ASPEK HUKUM PERDATA TERHADAP PEMBERITAAN
ASPEK HUKUM PERDATA TERHADAP
PEMBERITAAN MEDIA YANG TIDAK BENAR
1. FARA SEARA DIVA SYAHRIAL
2. GABRIEL GREGORYAN
3. HALIMAH ASIH RUKMINI
4. HERI APRIANUS KARTONO NGGARO
5. JALIAH
6. M INDRA ARIADINANANTA
7. MUHAMMAD RUDANI
8. PUTRI ENI NURJANNAH
9. RACHMA RIZKYANI
10.RIKA PUSPITA SARI
11.TITI RISKANA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………
…
i
DAFTAR
ISI
…………………………………………………..
2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………..
3
B.
Rumusan Masalah …………......................................
6
BAB II : PEMBAHASAN MASALAH
A. Tanggung Jawab Media Terhadap Pemberitaan Yang
Tidak
Benar....…………………………………..
7
2
B. Upaya Yang Ditempuh Oleh Pihak Yang
Dirugikan………………………………………
8
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan …………................................................
12
C.
Saran ……………………….....................................
13
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia pada masa kini tidak terlepas dari kebutuhan
untuk memperoleh informasi. Informasi yang tersaji di
hadapan masyarakat haruslah memuat beragam peristiwa baik
yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah satu
bidang yang berperan dalam pencarian, pemerosesan dan
penyebaran informasi adalah jurnalistik. Jurnalistik adalah
3
bidang yang menaruh perhatian pada penyebaran berita dan
opini mengenai masyarakat. Dalam dunia jurnalistik modern
terdapat empat jenis penyebaran informasi yaitu surat kabar,
radio, televisi, dan internet. jurnalistik adalah pers yang berasal
dari bahasa Belanda yang memiliki makna komunikasi yang
dilakukan dengan perantara barang cetakan. Istilah pers
digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama
kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita, baik
oleh wartawan media elektronik maupun oleh wartawan media
cetak. Berita adalah bagian dari realitas sosial yang dimuat
media karena memiliki nilai yang layak untuk disebarkan pada
masyarakat.
Di era globalisasi perkembangan media massa sangatlah
pesat. Baik itu media massa cetak seerti koran, majalah dan
tabloid maupun media elektronik seperti televisi, Radio dan
Internet. Saat ini kehidupan masyarakat di seluruh Dunia,
bahkan masyarakat Indonesia pun tidak lepas dari yang
namanya akses Informasi dan komunikasi dari media massa.
Karena sudah menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi dalam
kehidupan sosial bermasyarakat untuk mengakses informasi
baik seputar lingkungan masyarakat sekitar, keadaan Negara
maupun mancanegara.
Media cetak maupun media elektronik merupakan media
komunikasi massa yang melakukan kegiatan jurnalistik dengan
cetakan yang berfungsi sebagai kontrol sosial, hiburan dan
sebagai media informasi. Namun dalam kegiatannya media
cetak maupun media elektronik berpotensi menciptakan
dampak negatif terhadap masyarakat atau pihak lain apabila
berita yang diterbitkan adalah berita yang tidak benar. Selain
aspek penggunaan bahasa yang dianggap turut mempengaruhi
adanya perbedaan dalam penyajian suatu realitas, perbedaan
dan kecenderungan tertentu setiap media dalam memproduksi
isi media dipengaruhi oleh beberapa faktor mulai dari sikap
4
pribadi dan konsepsi peran para pekerja media, rutinitas
pekerjaan media, struktur dan budaya organisasi media,
hubungan antara media dengan institusi sosial lainnya serta
kekuatan ideologi dan budaya yang luas. Masyarakat
memandang berita sebagai sebuah fakta di lapangan yang
kemudian disajikan apa adanya oleh media.
