PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPO
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rowland Bismark Fernando Pasaribu, Dionysia Kowanda, Akhmad Arief
PENGARUH PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
Mikha Gorbyanto Nuari, Astuti Yuli Setyani
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN SISTEM INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Endang Satyawati, Mardanung Patmo Cahjono
PERSEPSI REDENOMINASI RUPIAH TERHADAP KINERJA USAHA MIKRO DAN KECIL
Dwitya Ariwibawa
PENGARUH PENERAPAN ISO 9001:2008 TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI PT. INSASTAMA
Tan Christian Albion Kurniawan, Kazia Laturette
PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN, PERSEPSI MANFAAT, COMPUTER SELF EFFICACY, DAN KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Elizabeth Octaviana, Tri Setyowati, Agustini Dyah Respati
JRAK, Volume 13, No. 1 Februari 2017
JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN
Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ISSN : 0216-5082
Ketua Penyunting
Perminas Pangeran
Dewan Penyunting
Erni Ekawati (Universitas Kristen Duta Wacana)
I Putu Sugiartha Sanjaya (Universitas AtmaJaya) Jogiyanto Hartono (Universitas Gadjah Mada) Mahatma Kufepaksi (Universitas Lampung) Murti Lestari (Universitas Kristen Duta Wacana)
Asisten Penyunting
Eka Adhi Wibowo
Pembantu Pelaksana Tata Usaha (Administrasi, Desain, Distribusi dan Pemasaran)
Elisonora Guruh Bramaji Lukas Surya Wijaya
Alamat Penyunting dan Tata Usaha
Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin S. No. 5-19, Yogyakarta 55224 Telp( 0274 ) 563929, Fax : ( 0274)513235 www.ukdw.ac.id/jrak/
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan (JRAK) terbit sejak Februari 2005. Terbit dua kali setahun pada bulan Februari dan Agustus. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, kajian analitis kritis dan tinjauan buku dalam bidang Akuntansi dan Keuangan. Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik dengan format seperti tercantum pada Pedoman Penulisan Artikel yang terlampir di halaman belakang.
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.. …………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rowland Bismark Fernando Pasaribu
Dionysia Kowanda
Akhmad Arief
Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma
ABSTRACT
The objectives of this study are examine the influence of environmental performance, good corporate governance mechanism and earning management on Corporate Social Responsibility Disclosure. The population used in this study was companies that listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2009- 2013. Samples were selected using purposive sampling method and there are 24 manufacture companies were able to fulfil the criteria. The analysis method of this reaserch use multiple linear regression. Data used are secondary data from Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory, and menlh.go.id. The result of this reasearch found that environmental performance, public ownership and earning management have insignificant influence to Corporate Social Responsibility Disclosure. board of commissioners, independence of commissioner, and managerial ownership have significantly influence on the disclosure of Corporate Social Responsibility
Keywords: corporate social responsibility disclosure , environmental performance, good corporate governance mechanism , earning management .
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kinerja lingkungan, mekanisme tata kelola perusahaan yang baik dan manajemen laba terhadappengungkapan tanggung jawab sosial Perusahaan.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di 2009-2013.Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan ada 24 perusahaan manufaktur yang mampu memenuhi kriteria.Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.Data yang digunakan adalah data sekunder dari Bursa Efek Indonesia, Direktori Pasar Modal Indonesia, dan menlh.go.id. Hasil penelitian menyatakan bahwa kinerja lingkungan, kepemilikan publik dan manajemen laba memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Secara parsial, dewan komisaris, independensi komisaris, dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Kata kunci : tanggung jawab pengungkapan sosial, kinerja lingkungan, mekanisme good corporate governance, manajemen laba.
PENDAHULUAN
mencapai tujuan perusahaan menimbulkan tuntutan dari berbagai pihak terkhusus
Dampak sosial yang dirasakan masyarakat dari masyarakat yaitu berupa tuntutan untuk lebih kegiatan operasional perusahaan dalam
memperhatikan dampak-dampak sosial serta
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
lingkungan dan cara dalam mengatasi dampak- Corporate Social Responsibility menjadi salah dampak tersebut. Tekanan dari berbagai pihak
satu nilai tambah ataupun pertimbangan untuk memaksa perusahaan
para investor dalam mengambil keputusannya tanggung jawab atas dampak aktivitas
untuk menerima
untuk berinvestasi.
