HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN PENYAKI

ISSN 20880030

Vol 5, ed 2, Oktober 2014

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
PADA LAKI-LAKI USIA 45-59 TAHUN DI DESA KUOK KECAMATAN
KUOK TAHUN 2013
Ns. Apriza, S.Kep, M.Kep
Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

ABSTRAK
Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun
diseluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang
berlangsung kronik menyebabkan peningkatan resiko kejadian kardiovaskuler ,
serebrovaskuler dan renovaskuler . Banyak faktor penyebab hipertensi, salah satunya
adalah merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku
merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di desa kuok
kecamatan kuok tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif korelatif
dengan desain penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah laki-laki
usia 45-59 tahun yang berdomisili di Desa Kuok dengan jumlah 1335 orang. Sampel
berjumlah 308 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Quota

Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan
pengukuran tekanan darah. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi sebanyak
189 responden (61,36%) dan perokok sebanyak 226 responden (73,38%).
Berdasarkan Uji Chi-Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan perilaku
merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di desa kuok
kecamatan kuok dengan nilai p = 0,004 (˂ 0,05). Di harapkan tenaga kesehatan agar
meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi mengenai tentang bahaya rokok
dan akibat rokok kepada masyarakat Desa Kuok Kecamatan Kuok.
Daftar Bacaan : 46 (2002-2013)
Kata Kunci : Penyakit Hipertensi, Perilaku Merokok.

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 9

ISSN 20880030

Vol 5, ed 2, Oktober 2014


A. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan
zaman, Depertemen Kesehatan telah
melaksanakan beberapa program
untuk menunjukkan berbagai dampak
positif dibidang kesehatan. Hal ini
dapat dilihat tingginya angka harapan
hidup. Setiap individu
pasti
berkeinginan untuk terus dapat hidup
sehat dan kuat sampai tua, untuk
mencapainya salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah berperilaku
hidup sehat. Adanya perubahan pola
hidup sehat membawa konsekuensi
terhadap perkembangan penyakit
degenerative, salah satunya adalah
hipertensi (Monosit, 2008).
Hipertensi adalah salah satu
gangguan kardiovaskular yang paling

umum dikenal masyarakat. Hipertensi
seringkali disebut sebagai pembunuh
gelap (silent killer ), karena termasuk
penyakit yang mematikan, tanpa
disertai dengan gejala-gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya. Kalaupun muncul, gejala
tersebut seringkali dianggap gangguan
biasa, sehingga korbannya terlambat
menyadari akan datangnya penyakit
(Vita, 2009).
Hipertensi dapat meningkat
dengan bertambahnya usia. Prevalensi
hipertensi sebesar 2% pada usia 25
tahun, meningkat menjadi 25% pada
usia 50 dan 50% pada usia 70 tahun
(Davey, 2005).
Menurut Subawa
(2012) setiap kenaikan tekanan darah
sistolik sebesar 2 mmHg akan

menambah resiko kematian akibat
stroke sebanyak 10% dan akibat
penyakit jantung iskemik 7%.
(Subawa, 2012)
Menurut
laporan
Badan
Kesehatan Dunia (WHO), hipertensi
merupakan penyebab nomor 1
kematian di dunia. Data tahun 2010 di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa

28,6% orang dewasa berusia 18 tahun
ke
atas
menderita
hipertensi.
Sedangkan
untuk
populasi

di
Indonesia, angka kejadian hipertensi
itu berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskedas) Departemen Kesehatan
tahun 2007 mencapai sekitar 31% dan
angkanya pun meningkat 2-3 kali lipat
dan pada usia diatas 18 tahun
mencapai 29%. (Girsang, 2013).
Berdasarkan Profil Kesehatan
Provinsi Riau, menyatakan bahwa
Kabupaten Kampar berada pada
peringkat tiga pada kasus penyakit
hipertensi. Terlihat bahwa jumlah
kasus hipertensi terbesar berasal dari
Kota Dumai 1.107 kasus, diikuti oleh
Kabupaten Rokan Hilir 419 kasus,
Kabupaten Kampar 399 kasus, Kota
Pekan Baru 372 kasus dan Indragiri
Hilir 292 kasus (Profil Kes Prov Riau,
2007). Menurut Dinas Kesehatan

