PENGARUH TERAPI TAWA TERHADAP TINGKAT ST (1)

ORAL PRESENTATION KEPERAWATAN
INTEGRASI PERAN PERAWAT DALAM
OPTIMALISASI PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur

PENGARUH TERAPI TAWA TERHADAP TINGKAT STRES
PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN OESAPA
KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG
Serly Sani Mahoklory1, Yendris Syamruth2, Maria Simon3
1. Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang
3. Program Studi Keperawatan Stikes Citra Husada Mandiri Kupang
Alamat : Jl. Veteran, Malang 65145 Indonesia tlp (0341) 551611
Email: sherly.sanni@gmail.com Hp 085 333 525 599

ABSTRAK
Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam
arteri menyebabkan peningkatan risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung,

dan kerusakan ginjal. Salah satu penyebab terbesar naiknya tekanan darah adalah stres. Stres dapat
memicu meningkatnya produksi hormon stres yang akan menekan sistem kekebalan tubuh dalam
mempercepat proses penyembuhan penyakit, dan terapi tertawa merupakan salah satu penanganan stres
yang baik karena dapat mencapai kegembiraan di dalam hati dan menghilangkan stres.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi tawa terhadap tingkat stres penderita
hipertensi di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian quasy experiment: non-randomized control group pre-post test. Total responden
sebanyak 30 orang dengan menggunakan teknik total sampling, instrument yang digunakan untuk
menilai tingkat stres menggunakan quisioner Depression Anxiety Stress Scale 42 dan untuk mengetahui
tekanan darah setelah diberikan terapi tawa menggunakan spignomanometer dan lembar observasi.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan tingkat stres pada kelompok perlakuan setelah
diberikan terapi tawa, yaitu 67% (10 responden), memiliki tingkat stres normal, 33% (5 responden)
stres ringan, dan rata-rata tekanan darah turun 10 sampai 20 mmHg, setelah diberikan terapi tawa. Hasil
uji statistik Regresi Linear Sederhana menunjukkan nilai t hitung 3,543 > nilai t tabel 2,650 dengan df =
13 dan α = 0,01, maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh terapi tawa terhadap tingkat stres penderita
hipertensi.
Adapun peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan manfaat terapi
tawa terhadap mental dan kehidupan sosial penderita hipertensi dengan jumlah sampel yang lebih
besar.
KATA KUNCI: TERAPI TAWA, TINGKAT STRES, PENDERITA HIPERTENSI


Seminar Nasional & Oral Presentation Keperawatan Brawijaya, Malang 17 Desember 2016

1

ORAL PRESENTATION KEPERAWATAN
INTEGRASI PERAN PERAWAT DALAM
OPTIMALISASI PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur

ABSTRACT
Hypertension is a condition without symptoms, in which abnormally high pressure in the
arteries causes an increase in the risk for stroke, aneurysm, heart failure, heart attack and kidney
damage. One of the biggest causes increased blood pressure is stress. The presence of stress can lead
to increased production of stress hormones that will suppress the immune system in accelerating the
healing process, and laughter therapy is one of the better handling of stress because it could achieve
the joy in the heart and relieve stress.

The aim of this study is to determine the effect of laughter therapy on stress levels of
hypertensive patients in the Village District of Palm Five Oesapa Kupang. This study uses
experimental research design quasy: a non-randomized control group pre-post test. Total respondents
were 30 persons using total sampling technique, the instrument used to assess the level of stress using
questionnaires Depression Anxiety Stres Scale 42 and to know your blood pressure after baing given
laughter therapy using spignomanometer and observation sheet.
The results showed a decrease in stress levels the ttreatment group after laughter therapy, was
67% (10 respondents), has a rank of normal stress, 33% (5 respondents) mild stress, and the average
blood pressure dropped 10 to 20 mmHg, after laughter therapy is given. Results of Simple Linear
Regression statistical test indicates t value 3.543> 2.650 t table with df = 13 and α = 0.01, then Ho
was rejected, meaning that there was therapeutic effect of laughter on stress levels of patients with
hypertension.
The researcher suggested for further research to develop therapeutic benefits of laughter on the
mental and social life of hypertensive patients with a greater number of samples.
KEYWORD: LAUGHTER THERAPY, STRESS LEVELS, PEOPLE WITH HYPERTENSION