Hal ini menyebabkan masayarakat merasa terkejut saat
menyaksikan apa yang ditayangkan di media ternyata tidak
sama dengan apa yang mereka saksikan. Dengan kata lain, apa
yang ditampilkan media sudah melalui berbagai proses
sehingga hasilnya tidak utuh lagi seperti fakta. Memang, tidak
semua fakta bisa ditampilkan utuh dalam berita, tapi paling
tidak campur tangan atau rekayasanya tidak terlalu
menyimpang dari kondisi yang sesungguhnya. Dengan
demikian, masyarakat harus menyadari berbagai pengaruh
yang dihadapi media dalam menyampaikan sebuah berita.
Pers diberikan kebebasan dalam menyampaikan berita,
kebebasan tersebut diikuti dengan kewajiban-kewajiban.
Dengan kata lain, tuntutan kebebasan pers berlaku tanpa batas.
Maksud dan tujuan kebebasan pers di Indonesia adalah
menciptakan pers yang sehat, yaitu pers yang bebas dan
bertanggung jawab guna mengembangkan suasana saling
percaya menuju masyaakat terbuka yang demokratis dengan
mekanisme interaksi positif antara pers, pemerintah dan
masyarakat.
Untuk itu, diperlukan upaya hukum sebagai pedoman dalam
penyelesaian masalah antara pihak yang dirugikan dengan
media cetak maupun media elektronik yang menerbitkan
berita tidak benar. Ketika persoalan terjadi akibat karya
jurnalistik yang dihasilkan oleh pers, masyarakat berhak
5
menuntut pers untuk mempertanggungjawabkannya.
Penelitian ini akan mengkaji dan membahas tanggung jawab
media dalam memuat berita yang tidak benar.
1. B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar
belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:
Bagaimana tanggung jawab media terhadap pemberitaan
yang tidak benar?
Apa upaya yang ditempuh oleh pihak yang dirugikan
apabila ada pemberitaan yang tidak benar?
6
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2. A. TANGGUNG JAWAB MEDIA TERHADAP PEMBERITAAN
YANG TIDAK BENAR
Pers diberikan kebebasan dalam mepublikasikan atau
menyajikan pemberitaan namun kebebasan pers tidak berarti
bahwa pers boleh menyebarluaskan fintah, kabar bohong, dan
kebencian. Kebebasan pers tetap dibatasi oleh kebenaran dan
kemerdekaan orang lain. Apa yang diungkapkan pers tak lain
7
adalah fakta. Jika ada pihak merasa dirugikan dengan
pemberitaan mengenai fakta tersebut, maka penyelesaiannya
setelah tidak dapat dikompromikan misalnya dengan
pemuatan hak jawab tidak dapat diompromikan misalnya ke
pengadilan, dan diselesaikan dengan peradilan perdata.
Tanggung jawab media dalam memuat berita yang tidak
benar dilakukan berdasarkan KUHPerdata yang diatur dalam
pasal 1365, yaitu media cetak maupun media elektronik wajib
membayar ganti rugi atas kerugian yang ditimbulkan oleh
berita yang diterbitkan tersebut, baik kerugian materil maupun
kerugian imateril.
Kemudian berdasarkan pasal 1366 BW, yaitu media cetak atau
media elektronik bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian
yang disebabkan karena pemberitaan yang tidak benar, tetapi juga
untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaiannya atau kurang
hati-hatinya. Tanggung jawab tersebut muncul setelah pihak yang
dirugikan melakukan gugatan ke pengadilan berdasarkan perbuatan
melawan hukum dan tanggung jawab tersebut diambil alih
pimpinan redaksi pada masing-masing departemen yang
bersangkutan.
Mengenai siapa yang bertanggung jawab terhadap
pemberitaan yang merugikan pihak lain, bahwa secara teknis
hukum, perusahaan pers harus menunjuk penanggung
jawabnya, yang terdiri dari 2 (dua) bidang yaitu, penanggung
jawab bidang usaha dan penanggung jawab bidang redaksi.
Mekanisme pertanggungjawaban yang dilakukan oleh
wartawan diambilalih oleh perusahaan pers yang diwakili oleh
penanggung jawab itu.