bisnisnya terhadap masyarakat.Perusahaan Dewasa ini dunia usaha tidak lagi hanya dihimbau untuk bertanggung jawab terhadap
melihat nilai perusahaan yang dilihat dengan pihak yang lebih luas dari pada kelompok
kondisi keuangannya saja yang merupakan pemegang saham dan kreditur saja (Permana
tanggungjawab perusahaan yang sering dan Raharja, 2012). Dalam merespon tuntutan
dikenal dengan single bottom line namun dari berbagai pihak tersebut maka perusahaan
sudah mencakup kondisi keuangan, sosial dan berusaha mengungkapkan segala bentuk
aspek lingkungan yaitu tanggungjawab pertanggung jawabannya terhadap sosial
perusahaan lainnya yang disebut triple botom maupun
penerapan CSR pengungkapan tanggung jawab sosial atau
mendapatkan respon baik dari pemerintah Corporate Social Responsibility Disclosure
Indonesia dengan dikeluarkannya undang- (CSRD) dimana dalam pengungkapan tersebut
undang no.40 tahun 2007 tentang Perseroan diterangkan mengenai kegiatan apa saja yang
Terbatas dan mewajibkan perseroan yang telah perusahaan lakukan dalam upaya
bidang usahanya dibidang atau terkait dengan menganggulangi dampak sosial dari aktifitas
bidang sumber daya alam untuk melaksanakan yang dilakukan perusahaan. Untoro dan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Zulaikha (2013) mengartikan CSR merupakan
Undang-undang tersebut diperkuat dengan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
yaitu Peraturan lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun
kebijakan
pemerintah
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tanggung jawab lingkungan dengan tidak
Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial mengabaikan kemampuan perusahaan. Alasan
Dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam perusahaan dalam mengungkapkan CSR- nya
penelitian ini perusahaan yang menjadi sorotan bukan hanya karena keadaan mendesak
adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan terhadap tanggungjawab pada lingkungan
manufaktur dianggap sebagai perusahaan yang
kegiatannya mengolah bahan mentah menjadi dijadikan strategi dalam menarik dukungan
sekitar namun pelaksanaan CSR telah
barang jadi sehingga dalam aktivitas stakeholder dalam menjalankan usahnya
pengolahannya tersebut selain menghasilkan karena pelaksanaan CSR dapat meningkatkan
produk tentunya akan menghasilkan limbah nilai maupun image perusahaan. Disamping itu
sehingga perusahaan Corporate
ataupun
polusi
manufaktur memiliki tanggung jawab yang digunakan perusahaan untuk melegitimasi
Social
Responsibility dapat
lebih besar dalam menjaga lingkungan dan aktivitas perusahaan di kalangan masyarakat
dalam melaksanakan tanggung jawab sosial sekitar. Maksud dari melegitimasi adalah
tersebut perusahaan harus menginformasikan masyarakat akan menerima segala aktifitas
segala upaya yang telah dilakukannnya dalam perusahaan karena perusahaan telah menaati
laporan tahunannya berupa pengungkapan segala peraturan dan telah mengikuti nilai-nilai
tanggung jawab sosial.
yang dipegang oleh masyarakat sekitar Perusahaan dalam mengungkapkan sehingga
tanggung jawab sosial tidak terlepas dari perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut
pelaksanakan kinerja lingkungan yang baik. penting dalam memperoleh kepercayaan dari
Perusahaan biasanya akan mengungkapkan masyarakat maupun para investor. Dalam
kualitas kinerja lingkungan tersebut untuk
memberikan bukti bahwa perusahaan telah konsultan di New York) tahun 2012, diyatakan
survei Reputation Institute (perusahaan
berkontribusi dalam hal sosial dan lingkungan. bahwa sebesar 42% pandangan masyarakat
Sejalan dengan teori legitimasi, menyatakan terhadap suatu perusahaan didasari oleh
bahwa teori legitimasi memfokuskan pada persepsi mereka mengenai tanggung jawab
perusahaan dengan sosial perusahaan (Smith, 2012 dalam
interaksi
antara
masyarakat. Dengan legitimasi yang diberikan Yawenas, Tan dan Sutanto, 2013). Sehingga
masyarakat maka dengan kata lain masyarakat dapat dikatakan bahwa Pengungkapan
telah merestui keberadaan perusahaan tersebut
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.. …………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
karena telah menaati peraturan yang ada dan laba) akan mengungkapkan lebih banyak berkontribusi kepada lingkungan sekitar.
informasi kepada stakeholders . Sehingga Untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia,
mengurangi praktik kinerja lingkungan dapat dilihat dari Program
perusahaan
yang
manajemen laba akan lebih transparan atau Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
informasi aktivitas Pengelolaaan
mengungkapkan
perusahaan sebaliknya perusahaan yang PROPER. PROPER merupakan program yang
Lingkungan Hidup
atau
melakukan manajemen laba akan mengurangi dicetuskan oleh Kementrian Lingkungan
pengungkapan informasi. Menurut Utama Hidup sejak tahun 2002. Diharapkan dengan
(2007) dalam Wahyu dan Apriwenni (2012), program tersebut peran perusahaan dalam
praktik dan pengungkapan Corporate Social pelestarian lingkungan akan semakin terlihat.
