BAB II PENGARUH GAYA HIDUP LABEL HALAL D

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler (2008:6), pemasaran adalah kegiatan manusia yang
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Pemasaran merupakan keseluruhan sistem dari kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli (Stanton, 2005:88).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah berbagai usaha yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan sasaran memaksimalkan
kepuasan konsumen. Untuk mencapai sasaran tersebut dibutuhkan berbagai
rangkaian proses yaitu manajemen. Griffin (2006:8) menyatakan bahwa
manajemen

sebagai

serangkaian

proses


perencanaan,

pengorganisasian,

pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien Manajemen memiliki berbagai cabang ilmu, diantaranya
adalah manajemen pemasaran.
Menurut Saladin (2007:71), manajemen pemasaran adalah analisis
perencanaan, penerapan dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan pangsa sasaran agar tercapai tujuan organisasi.
Manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan program-program yang bertujuan untuk menciptakan pertukaran

7

8

dengan pasar yang ditujukan yang berujung pada pencapaian tujuan perusahaan
(Kotler, 2008:7).

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen pemasaran adalah proses yang mengakibatkan analisis, perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian yang mencakup barang, jasa, gagasan yang
bergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak
terkait.
Pencapaian tujuan perusahaan dipengaruhi berbagai faktor-faktor, baik
yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal. Salah satunya adalah
konsumen. Berbagai perilaku konsumen mempengaruhi eksistensi dan pencapaian
tujuan perusahaan. Memprediksi perilaku konsumen dapat membantu perusahaan
merancang pola komunikasi dalam rangka mempengaruhi konsumen agar tertarik
untuk membeli produk perusahaan. Konsumen dalam mengkonsumsi produk
perusahaan akan membentuk suatu perilaku yang dikenal dengan perilaku
konsumen.

2.2. Perilaku Konsumen
Menurut Engel (2006:32), perilaku konsumen adalah tindakan konsumen
dalam proses memperoleh, mengkonsumsi produk atau jasa hingga mengevaluasi
produk tersebut. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan serta proses
psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan halhal di atas atau kegiatan mengevaluasi (Griffin, 2005:289).


9

Sehingga dapat disimpulkan perilaku konsumen adalah seluruh tindakan
dan proses yang dilakukan oleh konsumen dalam memperoleh, mengkonsumsi
produk, dan mengevaluasi produk tersebut. Perilaku konsumen terbagi dalam
beberapa jenis yang disebut tipe-tipe perilaku konsumen.
Tipe-tipe perilaku konsumen menurut Sangadji (2013:24), dalam
melakukan pembelian dikelompokkan menjadi empat yang terdiri dari :
1. Budget Allocation (Pengalokasian budget)
Pilihan konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh cara konsumen
membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu
membelanjakan uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk
melakukan pembelian.
2. Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)
Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh
konsumen, berkenan dengan tiap kategori produk atau jasa sendiri.
3. Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku pembelian berdasarkan tempat atau dimana konsumen melaksanakan
pembelian produk dan jasa tersebut.

4. Brand and style decision (keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa
yang ingin dibeli dan keputusan pembelian yang efektif.
Berbagai tipe-tipe perilaku konsumen mempengaruhi keputusan yang akan
diambil. Keputusan yang ditentukan oleh konsumen dapat berupa menolak atau
membeli produk tersebut. Salah satu keputusan konsumen tersebut adalah
keputusan pembelian.

2.3. Keputusan Pembelian
2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian
Perusahaan harus mengaplikasikan visi, misi, dan tujuan dalam
menjalankan perusahaannya untuk mendapatkan keuntungan. Baik keuntungan
jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. Oleh karena itu, perusahaan harus

10

mampu mengaplikasikan visi, misi dan tujuan perusahaan yang telah dimiliki
sebaiknya melalui operasional perusahaan, sebagai bukti dari pengaplikasian
visi,misi dan tujuan perusahaan yang di bentuk oleh perusahaan melalui sistem
manajemen yang baik. Jika sistem manajemen yang baik tercipta dalam

perusahaan maka pengelolaan perusahaan agar mencapai keunutungan lebih
mudah. Keuntungan perusahaan dilihat berdasarkan jumlah pembelian yang
dilakukan konsumen.
Menurut Olson (dalam Sangadji, 2013:332) yang dimaksud keputusan
pembelian adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa
atau pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, penilaian sumbersumber seleksi terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian dan perilaku
setelah pembelian. Definisi lain menurut Hasan (2013:181), keputusan pembelian
adalah keputusan dalam memilih tindakan dari beberapa alternatif dalam membeli
produk dan jasa yang akan dikonsumsi.
Keputusan