Seperti contoh gugatan Gubernur Bali Made Mangku Pastika
menggugat Harian Bali Post yang telah merugikan Mangku
Pastika oleh serangkaian pemberitaan media yang tidak benar.
8
Mangku Pastika menggugat secara perdata Bali Post dengan
kerugian immateriil mencapai Rp. 150 milyar dan kerugian
materiil dengan gugatan senilai Rp. 170 juta.
2. B. UPAYA YANG DITEMPUH OLEH PIHAK YANG
DIRUGIKAN
Dalam banyak kasus, sesungguhnya wartawan Indonesia
telah menyadari dan selalu mempertimbangkan prinsipprinsip kelayakan suatu berita. Tetapi mengapa selalu saja
ketika wartawan telah melakukan yang terbaik dan seobyektif
mungkin, masih muncul “perlawanan” yang tidak pada
tempatnya yang dilakukan oleh anggota masyarakat? Namum
seobyektif-obyektifnya pers meliput peristiwa, masih saja ada
yang menilai secara subyektif. Hal yang lumrah tentunya,
mengingat pers hanyalah sebuah medium. Yang dengan segala
keterbatasannya, harus melakukan keputusan untuk memilih
dan menentukan bentuk sajiannya. Maka tidak mengherankan
jikalau kemudian muncul tuduhan-tuduhan pers oleh pihak
yang dirugikan. Kalau saja tuduhan itu berupa komentar
bukanlah masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika
peristiwa itu diangkat oleh wartawan, pihak yang dirugikan
melakukan “penikaman” dengan cara yang sangat tidak terpuji.
Upaya yang ditempuh oleh pihak yang dirugikan apabila ada
pemberitaan yang tidak benar adalah dengan cara mengajukan
upaya keberatan kepada media cetak untuk meminta
melakukan ralat berita atas berita yang telah diterbitkan. Hak
Jawab ini diajukan ke media bersangkutan. Jika hak jawab ini
kemudian ditolak media bersangkutan, maka pihak yang
merasa dirugikan harus mengajukan kembali. Jika tiga kali
ditolak, maka yang merasa dirugikan pemberitaan media bisa
mengajukan media tersebut ke pihak kepolisian. Sebelum
pihak yang merasa dirugikan pers mengajukan tuntutan
9
(perdata) ke pengadilan, haruslah dibuktikan lebih dahulu
bahwa pers yang menyiarkan berita tersebut memang terbukti
tidak melayani hak jawab.
Urutan langkah hukum yang adalah, pertama-tama pihak
yang merasa dirugikan oleh pemberitaan sebuah media, hak
jawablah yang seharusnya diajukan terlebih dahulu kepada
media. Sesuai kamus Bahasa Indonesia maka hak adalah
kepunyaan, kekuasaan untuk berbuat atau suatu wewenang
menurut hukum. Sehingga dengan demikian, karena hak jawab
merupakan hak, kepunyaan, kekuasaan orang dirugikan maka
penggunaan hak tersebut tidak dapat dipaksakan atau bukan
karena suatu kehendak, kekuasaan atau pernyataan yang
dipengaruhi untuk digunakan oleh orang yang dirugikan,
namun sebaliknya pers berkewajiban melayani hak jawab
orang yang dirugikan manakala orang yang dirugikan
menggunakan hak jawabnya. Siapapun yang merasa dirugikan
oleh pemberitaan pers, oleh Undang-undang pers dijamin dan
diberi hak jawab. Karena hak maka boleh digunakan, boleh
juga tidak. Itupun jika seseorang yang dirugikan menggunakan
hak jawabnya dan manakala dia kurang puas boleh memproses
secara hukum melalui pihak berwajib secara pidana dan secara
perdata langsung ke Pengadilan. Dan tanpa atau dengan
menggunakan hak jawab, seseorang tetap boleh berproses atau
mengajukannya ke proses hukum atau kepada yang berwajib.