Seminar Nasional & Oral Presentation Keperawatan Brawijaya, Malang 17 Desember 2016

2


ORAL PRESENTATION KEPERAWATAN
INTEGRASI PERAN PERAWAT DALAM
OPTIMALISASI PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit yang
dikenal sebagai the silent killer karena pada
banyak kasus tidak timbul gejala hingga terjadi
komplikasi serius (Ananta, 2009). Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2011
ada satu milyar orang di dunia menderita
hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada
di negara berkembang yang berpenghasilan
rendah-sedang (Kemenkes, 2013).
Hipertensi disebabkan oleh beragam
faktor yang saling berkaitan, salah satu

diantaranya adalah stres. Apabila seseorang
mengalami stress, kecemasan dan tekanan
psikologis, maka tekanan darahnya akan naik
untuk seketika (Knight, 2011). Secara garis
besar, terapi atau penanggulangan stres dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti;
memijat tubuh, mendengarkan musik, olahraga
yang teratur, latihan pernapasan, meditasi, dan
lain-lain. Selain terapi diatas tertawa juga
merupakan penangkal stres yang paling baik,
murah dan mudah dilakukan (Setyawan, 2012).
Namun hingga saat ini masih banyak warga
masyarakat yang belum mengetahui tentang
terapi tertawa sebagai pengobatan alternatif
untuk mengatasi stres.
Berdasarkan pokok-pokok hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007-2013,
prevalensi hipertensi di Indonesia dengan
pengukuran telah mencapai 25,8% dari total
penduduk dewasa (Kemenkes RI, 2013).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi
NTT selama 6 bulan terakhir yaitu bulan
januari sampai juni tahun 2013 yang diperinci
menurut 10 puskesmas di Kota Kupang,
Hipertensi merupakan penyakit nomor satu
dengan tingkat kunjungan paling tinggi yaitu
2.457 dari 3.547 kunjungan di seluruh
puskesmas yang ada di Kota Kupang. Angka

kejadian tertinggi hipertensi terjadi pada
perempuan dengan usia 45-54 tahun sejumlah
458, sedangkan laki-laki usia 45-54 tahun
sebanyak 264 kunjungan. Dari hasil wawancara
yang dilakukan penulis pada tanggal 16-17
Desember 2013 di Puskesmas Oesapa
Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima
Kota Kupang terhadap 25 pasien, terdapat 20
penderita
hipertensi
yang

mengatakan
mengalami stres karena tekanan darah tinggi
yang dideritanya.
Adanya stres dapat menyebabkan
produksi hormon stres yang akan menekan
sistem kekebalan, sehingga meningkatkan
jumlah
platelet
(sesuatu
yang
dapat
menyebabkan gangguan dalam arteri) dan
meningkatkan tekanan darah (Setyawan 2012).
Menurut Muhammad, (2011) Stres dengan
tekanan berat dalam jangka panjang atau
menahun dapat menaikkan tekanan darah.
Dalam hal ini suasana mental sangat
mempengaruhi pola tekanan darah, dan salah
satu obat stres adalah tertawa. Satu putaran
tawa yang bagus juga mengurangi tingkat

hormon stres, epineprine dan cortisol
(Setyawan, 2012). Sehingga dengan mengikuti
sesi tertawa selama 10 menit terbukti bisa
menurunkan tekanan darah sebanyak 10-20
mmHg tekanan (Muhammad, 2011).
Oleh karena itu, sebagai salah satu dari
pengobatan alternatif yang bersifat non
farmakologis, diharapkan terapi tawa dapat
menjadi suatu terobosan baru dalam mengatasi
stres pada penderita hipertensi.
Berdasarkan penjelasan yang telah
dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk
meneliti “Pengaruh Terapi Tawa Terhadap
Tingkat Stres Penderita Hipertensi” sebagai
salah satu terapi alternatif yang efektif tanpa
efek samping, mudah dilakukan dan bermanfaat