Pembelian

menurut

Manaf

(2016:247)

dipengaruhi


llingkungan, kebudayaan,keluarga dan sebagainya dan membentuk sikap dalam
melakukan pembelian. Sehingga disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah
suatu proses dimana konsumen melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif
pilihan dan memilih salah satu atau lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan
pertimbangan pertimbangan tertentu. Keputusan pembelian tidak hanya dilakukan
oleh konsumen itu sendiri. Namun, dapat dipengaruhi berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian. Keputusan pembelian tidak hanya dilakukan

11

oleh konsumen itu sendiri. Namun, dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat
dalam keputusan pembelian.
Menurut Sutisna dan Sunyoto (2013:86), ada tiga hal penting dari
memahami model keputusan pembelian konsumen yaitu sebagai berikut:
1.

Dengan adanya model, pandangan terhadap perilaku konsumen bisa dilihat
dalam perspektif yang terintegrasi


2.

Model keputusan pembelian konsumen dapat dijadikan dasar untuk
pengembangan strategi pemasaran yang efektif

3.

Model keputusan pembelian konsumen dapat dijadikan dasar untuk
segmentasi dan positioning.

Sumber: Winardi dalam Sunyoto (2013:91)
Gambar 2.1
Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

12

2.3.2. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Keputusan Pembelian
Pihak-pihak yang terlibat dalam keputusan pembelian menurut Manaf
(2016:250) diantaranya adalah :
1. Initiator (Pencetus), yaitu seorang inisiator dalam proses pembelian.

2. Influencer (Pemberi Pengaruh), yaitu individu yang opininya sangat
dipertimbangkan dalam memilih.
3. Deciden (Pengambil keputusan), yaitu orang yang memiliki kekuasaan untuk
mengambil pilihan akhir.
4. Buyer (Pembeli), yaitu individu yang melakukan transaksi pembelian
sesungguhnya.
5. User (Pemakai), yaitu individu yang menggunakan barang dan jasa yang
telah dibelinya.
Seluruh pelaku keputusan pembelian tersebut dipengaruhi berbagai faktor
pendukung dalam melakukan pembelian produk dan jasa yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian.

2.3.3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keputusan Pembelian
Menurut Sangadji (2013:24), faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian terdiri dari berbagai faktor, yaitu:
1. Faktor Psikologis
a. Persepsi adalah proses memberikan makna atas rangsangan-rangsangan
yang diterima alat sensor tubuh.
b. Motivasi adalah dorongan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen.

c. Pembelajaran adalah proses yang dirasakan konsumen atas
pengalamannya dengan produk yang sudah dimiliki.
d. Kepercayaan adalah keyakinan konsumen bahwa di produk tersebut ada
atribut tertentu yang berasal dari presepsi yang berulang dan adanya
pembelajaran dan pengalaman.
2. Faktor Pribadi
a. Usia dan siklus hidup
Setiap tahapan siklus hidup memiliki kebutuhan dan keingina yang
berbeda.
b. Pekerjaan

13

Setiap konsumen dengan pekerjaan yang berbeda memiliki kebutuhan
dan keinginan yang berbeda sesuai dengan pekerjaannya.
c. Gaya Hidup
Gaya hidup menunjukkan bagaimana konsumen menghabiskan waktu
dan uang yang dimilikinya.
3. Faktor Sosial
a. Kelompok referensi

Pembelian dipengaruhi kelompok referensi yang memiliki pengaruh
langsung terhadap konsumen.
b. Keluarga
Anggota keluarga sebagai lingkungan terdekat dapat mendorong atau
menghalangi pembelian oleh konsumen.
c. Peran dan Status
Peran yang dilakukan konsumen dikehidupannya lebih dari satu. Peran
dan status tertentu mempengaruhi pembelian.
4. Faktor Kebudayaan
a. Sub – Budaya
Perbedaan budaya antar daerah membuat perbedaan selera dalam
keputusan pembelian konsumen.
b. Kelas sosial
Kelas yang terdiri dari kelas atas, menengah dan bawah yang
dikelompokkan masyarakat membuat strategi pengambilan keputusan
pembelian untuk tiap kelas sosial berbeda.
Untuk mengukur keputusan pembelian yang dilakukan konsumen dapat
menggunakan indikator pengukuran keputusan pembelian.

