KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (3)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
I. Pendahuluan
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi anggota atau
karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan perlu mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh oleh setiap perusahaan. Masalah ini terutama sangat diperlukan
bagi perusahaan yang mengandung bahaya kecelakaan dan tingkat polusi tinggi.
Oleh sebab itu setiap perusahaan harus mempunyai program dan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang baik.
Konsep keselamatan dan kesehatan kerja telah muncul sejak periode
revolusi industri di Inggris yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap yang
membawa perubahan mendasar pada proses produksi. Hal ini disebabkan oleh
perubahan

sistem

kerja

berupa

mulainya


digunakan

tenaga

mesin,

pengorganisasian pekerjaan, serta munculnya berbagai macam penyakit yang
berhubungan dengan proses pekerjaan. Konsep ini kemudian terus berkembang
seiring dengan pertumbuhan teknologi yang dipergunakan. Perubahan ini
menimbulkan dampak yang luas khususnya hubungan manusia di tempat kerja.
Manusia berubah menjadi sekedar alat produksi sebagaimana dengan mesin dan
alat kerja lainnya yang begitu mudah diganti dengan yang baru.
Dalam konteks ini, kiranya tidak berlebihan jika K3 dikatakan merupakan
modal utama kesejahteraan buruh/ tenaga secara keseluruhan. Selain itu dengan
penerapan K3 yang baik dan terarah dalm suatu wadah industri tentu nya akan
memberikan dampak lain, salah satu nya adalah sumber daya mansia yang
berkualitas. Di era pasar bebas tentu daya saing dari suatu proses industrialisasi
semakin ketat dan menentukan maju atau tidaknya suatu bangsa
Dalam pasar bebas tingkat ASEAN saja, yang dikenal dengan istilah AFTA
(ASEAN FREE TRADE AREA) sangat membuthkan peningkatan produktivitas

kerja untuk dapat bersaing dan mamp menghasilkan barang dan jasa yang bermutu
tinggi. Untuk itu, penerapan peraturan perundang-undangan dan pengawasan serta
perlindungan para buruh sangat memerlukan sistem manajemen industri yang baik
dengan menerapkan K3 secara optimal. Sebab, Faktor kesehatan dan keselamatan

kerja sangat mempengarhi terbentuknya sumber daya manusia yang terampil,
profesioanal dan berkualitas dari tenaga kerja itu sendiri
Penerapan

pengaturan

perundang-undangan

dan

pengawasan

serta

perlindungan para buruh merupakan prinsip dasar dalam sistem manajemen ini.

Kesehatan dan keselamatan kerja yang disesuaikan dengan sistem “ sistem
ergonomi” (penyesuian beban kerja dengan kemampuan fisik pekerja) merupakan
salah satu usaha untuk mencetak parah buruh yang produktif dengan peningkatan
SDM yang profesional
II. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang
mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit,
kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007
mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor
yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja
(termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja.
Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS
dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah suatu program
yang menjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara
kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.[1] K3 juga melindungi rekan kerja,

keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh
kondisi lingkungan kerja.
1. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan
biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari
peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada
hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai

suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan
pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan.
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari
bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja
merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja, karena
tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan
kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan
itu dilaksanakan. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai
berikut:
a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.

c. Teliti dalam bekerja
d. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999) bahwa
keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik
seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
2. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak
hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat
mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial.
Dengan demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian
sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun
pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktorfaktor yang dapat
menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk

mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia
tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat.

Menurut

Organisasi

Kesehatan

Dunia

(WHO)

tahun

1948

menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan
fisik, mental, dan social kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit
atau kelemahan”. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk
Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber
daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah
konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan

fisik.
Menurut Undang- Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan
Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sosial dan mental yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada
dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :
a. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh
sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak
sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan.
b. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional,
dan spiritual.


Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.



Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan

sebagainya.



Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan
rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di
luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat
spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan
perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang
menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.

c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan
orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,
agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya,
serta saling toleran dan menghargai.
d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut
(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu,

bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya
berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan,
atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatain karena pekerja
adalah penggerak atau aset perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik harus
maksimal dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan
ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan
sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat factor
yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan
psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada jabatannya.
III.Undang-undang dan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kongres AS telah meluluskan Undang-Undang Keamanan dan Kesehatan
Kerja pada tahun 1970 “untuk mematikan sejauh mungkin setiap pria dan wanita
yang bekerja di negara ini aman dan memiliki kondisi kerja yang sehat dan untuk

menjaga sumber daya manusia kita”.

