PENELITIAN KOMUNIKASI PENDEKATAN KUALITA (1)

MODUL PERKULIAHAN

Judul
METHODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF

UNIVERSITAS : MERCU BUANA (KRANGGAN) TA 2014-2015
FAKULTAS : IKMU KOMUNIKASI
JURUSAN :
MATA KULIAH : METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF
KELAS : PKK
DOSEN : DRS HASYIM ALI IMRAN , MSi.

SAP
Fakultas
Fakultas Ilmu
Komunikasi

Program
Studi
Program
Studi Humas


Tatap
Muka
15

Kode MK

Disusun Oleh

85021

Nama : Drs. Hasyim Ali Imran,
MSi.

PERTEMUAN
KE :
1

2


3

MATERI AJAR

OUT PUT

OUTCOMES

Pengertian Penelitian Komunikasi
Pendekatan Kualitatif
-asumsi filosofis -- -free Will
-value – free value
-aphosteriori
-konseptualisasi
-penggunaan teori sebatas konsep2
teoritik

Mahasiswa memahami
Inti persoalan komunikasi
Kualitatif


Mahasiswa bisa membedakan
Penelitian
Komunikasi
Pendekatan
Kualitatif
dari
Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif

Persimpangan dalam Penelitian
Pendekatan Kualitatif
1) Berbasis Field
2) Berbasis Teks

Mahasiswa memahami
Inti Persimpangan yang
menyebabkan dua basis dalam
penelitian pendekatan
kualitatif
Mahasiswa memahami dan

mengerti secara lebih
mendalam mengenai
Penelitian Pendekatan
Kualitatif
1) Berbasis Field
2) Berbasis Teks
Mahasiswa memahami dan
mengerti cara merumuskan
masalah penelitian dalam
penelitian kualitatif
Mahasiswa memahami
eksistensi teori yang relevan
dengan Paradigma Teori yang
relevan dengan penelitian
komunikasi pendekatan
kualitatif

Mahasiswa bisa membedakan mana penelitian
kualitatif bersasis teks dan berbasis field.


Mahasiswa ter-refresh terkait
dengan materi kuliah yang
sudah diberikan
Bahan : Materi ajar K 1-7

Mahasiswa diharapkan mampu menjawab soalsoal ujian mid test.

Penelitian Pendekatan Kualitatif
(Pendalaman)
1) Berbasis Field
2) Berbasis Teks

4

Permasalahan dan merumuskan masalah
penelitian kualitatif

5

Paradigma Teori yang relevan dengan

penelitian pendekatan Kualitatif

6

Paradigma Penelitian yang relevan dengan
penelitian Pendekatan Kualitatif
Resume materi kuliah dan kisi-kisi soal
ujian UTS

7
8

9

10

UTS
Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks :
1) Semiotika :

Saussure,
Pierce,
Barthes
2) Semiotika Sosial :
Van Leuuween ;
MAK Halliday;
Marxis
3) Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough
Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Model Saussure dan Model Pierce

11

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Model Semiotika Sosial MAK Halliday


12

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Model Semiotika Sosial Van Leuuween

Penelitian Komunikasi

Mahasiswa memahami posisiposisi analisis teks dalam
penelitian komunikasi dengan
pendekatan kuialitatif.

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Saussure
Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Pierce

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Semiotika Sosial
Van Leuuween
Mahasiswa dapat memahami

Mahasiswa dapat melakukan penelitian
komunikasi berdasarkan pendekatan kualitatif
bersasis teks dan berbasis field.

Mahasiswa dapat melakukan perumusan
penelitian komunmikasi kualitatif
Mahasiswa dapat menerapkan penggunaaan
teori-teori yang relevan dengan paradigma2 teori
yang bersifat kualitatif

Mahasiswa dapat Menguasai materi yang
ditanyakan dalam UTS menurut materi K 1-7
Mahasiswa dapat memutuskan dengan tepat

untuk mengadopsi suatu metode analisis teks yg
relevan dengan subyek analisis teks dalam
penelitian komunikasi kualitatif

Mahasiswa dapat melakukan analisis tesk dengan
berbasiskan model analisis teks semiotika Model
Saussure
Mahasiswa dapat melakukan analisis tesk dengan
berbasiskan model analisis teks semiotika Model
Pierce
Mahasiswa dapat melakukan analisis tesk dengan
berbasiskan model analisis teks semiotika Sosial
Van Leuuween
Mahasiswa dapat melakukan analisis teks dengan

13

14

Pendekatan Kualitatif Berbasis

Teks :
Aplikasi Model Analisis Teks
Marxis

cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Analisis Teks

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis

Model Analisis Teks Framing
Model Gamson-Modigliani
15

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough

16

UAS

berbasiskan model analisis teks

Analisis Teks Marxis

Marxis

Model Analisis Teks
Framing Model
Gamson-Modigliani

Mahasiswa dapat melakukan analisis teks dengan
berbasiskan model analisis teks berbasis Model

Analisis Teks Framing
Gamson-Modigliani

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough

Mahasiswa dapat melakukan analisis teks dengan
berbasiskan model Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough

Bahan : Materi ajar : 9-15

Mahasiswa dapat Menguasai materi yang
ditanyakan dalam UAS menurut materi K 9-15

Designed by hasyim ali imran

Fakultas
Fakultas Ilmu
Komunikasi

Program
Studi
Program
Studi Humas

Model

Tatap
Muka
15

Abstract
Membahas tentang Penelitian
Komunikasi Pendekatan Kualitatif
Berbasis Teks : Aplikatif : Model
Analisis Teks Norman
Fairclough
Pembahasan

Kode MK

Disusun Oleh

85021

Nama : Drs. Hasyim Ali Imran,
MSi.

Kompetensi
Diharapkan mahasiswa menjadi tahu
dan mengerti secara esensial mengenai aplikasi Model Analisis Teks
Norman Fairclough

PENELITIAN KOMUNIKASI PENDEKATAN KUALITATIF BERBASIS TEKS :