2.3.4 Indikator Keputusan Pembelian

Indikator penilaian keputusan pembelian berdasarkan tahapan keputusan
pembelian. Menurut Hasan

(2013:181) tahapan keputusan pembelian yang

dilakukan seorang konsumen yaitu:
1. Pengenalan Masalah
Tahap pengenalan masalah terjadi ketika konsumen melihat suatu masalah
yang menimbulkan kebutuhan dan ia termotivasi untuk menyelesaikan masalah
atau memenuhi kebutuhan itu.

14

2. Pencarian Informasi
Ketika konsumen melihat adanya masalah atau kebutuhan yang hanya dapat
dipuaskan melalui pembelian suatu produk, maka mereka mulai mencari
informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan pembelian. Sumber
informasi utama di mana konsumen dibagi menjadi empat kelompok antara
lain : pribadi (keluarga, teman, tetangga dan rekan), komersial (iklan, situs
web, wiraniaga, penyalur, kemasan dan poster), publik (media massa,
organisasi

pemeringkat

konsumen),

dan

eksperimental

(penanganan,

pemeriksaan, dan penggunaan produk).
3. Evaluasi Alternatif
Pada tahap ini, konsumen membandingkan berbagai merek produk yang
diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi dan memuaskan kebutuhan
atau motif yang mengawali proses keputusan pembelian tersebut..
4. Keputusan Pembelian
Keputusan untuk mengambil pilihan dapat terjadi dengan cara yang bervariasi
mulai dari proses yang sederhana dan cepat, hingga ke proses kompleks.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah konsumen melakukan pembelian dan menggunakan produk, mereka
melakukan evaluasi dengan membandingkan performa yang terdapat pada
produk dengan ekspektasi mereka. Dalam proses ini, konsumen mencoba untuk
meyakinkan diri bahwa pilihannya tepat. Jika performa produk mengecewakan
atau tidak memenuhi harapan maka mereka akan mencari alternatif yang lebih
sesuai.

15

2.4. Gaya Hidup
2.4.1. Pengertian Gaya Hidup
Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang berinteraksi dalam
lingkungannya. Gaya hidup merupakan konsep yang lebih baru dan lebih terukur
dan menggambarkan pola di mana orang hidup dan menggunakan uang dan
waktunya. Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam
kegiatan,

minat

dan pendapatnya dalam

membelanjakan uangnya

dan

mengalokasikan waktu yang dimilikinya (Sumarwan, 2004:257). Gaya hidup
dibentuk melalui interaksi sosial. Gaya hidup sebagai cara yang ditempuh
seseorang dalam menjalani hidupnya yang meliputi aktivitas, minat, sikap,
konsumsi dan harapan. Gaya hidup mendorong kebutuhan dan sikap individu dan
mempengaruhi aktivitas dan penggunaan produk. Sebagai pendorong yang
mempengaruhi proses pengambilan keputusan sesorang dalam membeli produk,
gaya hidup dikelompokkan menjadi beberapa bagian klasifikasi gaya hidup.

2.4.2. Klasifikasi Gaya Hidup
Klasifikasi gaya hidup menurut Sunyoto (2014:85) terdiri dari berbagai
tipe karakteristik gaya hidup individu seperti di bawah ini :
1. Actualizers
Orang dengan pendapatan paling tinggi dan memiliki banyak sumber
pengaktualisasi diri.
2. Fulfieds
Profesional yang matang, bertanggung jawab, berpendidikan tinggi. Pusat
aktifitas waktu senggang mereka ada di rumah, tetapi merek memperoleh
informasi cukup dan terbuka untuk ide-ide baru.
3. Believers
Konsumen konservatif dilihat dari pendapatan yang lebih dari cukup dan
menyukai produk impor dan terkenal.