Provinsi Riau pada tahun 2010
menemukan bahwa pola kunjungan
kasus hipertensi di Puskesmas SeProvinsi Riau menurut kelompok
umur terbanyak dengan umur 45-55
tahun 1.150 kasus, diikuti umur 55-59
tahun 940 kasus, kelompok umur 6069 tahun dan jenis kelamin perempuan
lebih tinggi 2.286 kasus dibandingkan
laki-laki hanya 1.921 kasus. (Profil
Kesehatan Provinsi Riau, 2010).
Hipertensi dapat disebabkan
oleh dua faktor yaitu oleh faktor yang
tidak bisa dikendalikan dan faktor
yang bisa dikendalikan. Faktor risiko
yang tidak dapat dikendalikan meliputi
keturunan, jenis kelamin, umur dan
ras. Adapun faktor yang dapat
dikendalikan
meliputi
kebiasaan
makan, aktivitas fisik, konsumsi

alkohol, merokok, stress
dan
kelebihan berat badan atau obesitas
(Ramayulis, 2010).

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 10

ISSN 20880030

Beberapa faktor tersebut, salah
satu penyebab hipertensi adalah
merokok.
Merokok
dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan
darah,
karena
rokok

dapat
mengakibatkan
vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan pembuluh
darah diginjal sehingga terjadi
peningkatan
tekanan
darah.
Menghisap sebatang rokok maka akan
mempunyai pengaruh besar terhadap
kenaikan
tekanan
darah
atau
hipertensi. Hal ini dapat disebabkan
karena gas CO (Carbonmonoksida )
yang dihasilkan oleh asap rokok dapat
menyebabkan
pembuluh
darah

“kramp” sehingga tekanan darah naik,
dinding pembuluh darah menjadi
robek (Bustan (2007).
Prevalensi perokok semakin
lama semakin meningkat terutama
pada perokok laki-laki.
Menurut
laporan Badan Kesehatan Dunia atau
WHO tahun 2012 menunjukkan
prevalensi jumlah perokok di seluruh
dunia sebanyak 36% pada laki-laki
dan 8% perempuan. Sedangkan di
Indonesia, prevalensi jumlah perokok
yang berusia lebih dari 15 tahun
hampir mencapai 2x lipat rata-rata
perokok usia dewasa di dunia, yaitu
61% laki-laki serta 5% perempuan.
Hal ini menempatkan Indonesia
menjadi negara ke-3 tertinggi dalam
jumlah perokok usia dewasa (World

Health Organization, 2012).
Data dari Dinas Kabupaten
Kampar
menunjukkan
bahwa
hipertensi berada urutan ke empat dari
sepuluh
penyakit tertinggi di
Kabupaten Kampar. Sedangkan Data
penderita Hipertensi tertinggi di 10
Puskesmas di Kabupaten Kampar pada
tahun 2011 dan 2012 yang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Vol 5, ed 2, Oktober 2014

Tabel 1.1 Jumlah penderita hipertensi
tertinggi di 10 Puskesmas di
Kabupaten Kampar tahun 2011 dan
2012

No

Puskesm
as

Angka Penyakit Hipertensi
2011

%

2012

%

20,95
%
17%

1608

10,25
%
10,15
%
8,53
%

713

22,75
%
15,25
%
10,10
%
11,15
%
8,13
%

8,41
%
7,35
%
6,93
%
5,55
%
4,86
%

301

1

Kuok

1556

2

1262

3

Bangkian
g
Tambang

4

Kampar

754

5

Bangkian
g
Seberang
Kampar
Timur
Siak
Hulu II
Rumbio
Jaya
Kampar
Kiri
Siak
Hulu III

634

6
7
8
9
10

762

625
546
515
412
361

1078

789
575

581
736
117
572

4,25
%
8,22
%
10,41
%
1,65
%
8,09
%

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten
Kampar 2011-2012

Berdasarkan
survey
pendahuluan yang peneliti lakukan
dengan 10 orang masyarakat dengan
wawancara, didapatkan hasil bahwa 7
orang (70%) mengatakan selama
merokok merasa pusing, sakit kepala,
kuduk terasa berat. Sedangkan 3 orang
(30%) mengeluh merasa sakit kepala,
pusing dan kuduk terasa berat bila
banyak pikiran dan stress.
Berdasarkan informasi dari diklit
Puskesmas Bangkinang Barat bahwa
penelitian tentang hubungan perilaku
merokok dengan penyakit hipertensi di
Desa Kuok Kecamatan Kuok Tahun
2013 belum ada. Pemahaman ini
sangat penting untuk dilakukan
sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
”Hubungan perilaku merokok dengan

