PRAKTIK SOSIAL BERBASIS ANAK Studi Kasus

PRAKTIK SOSIAL BERBASIS ANAK
(Studi Kasus pada Pelaksanaan Child Sponsorship Program (CSP) Yayasan Harapan
Ummat di Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang)
Child-Based Social Practices (Case Study of Child Sponsorship Program (CSP)
Implementation at Flamboyan Muharto Studio, Malang).

JURNAL

Oleh:
Denissa Kumala Kandy
0811213035

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

PRAKTIK SOSIAL BERBASIS ANAK
(Studi Kasus pada Pelaksanaan Child Sponsorship Program (CSP) Yayasan Harapan Ummat
di Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang)


Denissa Kumala Kandy
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Masalah kemiskinan dan kurangnya perhatian terhadap ketersediaan sarana
pendidikan mendorong Yayasan Harapan Ummat untuk membantu pemerintah dengan cara
mendirikan Sanggar Flamboyan untuk anak dan ibunda Jalan Muharto Kota Malang agar
mengerti arti pentingnya pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan praktik
pemberdayaan berbasis anak melalui Child Sponsorship Program (CSP) yang dilakukan oleh
Sanggar Flamboyan Muharto.
Penelitian praktik pemberdayaan Sanggar Flamboyan ini diilhami oleh pandangan
Pierre Bourdieu. Pandangan Bourdieu merintis kerangka investigatif dan terminologi seperti
modal ekonomi, modal budaya, modal sosial, modal simbolik, serta konsep habitus dan ranah
(field) untuk mengungkapkan dinamika relasi kuasa dalam kehidupan sosial yang sesuai pada
kenyataan praktik Yayasan Harapan Ummat. Bourdieu menekankan pada praktik dalam
lingkungannya yang dirumuskan dalam bentuk (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan (observasi), wawancara (interview) dan
dokumentasi.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam melakukan praktik pemberdayaan, dengan
modal ekonomi, modal budaya, modal sosial dan modal simbolik yang dimiliki Yayasan
Harapan Ummat berusaha membantu merubah habitus pendidikan di ranah masyarakat
Muharto. Praktik dihasilkan oleh rumus Bourdieu yaitu (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik.
Yayasan Harapan Ummat melalui Child Sponsorship Program (CSP) berusaha membantu
pemerintah dan masyarakat bidikan Jalan Muharto untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia atas kesadaran masyarakat Muharto dalam rangka pendidikan untuk anak-anaknya.
Kegiatan Child Sponsorship Program (CSP) yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) gratis,
bimbingan belajar gratis dan life skill untuk anak-anaknya, serta kelas keaksaraan latin, kelas
membaca Al-Quran, pelatihan keterampilan, bina gizi keluarga, kajian parenting dan dana
bergulir untuk ibundanya. Chlid Sponsorship Program (CSP) dalam tingkatan progresnya
dirasa cukup meningkat lebih baik karena sudah mencetak banyak anak dan ibunda yang
sudah mengerti arti pentingnya pendidikan dan menciptakan habitus baru yaitu bersekolah.
Kata kunci: Praktik Sosial, Child Sponsorship Program, Habitus, Modal.

ABSTRACT
The problem of child poverty and little attention given to education drove Yayasan
Harapan Ummat to establish Flamboyan Studio for children and mothers at Jalan Muharto,
Malang, in order to make them understand the importance of education. This research aims
to explain the child-based empowerment practices through Child Sponsorship Program (CSP)

by Flamboyan Muharto Studio.
This research was inspired by Pierre Bourdieu. Bourdieu's view initiated investigative
framework and terminology, such as economic capital, cultural capital, social capital,
symbolic capital, as well as habitus and field concept to reveal the dynamic relations of
power in social life, that corresponds to Yayasan Harapan Ummat practices. Bourdieu
emphaized practice in environment that is formulated as follows: (Habitus x Capital) + Field
= Practice. This research was done using qualitative method and case study approach. The
data was gathered through observation, interview, and documentation.
This research concludes that in doing empowerment practices with economic,
cultural, social, and symbolic capitals they have, Yayasan Harapan Ummat tried to help
change the educational habitus in Muharto society. Practice was done according to Bourdieu
formula, which is (Habitus x Capital) + Field = Practice. Through "Child Sponsorship
Program (CSP)," Yayasan Harapan Ummat tried to help the government and Muharto society
to increase their quality of human resources as well as their awareness in child
education. Child Sponsorship Program (CSP) activities, such as Elementary School fulltuition, free educational guidance and life skills to develop its students, latin and Qur'an
class, skill development, nutrition class for families, parenting class, and funding for mothers.
Child Sponsorship Program (CSP) seems to have progressed by making children and
mothers understand the importance of education and creating new habitus, which is
schooling.


Keywords: Social Practices, Child Sponsorship Program, Habitus, Capital

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak-anak Indonesia banyak yang
tidak tuntas melakukan pendidikannya,
bahkan ada juga yang tidak pernah sama
sekali merasakan bangku sekolah1. Anakanak yang putus sekolah tersebut
cenderung berasal dari keluarga yang
rendah dalam status ekonominya. Merasa
terbelit oleh masalah keuangan, maka para
orangtua
seringkali
menghentikan
pendidikan anak-anaknya dengan tujuan
agar anak tersebut dapat membantu para
orangtua untuk mencari uang. Tingginya
angka pengangguran tidak hanya berakibat
menimbulkan masalah-masalah di bidang
ekonomi

semata,
melainkan
juga
menimbulkan berbagai masalah di bidang
sosial seperti kemiskinan dan kerawanan
sosial2. Semakin meningkatnya angka
pengangguran dan semakin sempitnya
lapangan
pekerjaan
yang
tersedia,
membuat anak-anak terpaksa ikut bekerja
membantu orangtua mereka dengan tidak
layak.
Kemiskinan terjadi hampir di seluruh
kota di Indonesia. Setiap kota pasti
memiliki anak jalanan, pengamen dan
pengemis yang mengisi dihampir setiap
sudut kota. Kejadian semacam itu karena
masalah tidak adanya akses pendidikan

yang
layak,
sehingga
seolah-olah
pendidikan untuk anak dipersulit dan tidak
disediakan dengan baik oleh pemerintah3.
Anak jalanan, pengamen dan pengemis
1

Robert Manurung. 2013. 12 Juta Anak Indonesia
Putus
Sekolah.
Online.
Available
at:
http://austinsfoundation.wordpress.com/2013/02/24
/12-juta-anak-indonesia-putus-sekolah/
pada
tanggal 12 Maret 2013 pukul 12.00 WIB
2

Anonymous. 2011. Buku Kependudukan. Malang:
Badan Pusat Statistika. Dalam Company Profile
Yayasan Harapan Ummat. 2012.
3
Anonymous. 2013. Anak Jalanan, Anak Bangsa.
Online.
Available
at:
http://austinsfoundation.wordpress.com/2013/02/24
/35/ diakses pada tanggal 12 Maret pukul 12.30
WIB.

