganggu di kelas besar dan dapat bekerja lebih fokus di ruang yang lebih sunyi, maka penempatan ruang khusus untuk pengerjaan tes dapat membantu anak untuk menampilkan kemampuan terbaik.
e. Akomodasi apa yang sudah diterapkan secara rutin oleh peserta didik selama pembelajaran dan asesmen?
f. Bagaimana hasil belajar peserta didik ketika menggunakan akomodasi dan tidak menggunakan akomodasi? Bila guru menjumpai kemampuan peserta didik meningkat ketika mendapat akomodasi tertentu tapi menurun saat akomodasi dihilangkan, maka kemungkinan akomodasi tersebut sesuai untuk peserta didik.
g. Apa persepsi peserta didik tentang seberapa bermanfaat akomodasi yang ia terima? Bila, peserta didik merasa aneh dan kesulitan saat menggunakan g. Apa persepsi peserta didik tentang seberapa bermanfaat akomodasi yang ia terima? Bila, peserta didik merasa aneh dan kesulitan saat menggunakan
h. Apakah dijumpai kombinasi dari berbagai akomodasi yang efektif? Contoh: bila peserta didik dengan gangguan perhatian mempunyai kesulitan membaca, diperlukan pemecahan materi ke beberapa tahap dan dibacakan oleh guru atau teman lain.
i. Apa hambatan yang dialami oleh peserta didik saat menggunakan akomodasi? j. Bagaimana persepsi orang tua, guru terkait penerapan akomodasi? k. Apakah akomodasi perlu dilanjutkan atau diperlukan perubahan atau dihentikan?
Contoh: bila peserta didik mengalami peningkatan kemampuan membaca, maka suatu saat ia tidak memerlukan bantuan dibacakan pada saat pembelajaran maupun tes oleh guru maupun teman.
Berdasarkan pertanyaan informasi yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan di atas maka tim dapat menyimpulkan dua hal. Pertama melanjutkan atau menghentikan pemberian akomodasi, kedua, mengawali pemberian akomodasi baru. Saat memilih akomodasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, perlu juga diperhatikan:
a) Kemauan peserta didik untuk menggunakan akomodasi
b) Kesempatan untuk belajar atau menerapkan akomodasi di setting kelas.
c) Kesesuaian antara akomodasi yang diberlakukan di kelas dengan akomodasi yang diberikan pada saat ujian karena beberapa akomodasi yang diberlakukan di kelas tidak sesuai diberlakukan untuk ujian, misal: penggunaan kalkulator dalam soal kuantitatif berhitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, membacakan bacaan untuk soal membaca pemahaman.
Evaluasi penerapan akomodasi pembelajaran dilakukan setiap tahun. Dalam evaluasi ini tim dapat mereviu beberapa hal antara lain:
a) Masing-masing akomodasi dan hasil dari tes saat akomodasi digunakan
b) Persepsi peserta didik mengenai seberapa bermakna penerapan akomodasi bagi mereka b) Persepsi peserta didik mengenai seberapa bermakna penerapan akomodasi bagi mereka
d) Persepsi guru, guru khusus dan ahli lain yang terlibat dalam layanan anak.
5. Indikator Pemilihan Modifikasi maupun Akomodasi:
a. Direkomendasikan oleh orang-orang yang mengetahui kekuatan serta kelemahan anak, termasuk orang tua.
b. Konsisten dengan akomodasi yang sebelumnya sudah diterapkan sebelumnya di kelas
c. Antar siswa mempunyai keragaman bentuk akomodasi berdasarkan kebutuhan belajar masing-masing
d. Tidak hanya didasarkan pada klasifikasi anak semata
e. Secara rutin diterapkan di kelas
f. Tidak diberlakukan pada awal pelaksanaan evaluasi tahap akhir tingkat propinsi
g. Secara sistematis menggunakan panduan pertanyaan untuk memilih akomodasi
h. Didokumentasikan dalam PPI,
i. Setiap tahun direviu ulang oleh tim.