16

4. Achievers
Orang yang sukses, berorientasi pada pekerjaan, konservatif dalam hal
politik, mendapat kepuasan dari pekerjaan dan keluarga.
5. Strivers
Memiliki nilai yang mirip dengan achievers, namun sumber daya ekonomi,
social dan psikologinya lebih sedikit. Bersikap meniru konsumen yang
memiliki sumber daya lebih banyak.
6. Experiences
Konsumen yang berkeinginan besar membeli berbagai hal-hal baru yang
bersifat dinamis. Seperti berbagai kesenangan anak muda, membeli pakaian
bermerek impor, makanan siap saji.
7. Makers
Orang yang memusatkan perhatian pada hal-hal yang telah dikenal banyak
orang seperti keluarga, pekerjaan dan rekreasi fisik.
8. Strunggles
Orang dengan penghasilan rendah dan memiliki sumber daya yang sedikit.
Karena hal tersebut mereka cenderung menjadi loyal dalam melakukan hal
apapun.
Berbagai tipe gaya hidup di atas menunjukkan bagaimana seseorang
menggunakan uang dan waktunya. Dalam mengukur gaya hidup seseorang
digunakan indikator yang terdiri dari dimensi-dimensi gaya hidup.

2.4.3. Indikator Gaya Hidup
Terdapat beberapa pendekatan dalam melakukan penilaian gaya hidup.
Pendekatannya terdiri dari segmentasi demografis dan segmentasi psikografis.
Perbedaan antara kedua segmentasi tersebut
menggambarkan

subjek

pembeli,

adalah segmentasi demografis

sedangkan

segmentasi

psikografis

menggambarkan alasan mengapa subjek melakukan pembelian (Tanujaya,
2012:61). Pengukuran gaya hidup diukur dari beberapa unsur psikografik.
Terdapat tiga indikator pengukuran psikografik dalam mengukur gaya hidup.
Indikator gaya hidup terdiri dari activities, interest dan opinion.

17

Tabel 2.1
Dimensi Gaya Hidup AIO
Activities
Interest
Bekerja
Keluarga
Hobi
Rumah
Kegiatan Sosial
Pekerjaan
Liburan
Kemasyarakatan
Hiburan
Rekreasi
Keanggotaan Klub
Mode
Komunitas
Makanan
Belanja
Media
Olahraga
Prestasi
Sumber : Mowen dalam Sangadji, 2013:46

Opinion
Diri Sendiri
Isu Sosial
Politik
Bisnis
Ekonomi
Pendidikan
Produk
Masa Depan
Budaya

Indikator pengukuran Sangadji gaya hidup terdiri dari :
1. Aktifitas (Activities)
Merupakan seluruh wujud aksi atau tindakan yang dilakukan seseorang dalam
menjalani kehidupannya. Seperti kegiatan berbelanja ke toko, bekerja di
kantor dan lainnya.
2. Minat (Interest)
Merupakan derajat kesenangan yang menyertai perhatian khusus dan
berkelanjutan pada objek, kejadian atau topik tertentu.
3. Opini (Opinion)
Merupakan pendapat berupa jawaban lisan atau tulisan yang diberikan
sebagai respon terhadap stimulus berupa pertanyaan, menjelaskan harapan
dan evaluasi terhadap kejadian yang akan datang.

2.5. Label Halal
2.5.1. Pengertian Label Halal

18

Label adalah tampilan sederhana pada produk atau gambar yang dirancang
dengan rumit yang merupakan satu kesatuan dengan kemasan (Kotler, 2008:276).
Label adalah suatu bagian dari suatu produk yang membawa informasi verbal dan
merupakan bagian dari kemasan tentang produk (Tjiptono, 2008:98).
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa label adalah bagian dari
produk yang berisi keterangan dan tercantum di kemasan produk. Label yang
dirancang dan dicantumkan pada produk memiliki berbagai jenis. Menurut
Sunyoto (2014:69), ada tiga macam label yang sering digunakan oleh beberapa
perusahaan, yaitu:
1. Brand Label, adalah label yang merangkap menjadi merek.
2. Grade Label, adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari
suatu barang. Label ini dinyatakan dengan tulisan atau kata-kata.
3. Descriptive Label, adalah label yang berisi informasi yang menggambarkan
tentang produk secara lengkap.
Label dicantumkan dengan berbagai tujuan, yang disebut fungsi label.