Jika hak jawab ini tidak dilayani atau pihak yang dirugikan
merasa masih tidak puas, pihak yang dirugikan harus
mengirim somasi sampai tiga kali. Sama halnya dengan hak
jawab maka somasi merupakan hak yang melekat pada orang
yang merasa dirugikan. Penggunaan hak tersebut tidak dapat
dipaksakan atau tidak ada suatu kehendak, kekuasaan atau
pernyataan yang dapat mempengaruhi sesorang untuk
menggunakannya. Somasi kadang-kadang berisi teguran atau
10
ajakan kepada “Pimpinan Redaksi” atau “Perusahaan Pers”
untuk menyelesaikan kesalahan pemberitaannya secara damai
dan kekeluargaan yang dapat saja berisi permintaan
permohonan maaf dan pemuatan atas kekeliruan atas berita
atau “hak koreksi berita”. Selama ini “somasi” dianggap dapat
memberikan kepuasan kepada pihak yang merasa dirugikan
jika hal itu dilakukan oleh perusahaan pers. Diantara hak jawab
dengan somasi, maka hak jawab banyak dikehendaki
perusahaan pers sedangkan somasi banyak dikehendaki
masyarakat dari pihak yang merasa dirugikan. Namun kembali
kepersoalan bahwa oleh karena somasi merupakan hak
masyarakat atau orang yang dirugikan maka penggunaan hak
tersebut tidak dapat dipaksakan atau tiada suatu kehendak,
kekuasaan lebih-lebih pernyataan seseorang atau kelompok
untuk mempengaruhi korban menggunakannya haknya.
Jika somasi tidak dilayani, pihak yang merasa dirugikan
dapat melaporkan kasusnya ke polisi. Pihak yang dirugikan
juga dapat mengadukan kepada dewan pers melalui PWI.
Selanjutnya PWI akan memanggil pihak-pihak yang
bersangkutan. Jika melalui PWI juga tidak menemukan
penyelesaian, maka pihak yang dirugikan dapat melakukan
gugatan ke pengadilan.
11
BAB III
PENUTUP
3. A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat kami simpulkan, .
jurnalistik adalah bidang yang menaruh perhatian pada
penyebaran berita dan opini mengenai masyarakat. Dalam
dunia jurnalistik modern terdapat empat jenis penyebaran
informasi yaitu surat kabar, radio, televisi, dan internet. Tugas
atau kewajiban seorang jurnalistik adalah mengabdikan diri
kepada kesejahteraan umum dengan memberi masyarakat
12
informasi yang memungkinkan masyarakat membuat penilaian
terhadap sesuatu masalah yang mereka hadapi. Jurnalistik tak
boleh menyalahgunakan kekuasaan untuk motif pribadi atau
tujuan yang tak berdasar. Kebebasan berbicara dan
menyatakan pendapat adalah milik setiap anggota masyarakat
(milik publik) dan jurnalistik menjamin bahwa urusan publik
harus diselenggarakan secara publik. Jurnalistik harus
berjuang melawan siapa saja yang mengeksploitasi pers untuk
keuntungan pribadi atau kelompok. Ketika media pers
menyajikan pemberitaan yang tidak benar maka media pers
harus bertanggung jawab berdasarkan KUHPerdata yang diatur
dalam pasal 1365, yaitu media cetak maupun media elektronik
wajib membayar ganti rugi atas kerugian yang ditimbulkan
oleh berita yang diterbitkan tersebut, baik kerugian materil
maupun kerugian imateril. Kemudian berdasarkan pasal 1366
BW, yaitu media cetak atau media elektronik bertanggung
jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena
pemberitaan yang tidak benar, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaiannya atau kurang hati-hatinya.
3. B. SARAN
Setelah mengetahui bagaimana aspek hukum perdata
terhadap pemberitaan media yang tidak benar hendaknya pers
dapat lebih pandai ataupun teliti dalam menyajikan berita
sesuai fakta dan tidak ada pihak yang dirugikan.