Seminar Nasional & Oral Presentation Keperawatan Brawijaya, Malang 17 Desember 2016

3


ORAL PRESENTATION KEPERAWATAN
INTEGRASI PERAN PERAWAT DALAM
OPTIMALISASI PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur

bagi kesehatan serta lebih ekonomis jika
dibandingkan dengan pengobatan farmakologis.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian
eksperimen
semu
(quasyeksperiment)
dengan
rancangan
nonrandomized control group pre-post test design

(Notoatmodjo, 2005). Dalam rancangan ini,
kelompok eksperimental diberi perlakuan
sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua
kelompok perlakuan diawali dengan pra-tes,
dan setelah pemberian perlakuan diadakan
pengukuran kembali (pasca-tes) (Nursalam,
2013). Sampel dalam penelitian ini berjumah
60 responden dengan menggunakan teknik total
sampling. Alat pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini berupa audio
visual (Leptop) sebagai alat pemandu selama
terapi tawa, kuisioner, tensi meter dan lembar
observasi sebagai alat dokumentasi keseluruhan
data mentah penelitian. Instrumen pokok pada
penelitian ini berupa kuesioner penilaian
tingkat stress Depression Anxiety Scale (DASS
42).
HASIL PENELITIAN
1. Distribusi Hasil Terapi Tawa Kelompok
Perlakuan Penderita Hipertensi

Tabel 1.
Distribusi Hasil Terapi Tawa
Kelompok Perlakuan
Nilai Terapi Tawa
1 (sesuai 16 tahapan
tawa)
0 (tidak sesuai 16
tahapan tawa)
Total

Dari tabel
responden

1

menjalankan terapi tawa, sebanyak 12
responden (80%) menjalankan terapi tawa
sesuai dengan 16 tahapan tawa dan 3
responden (20%) tidak menjalankan terapi
tawa sesuai dengan 16 tahapan terapi tawa.
2. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah
Sebelum diberikan terap tawa
Tabel 2. Distribusi Tingkat Stres dan
Tekanan Darah Kelompok Perlakuan

Perlakuan Hasil
Res
Tekanan Darah mmHg /
p
(Minggu)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Frekuensi

Persentase

12

80%

10

3

20%

11

15

100%

12

diatas menunjukkan 15
kelompok
perlakuan

13
14

I

II

II

160/9
5
150/1
00
145/8
5
145/9
0
160/1
00
165/9
0
165/1
00
180/1
00
225/1
05
180/1
10
180/9
5
185/1
00
150/9
0
155/8
5

155/8
5
145/8
5
150/9
5
155/1
00
155/1
00
155/9
5
180/1
05
160/9
5
180/1
00
170/9
5
165/9
5
170/9
5
175/1
00
155/9
0

150/9
5
155/9
5
150/1
00
150/1
00
15010
0
160/1
05
155/9
5
155/9
5
175/9
5
155/9
5
155/9
5
160/1
00
155/9
0
145/8
5

Frekue
nsi
tingkat
stres
pre

Rata-rata
Tekanan
darah
Sisto diasto
le
le
155

92

15

150

93

16

148

93

15

150

97

15

155

100

21

160

97

18

167

100

16

165

97

16

193

100

17

168

100

17

167

95

23

172

98

17

160

93

17

152

87

16

Seminar Nasional & Oral Presentation Keperawatan Brawijaya, Malang 17 Desember 2016

4

ORAL PRESENTATION KEPERAWATAN
INTEGRASI PERAN PERAWAT DALAM
OPTIMALISASI PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur
15

180/9
5

155/1
00

160/9
5

165

97

17

11
12

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa
distribusi rata-rata tekanan darah tertinggi
adalah 193/100 mmHg dan tekanan darah
terendah yaitu 148/87 mmHg. Pada
distribusi tingkat stres terdapat 13 responden
(87%) mengalami stres ringan dan 2
responden (13%) mengalami stres sedang.

3. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah
Sesudah Diberikan Terapi Tawa
Tabel 3.
Distribusi Tingkat Stres dan
Tekanan Darah Kelompok Perlakuan

Perlakuan Hasil
Res
Tekanan Darah mmHg /
p
(Minggu)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

I

II

II

153/9
5
140/9
3
143/8
5
145/9
0
153/1
00
163/9
0
165/9
0
175/9
5
218/1
00
180/1
13

155/8
5
133/8
5
150/9
0
150/9
5
155/9
5
155/8
5
180/9
5
150/1
00
175/9
5
170/9
0

145/9
0
150/9
0
145/9
5
145/9
0
145/9
5
160/1
00
145/9
5
150/9
5
173/9
0
145/9
5

Rata-rata
Tekanan
Darah

13
14
15

4

141

89

5

146

90

11

147

92

4

151

97

10

159

92

9

163

93

6

158

97

16

188

95

15

165

99

15

160/9
5
160/9
5
175/9
5
148/8
5
155/1
00

Tingkat stres

150/9
0
160/9
5
155/8
5
143/8
5
155/9
0

163

92

14

167

93

15

159

90

8

147

85

13

160

95

17

Frekuensi stres
Post
10
5
0
0
15

Normal
Stres ringan
Stres sedang
Stres berat
Total

Frekue
nsi
tingkat
stres
post

Sisto Diasto
le
le
151
90

180/9
0
180/9
0
148/9
0
150/8
5
170/9
5

Persentase
67%
33%
0%
0%
100%

Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa
distribusi rata-rata tekanan darah tertinggi
adalah 188/99 mmHg dan tekanan darah
terendah yaitu 141/85 mmHg. Pada
distribusi tingkat stres terdapat 10 responden
(67%) memiliki tingkat stres normal dan 5
responden (33%) mengalami stres ringan.
4. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah
Sebelum Pada Kelompok Kontrol
Tabel 4.
Distribusi Tingkat Stres dan
Tekanan Darah Kelompok control
Kontrol Hasil Tekanan
Res
Darah mmHg /
p
(Minggu)

1
2

I

II

II

160/9
0
185/1
05

180/9
5
165/9
0

170/9
0
160/9
5

Frekue
nsi
tingkat
stres
pre

Rata-rata
Tekanan
Darah
Sisto Diasto
le
le
170
92

16

170

22

97

Seminar Nasional & Oral Presentation Keperawatan Brawijaya, Malang 17 Desember 2016

5

ORAL PRESENTATION KEPERAWATAN
INTEGRASI PERAN PERAWAT DALAM
OPTIMALISASI PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

170/9
0
155/9
5
205/1
15
185/1
00
195/1
10
165/9
5
150/9
5
170/1
05
175/1
05
145/8
5
155/9
5
160/9
5
148/9
5

Tingkat stres
Normal
Stres ringan
Stres sedang
Stres berat
Total

160/9
5
165/9
5
170/9
5
165/9
0
170/9
0
160/9
5
155/9
5
175/8
5
170/8
5
150/9
5
150/1
03
150/9
5
165/9
5

155/9
5
170/1
05
165/1
05
165/9
5
155/9
5
160/1
00
145/9
0
165/9
5
160/1
00
135/9
5
160/1
03
145/9
5
145/1
03

162

93

21

163

98

15

180

105

21

Tabel 5.
Distribusi Tingkat Stres dan
Tekanan Darah Responden Pada minggu ke3 Kelompok Kontrol
Kontrol Hasil Tekanan
Res
Darah mmHg /
p
(Minggu)

172

95

17

173

98

15

162

97

15

150

93

15

1

170

95

17

2

168

97

17

3

143

92

17

4

155

100

17

5

152

95

16

6

153

98

18

7

Frekuensi stres
Pre
0
12
3
0
15

8
Persentase

9

0%
80%
20%
0%
100%

10

Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa
distribusi rata-rata tekanan darah tertinggi
adalah 180/105 mmHg dan tekanan darah
terendah yaitu 143/92 mmHg. Pada
distribusi tingkat stres terdapat 12 responden
(80%) mengalami stres ringan dan 3
responden (20%) mengalami stres sedang.
5. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah
Responden Sesudah Pada Kelompok Kontrol