2.5.2. Fungsi Label
Label yang dicantumkan di produk memiliki beberapa fungsi. Menurut
Kotler (2008:276), fungsi label adalah :
1. Mengidentifikasi produk atau merek
2. Label menentukan kelas produk
3. Menggambarkan beberapa hal mengenai produk seperti produsennya, dimana
diproduksi, kapan dibuat, bagaimana menggunakannya dan lainnya.
4. Label mempromosikan produk lewat aneka gambar yang menarik.
Label menunjukkan identitas pendukung dari produk tersebut. Salah satu
label yang tercantum pada produk adalah label halal. Label halal adalah jaminan
yang diberikan oleh suatu lembaga yang berwenang seperti Lembaga Pengkajian

19

Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI)
untuk memastikan bahwa produk tersebut sudah lolos pengujian kehalalan sesuai
syariat Islam. Pencantuman label halal bertujuan agar konsumen mendapatkan
perlindungan kehalalan dan kenyamanan atas pemakaian produk tersebut
(Yuswohady, 2015:23).

Gambar 2.2
Label Halal
Dasar-dasar penentuan produk halal tersebut diperoses melalui berbagai
tahapan sertifikasi label halal.

2.5.3. Proses Sertifikasi Label Halal
Sertifikat Label Halal adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang diberikan kepada perusahaan yang mengajukan uji kehalalan produk
(Basyaruddin, 2015). Sertifikat halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan
kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat islam ( www.halalmui.org).
berdasarkan pengertian di atas, sertifikat halal adalah penyataan halal suatu
produk yang telah lulus uji kriteria kehalalan. Kriteria halal sesuai syariat islam
yaitu :
1. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi.
2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan yang berasal
dari organ manusia, darah, kotoran dan lainnya.

20

3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata
cara syariat Islam.
4. Seluruh bahan tidak mengandung alkohol.
5. Seluruh tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengelolaan, dan
transportasinya tidak boleh digunakan oleh barang yang haram. Jika pernah
digunakan, maka harus dibersihkan dahulu dengan tata cara yang diatur
menurut syari’at Islam.
Untuk memperoleh sertifikat halal suatu produk, ada beberapa proses
dalam pengajuan sertifikasi halal. Tahapan pengajuan setifikasi halal. Menurut
Basyaruddin (2015), proses sertifikasi halal terdiri dari :
1. Produsen mengajukan sertifikat halal bagi produknya dengan melampirkan :
a. Spesifikasi dan sertifikat halal bahan baku, bahan tambahan dan bahan
penolong serta bagan alir proses.
b. Sertifikat Halal untuk bahan yang berasal dari hewan dan turunannya.
c. Sistem jaminan halal yang diuraikan dalam panduan halal beserta prosedur
baku pelaksanaannya.
2. Tim auditor LP POM MUI melakukan pemeriksaaan/audit ke lokasi produsen
setelah formulir beserta lampiran-lampirannya dikembalikan ke LP POM
MUI.
3. Hasil pemeriksaan dan hasil laboratorium dievaluasi dalam Rapat Tenaga
Ahli LP POM MUI. Jika telah memenuhi persyaratan, maka dibuat laporan
hasil audit untuk diajukan kepada sidang komisi fatwa MUI untuk diputuskan
status kehalalannya.
4. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap
belum memenuhi persyaratan yang ditentukan.

21

5. Sertifikat halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah ditetapkan
kehalalannya oleh komisi Fatwa MUI.
Proses sertifikasi halal dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Sumber : www.halalmui.org

Gambar 2.3
Proses Sertifikasi Halal
Sertifikasi halal berlaku selama dua tahun. Setelah dua tahun, maka harus
dilakukan perpanjangan izin. Produk yang telah lulus uji sertifikasi halal diizinkan
mencantumkan label halal pada produk tersebut.

22

2.5.4. Indikator Label Halal
Basyaruddin (2015)

menyatakan, ada beberapa hal yang diukur dan

disampaikan ke konsumen melalui labelisasi halal suatu produk, yaitu:
1. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan merupakan bahan yang telah teruji kehalalannya,
bersih dan aman. Bahan baku pada produk terdiri dari bahan utama, bahan
tambahan dan bahan penolong.
2. Proses dan fasilitas produk
Proses produksi dengan seluruh sumber daya yang ada berupa tenaga kerja,
bahan baku, mesin, permodalan harus sesuai dengan konsep kehalalan.
3. Barang jadi
Produk yang telah melewati berbagai proses produksi dan siap dipasarkan ke
konsumen dan telah dicantumkan label halal agar menjamin konsumen bahwa
produk tersebut sudah terjamin kehalalan dan keamanannya bagi konsumen.
Untuk memperoleh produk, konsumen harus membayarkan sejumlah uang
kepada penjual. Nilai tukar produk yang diperoleh tersebut dinamakan harga.