Responsibility (CSR) merupakan konsekuensi Dalam
logis dari implementasi konsep serta prinsip perusahaan diukur dengan menggunakan
Governance , yang warna mulai dari yang terbaik emas, hijau,
Good
Corporate
perusahaan perlu biru, merah hingga yang terburuk hitam dan
menyatakan
bahwa
memperhatikan kepentingan stakeholders-nya , akan diumumkan setiap periode oleh
sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin kementerian lingkungan hidup.
kerja sama yang aktif dengan stakeholders -nya Pengungkapan tanggung jawab sosial
demi kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan digunakan sebagai alat komunikasi
perusahaan. Adanya mekanisme struktur perusahaan
corporate governance ini dapat mengurangi mengenai
asimetri informasi karena adanya satu kepentingan
kepentingan antara pemilik perusahaan dan perusahaan
perusahaan.dalam
suatu
manajemen. Good corporate governance itu kepentingan antara pemilik perusahaan dan
sendiri dianggap dapat mengatasi konflik manajemen. Penyatuan kepentingan tersebut
Organization for bertujuan untuk menghindari terjadinya
keagenan.
Menurut
Economic Cooperation ad Development asimetri informasi antara pemilik perusahaan
(OECD) dalam Paramita dan Marsono (2014), dan manajemen sehingga informasi mengenai
pengelolaan perusahaan yang sesuai dengan data
GCG adalah pengelolaan yang menerapkan dipertanggungjawabkan.Asimetri
keuangan berupa
laba
dapat
prinsip-prinsip GCG , yaitu kewajaran, terjadi karena adanya konflik keagenan antara
informasi
akuntabilitas, pertanggung- manajemen
transparansi,
jawaban. Dalam Pedoman Umum Good haan.konflik keagenan merupakan pemisahan
Corporate Governance Indonesia, khususnya kepentingan antara pemilik perusahaan dan
dalam prinsip responsibilitas , secara jelas manajemen perusahaan (Tarzeghi, 2012).
dinyatakan, “Perusahaan harus mematuhi Pemilik menginginkan pengembalian yang
perundang-undangan serta cepat dan besar atas investasi yang dilakukan.
peraturan
tanggungjawab terhadap Manajemen
melaksanakan
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat ataupun bonus dari para pemilik karena kinerja
menginginkan
kompensasi
terpelihara kesinambungan usaha dalam dalam meghasilkan laba. Sehingga pada suatu
jangka panjang dan mendapat pengakuan kondisi perusahaan dimana pengawasannya
sebagai good corporate citizen . ” Hal tersebut lemah bisa saja dimanfaatkan oleh pihak agen
menunjukkan bahwa ada hubungan yang untuk memanipulasi data mengenai laba
terkait antara corporate governance dengan perusahaan seolah-olah perusahaan mengalami
corporate social responsibility (Paramita et. keuntungan yang padahal rugi ataupun
al. 2014). Dalam mekanisme good corporate mengalami penurunan laba. Kegiatan yang
governance dapat dilihat dari beberapa aspek dilakukan agen tersebut sering disebut dengan
dewan komisaris, manajemen laba. Imhoff dan Thomas (1994)
diantaranya
Ukuran
kepemilikan manajerial, saham publik, dewan dalam djuitiningsih dan marsyah (2012)
komisaris independen, pemilikan saham asing, menyatakan bahwa perusahaan dengan metode
kualitas audit dan lain sebagainya. Dalam akuntansi yang lebih konservatif (dalam
penelitian ini menitik beratkan pada penelitian ini diproksikan dengan perusahaan
kepemilikan perusahaan dan ukuran dewan yang terlibat untuk mengurangi manajemen
komisaris.Sehingga mekanisme corporate
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
governance yang dipilih adalah ukuran dewan atau perusahaan publik, tidak mempunyai komisaris, dewan komisaris independen,
saham baik langsung maupun tidak langsung kepemilikan
dengan emiten atau perusahaan publik, tidak manajerial.
mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten Ukuran Dewan komisaris sebagai organ
atau perusahaan publik, dan tidak memiliki perusahaan bertugas dan bertanggung jawab
hubungan usaha baik langsung maupun tidak secara kolektif untuk melakukan pengawasan
langsung yang berkaitan dengan kegiatan dan memberikan nasihat kepada direksi serta
usaha emiten atau perusahaan publik. memastikan bahwa perusahaan melaksanakan
Komisaris independen bertujuan meningkat- Good Corporate Governance (KNKG, 2006)
komisaris dalam dalam (Paramita et. al. 2014). Dalam bertugas
kan prinsip dewan
pengawasan mekanisme good corporate dewan komisaris bertanggung jawab terhdap
governance yaitu menitik beratkan kepada RUPS.Pertanggung jawaban Dewan Komisaris
tujuan perusahaan diatas apapun. Komposisi kepada RUPS
merupakan perwujudan dewan komisaris independen yang semakin akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan
besar dapat mendorong dewan komisaris untuk perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-
bertindak objektif dan mampu melindungi prinsip GCG.Dewan komisaris dalam urutan
seluruh stakeholders sehingga hal ini dapat manajemen merupakan tingkatan tertinggi
mendorong pengungkapan CSR lebih luas. setelah pemegang saham. Paramita et. al. Kepemilikan publik menggambarkan (2014), semakin besar ukuran dewan
bahwa perusahaan telah siap dimonitori baik komisaris, maka pengalaman dan kompetensi
dari segi keuangan maupun non keuangan oleh kolektif dewan komisaris akan bertambah,
masyarakat. Semakin banyak pihak yang sehingga informasi yang diungkapkan oleh
membutuhkan informasi perusahaan maka manajemen akan lebih luas, selain itu ukuran
semakin banyak hal sekecil apapun yang dewan komisaris yang besar dipandang
dituntut untuk dibuka yang pada akhirnya sebagai mekanisme corporate governance perusahaan melakukan pengungkapan yang
yang efektif. Dengan wewenang yang dimiliki, semakin luas. Khan et al. (2012) dalam dewan komisaris dapat memberikan pengaruh
Paramita et. al. (2014) menyebutkan bahwa yang cukup kuat untuk menekan manajemen
ketika suatu perusahaan mulai go public , agar pengungkapkan informasi CSR lebih
secara langsung akuntabilitasnya terhadap transparan.Selain Dewan Komisaris sebagai
publik yang merupakan pemegang saham akan pengawas dalam suatu perusahaan, ada pula
sangat diperlukan. Ada penekanan terhadap komisaris independen sebagai kekuatan
akuntabilitas akan menyebabkan perusahaan penyeimbang dalam pengambilan keputusan
mengungkapkan informasi-informasi tamba- dari
han yang berkaitan dengan visibility dan komisaris dan komisaris independen sangat
dewan komisaris.Peranan
dewan
accountability perusahaan terhadap sejumlah penting dan diperlukan komitmen penuh dari
besar stakeholder . Semakin besar volume dua hal tersebut dalam menentukan
kepemilikan publik, semakin besar pula keberhasilan implementasi GCG (Effendi,
tekanan dari publik terhadap transparansi 2009:19) dalam Ramdaningsih dan Utama
informasi dari pihak perusahaan.sejalan (2013).
dengan hal tersebut seharusnya perusahaan Ukuran dewan komisaris independen
akan semakin luas dalam mengungkapkan merupakan salah satu hal penentu keberhasilan
kondisi perusahaan dan salah satunya implementasi
tanggung jawabnya terhadap lingkungan sosial komisaris independen di Indonesia diatur
GCG .Keberadaan
dewan
karena publik tidak hanya membutuhkan data dengan ketentuan Bapepam dan Peraturan
finansial semata namun publik pun berhak Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli
dalam mengetahui apa saja yang sudah tahun 2004. Berdasarkan aturan tersebut,
dilakukan oleh perusahaan dan dampak jumlah dewan komisaris independen minimal
sosialnya serta penanggulangan akibat dampak adalah 30%. Peraturan Bapepam IX.I.5 dalam
sosial tersebut. Untuk itu ukuran kepemillikan Untoro dan Zulaikha (2013), mendefinisikan
publik akan mendorong pengungkapan dewan
perusahaan kepada publik mengenai kondisi komisaris yang berasal dari luar emiten
komisaris
independen
sebagai
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.. …………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
perusahaan dan keterlibatan perusahaan dalam konsisten.Dari pemaparan tersebut penelitian kegiatan sosial.
