PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK KELAPA VCO PA (1)

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK KELAPA (VCO)
PADA DAUR ULANG KERTAS TERHADAP AKTIVITAS
MIKROBA PADA KERTAS

Diajukan untuk Memenuhi salah satu tugas Teknologi Pengolahan Minyak dan
Lemak Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri yang Diampu oleh Ibu Siti
Mujdalipah, S.TP., M.Si.

Disusun oleh :
Dede Ahmad

NIM 1102357

Putri Nopitasari

NIM 1106190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan segala rahmat
terindah-Nya bagi penulis hingga saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini sebagian salah satu tugas dari mata kuliah Teknologi
Pengolahan Minyak dan Lemak sebagi tugas proyek akhir.
Penelitian yang penulis buat yaitu mengenai Pengaruh Penambahan
Minyak Kelapa (VCO) pada Daur Ulang Kertas terhadap Aktivitas Mikroba pada
Kertas. Isi dari penelitian ini yaitu mengenai penambahan minyak kelapa dalam
pembuatan daur ulang kertas dimana harapannya ada pengaruh nyata terhadap
perlakuan yang diberikan sehingga diperoleh kertas daur ulang yang memiliki
aktivitas mikroba yang sedikit. Hasil dari penelitian ini harapannya bisa menjadi
salah satu referensi perbaikan untuk kepentingan penelitian selanjutnya yang lebih
baik lagi.
Penulis ucapkan terimakasih kepada para dosen dan orangtua serta kepada
pihak-pihak terkait yang tidak dapat dituliskan semuanya. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Bandung, Mei 2014


Penulis,

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
D. Manfaat ........................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3
A. Kertas ............................................................................................................ 3
B. Minyak Kelapa .............................................................................................. 3
C. Antimikroba ................................................................................................. 6
D. Tween 80 ....................................................................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 9
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 9

B. Alat dan Bahan .............................................................................................. 9
C. Prosedur Penelitian ......................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 12
A. Hasil .............................................................................................................. 12
B. Pembahasan ................................................................................................... 13
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 17
5.2 Saran ............................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18
LAMPIRAN ............................................................................................................. 19

ii

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini kertas masih dipercaya sebagai bahan yang paling efektif
dan efisien untuk media kemasan pasca panen sayuran dan buah selain fungsi

utama sebagai bahan dalam pencetakan uang dan buku. Besarnya jumlah
kertas yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia, memacu industri kertas untuk
meningkatkan produksinya. Hal ini mengakibatkan timbulnya masalah berupa
penebangan pohon untuk pembuatan kertas dimana dalam industri kertas
selalu melakukan proses bleacing (penggunaan bahan pemutih). Dari
permasalahan inilah timbul kreativitas untuk mengurangi kuantitas limbah
kertas dengan proses daur ulang kertas. Selain mampu mengurangi tingkat
pencemaran lingkungan, aktivitas daur ulang kertas menghasilkan kertas daur
ulang yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Pada umumnya sampah kertas banyak dibuang begitu saja dan tidak
dimanfaatkan. Penumpukan sampah kertas tentu saja memberikan dampak
buruk bagi lingkungan, baik dari segi keindahan maupun kesehatan. Metode
daur ulang kertas dapat digunakan sebagai solusi pemanfaatan kertas bekas
agar dapat mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan.
Sampah kertas pada saat ini sebagian besar masih dipandang sebagai
limbah lingkungan yang tidak berguna dan banyak menumpuk. Hal seperti ini
berpotensi buruk bagi lingkungan sekitar seperti kebersihan yang tidak terjaga
diakibatkan sampah kertas yang dibuang sembarangan. Dan juga pemanasan
global yang terus bisa meningkat akibat sampah kertas yang dibakar. Sampah
kertas dapat dimanfaatkan kembali sebagai kertas yang layak pakai sebagai

kertas tulis ataupun kertas untuk kerajinan tangan ataupun sebagai bahan
kemasan.
Pasca panen biasanya berhubungan dengan kualitas produk dengan daya
simpan produk tersebut. Hasil passca panen dalam distribusi biasanya
mempengaruhi karakteristik dan kualitass dari produk tersebut. Banyak faktorfaktor yang dapat mengurangi kualitas produk yang salah satunya yaitu

1

kerusakan akibat adanyaa aktivitas mikroba dalam penyimpanan. Dalam
penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian dengan adanya pelilinan
dalam produk pasca panen sayur dan buah. Tetapi dalam penelitian tidak
selalu dalam kesempurnaan hasilnya. Oleh sebab itu dilakukan kembali
penelitian yang sama dengan cara mendaur ulang kertas menjadi kertas anti
mikroba yang fungsinya untuk menjaga kualitas hasil pasca panen dalam
penyimpanan sebagai kemasan anti mikroba.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaiman cara mendaur ulang kertas bekas menjadi kemasan anti
mikroba?
2. Apa pengaruh pengaruh pemanbahan minyak kelapa terhadap kualitas
daur ulang kertas bekas menjadi kemasan anti mikroba?

3. Apakah kertas ini dapat dimanfaatkan menjadi bahan pengemas produk
agroindustri?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui cara mendaur ulang kertas bekas menjadi kemasan anti
mikroba.
2. Mengetahui pengaruh pemanbahan minyak kelapa terhadap kualitas daur
ulang kertas bekas menjadi kemasan anti mikroba.
3. Mengetahui sejauh mana kertas ini dapat dimanfaatkan menjadi bahan
pengemas produk agroindustri.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memanfaatkan kertas bekas sebagai bahan baku pembuatan kemasan anti

mikroba.
2. Mengurangi dampak buruk limbah kertas terhadap lingkungan.
3. Memberika informasi mengenai cara mendaur ulang kertas bekas.

2


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kertas
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat. Serat yang digunakan biasanya adalah serat alami, dan mengandung
selulosa. Kertas merupakan bahan yang sering dipakai dan selalu berhubungan
dengan manusia. Setidaknya sampai saat ini kertas masih dipercaya sebagai
bahan yang paling efektif dan efisien sebagai media buku (Anonim, 2005).
Faktanya, kertas bukanlah bahan yang terbaik (tanpa cacat). Karena
terbuat dari bahan organik (serat kayu), kertas sangat rawan busuk, basah,
mudah terbakar, dan berjamur. Daur ulang kertas adalah kegiatan peleburan
kertas yang sudah tidak terpakai menjadi kertas yang baru. Dengan mendaur
ulang kertas berarti melakukan usaha untuk mengurangi sampah kertas,
mengurangi penebangan pohon untuk kertas, dan membiasakan untuk
memisahkan sampah (Anonim, 2005).
2.2 Minyak Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu hasil pertanian yang
cukup potensial. Hampir semua bagian dari tananman tersebut dapat
dimanfaatkan. Banyak kegunaan yang dapat diperoleh dari kelapa dan salah
satu cara untuk memanfaatkan buah kelapa adalah mengolahnya menjadi

minyak makan atau minyak goreng. Produk kelapa yang paling berharga
adalah minyak kelapa, yang dapat diperoleh dari daging bua kelapa segar atau
dari kopra (Suhardiyono, 1993).
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman
kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio

: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub-Divisio

: Angiospermae (Berbiji tertutup)

Kelas

: Monocotyledonae (biji berkeping satu)


3

Ordo

: Palmales

Familia

: Palmae

Genus

: Cocos

Spesies

: Cocos nucifera L.

Kelapa memiliki berbagai nama daerah. Secara umum, buah kelapa

dibenal sebagai coconut, orang Belanda menyebutnya kokosnoot atau
klapper , sedangkan orang Prancis menyebutnya cocotier. Di Indonesia kelapa

biasa bisebut krambil atau klapa (Jawa) (Warisno, 2003). Pada dasarnya
dikenal dua varietas kelapa, yaitu varietas Nana yang umum disebut kelapa
genjah dan varietas Ttica yang umum disebut kelapa dalam. Kelapa genjah
berdasarkan sifatnya dibagi menjadi lima yaitu : kelapa gading, kelapa raja,
kelapa puyuh, kelapa raja Malabar, dan kelapa hias. Kelapa dalam
berdasarkan sifatnya dibagi enam yaitu : kelapa hijau, kelapa merah, kelapa
manis, kelapa bali, kelapa kopyor, kelapa lilin (Wahyuni, Mita, Ir.,2000).
Daging Buah Kelapa yang sudah masak dapat dijasikan kopra dan bahan
makanan, daging buag merupakan sumber protein yang protein yang penting
dan mudah dicerna. Komposisi kimia daging buah kelapa ditentukan oelh
umur buah. Pada tabel berikut dapat dilihat komposisi kimia buag kelapa
pada berbagai tingkat kematangan.

4

Minyak kelapa berdasarkan kandungan asal lemak digolongkan ke dalam
minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar jika

dibandingkan

dengan

asam

lemak

lainnya.

Berdasarkan

tingkat

ketidakjenuhan yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa
dapat dimasukkan ke dalam golongan non drying oils, karena bilangan iod
minyak tersebut berkisar antara 7,5-10,5 (Ketaren,1986).
Komposisi asam lemak minyak kelapa dapat dilihat pada tabel . Dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa asam lemak jenuh minyak kelapa kurang dari 90
persen. Minyak kelapa mengandung 84 persen trigliserida dengan tiga
molekul asam lemak jenuh, 12 persen trigliserida dengan dua asam lemak
jenuh dan 4 persen trigliserida dengan satu asam lemak jenuh.

5

Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa
Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) adalah minyak yang
berasal dari sari pati kelapa. Doproses secara higienis tanpa sentuhan api
secara langsung dan bahan kimia tambahan. Dilihat dari warnanya, minyak
kelapa murninjauh lebih bening seperti air mineral. Selain itu kadar air dan
asam lemak bebasnya kecil, serta kandungan asam lauratnya tinggi. Minyak
kelapa murni mengandung anti oksidan benas sehingga mampu menjaga
kekebalan tubuh (Adi Hendra Prakosa,2009).
2.3 Antimikroba
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau
menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa
antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya
kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau
kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik,
sterilizer, sanitizer, dan sebagainya (Lutfi 2004). Mekanisme daya kerja

6

antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok di antaranya
merusak dinding sel, mengganggu permeabilitas sel, merusak molekul protein dan
asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, serta menghambat sintesis asam
nukleat. Aktivitas antimikroba yang dapat diamati secara langsung adalah
perkembangbiakannya. Oleh karena itu, antimikroba dibagi menjadi dua macam
yaitu antibiotik dan disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh
mikroorganisme

tertentu

yang

mempunyai

kemampuan

menghambat

pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi
yang rendah. Antibiotik digunakan untuk menghentikan aktivitas mikroba pada
jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan desinfektan bekerja dalam menghambat
atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat
gelas, dan lain sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba tersebut tidak
hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap
konsentrasi mikroba yang digunakan (Soekardjo 1995).
Minyak kelapa mengandung 48-50 % asam laurat yaitu, asam lemak rantai
sedang dengan atom C-12 yang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan laju
metabolisme dan penyerapan nutrisi dalam tubuh (Santos et al., 2005). Penelitian
dengan menggunakan minyak kelapa bahwa minyak kelapa mengandung
antioksidan yang dapat meningkatkan metabolisme dan senyawa monolaurin dari
asam laurat yang dapat merusak selubung lemak pada virus atau mikroorganisme
(Santos et al., 2005). Sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai
sedang (Ing. middle-chained fatty acid, MCFA) yang tersusun dari 12 atom C.
Sumber utama asam lemak ini adalah minyak kelapa, yang dapat mengandung
50% asam laurat, serta minyak biji sawit (palm kernel oil). Sumber lain adalah
susu sapi (http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_laurat)
Asam laurat memiliki titik lebur 44 °C dan titik didih 225 °C sehingga pada
suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika
dipanaskan. Rumus kimia: CH3(CH2)10COOH, berat molekul 200,3 g.mol-1. Asam

7

ini larut dalam pelarut polar, misalnya air, juga larut dalam lemak karena gugus
hidrokarbon (metil) di satu ujung dan gugus karboksil di ujung lain.
2.4 Tween 80
Tween 80 adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitol, dengan nama
kimia poliksietilen 20 sorbitolmonooleat. Rumus molekulnya adalah
C64H124O26 dan strukturnya adalah sebagai berikut :

Rumus Tween 80 (Rowe, 2009)
Pada suhu 250 C tween 80 berwujud cair, berwarna kekuningan dan
berminyak, memiliki aroma yang khas, dan berasa pahit. Larut dalam air dan
etanol, tidak larut dalam minyak mineral. Kegunaan Tween 80, yaitu zat
pembasah, emulgator, dan peningkatan kelarutan (Rowe, 2009). Selain itu,
Tween 80 juga berfungsi sebagai peningkat penetrasi ( Aktar, et all., 2011).

8

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april sampai mei 2014 di laboratorium
Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri, Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat: wadah plastik, sendok plastik, saringan/screen/kasa halus (ukuran
25x35/35x45), cetakan kertas (triplek,papan penyangga/pakel), gunting, bak
rendaman, blender, oven, cawan petri, inkubator, autoklaf, laminar aair flow,
tabung reaksi, petridish, bunsen, korek, spatula, erlenmeyer, rak tabung reaksi,
vortex, LUV dan micropipet.
Bahan: kertas bekas, air, label, tepung kanji/lem, minyak kelapa, Tween 80,
alkohol, Natrium Agar (NA), aquades, NaCl.
3.3 Prosedur Penelitian
1. Daur Ulang Kertas
1)

Kertas yang terkumpul, dikecilkan ukurannya (digunting-gunting)
kemudian direndam dalam wadah plastik (24 jam) dengan
perbandingan kertas 1:3.

2)

Blender kertas dengan air (1:3) hingga membentuk bubur kertas
(pulp)

3)

Masukkan bubur kertas pada bak penampungan yang sudah diisi air
(1/4 bagian)

4)

Tambahkan pewarna alami atau zat alami (minyak kelapa) pada
bak penampungan (1:3)

5)

Larutkan lem/tepung kanji secukupnya kemudian campurkan dan
masukkan pada bak penampungan.

6)

Masukkan scren pada bak penampungan, kemudian saringlah
sampai air nya tersaring.

7)

Siapkan triplek/papan yang sudah dilapisi kain.

9

8)

Berdirikan papan tersebut dengan kemiringan kira-kira 450. Basahi
papan tersebut dengan air.

9)

tempelkan screen pada papan. Gunakan pakel untuk meniriskan air
pada screen hingga air tidak menetes lagi. Kemudian lepaskan
screen.

10)

Jemur papan di tempat panas. Kertas akan kering dalam beberapa
jam (oven pada suhu 60 0 selama 1 jam)

11)

Setelah kering, cabut kertas secara perlahan agar tidak robek.

12)

Kertas daur ulang siap digunakan.

2. Uji TPC
Pengenceran Sample
Ambil tabung reaksi yang telah berisi NaCl 0,9 %, kemudian masukan
sample (kertas yang sudah didaur ulang yang sudah dipotong-potong seberta 2
gram) kedalam tabung reaksi. Lalu dihomogenkan menggunakan vortex. Setelah
itu dilakukan pengenceran selama 5 kali yaitu pengenceran 10-1 – 10-5 selama
berulang-ulang sesuai banyak ulangan atau perlakuan. Langkahnya yaitu sebagai
berikut:
Pengenceran Sampel 10-1 – 10-5
Tabung reaksi diisi dengan sampel dalam keadaan yang steril
(dipanaskan/diatas bunsen menyala). Diisi dengan 1 ml sampel yang diambil
secara aseptis menggunakan micropipet (kurang lebih 10 kali tetes). Kemudian
divortex untuk menghomogenkan dan diberi label sampel 10-1 . dilakukan
seterusnya sampai pada pengenceran10-5 dengan perlakuan yang sama untuk
setiap kali pengenceran, namun sampel yang diambil sesuai dengan urutan
pengenceran yang sudah dilaksanakan. Setelah mendapat sampel dengan label 105

baru dilakukan penanaman dalam media.

Penanaman dalam Media NA 10-5
Setelah sampel pengenceran ke 10-5 diperoleh, kemudian dilakukan
penanaman dengan cara:

10

1. Ambil cawan petri, panaskan pinggirannya diatas lampu bunsen.
2. Diambil 1 ml larutan dari sample 10-5 masukan kedalam cawan petri.
3. Tuangkan media Na ke dalam Cawan petri.
4. Dihomogenkan dengan menggerakkan cawan membentuk angka 8.
5. Didinginkan, dan disimpan di inkubator selama 6 jam -72 jam.
Setelah dilakukan penanaman dan penyimpanan dengan batas waktu yang sudah
ditetapkan, kemudian dilakukan perhitungan jumlah mikroba yang tumbuh.
Perhitungan Jumlah Mikroba
Dalam melakukan perhitungan ada dua cara yaitu menggunakan coloni
counter ataupun dilakukan dengan cara manual menggunakan bantuan spidol.
Langkah yang diambil dalam perhitungan kali ini yaitu sebagai berikut:
1. Ambil media biakan campuran yang sudah didiamkan selama batas waktu
yang sudah ditetapkan.
2. Disimpan di tempat yang datar dan terang juga steril.
3. Dilakukan perhitungan dengan hand tally counter dan di tandai dengan
spidol koloni yang sudah dihitung.
4. Dicatat

11

BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan 4 perlakuan yaitu sebagai
berikut:
Perlakuan satu

: 50 gr kertas + 1 liter air (tanpa penambahan VCO)

Perlakuan dua

: 50 gr + 1 liter air + VCO (1 %)

Perlakuan tiga

: 50 gr + 1 liter air + VCO (2,5 %)

Perlakuan empat

: 50 gr + 1 liter air + VCO (4 %)

Hasil pengamatan setiap perlakuan yaitu sebagai berikut:
No
1.

Sampel Perlakuan
Perlakuan Control

Keterangan
Jumlah koloni > 300.
Tidak

masuk

dalam

syarat

dalam

syarat

perhitungan

2.

Perlakuan 2 (VCO 1 ml)

Jumlah koloni > 300.
Tidak

masuk

perhitungan

12

3.

Perlakuan 3 (VCO 2,5 ml)

Jumlah koloni > 300.
Tidak

masuk

dalam

syarat

dalam

syarat

perhitungan

4.

perlakuan 4 (VCO 4 ml)

Jumlah koloni > 300.
Tidak

masuk

perhitungan.
untuk ukuran koloni lebih kecil
dibanding perlakuan yang lain

4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan percobaan mengenai metode Total Plate Count
(TPC) pada perlakuan kertas yang diberi tambahan minyak kelapa (VCO). Pada
penelitian ini digunakan sampel daur ulang kertas dimana didalam kertas apalagi
kertas yang dalam keadaan basah sering mudah didiami oleh bakteri ataupun
mikroba. Pada penelitian kali ini, kertas daur ulang dilakukan pengenceran.
Pengenceran dilakukan hingga dari 10-1 - 10-5. Pengenceran dilakukan untuk
mengurang populasi mikroba dalam cairan. Pada saat pengenceran sampel
ditimbang dengan neraca analitik, agar didapat hasil yang lebih akurat. Sampel
yang digunakan seberat 2 gram. Dalam setiap pengenceran, setelah dicampur,
campuran divortex agar dapat tercampur rata disetiap bagian. Semua perlakuan
dilakukan pengenceran hingga pengenceran ke 10-5 dan sampel pengenceran yang
diambil yaitu hasil pengenceran yang ke 10-5.
Setelah itu, hasil pengenceran yang ke 10-5 dari setiap perlakuan dituangkan
masing-masing perlakuan kedalam cawan petri yang berbeda. Kemudian pada
cawan tersebut dituangkan media yaitu dengan menggunakan media Nutrisi Agar
(NA) supaya mikroba dapat tumbuh. Lalu diinkubasi selam 6 – 72 jam, waktu

13

selama ini merupakan waktu yang bagus, karena mikroba yang tumbuh akan jelas
nampak perbedaannya. Setelah diinkubasi, sampel dalam cawan dihitung
koloninya. Perhitungan koloni dihitung dengan manual menggunaka bantuan
LUV dan spidol untuk menandai koloni yang dihitung. Prinsip alat ini (LUV)
adalah untuk membantu penglihatan kita dengan memperbesar ukuran koloni
dalam cawan petri dan dibantu dengan cahaya.
Prinsip dari metode TPC adalah bila sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dihitung tanpa
menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan cara paling sensitif untuk
menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan:






Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung.
Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus.
Dapat digunakan untuk isolasi, dan identifikasi mikroba karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang mempunyai
penampang spesifik (Dwidjoseputro, 2005).
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy.

NA juga digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari beef extract, pepton, dan bacto agar. Kandungan
pepton dan beef ekstrak tersebut digunakan sebagai komponen yang penting
bagi pertumbuhan bakteri karena kandungan protein hewaninya yang tinggi.
Berdasakan komposisinya, NA termasuk ke dalam medium semisintetik,
yaitu medium yang komponen dan takarannya sebagian diketahui dan
sebagian lagi tidak diketahui secara pasti. Sedangkan berdasarkan fungsinya, NA
termasuk ke dalam medium umum, yaitu medium yang dapat ditumbuhi berbagai
jenis mikroorganisme.
Pada perhitungan mikroba ini dilakukan pengenceran sampel agar jumlah
koloni yang tumbuh pada cawan petri tidak terlalu banyak maupun terlalu sedikit,
yaitu antara 30-300 koloni. Semakin banyak pengenceran, maka jumlah koloni
yang dihasilkan semakin sedikit.

14

Metode cawan tuang adalah metode yang simpel untuk menghitung
mikroba, dimana sampel yang sesuai dengan pengenceran yang akan digunakan
dituang kedalam petridish dan dicampur media NA yang kemudian jumlah koloni
dalam cawan dihitung secara langsung.
Pada penelitian kali ini fungsi dari vortex adalah untuk menghomogenkan
antara sampel dan media yang digunakan. Kemudian perlakuan didekatkan di
lampu bunsen untuk tetap berada pada udara yang steril, kemudian setiap mulut
alat gelas yang digunakan selalu dipanaskan untuk menjaga alat dan bahan yang
digunakan tetap steril.
Dalam penelitian ini diamati bahwa jumlah koloni mikroba yang diperoleh
dalam setiap pengenceran untuk setiap perlakuan adalah sama yaitu TBUD (tidak
dapat untuk dihitung) atau > dari 300 koloni. Faktor kesalahan dari percobaan ini
adalah:




Ketidak telitian dalam menghitung jumlah koloni.



memudahkan pertumbuhan bakteri atau mikroba.



memadat dan tidak rata ketika dicampurkan.

Sampel yang digunakan ternyata terlalu lama disimpan, sehingga

Media yang digunakan sudah terlalu lama diluar, jadi media sudah agak

Pengujian dalam penelitian ini, khususnya dalam waktu penyimpanan
terlalu lama, sehingga tidak terlalu jelas dalam menentukan perbedaan



hasil dari setiap perlakuan.
Penyimpanan tidak disimpan dalam inkubator, karena satu dan lain hal
sehingga mempengaruhi tingkat pertumbuhan mikroba akibat interaksi
oksigen yang terlalu bebas.
Secara umum asal lemak jenuh yang paling aktif sebagai senyawa

antibakteri adalah asam laurat (12:0), sedangkan untyuk asam lemak tidak jenuh
tunggal dan asam lemah tidak jenuh ganda/jamak, masing-masing adalah asam
palmitoleat (16:1) dan asam linolenat (18:3) ( lebih mempengaruhi aktivitas
antibakteri asam lemak tersebut, dibandingkan pada asam lemak dengan jumlah
atom C kurang dari 12 ((Kabara di dalam Branen dan Davidson, 1983).

15

Hal ini terlihat pada perlakuan kertas dengan konsentrsi minyak kelapa
yang berbeda. Semakin banyak konsentrasi minyak kelapa semakin sedikit
mikroba yang dihasilkan. Maka dari itu kandungan asam laurat dalam minyak
kelap dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Sehingga makin tinggi
konsentrasi minyak kelapa semakin sedikit mikroorganisme yang tumbuh pada
kemasan kertas daur uang tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendaur ulang kertas guna manfaatnya
sebagai kemasan pasca panen sayur dan buah. Sebelumnya penelitian untuk
meningkatkan umur simpan pasca panen sayur dan buah sudah dilakukan yaitu
dengan adanya pelapisan lilin pada buah (pelilinan). Pelilinan disini bertujuan
untuk menjaga kualitas produk pasca panen sayur dan buah. Tetapi masih terdapat
kekurangan dalam penelitian tersebut. Oleh sebab itu hasil dari pembahasan ini
diharapkan menjadi dasar dilakukannya penelitian kembali untuk lebih
memperbaiki hasil penelitian guna dimanfaatkan sebagai kemasan pasca panen
sayuran dan buah disamping menutupi kekurangan yang penelitian sebelumnya
sudah dilakukan.
Hasil penelitian ini masih kurang dari kesempurnaan dimana aktivitas
mikroba dalam setiap perlakuan masih diluar hasil yang diharapkan dimana
pertumbuhan mikroba masih tinggi dan belum menjelaskan perbedaan nyata
dalam pengaruh adanya pemberian minyak kelapa dalam mengurangi aktivitas
dan pertumbuhan mikroba dalam kemasan kertas daur ulang.

16

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian pengujian Total Plate Count (TPC) dalam perlakuan daur ulang
kertas ditambah minyak kelapa ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:


Prinsip dari metode TPC adalah bila sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung tanpa



menggunakan mikroskop.
Pengaruh perbedaan nyata dalam pemberian perlakuan minyak kelapa
terhadap kertas daur ulang dalam mengetahui pertumbuhan mikroba pada



kertas daur ulang ini masih belum terlihat jelas.



Plate Count (TPC).

Dalam percobaan kali ini metode yang digunakan adalah Metode Total

Tujuan dari pengenceran adalah pada setiap sampel adalah untuk
memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam
cairan sehingga membantu untuk mempermudah perhitungan jumlah



mikroba.



pertumbuhan dari mikroba yang ada.

Lamanya

Semakin

penyimpanan

tinggi

dalam

konsentrasi

inkubator

minyak

mempengaruhi

kelapa

semakin

tingkat

sedikit

mikroorgansime yang tumbuh pada kemasan kertas daur ulang.
5.2 Saran


Sebaiknya

dalam

penelitian

ini

dilakukan

dengan

teliti

dan

dipetimbangkan cara pengujiannya agar hasil yang diinginkan bisa


tercapai.
Pada penelitian selanjutnya dapat menambahan konsentrasi minyak kepala
lebih banyak lagi. Agar dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

17

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta
Hadi, M. 2008. Pembuatan Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan
Memanfaatkan

Ekstrak

Daun

Kirinyuh

(Eupatorium

odoratum).

Laboratorium Ekologi dan Biosistematik, Jurusan Biologi FMIPA Undip :
Semarang.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Margie, T., dkk. 2011. Teknik Isolasi Dan Kultur . Laboratorium Terpadu
Proggram Magister Biomedik Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera
Utara : Sumatera.
Kabara, J.J. Medium-chain fatty acids and esters. In Branen, A. L. and P.M.
Davidson. 1983. Antimicrobials in Foods. Marcel Dekker, Inc. New york.
Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan , Penerbit:
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Suhardiyono, L. 1993. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya ,
Kanisius, Yogyakarta.
Santos, R. R., R.C. Laygo, and D. A. Payawal, 2005, The Antioxidant Effects of
Virgin .Coconut Oil on Lipid Peroxidation. Phil J. 43:199204,
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_laurat tanggal 28 Mei 2014 pukul 9:06
AM
Wahyuni, Mita Ir. 2000. Bertanam Kelapa Kopyor, Penebar Swadaya, Jakarta.
Warisno, 2003, “Budi Daya Kelapa Genjah”, Kanisius, Yogyakarta, hal 15-16.

18

LAMPIRAN

Hasil TPC

Screen dari karung bekas

Pengenceran VCO

Bubur Kertas

Pengenceran Sampel

Pengenceran Sampel

Pengepresan

Pengeringan

Pengenceran Media

19