Aplikasi Model Analisis Teks Norman Fairclough
Sumber Dasar Model analisis Teks Norman Fairclough
Analisis Teks Norman Fairclough dalam kepentingan ini, mengacu pada karyanya
berjudul, Analysing Discourse-Textual Analysis for Sosial Research, 2005, London and
New York, Routledge, p. 191-195. Dalam bagian ini ia menyebutkan secara rinci
mengenai analisis teks itu. Seperti dikatakannya, bahwa In the following cheklist, I have
summarized in the form of question the main issues in textual analysis discussed in
previous chapter, and indicated in which chapter they were discussed.
1. Social events
What social events, and what chain of social events, is the text a part of ?
What social practice or network of social practices can the events be referred to,
be seen as framed within ? Is the text part of chain or network of texts ?
2. Genre
Is the text situated within a genre chain ?
Is the text characterized by a mix of genrese ?
What genres does the tex draw upon, and what are their characteristics(in term of
activity, Social Relations, Communication Technologis) ?
3. Difference
Which (combination) of the following scenarios charactirize the orientation to
difference in the text ?
a. an openness to, acceptanse of, recognitions of difference; an exploration of
difference, as in the ‘dialogue’ in the richest sense of the term.
b. an accentuation of difference, conflict, polemik, a struggle over meaning, norm,
power.
c. an attempt to resolve or overcome difference
d. a bracketing of difference, a focus on commonality, solidarity.
e. Consensus, a normalization an acceptence of differences of power which
brackets or suppresses differences of meaning and over norm.
4. Intertextuality
Of relevant other texts/voices, which are in cluded, which are significantly
excluded ?
Where other voices are included ? are they atributed, and if so, specificcaly or
non-specifically ?
Are atributed voices directly reported (quoted), or indirectly reported ?
How are other voices textured in relation to the authorial voices, and in relation to
each other ?
5. Assumptions
What existential, propositional, or value assumptions are made ?
Is there a case for seeing any assumptions as ideological ?
6. Sematic/grammatical relations between sentences and clauses
What are the predominant semantic relations between sentences and clauses
(causal-reason, consequence, purpose, conditional, temporal, additive: claborative,
contrastiv/concessive ?
Are there higher-level semantic relations over larger stretches of the text (e.g.
problem-solution) ?
Are grammatical relations between clauses predominantly paratactic, hypotactic,
or embedded ?
Are particularly significant relations of equivalence and differences set up in the
text ?

7. Exchanges, speech functions and grammatical mood.
What are the predominant types of exchanges (activity exchange, or knowledge
xchange) and speech functions(statement, question, demand, offer) ?
What types of statement are there ( statement of fact, predictions, hypoteticals,
evaluations) ?
Are there ‘methaporical’ relation between exchanges, speech functions, or types
Of statement (e.g. demand which appear as statements, evaluations which appear as
factual statements) ?
What is the prodiminant grammatical mood (declarative, interrogative,
imperative)?
8. Discourses
What discourses are drawn upon in the text and how are they textured together ? is
there a significant mixing of discourses ?
What are the features that characterize the discourses which are drawn upon
(semantic relations between words, collocations, metaphors, assumptions,
grammatical features – see immediately bellow) ?
9. Representation of social events
-What elements of represented social events are included or excluded, and which
included elements are most salient ?
-How abstractly or concretely are social events represented ?
-How are processes represented ? What are the predominant process types
(material, mental: verbal, relational, existential) ?
-Are the instances of grammatical methapor in the represantion of processes ?
-How are social actors represented (activated/passivated, personal/-impersonal,
named/classified, spesific/generic) ?
-How are time, space, and the relation between ‘space–times’ represented?
10. Styles
What styles are drawn upon in the text, and how are they textured together ?
Is there significant mixing of styles ?
What are the features that chararactize the styles that are drawn upon ( ‘bodylanguege’, pronunciation and other phonological features, vocabulary, metaphor,
modality or evalution-see immediately, bellow for the latter two) ?
11. Modality
What do authors commit themselves to in terms of truth (epistemic modalities)?
Or in terms of obligation and necessity (deontic modalities) ?
To what extent are modalities categorical (assertion, denial etc.), to what extent
are they modalized (which explicit, markers of modality) ?
What level of commitment are there (high, median, low) where modalities are
modalized ?
What are the markers of modalization (modal verbs, modal adverbs, etc)?
12. Evaluation
To what values (in terms of what is desirable of undesirable) do author commit
themselves ?
How are values realized- as evaluative statements, statements which deontic,
modalities, statemens with affective mental processes, or assumed values ?
2. Pembentukan model praktis bagi kepentingan analisis teks

Mengacu pada paparan Fairclough di atas, maka setelah dimodifikasi ke
dalam bentuk tabel, hasilnya menjadi sbb, :
Elemen Analisis Teks

Terjemahan

1. Social Event

Teks berita itu menjadi bagian dari rangkaian peristiwa sosial apa?

2. Genre

Apakah tersebut berada pada rangkaian genre berita tertentu. Atau
merupakan mix genre?
Kombinasi apa yang ada mengikuti karakteristik skenario yang
diorientasikan dalam perbedaan dalam teks. Ini menyangkut keterbukaan,
penerimaan, pengenalan dari perbedaan. Aksentuasi dari perbedaan, konflik,
polemik, dominasi atau perjuangan atas makna, norma dan kekuasaan.
Kutipan2 yang dimasukkan dan yang tidak dimasukkan atau yang beratribut
secara langsung atau tidak langsung. Apakah menyangkut pada pengarang
atau sumber tertentu atau ada sangkutan dengan sumber lain atau sangkutan
atas keduanya.
Asumsi ekstensial, proporsional dan nilai yang dibuat dalam teks. Apakah
ada sesuatu yang dilihat atau diasumsikan sebagai sesuatu yang bersifat
ideologi ?
Relasi semantic predominan apa yang ada di antara kalimat-kalimat dan
klausa (kata majemuk). (kausalitas, alasan, tujuan, konsekuensi, kondisional,
temporal, aditif, elaboratif, kontrastif – konsesive). Apakah ada hubungan
semantic yang levelnya ditinggikan melalui penekanan yang sangat besar
pada satu teks. Misalnya: Problem X Solusi . Apakah ada relasi gramatikal
pada klausa-klausa yang secara predominan berbentuk para taktik (terpisah),
hipotaktik (samar-samar), atau menempel (embedded). Adakah relasi khusus
yang secara signifikan mengenai ekuivalen dan diffren yang dibangun di
dalam teks?

3. Difference

4. Intertextuality

5. Assumptions
6.Semantic/Gramatical
relations between
Sentences and
clauses

Keterangan/Penjelasa
n

Ada tidak dalam teks
yg sifatnya protagonis
dan antagonis.

embedded, di mana
untaian paragraf dan
kalimat
masih
merupakan lanjutan
sebelumnya
yg
cenderung naratif.
Catatan :
Hipotaktik = saling
menyebabkan
Parataktik
= dua
faktor yang saling
tidak
berkaitan
,
contoh :