ini termotivasi untuk menguji kembali Kepemilikan Manajerial merupakan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan saham yang dimiliki oleh
pengungkapan corporate social responsibility. manajemen
Tujuan penelitian ini adalah untuk haan.Manajemen merupakan pihak yang
menganalisis dan menguji secara empiris menjalankan perusahaan dimana tata kelola
pengaruh environmental performance , ukuran perusahaan
dewan komisaris, ukuran dewan komisaris manajemen.Baik buruk suatu pengelolaan
independen , kepemilikan public, kepemilikan perusahaan
manajerial, earning management terhadap manajemen dalam suatu perusahaan yang
corporate social responcibility disclosure . bersangkutan.
termotivasi dalam melakukan pengelolaan
TELAAH LITERATUR
perusahaan, apabila hasil dari aktivitasnya tersebut akan mendapatkan keuntungan bagi
Performance pihak manajemen itu sendiri. Jadi kepemilikan
Pengaruh
Environmental
terhadap CSR Disclosure investor mengindikasikan bahwa semakin
lingkungan menunjukan besar kepemilikan manajerial maka akan
Kinerja
seberapa pedulinya perusahaan terhadap semakin efektif pengelolaan perusahaan
komponen-komponen yang terdapat pada sehingga informasi mengenai perusahaan akan
Perusahaan yang lebih terbuka.
lingkungan
sekitar.
mengungkapkan kinerja lingkungan yang baik Gap research perihal determinan CSR
akan memberikan kesan positif bagi pelaku disclosure pun belum mencapai consensus,
pasar dibandingkan dengan perusahaan yang berikut
memiliki kinerja lingkungan yang buruk akan determinan pada penelitian terdahulu yang
adalah pembahasan
beberapa
berimplikasi buruk juga terhadap perusahaan. dianggap
Sehingga untuk perusahaan dengan kinerja disclosure: perihal pengaruh ukuran dewan
lingkungan yang baik perlu mengungkap- komisaris (UDK) terhadap CSR disclosure,
kannya.Dengan demikian dapat diakatakan Iswandika, Murtanto, Sipayung (2014),
bahwa kinerja lingkungan yang semakain baik Tumewu dan Rudiawarni (2014), Pasaribu,
akan meningkatkan motivasi dalam meng- Kowanda, dan Kurniawan (2015) menyatakan
ungkapan Corporate Social Responsibility . bahwa UDK berpengaruh terhadap CSR
Hasil Penelitian Permana dan Raharja (2012) Disclosure, sementara Paramita dan Marsono
mendukung asumsi yang ada, hasil penelitian (2014). Ramdhaningsih dan Utama (2013),
tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa Oktariani (2013) justru menyatakan bahwa
suatu perusahaan UDK tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja
lingkungan
berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR disclosure.Selanjutnya adalah pengaruh
corporate social responsibility . Namun dalam ukuran dewan komisaris independen (UDKI)
penelitiannya penelitian Wijaya (2012) terhadap CSR disclosure, dimana Al Azhar
dinyatakan bahwa kinerja lingkungan tidak (2014) serta Pasaribu, Kowanda, dan
berpengaruh signifikan terhadap pengung- Kurniawan (2015) menyatakan bahwa UDKI
social responsibility . berpengaruh
kapan
corporate
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang disclosure. Sebaliknya, Yawenas, Tan, dan
signifikan
terhadap CSR
diajukan:
Sutanto (2013), Paramita dan Marsono (2014)
H 1 : Kinerja Lingkungan berpengaruh signifi- serta Iswandika, Murtanto, dan Sipayung
Corporate Social (2014) justru menyatakan bahwa UDKI tidak
kan
terhadap
Responsibility Disclosure . memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CSR disclosure.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
Berdasarkan teori dan penelitian-
terhadap Corporate Social Responsibility
penelitian yang telah diungkapkan, mengenai
Disclosure
determinan pengungkapan Corporate Social Responsibility, ternyata memang masih
Dewan komisaris memiliki tugas menunjukan hasil yang beragam dan tidak
sebagai pengawas terlaksananya konsep Good
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
dalam menjalankan fungsi perusahaan.dewan komisaris dapat dikatakan
Corporate Governance yang dilakukan oleh
manajemen
manajemen dan dalam pengungkapan pula sebgai wakil dari para investor atau
informasinya tidak berpihak pada salah satu pemilik
pihak. Komisaris independen diharapkan pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan
perusahaan
untuk mengawasi
meningkatkan independensi dari dewan oleh manajemen. Dengan hak yang dimiliki
komisaris dalam menjalankan pengawasan dewan komisaris maka akan memberikan
kepada terselenggranya good corporate pengaruh dalam menekan manajemen dalam
dewan komisaris mengungkapkan informasi-informasi perusa-
governance .Sehingga
independen dengan wewenang yang dipegang haan salah satunya informasi mengenai
diharapkan mampu menekan dewan komisaris tanggungjawab sosial. Menurut Iswandika,
untuk lebih transparan dalam memberikan Murtanto dan Sipayung (2014) komposisi
kepada pihak yang dewan komisaris akan menentukan
informasinya
berkepentingan baik informasi finansial kebijakan perusahaan termasuk praktik dan
maupun non finansial. Asusmsi dari teori pengungkapan CSR, sehingga semakin
tersebut adalah banyaknya jumlah komisaris besar jumlah anggota dewan komisaris
independen akan menekan manajemen dalam maka akan semakin mudah untuk
pengungkapan tanggung jawab sosial. mengendalikan CEO dan monitoring yang
Penelitian terdahulu perihal pengaruh dilakukan akan semakin efektif. Maka dari itu
komisaris Independen terhadap pengungkapan diasumsikan bahwa Ukuran Dewan komisaris
CSR pun juga terdapat gap research. Hasil akan berpengaruh terhadap pengungkapan
studi yang dilakukan Nurkihin (2010), AL CSR.