13
PEMBERITAAN MEDIA YANG TIDAK BENAR
1. FARA SEARA DIVA SYAHRIAL
2. GABRIEL GREGORYAN
3. HALIMAH ASIH RUKMINI
4. HERI APRIANUS KARTONO NGGARO
5. JALIAH
6. M INDRA ARIADINANANTA
7. MUHAMMAD RUDANI
8. PUTRI ENI NURJANNAH
9. RACHMA RIZKYANI
10.RIKA PUSPITA SARI
11.TITI RISKANA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………
…
i
DAFTAR
ISI
…………………………………………………..
2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………..
3
B.
Rumusan Masalah …………......................................
6
BAB II : PEMBAHASAN MASALAH
A. Tanggung Jawab Media Terhadap Pemberitaan Yang
Tidak
Benar....…………………………………..
7
2
B. Upaya Yang Ditempuh Oleh Pihak Yang
Dirugikan………………………………………
8
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan …………................................................
12
C.
Saran ……………………….....................................
13
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia pada masa kini tidak terlepas dari kebutuhan
untuk memperoleh informasi. Informasi yang tersaji di
hadapan masyarakat haruslah memuat beragam peristiwa baik
yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah satu
bidang yang berperan dalam pencarian, pemerosesan dan
penyebaran informasi adalah jurnalistik. Jurnalistik adalah
3
bidang yang menaruh perhatian pada penyebaran berita dan
opini mengenai masyarakat. Dalam dunia jurnalistik modern
terdapat empat jenis penyebaran informasi yaitu surat kabar,
radio, televisi, dan internet. jurnalistik adalah pers yang berasal
dari bahasa Belanda yang memiliki makna komunikasi yang
dilakukan dengan perantara barang cetakan. Istilah pers
digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama
kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita, baik
oleh wartawan media elektronik maupun oleh wartawan media
cetak. Berita adalah bagian dari realitas sosial yang dimuat
media karena memiliki nilai yang layak untuk disebarkan pada
masyarakat.
Di era globalisasi perkembangan media massa sangatlah
pesat. Baik itu media massa cetak seerti koran, majalah dan
tabloid maupun media elektronik seperti televisi, Radio dan
Internet. Saat ini kehidupan masyarakat di seluruh Dunia,
bahkan masyarakat Indonesia pun tidak lepas dari yang
namanya akses Informasi dan komunikasi dari media massa.
Karena sudah menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi dalam
kehidupan sosial bermasyarakat untuk mengakses informasi
baik seputar lingkungan masyarakat sekitar, keadaan Negara
maupun mancanegara.
Media cetak maupun media elektronik merupakan media
komunikasi massa yang melakukan kegiatan jurnalistik dengan
cetakan yang berfungsi sebagai kontrol sosial, hiburan dan
sebagai media informasi. Namun dalam kegiatannya media
cetak maupun media elektronik berpotensi menciptakan
dampak negatif terhadap masyarakat atau pihak lain apabila
berita yang diterbitkan adalah berita yang tidak benar. Selain
aspek penggunaan bahasa yang dianggap turut mempengaruhi
adanya perbedaan dalam penyajian suatu realitas, perbedaan
dan kecenderungan tertentu setiap media dalam memproduksi
isi media dipengaruhi oleh beberapa faktor mulai dari sikap
4
pribadi dan konsepsi peran para pekerja media, rutinitas
pekerjaan media, struktur dan budaya organisasi media,
hubungan antara media dengan institusi sosial lainnya serta
kekuatan ideologi dan budaya yang luas. Masyarakat
memandang berita sebagai sebuah fakta di lapangan yang
kemudian disajikan apa adanya oleh media.