6. Alur Penerapan Akomodasi dan Modifikasi Pembelajaran
Pada bagan di bawah ini dijabarkan bahwa pemberian akomodasi dapat diberikan di awal penanganan anak dengan kesulitan belajar, namun apabila tidak dijumpai peningkatan maka modifikasi dapat diberikan ketika anak memenuhi kelayakan berdasarkan asesmen yang dilakukan oleh tim untuk memperoleh Program Pembelajaran Individual (PPI). Pemberian modifikasi maupun akomodasi sepenuhnya tidak bersifat mutlak sepanjang jenjang pendidikan anak, namun dapat fleksibel sesuai hasil tinjauan tim. Apabila anak menunjukkan peningkatan kemampuan belajar setelah mendapat program khusus, maka dimungkinkan ia dapat mengakses kurikulum reguler dengan akomodasi pembelajaran dan berhak mengikuti evaluasi belajar setara dengan teman lainnya.
Apakah siswa terhambat dalam
Dilanjutkan dengan adaptasi satu atau lebih bidang studi?
Tidak
pembelajaran ya
Mencoba strategi yang berbeda dan monitor
ya
Apakah siswa menunjukkan kemajuan?
ya
Tidak Konsultasikan dengan guru lain,
lakukan asesmen ulang, atau rujuk ke ahli lain, terapkan adaptasi lain
Apakah anak menunjukkan peningkatan
Tidak Refer ke asesmen lanjut
Apakah siswa membutuhkan program individual ?
Modifikasi pembelajaran
Contoh keterkaitan antara akomodasi dan modifikasi pembelaran dalam aktivitas evaluasi pembelajaran dapat dilihat dalam visualisasi berikut ini:
1) Penyampaian soal, guru menyampaikan soal dengan Evaluasi alternatif dengan standar
TERTIER
mengulang instruksi, membacakan. kesulitan yang disesuaikan dengan
2) Cara menjawab soal, misal: siswa tidak harus kemampuan anak. Evaluasi ini
menuliskan jawaban namun ia dapat menandai digunakan untuk anak yang tidak
jawaban yang sesuai di buku.
mampu mengikuti evaluasi yang 3) Tempat, misal untuk siswa dengan perhatian terbatas, sudah ditetapkan meskipun dengan
dapat mengikuti ulangan di ruang terpisah yang agak akomodasi tertentu.
sepi. 4) Waktu: pemberian waktu yang lebih banyak dengan
SEKUNDER
jeda untuk istirahat.
Evaluasi sesuai dengan standar namun disertai akomodasi tertentu. Evaluasi ini disesuaikan dengan
1) Pertanyaan soal yang disederhanakan kebutuhan spesifik anak.
2) Penggunaan kalkulator untuk soal penghitungan 3) Penggunaan software pengecekan ejaan maupun
struktur kalimat pada kemampuan menulis Evaluasi sesuai dengan standar dan
PRIMER
dengan cara yang sama dengan siswa
lain
Hal yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan saat memilih Akomodasi
Lakukan Tidak perlu dilakukan
Keputusan pemilihan akomodasi Keputusan akomodasi yang digunakan didasarkan pada kebutuhan peserta didik
berdasarkan hal yang termudah (misal: penempatan tempat duduk di depan)
Pilih akomodasi yang dapat mengurangi Memilih akomodasi yang tidak sesuai efek dari kesulitan mengakses
dengan kebutuhan peserta didik atau pembelajaran dan menampilkan
bermaksud memberikan hal yang tidak bermaksud memberikan hal yang tidak
menguntungkan
Pastikan modifikasi terdokumen di PPI Menggunakan modifikasi yang tidak terdokumen di PPI
Menjadi familiar dengan tipe dari Mengasumsikan bahwa semua akomodasi akomodasi yang dapat digunakan di
dapat diterapkan di kelas, ujian daerah pembelajaran maupun tes. Tidak semua
maupun ujian nasional akomodasi dapat diterapkan di berbagai jenjang tes. Spesifik mencantumkan (dimana, kapan,
Secara sederhana menyatakan akomodasi siapa dan bagaimana menyediakan
disediakan bila diperlukan akomodasi)
Evaluasi penerapan akomodasi Menggunakan akomodasi yang sama dari tahun ke tahun
Memutuskan penggunaan akomodasi Guru memutuskan sendiri pemilihan berdasarkan tim (guru, orang tua, dan