Azhar (2014), serta Pasaribu, Kowanda, dan Studi
menyatakan bahwa pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap
komisaris Independen berpengaruh signifikan CSR-Disclosure pun memberikan hasil yang
terhadap pengungkapan CSR. Sebaliknya, berbeda-beda. Studi yang dilakukan Oktariani
Yawenas, Tan, dan Sutanto (2013), Untoro (2013), Iswandika, Murtanto dan Sipayung
dan Zulaikha (2013), Paramita dan Marsono (2014), Untoro dan Zulaikha (2013), dan
(2014), Ramdhaningsih dan Utama (2013), Terzaghi (2012) menyatakan bahwa ukuran
Iswandika, Murtanto, Sipayung (2014), dewan
Tezaghi (2012), Perwira dan Hadiprajitno signifikan terhadap pengungkapan CSR.
(2013) justru menyatakan bahwa komisaris Sebaliknya, Nur dan Priantinah (2012) justru
Independen tidak berpengaruh signifikan menyatakan
terhadap pengungkapan CSR.Dari uraian berpangaruh negatif signifikan terhadap
diatas maka hipotesis yang diajukan adalah pengungkapan CSR. Temuan lainnya pada
H 3 : Ukuran DewanKomisaris independen studi Permana dan Raharja (2012), Wijaya
berpengaruh signifikan terhadap CSR (2012), Djuitangingsih (2012), Paramita dan
Disclosure
Marsono (2014) justru menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpangaruh
Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap
sama sekali terhadap pengungkapan CSR.
Corporate Social Responsibility Disclosure
H 2 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap CSR Disclosure Proporsi saham yang dimiliki oleh masyarakat ataupun publik mengindikasikan
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
bahwa perusahaan telah siap untuk selalu Independen terhadap CSR Disclosure dimonitori oleh publik mengenai keadaan terkini perusahaan dan tentunya mengenai
Dewan komisaris independen merupakan kegiatan-kegiatan operasional yang dilakukan komisaris yang berasal dari luar perusahaan
oleh perusahaan. Semakin besar kepemilikan sehingga tidak memiliki hubungan istimewa
publik maka pihak yang akan memonitori dengan perusahaan yang diharapkan mampu
keadaan perusahaan pun akan menjadi lebih menitik beratkan pada kepentingan para
banyak dan tuntutan dalam pemberian pemegang
informasi akan semakin kuat termasuk independen difungsikan untuk memonitori
pengungkapan tanggung jawab sosialnya.
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.. …………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
Dengan kata lain, semakin besar saham yang (2015). Sebaliknya, Yawenas, Tan dan Sutanto dimiliki oleh publik, seharusnya pihak
(2013), Laksmitaningrum dan Purwanto perusahaan akan semakin luas dalam
(2013), Tezaghi (2012), Djuitaningsih dan mengungkapkan tanggung jawab sosial dan
Marsyah (2012) justru menyatakan bahwa berusaha sebaik-baiknya untuk mendapatkan
kepemilikan manjerial tidak berpengaruh dukungan dari publik (Khan et.al (2012) dalam
terhadap pengungkapan corporate social Perwira et.al (2013); serta Oktariani, 2013).