2.6. Harga
2.6.1. Pengertian Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan pelanggan dengan manfaat
dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh
pembeli atau penjual dan ditetapkan oleh penjual untuk suatu harga yang sama
terhadap semua pembeli (Stanton, dalam Tjiptono 2008:152). Sedangkan menurut

23

Kotler (2008:345), harga merupakan jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu
produk atau jasa, dalam pengertian lebih luas harga adalah sejumlah uang yang
ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang ditukarkan pelanggan
untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa harga merupakan uang yang
ditukarkan untuk mendapatkan manfaat dari produk dan jasa. Harga

yang

ditetapkan memiliki beberapa fungsi dan manfaat penetapan harga.

2.6.2. Fungsi Penetapan Harga
Harga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pemasaran produk
dan kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Tjiptono (2008:153) fungsi dan
peran harga adalah sebagai berikut :
1. Harga adalah satu faktor penentu jumlah permintaan produk dipasar. Dalam
kehidupan sehari-hari permintaan produk dapat bersifat elastis atau tidak
elastis terhadap perubahan harga. Permintaan dapat dikatakan elastis terhadap
harga apabila permintaan berubah setiap kali harga turun atau bahkan naik.
Sedangkan harga dikatakan tidak elastis apabila permintaan tidak berubah
karena adanya perubahan harga itu sendiri.
2. Harga menentukan jumlah hasil penjualan dan keuntungan. Hasil penjualan
produk yang diterima perusahaan setiap masa tertentu sama dengan jumlah
satuan yang terjual kali harga persatuan produk. Sedangkan keuntungan yang
diperoleh setiap masa tertentu sama dengan hasil penjualan yang dikurangi
jumlah biaya yang ditanggung perusahaan dalam masa yang sama.
3. Harga dapat mempengaruhi segmen pasar yang dapat ditembus perusahaan
melebarkan sayap pemasaran produk dengan memasuki segmen pasar lain
yang belum digarap sebelumnya dapat menambah jumlah keuntungan. Salah
satu segmen pasar yang digunakan sebagai sasaran untuk melebarkan
jangkauan pemasaran adalah segmen pasar tingkat bawah
4. Harga dan strategi harga mempengaruhi keberhasilan distribusi produk.
Harga persatuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran
mempunyai peranan penting terhadap ketersediaan produk, dimana harga
tersebut harus kompetitif dalam arti tidak terlalu besar perbedaanya dengan
harga produk saingan yang sama atau setara

24

2.6.3. Indikator Harga
Menurut Stanton (2008:345), ada empat dimensi penilaian dalam harga,
yaitu :
1. Keterjangkauan harga
Harga yang ditawarkan sesuai dengan kemampuan daya beli konsumen.
Konsumen mampu menjangkau pembelian produk tersebut. Pada penelitian
ini, harga kosmetik Wardah yang dipasarkan sesuai dengan daya beli
konsumen Indonesia.
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
Harga yang ditawarkan oleh penjual sesuai dengan kualitas produk yang
ditawarkan ke konsumen.
3. Daya saing harga
Harga yang ditawarkan bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya yang
menyajikan produk yang mirip. Harga kosmetik Wardah tidak jauh berbeda
dengan produk sejenis yang memiliki kualitas dan sasaran pasar yang sama.
4. Kesesuaian harga dengan manfaat
Harga yang ditawarkan ke konsumen sesuai

dengan manfaat dan nilai

tambah yang diterima.

2.7. Pengaruh Antar Variabel
2.7.1. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Keputusan Pembelian
Gaya hidup terbentuk karena adanya interaksi lingkungan. Berbagai
indikator gaya hidup yang terbentuk dari aktifitas, minat dan opini membentuk

25

suatu perilaku konsumen (Sumarwan, 2004:70). Hal tersebut menunjukkan bahwa
perilaku konsumen dipengaruhi oleh gaya hidup yang dimilikinya dan akhirnya
menentukan keputusan pembelian seseorang. Gaya hidup konsumen yang
berkembang saat ini menjadi aspek penting dalam penilaian produsen untuk
memproduksi berbagai kebutuhan produk baik barang dan jasa yang sesuai
kebutuhan dan keinginan konsumen.