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 11

ISSN 20880030

penyakit hipertensi pada laki-laki usia
45-59 tahun di Desa Kuok Kecamatan
Kuok Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang di kemukakan di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah

Adakah
Hubungan
Perilaku
Merokok Dengan Penyakit Hipertensi
Pada Laki-laki Usia 45-59 Tahun 2013
Di Desa Kuok Kecamatan Kuok
Tahun 2013?”.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan perilaku
merokok dengan penyakit hipertensi
pada Laki-laki usia 45-59 tahun di
Desa Kuok Kecamatan Kuok Tahun
2013.
D. Manfaat Penelitian
Dapat memberikan masukan
kepada institusi pelayanan dasar
(pegawai puskesmas) Kuok dalam
menangani pasien yang menderita
hipertensi. Selain itu dapat di jadikan
sebagai masukan dalam upaya
tindakan promotif dan preventif
tentang bahaya rokok terhadap
penyakit hipertensi pada masyarakat
sekitar wilayah kerja puskesmas Kuok.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah
arteri secara terus menerus lebih dari
suatu periodik (Udjiati, 2010).
Menurut Brunner & suddarth (2002)
Hipertensi didefinisikan tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya
140 mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90 mmHg. Pada populasi
manula
hipertensi
didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmhg
dan
diastoliknya
90
mmHg.

Vol 5, ed 2, Oktober 2014

Berdasarkan beberapa pengertian,
dapat
disimpulkan
hipertensi
merupakan suatu keadaan peningkatan
tekanan darah arteri secara terus
menerus dimana tekanan sistolik 140
mmHg dan diastolik 90 mmHg.
2. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan
penyebabnya
hipertensi terbagi menjadi dua
golongan : (1) Hipertensi Esensial,
merupakan 90% dari seluruh kasus
hipertensi esensial yang didefiniskan
sebagai peningkatan tekanan darah
yang tidak diketahui penyebabnya atau
idiopatik. (2) Hipertensi sekunder,
merupakan 10% dari seluruh kasus
hipertensi adalah hipetensi sekunder,
yang
didefinisikan
sebagai
peningkatan tekanan darah karena
suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya seperti penyakit ginjal
atau penyakit tiroid. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara
lain : penggunaan kontrasepsi oral,
neurologic (tumor otak), kehamilan,
peningkatan volume intravaskuler ,
luka bakar dan stress (Udjianti, 2010).
Perokok
berat
dapat
dihubungkan dengan peningkatan
insiden hipertensi maligna dan
beresiko terjadinya stenosis arteri
renal yang mengalami arteriosklerosis
(Akhyar, 2009).
3.

Klasifikasi Hipertensi
Menurut Joint National Comitte
on
Detection,
Evaluation
and
treatment of Higt Blood Pressure
(JNC), tekanan darah pada orang
dewasa berumur diatas 18 tahun
diklasifikasikan sebagai berikut :

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 12

ISSN 20880030

Vol 5, ed 2, Oktober 2014

Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Hipertensi
Menurut JNC
No

Kriteria

1
2
3

Normal
Perbatasan
Hipertensi
Derajat 1 =
ringan
(mild)
Derajat 2 =
sedang
(moderate)
Derajat 3 =
berat
(serve)
Derajat 4 =
sangat
berat (very
serve)