merupakan suatu pemandangan yang tak
asing bagi masyarakat luas di kota-kota
besar, termasuk Kota Malang.
Kota Malang terdapat beberapa
lembaga swadaya masyarakat yang
menangani masalah-masalah kompleks
yang membelit masyarakat, khususnya
masyarakat marginal. Dari sekian banyak

Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di
Kota Malang, Lembaga Pendayagunaan
dan Pemberdayaan Zakat, Infaq-Shodaqoh
dan Waqaf (LPP-ZISWAF) Harapan
Ummat atau yang biasa disebut Yayasan
Harapan Ummat adalah salah satu yayasan
yang
peduli
dengan
kemiskinan
masyarakat dan perkembangan anak
jalanan potensi yang ada di Kota Malang
khususnya di daerah Lowokwaru, Muharto
dan Gadang. Disebut anak jalanan potensi
yaitu anak-anak yang belum benar-benar
menjadi anak jalanan tetapi lingkungan dan
keadaan mereka pada saat ini akan
memungkinkan mereka menjadi anak
jalanan di masa mendatang karena tidak
adanya bantuan dari sekarang4.

Yasasan Harapan Ummat berusaha
merubah habitus masyarakat marginal
bahwa pendidikan itu dianggap tidak
penting menjadi penting dengan berbagai
modal yang dimiliki oleh Yayasan Harapan
Ummat. Yayasan Harapan Ummat
senantiasa memberikan pendidikan pada
anak-anak marginal yang ada di Kota
Malang agar tidak sampai mengalami
keadaan yang serupa dan agar dapat
mencapai hak-hak anak yang seharusnya
mereka dapatkan. Seorang anak merupakan
seseorang yang berusia dibawah 18 tahun5.
Kota Malang sepertiga penduduknya
adalah anak-anak dan hingga saat ini
terhitung lebih dari 700 anak jalanan
4

Company Profile Yayasan Harapan Ummat
dengan perubahan penulis

5
Komite UNICEF. 2004. Ringkasan dan Konvensi
PBB tentang Hak-Hak Anak. Dalam Company
Profile Yayasan Harapan Ummat. 2012.

tinggal di Kota Malang dan dari jumlah
tersebut
diperkirakan
akan
terus
6
bertambah . Yayasan Harapan Ummat
berusaha
untuk
mencegah
dan
memberdayakan agar anak-anak tersebut
tidak menjadi anak jalanan dengan
menggunakan berbagai macam program
yang dijalankan oleh Yayasan Harapan

Ummat. Salah satu program yang
dijalankan oleh Yayasan Harapan Ummat
saat ini adalah Child Sponsorship Program
(CSP). Child Sponsorship Program (CSP)
tersebut tidak hanya menyentuh anakanaknya saja, akan tetapi juga menyentuh
keluarga dan komunitas yang ada di
lingkungan tempat tinggal anak dengan
harapan
anak-anak
tersebut
bisa
mendapatkan perlindungan dari segala
bentuk kekerasan yang dilakukan oleh
orang-orang dewasa yang ada di sekitar
mereka.
Yayasan Harapan Ummat dalam
melaksanakan
tugasnya,
mempunyai
modal yang sesuai dengan pemikiran
Bourdieu. Di dalam pemikirannya,
Bourdieu merintis kerangka investigatif
dan terminologi seperti modal ekonomi,
modal budaya, modal sosial, modal
simbolik, serta konsep habitus, ranah
(field) atau lokasi dan kekerasan simbolik
untuk mengungkapkan dinamika relasi
kuasa dalam kehidupan sosial yang sesuai
pada kenyataan praktik Yayasan Harapan
Ummat. Bourdieu menekankan pada
praktik dalam lingkungannya yang
dirumuskan dalam bentuk (Habitus x
Modal) + Ranah = Praktik.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana praktik sosial berbasis
anak melalui Child Sponsorship Program
(CSP) yang dilakukan oleh Yayasan

Harapan Ummat di Sanggar Flamboyan
Muharto Kota Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
Menganalisis dan mendeskripsikan
praktik sosial berbasis anak melalui Child
Sponsorship Program (CSP)
yang
dilakukan Yayasan Harapan Ummat di
Sanggar Flamboyan Muharto Kota
Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangsih pemikiran dalam
pengembangan
ilmu
pengetahuan
khususnya terhadap persoalan anak
marginal dan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi Yayasan Harapan
Ummat dalam melaksanakan Child
Sponsorship Program (CSP) yang terfokus
pada anak dan bunda pada Sanggar
Flamboyan Muharto Kota Malang.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Masyarakat Marjinal
Secara faktual, yang dimaksud dengan
masyarakat marginal sebetulnya hampir
sama dengan masyarakat miskin. Akan
tetapi, lebih dari sekedar fenomena
ekonomi dalam arti rendahnya penghasilan
atau tidak dimilikinya mata pencaharian
yang cukup mapan untuk tempat
bergantung hidup. Esensi dari masyarakat
marginal adalah menyangkut kemungkinan
atau probabilitas orang atau keluarga
miskin itu untuk melangsungkan dan
mengembangkan
usaha
serta
taraf
7
kehidupannya .
Di kota besar, golongan masyarakat
yang mengalami proses marginalisasi
umumnya adalah kaum migran. Seperti
7

6

Anonymous. 2008. Jaringan Kemanusiaan Jawa
Timur.
Online.
Available
at:
http://jarkemjatim.blogspot.com. diakses pada
tanggal 09 Maret 2012 pukul 08.00 WIB.

Anonymous. 2013. Pengertian Marjinal dalam
Pendidikan.
Online.
Available
at:
http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengerti
an-marjinal-dalam-pendidikan.html diakses pada
tanggal 17 April 2013 pukul 17.00 WIB

pedagang kaki lima, penghuni pemukiman
kumuh dan pedagang asongan yang
umumnya tidak terpelajar dan tidak
terlatih. Golongan masyarakat marginal ini
meliputi juga para pengusaha tanpa modal
dan tanpa fasilitas dari pemerintah yang
sekarang dapat dinamakan dengan
golongan ekonomi yang sangat lemah8.
Ciri utama yang menandai masyarakat
marginal biasanya mobilitas sosial vertikal
yang terjadi sangat lamban. Mereka yang
miskin akan tetap hidup dengan
kemiskinannya, sedangkan yang kaya akan
tetap menikmati kekayaannya. Faktor
penyebab
tersebut
terletak
pada
kungkungan struktural sosial yang
menyebabkan mereka kekurangan hasrat
untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Struktur sosial yang berlaku telah
melahirkan berbagai corak rintangan yang
menghalangi
mereka
untuk
maju.
Kelemahan ekonomi tidak memungkinkan
mereka untuk memperoleh pendidikan
yang berarti agar bisa melepaskan diri dari
kemiskinan dan keterpinggiran.
2.2 Pemberdayaan Anak Marginal
Konsep anak didefinisikan dan
dipahami berbeda sesuai dengan sudut
pandang dan kepentingan yang beragam.
Menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
anak adalah seorang yang belum berusia di
atas 18 (delapan belas) tahun dan termasuk
anak yang masih dalam kandungan.
Sedangkan, menurut Undang-Undang
Nomor
4
Tahun
1979
tentang
Kesejahteraan
Anak,
anak
adalah
seseorang yang berusia di bawah 21 (dua
puluh satu) tahun dan belum menikah.
Pendekatan yang diambil dalam proses
pemberdayaan adalah pendekatan yang
8