UU ini menciptakan Occupational Safety and Health Administration /
OSHA (Administrasi Keamanan dan Kesehatan Kerja) di dalam Departemen
Tenaga Kerja. Tujuan dasar OSHA adalah menyampaikan UU itu dan menetapkan
serta melaksanakan standar keamanan dan kesehatan yang diterapkan kepada
hampir semua pekerja di Amerika serikat. Departemen Tenaga Kerja
melaksanakan standar tersebut, dan OSHA memiliki inspektur yang bekerja di
kantor-kantor cabang di seluruh AS untuk memastikan pelaksanaannya.
Adapun dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan sistem manajemen
K3 di Indonesia antara lain:
a. UU No.1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
b. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
c. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
IV. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengoperasian
fungsi-fungsi manajemen ke dalam kegiatan-kegiatan organisasi yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
PER.05/MEN/1996 pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi

struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
1. Tujuan dan Manfaat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Tujuan utama dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu tindakan pengelolaan aktivitas – aktivitas organisasi untuk
mengrangi dan menghilangkan resiko kecelakaan kerja yang dialami oleh para
anggota organisasi untuk mencapai keamanan dan kenyamanan kerja.

Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja nomor Per. 05/ Men/ 1996
pasal 2, sebagai tujuan dan sasaran dari sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja adalah menciptakan suatu sistem dan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja dan lingkungan kerja yang ter integrasi dalam rangka mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Diciptakannya

undang

undang

dan

peraturan

tentang

sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja akan memlikii manfaat yang
besarbagi masyarakat umum, khususnya bagi pekerja itu sendiri. Sedangkan
bagi industri perusahaan tidak dirugikan dalam kegiatan produksi atas
hilangnya sebagian waktu, kerugian material dan biaya pengobatan akibat
kecelakaan kerja, sehingga secara moral para karyawan merasa aman dalam
bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebabakibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat
dilakukan atau tidak. Menurut Mangkunegara bahwa tujuan dari keselamatan
dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
2. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada dasarnya penerapan sistem manajemen secara umum untuk
berbagai bidang dan tingkatan adalah sama, perbedaanya hanya pada kegiatan
operasionalnya. Penjelesan pada ILO guidelines accupational safety and
health management system 2001, dalam pelaksaanannya membagi dua tingkat,
antara lain tingkat nasional dan organisasi. Pada tingkat nasional, ,mereka
menciptakan kerangka kerja OSH – MS.
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak
dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak
membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan
kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat
yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja
maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara
menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab
kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat.
Pada tingkat organisasi, termasuk pada elemen sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja adalah kebijakan (policy), pengorganisasian
(organaizing), perencanaan dan implementasi ( planning and implementation)
dan pengerakkan untuk perbaikan perbaikan.
Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per 05/ Men/1996
pasal 3. Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak serats
orang atau lebih atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karateristik proses taua bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja, seperti peledakan, kebakaran, pencemaran, dan penyakit akibat kerja.
Sistem

manajemen

keselamatan

dan

kesehatan

kerjawajib

dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu
kesatuan. Tanggung jawab perusahaan dalam menerapkan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja, maka perusahaan wajib melaksanakan
ketentuan ketentuan sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin
komitmen terhadap penerapan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja

b. Merencanakan pemenhakan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan
keseahatan dan keselamatan kerja
c. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja, serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan
d. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja secara berkesinambungan
Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut dapat disimpulkan bahwa
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain komitmen, perencanaan,
komitmen, penerapan dan keberlangsungan kegiatan. Hal hal tsb adalah dasar
dar elemen manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
V. Kecelakaan Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata kecelakaan
adalah mendapat celaka, bencana, kemalangan, kejadian (peristiwa) yang
menyebabkan orang celaka. Ada yang mengatakan defenisi kecelakaan adalah
suatu kejadian yang tidak diinginkan atau tidak terduga yang dapat menimbulkan
kerugian material, kerusakan alat, cedera, korban jiwa dan kekacauan. Kecelakaan
tidak selalu harus ada korban jiwa atau kekacauan namun kejadian itu berdampak
menimbulkan kerugian.
Akibat terjadinya kecelakaan kerja menimbulkan banyak masalah lainnya
kepada perusahaan, apakah itu berupa tambahan biaya, tuntutan dari pihak terkait,
ketenangan karyawan, dan kepercayaan stakeholder dan lain sebagainya. Biaya
yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya kecelakaaan kerja antara lain mencakup
biaya yang hilang karena tidak bisa bekerja, biaya kerusakan material dan
peralatan, biaya ekstra yang dikeluarkan untuk orang lain guna mengatasi akibat
kecelakaan itu, biaya yang tidak efisien karena karyawan menjadi kurang
produktif dikarenakan dirinya cedera akibat melakukan kecelakaan itu, biaya
untuk melatih karyawan baru untuk menggantikan karyawan lam ayang cedera,
biaya untuk mengatasi pengeluaran yang tidak sempat di asuransikan.

