ANALISIS KURS DI HONG KONG DALAM LINK EX

ANALISIS KURS DI HONG KONG DALAM LINK EXCHANGE RATE SYSTEM
DENGAN APLIKASI ERROR CORRECTION MODEL (ECM)
Noor Laila Fadhilasari
11.6822 / 3 SE 4
SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK (2013/2014)

PENDAHULUAN
Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh
besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996:129). Kurs merupakan
salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh
adanya kseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat
pengaruhnya yang besar bagi neraca transaksi berjalan maupun bagi variabelvariabel makro
ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu
negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut
memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil (Salvator, 1997:10). Ketidakstabilan
nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan pedagangan Internasional.

Gambar 1 : Sumber: Hong Kong’s Link Exchange Rate System, HKMA

Dollar Hong Kong secara resmi setara dengan dollar AS pada tingkat 7,8 HK$ untuk
1 US$. Link Exchange Rate System telah diterapkan di Hong Kong sejak 17 Oktober 1983

(HKMA,2005). Link Exchange Rate System memastikan bahwa dolar Hong Kong memiliki
nilai eksternal yang stabil terhadap mata uang utama dunia. Stabilitas ini memainkan peranan
penting dalam mendukung peran Hong Kong sebagai pusat keuangan dan perdagangan. Link
Exchange Rate System dipertahankan secara kuat dan ketat melalui sistem Current Board,

yang memastikan bahwa seluruh basis moneter Hong Kong didukung dengan dollar AS pada

kurs Link. Sumber untuk dukungan ini disimpan di Hong Kong Exchange Fund yang
merupakan salah satu cadangan resmi terbesar di dunia.
Sejak diterapkannya Link tahun 1983, nilai tukar dollar Hong Kong tetap stabil dalam
menghadapi berbagai gunjangan. Seperti pada tahun 1987 terjadi guncangan di pasar saham
dunia, 1990 Perang Teluk, 1991 penutupan BCCI(HK), 1992 kerusuhan ERM, 1995 krisis
keuangan Mexiko, 1997-1998 krisis keuangan Asia, serta 2001 insiden 911.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin menganalisis mengenai apakah
terdapat pengaruh gross domestic product (GDP), consumer price index (CPI), wholeshale
price index (WPI), interest rate (IR), expor (EXPR), dan impor (IMPR) pada kurs dollar
Hong Kong (HK$) terhadap dollar Amerika (US$) di dalam negara yang menerapkan Link
Exchange Rate System.

LANDASAN TEORI

1. Kurs
Menurut Salvatore Dominick (1997:140) nilai tukar atau kurs adalah jumlah
atau harga mata unag domestik dari mata unag luar negri. Arbitrase valuta asing
adalah pembelian mata uang asing bila harganya rendah dan menjualnya bila
harganya tinggi. Suatu melemahnya nilai mata uang domestik terhadap nilai mata
uang asing disebut depresiasi, sedangkan menguatnya nilai mata uang domestik
terhadap nilai mata uang asing disebut apresiasi. Umumnya nilai tukar di tentukan
oleh perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva penawaran dari mata uang asing
tersebut.
2. Gross Domestic Product (GDP)
Menurut Hamdy Hady (2006:109) tingkat pendapatan suatu negara atau Gross
Domestik Product (GDP) adalah pertumbuhan tingkat pendapatan di suatu negara.

Seandainya kenaikan pendapatan masyarakat di Indonesia tinggi sedangkan kenaikan
jumlah barang relatif kecil maka impor barang akan meningkat. Peningkatan impor ini
akan membawa efek kepada peningkatan demand valas yang pada gilirannya akan
mempengaruhi kurs valas.
3. Consumer Price Index (CPI)
CPI adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barag dan jasa yang
dikonsumsi oleh rumah tangga. CPI merupakan persentas yang digunakan untuk

menganalisis laju inflasi. Inflasi yaitu kenaikan rata-rata tingkat harga umum yang
diukur berdasarkan indeks harga konsumen atau consumer price index ( CPI )

maupun indeks harga lainnya. Negara yang memiliki inflasi tinggi akan kesulitan
dalam melaksanakan perdagangan luar negri. Kesulitan ini berdampak pada kurs valas
di negara tersebut (Hamdy Hady, 2006:122).
4. Wholeshale Price Index (WPI)
Elisabeth Lukas (2009:61) Wholesale Price Index adalah indikator ekonomi
yang digunakan untuk memberikan informasi dan mengukur perubahan tingkat harga
rata-rata traded goods yang diperdagangkan pada pasar besar atau harga pada
penjualan besar. WPI adalah indikator untuk mengikuti pertumbuhan ekonomi secara
umum, dan sebagai bahan dalam menganalisa pasar dan memonitor keadaan serta.
5. Interest Rate
Kebijakan yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran stabilitas harga atau
pertumbuhan ekonomi adalah kebijakankebijakan moneter dengan menggunakan
instrumen moneter (suku bunga atau agregat moneter). Salah satu jalur yang
digunakan adalah jalur nilai tukar, berpendapat bahwa pengetatan moneter yang
mendorong peningkatan suku bunga akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar karena
adanya pemasukan modal dan luar negeri (Arifin, 1998: 4).
6. Expor