7. Exchanges, Speech
function and
grammatical mood

8. Discourses

9. Representation of
social events

Bentuk-bentuk perubahan . Fungsi2 ujaran (pernyataan, pertanyaan,
penawaran, permintaan) ? Tipe2 pernyataan apa saja yang ada di sana. Ada
yang bersifat fakta, prediksi, hipotesis, evaluasi ? Adakah relasi metaforik
antara pertukaran fungsi ujaran atau tipe2 pernyatan. Apakah Mood
gramatika yang predominan yang terdapat dalam teks (deklaratif, interogatif,
imperative) ?
Diskursus . Wacana apa yang digambarkan di dalam teks. Bagaimana
wacana2 itu terbentuk secara bersama. Adakah percampuran yang signican
dari wacana2 tersebut ? Karakeristik apa yang ada dalam fitur wacana
(semantik dalam relasi kata2, kolokasi, metafora, asumsi, fitur gramatika)
Menyangkut elemen-elemen dari representasi suatu peristiwa, apakah
dimasukkan dalam teks atau tidak, atau kencenderungan untuk ditonjolkan.
Bagaimana suatu peristiwa social secara abstrak atau konkrit
direpresentasikan?. Bagaimana proses perepresentasiannya, tipe proses apa
yang predominan, apakah material, mental, verbal, relasional dan
eksistensial?. Adakah dalam proses representasi tersebut bentuk2 gramatikal
yang bersifat metaphor?. Bagaimana aktor-aktor sosial direpresentasikan ?
Bagaimana ruang waktu dan relasi ruang waktu direpresentasikan ? Secara
rinci komponen yang perlu dijawab adalah , sbb. :
A. Elemen2 dari representasi suatu peristiwa
1. waktu dan tempat :
Di gedung KPK 2 Nov 2007.
2. Orang-orang
(person) :

10. Styles
11. Modality

12. Evaluation

kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah.
3. bentuk aktifitas
4. Relasi sosial, bentuk institusional
5. Bahasa/tanda
6. Objects
7. Alat
B. Social event direpresentasikan secara :
a. abstrak
b. konkrit
C. Bagaimana proses Representasinya ?
a. material :
-aktor
-affected (korban)
b. kalimat yg dinyatakan aktor (verbal)
c. mental :
-experience
-fenomena
d. Relational :
-atribut
(pengatributan-memperlambangkan )
-Relational :
value/token
f. eksistensional
D. Adakah metafor gramatika dalam representasi dari proses sosial (sosial
event):
E. Representasi Sosial aktor :
1. inklusi/eksklusi
2. noun/pronoun
3. aktif/pasif
4. personal/impersonal
5. name/classified
(mis. Oknum,dll
6. Spesifik/generik
F. Representasi ruang waktu dan relasi ruang waktu :
........................................................................................................
Style seperti apa yg tergambar dalam teks. Bagaimana gaya2 tersebut
dibentuk bersama. Adakah campuran yang signifikan antara gaya2 tersebut?
Karakteristik seperti apa yg dimiliki oleh fitur gaya2 yang digambarkan ?
Bagaimana si penulis/pengarang berkomitmen terhadap diri mereka dalam
kerangka mengungkapkan kebenaran atau dalam terma kewajiban dan
kebutuhan. Apakah mereka mengungkapkan eksistensi yg menyangkut
kategori modalitas tertentu, seperti persetujuan atau penyangkalan. Apakah
penanda eksplisit dari modalitas itu? Bagaimana komitmen yg dibangun pada
modalitas yg dimodalisasikannya ? Apa penanda dari modalisasi itu ?
Nilai-nilai apa yg diarahkan (dibawa) oleh si penulis itu ? Dengan cara apa
direalisasikannya dalam teks ?

Tabel
Operasional Analisis Teks Norman Fairclough

Contoh : (ruang dan
waktu : Pak Harto
setelah mengundurkan
diri ke luar istana dari
pintu
belakang;
waktu : Pembicaraan
masalah Bank Century
berlangsung sampai
tengah malam)

Elemen Analisis
Teks
1. Social Event
2. Genre
3. Difference

Temuan

4. Intertextuality

Kutipan, text, data, ”suara lain” yang relevan :
1. included :
2. excluded :

5. Assumptions

Asumsi eksistensial :
Asumsi proporsional :
Asumsi Ideologis :

……………………………………………………..
....................................................................
1. Skenario seperti apa ?
2. Dialog seperti apa ?
- Protagonis : -- antagonis :
3. Aksentuasi ?: apakah bersifat :
-konflik :
-polemik :
-struggle over meaning :
-norma : --dominasi/power : -4. Memecahkan masalah dalam dialog atau membiarkan difference ?

6. Semantic/
Dalam teks tampak dari :
Gramatical
A. Relasi semantik predominan :
relations between
Relasi berbentuk kausalitas : -Sentences
and
Relasi berbentuk alasan :
clauses
Relasi berbentuk tujuan :
Relasi berbentuk konsekuensi :
Relasi berbentuk kondisional :
Relasi bentuk Temporal :
Relasi berbentuk aditif :
Relasi berbentuk elaboratif :
Relasi berbentuk kontrastif :
Relasi berbentuk konsesif :
B. Level hubungan semantik dalam teks ditinggikan melalui
penekanan pada
-Problem : .................
-Solusi : .....................
C. Bentuk Relasi gramatikal :
Para taktik : ....................
Hipotaktik : ..................
Embedded : .........................
D. Relasi khusus apa yang secara signifikan dibangun di dalam teks?
Apakah bersifat :
-Ekuivalen (sama) :........................
-Diffrence: ...................................
7.Pertukaran,

A. Bentuk-bentuk pertukaran?

fungsi ujaran dan
gramatikal mood

8. Discourses

9. Representation
of social events

Tipe pertukaran :
a. aktifitas –dimensi pada aktifitas non tekstual (tindakan) :
b. knowledge –pertukaran pengetahuan :
B. Tipe-tipe fungsi ujaran apa saja yang ada di sana?
fungsi ujaran :
a. statement :
1. fakta :
2. prediksi : -3. hipotetical : -4. evaluasi :
b. demand/permintaan : -c.questions: -d.offer/penawaran : -C. Adakah relasi metaforik antara pertukaran fungsi ujaran atau tipetipe-pernyataan? ..............................................................................
D. Apakah Mood gramatika yang predominan yang terdapat dalam
teks ?
Predominant grammatical mood :
deklaratif : interrogative :
imperative/perintah :
A. Wacana Apa yang muncul dalam teks ?
........................................................................
B. Bagaimana wacana ini dibangun, adakah wacana yang signifikan ?
……………………………………………………..
C. Bagaimana fitur karakteristik wacananya dari sisi semantik dalam
relasi kata ?
tampak pada teks melalui :
1)colocation: tampak dalam:
2) metafor :
3) asumsi :
-asumsi eksistensi: --asumsi proporcional : --asumsi nilai : -4) gramatical :
-deklaratif : --interrogatif: --imperative : -A. Peristiwa Sosial yang direpresentasikan :
.........................................................................
1. waktu dan tempat : ........................
2. Orang-orang (person) : kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah : ................
3. bentuk aktifitas : ........................
4. Relasi sosial, bentuk institusional :
5. Bahasa/tanda : ………………………
6. Objects : ………………
7. Alat : .....................
B. Social event direpresentasikan secara :
a. abstrak : .............................
b. konkrit: ..............