Ada tiga alasan dasar dari kecelakaan di tempat kerja. Kejadian yang
bersifat kebetulan, kondisi tidak aman dan tindakan tindakan yang tidak aman
dilakukan pihak karyawan . Kejadian yang bersifat kebetulan ( seperti berjalan di
depan jendela kaca yang bertepatan dengan seseorang yang melemparkan bola).
Oleh karena itu kami memusatkan perhatian pada kondisi yang tidak aman dan
tindakan tindakan yang aman
1. Penyebab Kecelakaaan Dalam Bekerja
Ada tiga alasan dasar dari kecelakaan di tempat kerja . Kejadian yang
bersifat kebetulan, kondisi tidak aman dan tindakan tindakan yang tidak aman
dilakukan pihak karyawan . Kejadian yang bersifat kebetulan ( seperti berjalan
di depan jendela kaca yang bertepatan dengan seseorang yang melemparkan
bola). Oleh karena itu kami memusatkan perhatian pada kondisi yang tidak
aman dan tindakan tindakan yang aman
a. Kondisi tidak aman dan faktor faktor lain penyebab kecelakaan
Kondisi tidak aman (unsafe condition) merupakan alasan utama dari
kecelakaan. Termask faktor faktor seperti :
 Peralatan pelindung yang tidak memadai
 Peralatan rusak
 Gudang yang tidak aman, sumpek dan terlalu penuh
 Penerangan yang tidak memadai, dan penerangan nya tidak cukup
 Ventilasi yang tidak memadai sehingga tidak cukup pergantian udara
Walaupun kecelakaan dapat terjadi dimana saja, ada beberapa wilayah
yang sangat berbahaya. Kira kira sepertiga kecelakaan terjadi di sekitar
gerobak pengangkat barang, gerobak dorong dan bidang bidang angkat
lainnya.
Selain kondisi tidak aman, tiga faktor berhubungan dengan kerja lainnya
menymbang terhadap terjadi nya kecelakaan:
 Pekerjaan tertentu dari diri nya sendiri yang lebih berbahaya daripada
yang lain. Misalnya: pekerjaaan operator derek mengakibatkan kira kira
tiga kali lebih banyak kunjungan rumah sakit karena kecelakaan

 Jadwal kerja dan kelelahan juga mempengaruhi tingkat kecelakaan.
Tingkat kecelakaan biasanya tidak terlal mencolok selama lima atau
enam jam pertama dari hari kerja. Sebagian kenyataan bahwa
kecelakaan terjadi lebih sering selama giliran jam kerja malam
 Iklim psikologi dari tempat kerja mempengarhi tingkat kecelakaan.
Sebagai contoh, kecelakaan lebih sering terjadi di pabrik dengan tingkat
pemberhentian pekerja musiman yang tinggi dan di tempat terdapatnya
permusuhan di kalangan karyawan.
b. Penyebab Tindakan-tindakan yang Tidak Aman
Kebanyakan para ahli keselamatan kerja dan manajer tahu bahwa tidak
mungkin menghapuskan kecelakaan hanya dengan mengurangi kondisi
yang tidak aman. Orang menyebabkan kecelakaan dan tidak ada yang
menemukan jalan yang benar-benar pasti untuk menghilangkan tindakan
karyawan yang tidak aman seperti:


Membuang bahan-bahan



Beroperasi atau bekerja dengan kecepatan yang tidak aman



Membuat peralatan keamanan tidak beroperasi dengan memindahkan,
mencocokan atau melepaskan



Menggunakan peralatan yang tidak aman atau secara tidak aman



Menggunakan

prosedur

yang

tidak

aman

dalam

memuat,

menempatkan, mencampur atau mengkombinasikan


Mengambil posisi yang tidak aman di bawah muatan yang tergantung



Mengangkat secara tidak tepat



Pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih atau
permainan kasar

VI. Cara Menghindari Kecelakaan
Pada prakteknya pencegahan kecelakaan agar berkurang terdiri dari 2
kegiatan dasar yaitu mengurangi kondisi yang tidak aman dan mengurangi
tindakan yang tidak aman.