Tekanan Darah
(mmHg)
Sistolik
Diastolik
≤ 130
≤85
130-139
85-89
140-159

90-99

160-179

100-109

180-209

110-119

≥/210

≥/120

Sumber : Widjayakusuma

4. Konsep Dasar Perilaku Merokok
Rokok pada dasarnya merupakan
pabrik bahan kimia karena dalam satu
batang rokok jika dibakar akan
mengeluarkan sekitar 4.000 bahan
kimia berbahaya bersama asap yang
dihasilkan. Asap yang keluar dari
sebatang rokok terbagi dua, yaitu asap
utama (mainstream smoke) yang
keluar dari pangkal rokok dan asap
sampingan (sidestream smoke) yang
keluar dari ujung rokok (jabbar, 2008).
Perilaku
merupakan
hasil
pengalaman dan proses interaksi
dengan lingkungannya, yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap dan
tindakan sehingga diperoleh keadaan
seimbang antara kekuatan pendorong
dan kekuatan penahan (Maulana,
2009).
Berdasarkan pengertian perilaku
tersebut,
maka
dapat
diambil
kesimpulan bahwa perilaku merokok
merupakan suatu tindakan menghisap
rokok yang dilakukan seseorang yang
didapat dari hasil pengalaman dan
proses
interaksi
dengan
lingkungannya.

Merokok dapat mengganggu
kesehatan, kenyataan ini tidak dapat
kita pungkiri, banyak penyakit yang
telah terbukti menjadi akibat buruk
merokok baik secara langsung maupun
tidak langsung. Tembakau atau rokok
paling berbahaya bagi kesehatan
manusia. Rokok secara luas telah
menjadi salah satu penyebab kematian
terbesar
di
dunia.
Menurut
Departemen Kesehatan Dalam Gizi
dan Promosi Masyarakat, Indonesia
merupakan
salah
satu
negara
berkembang yang memiliki tingkat
konsumsi rokok dan produksi rokok
yang tinggi. Variasi produk dan harga
rokok di Indonesia telah menyebabkan
Indonesia menjadi salah satu produsen
sekaligus konsumen rokok terbesar di
dunia (Pdpersi, 2006).
5. Kategori Perokok
(a) Perokok Aktif, perokok aktif adalah
individu yang benar-benar memiliki
kebiasaan
merokok.
Merokok
merupakan bagian dari hidupnya
sehingga tidak enak rasanya jika
sehari tidak merokok (Dariyo,
2003).
(b) Perokok Pasif, pasif atau yang
terkadang dikenal dengan nama
involuntary smoking adalah satu
istilah yang diberikan bagi orangorang yang tidak merokok, namun
orang-orang tersebut seolah dipaksa
untuk menghirup asap rokok dari
perokok aktif (Husaini, 2007).
6. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini
adalah ada hubungan perilaku
merokok
dengan
penyakit
hipertensi pada Laki-laki usia 45-59
tahun.

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 13

ISSN 20880030

F. Metode Penelitian
Penelitian ini
merupakan
penelitian deskriftif corelatif, dengan
desain penelitian Cross-sectional
study, yang merupakan rancangan
penelitian
dengan
melakukan
pengukuran atau pengamatan variabel
independen (perilaku merokok) dan
dependen (penyakit hipertensi) pada
saat
bersamaan.
Penelitian
ini
dilakukan di Desa Kuok Kecamatan
Kuok pada bulan September - Oktober
tahun 2013. Populasi dalam penelitian
ini adalah laki-laki yang berusia 45-59
tahun yang berdomisili di Desa Kuok
Kecamatan Kuok sebanyak 1.335
orang. Sampel pada penelitian ini
yaitu laki-laki yang berusia 45-59
tahun sebanyak 308 orang dengan
teknik pengambilan sampel Quota
Sampling. Analisis data secara
univariat dan bivariat yang dilakukan
dengan menggunakan uji chi square
(X2) dengan menggunakan a = 0,05
dan 95% Confidence Interval (CI) dan
besar
risiko
dihitung
dengan
menggunakan Odds Ratio (OR).

G. Hasil Penelitian
Data yang diambil pada penelitian ini
meliputi perilaku merokok (variabel
independen) dengan menggunakan
kusioner dan penyakit hipertensi
(variabel
dependen)
dengan
melakukan pengukuran tekanan darah.
Dari penyebaran kusioner dan
pengukuran tekanan darah didapatkan
hasil sebagai berikut

Vol 5, ed 2, Oktober 2014

1.

