ETIKA MORAL DAN AKHLAK. pptx

ETIKA,MORAL, DAN
AKHLAK
DISUSUN
KELOMPOK 2
KETUA :HARY MAHENDRA
SEKRETARIS :GOLDA MAULA
ANGGOTA
:-ADE YOLANDA
-ELSHA PUSPITA
-HANNYFAH SIREGAR
-KURNIA
-MARINA WULANDARI NST
-NADYA AFUZA
-WIRDA LENA
PROGRAM STUDY KIMIA S1
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014/2015

Ada dua orang sarjana S1 bernama A dan B
beragama Islam memiliki pengetahuan tentang Islam

dengan baik, bahkan dapat dikatakan alim. Ibadahnya
juga kelihatan tekun dan tertib bahkan secara lahir
kelihatan khusyuk. Sarjana A kaya dan berprestasi, IPK
(Indeks Prestasi Komulatif)-nya tinggi karena saat ujian
semester sarjana A selalu nyontek, sifatnya sombong,
angkuh, dan berkawan pun milih-milih hanya yang
selevel dengan dia, suka mengadu domba, memfitnah
baik kepada temannya maupun kepada dosennya,
waktu kuliah juga selalu rebut dan mengajak kawan
bercerita di kelas dan jika ditegur dosennya tidak perduli
bahkan dia mengatakan, “mana ada urusan dengan
saya, ini kan hak saya”. Sarjana B prestasinya lumayan
bagus karena dia memang tekun dan jujur, ekonominya
pun sedang-sedang saja tapi mempunyai loyalitas yang
sangat tinggi baik kepada teman-temannya maupun
kepada dosennya, dan kreativitasnya tinggi dapat
menghargai waktu karena waktu bagi dia adalah sangat

informasi pekerjaan itu didapatnya dari temannya sewaktu di SMP
yang kuliah di Universitas Indonesia dan kebetulan dia sudah bekerja

di perusaan BUMN di Jakarta. Dari temannya inilah dia mendapatkan
informasi bahwa di perusahaan tersebut ada penerimaan pegawai,
kemudian mencoba untuk ikut test dan akhirnya dia diterima di
perusahaan BUMN tersebut. Sedangkan sarjana A diterima jadi PNS
tapi pekerjaan ini didapatnya dengan sogok menyogok atau suap
karena dia memang anak orang kaya, tetapi setelah dia menjadi PNS
sifatnya semakin sombong, suka berfoya-foya (boros), suka berkata
kasar terhadap orang-orang di kantornya dan suka korupsi,
perilakunya semakin rusak dan mengkonsumsi narkoba. Bahkan
orangtuanya pun dimasukkan ke panti jompo dengan alasan tidak
sanggup untuk merawatnya karena sibuk dengan pekerjaan. Dia juga
suka berdusta, berjanji yang tidak ditepati dan jika diberi amanah dia
berkhianat,
dan
bahkan
membiarkan
anak-anaknya
tidak
melaksanakanajaran Allah dan ammar ma’ruf dan nahi munkar tidak
pernah ia tegakkan.

Setelah pensiun dari pekerjaan di kantor, sarjana A tersebut
semakin gelisah, pemikirannya kacau, tidak ada ketegangan di dalam
batinnya, akhirnya dia mengikuti salah satu aliran Sufi dan seluruh
sisa hidupnya ia pergunakan untuk berzikir. Ia tidak lagi meikirkan
keluarganya
yang
masih
memerlukan
perhatian
dan
tanggungjawabnya sebagai kepala rumah tangga, silaturrahminya

Jawaban : Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik
dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan
istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang
menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat
atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik

atau buruk.
Akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan konstan tanpa dipikir dan direnungkan lagi,
dengan demikian akhlak pada dasarnya sikap yang melekat pada diri
seseorang secara spontan, diwujudkan dalam tingkah laku dan
perbuatan.
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat
dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang
digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an
dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat
istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat jika
masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah
nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika
bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat

2.Bagaimana keterkaitan antara aqidah dan akhlak ? Dan
hubungan tasawuf dengan akhlak
Jawaban : Aqidah adalah system kepercayaan yang
bermuatan
elemen-elemen

dasar
keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama
sedangkan akhlak sebagai system etika menggambarkan
arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Jika
seseorang melakukan suatu perbuatan baik tetapi tidak
dilandasi dengan aqidah atau keimanan maka orang
tersebut termasuk kedalam keperbuatan baik. Perbuatan
baik adalah perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan tetapi belum tentu dipandang benar
menurut Allah.
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah
dengan cara mensucikan hati. Telah dijelaskan bahwa
akhlak adalah gambaran hati yang dari padamua timbul

3.Bagaimana indikator manusia berakhlak dan
aktualisasinya dalam kehidupan?
Jawaban :Manusia yang berakhlak adalah manusia yang
suci dan sehat hatinya sedang ,manusia tidak berakhlak
adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya. Indikator

manusia berakhglak kata Al-Ghazali adalah tertanamnya
iman dalam hatinya sebaliknya manusia yang tidak
berakhlak adalah manusia yang ada nifaq dalam hatinya.
Nifaq artinya sifat mendua terhadapTuhan, tidak ada
kesesuaian antara hati dan perbuatan
4.Kaitan ibadah dengan pembentukan moral ?
Jawaban : Tujuan ibadah dalam Islam bukanlah menyembah
tetapi mendekatkan kepada Tuhan, agar dengan demikian arah
manusia senantiasa diingatkan kepada hal-hal yang bersih lagi
suci sehingga akhirnya rasa kesucian seseorang menjadi kuat
dan tajam. Oleh karena itu ibadah disamping merupakan latihan
spiritual juga merupakan latihan pembentukan moral atau akhlak
seperti sholat dapat mencegah seseorang dari perbuatan jahat
dan tidak baik

5.Mengimplementasikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari
Jawaban : Akhlak berbentuk aturan mutlak dengan ukuran pasti yang datang dari Allah SWT. yang
terdapat didalam Alquran yang secara keseluruhannya telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dalam
kehidupannya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT (Q.68:4) telah disebutkan diatas.
Dari uraian diatas dapat dipahami Akhlak dalam Islam telah di Implementasikan oleh Rasulullah

SAW dalam kehidupannya dalam berbagai sektor, sebagaimana yang diuraikan sebagai berikut:
1. Jujur
Rasulullah SAW adalah imam bagi orang-orang ang jujur , perintah berprilaku jujur baginya merupakan
pembawaan dan sifat yang lazim yang terdapat dalam dirinya sejak masa kanak-kanak hingga menjadi
teladan yang mesti diikuti oleh seluruh manusia dimuka bumi, sebagai rahmatal lil’alamiin.
Rasulullah SAW mengajak kita kepada kejujuran dan memrintahkan supaya bertindak jujur, sebab
bertindak jujur dapat menenteramkan hati,sehingga ketenangan dapat menyelimuti jiwa dan orang dapat
menjadi aman dan nyaman. Sebaliknya kedustaan yang menyempitkan jiwa merupakan satu sifat yang
menimbulkan kegoncangan dan keragu-raguan didalam hati. Dari sinilah Rasulullah SAW menetapkan
kaidah sebagai berikut:
Terjemahannya: Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu kepada perkara yang tidak
meragukanmu, karena kejujuran adalah ketenangan dan kedustaan adalah keraguan.
2. Pemberani
Sifat ini merupakan sifat yang senantiasa diperlihatkan kepada musuh-musuh beliau yang ingin
mengadakan konfrontasi terhadap misi dakwah Islamiyah. Rasulullah SAW adalah manusia yang
termulia lagi amat pemberani. Sikap dan watak beliau yang pemberani tidak lepas dari pengaruh sistem
bangsa Arab yang tinggal di padang pasir, dengan kondisi kehidupan yang keras, maka setiap orang
dituntut untuk menunjukkan, keberanian demi kepentingan sukunya, hal ini dijelaskan oleh Izutsu
Toshikiko dalam bukunya Ethico Relegions concepts the Quran : Adalah wajar menurut kondisi padang
pasir maka keberanian memperoleh tempat yang sangat tinggi diantara kebajikan lainnya