1. Mengurangi Kondisi Tidak Aman
Rekayasawan yang aman hendaknya merancang pekerjaan untuk
menghilangkan atau mengurangi bahaya fisik, kemudian para penyelia dan
manajer berperan mengurangi kondisi yang tidak aman. Gunakan daftar swa
inspeksi untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan potensi bahaya.
2. Mengurangi Tindakan yang Tidak

Aman Melalui Seleksi dan

Penempatan
Mengurangi tindakan tindakan tidak aman adalah pendekatan dasar
kedua dan satu jalan ntuk melakukan hal itu adalah dengan menyaring orang
orang yang mudah mendapat kecelakaan sebelum mereka diperkerjakan.
Secara teknis mengidentifikasi perilaku manusia yang dapat dikaitkan dengan
kecelakaan pada pekerjaan tertentu. Berikut ini beberapa contoh tes psikologi
yang dapat dilakukan :
a. Tes kepribadian dan ke stabilan emosi. Tes psikologi ini pd khususnya tes
tentang kestabilan emosi yang telah digunakan di banyak perusahaan.
b. Tes keterampilan visual. Daya pengelihatan yang baik memainkan peran
dalam menghindari kecelakaan dalam banyak kesempatan, termasuk
dalam menjalankan dan mengoprasikan mesin.
c. Tes kehandalan karyawan. Beberapa telaah mengemukakan bahwa sebuah
tes seperti inventori kehandalan karyawan dapat membantu majikan
mengurangi tindakan tindakan tidak amandi tempat kerja. Tolak uku ERI
bermaksud mengukur dimensi kehandalan seperti kematangan emosi,
kesadaran, pelaksanaan dan pelaksanaan pekerjaan yang aman.
d. Penyaringam genetik. Dalam menghadapi keprihatinan yang sangat etnis,
beberapa orang menggunakan penyaringan genetika untuk mengurangi
kecelakaan dan sakit di tempat kerja.
3. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman Melalui Pelatihan
Pelatihan keselamatan kerja khususnya untuk karyawan baru yang
berupa instruksi untuk prosedur dan praktek kerja yang aman, mengingatkan
akan potensi bahaya dan menumbuhkan sikap pekerja agar sadar terhadap

keselamatan. Pada dasarnya pelatihan keselamatan kerja itu sangat penting,
OSHA dengan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
dan juga banyak vendor swasta memberikan solusi pelatihan keamanan secara
online. Meskipun demikian pelajaran secara online lebih efisien akan tetapi
pelatihan keselamatan yang paling efektif menuntut keterlibatan karyawan
yang tinggi. Pada pelatihan ini program yang paling menarik dengan
menjelaskan pembekalan materi pada kelas, film, materi tertulis untuk dibaca
dan pelatihan berupa video. Kemudian cukup menarik pelatihan instruksi antar
muka melalui computer dengan umpan balik dan yang paling menarik adalah
dengan perilaku model, simulasi dan praktek langsung di lapangan.
4. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman Melalui Motivasi : Poster,
Insentif dan Dorongan Positif
Pengusaha juga menggunakan berbagai alat untuk memotivasi pekerja
untuk bekerja dengan aman seperti poster, program insentif dan dorongan
positif. Namun, meskipun poster keselamatan dapat meningkatkan perilaku
yang aman, cara tersebut tidak dapat menggantikan program keselamatan yang
komprehensif. Pengusaha harus memadukannya dengan teknik lain (seperti
penyaringan dan pelatihan) untuk mengurangi kondisi dan tindakan tidak
aman dan harus sering merubah poster.
Program insentif juga berguna, contohnya karyawan mendapatkan
WINGS (Willing Involvement Nurtures Greater Safety) poin untuk terlibat
dalam satu atau lebih kegiatan yang aman, seperti mengambil pelatihan
tanggap darurat. Masing-masing karyawan dapat memperoleh hingga $ 20 per
bulan dengan mengumpulkan poin.
Banyak pengusaha sukses menggunakan program dorongan positif
untuk meningkatkan keselamatan. Program-program tersebut menyediakan
pekerja dengan terus umpan balik positif, biasanya dalam bentuk laporan
kinerja grafis dan dukungan pengawasan, untuk membentuk pekerja
berperilaku aman. Pekerja bisa membandingkan kinerja keselamatan mereka
saat ini dengan performa mereka sebelumnya dan tujuan mereka ditugaskan.