Hal ini menyebabkan masayarakat merasa terkejut saat
menyaksikan apa yang ditayangkan di media ternyata tidak
sama dengan apa yang mereka saksikan. Dengan kata lain, apa
yang ditampilkan media sudah melalui berbagai proses
sehingga hasilnya tidak utuh lagi seperti fakta. Memang, tidak
semua fakta bisa ditampilkan utuh dalam berita, tapi paling
tidak campur tangan atau rekayasanya tidak terlalu
menyimpang dari kondisi yang sesungguhnya. Dengan
demikian, masyarakat harus menyadari berbagai pengaruh
yang dihadapi media dalam menyampaikan sebuah berita.
Pers diberikan kebebasan dalam menyampaikan berita,
kebebasan tersebut diikuti dengan kewajiban-kewajiban.
Dengan kata lain, tuntutan kebebasan pers berlaku tanpa batas.
Maksud dan tujuan kebebasan pers di Indonesia adalah
menciptakan pers yang sehat, yaitu pers yang bebas dan
bertanggung jawab guna mengembangkan suasana saling
percaya menuju masyaakat terbuka yang demokratis dengan
mekanisme interaksi positif antara pers, pemerintah dan
masyarakat.
Untuk itu, diperlukan upaya hukum sebagai pedoman dalam
penyelesaian masalah antara pihak yang dirugikan dengan
media cetak maupun media elektronik yang menerbitkan
berita tidak benar. Ketika persoalan terjadi akibat karya
jurnalistik yang dihasilkan oleh pers, masyarakat berhak
5
menuntut pers untuk mempertanggungjawabkannya.
Penelitian ini akan mengkaji dan membahas tanggung jawab
media dalam memuat berita yang tidak benar.
1. B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar
belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:
Bagaimana tanggung jawab media terhadap pemberitaan
yang tidak benar?
Apa upaya yang ditempuh oleh pihak yang dirugikan
apabila ada pemberitaan yang tidak benar?
6
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2. A. TANGGUNG JAWAB MEDIA TERHADAP PEMBERITAAN
YANG TIDAK BENAR
Pers diberikan kebebasan dalam mepublikasikan atau
menyajikan pemberitaan namun kebebasan pers tidak berarti
bahwa pers boleh menyebarluaskan fintah, kabar bohong, dan
kebencian. Kebebasan pers tetap dibatasi oleh kebenaran dan
kemerdekaan orang lain. Apa yang diungkapkan pers tak lain
7
adalah fakta. Jika ada pihak merasa dirugikan dengan
pemberitaan mengenai fakta tersebut, maka penyelesaiannya
setelah tidak dapat dikompromikan misalnya dengan
pemuatan hak jawab tidak dapat diompromikan misalnya ke
pengadilan, dan diselesaikan dengan peradilan perdata.
Tanggung jawab media dalam memuat berita yang tidak
benar dilakukan berdasarkan KUHPerdata yang diatur dalam
pasal 1365, yaitu media cetak maupun media elektronik wajib
membayar ganti rugi atas kerugian yang ditimbulkan oleh
berita yang diterbitkan tersebut, baik kerugian materil maupun
kerugian imateril.
Kemudian berdasarkan pasal 1366 BW, yaitu media cetak atau
media elektronik bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian
yang disebabkan karena pemberitaan yang tidak benar, tetapi juga
untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaiannya atau kurang
hati-hatinya. Tanggung jawab tersebut muncul setelah pihak yang
dirugikan melakukan gugatan ke pengadilan berdasarkan perbuatan
melawan hukum dan tanggung jawab tersebut diambil alih
pimpinan redaksi pada masing-masing departemen yang
bersangkutan.
Mengenai siapa yang bertanggung jawab terhadap
pemberitaan yang merugikan pihak lain, bahwa secara teknis
hukum, perusahaan pers harus menunjuk penanggung
jawabnya, yang terdiri dari 2 (dua) bidang yaitu, penanggung
jawab bidang usaha dan penanggung jawab bidang redaksi.
Mekanisme pertanggungjawaban yang dilakukan oleh
wartawan diambilalih oleh perusahaan pers yang diwakili oleh
penanggung jawab itu.