11
12
13
14
15

I

II

II

165/9
5
185/9
5
175/1
00
155/9
8
205/1
10
180/1
00
195/1
05
165/1
00
145/9
5
175/1
05
180/1
00
145/9
5
155/9
5
163/9
5
153/9
0

175/9
5
155/9
0
165/9
5
165/1
00
175/1
00
165/1
00
170/1
00
155/1
00
150/9
0
170/9
0
165/9
0
155/9
0
150/1
05
155/9
5
165/9
0

165/9
0
158/9
3
155/9
5
165/9
0
170/9
0
170/9
0
160/9
5
160/9
0
140/9
0
160/9
5
160/9
5
140/9
5
160/9
0
145/9
0
145/1
00

Tingkat stres
Normal
Stres ringan
Stres sedang
Stres berat
Total

Frekuensi
Post
0
10
5
0
15

Frekue
nsi
tingkat
stres
post

Rata-rata
Tekanan
Darah
Sisto Diasto
le
le
168
93

16

166

93

22

165

97

21

162

96

17

183

100

23

172

97

17

175

100

15

160

97

18

145

92

15

168

97

15

168

95

19

147

93

16

155

97

15

154

93

15

154

90

20

stres

Persentase

Seminar Nasional & Oral Presentation Keperawatan Brawijaya, Malang 17 Desember 2016

0%
67%
33%
0%
100%

6

ORAL PRESENTATION KEPERAWATAN
INTEGRASI PERAN PERAWAT DALAM
OPTIMALISASI PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa
distribusi tekanan darah tertinggi adalah
183/100 mmHg dan tekanan darah terendah
yaitu 145/92 mmHg. Pada distribusi tingkat
stres terdapat 10 responden (67%)
mengalami stres ringan dan 5 responden
(33%) mengalami stres sedang.
6. Pengaruh Terapi Tawa Terhadap Tingkat
Stres Penderita Hipertensi
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Tingkat
Stres dan Tekanan darah Pre dan Post
Kelompok Perlakuan

Respo
nden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Pre
Tingkat
Tekana
Stres
n
Darah
15
155/92
16
150/93
15
148/93
15
150/97
155/10
21
0
18
160/97
167/10
16
0
16
165/97
193/10
17
0
168/10
17
0
23
167/95
17
172/98
17
160/93
16
152/87
17
165/97

Post
Tingkat
Tekana
stres
n
Darah
4
151/90
5
141/89
11
146/90
4
147/92
10
151/97
9
6

159/92
163/93

16
15

158/97
188/95

15

165/99

14
15
8
13
17

163/92
167/93
159/90
147/85
160/95

dengan tingkat stres tetap yaitu 17 (stres
ringan).
Tabel 7.
Distribusi frekuensi Tingkat
Stres dan Tekanan darah Pre dan Post
Kelompok Kontrol
Responde
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Pre
Tekana
Tingka
n
t Stres
Darah
16
170/92
22
170/97
21
162/93
15
163/98
21
180/105
17
172/95
15
173/98
15
162/97
15
150/93
17
170/95
17
168/97
17
143/92
17
155/100
16
152/95
18
153/98

Post
Tingka Tekana
t
n
Stres
Darah
16
168/93
22
166/93
21
165/97
17
162/96
23
183/100
17
172/97
15
175/100
18
160/97
15
145/92
15
168/97
19
168/95
16
147/93
15
155/97
15
154/93
20
154/90

Berdasarkan tabel 7 diatas frekuensi tingkat
stres dan tekanan darah kelompok kontrol tidak
mengalami penurunan yang signifikan yakni
hanya terdapat 4 responden yang mengalami
penurunan tingkat stres, 6 responden dengan
tingkat stres tetap, dan 5 responden mengalami
peningkatan tingkat stres.
Tabel 8. Hasil Analisis Koefisien Regresi
Coefficients(a)

Berdasarkan tabel 6 diatas Penurunan tertinggi
terdapat pada responden 1 dan 4 dengan tingkat
stres 4 (normal) sedangkan pada responden 15
tidak mengalami penurunan tingkat stres
Seminar Nasional & Oral Presentation Keperawatan Brawijaya, Malang 17 Desember 2016

7

ORAL PRESENTATION KEPERAWATAN
INTEGRASI PERAN PERAWAT DALAM
OPTIMALISASI PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur

Model

Unstandardized
Coefficients
B

1 (Constant)
Terapi
Tawa

Std.
Error

2.667

.273

1.083

.306

Standardize
d
Coefficients

t

Sig.