Karakteristik
Responden
Berdasarkan Lama Menghisap
Rokok
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Lama
Menghisap Rokok Di Desa Kuok

No
1
2
Total

Lama Menghisap
Rokok
˂ 10 Tahun
≥ 10 Tahun

F

(%)

44
182
226

19,46
80,54
100 %

Sumber : Penyebaran Kuisioner

2. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Pendidikan Di Desa Kuok
No
1
2
3

Pendidikan
Pendidikan
Rendah
Pendidikan
Menengah
Pendidikan
Lanjutan

Total

F
197

(%)
63,96

80

25,97

34

10,07

308

100 %

3. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Desa Kuok
No
1
2
3
Total

Pekerjaan
Petani
Swasta
PNS

F
139
119
50
308

(%)
45,13
38,63
16,24
100

4. Analisa Univariat
Setelah
dilakukan
penelitian
tentang hubungan perilaku merokok
dengan penyakit hipertensi pada lakilaki usia 45-59 tahun, data dianalisa
dengan analisa univariat dalam bentuk
tabel:
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 14

ISSN 20880030

Vol 5, ed 2, Oktober 2014

1. Perilaku Merokok Responden
Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Perilaku
Merokok Di Desa Kuok
No
1
2

Perilaku
Perilaku
Merokok
Perilaku Tidak
Merokok

Total

F
226

(%)
73,38

82

26,62

308

100 %

Sumber : Penyebaran Kuisioner

2. Kejadian Hipertensi
Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi
Responden Kejadian Hipertensi
Di Desa Kuok
No
1
2

Hipertensi
Ya
Tidak

F
189
119

Total

(%)
61,36
38,63

308

100 %

Sumber : Pengukuran Tekanan Darah

5. Analisa Bivariat
Untuk
melihat
hubungan
perilaku merokok dengan penyakit
hipertensi pada laki-laki usia 45-59
tahun di Desa Kuok Kecamatan Kuok
diolah dengan program komputerisasi
menggunakan Chi-Square dengan
hasil yang terdapat pada tabel berikut :
Tabel 4.6: Hubungan perilaku
merokok dengan penyakit hipertensi
pada laki-laki usia 45-59 tahun didesa
kuok
Perila
ku
Merok
ok
Perok
ok

Kejadian Hipertensi
Ya
Tidak

Tidak
Perok
ok
Total

39

N

%

150

66,
4
%
47,
6
%
61,
36

189

N

%

Pvalu

Total

e

N

%

76

33,
6%

22
6

73,3
8

43

52,
4%

82

26,6
2

11
9

38,
63

30
8

100

0,00
4

Pada tabel 4.6 di atas dapat
dilihat
bahwa
sebagian
besar
responden perokok sebanyak 226
responden (73,38) dan menderita
penyakit hipertensi sebanyak 150
responden (66,4%). Berdasarkan hasil
uji statistic dapat diperoleh P value =
0,004 (˂ 0,05), yang berarti ada
hubungan perilaku merokok dengan
penyakit hipertensi pada laki-laki usia
45-59 tahun di Desa Kuok Kecamatan
Kuok.
H. Pembahasan
1. Analisa Univariat
Setelah dilakukan penelitian
tentang hubungan antara perilaku
merokok
dengan
penyakit
hipertensi pada laki-laki usia 45-59
tahun di Desa Kuok Kecamatan
Kuok, hasil penelitian diketahui
bahwa hampir seluruh responden
lama merokok ≥ 10 tahun yaitu
sebanyak 182 responden (80,54%).
Hal ini disebabkan Semakin awal
seseorang merokok semakin sulit
untuk berhenti merokok. Rokok
juga punya dose-respon effect,
artinya semakin lama merokok,
akan semakin besar pengaruhnya.
Resiko
kematian
bertambah
sehubungan dengan banyaknnya
merokok dan umur merokok yang
lama.
Hal ini sesuai dengan
dikemukakan oleh Mustafa (2005),
bahwa dampak rokok akan terasa
setelah
10-20
tahun
pasca
digunakan.
Berdasarkan
tingkat
pendidikan
sebagian
besar
responden pendidikan dasar yaitu
sebanyak 197 responden (63,96%).
Hal ini menunjukkan bahwa pada
umumnya responden mempunyai
tingkat pendidikan relatif rendah.
Orang dengan tingkat pendidikan
formalnya rendah cenderung akan
mempunyai
perilaku
negativ