10. Styles

11. Modality
12. Evaluation

C. Bagaimana proses Representasinya, apa yang predominan?
a. proses material :
-aktor : ..............
-affected (terkena pengaruh/korban): .........................
b. Verbal (kalimat yang dinyatakan aktor): .............................
c. proses mental (experience): -d. Relational :
-(1) atribut: ..............................
-(2) value/token: .................................
e. eksistensional : ............................................
D. Adakah metafor gramatika dalam representasi dari proses sosial
(sosial event):
E. Representasi Sosial aktor :
1. inklusi/eksklusi :
-Inklusi : ............
-eksklusi : ....................
2. Noun/pronoun :
- noun : .........................
- pronoun : ................................
3. Diaktifasi/dipasifasi :
-Diaktifasi : ..............................
-Dipasifasi : .............................
4. personal/impersonal:
-personal : ...................................
-impersonal : ……………………
5. name/classified :
-nama : …………………………
-classified :…………………………….
6. Spesifik/generik :
- Spesifik : ..................................
- generik : .......................................
Style seperti apa yg tergambar dalam teks.:
Wartawan/media tampak memposisikan diri sebagai ………………..
Bagaimana gaya-gaya tersebut dibentuk bersama :.
Adakah campuran yang signifikan antara gaya2 tersebut? :
Karakteristik seperti apa yg dimiliki oleh fitur gaya2 yang digambarkan ? :
...................................
-Nilai2 apa yg diarahkan (dibawa) oleh si penulis itu ?
..........................................................................................................................
-Dengan cara apa direalisasikannya dalam teks ?
..........................................................................................................................

3. Penyajian contoh praktis model analisis teks Fairclough

Hasil Analisis Teks Terhadap Berita
MI, 26/11/2007 dengan judul ‘Uang BI di Balik Dagang Pasal’
Elemen Analisis Teks

Temuan

1. Social Event

Laporan Koalisi Penegak Citra DPR kepada BK DPR
mengenai anggota dewan penerima aliran dana Bank
Indonesia (BI).
Hard News, konstruksi wartawan mengenai Laporan Koalisi
Penegak Citra DPR kepada BK DPR mengenai anggota dewan
penerima aliran dana Bank Indonesia (BI).
1. Skenario seperti apa ?
Skenariao diarahkan ke dalam situasi yang menunjukkan 16
anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 memang
menerima uang sogokan pihak BI terkait proses pembahasan
sejumlah RUU dan anggaran BI di DPR. Ini tampak dalam
judul: “Uang BI di Balik Dagang Pasal; p. 1, “….Para
anggota dewan itu diduga telah menerima uang dari Bank
Indonesia (BI) terkait dengan pembahasan sejumlah rancangan
undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada 2004. Totalnya
Rp 4,5 miliar.”
2. Dialog seperti apa ?
- Protagonis : -- antagonis :
dialog diarahkan ke arah antagonis, yakni pada penguatan
situasi yang menunjukkan bahwa pihak DPR memang terlibat
suap-menyuap dalam urusan pembahasan RUU menyangkut
BI. Ini tampak dari teksasi dalam : p.2, ”..... terlepas dari
keengganan BK untuk mengusut , dari dokumen yang beredar,
praktik jual beli pasal dalam pembahasan sejumlah RUU
terkait BI memang terjadi pada 2004.”; p.5, ”Setelah
berkordinasi dengan para mantan anggota Panja RUU LPS
yang akan menjabat kembali, telah disepakati untuk
mengajukan RUU Likuidasi Bank sebagai RUU yang berdiri
sendiri,” begitu bunyi surat itu. Kesepakatan itu dibanderol
Rp 500 juta.”
3. Aksentuasi ?: apakah bersifat :
-konflik :
-polemik :
-struggle over meaning :
aksentuasi cenderung bersifat pertarungan merebut makna,
bahwa anggota dewan itu adalah pihak yang biasa meminta
imbalan kepada BI agar pembahasan RUU terkait BI sesuai
yg diinginkan BI. Ini tampak dari judul: “Uang BI di Balik
Dagang Pasal”; p. 1, “Koalisi Penegak Citra DPR pada 20
Agustus 2007 melaporkan 16 anggota Komisi IX DPR
periode 1999-2004 kepada Badan Kehormatan (BK) DPR.
Para anggota dewan itu diduga telah menerima uang dari
Bank Indonesia (BI) terkait dengan pembahasan sejumlah
rancangan undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada

2. Genre
3. Difference

4. Intertextuality

2004. Totalnya Rp 4,5 miliar.”; p.8, “Pembahasan RUU
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan
RUU Kepailitan juga tak lupus dari transaksi senilai Rp 2,6
miliar. Uang BI itu dikucurkan …..karena seluruh high call
pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi.”; p. 10,
“Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun
tak lupus dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.”
-norma : --dominasi/power : -4. Memecahkan masalah dalam dialog atau membiarkan
difference ?
Sifatnya cenderung bersifat memecahkan karena media
menunjukkan bahwa perbuatan suap-menyuap itu termasuk
tindak pidana korupsi. Ini tampak dalam p. 11, ”Transaksi
pasal itu jelas melanggar Pasal 5 dan Pasal 11 UU 31/1999
jo UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Pemberi dan penerima uang yang terkait jabatan
diancam minimal satu tahun dan maksimal lima tahun.”
Kutipan-kutipan yang dimasukkan dan yang tidak dimasukkan
atau yang beratribut secara langsung atau tidak langsung.
Apakah menyangkut pada pengarang atau sumber tertentu atau
ada sangkutan dengan sumber lain atau sangkutan atas
keduanya.
Kutipan, text, data, ”suara lain” yang relevan :
1. included :
Kutipan-kutipan yang diambil berdasarkan data Koalisi
Penegak Citra DPR. Kutipan ini diteksasi dalam : p.5, ”Setelah
berkordinasi dengan para mantan anggota Panja RUU LPS
yang akan menjabat kembali, telah disepakati untuk
mengajukan RUU Likuidasi Bank sebagai RUU yang berdiri
sendiri,” begitu bunyi surat itu. Kesepakatan itu dibanderol
Rp 500 juta.”; p. 7, “ ….Pertemuan itu membutuhkan dana Rp
540 juta”; p. 8, ”….juga tak luput dari transaksi senilai Rp 2,6
miliar…..”; dan p. 10. “….. pun tak luput dari transaksi dana
sebesar Rp 650 juta.”
2. excluded :
-“….Sembilan dari 16 anggota Komisi IX DPR periode
1999–2004 yang diduga menerima aliran dana BI ternyata
masih aktif sebagai anggota legislatif. Untuk memastikan
nama-nama itu, rencananya hari ini Badan Kehormatan (BK)
DPR akan kembali memanggil Koalisi Penegak Citra DPR
sebagai pihak pelapor. ……………Wakil Ketua BK DPR
Gayus Lumbuun “Kalau tidak salah, sekitar sembilan orang.
Besok (hari ini) kita akan minta penjelasan lagi,” tegas Gayus
kemarin........”
(http://web.pabindonesia.com/content/view/3941/9/) ; -“Aliran dana dari
Bank Indonesia (BI) yang disinyalir sebagai gratifikasi kepada
sejumlah anggota DPR RI harus menjadi prioritas utama
pemeriksaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jika
ini tidak dilakukan, fenomena calo anggaran akan tetap