Soetandyo Wignyosoebroto. 2005. Dakwah
Pemberdayaan
Masyarakat-Paradigma
Aksi
Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Hlm
167

lebih bersifat top-down seperti pada
umumnya kegiatan pendampingan yang
banyak dilakukan. Ciri top-down paling
tidak mewujud dalam perumusan kegiatan
yang disusun sendiri oleh pendamping
dengan pertimbangan-pertimbangan yang
dipandang penting dan bermanfaat bagi
kelompok sasaran dari sisi pandang
pendamping.
Secara umum tujuan dibentuknya
rumah singgah adalah membantu anak
marginal mengatasi masalah-masalahnya
dan
menemukan
alternatif
untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedang
secara khusus tujuan rumah singgah
adalah9:
a. Membentuk kembali sikap dan prilaku
anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat.
b. Mengupayakan anak-anak kembali ke
rumah jika memungkinkan atau ke panti
dan lembaga pengganti lainnya jika
diperlukan.
c. Memberikan
berbagai
alternatif
pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan
anak dan menyiapkan masa depannya
sehingga menjadi masyarakat yang
produktif.
Dalam
memberdayakan
anak
marginal, rumah singgah merupakan
alternatif pemberdayaan yang efektif
karena dengan adanya rumah singgah bagi
anak marginal, mereka akan terpenuhi hakhaknya sebagai anak. Selain itu, mereka
juga diberi pembinaan oleh para
pendamping di rumah singgah baik dari
segi kesehatan, pendidikan, agama dan
keterampilan
yang
berguna
bagi
kelangsungan hidupnya di kemudian hari.

9

DR. Armai Arif, MA. 2004. Upaya
Pemberdayaan Anak Jalanan. Online. Available at:
http://anjal.blogdrive.com/archive/11.html diakses
pada tanggal 28 November 2012 pukul 14.00 WIB

2.3

Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM)
Menurut Mansour Fakih, NonGovernment
Organizations
(NGOs)
dianggap sebagai satu bentuk organisasi
gerakan sosial yang secara umum dikenal
dengan istilah Lembaga Pembangunan
Swadaya Masyarakat (LPSM) atau
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Istilah LSM yang dimaksud di sini
menunjuk pada pelbagai organisasi yang
bukan bagian dari organisasi pemerintah
(Ornop) serta didirikan bukan hasil dari
persetujuan antar pemerintah10.
Menurut instruksi Mendagri Nomor 8
Tahun 1990, pengertian LSM adalah
organisasi atau lembaga yang dibentuk
masyarakat Warga Negara Republik
Indonesia secara sukarela atau kehendak
sendiri dan berminat serta bergerak di
bidang kegiatan-kegiatan yang ditetapkan
oleh organisasi atau lembaga sebagai
wujud partisipasi masyarakat dalam upaya
meningkatkan
taraf
hidup
dan
kesejahteraan
masyarakat
yang
menitikberatkan
kepada
pengabdian
masyarakat.
Jadi, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM)
merupakan
lembaga
non
pemerintahan yang menaungi masalahmasalah dalam bidang sosial, politik,
kesehatan maupun pendidikan yang pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
yang menitikberatkan kepada pengabdian
secara swadaya.
2.4 The Logic of Practice (Habitus x
Modal) + Ranah = Praktik
Pandangan Pierre Bourdieu mengenai
teori praktik pada dasarnya merupakan
suatu produk dari relasi antara habitus
sebagai produk sejarah dan ranah yang
10

Mansour Fakih. 1996. Masyarakat Sipil untuk
Transformasi Sosial. Jakarta: Pustaka Pelajar. Hlm
6

juga merupakan produk sejarah11. Di saat
yang bersamaan, habitus dan ranah
merupakan produk utama dari daya-daya
yang ada di masyarakat. Dalam suatu ranah
ada pertaruhan, kekuatan-kekuatan serta
seseorang yang memiliki banyak modal
dan seseorang yang tidak memiliki modal.
Modal merupakan sebuah konsentrasi
kekuatan dan suatu kekuatan spesifik yang
beroperasi di dalam ranah. Setiap ranah
menuntut individu untuk memiliki modalmodal khusus agar dapat mempertahankan
hidupnya secara lebih baik. Atas dasar itu,
Bourdieu membuat rumus tentang praktik
sosial dalam: (H x M) + R = Praktik. H
adalah Habitus, M adalah Modal dan R
adalah Ranah. Habitus merefleksikan peran
struktur yang bersifat objektif. Modal
merefleksikan peran agen yang bersifat
subjektif. Sedangkan ranah merefleksikan
ruang dan waktu di mana perkalian antara
habitus dan modal dijalankan.
Menurut Bourdieu ada empat modal
yang sangat berperan menentukan
kekuasaan sosial dan ketidaksetaraan
sosial yaitu modal ekonomi, modal sosial,
modal simbolik dan modal budaya12. Dari
masalah yang diteliti oleh penulis terdapat
kaitan antara keempat modal tersebut
antara Yayasan Harapan Ummat dengan
anak-anak marginal yang sampai saat ini
masih
sulit
mendapatkan
hak
pendidikannya di Kota Malang. Pertama,
modal ekonomi yang menunjukkan status
dan sumber ekonomi seseorang. Kedua,
modal sosial yang berupa hubunganhubungan sosial yang memungkinkan
seseorang
bermobilisasi
demi
kepentingannya. Ketiga, modal simbolik
yang berasal dari kehormatan dan prestise
11