Selain itu, pengawas memuji pekerja ketika mereka tampil dipilih insiden
aman.
5. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman Berdasarkan Perilaku
Keamanan berdasarkan perilaku berarti mengidentifikasi perilaku
pekerja yang berkontribusi pada kecelakaan dan kemudian pekerja untuk
menghindari perilaku ini.

6. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman dengan Partisipasi Karyawan
Paling tidak ada dua alasan untuk melibatkan karyawan dalam
penyusunan program keamanan karyawan. Pertama, mereka adalah sumber
ide terbaik pihak manajemen berkaitan dengan ide tentang apa masalah
potensial dan bagiman solusinya. Kedua, lebih mudah membuat karyawan
menerima dan secara antusias mengikuti program keamanan bila mereka
berperan serta dalam penyusunanya.

7. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman dengan Inspeksi dan Audit
Keamanan dan Kesehatan
Namun, sekali lagi, program untuk mengurangi tindakan yang tidak
man bukanlah pengganti untuk menghilangkan bahaya. Secara rutin
lakukanlah inspeksi seluruh lokasi untuk kemungkinan masalah keamanan dan
kesehatan, dengan menggunakan daftar periksa sebagai bantuan. Selidikilah
semua kecelakaan dan “nyaris celaka”. Buatlah sistem agar karyawan dapat
memberitahu manajer tentang bahaya. Gunakan komite keamanan karyawan
untuk melakukan inspeksi tersebut. Aktivitas komite meliputi mengevaluasi
kecukupan keamanan, mengawasi temuan audit keamanan, dan mengusulkan
strategi untuk meningkatkan kinerja kesehatan dan keamanan.
VII. Gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
Baik aspek fisik maupun sosio-fisikologis lingkungan pekerjaan membawa
dampak kepada keselamatan dan kjesehatan kerja. Kondisi-kondisi sosiofisikologis membawa dampak besar bagi keselamatan dan kesehatan kerja, dan
perusahaan yang harus melakukan sesuatu untuk mengatasinya, yaitu, misalnya

para pekerja setelah jam kerjamenerimah petunjuk mengenai metode-metode
manajemen stress. Petunjuk-petunjuk ini meliputih meditasi, latihan pernapasan,
dan satu teknik yang disebut dotstopin. Teknik yang sejenis dengan biofekback ini
mengajarkan para pekerja untuk mengendalikan stress mereka dengan mengenang
suatu saat yang indah dan memusatkan diri pada perasaan-perasaan dan sensasisensasi yang mereka alamih pada waktu itu. Dewasa ini, upaya-upaya untuk
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja tidaklah lengkap tanpa suatu
strategi untuk mengurangi stress fisikologis yang berhubungan dengan pekerjaan.
1. Strategi meningkatkan kualitas kerja
Bila penyebab sudah diidentifikasi, strategi-strategi dapat dikembangkan
untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya kerja. Untuk menentukan
apakah suatu strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat membandingkan
insiden, kegawatan, dan frekuensi penyakit-penyakit dan kecelakaan sebelum
dan sesudah strategi tersebut diberlakukan.
Mewajibkan perusahaan-perusahaan untuk menyimpan catatan insiden-insiden
kecelakaan dan kasus penyakit yang terjadi dalam perusahaan. Perusahaan
juga mencatat tingkat kegawatan dan frekuensi setiap kecelakaan atau kasus
penyakit tersebut.
a. Tingkat insiden indeks keamanan indutsri yang paling eksplisit adalah
tingkat insiden yang mengambarkan jumlah kecelakan dan penyakit dalam
satu tahun.
b. Tingkat frekuensi mencerminkan jumlah kecelakaan dan penyakit setiap
satu juta jam kerja, bukan dalam setahun seperti dalam tingkat insiden.
c. Tingkat kegawatan. Tingkat kegawatan mengambarkan jam kerja yang
hilang karena kecelakaan atau penyakit.
d. Mengendalikan kecelakaan. Cara terbaik untuk mencegah kecelakaan dan
meningkatkan keselamatan kerja barang kali adalah dengan merancang
lingkungan kerja sedemikian rupa sehinga kecelakaan tidak akan terjadi.
Diantara bentuk-bentuk keselamatan kerja yang dapat dirancang didalam
lingkungan fisik perusahaan adalah menempatkan penjaga dekat
mesin-,mesin, pegangan pada tangga, kaca mata dan helm pelindung,