Beta
9.75
.000
1
.701

3.54
.004
3

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 8,
dapat disajikan ke dalam bentuk persamaan
regresi standardized sebagai berikut : Y = 2,667
+ 1,083 X Artinya bahwa variable terapi tawa
(X) sama dengan nol, maka penurunan tingkat
stress penderita hipertensi di kelurahan oesapa
(Y) sebesar 2,667 dengan nilai koefisien 1,083.
Nilai ini menunjukkan bahwa jika variable
terapi tawa (X) meningkat, maka penurunan
tingkat stress penderita hipertensi di kelurahan
oesapa kecamatan kelapa lima kota kupang juga
akan meningkat.
PEMBAHASAN
1. Tingkat Stres Sebelum diberikan Terapi
Tawa
Dari hasil penelitian terhadap 30
responden penderita hipertensi, masingmasing 15 responden baik kelompok
perlakuan maupun kelompok kontrol 30
responden (100%), memiliki tingkat stres
ringan dan sedang. Tingginya tingkat stres
ini menurut Suliswati, dkk (2005)
disebabkan oleh transaksi antara individu
dengan lingkungan yang menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutan yang berasal
dari situasi dan sumber daya sistem biologis,
psikologis dan sosial dari seseorang.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa adanya perubahan
respon tubuh saat mengalami stres
diantaranya terjadi peningkatan tekanan

darah dan terapi tawa merupakan salah satu
cara untuk menurunkan tingkat stres dengan
membantu menggerakkan bagian dalam
tubuh untuk mengaktifkan system endokrin
sehingga mendorong proses penyembuhan
penyakit.
2. Tingkat Stres Sesudah Diberikan Terapi
Tawa
Berdasarkan penilaian kuesioner dan
observasi terhadap 15 responden pada
kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi
tawa, diperoleh hasil pengukuran tingkat
stres sebanyak 10 responden (67%) memiliki
tingkat stres yang berkategori ringan,
sedangkan 5 responden (33%) berkategori
sedang, yang disertai dengan tidak adanya
penurunan tekanan darah dari sebelum ratarata 163/96 mmHg menjadi 163/97 mmHg.
Namun kenyataan lain telah didapatkan dari
penilaian kuesioner dan observasi kelompok
yang diberikan terapi tawa selama 3 minggu
dengan frekuensi terapi 2 kali seminggu
serta intensitas waktu 30 menit, didapatkan
13 responden (87%) yang mengalami tingkat
stres ringan turun menjadi 5 responden
(33%) dan didapatkan 10 responden (67%)
mengalami tingkat stres normal.
3. Pengaruh Terapi Tawa Terhadap tingkat Stres
Penderita Hipertensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi penurunan tingkat stres dan tekanan
darah pada kelompok perlakuan dari ratarata tingkat stres 17 (stres ringan) menjadi 9
(normal) dan rata-rata tekanan darah dari
162/96 menjadi 158/93 setelah melakukan
terapi tawa selama 3 minggu. Hal ini
dibuktikan dengan hasil uji Regresi Linear
Sederhana pada kelompok perlakuan yang
diberikan terapi tawa maka diperoleh nilai
koefisien regresi menunjukkan arah positif

Seminar Nasional & Oral Presentation Keperawatan Brawijaya, Malang 17 Desember 2016