3. Sabar
Secara terminology sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai
karena mengharapkan ridha Allah. Dipahami bahwa sabar itu adalah bagaikan
pertarungan antara pengaruh agama dengan pengaruh hawa nafsu.
Menurut Imam Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Yunahar Ilyas sabar
merupakan ciri khas manusia, binatang dan malaikat tidak memerlukan sifat sabar.
Binatang tidak memerlukan sifat sabar karena binatang diciptakan tunduk sepenuhnya
kepada hawa nafsunya bahkan hawa nafsunyalah yang mendorong binatang untuk
bergerak atau diam. Binatang juga tidak memiliki kekuatan untuk menolak hawa
nafsunya. Sedangkan malaikat tidak memerlukan sifat sabar karena memang tidak ada
hawa nafsu yang harus dihadapinya. Malaikat cenderung kepada kesucian sehingga
tidak diperlukan sifat sabar untuk memelihara dan mempertahankan kesuciannya.
4.Malu
Malu adalah salah satu refleksi iman, bahkan malu dan iman akan selalu hadir bersamasama. Apabila salah satu hilang yang lain juga ikut hilang. Semakin kuat iman sesorang
semakin teballah rasa malunya demikian pula sebaliknya
5. Pemaaf
Sifat pemaaf merupakan gambaran betapa mulianya kepribadiannya. Pada diri
rasulullah tidak diketahui kata dendam atas perbuatan orang lain kepada dirinya. Ini
merefleksikan bahwa beliau tidak terpengaruh oleh dan perbuatan orang lain yang

terkadang mengancam jiwanya.

yunani 'Sophia' yang bermakna kebijaksanaan. Dikatakan juga bahwa sufi adalah
sebuah kata yang dihubungan dengan memakai pakaian wol (shuf). Dan perkataan ini
adalah yang paling mendekati karena pakaian wol merupakan tanda kezuhudan
mereka (yaitu melepaskan diri dan menjauh dari kehidupan dunia). Dikatakan bahwa
hal ini dilakukan untuk meneladani 'Isa bin Maryam 'alaihis-salaam.
Ketika aliran sufi pertama muncul tidaklah ada ciri khusus mereka yang sangat jelas,
tetapi hanya sebuah masalah mulai berlebihan dalam meninggalkan kehidupan dunia,
dan terus-menerus dalam dzikir (mengingat Alloh) dan membiasakan dengan rasa
khouf (takut) yang berlebihan dalam mengingat Alloh yang kadang mengakibatkan
seseorang pingsan atau mati ketika mendengar sebuah ayat yang menyebutkan
sebuah ancaman adzab/siksa. Hal ini terlihat dalam kisah Zurarah bin Aufa  -hakim
Basrah- yang dibacakan: “Ketika sangkakala ditiup.” [Al-Mudatsir 73:8] dalam sholat 
Fajr dan dia jatuh meninggal. Kisah yang serupa pada Abu Jahr Al-A’ma, ketika Sholih
Al-Murri membacakan qur’an kepada dia dan dia jatuh mati. Selain dari mereka ada
yang pingsan ketika mendengar  Al-Qur’an.
Hal seperti ini tidak ditemukan di antara para sahabat, sehingga sekelompok  sahabat
dan tabiin seperti Asma' binti Abi Bakr dan 'Abdulloh bin Az-Zubair dan Muhammad bin
Sirin mengkritik hal tersebut sebab mereka melihat bahwa hal tersebut merupakan