Mankiw (2000:67) ekspor adalah berbagai barang yang diproduksi dalam
negri dan di jual ke luar negri. Ekspor mengakibatkan aliran masuknya valuta asing
dari luar negri ke dalam negri. Dengan demikian penawaran dollar AS di masyarakat
akan meningkat sehingga mengakibatkan kurs dollar HK menguat. Hubungan antara
ekspor dengan nilai tukar mata uang suatu negara adalah positif.
7. Impor
(Mankiw 200:67) impor adalah berbagai barang yang di produksi di luar negri
dan di jual ke dalam negeri. Hubungan anatara impor dan nilai tukar adalah negatif
dimana apabila terjadi peningkatan impor maka akan meningkatkan permintaan
terhadap dollar AS yang pada akhirnya akan membuat nilai tukar malemah.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari kurs
(HK$/US$)sebagai variabel terikat, dan GDP, CPI, WPI, interest rate, expor, impor
sebagai variabel bebas. Data diperoleh dari dari International Financial Statistic (IFS)

yang dipublikasikan oleh International Monetary Fund (IMF). Data yang digunakan
adalah data time series triwulanan dari triwulan kedua (Q2) 1992 sampai triwulan
ketiga (Q3) 2013.
Metode Analisis Time Series

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model
(ECM) yang merupakan teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek
menuju keseimbangan jangka panjang. Tahapan analisis dan pembentukan model
dibantu dengan menggunakan software eviews 6. Tahapan analisis dan pembentukan
model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioner menggunakan uji akar unit (unit root test) dengan
menggunakan Phillips Perrorn Test. Unit root test dimaksudkan untuk
menentukan stasioner tidaknya sebuah variabel. Apabila data yang diamati dalam
unit root test belum stasioner maka harus dilanjutkan dengan uji derajat integrasi
(integration test) sampai diperoleh data yang stasioner.
2. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara
variabel bebas dan terikat, uji ini merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit
(Unit Root Test) dan uji derajat integrasi (Integration Test).

3. Pembentukan Model
Pada pembentukan ECM terdapat dua model yaitu model jangka panjang
yang merupakan regresi spurious dan dalam bentuk ECM yaitu jangka pendek.
Model Jangka Panjang :


Model Jangka Pendek :

Keterangan :
α1, α2

: intercept

persamaan model jangka panjang dan pendek

β11, β12, ... , β26

: elastisitas

KURS

: Kurs

GDP


: Gross Domestic Product

CPI

: Consumer Price Index

WPI

: Wholesale Price Index

IR

: Interest rate

EXMR

: Exports

IMPR


: Imports

ECT

: error correction term

L

: Log, menunjukkan pertumbuhan

D

: Difference, menunjukkan perubahan

t

: periode waktu

ε


: residual

dari variabel dalam jangka pendek dan panjang

4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Asumsi normalitas gangguan ε adalah penting sekali mengingat uji
validitas pengaruh variabel independen baik secara serempak (uji F) maupun
sendiri-sendiri (uji t). Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, maka kedua uji ini
dan estimasi nilai variabel dependen adalah tidak valid untuk sampel kecil
atau tertentu (Gujarati, 2002:143). Uji normalitas ε yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Jarque Bera.
b. Autokorelasi
Autokorelasi dapat diidentifikasi sebagai korelasi antara observasi.
Dalam penelitian ini menggunakan uji Breusch Godfrey.
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi ε tidak konstan atau sering
berubahubah seiring dengan berubahnya nilai variabel independen (Gujarati,
2002:61). Untuk melacak keberadaan heteroskedastisitas dalam penelitian ini
digunakan uji White.

d. Multikolinieritas
Cara umum untuk mendeteksi adanya multikolinear dalam model ialah
dengan melihat bahwa adanya

yang tinggi dalam model tetapi tingkat

signifikansi t-satistiknya sangat kecil dari hasil regresi tersebut dan
cenderung banyak yang tidak signifikan. Selain itu untuk menguji

multikolinear, bisa dilihat matrik korelasinya . Jika masing-masing variabel
bebas berkorelasi lebih besar dari 80 % maka termasuk yang memiliki
hubungan yang tinggi atau ada indikasi multikolinearitas (Gujarati,2003).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Uji Stasioneritas

Gambar 2 : Tabel Output Uji Stasioneritas pada Level

Gambar 3 : Tabel Output Uji Stasioneritas pasa diff

Pada output tabel sebelah kiri, uji stasioner pada level menunjukkan bahwa data

yang diajukan tidak stasioner di level karena p-value > 5% . Dan setelah dilakukan
diff pertama pada output sebelah kanan menunjukkan bahwa data stasioner karena pvalue < 5%.
2. Uji Kointegrasi

Pada persamaan jangka pendek yang terbentuk maka residual yang diperoleh
diuji stasioneritasnya pada tingkat level. Dengan p-value