akomodasi
peserta didik) Berikan akomodasi untuk tes yang juga
Memberikan akomodasi pada hari pertama digunakan secara rutin saat pembelajaran saat tes Memilih akomodasi didasarkan pada
Mengasumsikan akomodasi tertentu misal: kebutuhan khusus peserta didik
tambahan waktu sesuai untuk semua anak di semua mata pelajaran
Hasil penelitian tentang penerapan akomodasi dan modifikasi pembelajaran:
a. Akomodasi yang paling sering diberikan adalah pemberian perpanjangan waktu, penempatan tes di ruang khusus dan membacakan naskah untuk peserta didik ( Bolt & Thurlow, 2004)
b. Akomodasi berdampak pada pengurangan skor pada kasus tertentu dan peningkatan skor pada hal lainnya (Pujaningsih, 2007; Chiu & Pearson, 1999; Elliott et al., 1999; Elliott, Kratochwill, & McKevitt, 2001; Kettler et al., 2005; McKevitt, 2000; Koenig & Bachman, 2004; Schulte, Elliott, & Kratochwill, 2001; Tindal, Heath, Hollenbeck, Almond, & Harniss, 1998). Penguranan skor b. Akomodasi berdampak pada pengurangan skor pada kasus tertentu dan peningkatan skor pada hal lainnya (Pujaningsih, 2007; Chiu & Pearson, 1999; Elliott et al., 1999; Elliott, Kratochwill, & McKevitt, 2001; Kettler et al., 2005; McKevitt, 2000; Koenig & Bachman, 2004; Schulte, Elliott, & Kratochwill, 2001; Tindal, Heath, Hollenbeck, Almond, & Harniss, 1998). Penguranan skor
c. Penggunaan akomodasi membacakan naskah pada pesert didik dengan kemampuan membaca rendah ditemukan efektik dalam studi metaanalisis oleh Tindal & Fuchs (1999).
C. Sistem Pembelajaran
1. Asesmen Pembelajaran
Di sekolah, guru menjadi lebih mudah melakukan asesmen dengan mengetahui kemampuan anak berdasarkan kurikulum atau lebih dikenal dengan asesmen berbasis kurikulum. Fuchs dan Deno (dalam John, dkk., 2006) mengorganisasikan pendekatan CBA ke dalam dua kategori, yaitu:
a) pengukuran penguasaan materi khusus, dan
b) pengukuran penguasaan kurikulum secara umum. Pengukuran materi khusus dibagi menjadi tiga, yaitu pengukuran yang difokuskan pada satu desain pembelajaran, pengukuran yang didasarkan pada evaluasi, dan pengukuran yang didasarkan pada kriteria. Sementara itu, pengukuran penguasaan kurikulum secara umum memberikan informasi kesulitan secara umum pada semua bidang dalam kurikulum. Oleh karena itu dimungkinkan anak mengalami kemudahan dalam mengerjakan beberapa soal namun mengalami kesulitan pada soal lainnya.
Model penerapan asesmen berbasis kurikulum adalah sebagai berikut.
Analisis kurikulum
2. Asess ketrampilan (langsung ga dan tidak langsung)
an ul
ng pe
4. 3. asesmen kebutuhan program pengajaran
Ketrampilan yang belum dikuasai
Belum diajarkan Sebelumnya diajarkan Strategi akuisisi
Strategi korektif
Ketrampilan yang dikuasai Strategi kelancaran
Keterangan; Langkah 1: analisis kurikulum untuk mengidentifikasi ketrampilan dan
subketrampilan yang diharapkan dikuasai anak
a. tandai sub ketrampilan yang akan di tes pada masing-masing kompetensi dasar
b. pindahkan sub ketrampilan dan buatlah daftar soal
c. buat tabel untuk mengurutkan ketrampilan yang akan di tes diawali dari level kesulitan tes yang paling mudah
Langkah 2. Asesmen tidak langsung dapat dilakukan dengan: a) mengumpulkan data dari interviu guru, kuesioner, rating scale, data pekerjaan siswa (PR, ulangan dan LKS), b) menganalisa dan menginterpretasi data yang terkumpul, c) mengidentifikasi pola keberhasilan dan kesalahan dalam mengerjakan soal, dan d) membuat hipotesis (kecenderungan permasalahan yang tampak). Asesmen langsung dilakukan untuk menindaklanjuti hasil asesmen tidak langsung.
