LAPORAN PRAKTIKUM DAN KECEPATAN REAKSI

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOPSIKOLOGI II

Nama Mahasiswa

: Haritz Hamam El Islami

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 17 Tahun

Pendidikan

: Mahasiswa S1 Psikologi UGM

Nama Percobaan


: Waktu Reaksi terhadap Cahaya

No. Percobaan

: 1.1

Nama Subjek

: Haritz Hamam El Islami

Nama Pemeriksa

: Algad Nunumete

Tanggal Percobaan

: 19 November 2015

Waktu Percobaan


: 16.15-17.45

Tempat Percobaan

: Laboratorium Faal Psikologi Fakultas Psikologi UGM

I.

(14/362352/PS/06654)

TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui kecepatan reaksi waktu terhadap stimulus visual.

II.

DASAR TEORI
Koordinasi tangan-mata tergantung pada kombinasi sinyal retina dan ekstra-

retina yang diperlukan untuk gerakan akurat (Crawford et al, 2004). Kalat (2014)
menjabarkan proses perjalanan cahaya melalui indera penglihatan sebagai berikut.

Cahaya memasuki mata melalui pusat iris yang disebut pupil, cahaya difokuskan oleh
lensa dan kornea pada permukaan belakang dari mata yang dikenal sebagai retina (yang
dilapisi oleh reseptor visual). Cahaya yang datang dari sisi kiri mengenai sisi kanan
retina, dan dari sisi kanan mengenai sisi kiri retina. Reseptor visual kemudian mengirim

pesan ke neuron yang disebut sel bipolar, sel bipolar mengirim pesan ke sel ganglion,
axon dari sel-sel ganglion berkumpul membentuk saraf optik yang berjalan menuju otak.
Mata manusia dapat bereaksi pada stimulus pada durasi 0.2s dan mencapai
puncak responnya pada durasi 0.5-1,0s.(Guyton,2008) Bagian otak yang bertanggung
jawab atas hal ini ialah area premotorik yang merupakan area di daerah otak yang sinyalsinyal syaraf yang dibentuk di area ini menyebabkan banyak pola pergerakan yang lebih
kompleks daripada pola yang terbentuk di dalam korteks motorik primer. Dalam hal ini
dapat dimisalkan adanya pola yang mengatur posisi bahu dan lengan sehingga tangan
terarah secara benar untuk menjalankan tugas spesifik (Guyton, 2008) Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Shenvi dan Balasubramanian (1994) mengungkapkan
bahwa laki-laki memiliki waktu reaksi terhadap stimulus visual dengan rata-rata 0.47
detik, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan wanita dimana rata-ratanya
sebesar 0.42 detik. Penggunaan tatapan pada aktivitas ini sangatlah spesifik pada tugas
tertentu, temuan yang wajar adalah subjek mampu mengontrol pergantian tatapan dan
fiksasi proaktif untuk memperoleh informasi visual untuk memandu pergerakan
[ CITATION Rol01 \l 1057 ].


III.

ALAT YANG DIGUNAKAN
Reaction Time Apparatus

IV.

JALANNYA PERCOBAAN
1. Reaksi Waktu Terhadap Cahaya
a. Percobaan dilakukan di dalam ruang laboratorum.
b. Tester menjelaskan prosedur dan tujuan percobaan, serta cara kerja
Reaction Time Apparatus.
c. Tester terlebih dahulu menulis urutan stimulus warna yang diinginkan
sebanyak 5 buah urutan warna kombinasi dari warna biru, hijau, kuning,
biru dan merah.
d. Tester dan OP duduk berhadapan, tester menjelaskan kegunaan dan cara
operasi alat tes terlebih dahulu.
e. Pada


percobaan

pertama,

tester

akan

memunculkan stimulus yang diinginkan.

menekan

tombol

untuk

f. OP lalu dituntut untuk menekan tombol dengan warna yang sesuai
dengan stimulus yang muncul seraya menyuarakan warna yang
dipilihnya.
g. Saat melakukan kesalahan, stopwatch pada layar yang menghadap tester

akan terus berjalan hingga OP berhasil menekan tombol warna yang
sesuai.
h. Setelah OP menekan tombol warna yang sesuai, tester mencatat waktu
yang ditunjukkan di layar pada lembar jawab beserta detai berapa kali
jumlah kesalahan menekan tombol dilakukan.
i. Percobaan diulangi hingga ke 5 kombinasi warna terpenuhi.
2. Gangguan Reaksi Waktu Terhadap Cahaya
a.