5. Assumptions

merajalela tanpa tersentuh hukum sama sekali. Demikian
disampaikan Wakil Koordinator Indonesian Corruption Watch
(ICW) Danang Widiyoko saat dihubungi SH, Senin (12/11).
“DPR harus menjadi domain utama. KPK harus punya target
utama ke DPR karena DPR itu merupakan ujung dari
serangkaian korupsi,” katanya. Dia menilai, sejak KPK berdiri,
banyak dugaan korupsi yang melibatkan anggota DPR tidak
pernah tersentuh. Selama ini, KPK hanya melakukan tindakan
hukum kepada birokrasi dan pimpinan proyek (pimpro).
Kegiatan mereka padahal juga melibatkan anggota Dewan.
Akibat dari pemeriksaan “tebang pilih” tersebut, kasus
pemberian dana kepada anggota Dewan maupun percaloan
terus muncul. ……..Dengan menggunakan dana yayasan itu
pula, kerugian negara dapat diminimalkan. “Selama ini KPK
belum berhasil mendorong DPR, padahal banyak contohnya,
seperti dana DKP, dana ……..dan sekarang dana BI. Makanya,
BI ini harus menjadi pintu masuk KPK supaya penyelesaian
kasus ini tuntas,” (Sinar Harapan, 12 November 2007, dalam
http://antikorupsi.org/indo/content/view/11642/6/.
Asumsi ekstensial, proporsional dan nilai yang dibuat dalam
teks. Apakah ada sesuatu yang dilihat atau diasumsikan
sebagai sesuatu yang bersifat ideologi ?
Asumsi eksistensial : Anggota dewan terlibat suap-menyuap
dengan BI
Asumsi proporsional : Anggota dewan terlibat suap-menyuap
dengan BI terkait urusan pembahasan RUU menyangkut BI di
parlemen.
Asumsi Ideologis : Wartawan anti parlemen yang korup. Ini
terlihat dari unsur difference, di mana dari sisi Skenario,
diarahkan ke dalam situasi yang menunjukkan 16 anggota
Komisi IX DPR periode 1999-2004 itu memang menerima
uang sogokan pihak BI terkait proses pembahasan sejumlah
RUU dan anggaran BI di DPR. Ini tampak dalam judul:
“Uang BI di Balik Dagang Pasal; p. 1, “….Para anggota
dewan itu diduga telah menerima uang dari Bank Indonesia
(BI) terkait dengan pembahasan sejumlah rancangan undangundang (RUU) dan anggaran BI pada 2004. Totalnya Rp 4,5
miliar.” Termasuk juga dari sisi dialog, dialog diarahkan ke
arah antagonis, yakni pada penguatan situasi yang
menunjukkan bahwa pihak DPR memang terlibat suapmenyuap dalam urusan pembahasan RUU menyangkut BI. Ini
tampak dari teksasi dalam : p.2, ”..... terlepas dari keengganan
BK untuk mengusut, dari dokumen yang beredar, praktik jual
beli pasal dalam pembahasan sejumlah RUU terkait BI
memang terjadi pada 2004.”; p.5, ”Setelah berkordinasi
dengan para mantan anggota Panja RUU LPS yang akan
menjabat kembali, telah disepakati untuk mengajukan RUU
Likuidasi Bank sebagai RUU yang berdiri sendiri,” begitu
bunyi surat itu. Kesepakatan itu dibanderol Rp 500 juta.”.
Begitu juga dari aksentuasi yg sifatnya cenderung terkait

6. Semantic/Gramatical
relations between
Sentences and clauses

upaya memenangkan pertarungan merebut makna, bahwa
anggota dewan itu adalah pihak yang biasa meminta imbalan
kepada BI agar pembahasan RUU terkait BI sesuai dgn yg
diinginkan BI. Ini tampak dari judul: “Uang BI di Balik
Dagang Pasal”; p. 1, “Koalisi Penegak Citra DPR pada 20
Agustus 2007 melaporkan 16 anggota Komisi IX DPR periode
1999-2004 kepada Badan Kehormatan (BK) DPR. Para
anggota dewan itu diduga telah menerima uang dari Bank
Indonesia (BI) terkait dengan pembahasan sejumlah rancangan
undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada 2004. Totalnya
Rp 4,5 miliar.”; p.8, “Pembahasan RUU Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan RUU Kepailitan juga tak
lupus dari transaksi senilai Rp 2,6 miliar. Uang BI itu
dikucurkan …..karena seluruh high call pada dua RUU itu
telah berhasil diakomodasi.”; p. 10, “Penundaan pembahasan
amandemen UU BI pada 2004 pun tak lupus dari transaksi
dana sebesar Rp 650 juta.”
Relasi dalam teks, sbb.:
A. Relasi semantik :
Relasi berbentuk kausalitas :
p.2,”....BK DPR belum menindaklanjuti pengaduan koalisi
karena nama yang diadukan tidak lengkap.......”
Relasi berbentuk alasan :
p.2, ”.......nama yang diadukan tidak lengkap.......”
Relasi berbentuk konsekuensi :
p.13, ”.....Apakah uang itu benar-benar mengalir ke Senayan,
tentu menjadi tugas BK DPR untuk membuktikannya.”
Relasi berbentuk kondisional : -Relasi berbentuk temporal: -Relasi berbentuk elaboratif : -Relasi berbentuk kontrastif :
p.2, ”.....Terlepas dari keengganan BK untuk mengusut, dari
dokumen yang beredar, praktik jual beli pasal dalam
pembahasan sejumlah RUU terkait BI memang terjadi pada
2004.”
Relasi berbentuk Aditif:
B. Level hubungan semantik dalam teks ditinggikan
melalui penekanan pada
-Problem :
Level hubungan semantik cenderung ditinggikan melalui
penekanan pada problem dalam proses pengusutan aliran dana
BI, yakni yang dilakukan BK DPR terhadap anggota yang
diduga menerima aliran dana BI.
-Solusi :
C. Bentuk Relasi gramatikal :
Para taktik :
Hipotaktik :
Embedded :
Secara gramatika berita ini cenderung menggambarkan relasi
yang bersifat embedded, di mana untaian paragraf dan kalimat