bid’ah dan bertentangan dari apa yang mereka ketahui dari cara Sahabat.
Ibnul Jauzi berkata:
“Aliran sufi adalah suatu jalan orang, yang dimulai dari mengabaikan seluruh kehidupan
dunia, kemudian mereka yang mengikat diri pada jalan tersebut, mereka terjebak
dalam memperbolehkan menyanyi dan menari. Oleh karena itu selanjutnya para
pencari akhirat dari orang awam menjadi tertarik kepada mereka karena mereka
meninggalkan kehidupan dunia yang mereka wujudkan, dan  pencari akhirat ada juga
yang tertarik kepada mereka karena kehidupan yang mudah dan  permainan.” [Talbis

‘sufi’ tidak dikenal pada jaman shahabat, lebih-lebih kata tersebut tidak
diketahui dalam tiga generasi pertama yang terbaik. Istilah tersebut dikenal
setelah penghujung tiga generasi pertama.
Kemunculan pertama aliran sufi di Basrah, 'Iraq. Dimana beberapa orang
ingin berlebih-lebihan dalam ibadah dan dalam menghindari kehidupan
keduniaan, sebagaimana tidak ditemukan di tempat lain.
Asal-usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad. Keharusan
untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan di antara para
muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah keadaan yang tak bernama,
kemudian menjadi disiplin tersendiri ketika mayoritas masyarakat mulai
menyimpang dan berubah dari keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995) [6]

Tasawuf adalah penafsiran bathin (psikologis) dari ayat-ayat Quran seperti :
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain
ALLAH adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya
rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui
(Quran, 29:41). Dalam Tasawuf, yang dimaksud pelindung dalam ayat ini juga
termasuk pelindung secara psikologis, sebagaimana kita ketahui manusia
banyak menggantungkan keberhargaan dirinya kepada dunia (seperti harta,
jabatan, pasangan, teman, dll). Dalam Tasawuf, keberhargaan diri hanya
boleh digantungkan kepada ALLAH. Karena jika memang mereka percaya
ALLAH adalah yang paling kuat dan berharga, maka menggantungkan
kepada selain ALLAH adalah taghut (sesembahan). Inilah kenapa dalam
tareqahnya, seorang Sufi (penempuh Tasawuf) harus bisa menjadikan ALLAH
sebagai satu-satunya sumber kekuatan dan penghargaan dirinya. Dalam
istilah lain, Tasawuf adalah ajaran untuk mencapai Tauhid secara bathin

Jawaban : Menyadari perbuatan buruk, bertekad untuk
meninggalkannya
Menghindari diri dari segala yang dapat menyebabkan
akhlak yang jelek terulang
Berusaha untuk tetap berada dalam keadaan baik
Menghindari diri dari kebiasaan yang buruk serta
meninggalkannya
9. Bagaimanakah Islam memandang orang yang sombong dan
suka memfitnah
Jawaban : Satu hal yang dapat menjadikan amal saleh rusak
adalah rasa bangga pada dirisendiri yaitu sikap sombong.
Penyakit yang berbahaya ini dapat merembas masuk untuk
menjadikan jiwa manusia ternoda dan bias masuk kewilayah
syirik khafi (samar kepada Allah). Ketika manusia merasa puas
dengan dirinya sendiri maka dia enggan beribadah kepada
Allah yang hukumnya dosa besar
Fitnah adalahpenyakit hati yang sangatberbahaya karena
selalu menimbulakan dampak yang negative, fitnah dapat
merusak tali silaturahim, merusak persatuan dan
kesatuan,menyengsarakan orang lain, bahkan dapat
menghancurkan Islam.