responsibility sehingga hipotesis yang Sebaliknya, Tumewu dan Rudiawarni (2014),
diajukan adalah:
Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan (2015),
H 5 : Kepemilikan manajerial berpengaruh serta Yawenas, Tan dan Sutanto (2013)
signifikan terhadap CSR Disclosure. Perwira dan Hadiprajitno (2013), Paramita dan Marsono (2014), Nur dan Priantinah (2012)
Pengaruh Earning Management terhadap
menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak
CSR Disclosure
berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure dengan penjelasan
Manajemen Laba timbul karena adanya bahwa kepemilikan publik relatif kecil karena
konflik kepentingan antara pemilik perusahaan kepemilikan publik tersebar ke berbagai
dengan pihak manajemen perusahaan dimana investor, sehingga kepemilikan masing-masing
dalam konflik tersebut terdapat asimetri investor menjadi sangat lemah untuk dapat
informasi, asimetri informasi adalah informasi mempengaruhi
yang diketahui oleh salah satu pihak pada termasuk dalam pengungkapan informasi.
kebijakan
perusahaan
kasus ini adalah informasi dikuasai oleh pihak
H 4 : Kepemilikan Publik
Berpengaruh
manajemen atau pihak agen. Agen dapat signifikan Terhadap CSR Disclosure mengutak-atik laba perusahaan yang akan dipublikasikan kepada pihak pemilik atau
Pengaruh Kepemilikan
Manajerial
investor guna mendapatkan bonus ataupun terhadap CSR Disclosure komisi dari pihak pemilik perusahaan. Yaitu dengan memberikan informasi keungan, salah
Kepemilikan Manajerial adalah jumlah satunya menaikan laba yang seharusnya saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak
menurun atau rugi disinilah muncul manajemen
manajemen laba. Perusahaan yang melakukan kepemilikan manajerial digunakan sebagai
perusahaan.
Meningkatkan
manjemen laba lebih tertutup kepada salah satu cara untuk mengatasi masalah yang
stakeholder mengenai informasi perusahaan ada di perusahaan. proporsi saham yang
baik keuangan maunpun non keuangan. dimiliki manajemen akan meningkatkan
yang melakukan motivasi
Sehingga perusahaan
manajemen laba akan mengurangi informasi memaksimalkan kepentingan pemegang saham
yang diungkap oleh perusahaan (Djuitaningsih yang tidak lain adalah manajemen itu sendiri.
dan Marsyah, 2012). Sebaliknya, Tezaghi Sehingga Manajemen berusaha sebaik
(2012) serta Pasaribu, Kowanda, dan mungkin meningkatkan pengelolaan dalam
Kurniawan (2015) justru menyatakan bahwa perusahaan dan pengungkapan informasi pun
earning management tidak berpengaruh akan semakin terbuka. Asumsi dari teori
signifikan terhadap pengungkapan corporate tersebut adalah semakin banyak kepemilikan
social responsibility . Dari uraian yang telah manajerial maka pengungkapan informasi
diutarakan hipotesis yang diungkapkan adalah: salah satunya adalah informasi tanggung
H 6 : Earning Management berpengaruh signifi- jawab sosial. Asumsi ini didukung oleh hasil
kan terhadap Corporate Social Responsi- studi yang dilakukan Paramita dan Marsono
bility Disclosure .
(2014), Priantana dan Yustian (2011), Ramdhaningsih dan Utama (2013), Al Azhar
Kerangka Pemikiran Penelitian
(2014), Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Environmental Performance
Ukuran Dewan Komisaris
Corporate Social
Komisaris Independen
Responsibility Disclosure
Kepemilikan Publik
Kepemilikan Manajerial
Earning Management
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran di atas menjelaskan Berdasarkan kriteria yang ditentukan, peneliti bahwa
memperoleh data sampel sejumlah 24 Environmental Performance , Ukuran Dewan
perusahaan yang memenuhi kriteria yang Komisaris,
sehingga sample secara Kepemilikan Publik, Kepemilikan Manajerial
keseluruhan sejumlah 120 sample. dan Earning
Management mempengaruhi variabel dependen yaitu Corporate Social
Teknik Pengumpulan Data
Responsibility Disclosure secara simultan maupun parsial.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1. Metode studi pustaka yaitu dengan
METODA PENELITIAN
mempelajari bermacam-macam literatur pustaka seperti jurnal nasional dan
Populasi dan Sampel
sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
2. Penelitian ini menggunakan data perusahaan Manufaktur yang terdaftar dalam
Populasi dalam penelitian ini adalah
sekunder yaitu annual report perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009
dan Indonesian Capital Market hingga tahun 2013.Metode yang digunakan
(ICMD) dalam periode 2009- untuk menentukan sampel adalah dengan
Directory
2013. Data sekunder diperoleh dari metode purposive sampling yaitu metode
website Bursa Efek Indonesia dan website pemilihan sampel dengan kriteria tertentu.