7. Pertukaran, fungsi
ujaran dan gramatikal
mood

masih merupakan lanjutan sebelumnya menyangkut isi laporan
Koalisi Penegak Citra DPR.
D. Relasi khusus apa yang secara signifikan dibangun di
dalam teks? Apakah bersifat :
-Ekuivalen (sama) :
-Diffrence:
Cenderung bersifat difference yang sifatnya mengarah
pada pembenaran terjadinya aliran dana lewat transaksi jual
beli pasal antara BI dan anggota Komisi IX periode 1999-2004
dalam proses pembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI.
Bentuk pertukaran dan ujaran dalam teks sbb.:
A. Bentuk-bentuk pertukaran?
Tipe pertukaran :
a. aktifitas –dimensi pada aktifitas non tekstual (tindakan) :
-b. knowledge –pertukaran pengetahuan :
lebih banyak pertukaran pengetahuan karena cenderung
menggambarkan data transaksi jual beli pasal.
B. Tipe-tipe fungsi ujaran apa saja yang ada di sana.?
fungsi ujaran :
a. statement :
1. fakta :
2. prediksi :
3. evaluasi :
p.2, ”.....Terlepas dari keengganan BK untuk mengusut,
dari dokumen yang beredar, praktik jual beli pasal dalam
pembahasan sejumlah RUU terkait BI memang terjadi pada
2004.”
p.11, Transaksi pasal itu jelas melanggar Pasal 5 dan Pasal
11 UU 31/1999 jo UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Pemberi dan penerima uang yang terkait
jabatan diancam penjara minimal satu tahun dan maksimal
lima tahun.
b. offer/penawaran : ---C. Adakah relasi metaforik antara pertukaran fungsi
ujaran atau tipe-tipe pernyataan?
Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal;
p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”;
p,5, Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.;
p.7, ”.....perlunya pertemuan informal dengan 18 orang
anggota Komisi IX di Hotel Mulya.........Pertemuan itu
membutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8, ”.......Uang BI itu
dikucurkan , .........karena seluruh high call pada dua RUU itu
telah berhasil diakomodasi; p.13, ”.....Apakah uang itu benarbenar mengalir ke Senayan, tentu menjadi tugas BK DPR
untuk membuktikannya.”
p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004
pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.
D. Apakah Mood gramatika yang predominan yang
terdapat dalam teks ?

8. Discourses

Predominant grammatical mood :
a . deklaratif :
b. interrogative :
Mood gramatika yang predominan dalam teks cenderung
interrogative yang mempertanyakan mengapa para anggota
dewan yang diduga menerima aliran masih belum juga
diperiksa.
c. imperative/perintah :
A. Wacana Apa yang muncul dalam teks ?
+ Anggota DPR Pendukung kasus Suap BI.
B. Bagaimana wacana ini dibangun, adakah wacana yang
signifikan ?
+Dibangun melalui sejumlah relasi metaforik antara
pertukaran fungsi ujaran atau tipe-tipe pernyataan yang
sifatnya menggambarkan memang terjadi transaksi jual beli
pasal dalam roses pembahasan RUU antara Komisi IX DPR
periode 1999-2004 dan BI, sebagaimana tampak dalam
sejumlah paragraf dan judul, yakni : Judul : Uang BI di Balik
Dagang Pasal; p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”; p,5,
Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunya
pertemuan informal dengan 18 orang anggota Komisi IX di
Hotel Mulya.........Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540
juta.”; p.8, ”.......Uang BI itu dikucurkan , .........karena
seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil
diakomodasi; p.13, ”.....Apakah uang itu benar-benar mengalir
ke Senayan, tentu menjadi tugas BK DPR untuk
membuktikannya.”; p.10, Penundaan pembahasan amandemen
UU BI pada 2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp
650 juta.
.
C. Bagaimana fitur karakteristik wacananya dari sisi
relasi semantik kata ?
Fitur karakteristik wacana dari sisi relasi semantic di antara
kata-kata ditemukan pada teks melalui :
1)colocation:
p.2, “Terlepas dari keengganan BK....”; p.6, Komisi IX dan
BI......Komisi IX pada 15 September 2004.....”
2) metafora :
Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal;
p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”;
p,5, Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.;
p.7, ”.....perlunya pertemuan informal dengan 18 orang
anggota Komisi IX di Hotel Mulya.........Pertemuan itu
membutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8, ”.......Uang BI itu
dikucurkan , .........karena seluruh high call pada dua RUU itu
telah berhasil diakomodasi;
p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004
pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.
p.13, “…….mengalir ke Senayan,…….”
3) asumsi :

9. Representation of
social events

-asumsi eksistensi: BI suap anggota Dewan Komisi IX
periode 1999-2004.
-asumsi proporcional : BI suap anggota Dewan Komisi IX
periode 1999-2004
terkait kepentingan pembahasan RUU dan anggaran BI.
-asumsi nilai : BI suap anggota Dewan Komisi IX periode
1999-2004 terkait kepentingan pembahasan RUU dan
anggaran BI adalah melanggar UU TIPIKOR dan Kode Etik
DPR.
4) gramatical : fitur gramatical cenderung mengarah pada
predominan mood bersifat interrogative yang mempertanyakan
mengapa para anggota dewan yang diduga menerima aliran
masih belum juga diperiksa
A. Peristiwa Sosial yang direpresentasikan :
Laporan Koalisi Penegak Citra DPR kepada BK DPR
mengenai anggota dewan penerima aliran dana Bank
Indonesia (BI).
1. waktu dan tempat :
20 Agustus 2007 di Gedung MPR/DPR Jakarta
2. Orang-orang (person), kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah :
Koalisi Penegak Citra DPR
3. bentuk aktifitas : -4.Relasi sosial, bentuk institusional :
Koalisi Penegak Citra DPR; BK DPR; BI
5. Bahasa/tanda :
p.5, berkoordinasi; p.7, pertemuan informal.
6. Objects :
BI dan 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004
7. Alat :-B. Social event direpresentasikan secara :
a. abstrak :
b. konkrit:
Digambarkan secara konkrit mengenai pelaporan koalisi
atas 16 anggota penerima aliran dana BI kepada BK pada 20
Agustus 2007.
c. proses material :
-aktor :
aktor protagonis disebut secara konkrit : Koalisi
Penegak Citra DPR. Sedang aktor antagonis secara abstrak :
16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 yang diduga
menerima aliran dana BI sebesar Rp 4,5 miliar.
-affected (korban) : 16 anggota Komisi IX DPR periode
1999-2004 yang diduga menerima aliran dana BI sebesar Rp
4,5 miliar.
d. kalimat yang dinyatakan aktor (proses verbal): -e. proses mental : -f. Relational :
1. atribut (pengatributan-memperlambangkan )
Temuan: : metapora-metapora pada sejumlah paragraf
mengatribusikan pandangan wartawan bahwa memang terjadi