8

ORAL PRESENTATION KEPERAWATAN
INTEGRASI PERAN PERAWAT DALAM
OPTIMALISASI PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur

sebesar 1,083 yang artinya bahwa perlakuan
terapi tawa meningkat, maka penurunan
tingkat stres juga meningkat sebesar 1,083,
selanjutnya hasil ini juga dijelaskan oleh
hasil perhitungan nilai ttest dimana nilai
thitung menujukkan arah positif sebesar
3,543 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,004 pada taraf kepercayaan 0,01 %
sedangkan pada kelompok kontrol tidak diuji
secara statistik karena tidak dilakukan 16
tahapan terapi tawa yang merujuk pada
variabel X.
KESIMPULAN
Setelah diberikan terapi tawa pada
kelompok perlakuan, didapatkan hasil 10
responden (67%) mengalami penurunan tingkat
stres, menjadi tingkat stres normal dan 5
responden (33%) turun menjadi tingkat stres
ringan, sedangkan pada kelompok kontrol
karena tidak diberikan terapi tawa, maka tidak
ada responden yang mengalami penurunan
tingkat stres. pengaruh terapi tawa terhadap
penurunan tingkat stres penderita hipertensi
pada 15 orang responden kelompok perlakuan
di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima
Kota Kupang yang dibuktikan dengan hasil uji
Regresi Linear di mana nilai p = 0,004 dengan
α = 0,01, maka p < 0,01.
SARAN
1. Bagi Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa
Lima Kota Kupang Diharapkan dengan
diketahuinya efektifitas 16 langkah terapi
tawa
dapat
menjadi
alternatif
penatalaksanaan non farmakologis yang
efisien, mudah dilakukan dan tanpa biaya.
2. Bagi Institusi Keperawatan
Diharapkan menjadi salah satu masukan bagi
perawat/mahasiswa keperawatan untuk
mengembangkan dan menerapkan 16
langkah terapi tawa dalam memberikan
implementasi mandiri asuhan keperawatan

pada
penderita
hipertensi
dengan
peningkatan tingkat stres.
3. Bagi Penderita Hipertensi
Diharapkan menjadi salah satu pilihan terapi
non farmakologis untuk penderita hipertensi
dengan peningkatan tingkat stres yang dapat
dilaksanakan secara mandiri.
4. Bagi Peneliti
Diharapakan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai rujukan dalam strategi
penanganan stres dan inspirasi untuk peneliti
selanjutnya dalam mengembangkan manfaat
terapi tawa terhadap mental dan kehidupan
sosial penderita hipertensi dengan jumlah
sampel yang lebih besar sehingga lebih
representatif.
DAFTAR PUSTAKA (dalam APA)
Ananta. (2009). Waspadai Gejala Penyakit
Mematikan. Yogyakarta: Tugu Publiser
Dinkes Provinsi NTT. (2013). Laporan
Penyakit Tidak Menular Puskesmas:
Dinkes Prov. NTT
Knight J. F. (2011). Jantung Kuat Bernapas
Lega. Ed 1. Jakarta: Prenada Media
Group
Kemenkes RI. (2013). Pokok-pokok Hasil
RIKESDAS Indonesia 2013. Diperoleh
tanggal 7 Januari 2014, Pukul 10.00
WITA
dari
Http://www.litbang.depkes.go.id/
Muhammad, A. (2011). Tertawalah Biar Sehat.
Jakarta: Diva Press
Notoatmotjo, S. (2005). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta:
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pendekatan Praktis. Ed 3.
Jakarta: Salemba Medika
Setyawan, T. (2012). Terapi Sehat dengan
Tertawa. Penerbit: Platinum
Siregar, M. H. (2011). Redakan Stres dengan
Makanan-Makanan Khusus: Cara Super

Seminar Nasional & Oral Presentation Keperawatan Brawijaya, Malang 17 Desember 2016

9

ORAL PRESENTATION KEPERAWATAN
INTEGRASI PERAN PERAWAT DALAM
OPTIMALISASI PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur

Cespleng Mengusir Stres. Jakarta: Flash
Books
Suliswati, dkk. (2005). Konsep dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC

Seminar Nasional & Oral Presentation Keperawatan Brawijaya, Malang 17 Desember 2016

10