Richard Harker et al., 2009. (Habitus x Modal) +
Ranah = Praktik: Pengantar Paling Komprehensif
kepada
Pemikiran
Pierre
Bourdieu.
(Diterjemahkan: Pipit Maizer). Yogyakarta:
Jalasutra. Hlm xx
12
Fashir Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa
Simbolik. Yogyakarta: Juxtapose. Hlm 98

seseorang. Keempat yaitu modal budaya
meliputi
keseluruhan
kualifikasi
intelektual yang bisa diproduksi melalui
pendidikan normal maupun warisan
keluarga13.
Hubungan habitus, ranah dan modal
bertaut secara langsung dan bertujuan
menerangkan praktik sosial. Karakteristik
modal dihubungkan dengan skema habitus
sebagai pedoman tindakan dan klasifikasi
dan ranah selaku tempat beroperasinya
modal. Sedangkan ranah senantiasa
dikitari oleh relasi kekuasaan obyektif
berdasarkan pada jenis-jenis modal yang
digabungkan dengan habitus.
2.5 Habitus dan Field (Ranah)
Dalam melaksanakan praktiknya,
Yayasan Harapan Ummat berupaya
merubah habitus masyarakat marginal
Komunitas Muharto Kota Malang dalam
ranah pendidikan. Sebelum Yayasan
Harapan Ummat menaungi Komunitas
Muharto, masyarakat Muharto masih
menganggap bahwa suatu pendidikan yang
tentunya penting bagi kelangsungan dan
kesejahteraan hidup manusia dianggap
tidak penting bagi masyarakat naungan
Yayasan Harapan Ummat tersebut.
Menurut Bourdieu, habitus dapat
dirumuskan sebagai sebuah sistem
disposisi-disposisi (skema-skema persepsi,
pikiran dan tindakan yang diperoleh dan
bertahan lama). Bourdieu menegaskan
bahwa habitus bukanlah penciptaan asli
dari individu, juga bukan individu yang
bebas dari kondisi-kondisi struktur
sosialnya. Melainkan, habitus adalah
produk dari kondisi-kondisi struktural
sosial dari individu dan oleh karena itu
habitus menstrukturkan praktik-praktik
sosialnya melalui suatu cara yang
mereproduksi kondisi-kondisi obyektif

13

Fashir Fauzi. Ibid. Hlm 99

agen dari keberadaan sosialnya14. Dapat
dikatakan bahwa habitus tersusun dari
kebiasaan dan semesta keadaan lingkungan
sosial yang dihadapi, begitu pula
sebaliknya.
Ranah (field) dapat diartikan sebagai
lingkungan atau arena (champ) yang
melekat pada lingkup tertentu. Ranah lebih
bersifat relasional daripada struktural
karena di dalamnya berisi jaringan antarposisi obyektif. Bourdieu menjelaskan
bahwa ranah adalah ruang sosial yang
terstruktur (tertata), ranah kekuasaan,
kekuasaan ranah. Ranah tersebut berisi
orang yang mendominasi dan orang yang
didominasi. Hubungan ketidaksetaraan
yang permanen dan konstan beroperasi
dalam ruang ini. Pada saat yang sama
menjadi berbagai macam aktor yang
berjuang
mentransformasikan
dan
melestarikan ranah ini. Semua individu di
dunia ini membawa menuju kompetisi
seluruh kekuasaan (relatif) bagi pembagian
pasar mereka. Kekuasaan ini menentukan
posisinya dalam ranah dan sebagian
hasilnya adalah strategi mereka15.
Bourdieu
memandang
bahwa
berdasarkan pengertian habitus dan ranah,
pemahaman terhadap interaksi struktur
objektif dan struktur subjektif serta
mekanisme kerja pada diri manusia dan
kehidupan sosial tersebut membuat
Bourdieu mengajukan penjelasan tentang
doxa16. Doxa adalah sejenis tatanan sosial
dalam diri individu yang stabil dan terikat
pada tradisi serta terdapat kekuasaan yang
sepenuhnya ternaturalisasi dan tidak
dipertanyakan. Dalam praktik konkritnya,
doxa
tampil
melalui
pengetahuanpengetahuan yang begitu saja diterima
sesuai dengan habitus dan ranah individu
14

Fashir Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa
Simbolik. Yogyakarta: Juxtapose. Hlm viii
15
Fauzi Fashri. Ibid. Hlm101-102
16
Richard Harker. Op cit. Hlm xxi

tanpa dipikir atau ditmbang terlebih
dahulu. Doxa bisa berupa kebiasaankebiasaan sederhana seperti cara duduk,
cara makan, sampai cara lain yang lebih
luas yaitu kepercayaan atau idiologi17.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya prilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain18.
Strategi
kualitatif
yang
akan
digunakan adalah pendekatan studi kasus
(case study). Menurut Yin, pendekatan
penelitian studi kasus adalah pengamatan
yang mendalam terhadap suatu fenomena
mengapa seseorang, kelompok, lembaga
dan/atau masyarakat bertindak dengan
suatu cara tertentu dan bagaimana dia
bertindak di masa mendatang19.
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan intrinsic case study karena
peneliti ingin mengetahui secara intrinsik
fenomena, keteraturan, dan kekhususan
dari fenomena yang terjadi pada Sanggar
Flamboyan Muharto Yayasan Harapan
Ummat Malang tentang bagaimana praktik
sosial pemberdayaan berbasis anak melalui
Child Sponsorship Program (CSP) dan
konstruksi elemen modal Yayasan Harapan
Ummat
dalam
merubah
habitus
masyarakat
marginal
dalam
hal
pendidikan.

17

Fauzi Fashri. Op cit. Hlm 126
Lexy J. Moleong. 2006. Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Hlm 6
19
Robert K. Yin. 2011. Case Study Research:
Design and Methods. California: Sage Publications.
Hlm 5
18

3.2 Fokus Penelitian
Penetapan fokus penelitian dalam
pendekatan kualitatif memiliki dua tujuan
utama yaitu: penetapan fokus penelitian
dapat membatasi studi dan penetapan fokus
berfungsi untuk memenuhi kriteria
inklusif/eksklusif suatu informasi yang
baru diperoleh di lapangan.
Untuk melacak masalah sekaligus
membatasi studi dalam penelitian ini, maka
fokus penelitiannya adalah menganalisa
praktik pemberdayaan berbasis anak pada
Yayasan Harapan Ummat untuk merubah
habitus masyarakat marginal dalam ranah
pendidikan melalui Child Sponsorship
Program (CSP) di Sanggar Flamboyan
Muharto
Kota
Malang
dengan
menggunakan analisis Bourdieu tentang
praktik sosial Yayasan Harapan Ummat.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat disalah
satu komunitas dampingan Yayasan
Harapan Ummat yaitu di Sanggar
Flamboyan Muharto, Jalan Muharto Gang
VB, Kota Malang. Dipilihnya lokasi ini
sebagai lokasi penelitian tentunya didasari
oleh: pertama, Yayasan Harapan Ummat
melalui Child Sponsorship Program (CSP)
memiliki manfaat yang berlipat untuk
komunitas khususnya anak-anak dalam
rangka mencapai dan memenuhi kebutuhan
pendidikannya
dengan
tujuan
meningkatkan kualitas kehidupan anak di
masa yang akan datang. Kedua, Yayasan
Harapan Ummat berupaya meningkatkan
kualitas pengasuhan dan akses pendidikan
kecakapan hidup untuk anak yatim atau
dhu afa yang berbasis keluarga. Ketiga,
Melalui pendampingan dan pelatihan yang
berkesinambungan dan memberikan bekal
kecakapan hidup sesuai dengan kekayaan
potensi-potensi anak, membawa peneliti
untuk melihat lebih jauh bagaimana
pelaksanaan praktik sosial pemberdayaan
berbasis anak melalui Child Sponsorship