Asesmen langsung mencakup: a) mengembangkan rancangan asesmen langsung berdasarkan hipotesis diagnosis, b) mengamati siswa pada area tertentu (sesuai hipotesis), c) mengembangkan item tes, d) mengadministrasikan hasil tes, d) menganalisa respon siswa, e) melakukan sintesis data hasil asesmen langsung dan tidak langsung, dan f) mendokumentasikan hasil data.
Langkah 3. Pembuatan program pengajaran. Berdasarkan hasil asesmen pada langkah 2, kembangkan tujuan program pembelajaran secara tentatif yang mencakup metode, materi dan kondisi yang ditargetkan untuk dicapai. Pilih area ketrampilan atau materi yang terdekat dengan kemampuan anak saat ini. Utamakan penggunaan metode dan materi yang didasarkan pada kekuatan siswa. Kemudian dilanjutkan dengan membuat perencanaan program dengan 3 tingkatan, yaitu: strategi pengembangan untuk target belajar yang belum dikuasai, strategi korektif untuk target belajar yang sudah diajarkan namun belum dikuasai dan maintanance untuk target pembelajaran yang belum sepenuhnya dikuasai. Langkah 4. Pengulangan siklus, Reviu langkah 2 dan langkah 3 dilakukan untuk menentukan target belajar yang mana yang akan ditambahkan atau dimaintain atau dirubah sesuai kebutuhan siswa. Untuk keperluan tersebut, dalam rangka mendesain dan mengajarkan pengajaran khusus bagi siswa yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan belajar mereka yang senantiasa berubah, maka proses asesmen secara terus menerus dilakukan.
2. Perencanaan Program Pembelajaran
Hasil asesmen berbasis kurikulum memberikan informasi mengenai level kemampuan anak saat ini serta permasalahan atau kebutuhan belajar spesifik yang dialami anak dengan kesulitan belajar. Apabila ditemukan level kemampuan anak di bawah level kelas saat ini maka perlu adaptasi pembelajaran dari sisi target pembelajaran yang disesuaikan dengan level kemampuan anak . Penyesuaian target pembelajaran tersebut dapat dituangkan dalam program pembelajaran individual. Program Pembelajaran Individual (PPI) memuat hal-hal berikut ini: Hasil asesmen berbasis kurikulum memberikan informasi mengenai level kemampuan anak saat ini serta permasalahan atau kebutuhan belajar spesifik yang dialami anak dengan kesulitan belajar. Apabila ditemukan level kemampuan anak di bawah level kelas saat ini maka perlu adaptasi pembelajaran dari sisi target pembelajaran yang disesuaikan dengan level kemampuan anak . Penyesuaian target pembelajaran tersebut dapat dituangkan dalam program pembelajaran individual. Program Pembelajaran Individual (PPI) memuat hal-hal berikut ini:
Identifikasi tujuan prioritas
tentukan tujuan tahunan
untuk setiap satu tujuan tahunan tentukan tujuan jangka pendek (3bulan)
Buat task analisis dan implementasikan
Evaluasi
menulis laporan akhir dan rekomendasi
Kegitan belajar mengajar untuk peserta didik berkesulitan belajar hendaknya dirancang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik berdasarkan hasil asesmen yang tepat yang mengacu pada kurikulum yang telah dikembangkan dan dimodifikasi.
Hal-hal yang perlu dikembangkan dalam merencanakan pembelajaran untuk peserta didik berkesulitan belajar antara lain :
a. Merencanakan kegiatan belajar mengajar 1)merencakan pengelolaan kelas 2)merencakan pengorganisasian bahan/materi pembelajaran 3)merencanakan penggunaan sumber belajar 4)merencanakan strategi pembelajaran yang tepat 5)merencanakan penilaian yang tepat 6)membina hubungan antar peribadi.
b. Alternatif Penempatan Pembelajaran peserta didik kesulitan belajar : 1)kelas regular peserta didik kesulitan belajar , belajar bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya, sepanjang hari kelas yang sama.