Percobaan dilakukan di dalam ruang laboratorium.

b.

Tester terlebih dahulu menulis urutan stimulus warna yang diinginkan
sebanyak 5 buah urutan warna kombinasi dari warna biru, hijau, kuning,
biru dan merah.

c.

Pada percobaan kali ini, stimulus warna dimunculkan disertai dengan

gangguan berupa stimulus warna lain yang berkedip, sedangkan stimulus
yang sebenarnya menyala tanpa berkedip.

d.

Tester dan OP duduk berhadapan, tester menjelaskan kegunaan dan cara
operasi alat tes terlebih dahulu.

e.

Pada

percobaan

pertama,

tester

akan


menekan

tombol

untuk

memunculkan gangguan terlebih dahulu, kemudia tester baru menekan
tombol stimulus warna yang sesungguhnya yang diinginkan.
f.

Tester lalu dituntut untuk menekan tombol dengan warna yang sesuai
dengan stimulus yang muncul seraya menyuarakan warna yang
dipilihnya.

g.

Saat melakukan kesalahan stopwatch pada layar yang menghadap tester
akan terus berjalan hingga OP berhasil menekan tombol warna yang
sesuai. Setelah OP menekan tombol warna yang sesuai, tester mencatat
waktu yang ditunjukkan di layar pada lembar jawab beserta detail jumlah

kesalahan menekan tombol yang dilakukan OP.

h.

Prosedur percobaan diulangi dengan urutan stimulus yang dimunculkan
sesuai dengan urutan stimulus yang telah dibuat.

V.

HASIL PERCOBAAN
Reaksi Waktu Terhadap Cahaya
Percobaan
1
2
3
4
5

Warna Lampu
Merah

Biru
Hijau
Kuning
Kuning

Waktu Reaksi
00 : 00 : 04 : 04 : 06
00 : 00 : 03 : 01 : 08
00 : 00 : 05 : 06 : 02
00 : 00 : 09 : 00 : 03
00 : 00 : 07 : 00 : 08

Benar/Salah
Benar
Benar
Benar
2x Salah
2x Salah

Pada percobaan ini, subjek mengalami 2 kali kesalahan dalam menekan

tombol warna yang sesuai dengan warna lampu yang muncul. Hal ini terjadi 2x
pula dengan warna yang sama pula, yaitu warna kuning. Waktu reaksi tercepat
reaksi subjek adalah 00 : 00 : 03 : 01 : 08 sedangkan waktu terlama reaksi subjek
ialah 00 : 00 : 09 : 00 : 03
Gangguan Reaksi Waktu Terhadap Cahaya
Percobaan

Warna
Waktu Reaksi
Terjadi Gangguan/Tidak
Lampu
1
Biru
00 : 00 : 03 : 08 : 06
Tidak
2
Kuning
00 : 00 : 03 : 06 : 06
Tidak
3
Merah
00 : 00 : 06 : 08 : 03
Tidak
4
Hijau
00 : 01 : 00 : 00 : 01
Terjadi
5
Biru
00 : 00 : 02 : 02 : 00
Tidak
Pada percobaan ini, subjek mengalami 1 kali gangguan dalam menekan tombol
warna yang sesuai dengan warna lampu yang muncul. Waktu reaksi tercepat
reaksi subjek adalah 00 : 00 : 02 : 02 : 00sedangkan waktu terlama reaksi subjek
ialah 00 : 01 : 00 : 00 : 01

VI.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Guyton (2008) menyatakan bahwa mata manusia dapat bereaksi pada
stimulus pada durasi 0.2s dan mencapai puncak responnya pada durasi 0.5-1,0s,
sejalan dengan hasil percobaan diatas memiliki rata-rata 0.61 detik. Juga sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shenvi dan Balasubramanian (1994)
yang mengungkapkan bahwa wanita memiliki rata-rata waktu reaksi sebesar 0.42
detik.