10. Styles

11. Modality
12. Evaluation

kasus penyuapan BI terhadap 16 anggota Komisi IX DPR
periode 1999-2004 berkaitan dengan upaya memperlancar
pembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI.
2. relational : value/token :
Koalisi Penegak Citra DPR Penempatan Koalisi Penegak Citra
DPR sebagai aktor pelapor secara relasional mengandung nilai
bahwa posisi pelapor adalah sebagai institusi yang
berkomitmen tinggi terhadap pemberantasan korupsi.
g. eksistensional : ==
C. Adakah metafor gramatika dalam representasi dari
peristiwa sosial (sosial event):
Tampak dari teksasi dalam : Judul : Uang BI di Balik Dagang
Pasal; p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”; p,5, Kesepakatan itu
dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunya pertemuan informal
dengan 18 orang anggota Komisi IX di Hotel
Mulya.........Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540 juta.”;
p.8, ”.......Uang BI itu dikucurkan , .........karena seluruh high
call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.10,
Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak
luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta; dan p.13,
“…….mengalir ke Senayan,…….”
D. Sosial aktor :
1. inklusi : Koalisi Penegak Citra DPR
2.eksklusi : 16 anggota Komisi IX DPR periode 19992004; Kepala Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI;BK DPR.
3. -noun : --.
-pronoun:
16 anggota dewan yang menerima dana; Kepala Biro
Gubernur; Deputi Gubernur BI
4. aktif/pasif :
-diaktifasi : Koalisi Penegak Citra DPR
-dipasifasi : 16 anggota dewan yang menerima dana;
Kepala Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI; BK DPR.
5.Impersonal : 16 anggota dewan yang menerima dana;
Kepala Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI
6. name: --classified : yang menerima dana .
7. Spesifik : -8. generik : -Wartawan/media tampak mengambil posisi ”bersatu” dengan
sumber tunggal (Koalisi Penegak Citra DPR) sebagai penekan
pihak yang terlibat dalam peroses pengusutan aliran dana BI,
yaitu BK DPR dan KPK.
-Nilai2 apa yang diarahkan (dibawa) oleh si penulis itu ?
+Nilai-nilai tekanan yang diskursif terhadap BK DPR agar
memeriksa anggota dewan yang diduga menerima suap BI.
Dengan cara apa direalisasikannya dalam teks ?
+ Dibangun dengan cara merepresentasikan peristiwa sosial

melalui metafor gramatika dalam judul dan sejumlah paragraf
yang secara relasional mengatribusikan pandangan wartawan
bahwa memang terjadi kasus penyuapan BI terhadap 16
anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 berkaitan dengan
upaya memperlancar pembahasan sejumlah RUU dan
anggaran BI. Metafor dimaksud yaitu : Judul : Uang BI di
Balik Dagang Pasal; p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”; p,5,
Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunya
pertemuan informal dengan 18 orang anggota Komisi IX di
Hotel Mulya.........Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540
juta.”; p.8, ”.......Uang BI itu dikucurkan , .........karena
seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil
diakomodasi; p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU
BI pada 2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650
juta; dan p.13, “…….mengalir ke Senayan,…….”

4. Contoh cara mendeskripsikan hasil analisis teks Model analisis Teks Norman
Fairclough
Dengan mengacu pada hasil analisis teks terhadap berita MI, 26/11/2007
yang berjudul ‘Uang BI di Balik Dagang Pasal’ , maka di antaranya berupa “Wacana
bahwa anggota DPR sebagai ‘pelatih’ itu, pada fase penyelidikan ini juga dapat
diketahui dari konstruksi wartawan mengenai realitas ‘Laporan Koalisi Penegak
Citra DPR kepada BK DPR mengenai anggota dewan penerima aliran dana Bank
Indonesia (BI)’. Hasil konstruksi mereka sendiri diteksasikan dalam Hard News
bertajuk ‘Uang BI di Balik Dagang Pasal’ dalam Media Indonesia edisi 26/11/2007.
Melalui pewacanaan bahwa Anggota DPR Pendukung kasus Suap BI, itu, peran
‘pelatih‘ dalam kasus aliran dana BI tadi, dilakukan pihak media di antaranya
melalui sejumlah bangunan relasi metaforik antara pertukaran fungsi ujaran atau
tipe-tipe pernyataan yang sifatnya menggambarkan memang terjadi transaksi jual
beli pasal dalam roses pembahasan RUU antara Komisi IX DPR periode 1999-2004
dan BI, sebagaimana tampak dalam sejumlah paragraf dan judul, yakni : Judul :
Uang BI di Balik Dagang Pasal; p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”; p,5,
Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunya pertemuan informal
dengan 18 orang anggota Komisi IX di Hotel Mulya.........Pertemuan itu
membutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8, ”.......Uang BI itu dikucurkan , .........karena
seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.13, ”.....Apakah
uang itu benar-benar mengalir ke Senayan, tentu menjadi tugas BK DPR untuk
membuktikannya.”; p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004
pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta. Dalam hal cara
merepresentasikan peristiwa sosial juga, terutama dalam relational yang bersifat
atributif dan relational yang bersifat value/token, media tampak berupaya
menguatkan bahwa anggota dewan itu memang menjadi ‘wasit’ terkait dengan
peristiwa pengaliran dana BIU ke DPR itu. Dari segi relational atributif, maka
temuan terkait metapora-metapora pada sejumlah paragraf tadi mengatribusikan
pandangan wartawan bahwa memang terjadi kasus penyuapan BI terhadap 16
anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 berkaitan dengan upaya memperlancar
pembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI. Sedang relational yang bersifat
value/token, maka penempatan Koalisi Penegak Citra DPR sebagai aktor pelapor

tadi, secara relasional mengandung nilai bahwa posisi pelapor adalah sebagai
institusi yang berkomitmen tinggi terhadap pemberantasan korupsi.
Selain itu, dalam pewacanaannya, media juga melakukan upaya-upaya lain
untuk menguatkan pewacanaan bahwa anggota dewan itu sebagai ‘pelatih’ dalam
kasus aliran dana BI ini. Hal ini misalnya seperti terlihat melalui Relasi berbentuk
kontrastif yang terdapat dalam berita, misalnya seperti terlihat dalam p.2,
”.....Terlepas dari keengganan BK untuk mengusut, dari dokumen yang beredar,
praktik jual beli pasal dalam pembahasan sejumlah RUU terkait BI memang terjadi
pada 2004.” Juga melalui asumsi yang dibangun media, bahwa Anggota DPR itu
disuap BI terkait kepentingan pembahasan RUU dan anggaran BI, sebagaimana
terlihat dari judul berita, Uang BI di balik Dagang Pasal; p.2, “….Terlepas dari
keengganan BK untuk mengusut, dari dokumen yang beredar, praktik jual beli pasal
dalam pembahasan sejumlah RUU terkait BI memang terjadi pada 2004.”; p.5,
“Setelah berkoordinasi dengan para mantan anggota Panja RUU-LPS yang akan
menjabat kembali, telah disepakati untuk mengajukan RUU Likuidasi Bank sebagai
RUU yang berdiri sendiri, “begitu bunyi surat itu. Kesepakatan itu dibanderol Rp
500 juta.”1