lampu peringatan, mekanisme perbaikan diri dan penghentian pekerjaan
secara otomatis. Sampai seberapa jauh usaha-usaha tersebut dapat
mengurangi kecelakaan tergantung pada penerimaan dan penerimaan oleh
pekerja. Sebagai contoh, kemungkinan cedera mata dapat dikurangi
dengan tersedianya kacamata pelindung hanya bila para pekerja memakai
kacamata tersebut dengan benar.
e. Ergonomis. Cara lain untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah
dengan membuat pekerjaan itu sendiri menjadi lebih nyaman dan tidak
terlalu melelahkan, melalui ergonomis. Ergonomis mempertimbangkan
perubahan-perubahan pada lingkungan pekerjaan sehubungan dengan
kemampuan-kemampuan

fisik

dan

fisiologis

serta

keterbatasan-

keterbatasan pekerja.
f. Divisi keselamatan kerja. Strategi lain dalam rangka mencegah kecelakaan
adalah pemanfaatan divisi-divisi keselamatan kerja. Departemen SDM
dapat berfungsi sebagai coordinator panitia yang terdiri dari beberapa
orang wakil pekerja. Bil ada serikat buruh di perusahaan, divisi ini juga
harus mempunyai anggota yang mewakili serikat buruh. Sering beberapa
perusahaan memiliki beberapa anggota divisi keselamatan kerja pada
tingkat departemen untuk implementasi dan administrasi, dan divisi yang
lebih besar pada tingkat perusahaan untuk merumuskan kebijakan.
2. Mengendalikan stress dan kelelahan kerja
Semakin banyak perusahaan memberikan program pelatihan yang
dirancang untuk membantu para pekerja mengatasi stres yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Contohnya J.P. Morgan memberikan program manajemen stress
sebagai bagian dari kurikulum pengembangan pengawasan manajemen yang lebih
luas program ini disediankan untuk staf pengawasan, staf profesional, dan
pegawai, dengan tujuan memperkenalkan bahan-bahan, keahlian informasi, dan
definisi peran pengawasan dan manajemen. Titik beratnya adalah pada penyediaan
informasi yang konkret untuk mengurangi ambiguitas yang berkaitan dengan
pergantian peran pekerjaan yangber langsung dengan cepat.

a. Peningkatan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Pentingnya
kemampuan mengendalika atau setidaknya memprediksi apa yang akan
terjadi dimasa yang akan datang sangat disadari. Mempunya kesempatan
bagi karyawan untuk menentukan sendiri ditambah dengan kebebasan dan
kemampuan untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di sekitarnya dapat
menjadi sumber motivasi intrinsic (dari dalam diri) dan penghargaan yang
sangat berarti. Jika kesempatan untuk mengendalikan tidak dipunyai
seorang karyawan dan karyawan merasa terjebak dalam suatu lingkungan
yang tidak dapat dikendalikan maupun dieamlkan, kondisi psikologis
mauapun fisik karyawan kemungkinana besar akan terganggu.
b. Strategi-strategi manajemen stress pribasi. Manajemen waktu dapat
merupakan strategi yang efektif dalam mengetasi stres pekerjaan. Strategi
ini sebagian besar di dasarkana atas indentifikasi atas awal tujuan-tujuan
pribadi pekerjaan. Strategi-strategi lain yang menjadi bagian manajemen
stress perorangan meliputi pola makan yang sehat, olahraga yang teratu,
pemantauan kesehatan fisik, dan membentuk kelompok pendukung sosial.
Banyak

perusahaan

besar

mendorong

pekerja-pekerjanya

untuk

mendaftarkan diri dalam program latihan olahraga yang tertur dimana
kebugaran dan kesehatan mereka dipantau secara seksama.
c. engembangkan kebijakan-kebijakan kesehatan kerja. Seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan meningkatnya tanggung jawab,
semakin banyak perusahaan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
kebijakan yang menangkut bahaya-bahaya. Pertanyaan-pertanyaan ini
berkembang dari satu kepedulia bahwa perusahaan-perusahaan harus pro
aktif mengenai masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
d. Menciptakan

program-program

kebugaran. Perusahaan-perusahaan

semakin memusatkan perhatian kepada usaha-usaha menjaga agar para
kerja tetap sehat dari pada menolong mereka sembuh dari sakitnya.
Mereka membuka makin banyak program-program kebugaran dan
kelihatannya

program-program

mengembirakan.

tersebut

memberikan

hasil

yang