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 15

ISSN 20880030

Vol 5, ed 2, Oktober 2014

dibandingkan
dengan
tingkat
formalnya lebih tinggi. Hal ini
sesuai dengan dikemukakan oleh
notoadmodjo (2007), kemampuan
seseorang dipengaruhi pendidikan,
salah satu faktor berpengaruh pada
perilaku kesehatan adalah tingkat
pendidikan. Hasil pendidikan ikut
membentuk pola berpikir, pola
persepsi dan perilaku seseorang.
Berdasarkan
pekerjaan
sebagian responden pekerjaan
petani
yaitu
sebanyak
139
responden (45,13%). Hal ini
disebabkan
rendahnya
tingkat
pendidikan
responden
menyebabkan
jenis
pekerjaan
mereka yaitu sebagai petani.
Berdasarkan
perilaku
merokok dari 308 responden
sebagaian
besar
berperilaku
merokok yaitu sebanyak 226
responden (73,38%). Hal ini
disebabkan responden menghisap
rokok satu bungkus dalam satu hari
dan beranggapan bahwa merokok
tidak berbahaya terhadap tubuhnya,
sehingga
mereka
cenderung
merokok.
Berdasarkan
penyakit
hipertensi dari 308 responden
sebagian responden menderita
hipertensi 189 responden (61,36%).
Dari 226 responden merokok yang
menderita hipertensi yaitu sebanyak
150 responden, ini membuktikan
ada hubungan perilaku merokok
dengan penyakit hipertensi. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan
Ramayulis (2010), salah satu faktor
resiko penyebab hipertensi adalah
merokok.
2. Analisa Bivariat
Berdasarkan hasil
yang telah dilakukan,
bahwa 308 responden
besar responden 226

penelitian
diperoleh
sebagian
(73,38%)

adalah perokok, dari 226 responden
yang menderita hipertensi 150
responden (66,4%). Hasil uji
statistik diperoleh P value 0,001 (˂
0,05), maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan yang bermakna
antara perilaku merokok dengan
penyakit hipertensi pada laki-laki
usia 45-59 tahun di Desa Kuok
Kecamatan Kuok Tahun 2013.
Terdapat hubungan perilaku
merokok
dengan
penyakit
hipertensi. Menurut asumsi peneliti
hal ini disebabkan responden
dengan latar belakang pendidikan
yang rendah menganggap merokok
dapat menenangkan pikiran dan
beranggapan bahwa merokok tidak
mempunyai
efek
berbahaya
terhadap tubuhnya.
Selain itu, hampir seluruh
responden lama menghisap rokok
lebih dari sepuluh tahun. Kebiasaan
merokok yang sudah lama ini sulit
dihentikan karena responden sudah
kecanduan merokok dan sulit
mengurangi merokok apalagi untuk
berhenti merokok.
Hal
ini
sesuai
dengan
kemukakan oleh Anies (2006),
bahwa rokok dapat meningkatkan
tekanan darah yang disebabkan
oleh zat-zat yang terkandung dalam
rokok, seperti nikotin serta CO
yang dihasilkan oleh rokok.
Nikotin, zat yang terkandung
dalam rook, yang dihisap akan
dibawa ke otak dan ke seluruh
jaringan tubuh. Di otak, nikotin
akan berinteraksi dengan sel-sel
otak dan sebagai respon terhadap
nikotin, otak memerintahkan tubuh
untuk mengeluarkan hormone
adrenalin lebih banyak lagi. Zat
inilah yang membuat seseorang
rileks atau nyaman. Nikotin
menyebabkan
peransangan
terhadap hormon adrenalin yang

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 16

ISSN 20880030

Vol 5, ed 2, Oktober 2014

menyebabkan
vasokontriksi
pembuluh darah sehingga memacu
peningkatan
frekuensi
denyut
jantung dan tekanan darah. Nikotin
juga meransang berkelompoknya
trombosit,
trombosit
akan
menggumpal dan akan menyumbat
pembuluh darah (Anies, 2006).
Selain nikotin, seorang
perokok juga menghisap gas CO
yang
merugikan
yaitu
menyebabkan pasokan oksigen ke
jaringan menjadi berkurang. Sel
tubuh yang kekurangan oksigen
akan berusaha memenuhi oksigen
melalui kompensasi pembuluh
darah dengan jalan menciut atau
spasme
dan
mengakibatkan
peningkatan tekanan darah (Anies,
2006).
Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fatma (2009), yang
menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara
kebiasaan
merokok
dengan
kejadian hipertensi pada nelayan.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. Dkk. (2010). Penyakit di
Usia Tua. Jakarta : EGC

I. Kesimpulan
1. Kesimpulan
Ada hubungan yang bermakna
antara perilaku merokok dengan
penyakit hipertensi pada lakilaki usia 45-59 tahun di desa
kuok kecamatan kuok tahun
2013.
2. Saran
Di sarankan agar petugas
kesehatan Puskesmas Kuok
lebih meningkatkan kegiatan
promosi kesehatan tentang
bahaya rokok dan penyakit
hipertensi untuk peningkatan
pengetahuan warga Desa Kuok
Kecamatan Kuok.

Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
Rineka Cipta

Akhyar. (2009). Faktor-faktor yang
Berhubungan
Dengan
Kejadian
Hipertensi. Diperoleh pada tanggal 8
juni
2013
dari
Http://yayanakhyar.wordpress.com
Anies. (2006). Waspadai Ancaman
Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
Gramedia
Arikunto, S. (2002). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Breavers D.G. (2008). Bimbingan
Dokter Pada Tekanan Darah. Jakarta :
Dian Rakyat
Brunner & Suddarth. (2002). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC
Budiarto, E. (2002). Biostatistik Untuk
Kedokteran
Dan
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC

Dalimartha, Dkk. (2008). Care Your
Self. Hipertensi. Depok : Penebar Plus
Dariyo,
A.
(2003).
Psikologi
Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta
: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Davey, P. (2005). At a Glance
Medicine. Alih bahasa : Anissa
Racmalia. Jakarta : Erlangga
Dinkes Povinsi Riau. (2007). Profil
Kesehatan Provinsi Riau. Pekan baru

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 17

ISSN 20880030

Vol 5, ed 2, Oktober 2014

Dinkes Povinsi Riau. (2010). Profil
Kesehatan Provinsi Riau. Pekan baru
Dinkes Kabupaten Kampar. (2012).
Profil Kesehatan Kabupaten Kampar.
Bangkinang
Girsang, D. (2013). Kampanye PAPDI
Melawan Hipertensi. Diperoleh pada
tanggal
9
Juni
2013
dari
Http://www.kardiopdrscm.com
Golberg, R. (2010). Drugs Across The
Spectrum. Usa : Belmont
Gunawan, L. (2004). Hipertensi :
Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta :
Kanisus
Hidayat,
A.A.
(2007).
Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Husaini, A. (2007). Tobat Merokok.
Bandung : Pustaka Iman
Jabbar, A. (2008). Nge- Rokok Bikin
Kamu Kaya. Solo : Samudera
Jingga.
(2010).
Penyuluhan
Hipertensi. Diperoleh pada tanggal 8
juni
2013
dari
Http://reziminggasari.blogspot.com
Kushariyadi.
(2011).
Asuhan
Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.
Jakarta : Salemba Medika

2013
dari
Http://monosit.wordpress.com
Mustafa, R.A. (2005). Waspadai
Bahaya Merokok. Diperoleh pada
tanggal
9
Juni
2013
dari
Http://zenzainul.blogspot.com
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Nurcahyani.
(2011).
Hubungan
Merokok dan Kejadian Hipertensi di
Layanan
Cuma-Cuma
Ciputat.
Jurnal
Kesehatan. Fakultas Kedokteran UVN
Jakarta
Nursalam.
(2008).
Konsep
&
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan
Pedoman Skipsi, Tesis dan Istrumen
Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Palmer & Williams. (2007). Tekanan
Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga
Pdpersi. (2006). Ada Apa Dengan
Rokok. diperoleh pada tanggal 9 juni
2013
dari
Http.//www.redbondowoso.or.id
Pudiastuti, R.D. (2011). Penyakit
Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha
Medika

Lovestatin, K. (2006). Penyakit
Jantung dan Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya

Puskesmas Kuok. (2011). Laporan
Puskesmas Kuok

Maulana,
H.
(2009).
Kesehatan. Jakarta : EGC

Promosi

Puskesmas Kuok. (2012). Laporan
Puskesmas Kuok

Monosit. (2008). Gejala Hipertensi.
Diperoleh pada tanggal 2 September

Ramayulis, R. (2010). Menu & Resep
untuk Hipertensi. Jakarta : Penebar
Plus

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 18