Seperti contoh gugatan Gubernur Bali Made Mangku Pastika
menggugat Harian Bali Post yang telah merugikan Mangku
Pastika oleh serangkaian pemberitaan media yang tidak benar.
8
Mangku Pastika menggugat secara perdata Bali Post dengan
kerugian immateriil mencapai Rp. 150 milyar dan kerugian
materiil dengan gugatan senilai Rp. 170 juta.
2. B. UPAYA YANG DITEMPUH OLEH PIHAK YANG
DIRUGIKAN
Dalam banyak kasus, sesungguhnya wartawan Indonesia
telah menyadari dan selalu mempertimbangkan prinsipprinsip kelayakan suatu berita. Tetapi mengapa selalu saja
ketika wartawan telah melakukan yang terbaik dan seobyektif
mungkin, masih muncul “perlawanan” yang tidak pada
tempatnya yang dilakukan oleh anggota masyarakat? Namum
seobyektif-obyektifnya pers meliput peristiwa, masih saja ada
yang menilai secara subyektif. Hal yang lumrah tentunya,
mengingat pers hanyalah sebuah medium. Yang dengan segala
keterbatasannya, harus melakukan keputusan untuk memilih
dan menentukan bentuk sajiannya. Maka tidak mengherankan
jikalau kemudian muncul tuduhan-tuduhan pers oleh pihak
yang dirugikan. Kalau saja tuduhan itu berupa komentar
bukanlah masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika
peristiwa itu diangkat oleh wartawan, pihak yang dirugikan
melakukan “penikaman” dengan cara yang sangat tidak terpuji.
Upaya yang ditempuh oleh pihak yang dirugikan apabila ada
pemberitaan yang tidak benar adalah dengan cara mengajukan
upaya keberatan kepada media cetak untuk meminta
melakukan ralat berita atas berita yang telah diterbitkan. Hak
Jawab ini diajukan ke media bersangkutan. Jika hak jawab ini
kemudian ditolak media bersangkutan, maka pihak yang
merasa dirugikan harus mengajukan kembali. Jika tiga kali
ditolak, maka yang merasa dirugikan pemberitaan media bisa
mengajukan media tersebut ke pihak kepolisian. Sebelum
pihak yang merasa dirugikan pers mengajukan tuntutan
9
(perdata) ke pengadilan, haruslah dibuktikan lebih dahulu
bahwa pers yang menyiarkan berita tersebut memang terbukti
tidak melayani hak jawab.
Urutan langkah hukum yang adalah, pertama-tama pihak
yang merasa dirugikan oleh pemberitaan sebuah media, hak
jawablah yang seharusnya diajukan terlebih dahulu kepada
media. Sesuai kamus Bahasa Indonesia maka hak adalah
kepunyaan, kekuasaan untuk berbuat atau suatu wewenang
menurut hukum. Sehingga dengan demikian, karena hak jawab
merupakan hak, kepunyaan, kekuasaan orang dirugikan maka
penggunaan hak tersebut tidak dapat dipaksakan atau bukan
karena suatu kehendak, kekuasaan atau pernyataan yang
dipengaruhi untuk digunakan oleh orang yang dirugikan,
namun sebaliknya pers berkewajiban melayani hak jawab
orang yang dirugikan manakala orang yang dirugikan
menggunakan hak jawabnya. Siapapun yang merasa dirugikan
oleh pemberitaan pers, oleh Undang-undang pers dijamin dan
diberi hak jawab. Karena hak maka boleh digunakan, boleh
juga tidak. Itupun jika seseorang yang dirugikan menggunakan
hak jawabnya dan manakala dia kurang puas boleh memproses
secara hukum melalui pihak berwajib secara pidana dan secara
perdata langsung ke Pengadilan. Dan tanpa atau dengan
menggunakan hak jawab, seseorang tetap boleh berproses atau
mengajukannya ke proses hukum atau kepada yang berwajib.