2.7.2. Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian
Pencantuman

label

halal

produk

dilakukan

untuk

memberikan

perlindungan kepada konsumen muslim, dikarenakan banyaknya permasalahan
labelisasi halal pada produk produk yang mengandung bahan-bahan yang haram
untuk dikonsumsi. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dalam proses produksi
diperlukannya ketentuan ketentuan syarat kehalalan.
Label halal melindungi konsumen dari keraguan dalam menggunakan
produk. Label halal bertujuan memperkuat dan meningkatkan nilai tambah produk
secara langsung dan mempengaruhi persepsi konsumen. Adanya

label halal

meningkatkan kepercayaan konsumen atas kualitas produk dan jaminan kehalalan
produk. Jika kepercayaan konsumen meningkatkan, maka pembelian produk oleh
konsumen akan meningkat.

2.7.3. Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian
Kotler (2008:345), harga merupakan jumlah uang yang ditagihkan untuk
suatu produk atau jasa, dalam pengertian lebih luas harga adalah sejumlah uang

26

yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang ditukarkan
pelanggan untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa.Manfaat
yang diterima konsumen sesuai dengan nilai yang dibayarkan konsumen. Harga
sebagai penarik para konsumen untuk melakukan pembelian. Berbagai kebijakan
harga seperti harga promosi dan diskriminasi harga efektif menarik konsumen
melakukan pembelian (Manaf, 2016:299). Setelah konsumen melakukan
pembelian, jika manfaat dan nilai tambah yang diterima konsumen lebih besar
dari uang yang dibayarkan konsumen maka terciptanya kepuasan konsumen dan
meningkatkan pembelian produk oleh konsumen.

2.8. Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan
penelitian ini adalah :
Tabel 2.2
Peneliti Terdahulu
No

Peneliti

Judul

Variabel

Hasil Penelitian

1

Novita Ekasari
dan Rizki
Hartono (2015)

Pengaruh gaya 1. Gaya Hidup
hidup terhadap 2. Keputusan
keputusan
Pembelian
pembelian
Laptop Apple

Gaya berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap keputusan
pembelian sebesar
71,7%

2

Yuli Mutiah
Rambe dan
Syaad Afifuddin
(2012)

Pengaruh Label 1. Label Halal,
Halal terhadap
2. Keputusan
Keputusan
pembelian
Pembelian Mie
Instan indomie
pada mahasiswa
Universitas Al
Washliyah
Medan

Label Halal
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap keputusan
pembelian Mie Instan
sebesar 31,3%.

27

No
3

Peneliti
Brian Setiawan
(2012)

Judul

Variabel

Hasil Penelitian

Pengaruh Gaya
Hidup dan
Harga terhadap
Keputusan
Pembelian
Rumah (Studi
kasus pada
konsumen
Graha Pesona
Jatisari
Semarang)

1. Gaya Hidup
2. Harga
3. Keputusan
pembelian

Harga dan gaya hidup
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap keputusan
pembelian rumah
sebesar 34.59%.

2.9. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menurut Sugiono (2016:31) adalah sebagai berikut:
1.

Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas.

2.

Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variabel-variabel
yang akan diteliti dan ada teori yang melandasi.

3.

Kerangka konseptual tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk
diagram, sehingga masalah penelitian yang akan dicari jawabannya mudah
dipahami.
Kerangka konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis hubungan

antar variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel gaya hidup (X1), Label Halal (X2), dan harga (X3)
sebagai variabel bebas, variabel keputusan pembelian (Y) sebagai variabel terikat.
Kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :

28

29

2.10. Hipotesis
Menurut Kurniawan (2015:57), hipotesis adalah penjelasan sementara
tentang suatu tingkah laku, gejala gejala atau kejadian tertentu yang telah terjadi
atau akan terjadi. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban sementara yang
disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian
yang dilakukan. Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu seperti
yang diuraikan diatas, maka hipotesis yang dikembangkan pada penelitian ini
adalah :
H1 =

Gaya Hidup secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian kosmetik Wardah pada mahasiswa Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area.

H 2 = Label halal secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian kosmetik Wardah pada mahasiswa Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area.
H 3 = Harga secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian kosmetik Wardah pada mahasiswa Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area.
H 4 = Gaya Hidup, Label Halal dan Harga secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah pada
mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Medan Area