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Althusser, Louis, Tentang Ideologi, Marisma Strukturalis, Psikoanalisis, Cultural Studies,
terjemahan Olsy Vinoli Arnof, Bandung, Jalasutra, 2005, hlm. xxiv.
Curran, James, Gurevitch and Woollacott, The Study of the media : Theoretical
Approaches., p. 18.
Departemen Ilmu Komunikasi,FISIP UI, (2004-2006), Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi
Thesis Vol III (2) 2004; Thesis Vol III (3) 2004; Vol IV (3) 2005; Thesis Vol V (1)
2006.
Eriyanto , (2001), Analisis Wacana, Pengantar analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS,
hlm. 288.
Fairclough, N. (1989). Language and Power. New York: Longman.
Fairclough, N. (1993). Critical discourse analysis and the marketization of public
discourse: The universities. Discourse and Society, 4(2), 133-168.
Fairclough, Norman, 1995, Media Discourse, Voices Intertextuality, p.39.
Fairclough, Norman, 1995, Critical Discourse Analysis : The Critical Study of Language,
London and New York, Longman, p.76.
Gurevith, Michael, Tony Bennett, James Curran and Woollacott, (1982), Culture, Society
and The Media. Methuen London and New York, 263.
Halliday, M.A.K., Hasan, Ruqaiya, 1994, Bahasa, Konteks dan Teks, Aspek-Aspek
bahasan dalam Pandangan Semiotika Sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press, hlm. 13-14.
Herman, Edward S., 1986, “Gatekeeper versus Propaganda Models: A Critical American
Perspectif “, dalam Communicating Politics, Editor: Peter Golding; Graham Murdock
and Philip Schlesinger, Leicester University Press. p.175.
1 Dicuplik dari TESIS Hasyim Ali Imran ‘IDEOLOGI MEDIA DI BALIK WACANA KORUPSI ANGGOTA
PARLEMEN (Analisis Wacana Kritis terhadap Produksi dan Konsumsi Teks/Berita tentang Korupsi Anggota DPR
RI dalam kasus Aliran Dana BI di DPR RI pada Suratkabar Media Indonesia dan Republika, PROGRAM PASCA
SARJANA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI U P.DM (B) JAKARTA, 2010.

Herman dan Chomsky, 1988, Manufacturing Consent The Political Economy of the Mass
Media,p.2.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), 2006, Memahami Untuk Membasmi, Buku Saku
Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, KPK, hal. 11.
Laeyendecker, L. 1983, Tata, Perubahan, Ketimpangan : Suatu Pengantar Sejarah
Sosiologi, Jakarta, Gramedia, hlm.361.
Littlejohn, Stephen W., Theories of Human Communication, Wardsworth, Belmont,
California, 1996.
McQuail, Denis & Sven Windahl, Communication Models For The Study of Mass
Communications, Longman, London, 1993.
Narendra, Pitra, 2008, ”Analisis Wacana Teun A. Van Dijk”, dalam Metodologi Riset
Komunikasi, Yogyakarta, Balai Pengkajian dan Pengembangan Informasi Wilayah IV
Yogyakarta dan Pusat Kajian Media dan Budaya Populer Yogyakarta, Cetakan I Juni
2008, hlm. 146.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,(2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia,
edisi III, Jakarta, Balai Pustaka.
Rusadi, Udi, 1998,“Perspektif Studi Media Massa”, Jurnal Kampus Tercinta Bidang Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta, Yayasan Kampus Tercinta, hl. 5.
Rusadi, Udi, “Diskursus Kerusuhan Sosial Dalam Media Massa”, disertasi dalam Bidang
Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia, 2002.
Seliger, dalam John B. Thompson, Analisis Ideologi, Kritik Wacana Ideologi-ideologi
Dunia, 2003, Diterjemahkan, Haqqul Yaqin, Yogyakarta, IRCiSoD, hlm. 132.
Shoemaker, Pamela J., Reese dan Reese, Stephen D., 1996, Mediating The Message,
Theories of Influences on Mass Media Content,NY, Longman Publishers USA, p.
223.
Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik,Analisis Framing, Bandung, Rosdakarya, hlm. 56.
Takwin, Bagus: “Cuplikan-cuplikan Ideologi”, dalam Jurnal Filsafat Universitas Indonesia
Volume I No. 2, Agustus 1999.
Tiamono, Rigakittyndya, 2008, “Analisis Wacana Norman Fairclough”, dalam Metodologi
Riset Komunikasi, Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian Komunikasi, Yogyakarta,
Balai Pengkajian dan Pengembangan Informasi Wilayah IV Yogyakarta dan Pusat
Kajian Media dan Budaya Populer, hlm. 151.
Thompson, John B.,(2003) Analisis Ideologi, Kritik Wacana Ideologi-Ideologi Dunia, ,
Diterjemahkan, Haqqul Yaqin, Yogyakarta, IRCiSoD, hlm. 132.
Werner J. Severn, James W. Tankard, Jr. Communication Theories: Origins, Methods and
Uses in the Mass Media, 1997, 4th ed in Chinese, translated by Guo Zhenzhi, 2000,
Huaxia Publishing House, P.345.
Jurnal :
Universitas Indonesia, 2004, Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Thesis Vol III (2).
Universitas Indonesia, 2004, Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Thesis Vol III (3).
Universitas Indonesia, 2006, Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Thesis Vol V (1).
Website :
Blanketguarantee,dalam: http://www.pacific.net.id/pakar/sj/permasalahan_blbi.html).
Bourdieu,
Pierre,
‘Classes
and
Classifications’,
dalam
http://www.marxists.org/reference/subject/ philosophy/works/ fr/bourdieu.htm,
Bourdieu
S
Theory
Of
Power
And
Practice,
dalam
http://www.museumstuff.com/learn/topics/Pierre_Bourdieu:ub::Bourdieu_S_Theory_
Of_Power_And_Practice, diakses : 3 Januari 2011.

Djiwandono J. , Soedradjad, dalam : http://www.pacific.net.id/pakar/sj /permasalahan
_blbi.html. taken on friday, March 14, 2008.
Fikom Univ Vetra Surabaya; http://digilib.petra.ac.id/viewer.php? page=8&submit.x=
19&submit.y=15&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe
%2Fs1%2Fikom%2F2005%2Fjiunkpe-ns-s1-2005-51401015-2116-featurechapter2.pdf.
Hamad, Ibnu, (2007), Perkembangan Analisis Wacana Dalam Ilmu Komunikasi
Sebuah Telaah Ringkas ccm .www.um .edu .my Hamad 2007.
Harris et al. (1989) dan Kittredge & Lehrberger (1982), dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/
Discourse_ análisis.Kleden, Ignas,

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

FUNGSI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL WAYANG KULIT DALAM ACARA RUWATAN ALAM (Studi Pada Tradisi Ruwatan Alam Di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto)

0 94 37

INTERAKSI SIMBOLIK DALAM PROSES KOMUNIKASI NONVERBAL PADA SUPORTER SEPAKBOLA (Studi Pada Anggota Juventus Club Indonesia Chapter Malang)

5 66 20

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA KEPADA ANAK

8 135 22

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

METODELOGI PENELITIAN : 13 kesalahan dalam menyusun proposal penelitian skripsi/tugas akhir.

2 51 1

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68