Jika hak jawab ini tidak dilayani atau pihak yang dirugikan
merasa masih tidak puas, pihak yang dirugikan harus
mengirim somasi sampai tiga kali. Sama halnya dengan hak
jawab maka somasi merupakan hak yang melekat pada orang
yang merasa dirugikan. Penggunaan hak tersebut tidak dapat
dipaksakan atau tidak ada suatu kehendak, kekuasaan atau
pernyataan yang dapat mempengaruhi sesorang untuk
menggunakannya. Somasi kadang-kadang berisi teguran atau
10
ajakan kepada “Pimpinan Redaksi” atau “Perusahaan Pers”
untuk menyelesaikan kesalahan pemberitaannya secara damai
dan kekeluargaan yang dapat saja berisi permintaan
permohonan maaf dan pemuatan atas kekeliruan atas berita
atau “hak koreksi berita”. Selama ini “somasi” dianggap dapat
memberikan kepuasan kepada pihak yang merasa dirugikan
jika hal itu dilakukan oleh perusahaan pers. Diantara hak jawab
dengan somasi, maka hak jawab banyak dikehendaki
perusahaan pers sedangkan somasi banyak dikehendaki
masyarakat dari pihak yang merasa dirugikan. Namun kembali
kepersoalan bahwa oleh karena somasi merupakan hak
masyarakat atau orang yang dirugikan maka penggunaan hak
tersebut tidak dapat dipaksakan atau tiada suatu kehendak,
kekuasaan lebih-lebih pernyataan seseorang atau kelompok
untuk mempengaruhi korban menggunakannya haknya.
Jika somasi tidak dilayani, pihak yang merasa dirugikan
dapat melaporkan kasusnya ke polisi. Pihak yang dirugikan
juga dapat mengadukan kepada dewan pers melalui PWI.
Selanjutnya PWI akan memanggil pihak-pihak yang
bersangkutan. Jika melalui PWI juga tidak menemukan
penyelesaian, maka pihak yang dirugikan dapat melakukan
gugatan ke pengadilan.
11
BAB III
PENUTUP
3. A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat kami simpulkan, .
jurnalistik adalah bidang yang menaruh perhatian pada
penyebaran berita dan opini mengenai masyarakat. Dalam
dunia jurnalistik modern terdapat empat jenis penyebaran
informasi yaitu surat kabar, radio, televisi, dan internet. Tugas
atau kewajiban seorang jurnalistik adalah mengabdikan diri
kepada kesejahteraan umum dengan memberi masyarakat
12
informasi yang memungkinkan masyarakat membuat penilaian
terhadap sesuatu masalah yang mereka hadapi. Jurnalistik tak
boleh menyalahgunakan kekuasaan untuk motif pribadi atau
tujuan yang tak berdasar. Kebebasan berbicara dan
menyatakan pendapat adalah milik setiap anggota masyarakat
(milik publik) dan jurnalistik menjamin bahwa urusan publik
harus diselenggarakan secara publik. Jurnalistik harus
berjuang melawan siapa saja yang mengeksploitasi pers untuk
keuntungan pribadi atau kelompok. Ketika media pers
menyajikan pemberitaan yang tidak benar maka media pers
harus bertanggung jawab berdasarkan KUHPerdata yang diatur
dalam pasal 1365, yaitu media cetak maupun media elektronik
wajib membayar ganti rugi atas kerugian yang ditimbulkan
oleh berita yang diterbitkan tersebut, baik kerugian materil
maupun kerugian imateril. Kemudian berdasarkan pasal 1366
BW, yaitu media cetak atau media elektronik bertanggung
jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena
pemberitaan yang tidak benar, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaiannya atau kurang hati-hatinya.
3. B. SARAN
Setelah mengetahui bagaimana aspek hukum perdata
terhadap pemberitaan media yang tidak benar hendaknya pers
dapat lebih pandai ataupun teliti dalam menyajikan berita
sesuai fakta dan tidak ada pihak yang dirugikan.
13