VII.

APLIKASI

Dapat memperhitungkan waktu reaksi rata-rata yang dibutuhkan untuk
mengerem mobil ketika melihat lampu merah belakang kendaraan yang ada
didepannya
VIII.

LAMPIRAN
a. GAMBAR

Gambar 1.1.1 dan 1.1.2
b. ABSTRAKSI JURNAL
Crawford et al.
Eye–hand coordination is complex because it involves the visual guidance of
both the eyes and hands, while simultaneously using eye movements to
optimize vision. Since only hand motion directly affects the external world,
eye movements are the slave in this system. This eye–hand visuomotor
system incorporates closed-loop visual feedback but here we focus on early
feedforward mechanisms that allow primates to make spatially accurate
reaches. First, we consider how the parietal cortex might store and update
gaze-centered representations of reach targets during a sequence of gaze shifts
and fixations. Recent evidence suggests that such representations might be
compared with hand position signals within this early gaze-centered frame.
However, the resulting motor error commands cannot be treated independently
of their frame of origin or the frame of their destined motor command.
Behavioral experiments show that the brain deals with the nonlinear aspects of
such reference frame transformations, and incorporates internal models of the
complex linkage geometry of the eye–head–shoulder system. These
transformations are modeled as a series of vector displacement commands,
rotated by eye and head orientation, and implemented between parietal and
frontal cortex through efficient parallel neuronal architectures. Finally, we
consider how this reach system might interact with the visually guided grasp
system through both parallel and coordinated neural algorithms.
Dhangauri Shenvi et al.
Visual and auditory reaction times (VRT and ART) were studied in 38 male
and 41 female healthy medical students in age groups id 17-18 years old.
Subjects were presented with two visual stimuli viz red and green light stimuli
and two auditory stimuli viz high pitch and low pitch sound stimuli. The R.T.

to res light was significantly lower than to the green light in both sexes. No
statistically significant difference was observed in the response to high and
low pith sound stimuli in both sexes.
Johansson
We analyzed the coordination between gaze behavior, fingertip movements,
and movements of the manipulated object when subjects reached for and
grasped a bar and moved it to press a target-switch. Subjects almost
exclusively fixated certain landmarks critical for the control of the task.
Landmarks at which contact events took place were obligatory gaze targets.
These included the grasp site on the bar, the target, and the support surface
where the bar was returned after target contact. Any obstacle in the direct
movement path and the tip of the bar were optional landmarks. Subjects never
fixated the hand or the moving bar. Gaze and hand/bar movements were
linked concerning landmarks, with gaze leading. The instant that gaze exited a
given landmark coincided with a kinematic event at that landmark in a manner
suggesting that subjects monitored critical kinematic events for phasic
verification of task progress and subgoal completion. For both the obstacle and
target, subjects directed saccades and fixations to sites that were offset from
the physical extension of the objects. Fixations related to an obstacle appeared
to specify a location around which the extending tip of the bar should travel.
We conclude that gaze supports hand movement planning by marking key
positions to which the fingertips or grasped object are subsequently directed.
The salience of gaze targets arises from the functional sensorimotor
requirements of the task. We further suggest that gaze control contributes to
the development and maintenance of sensorimotor correlation matrices that
support predictive motor control in manipulation.
Yogyakarta, 25 November 2015
Penyusun,

(Haritz Hamam El Islami)
Asisten : Akhmad Kurniawan
Hasil

IX.

:

DAFTAR PUSTAKA
Crawford JD, Medendorp WP, Marotta JJ (2004) Spatial transformations for eye–
hand coordination. J Neurophysiol 92:10 –19.

Guyton, A. C. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Johansson, R. S., & al., e. (2001). Eye–Hand Coordination in Object
Manipulation. The Journal of Neuroscience , 6917–6932.
Kalat J.W. 2014. Biopsikologi edisi 9 buku 1.Jakarta:Salemba Humanika
Shenvi D, Balasubramanian P. A comparative study of visual and auditory
reaction times in males and females. Indian J Physiol Pharmacol 1994; 38:
229–231.