Program (CSP) yang dilakukan oleh
Yayasan Harapan Ummat di Sanggar
Flamboyan Muharto Kota Malang, serta
bagaimana konstruksi elemen modal
Yayasan Harapan Ummat dalam merubah
habitus masyarakat miskin dalam hal
pendidikan.
3.3 Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara purposive, yaitu
informan yang diambil lebih selektif atau
sesuai dengan kriteria yang dianggap
paling mengetahui mengenai situasi sosial
yang akan diteliti dan selaras dengan
tujuan penelitian. Ada tiga kriteria dalam
menentukan informan dengan metode
purposive, yaitu: Pertama, seorang peneliti
menggunakannya untuk memilih kasus
unik yang sangat informatif. Kedua,
seorang peneliti dapat menggunakan
purposive untuk memilih anggota populasi
yang sulit dijangkau. Ketiga, situasi lain
untuk purposive terjadi ketika seorang
peneliti ingin mengidentifikasi jenis
tertentu dari kasus untuk investigasi
mendalam20.
Informan kunci dalam penelitian ini
adalah Bapak Sugianto selaku Kasi Trantib
Kelurahan Kotalama. Informan utama
yaitu Bapak Rully (Ketua Pengurus
Harapan Ummat), Bu Abyz (Fasilitator
Harapan Ummat), Bu Yuyun (Sekretaris
Harapan Ummat) dan Mbak Ririn
(Pendamping
Sanggar
Flamboyan
Muharto). Informan tambahan yaitu Bapak
Fauzan (Lurah Kelurahan Kotalama), Bu
Soleha (orangtua dampingan), Bu Suprapti
(orangtua dampingan), Bu Ifa Rosida
(orangtua dampingan), Anjas (anak
dampingan) dan Nurika (anak dampingan).

20

W. Laurence Newman. 2007. Basic of Social
Research:
Qualitative
and
Quantitative
Approaches, Second Edition. Boston: Pearson
Education. Hlm 143-144

3.4 Jenis dan Sumber Data
Teknik pengambilan data yang
dilakukan pada penelitian ini diperoleh dari
dua sumber, yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang
langsung dikumpulkan oleh peneliti dari
sumber pertama atau utamanya. Dalam
penelitian ini, data primer didapatkan
dari observasi dan wawancara langsung
dengan
pendamping
dan
anak
dampingan Yayasan Harapan Ummat
Kota Malang.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari pihak lain, bukan secara
langsung yang diusahakan sendiri.
Sumber data sekunder ini diambil dari
dokumen-dokumen,
catatan-catatan,
laporan serta arsip yang berhubungan
dengan fokus penelitian dan tentunya
mempunyai relevansi dengan masalah
yang diteliti.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara yang dilaksanakan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang
secara
umum
tidak
terstruktur
(unstructured) dan bersifat terbuka
(opended) yang dirancang untuk
memunculkan pandangan dan opini dari
para partisipan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dalam penelitian ini,
peneliti
mengumpulkan
dokumen
berupa dokumen kualitatif. Dokumen
ini bisa berupa dokumen publik (seperti:
koran, makalah, laporan kantor) ataupun

dokumen privat (seperti: buku harian,
diary, surat, e-mail).
c. Observasi
Dalam kegiatan observasi ini,
peneliti menggunakan jenis observasi
kualitatif. Observasi kualitatif menurut
Creswell merupakan observasi yang di
dalamnya peneliti langsung turun ke
lapangan untuk mengamati perilakuperilaku dan aktivitas individu-individu
di lokasi penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian
studi kasus adalah penjodohan pola,
pembuatan eksplanasi, dan analisis deret
waktu. Dalam penelitian ini digunakan
teknis analisis data dengan penjodohan
pola21. Penjodohan pola dilakukan karena
penelitian ini menggunakan studi kasus
eksplorasi dari penelitian mengenai praktik
sosial pemberdayaan berbasis anak dan
konstruksi elemen modal Yayasan Harapan
Ummat untuk merubah habitus masyarakat
marginal melalui pendidikan tentang
pelaksanaan Child Sponsorship Program
(CSP) di Sanggar Flamboyan Muharto
Kota Malang.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Praktik Sosial Berbasis Anak
melalui Child Sponsorship Program
(CSP) Yayasan Harapan Ummat
Praktik sosial adalah produk yang
secara sederhana bekerjanya sebuah
habitus, modal dan dalam suatu ranah
tertentu. Berkaitan dengan penelitian ini
yaitu Praktik Pemberdayaan Berbasis Anak
di Sanggar Flamboyan Muharto Kota
Malang berpedoman pada teori Bourdieu
di dalam fenomena tersebut.
Fenomena kemiskinan tersebut tampak
jelas pada kehidupan yang harus dihadapi

oleh anak-anak dan keluarga yang
khususnya bertempat tinggal di daerah
komunitas naungan Yayasan Harapan
Ummat. Tidak hanya pada sektor
pendidikan
semata,
bahkan
untuk
pemenuhan kebutuhan dasar, mata
pencaharian, kualitas air dan lingkungan
tempat tinggal, akses keuangan hingga
aktualisasi diri dirasa sulit didapatkan guna
menikmati penghidupan yang wajar dan
layak.
Persoalan dan situasi yang dihadapi
kaum marginal di Kota Malang yang
khususnya di daerah naungan Yayasan
Harapan Ummat tersebut ternyata cukup
kompleks. Kesulitan ekonomi yang
dihadapi telah berjalan seiring dengan
habitus orangtua bahwa sangat minim
pengetahuan dan kesadaran orangtua akan
pentingnya ketuntasan tumbuh kembang
anak pada usia dini. Dari adanya
permasalahan habitus masyarakat yang
belum mengerti arti pentingnya pendidikan
tersebut, Yayasan Harapan Ummat melalui
segala macam modal yang dipunyai
melakukan praktiknya dengan merangkul
anak dan orangtua khususnya ibundanya
untuk ikut serta bersama-sama berusaha
untuk dapat merubah orientasi pentingnya
pendidikan melalui segala program yang
dijalankan Yayasan Harapan Ummat salah
satunya yaitu Chlid Sponsorship Program
(CSP).
Child Sponsorship Program (CSP)
merupakan salah satu program yang
dijalankan oleh Yayasan Harapan Ummat
dalam upaya memberdayakan masyarakat
marginal yang bertujuan memberikan
kesempatan pada anak-anak untuk
berpendidikan dan keluarganya yang
dinilai tidak memiliki modal sama sekali
yang menempati hierarki terendah seperti
buruh, petani, pengemis dan lainnya22

21

Robert K. Yin. 2006. Case Study Research:
Design and Methods. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Hlm 140

22

Fashir fauzi. 2007. Penyikapan Kuasa Simbolik.
Yogyakarta: Juxtapose. Hlm 100

supaya bisa mendapatkan standar hidup
yang layak. Yayasan Harapan Ummat
melalui Child Sponsorship Program (CSP)
berusaha untuk memberikan perubahan
pada sebuah komunitas untuk dapat
mejalankan kehidupannya dengan layak
dan dapat mengakses pendidikan dengan
mudah.
Di Sanggar Flamboyan Muharto, juga
diberikan program dana bergulir untuk
meningkatkan perekonomian mereka.
Masyarakat diberikan modal untuk usaha
dan kemudian dikembangkan oleh mereka
hingga saat ini terdapat seseorang yang
sudah tidak membutuhkan pinjaman dari
dana bergulir tersebut untuk menjalankan
usahannya. Mereka sudah dapat mengatur
perekonomian dan siklus perputaran uang
usahanya
dengan
baik.
Sebelum
mencairkan dana bergulir, komunitas ini
diberikan berbagai macam pelatihan untuk
menguatkan skill mereka dan memastikan
jika dana yang akan diberikan dapat
digunakan dengan baik sesuai tujuan
utamannya.
Berbagai macam pelatihan yang
diberikan pada komunitas ini adalah
pelatihan menejemen ekonomi rumah
tangga, pelatihan wirausaha, pelatihan
dinamika kelompok, pelatihan manajemen,
analisa usaha mikro dan beberapa pelatihan
lain yang ditujukan untuk memperkuat
dana yang akan digulirkan benar-benar
akan berjalan dengan baik.
Dalam praktik kerjanya, seorang
pendamping diwajibkan untuk melakukan
home visit di setiap anak didiknya dengan
cara setiap satu bulan sekali datang ke
rumah anak didiknya secara bergantian.
Adanya home visit tersebut dirasa sangat
perlu
untuk
dapat
memantau
perkembangan anak dan keluarganya.
Tidak hanya itu saja, home visit merupakan
salah satu alat supaya Yayasan Harapan
Ummat dapat diterima dan menjadi bagian
dalam komunitas tersebut.

4.2 (Habitus x Modal) + Ranah =
Praktik Yayasan Harapan Ummat
di Sanggar Flamboyan Muharto
Banyaknya
anak-anak
marginal
kurang beruntung yang tidak dapat
mengakses pendidikan dengan mudah
menimbulkan
kepedulian
Yayasan
Harapan Ummat untuk dapat memberikan
pendidikan alternatif kepada komunitas
marginal yang ada di Kota Malang
khususnya komunitas yang berada di
bawah naungan Yayasan Harapan Ummat
yaitu Komunitas Lowokwaru, Komunitas
Muharto dan Komunitas Gadang.
Yayasan Harapan Ummat lebih
menekankan pendidikan yang berbasis
komunitas untuk dapat lebih dekat dengan
komunitas yang dinaungi. Selain itu,
pendidikan yang berbasis komunitas juga
ditujukan agar semua yang berhubungan
dengan sang anak juga dapat dijangkau
oleh Yayasan Harapan Ummat. Selain
kepada anak, Yayasan Harapan Ummat
juga merangkul keluarga anak untuk
mendapatkan
pemahaman
tentang
pemberian pendidikan untuk anaknya.
Yayasan Harapan Ummat mempunyai
pandangan bahwa pendidikan yang
didapatkan oleh seorang anak tidak
bersumber dari satu pihak saja yaitu guru,
akan tetapi pendidikan yang didapatkan
oleh seorang anak juga didapatkan dari
lingkungan keluarga dan lingkungan
sekitarnya.
Dalam praktiknya menurut Bourdieu,
selain terdapat habitus masyarakat
Muharto yang belum menyadari arti
pentingnya di ranah pendidikan, ada empat
modal yang sangat berperan menentukan
kekuasaan sosial dan ketidaksetaraan sosial
yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal
simbolik dan modal budaya.

4.2.1 Habitus dan Field (Ranah)
Anak dan orangtua dampingan
Yayasan Harapan Ummat dapat dikatakan
memiliki habitus yang sama, karena berada
di lingkungan sosial yang sama. Menurut
Bourdieu, dalam hal ini habitus berperan
sebagai struktur-struktur yang dibentuk
(structured structure) dan struktur-struktur
yang membentuk (structuring structure)23.
Yayasan Harapan Ummat dengan Child
Sponsorship Program (CSP) berusaha
membantu merubah pandangan masyarakat
Muharto tentang arti pentingnya suatu
pendidikan yang awalnya dianggap tidak
penting oleh sebagian masyarakat Muharto
menjadi sangat penting untuk mereka.
Sehingga
diharapkan
dapat
lebih
meningkatkan status sosial dan keadaan
sosial untuk diri dan keluarganya.
Sanggar Flamboyan Yayasan Harapan
Ummat berusaha memberikan bujukanbujukan kepada para orangtua dan anak
bidikan agar mau mengikuti segala
program kegiatan yang dijalankan Sanggar
Flamboyan. Untuk ibundanya, bujukan
tersebut berupa pengajian bersama,
berdemo masak makanan sehat untuk
keluarganya dan kegiatan kajian parenting.
Serta untuk sang anak, dibujuk dengan cara
bermain bersama, bermain game pintar dan
mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR)
sekolah bersama-sama di sanggar. Dari
bujukan awal tersebut, masyarakat bidikan
dampingan Sanggar Flamboyan lamakelamaan mau untuk mengikuti semua
kegiatan
sanggar
melalui
Child
Sponsorship Program (CSP) Yayasan
Harapan Ummat memberikan pelajaran
kepada anak dan ibundanya tentang
pendidikan agama, akademis dan life skill
yang secara tidak langsung adalah usaha
untuk membantu merubah habitus
masyarakat
dampingan
Sanggar
23

Fashri Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol.
Yogyakarta: Juxtapose. Hlm 90

Flamboyan Muharto akan pentingnya
bersekolah.
Hal yang menarik, masyarakat
Muharto yang sebagian besar penduduknya
beretnis Madura tersebut membuat
keadaan masyarakat dan lingkungan
Muharto dikenal keras dan terbelakang
oleh sebagian besar masyarakat Kota
Malang. Modal yang dimiliki oleh anak
dan
orangtua
dampingan
Sanggar
Flamboyan Muharto yang sebagian besar
beretnis Madura cenderung pada modal
budaya yang mereka miliki berupa
pengetahuan agama yang kuat untuk
kehidupannya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa masyarakat dampingan Sanggar
Flamboyan Muharto mempunyai habitus
yang merupakan perpaduan hasil dari
modal budaya yang dibawa dari Madura ke
Pulau Jawa. Logika Bourdieu menyatakan
bahwa
habitus,
produk
sejarah,
menghasilkan praktik individu atau
kolektif dan sejarah. Sejalan dengan skema
yang digambarkan oleh sejarah. Peneliti
juga melihat modal sosial yang dimiliki
oleh masyarakat Muharto Yayasan
Harapan Ummat terlihat pada relasi-relasi
sosial yang sama dengan kelas sosialnya
yaitu masyarakat kelas menengah ke
bawah saat mengikuti segala program
kegiatan Yayasan Harapan Ummat dan
acara kegiatan RW setempat seperti
pengajian, yasinan, tahlilan, dan lain-lain.
Pada penelitian ini, ranah yang
dimaksud adalah lingkungan Muharto.
Masyarakat Muharto yang mempunyai
habitus kurang mengerti arti pentingnya
suatu pendidikan sudah menjadi budaya
turun-temurun yang lebih mementingkan
bekerja dan mengenyam pendidikan agama
daripada pendidikan ilmu pengetahuan
sekolah. Hal tersebut juga mengingat pada
sejarah masyarakat Muharto yang sebagian
besar beretnis Madura yang tentunya
dikenal mempunyai sifat dan sikap yang
keras, semaunya sendiri dan tidak terlalu

4.2.2 Modal
Menurut
Bourdieu,
modal
digolongkan ke dalam empat jenis yaitu
modal ekonomi, modal sosial, modal
budaya dan modal simbolik24. Modal
ekonomi yang diberikan Yayasan Harapan
Ummat untuk masyarakat Muharto berupa
pemberian pendidikan gratis untuk anak
dan ibundanya. Pendidikan gratis untuk
anak yaitu Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK) dan
Sanggar Bimbingan Belajar Flamboyan.
Sedangkan untuk ibundanya berupa
pendidikan pelatihan keterampilan, kajian
parenting, keaksaraan latin, membaca AlQuran (mengaji), dana bergulir dan bina
gizi keluarga berupa pelatihan masakan
makanan sehat.
Modal sosial yang dimiliki Yayasan
Harapan Ummat yaitu dengan mitra
kerjasama instansi atau perusahaan
diantaranya,
kerjasama
dengan
Departemen Pendidikan Nasional, Koalisi
Perempuan Indonesia (KPI) Jawa Timur,
Paguyuban Mitra Usaha Rakyat, Bank

Mu amalat Indonesia, Klinik Higina, Mc.
Donald, RSKIA Ummi Khasanan Bantul
DIY, Wijaya Photo Copy, Bubur Abah
Odil, Malang Pos, Radar Malang, Mitra
FM, Kencana FM, dan Radio Citra
Malang. Selain modal sosial dengan mitra
kerjasama instansi atau perusahaan
tersebut, tentunya Yayasan Harapan
Ummat juga memiliki modal sosial dengan
lapisan masyarakat Muharto dan lapisan
Pemerintah Kota Malang.
Melalui hubungan-hubungan sosial
yang dimiliki Yayasan Harapan Ummat
dengan beberapa instansi dan lapisan
masyarakat yang dapat memberikan
bantuan berupa jasa dan materi kepada
Yayasan Harapan Ummat tersebut
tentunya dapat membantu kelancaran
jalannya Child Sponsorship Program
(CSP) yang memberikan pendidikan gratis
untuk para anak dan ibunda sanggar
naungan Yayasan Harapan Ummat.
Selanjutnya,
pengetahuan
dan
pengalaman yang dimiliki oleh Ibu Abyz
dan Bapak Rully yang bertahun-tahun
bekerja dibeberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) merupakan modal
budaya yang dimiliki oleh Yayasan
Harapan Ummat untuk menjalankan
kegitan dan programnya dalam upaya
mengembangkan dan memberdayakan
masyarakat. Modal budaya yang dimiliki
oleh Yayasan Harapan Ummat tersebut
digunakan
untuk
merubah
habitus
masyarakat marginal yang menganggap
suatu pendidikan itu tidak penting menjadi
sangat penting karena adanya praktik
pemberdayaan, motivasi-motivasi dan
dorongan yang diberikan Yayasan Harapan
Ummat. Modal budaya meliputi kualifikasi
intelektual yang bisa diproduksi melalui
pendidikan formal maupun warisan
keluarga25.

24

25

mementingkan
pendidikan
umum
melainkan lebih mementingkan bekerja
mencari uang dan mengenyam pendidikan
agama atau religiusnya.
Pada penelitian ini, masyarakat
Muharto dikatakan memiliki suatu habitus
yang sama karena berada di lingkungan
sosial yang sama. Melalui Child
Sponsorship Program (CSP), Yayasan
Harapan Ummat yang merangkul anak
serta ibundanya berupaya membantu
masyarakat Muharto untuk lebih mengerti
arti pentingnya pendidikan yang dapat
menghasilkan sebuah habitus baru yang
saat ini sudah mulai tertanam di
lingkungan sosial masyarakat Muharto
bahwa anak-anak mereka harus bersekolah.

Fashri Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol.
Yogyakarta: Juxtapose. Hlm 98

Fashir Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa
Simbol. Yogyakarta: Juxtapose. Hlm 98

Ibu Abyz yang memiliki modal
simbolik tersebut menjadikan semua
lapisan pengurus dan dampingan Yayasan
Harapan Ummat merasa takut dan segan
kepadanya. Modal inilah yang membuat
proses belajar mengajar di Sanggar
Flamboyan Muharto berjalan dengan baik
karena ada sosok yang ditakuti dan
disegani oleh semua lapisan yang ada di
bawah naungan Yayasan Harapan Ummat.
Ketika modal simbolik berhasil dikuasai
oleh Ibu Abyz dalam suatu ranah simbolik
(Yayasan Harapan Ummat), maka secara
otomatis Ibu Abyz memiliki otoritas
mutlak untuk menentukan jalannya segala
program kegiatan Yayasan Harapan
Ummat.
Melalui
modal,
individu
dan
masyarakat dapat dimediasi secara
teoritik26. Di satu sisi, masyarakat dibentuk
oleh perbedaan distribusi dan penguasaan
modal. Di sisi lain, para individu juga
berjuang memperbesar modal mereka.
Hasil dari pembagian dan akumulasi modal
inilah yang nantinya menentukan posisi
dan status mereka di dalam masyarakat.
4.3 Proposisi Penelitian
Proposisi adalah sebuah pernyataan
atau statement yang dapat diakui atau
diingkari27. Dapat dikatakan bahwa,
proposisi
bersifat
mengakui
atau
meneguhkan hubungan antar gagasan dan
juga dapat mengingkari atau menolak
hubungan antar gagasan tersebut.
Proposisi awal dalam penelitian ini
adalah praktik sosial Yayasan Harapan
Ummat melalui Child Sponsorship
Program (CSP) yang memberikan
pengertian
dan
pendidikan
untuk
masyarakat Muharto akan pentingnya
26

Fashir Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol.
Yogyakarta: Juxtapose. Hlm 98
27
E. Sumaryono. 1999. Dasar-dasar Logika.
Yogyakarta: Kanisius. Hlm 56

pendidikan karena kurang sadarnya
masyarakat
marginal
di
Sanggar
Flamboyan Muharto Kota Malang yang
menganggap suatu pendidikan tidak
penting.
Dalam kaitannya dengan teori praktik
Bourdieu, penelitian yang dilakukan oleh
peneliti ini bersifat mendukung teori
sekaligus berupaya menyempurnakan
konstruksi teori Bourdieu. Temuan di
lapang yang mendukung teori Bourdieu
adalah bahwa mulai muncul kesadaran atas
pendidikan masyarakat yang terbentuk
melalui doxa Ibu Abyz yang memiliki
modal simbolik sehingga memiliki
dominasi mutlak di Yayasan Harapan
Ummat. Melalui empat modal yang
dimiliki oleh Yayasan Harapan Ummat
yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal
budaya dan modal simbolik tersebut
akhirnya melahirkan suatu praktik yang
hadir melalui kekerasan simbolik.
Berdasarkan proposisi awal, maka
menghasilkan proposisi akhir berupa
praktik sosial yang dilakukan Yayasan
Harapan
Ummat
melalui
Child
Sponsorship Program (CSP) menghasilkan
kesadaran masyarakat Muharto untuk
bersekolah dan menyekolahkan anakanaknya .
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Yayasan Harapan Ummat melakukan
praktik merubah habitus masyarakat
dampingan Sanggar Muharto melalui
Child Sponsorship Program (CSP.)
Yayasan Harapan Ummat berupaya
meningkatkan kualitas pengasuhan dan
akses pendidikan kecakapan hidup
untuk anak yatim atau dhu afa yang
berbasis anak dan keluarga. Melalui
pendampingan dan pelatihan yang
berkesinambungan dan memberikan
bekal kecakapan hidup dan life skill
yang sesuai dengan kekayaan potensi-

potensi anak, serta memberikan mereka
tantangan
dan
kesempatan
berkompetensi dan berekspresi, disertai
perhatian dan kasih sayang yang penuh
ketulusan bukan sekedar usapan
dikepala.
2. Yayasan
Harapan
Ummat
juga
mengorganisir
ibu-ibu
komunitas
Sanggar Muharto untuk bergabung pula
dalam komunitas belajar yang diberi
nama Kajian Bunda. Dimulai dari
belajar tentang tumbuh kembang, kajian
ke-Islaman hingga ketrampilan ekonomi
produktif.
3. dibahas dalam penelitian ini. Dalam
praktik pemberdayaan yang dijalankan,
Yayasan Harapan Ummat memiliki
modal dalam usahanya merubah
pemahaman arti pentingnya pendidikan
melalui Child Sponsorship Program
(CSP) kepada masyarakat marginal
yang dinaunginya untuk merubah
habitus masyarakat Muharto tentang arti
pentingnya pendidikan.
4. Yayasan Harapan Ummat melalui Chlid
Sponsorship Program (CSP) tersebut
dalam tingkatan progresnya dirasa
cukup meningkat lebih baik karena di
Sanggar Muharto dari tahun ke tahun
sudah mencetak banyak anak dan
ibunda yang sudah mengerti arti
pentingnya pendidikan dan menciptakan
kesadaran masyarakat Muharto akan
pentingnya
bersekolah
dan
menyekolahkan anak-anaknya.
5.2 Saran
1. Yayasan Harapan Ummat seharusnya
mempunyai staf khusus yang bertugas
pada jabatannya masing-masing karena
selama ini penulis menilai para staf
Yayasan Harapan Ummat mempunyai
tugas ganda. Misalnya pada staf
administrasi dan staf keuangan yang
seharusnya fokus pada tugas utamanya

juga harus bertugas mengajar di sanggar
bimbingan belajar.
2. Praktik pemberdayaan berbasis anak
pada pelaksanaan Child Sponsorship
Program (CSP) di Sanggar Flamboyan
Muharto Kota Malang telah dianalisis
menggunakan perspektif Bourdieu
mengenai praktik sosial. Berdasarkan
analisis tersebut ditemukan beberapa
kondisi yang menyebabkan praktik
pemberdayaan berbasis anak di Sanggar
Flamboyan belum begitu sempurna
karena belum banyak masyarakat yang
sudah benar-benar mengerti arti
pentingnya pendidikan. Maka dari itu,
penelitian ini membuka kesempatan
untuk peneliti-peneliti lain yang hendak
mengangkat fokus yang sama dan
perspektif di lingkungan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Fashri, Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa
Simbol. Yogyakarta: Juxtapose.

Anonymous. 2013. Anak Jalanan, Anak
Bangsa.
Online.
Available
at:
http://austinsfoundation.wordpress.co
m/2013/02/24/35/
diakses
pada
tanggal 12 Maret pukul 12.30 WIB.

Harker, Richard; Mahar, Cheelen dan
Wilkes, Chris. 2009. (Habitus x
Modal) + Ranah = Praktik:
Pengantar
Paling
Komprehensif
kepada Pemikiran Pierre Bourdieu.
(Diterjemahkan:
Pipit
Maizer).
Yogyakarta: Jalasutra.

. 2011. Buku Kependudukan.
Malang: Badan Pusat Statistika.
Dalam Company Profile Yayasan
Harapan Ummat. 2012.
. 2012. Company Profile.
Malang: Yayasan Harapan Ummat
Company Profile Yayasan Harapan
Ummat dengan perubahan penulis
. 2008. Jaringan Kemanusiaan
Jawa Timur. Online. Available at:
http://jarkemjatim.blogspot.com.
diakses pada tanggal 09 Maret 2012
pukul 08.00 WIB.
. 2013. Pengertian Marjinal
dalam Pendidikan. Online. Available
at:
http://www.referensimakalah.com/201
3/01/pengertian-marjinal-dalampendidikan.html diakses pada tanggal
17 April 2013 pukul 17.00 WIB
.
2004.
Ringkasan
dan
Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak.
Kanada, Ottawa: Komite UNICEF.
Arif, Armai. 2004. Upaya Pemberdayaan
Anak Jalanan. Online. Available at:
http://anjal.blogdrive.com/archive/11.h
tml diakses pada tanggal 28 November
2012 pukul 14.00 WIB.

Mansour, Fakih. 1996. Masyarakat Sipil
untuk Transformasi Sosial. Jakarta:
Pustaka Pelajar.
Manurung, Robert. 2013. 12 Juta Anak
Indonesia Putus Sekolah. Online.
Available
at:
http://austinsfoundation.wordpress.co
m/2013/02/24/12-juta-anak-indonesiaputus-sekolah/ pada tanggal 12 Maret
2013 pukul 12.00 WIB.
Moleong, Lexy J. 2006.
Penelitian
Kualitatif.
Remaja Rosdakarya.

Metodelogi
Bandung:

Newman, W. Laurence. 2007. Basic of
Social Research: Qualitative and
Quantitative Approaches, Second
Edition. Boston: Pearson Education.
Sumaryono, E. 1999. Dasar-dasar Logika.
Yogyakarta: Kanisius.
Wignyosoebroto,
Soetandyo.
2005.
Dakwah Pemberdayaan MasyarakatParadigma
Aksi
Metodologi.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Yin, R. K. 2006. Case Study Research:
Design and Methods. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25