10. Sebutkan ayat Al-Qur’an dan Hadist mengenai orang yang sombong dan suka memfitnah
?
Jawaban :
"Dan janganlah engkau memalingkan mukamu (kerana memandang rendah) kepada
manusia, dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong; sesungguhnya
Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takbur, lagi membanggakan diri.
Surat Al-Baqarah [2:191]
[Fitnah itu dosanya lebih besar dari pada pembunuhan]
‫ل توتلا تهتقامتهلوههلم معن لتد ال لتملسمجمد ال لتحترامم تحت تىى‬
‫خمرهجوههلم مملن تحيل ه‬
‫تواقلتههلوههلم تحيل ه‬
‫ث أت ل‬
‫ث تثمقفلتههموههلم توأ ت ل‬
‫خترهجوهكلم توال لمفتلن تهة أ تتش تهد ممتن ال لقتتل م‬
‫كامفمريتن‬
‫يهتقامتهلوهكلم مفيمه تفإملن تقاتتهلوهكلم تفاقلتههلوههلم تكىتذل متك تجتزاهء ال ل ت‬
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat
mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari
pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka
memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah
mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Dalam sebuah hadis, Rasulullah S.A.W.
bersabda, mafhumnya:
“Wahai orang yang beriman dengan lisannya shaja dan meimanannya itu meresap
kedalam hatinya, janganlah kamu mengumpat kaum Muslimin, janganlah pula
menjejaki keburukan mereka, sesiapa yang menjejaki keburukan mereka maka Allah
SWT akan menjejaki keburukannya dan barangsiapa yang dijejaki kerburukannya oleh
Allah SWT maka Allah SWT akan menyingkap keaibannya sekalipun ia berada di dalam
rumah”.
(Riwayat: Abi Barzah al-Aslami R.A.)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah tidak akan melihat
pada hari kiamat nanti kepada seorang yang menarik sarungnya -yakni memanjangkan
pakaiannya sampai ke bawah kaki- dengan tujuan kesombongan." (Muttafaq 'alaih)

11. Bagaimanakah Islam memandang rusywah (sogok
menyogok )sebutkan Al-Qur’an dan Hadistnya
Jawaban : Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam sangat
menentang, mengutuk bahkan mengharamkan tindakan
korupsi karena Islam sangat menetang bentuk-bentuk
perbuatan dalam bentuk penghianatan,penyelewengan,
mengambil harta orang lain dengan cara tidak benar,
serta segala sesuatu yang merugikan orang banyak
 
Surat An-Nisa’ ayat 29
‫ﻜﻢ ﻤﺒﺎ ﻠ ﻢﺮﺒﺎﻤﻄﻤﻞ ﺍﻤﻻﱠ ﺃﻢﻦ ﺘﺮ ﻜ‬
‫ﻜﻠﻭﺍ ﺍ ﺮﻢﻤﺮﻮﺍﻠ ﺮﻜ ﻜﻢﻢ ﺒﺮﻴﻢﻨ ﺮ ﻜ‬
‫ﻻﺘﺄ ﻜ‬
‫ﻋﻢﻦ ﺘﺮﺮﺮﺍﺾﺾ ﻤﻤﻤﻢﻧﻜﻢﻢ‬
‫ﺍﻴﺎ ﺮﻴﻤﻜﺮﻬﺎﺍﻠ ﻤﻤﺬﻴﻢﺮﻦ ﺍ ﺍﺮﻤﻜﻨﻭﺍ ﺮ‬
‫ﺠﺎﺮﺮﺓﺓ ﺮ‬
‫ﻜﻮﺮﻦ ﻤﺘ ﺮ‬
‫ﺮﻮﻻ ﺮﺮﺘﻘﺘﻠﻮﺍ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﺇﻦﺍﷲ ﻜﺎﻦﺑﻜﻢ ﺮﺤﻴﻤﺎ۝‬
Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan
yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang
berdasarkan kerelaan di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh diri kamu, sesungguhnya Allah Maha
Penyayang Kepadamu.”
Abu Hurairoh menyatakan melaknat penyuap dan