PENJAMINAN MUTU PROSES TANAM YANG BERMUT

PENJAMINAN MUTU
PROSES TANAM YANG BERMUTU

Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu secara konsisten dan
berkelanjutan sehingga konsumen, produsen, dan pihak lainnya yang berkepentingan
memperoleh kepuasan. Berdasarkan pengertian tersebut, penjaminan mutu pada produk jamu
berarti adalah proses pemenuhan standar mutu dalam segala kegiatan penciptaan produk
(pra : proses tanam, proses pengolahan pasca panen, proses lanjutan produksi, dan pasca :
pendistribusian) secara konsistem sehingga memperoleh kepuasan dari stakeholder.
Pada perjalanan memproduksi olahan produk jamu yang bermutu, diperlukan rangkaian
proses mulai dari penanaman – pendistribusian yang penuh kontrol.
Proses tanam merupakan tahap paling awal, sekaligus paling mendasar dalam proses tersebut.
Ada beberapa hal dan titik vital yang harus diperhatikan, rangkaian proses yang harus
diperhatikan (dalam hal ini saya menjelaskan proses tanam yang baik, sehingga proses
tersebut dikatakan proses yang bermutu).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Tanaman obat-obatan membutuhkan curah hujan yang cukup dengan distribusi yang
merata. Ketersedi aan air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya
tanaman obat. Apabila jumlah curah hujan ti dak dapat memenuhi kebutuhan air bagi
tanaman obat maka harus dilakukan penyiraman atau pengairan melalui irigasi.
Penyinaran matahari


juga sangat penting pada budi daya tanaman obat. Sudut dan

arah datangnya sinar matahari , lama penyinaran dan kuali tas sinar merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi proses fotosintesis pada tanaman obat. Jumlah radiasi
matahari

yang tidak optimal akan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas

produksi tanaman obat. Beberapa jenis tanaman obat membutuhkan pelindung untuk
mengurangi jumlah radiasi matahari yang di terima, tetapi jenis tanaman obat lainnya
membutuhkan jumlah radiasi matahari maksimal untuk berfotosintesis.
Unsur-unsur

iklim

lain

seperti

kelembaban,


angin

dan

keawanan

juga

perlu

diperhatikan dan disesuaikan dengan kebutuhkan tanaman obat yang akan dibudidayakan.

Kesuburan tanah tempat bercocok tanam tanaman obat juga merupakan penentu
keberhasilan budidaya tanaman obat tersebut. Kesuburan tanah yang harus diperhati kan
meliputi kesuburan fisik, kimia dan biologi . Tanah sebaiknya memiliki perbandingan
fraksi liat, lempung, dan pasir yang seimbang, gembur, kandungan bahan organik
tinggi, aerase dan drainase baik, memiliki kandungan hara yang tinggi , pH tanah
cenderung netral antara 6,0 – 7,0.


Rangkaian proses tanam:
Persiapan dan Pengolahan Tanah
Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsurunsur hara yang merupakan makanan bagi tanaman. Pada budidaya tanaman obat
persiapan lahan dan pengolahan lahan harus menjadi perhatian pertama.
Lokasi penanaman penting diperhatikan karena berkaitan langsung dengan lingkungan
tumbuh tanaman yaitu iklim dan kondisi lahan. Ketinggian tempat sangat
mempengaruhi iklim setempat seperti suhu, curah hujan, kelembaban, penyinaran
matahari , dan angin. Kemiringan lahan juga menentukan teknik pengolahan tanah dan
teknik budidaya tanaman.
Setiap jenis tanaman obat membutuhkan kondisi tanah tertentu agar dapat tumbuh dan
berkembang optimal . Kondisi tanah yang harus diperhatikan meliputi kesuburan fisik
tanah (struktur, tekstur, konsistensi, porosi tas, suhu tanah, aerase dan drainase tanah),
kesuburan kimia (ketersediaan hara, kapasitas tukar kation, pH tanah), kesuburan biol
ogi (akt ivi tas
mikroorganisme tanah dan bahan organi k tanah). Kesuburan tanah harus selalu
dipertahankan.
Setel ah di tentukan l okasi penanaman dan jenis tanah yang sesuai untuk budidaya
tanaman obat selanjutnya dapat dilakukan kegiatan persiapan dan pengol ahan tanah.
Persiapan
dan pengol ahan tanah bertuj uan untuk :

1. Membuat kondi si fisik tanah menjadi lebih gembur, meningkatkan porositas
tanah,memperbaiki aerase dan drainase tanah.
2. Membersihkan l ahan dari gulma, semak, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
3. Pada areal penanaman yang terl etak di lereng buki t atau pegunungan sebaiknya
dibuat teras untuk mencegah erosi dan mempermudah pemeliharaan tanaman.
Teknik persiapan dan pengol ahan tanah di tentukan ol eh jenis tanaman obat yang
akan dibudidayakan dan kondisi awal lahan tersebut. Secara umum tahapan pengol ahan
tanah adalah :
1. Pembersihan lahan dari gulma, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan.

2. Pembajakan yai tu membalik tanah dengan menggunakan bajak atau traktor
3. Penggaruan yai tu menghancurkan gumpalan tanah yang besar sehingga menjadi
lebih halus dan merata. Pada parti kel tanah yang lebih kecil maka hubungan antara
parti kel tanah dengan akar tanaman akan l ebih l uas dan akar akan lebih mudah
mendapatkan zat hara yang dibutuhkan. Tanah yang lebih porous akan membuat
lingkungan perakaran yang l ebih baik terutama untuk tanaman obat yang memiliki
rhizome/rimpang dan tanaman obat berakar dangkal dan kecil . Kondisi fisik tanah
yang baik j uga akan meningkatkan akt ivi tas mikroorgani sme tanah yang dapat
membantu meningkatkan ketersedi aan hara bagi tanaman dan mempercepat

dekomposisi bahan organik.
4. Pembuatan bedengan. Beberapa j enis tanaman obat sebaiknya dibudidayakan pada
bedengan-bedengan terutama untuk j enis tanaman semusim atau tanaman berbentuk
perdu dan memiliki habi tus kecil yang rel at if t i dak tahan ai r yang tergenang
sepert i pegagan, memiran, daun dewa, temu-temuan. Sedangkan untuk tanaman obat
tahunan seperti kayu manis, mahkota dewa, kina, dan pal a t i dak membutuhkan
bedengan untuk tempat tumbuhnya.
Bedengan dibentuk dengan cara menimbun tanah atau meninggi kan permukaan tanah
dari hasil galian pari t sebagai batas bedengan. Bedengan sebaiknya dibuat memanjang
dengan
arah timur - barat. Panj ang dan l ebar bedengan dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jarak
antar
bedengan yang merupakan saluran ai r j uga dapat digunakan untuk berj alan pada saat
pemeliharaan. Sal uran ai r berfungsi untuk menghindarkan tergenangnya ai r pada saat
musim
hujan (Syukur dan Hernani , 2001).
Lubang-l ubang tanam dan al ur-alur tanam dibuat pada bedengan. Jarak tanam dibuat
sesuai jenis tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Ukuran l ubang tanam disesuaikan
dengan
jenis tanaman dan jenis bibi t yang tel ah disiapkan. Pada waktu penggalian lubang tanam

sebaiknya tanah topsoil dan subsoil di pisahkan, sebaiknya tanah galian tersebut di campur
dengan
pupuk kandang atau kompos yang dosi snya tergantung jenis tanaman dan jarak tanam.
Pada tanaman yang membutuhkan tegakan, seperti si rih dan lada dapat di tanam panjatan
atau tegakan. Panj atan atau tegakan dapat berupa panjatan mat i atau tanaman hidup. Ti
ang
panjatan dapat di pasang ki ra-ki ra 10 cm dari lubang tanam. Apabila di pakai panjatan
hidup
berupa tanaman maka harus dipilih tanaman yang pertumbuhannya cepat, kuat, berbatang l
urus
dan pertumbuhannya t i dak mengganggu tanaman utama. Beberapa j enis tanaman obat j
uga
membutuhkan tanaman pelindung untuk melindungi tanaman obat dari penyinaran matahari
secara l angsung atau dari terpaan angin, maka sebaiknya tanaman pelindung tel ah
disiapkan
beberapa waktu sebelum penanaman bibit ke lapangan.

Untuk tanaman obat yang dibudidayakan secara organi k, di seki tar areal penanaman
sebaiknya di tanam tanaman perangkap seperti kenikir, serai , bunga matahari , dan
mimba.

Tanaman tersebut di tanam untuk melindungi tanaman obat yang dibudi dayakan dari
serangan hama.
Persiapan Bibit
Persi apan bahan tanam dapat dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan persiapan dan
pengol ahan lahan. Bahkan pada beberapa jenis tanaman obat-obatan dibutuhkan waktu
l ebih
lama untuk mempersiapkan bahan tanam karena pembibi tan harus melalui beberapa
tahapan.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generat if yai tu dengan biji dan secara
vegetatif yai tu dengan cara stek, cangkok, okul asi , runduk, dan kul tur jaringan.
Sistem
perbanyakan tanaman yang akan digunakan tergantung dari
jenis tanaman,
keterampilan pekerj a,
waktu yang dibutuhkan, dan biaya.
Tuj uan pembibi tan adalah untuk memperol eh bahan tanaman yang pertumbuhannya baik
seragam, dan untuk mempersiapkan bahan tanam untuk penyulaman. Bila bibi t
tanaman yang di tanam di lapangan merupakan bibi t yang tel ah tersel eksi maka
diharapkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada masa vegetatif dan generat if
akan l ebih baik.

Perbanyakan Generatif
Beberapa jenis tanaman obat yang perbanyakannya dilakukan dengan menggunakan biji
adal ah meniran, sambil oto, mahkota dewa, dan pal a. Pembibi t an tanaman obat ini
dilakukan dengan beberapa tahapan sebel um bibi t si ap untuk di pindahkan ke l ahan.
Jumlah bibi t yang harus disiapkan dihi tung berdasarkan jumlah popul asi tanaman
yang akan di tanam di lahan di tambah bahan tanaman untuk penyulaman untuk
menggant i tanaman yang mat i atau pertumbuhannya kurang baik.
Biji tanaman yang sebaiknya di perol eh dari tanaman induk yang pertumbuhannya
sehat.
Biji tersebut berasal dari buah yang benar-benar matang fisi ol ogis, t i dak cacat, ti
dak terdapat
bekas serangan hama dan penyaki t. Pada beberapa j enis tanaman obat biji perl u
dipisahkan dar i
daging buah dengan cara tertentu sepertai pengupasan, pengeringan, dan perendaman.
Sebaiknya
biji segera di kecambahkan agar daya kecambahnya ti dak menurun.
Media pembibi tan berupa campuran tanah topsoil yang subur dan pupuk kandang
yang matang dengan perbandingan 1 : 1. Sebaiknya medi a tanam ini diayak agar di
perol eh agrega yang halus. Campuran media kemudian dimasukkan dalam polibag atau
bak persemaian, bagian dasar wadah persemaian sebaiknya dibuat l ubang agar sisa ai

r penyi raman dapat kel uar. Biji tanaman dapat disemaikan pada media tanam tersebut.
Tempat persemaian biji terdi ri dari bedengan persemaian dan sungkup persemaian.

Bedengan persemaian berfungsi untuk tempat meletakkan media semai, sedangkan
sungkup
berfungsi untuk melindungi bibi t dari pengaruh lingkungan yang kurang baik dan
gangguan
hama. Bedengan persemaian dapat dibuat dengan lebar 1,5 m, panjang bedengan
disesuai kan
dengan kondisi lahan dan populasi bibi t, t inggi bedengan 30 cm, arah bedengan
timur - barat.
Drainase pada bedengan pembibi tan harus baik untuk menghindari tergenangnya air.
Permukaan
bedengan harus gembur untuk menampung ai r sisa resapan dari media pembibi t an.
Polibeg-polibeg yang tel ah berisi benih tanaman dapat disusun pada bedengan dengan
rapi . Sungkup
dapat dibuat dengan menggunakan kerangka dari bambu atau pl at besi yang dibentuk
setengah
lingkaran. Tinggi sungkup seki tar 80 cm. Kerangka sungkup di tutup dengan plast i k
transparan,

bagian pinggi r sungkup dapat dibuka agar memudahkan penyiraman dan pemeliharaan bibi
t.
Pemeliharaan bibi t dipersemaian meliput i penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma,
dan pengendalian hama dan penyaki t. Media tanam pada persemaian harus selalu
dijaga
kel embaban, penyiraman sebaiknya dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari
dengan
menggunakan gembor. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun
atau
pupuk cai r dengan cara menyemprot bibi t atau menyiramkan pupuk pada media
tanam.
Penyiangan gulma sebai knya dilakukan secara intensif untuk menjaga agar ti dak
terjadid
kompet i si antara gulma dan tanaman utama, gulma j uga dapat menjadi tanaman
inang bagi
hama. Pengendalian hama dan penyaki t sebai knya dilakukan dengan menggunakan
pest i sida dan
fungisida nabat i .
Beberapa hari sebelum bibi t dipindahkan ke lapangan, sungkup plast i k transparan
dapat

dibuka secara bertahap agar bibi t dapat beradaptasi dengan lingkungan terbuka.
Selanjutnya bibi t
dapat di pindahkan ke areal penanaman.
Beberapa jenis tanaman obat terutama tanaman obat tahunan ada yang harus dibibi
tkan
beberapa tahap, yai tu persemaian pada polibeg atau kotak perkecambahan, kemudian
kecambah
di pindahkan ke polibeg kecil berdi ameter 15 cm, setel ah beberapa minggu bibi t
harus

di pindahkan ke polibeg yang lebih besar selama beberapa bulan sebelum dipindahkan
ke
lapangan. Tetapi beberapa j enis tanaman obat ti dak perl u melalui tahapan pembibi
tan, biji yang
tel ah dipilih dapat di tanam langsung pada bedengan yang tel ah disiapkan di areal
penanaman.
Perbanyakan Vegetatif
Pebanyakan vegetatif bertuj uan untuk mendapatkan bahan tanaman yang memiliki
sifat-sifat yang sama dengan induknya dan mempercepat masa produksi tanaman.
Perbanyakan
vegetatif juga memiliki beberapa kelemahan yai t u perakarannya lebih lemah sehingga
tanaman
kurang kokoh dan umur tanaman relat if lebih pendek dibandingkan tanaman yang
diperbanyak
dengan biji .
1. Setek
Setek merupakan perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar,
batang, daun dan tunas) dengan tuj uan agar bagian-bagian i tu membentuk akar. Dengan
dasar i tu
maka muncul ist ilah setek akar, setek cabang, setek daun, setek umbi , dan sebagainya.
Setek batang di ambil dengan cara memotong batang atau bagian pucuk tanaman
induk
dan selanjutnya di tanam di pembibi tan. Tanaman obat yang diperbanyak dengan
setek batang
antara lain sirih, brotowali, dan lada. Batang dipotong miring atau datar sepanjang 10
– 30 cm,
kemudian dicelupkan pada ZPT sepert i AIA atau Rootone F untuk mempercepat
pertumbuhan
akar. Setek batang di tanam pada polibeg yang tel ah berisi media tanam, disiram ai r
secukup dan
diletakkan pada bedengan persemaian.
Setek rimpang (rhizome) dan stek akar j uga cara perbanyakan yang sering dilakukan pada
tanaman obat-obatan. Tanaman obat yang umumnya diperbanyak dengan setek rimpang
adalah
jenis temu-temuan (Zingirberaceae) sepert i kunyi t, j ahe, temulawak, dan kencur,
sedangkan
tanaman daun dewa sering di perbanyak dengan setek akar. Rimpang atau akar di
potong-potong
menjadi beberapa bagian. Potongan rimpang ini dapat di tunaskan di persemaian
dengan media
jerami yang selalu dijaga kelembabannya selama 2 – 6 minggu. Rimpang yang telah
bertunas
dapat di tanam di lapangan.
2. Cangkok
Beberapa jenis tanaman obat terutama jenis tanaman tahunan yang memiliki batang
berkayu dapat di perbanyak dengan cara mencangkok seperti mahkota dewa, mawar,
melat i , dan

kenanga. Sebelum mencangkok harus dipilih pohon induk yang tel ah pernah berbuah,
ti dak
terl alu muda dan t i dak terl alu tua, kemudian dipilih salah satu cabang yang
ukurannya sebesar
kelingking atau pinsil, berkuli t mulus dan berwarna cokl at muda. Kemudian sekeliling
kuli t
cabang disayat dengan pisau okul asi yang tel ah di sterilkan sepanjang 2 – 3 cm,
kemudian
kambium dibersihkan sampai t i dak terasa licin dan di keringanginkan selama 2 – 4
hari . Luka
sayatan kemudian dibungkus dengan plast i k yang diikat pada bagian atas dan bawah
sayatan, ke
dal am plast i k pembungkus dimasukkan media berupa campuran tanah topsoil dan
kompos
dengan perbandingan 1 : 1, kemudian cangkokan disiram ai r secukupnya, kel embaban
media
harus dijaga. Akar akan tumbuh setel ah 1 – 3 bulan. Sebelum dipindah ke lapangan
batang
di potong tepat di bawah pembungkus cangkokan untuk memisahkannya dari pohon induk.
3. Okulasi
Cara perbanyakan tanaman dengan okul asi mempunyai kelebihan jika dibanding
dengan
setek dan cangkok karena bibi t okul asi mempunyai mutu l ebih baik dari induknya
yai tu dengan
memadukan sifat baik dari batang bawah dan mata entres. Untuk mengokul asi harus
disediakan
batang bawah yai tu pohon pangkal tempat menempelkan mata tunas. Batang bawah
dapat
di perol eh dari biji yang disemaikan. Mata entres dapat di ambil mata tunas dari
pohon yang tel ah
di pilih. Kuli t batang bawah dii ris bentuk huruf T dengan menggunakan pisau okul asi.
Mata tunas
yang akan di okulasi diambil dengan cara mengiris secara horizontal 1,5 cm di atas
dan bawah
mata, kemudian diiris sehingga membentuk segiempat. Kemudian mata tunas diisipkan
pada
irisan batang bawah, l alu tempelan diikat dengan pi ta plast i k dari bawah ke arah
atas. Setel ah 2 minggu, okulasi dapat dibuka, jika mata tempelan masih hijau segar
dan sudah melekat dengan
batang berart i okul asi berhasil . Sebelum dipindahkan ke lapangan batang bawah
dipotong ki ra-ki ra 1 cm dari pertautan okul asi . Cara okulasi biasanya dilakukan untuk
memperbanyak tanaman obat tahunan seperti pala, kayu manis dan mawar.
4. Tunas
Perbanyakan dengan tunas banyak dilakukan untuk tanaman berumpun seperti
kapulaga.
Dari tunas yang di tanam kemudian akan tumbuh menjadi rumpun besar. Sel anjutnya
rumpun
tersebut akan berbiak dan menghasilkan tunas-tunas baru.

Penanaman
Bibi t yang akan di tanam di areal budidaya tanaman obat adalah bibi t yang sudah
di seleksi yai tu bibi t yang sehat dan pertumbuhannya baik. Bibi t yang disemaikan
dengan
menggunakan polibag di pindahkan ke lubang tanam dengan cara menyobek satu sisi
polibeg,
kemudian bibi t dimasukkan ke l ubang tanam yang tel ah disiapkan. Harus di usahakan
agar media
tanam yang melekat pada bibi t ti dak terpisah. Sel anjutnya tanah galian lubang tanam
dimasukkan kembali dan dipadatkan agar bibi t dapat tumbuh dengan kokoh. Bibi t
yang baru
di tanam disi ram dengan ai r secukupnya. Sebaiknya pemindahan bibi t ke lapangan
dilakukan
pada pagi atau sore hari .
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pemupukan, penyiraman, penyiangan dan
pembumbunan, serta pengendalian hama dan penyaki t.
Pemupukan
Pupuk yang diberi kan pada tanaman obat dapat berupa pupuk organi k maupun anorganik.
Sebaiknya pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman obat adal ah pupuk
organik,
penggunaan pupuk anorganik dikhawat i rkan dapat menimbulkan pengaruh yang
kurang baik
bagi kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat yang ada pada tanaman. Pupuk
organi k yang
dapat di gunakan adalah berbagai jenis pupuk kandang dan kompos, yang harus
diperhat i kan
pupuk organi k yang digunakan harus benar-benar matang dan t i dak mengandung
bahan
pencemar. Pupuk organi k dapat diberi kan dengan cara mencampurkannya pada lubang
tanam
pada saat penanaman atau mencampurkannya pada tanah di antara barisan tanaman
atau areal di
bawah taj uk tanaman.
Apabila menggunakan pupuk anorganik dapat diberikan dalam t i ga tahap. Pertama,
pupuk diberikan sebagai pupuk dasar pertama yang berupa pupuk organik dan pupuk fosfat
yai tu
pada saat pengol ahan tanah dengan cara dicampur rata dengan tanah, baik di dalam
lubang
tanam, alur tanam, dan di permukaan bedengan. Kedua, pupuk diberikan sebagai
pupuk dasar
kedua berupa urea, TSP, KCl yang diberi kan sebel um benih di tanam atau bersamaan
pada saat
penanaman. Keti ga, pupuk tambahan berupa pupuk anorganik yang diberi kan sebagai
pupuk
susulan. Dosis pupuk disesuaikan dengan jenis dan kondisi tanaman. Pupuk sebaiknya
diberi kan

pada awal atau akhi r musim hujan dan pada pagi atau sore hari .
Penyiraman
Pada awal penanaman dan musim kemarau penyiraman harus dilakukan dengan teratur.
Kelembaban tanah harus selalu dijaga, sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali sehari
yai tu
pagi dan sore hari . Pada musim hujan frekuensi penyiraman dapat di kurangi
tergantung kondisi
kel embaban tanah.
Apabila tanaman obat dibudidayakan pada lahan yang t i dak terl alu luas, pekarangan
rumah atau di dalam pot maka penyiraman dapat menggunakan gembor. Tetapi
apabila tanaman
obat dibudidayakan dalam skala l uas sebaiknya menggunakan sprinkle untuk
membantu
penyiramannya. Sarana i rigasi dan sistem pengai ran lain juga dapat dimanfaatkan untuk
mengai r i
lahan.
Selain pengairan, sistem pembuangan ai r yang berl ebih juga harus diperhati kan.
Harus di usahakan agar lahan t idak tergenang. Beberapa jenis tanaman obat sangat
rentan terhadap penggenangan air.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah adalah dengan
menggunakan mulsa. Berbagai jenis mulsa dapat dimanfaatkan seperti mulsa jerami ,
mulsa plastik hitam perak dan mulsa plast i k hi tam. Masing-masing jenis mulsa
memiliki keunggulan dan kelemahan, sebaiknya penggunaannya disesuaikan dengan
jenis tanaman obat yang dibudidayakan dan kondisi lingkungan.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan gulma harus dilakukan secara intensif untuk menghindarkan kompet i si antara
gulma dengan tanaman obat yang dibudidayakan, yai tu persaingan dalam penyerapan
unsur hara
dan ai r, penerimaan cahaya matahari , dan gulma juga dapat menjadi tanaman inang
bagi hama
yang dapat menyerang tanaman obat yang dibudi dayakan. Penurunan produksi akibat
gulma
cukup besar bisa lebih dari 50%.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara antara l ain secara manual
yai tu dengan menggunakan cangkul, ari t atau koret, secara kul tur tekni s yai tu
dengan mengatur
jarak tanam dan penggunaan mulsa, secara kimia yai tu dengan penggunaan herbisida.
Pada
budidaya tanaman obat hendaknya penggunaan herbisida merupakan al ternat if terakhir
karena
di khawat i rkan residu herbisida terserap ol eh tanaman sehingga berpengaruh terhadap
senyawa-senyawa berkhasiat obat yang terdapat pada tanaman.
Pembumbunan dapat dilaksanakan bersamaan dengan penyiangan gulma. Pembumbunan
bertuj uan untuk memperkokoh tanaman, menutup bagian tanaman di dalam tanah
seperti

rimpang atau umbi , memperbaiki aerase dan menggemburkan tanah seki tar perakaran,
dan
mendekatkan unsur hara dari
tanah di seki tar tanaman. Pembumbunan dapat
dilakukan dengan
menggunakan cangkul atau koret.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalianm hama dan penyaki t dapat dilakukan secara mekanis, kul tur tekni s,
dan kimia. Pengendalian secara mekanis adalah dengan cara menangkap hama yang
menyerang tanaman atau membuang bagian tanaman yang terserang hama atau penyaki
t. Pengendalian secara kul tur tekni s antara dengan pengaturan kel embaban udara,
pengaturan pelindung dan intensi tas sinar matahari . Pengendalian secara kimia dengan
menggunakan insekt i sida dan fungsida. Sebaiknya penggunaan insekt isi da dan
fungisida pada budidaya tanaman obat dihindari , di khawat i rkan residu bahan kimia
tersebut dapat mempengaruhi senyawa-senyawa berkhasiat obat pada tanaman. Apabila
dibutuhkan dapat di gunakan insekt isi da dan fungisida nabat i .
Beberapa ramuan pestisida nabat i yang dapat di gunakan antara lain :


Daun mimba 8 kg, daun l engkuas 6 kg, daun serai 6 kg. Bahan-bahan ini
dihaluskan kemudian diaduk dalam 20 li ter ai r dan di rendam selama 24 jam.
Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan di
encerkan dengan 60 li ter ai r sambil dicampur 20 g detergen dan dapat di gunakan
untuk menyemprot l ahan sel uas 1 hektar (Kardinan, 2000 dalam Novi zan, 2002).



Daun mimba (Azadiractha indica), tembakau (Nicotiana tabacum), dan akar tuba
(Derris eclipta). Semua bahan di tumbuk sampai halus, kemudian direndam dalam
air. Setelah tercampur rata, ramuan dibiarkan selama satu malam. Keesokan harinya,
ramuan disaring dan dilarutkan dal am air hangat. Sebagai perekat di tambahkan
detergen 1 g per 10 li ter (Mahendra, 2005).

Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pest i sida nabat i dan di gunakan
dal am pengendalian hama antara l ain adalah :
1. Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung ni kotin dan insekt i sida kontak
sebagai fumigant atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnnya aphi ds.
2. Pi retrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung pi ret in yang dapat
di gunakan sebai insekt isida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat. Aplikasi
pada serangga lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
3. Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk
insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
4. Mimba (Azadiractha indica) yang mengandung azadi racht in yang bekerja cukup
selekt if .Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan
serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Chaphalocrocis medinalis).
Bahan ini juga efekt if untuk menanggulangi serangan vi rus RSV, GSV, dan
tungro.

5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoi d yai tu
pakhirizida
yang dapat di gunakan sebagai insekt i sida dan larvasida.
• Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan
biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang
Call osobrocus.
Beberapa fungisida dan bakterisida nabati :
Limbah daun tembakau sebanyak 200 g dihancurkan atau diiris menjadi serpihan kecil.
Serpihan limbah daun tembakau ini dibenamkan di darah perakaran . Ni kotin yang di
kandung oleh limbah tembakau dapat diserap ol eh tanaman untuk mengendalikan penyaki t
yang di sebabkan j amur dan bakteri (Novi zan, 2002).
Air perasan 300 g daun si rih dicampur dengan 1 li t er ai r mampu mengendalikan jamur
Phythophtora palmivora penyebab penyaki t busuk pangkal batang yang menyerang
tanaman lada (Novizan, 2002)