2)kelas reguler dengan cluster peserta didik kesulitan belajar, belajar bersama dengan peserta didik pada umumnya di kelas reguler dalam kelompok khusus.
3)kelas reguler dengan pull out. Peserta didik berkesulitan belajar, belajar bersama dengan peserta didik pada umumnya di kelas yang sama namun pada waktu tertentu dan pada mata pelajaran tertentu ditarik dari kelas reguler, belajar diruang sumber dengan guru pembimbing khusus.
4) kelas regular dengan cluster dan pull out. Peserta didik berkesulitan belajar, belajar bersama dengan peserta didik pada umumnya di kelas yang sama dalam kelompok khusus, namum pada waktu tertentu dan mata pelajaran tertentu ditarik keruang sumber belajar bersama dengan guru pem,bimbing khusus.
5)Kelompok Kecil Kelompok kecil ini terdiri dari 3 sampai 5 peserta didik, kelompok ini mempunyai kemampuan
yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya,dan bisa juga mempunyai kemampuan yang sama, pada kelompok ini guru dapat memberikan pelajaran secara individual sehingga kebutuhan peserta didik dapat terpenuhi dan terlayani.Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih, dapat dilibatkan dan dijadikan tutor sebaya untuk membantu peserta didik yang mengalami hambatan dan kesulitan. Pengelolaan kelas ini guru juga bisa menggunakan bentuk meja tapal kuda, dan membuat kelompok belajar berpasangan supaya dengan mudah memantau peserta didik
6)Belajar Mandiri. Peserta didik berlatih dan belajar sendiri terhadap materi yang sudah diberikan, belajar mandiri ini diharapkan peserta didik dalam menyelesaikan tugasnya hanya mendapatkan sedikit bantuan dari guru.
7)Kelompok Besar Kelompok ini terdiri dari 6 atau lebih peserta didik. Guru dan peserta didik dapat berdiskusi dan berbagi informasi, pada kelompok ini juga peserta didik mendapatkan kesempatan untuk melakukan umpan balik dan koreksi sesama teman.Pada kelompok besar ini juga peserta didik yang mengalami kesulitan akan mendapatkan keuntungan dan kesempatan dengan peserta didik pada umumnya. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan guru pada kelompok ini adalah ;
Guru memberikan pertanyaan dan peserta didik diminta untuk mendiskusikan, merepleksikan, dan menanggapi. Peserta didik diminta menuliskan jawaban pertanyaan di papan tulis
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran, juga harus mengimplementasikan sesuai dengan kelainan dan kebutuhan peserta didik diantaranya:
a. Motivasi. Guru memberikan motivasi pada peseta didik untuk tetap memiliki semangat tinggi untuk mengikuti pembelajaran.
b. Latar dan konteks Guru mengenal peserta didik secara mendalam baik kelemahan maupun kelebihan agar dapat menentukan materi dan strategi yang tepat untuk anak tersebut sehingga kelemahan dapat diminimalkan dan kelebihan dapat dimaksimalkan.
c. Keterarahan. Guru dalam merencanakan pembelajaran harus merumuskan tujuan yang jelas, menyiapkan alat media pembebelajaran yang sesuai dan menentukan strategi yang tepat.
d. Individualisasi. Guru mengenal kemampuan awal dan karakteristik peserta didik, baik kelebihan maupun kelemahan yang di dapat dari hasil asesmen agar guru dapat memberikan d. Individualisasi. Guru mengenal kemampuan awal dan karakteristik peserta didik, baik kelebihan maupun kelemahan yang di dapat dari hasil asesmen agar guru dapat memberikan
D. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Scientific
Pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan dalam implementasi pembelajaran untuk anak kesulitan belajar dan lamban belajar pada dasarnya sama dengan anak pada umumnya. Pembelajaran berbasis scientific menuntu materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Tugas guru mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Selain itu guru mampu mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran, menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Ada tiga model pembelajaran yang digunakan dalam metode pendekatan scientific, yaitu: a) Model Discovery Learning; b) Model Project Based Learning; c) Model Problem Based Learning
1) Kreteria
a) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
e) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
2) Langkah-langkah
a) Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
b) Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
c) Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
d) Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e) Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
f) Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud