TINGKAT PENGETAHUAN MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

TINGKAT PENGETAHUAN MEMPENGARUHI KEPATUHAN

MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS

DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA

  

Knowledge Level Of Influence On Patients Compliance With Tuberculosis Drug

Supply In City District Banjarsari Surakarta

Deki Suranto, Mulyaningsih

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

  

ABSTRACT

Tuberculosis is an infectious disease directly caused by the Mycobacterium

tuberculosis germ. Indonesia was ranked number of tuberculosis sufferers to III in

the world, after India and China. Discovery of the tuberculosis sufferers number in

Surakarta in 2014 as many as 319 cases. One of the Sub with the number of

tuberculosis cases discovery most Kecamatan Banjarsari i.e. 75 cases. Knowledge

tuberkuosis sufferers of pulmonary tuberculosis sufferers greatly affect pulmonary

compliance in carrying out the program of treatment. Objectives is to find out the

level of knowledge of the relationship towards compliance with medication in people

with tuberculosis in Banjarsari Surakarta.

  The study of analytical methods of experimentation with the non use of cross

sectional design. Sampling sampling techniques using saturated, with total sample

research as many as 36 people respondents, while the instrument research using

questionnaires. Analysis using chi square test bivariat.

  Results of Bivariat test results proved that the level of knowledge relating to compliance with medication (ρ _value = 0,012). There is a relationship between the level of knowledge towards compliance with medication in people with tuberculosis in Banjarsari town of Surakarta.

  Keywords: Degree of knowledge, Adherence, Patient

ABSTRAK

  Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Indonesia menempati peringkat ke III jumlah penderita tuberkulosis didunia, setelah India dan China. Angka penemuan penderita tuberkulosis di Kota Surakarta pada tahun 2014 sebanyak 319 kasus. Salah satu Kecamatan dengan jumlah penemuan kasus tuberkulosis terbanyak yaitu Kecamatan Banjarsari 75 kasus. Pengetahuan penderita tuberkuosis paru sangat mempengaruhi

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656 kepatuhan penderita tuberkulosis paru dalam melaksanakan program pengobatan.

  Tujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

  Penelitian non eksperimen dengan metode analitik menggunakan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh, dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 36 orang responden, sedangkan instrument penelitian menggunakan kuesioner. Analisa bivariat menggunakan uji chi square.

  Hasil uji bivariat membuktikan bahwa tingkat pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan minum obat ( ). Kesimpulan ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

  Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Kepatuhan, Penderita

  Dibandingkan dengan Provinsi

  PENDAHULUAN

  lainnya di Indonesia, Provinsi Jawa Tuberkulosis merupakan penyakit

  Tengah menduduki rangking keempat menular yang disebabkan oleh kuman jumlah terbesar penderita tuberkulosis.

  Mycobacterium tuberculosis .

  Pada tahun 2014, penderita tuberkulosis Tuberkulosis merupakan salah satu di Propinsi Jawa Tengah sebesar 17.672 masalah kesehatan yang utama kasus. Pencapaian CDR di Jawa Tengah (Nurhayati, 2011). tahun 2008 s/d 2012 masih dibawah

  Salah satu Negara berkembang target yang ditetapkan sebesar 100%. yang terinfeksi kasus tuberkulosis

  Meskipun masih dibawah target yang adalah Indonesia. Indonesia menempati ditentukan, pencapaian CDR tahun 2012 peringkat ke III jumlah penderita sebesar 58,45% lebih rendah dibanding tuberkulosis didunia, setelah India tahun 2011 sebesar 59,52% (Dinkes (1.762.000) dan China (1.459.000). Jawa Tengah, 2014). Dengan masih adanya sekitar 430.000

  Angka penemuan penderita pasien baru per tahun dan angka insiden tuberkulosis dengan BTA (+) di Kota

  189/100.000 penduduk serta angka Surakarta pada tahun 2014 sebanyak 319 kematian akibat tuberkulosis sebesar kasus (62,3%). Jika dibandingkan angka

  61.000 per tahun atau 27/100.000 penemuan tahun 2013 (53,74%) terjadi penduduk (Kemenkes RI, 2011).

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  sedikit peningkatan namun belum mencapai target Renstra Kota Surakarta yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Jika dilihat setiap Puskesmas yang CDR mencapai 80%. Jika dibandingkan angka Jawa Tengah yang sebesar 59%, maka pencapaian kota Surakarta lebih tinggi. Angka kesembuhan penyakit TB tahun 2013 sebesar 89,05%. Pada tahun 2014, mengalami peningkatan menjadi 87,36%. Ini masih dibawah target Renstra Kota Surakarta sebesar 98%, tetapi sudah diatas target nasional 85%. Terdapat lima Kecamatan dengan jumlah penemuan kasus tuberkulosis BTA (+) terbanyak yaitu Kecamatan Banjarsari 75 kasus, Kecamatan Jebres 46 kasus, Kecamatan Laweyan 14 kasus, Kecamatan Pasar Kliwon 35 kasus, dan Kecamatan Serengan 13 kasus (Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2014).

  Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kecamatan Banjarsari pada tanggal 11 Januari 2016 diperoleh data melalui survey dari petugas Tuberkulosis di 6 Puskesmas yang berada di Wilayah Kecamatan Banjarsari terdapat sebanyak 36 kasus

  Tuberkulosis dengan BTA (+) yaitu di Puskesmas Banyuanyar sebanyak 7 kasus, Puskesmas Manahan 8 kasus, Puskesmas Setabelan 1 kasus, Puskesmas Nusukan 7 kasus, Puskesmas Gilingan 8 kasus, Puskesmas Gambirsari 5 kasus (Rekam medik Puskesmas Kecamatan Banjarsari, 2016).

  Atas dasar alasan yang diatas peneliti berasumsi bahwa pengetahuan penderita tuberkuosis paru sangat mempengaruhi kepatuhan penderita tuberkulosis paru dalam melaksanakan program pengobatan. Disamping pengetahuan yang mempengaruhi kepatuhan, bahwa meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien adalah salah satu hal yang mempengaruhi kepatuhan, dimana pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini. Selain itu efek samping obat juga sangat mempengaruhi, dimana pasien penderita tuberkulosis paru tidak mengkonsumsi obat apabila timbul efek samping obat, hal ini yang membuat penderita tuberkulosis paru tidak patuh dalam

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  program pengobatan tuberkulosis paru yang ada.

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “ Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel

  independen (bebas) dan variabel dependen

  (terikat) hanya satu kali pada suatu saat. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien tuberkulosis yang masih dalam pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta sebanyak 36 pasien. Sampel yang digunakan adalah sampling jenuh , adapun jumlah sampelnya 36 responden. Instumen yang digunakan berupa kuesioner untuk variabel tingkat pengetahuan dan kepatuhan minum obat. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik analisa penelitian menggunakan teknik analisa univariat dan analisa bivariat dengan Chi Square untuk variabel berpasangan dan menggunakan skala ordinal.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan Tingkat pengetahuan tentang tuberkulosis paru

  Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Tuberkulosis

  No Tingkat pengetahuan frekuensi persentase

  1 Kurang baik 12 33,3%

  2 Baik 24 66,7% Total 36 100,0%

  Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukan bahwa dari 36 penderita tuberkulosis sebagian besar dengan

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  tingkat pengetahuan baik, yaitu sebanyak 24 responden (66,7%). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran atau telinga dan indera penglihatan atau mata (Notoatmodjo, 2010).

  Budiman dan Riyanto (2013) menyebutkan bahwa ada 6 faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya: Pendidikan, dilokasi penelitian ditemukan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik rata-rata tingkat pendidikan SMA. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

  Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

  Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Karuniawati et. Al (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak

  29 responden (80 %). Begitu juga mendukung hasil penelitian dari Fitria dan Mutia (2016) dimana hasil penelitianya menunjukan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang tuberkulosis di Puskesmas Banyuanyar Surakarta sebagian besar dalam kategori baik 9 responden (45%) dengan latar belakang pendidikan SLTA. Pendidikan secara langsung mendukung baiknya pemahaman mereka tentang pengetahuan salah satunya mengenai penyakit tuberkulosis. Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi kerangka pikirnya.

  Seseorang yang berpendidikan cukup tinggi pada umumnya mempunyai

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  pengetahuan yang baik dan makin besar kemampuannya dalam menyerap, menerima atau mengadopsi informasi. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat pemahamannya atau kepatuhannya terhadap pola hidup sehat, begitu pula sebaliknya. Tanpa adanya pengetahuan yang baik maka tingkat kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis tinggi, kurangnya pengetahuan dapat menumbuhkan perilaku yang tidak baik dalam menjalani proses pengobatan yaitu dapat memperpanjang proses pengobatan pada penderita tuberkulosis.

  Kepatuhan minum obat tuberkulosis paru

  Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis

  No Kepatuhan minum obat frekuensi persentase

  1 Tidak patuh 15 41,7%

  2 Patuh 21 58,3% Total 36 100,0 %

  Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukan bahwa sebagian besar penderita tuberkulosis patuh dalam minum obat sebanyak 21 responden (58,3%). Kepatuhan adalah tingkat perilaku individu (misalnya: minum obat, mematuhi diet atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi atau kesehatan (Kozier et al. 2010).

  Dilokasi penelitian ditemukan bahwa sebagian besar responden sudah patuh dalam minum obat tuberkulosis. Menurut Niven (2002) menyebutkan bahwa kepatuhan sangat di pengaharuhi oleh pendidikan. Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikanya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Mubarak, 2007).

  Hal ini sejalan dengan dengan penelitian Dhewi, Armiyati, & Supriono (2011), menunjukan bahwa kepatuhan responden dalam minum obat tuberkulosis termasuk dalam kategori patuh sebanyak 24 responden (60%). Hal

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  ini diperkuat oleh penelitian Erawatyningsih, Purwanta, & Heru (2009), bahwa ada pengaruh yang signifikan pendidikan terhadap ketidakpatuhan dalam berobat pada penderita tuberculosis di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu, Provinsi NTB. Dimana dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin patuh dalam pengobatan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tidak patuh dalam pengobatan.

  Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi kerangka pikirnya.

  Seseorang yang berpendidikan cukup tinggi pada umumnya mempunyai pengetahuan yang baik dan makin besar kemampuannya dalam menyerap, menerima atau mengadopsi informasi. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat pemahamannya atau kepatuhannya terhadap pola hidup sehat, begitu pula sebaliknya. Hal ini berarti, rendahnya pendidikan seseorang sangat mempengaruhi daya serap dalam menerima informasi sehingga dapat mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang dalam hal ini mengenai tuberkulosis, cara pengobatan serta dampak dari ketidakteraturan dalam minum obat tuberkulosis.

  Hal ini berbeda dengan penelitian dari Fitria dan Mutia (2016), menunujukan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa kepatuhan dalam minum obat kurang ada 6 responden (30%). Hal ini didukung oleh penelitian Ritongga (2015), yang menyatakan bahwa 26 responden (65%) tidak mematuhi program pengobatan. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan penderita tuberkulosis dalam melaksanakan program pengobatan tuberkulosis masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas pekerjaan responden adalah lain-lain sebanyak 25 orang (62,5 %) yang terdiri dari buruh bangunan, dan supir angkot, dimana mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing sehingga mereka tidak patuh dalam pengobatan.

  Peneliti berasumsi bahwa kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

  Patuh Tingkat Pengetahuan Kurang baik

  21

  15

  24 16,7% 50,0% 66,7% Total

  18

  6

  12 25,0% 8,3% 33,3% Baik

  3

  9

  Variabel Kepatuhan minum obat Tidak patuh

   ISSN : 2407 - 2656 Kota Surakarta dalam kategori patuh.

  Hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta menunjukan bahwa penderita tuberkulosis yang memiliki tingkat pengetahuan baik patuh dalam minum obat dibandingan dengan penderita

  sebesar 0,012, dan signifikan pada nilai 0,05.

  square yang menunjukan nilai

  Setelah dilakukan uji statistic dengan uji chi square, dari hasil tersebut dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta yang dibuktikan dari hasil uji statistik chi

  Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukan bahwa penderita tuberkulosis yang pengetahuan baik sebagian besar patuh dengan minum obat sebanyak 18 orang (75%) dan responden dengan pengetahuan kurang baik sebagian besar dengan tidak patuh dengan minum obat sebanyak 9 orang (75%).

  Tabel 3. Hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis

  Analisa Bivariat Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis

  Semakin tinggi pendidikan responden akan lebih patuh dibandingkan tingkat pendidikanyan rendah,karena rendahnya pendidikan seseorang sangat mempengaruhi daya serap seseorang dalam menerima informasi sehingga dapat mempengaruhi tingkat pemahaman tentang penyakit tuberkulosis, cara pengobatan, dan bahaya akibat minum obat tidak teratur.

  36 41,7% 58,3% 100% OR CI (95%) lower uper 0,012 9,000 1.817 44.591

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  tuberkulosis yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik.

  Dari hasil analisa cross tabulation peneliti menunjukan bahwa mayoritas penderita tuberkulosis mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang tuberkulosis dengan patuh dalam minum obat tuberkulosis. Selain itu juga didukung dari hasil analisa statistik chi

  square diperoleh nilai signifikasi

  ( sebesar 0,012 < 0,05. Apabila dihubungkan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan dalam minum obat berdasarkan hipotesa penelitian yang telah disusun penelitian yakni ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

  Pengetahuan merupakan seluruh hasil tahu yang ada pada seorang dari penginderaan terhadap sesuatu objek yang dipengharuhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut. Sumber pengetahuan sebagian besar di dapat dari pengindraan mengunakan telingga dan mata. Pengetahuan yang baik merupakan dasar seseorang untuk melakukan perilaku yang baik (Notoadmodjo 2007).

  Dalam teori WHO, dijelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, faktor-faktor luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non fisik dan sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan pada akhirnya terjadi perwujudan niat berupa perilaku. Dalam hal ini pengetahuan yang cukup akan juga mempengaharui seorang untuk melakukan sesuatu karena seorang akan mencari tahu informasi yang yang ada disekitarnya. Semakin baik pengetahuan seorang maka seorang tersebut akan patuh dalam meminum obat anti tuberkulosis sedangkan apabila pengetahuan seorang cukup maka maka seorang tersebut akan mencari tau informasi sehingga seorang yang pengetahuan cukup akan juga patuh minum obat anti tuberkulosis dan apabila pengetahuan kurang seorang dan tidak tau informasi atau kurangnya informasi yang ada pada penyakitnya

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  maka kemungkin besar seorang tersebut tidak akan patuh dalam minum obat anti tuberkulosis.

  Berdasarkan hasil penelitian Junita (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan meminum obat anti tuberkulosis pada pasien tuberculosis paru . Responden dengan pengetahuan cukup lebih banyak patuh dalam minum obat dari pada pengetahuan kurang.

  Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan. Semakin baik pengetahuan seorang maka seorang tersebut akan patuh dalam meminum obat anti sedangkan apabila pengetahuan kurang seorang maka kemungkin besar seorang tersebut tidak akan patuh dalam minum obat . Hal ini sesuai dengan penelian Fitria dan Muthia (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang tuberkulosis dengan kepatuhan minum obat di Puskesmas Banyuanyar Surakarta. Pengobatan tuberkulosis diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman dapat dibunuh. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman tuberculosis akan berkembang menjadi kuman kebal obat. Walaupun telah ada cara pengobatan tuberkulosis dengan efektivitas yang tinggi, angka kesembuhan masih lebih rendah dari yang diharapkan. Penyebab utama terjadinya hal tersebut adalah pasien tidak mematuhi ketentuan dan lamanya pengobatan secara teratur untuk mencapai kesembuhan sebagai akibat tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah.

  Semakin rendah pengetahuan maka semakin tidak patuh penderita tuberkulosis untuk datang berobat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Erawatyningsih (2009) yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap kepatuhan berobat. Pengetahuan penderita yang sangat rendah dapat menentukan ketidakpatuhan penderita minum obat, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang diberikan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis, cara pengobatan, bahaya

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  akibat tidak teratur minum obat dan pencegahanya.

  Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prisca (2014) semakin tinggi pengetahuan semakin tinggi pengetahuan pasien tentang penyakitnya, maka akan semakin patuh berobat, dikarenakan pengetahuan penderita rendah akan beresiko lebih dari dua kali terjadi kegagalan pengobatan dibandingkan dengan penderita yang memiliki pengetahuan tinggi.

  Rendahnya pengetahuan penderita menyebabkan ketidakpatuhan penderita dalam pengobatan karena penderita kurang mendapatkan penyuluhan dan informasi yang adekuat baik dari petugas kesehatan maupun media komunikasi lainnya. Beberapa faktor yang menjadi hambatan terhadap kepatuhan penderita tuberkulosis dalam menjalani pengobatan salah satu diantaranya adalah faktor pengetahuan. Pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis dan kepercayaan tentang kemanjuran pengobatan akan mempengaruhi penderita mau atau tidak memilih untuk menyelesaikan pengobatannya. Selain itu, kepercayaan kultural biasanya mendukung penggunaan penyembuhan tradisional.

  Peneliti berasumsi bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan fakta penelitian, dimana pengetahuan berpengaruh positif terhadap kepatuahan dalam minum obat pada penderita tuberkulosis. Semakin baik pengetahuan seorang maka seorang tersebut akan patuh dalam meminum obat anti tuberkulosis sedangkan apabila pengetahuan kurang seorang maka kemungkin besar seorang tersebut tidak akan patuh dalam minum obat anti tuberkulosis.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya , maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta memiliki tingkat pengetahuan baik dan sebagian besar penderita tuberkulosis di

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656 Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

  2015. Profil Kesehatan Provinsi patuh dalam minum obat.

  Jawa Tengan Tahun 2014 .

  Berdasarkan analisis yang http://mpu.bidangkesehatan.net.

  Diakses 15 November 2014. dilakukan diperoleh hasil adanya hubungan antara tingkat pengetahuan Erawatyningsih, Purwanta, Heru. 2009.

  Faktor - Faktor yang

  terhadap kepatuhan minum obat pada

  Mempengaruhi Ketidakpatuhan

  penderita tuberkulosis di Kecamatan Berobat pada Penderita

  Tuberkulosis Paru . Berita Banjarsari Kota Surakarta. Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 3, September 2009.

  Saran

  Fitria, Mutia. 2016. Hubungan Tingkat Diharapkan dapat meningkatkan

  Pengetahuan tentang Tuberkulosis

  pengetahuan pasien tentang penyakit dengan Kepatuhan Minum Obat di

  Puskesmas. JIKK Vol. 7 No.1

  tuberkulosis sehingga pasien patuh Januari 2016 : 41-45. dalam menjalani proses pengobatan dan

  Junita, F. 2012. Hubungan Pengetahuan minum obat tuberkulosis.

  dan Sikap dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis pada Pasien Tuberculosis Paru di

  DAFTAR PUSTAKA Puskesmas Kecamatan Jatinegara.

  Program Studi D III Kebidanan Budiman, Riyanto. 2013. Kapita Selekta

  Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

  Kuesioner: Pengetahuan dan Medistra Indonesia Bekasi. Sikap dalam Penelitian Kesehatan.

  Jakarta: Salemba Medika.

  Kementrian Kesehatan RI. 2011.

  Pedoman Pelaksanaan Hari TB Dhewi, Armiyati, Supriono. 2011. Sedunia 2011 . Jakarta: Ditjen Hubungan antara Pengetahuan,

  Pengendalian Penyakit dan

  Sikap Pasien, dan Dukungan Penyehatan Lingkungan. Keluarga dengan Kepatuhan Minum obat pada Pasien TB Paru

  Kozier B, G. Erb, A.Berman, S. J.

  di BKPM Pati. Program Studi S1

  Snyder J. 2010. Fundamental Ilmu Keperawatan STIKES

  Keperawatan : Konsep, Proses Telogorejo Semarang.

  . Jakarta: EGC.

  Dan Praktik Dinas Kesehatan Kota Surakarta. 2015. Profil Kesehatan Kota Surakarta tahun 2014.

  Volume 3 / Nomor 3 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  Karuniawati, H., Wahyuni, A, S., Mirawati,

  H., Suryani, Sulistyarini. 2015. Pengetahuan

  dan Perilaku Pasien Tuberkulosis terhadap Penyakit dan Pengobatannya. Jurnal Fakultas Farmasi. Universitas

  Muhammadiyah Surakarta. Mubarak, W, I., Chayatin, N., Rozikin,

  K., Supradi. 2007. Promosi

  Kesehatan Sebuah Pengantar Proses BelajarMengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

  Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan

  Pengantar Untuk Perawat Dan Professional Kesehatan Lain .

  Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Ilmu

  Masyarakat dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

  . 2010. Promosi Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta. Nurhayati. 2011. Referat Tuberkulosis.

  Diakses 10 Juni 2011.

  Priska P. H Kondoy, Dina V Rombot, Henry M.F Palandeng 2014. .

  Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Paru di Lima Puskesmas di Kota Manado . Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tronik. Volume II Nomor 1.