masing-masing perusahaan Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah:
Definisi Operasional Variabel
1) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) lengkap
Dalam penelitian ini Variabel Dependen selama periode 2009-2013.
adalah Pengungkapan Corporate Social
2) Perusahaan yang menerbitkan laporan Responsibility (CSR). Kemudian variabel tahunan dan laporan keuangan periode
digunakan adalah tahun 2009-2013 dan dinyatakan dalam
Independen
yang
Environmental Performance, ukuran dewan satuan mata uang rupiah.
komisaris,
proporsi
dewan komisaris
3) Perusahaan yang mengungkapkan laporan
kepemilikan manajerial, CSR periode tahun 2009 – 2013.
independen ,
kepemilikan publik, Earnings Management .
4) Perusahaan yang tergabung dalam PROPER periode tahun 2009 – 2013.
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.. …………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
Pengungkapan Corporate Social
diberi skor 1 sehingga jika perusahaan
Responsibility
mengungkapkan 1 item saja akan diberi skor 1 Pengungkapan CSR ( Corporate Social
dan skor 0 jika dalam perusahaan tidak Responsibility ) atau disebut juga dengan
mengungkapkan. Kemudian, skor dari setiap tanggung
untuk memperoleh pengungkapan informasi mengenai tanggung
keseluruhan skor dalam setiap perusahaan. jawab sosial yang terdapat pada laporan
Rumus perhitungan CSRDI ij adalah tahunan perusahaan.Menurut Untoro dan
sebgai berikut :
Zulaikha (2013) CSR merupakan bentuk ΣXji tanggung
lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun
tanggung jawab lingkungan dengan tidak
Keterangan :
mengabaikan kemampuan perusahaan. Pada
penelitian kali ini pengukuran pengungkapan CSRIij : Corporate social resonsibility index CSR serupa dengan penelitian Perwira dan
perusahaan j tahun i
Hadiprakitno (2013) dan penelitian Priantana Nj: Jumlah item untuk perusahaan j, nj = 78 dengan Yustian (2011) yaitu berdasarkan
Σxij: Jumlah item yang diungkapkan oleh peraturan Bapepam dimana pengungkapan
perusahaan j untuk tahun i CSR yang meliputi 7 tema, diantarnya
lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan Dibawah ini akan diberikan tabel 1 tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja,
mengenai item-item pengungkapan Tanggung produk, keterlibatan masyarakat, dan umum,
Jawab Sosial Perusahaan yang terdiri dari 7 dimana didalamnya terdapat 78 item yang
tema, yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan perlu diungkapkan perusahaan. Dalam Skala
keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang pengukuran CSR digunakan pengukuran
tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dengan skala nominal ( dummy ), yaitu masing-
dan umum.
masing item pada tiap kategori pengungkapan
Tabel 1.
Ringkasan Penjelasan Item-itemPengungkapan CSR
Ruang
Detail
Penjelasan
Lingkup Pengungkapan
Berisi mengenai aspek lingkungan dalam perusahaan, pengendalian polusi, mencegah atau memperbaiki kerusakan Lingkungan Butir 1 - Butir 13 lingkungan akibat kegiatan operasi perusahaan, serta bagaimana upaya perusahaan untuk menjaga lingkungan sekitar dalam kegiatan operasi Berisi mengenai penggunaan energi secara efisien, dan meningkatkan efisiensi
Energi Butir 1 - Butir 7
konsumsi energi dari pemakaian produk yang dihasilkan perusahaan. Berisi mengenai penerapan peraturan
Kesehatan dan standar mengenai kesehatan dan Keselamatan
Butir 1 - Butir 8
keselamatan pekerja yang ada Tenaga Kerja
diperusahaan
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Tabel 1. (Lanjutan)
Ruang
Detail
Penjelasan
Lingkup Pengungkapan
Berisi mengenai program-program yang diadakan perusahaan yang menguntungkan karyawan seperti
Lain-lain Butir 1 - Butir 29 program pelatihan, program pendidikan, Tenaga Kerja kebijakan penggajian, hubungan
perusahaan dengan serikat buruh serta kondisi kerja secara umum
Berisi mengenai informasi pengembangan Produk Butir 1 - Butir 10 produk, kualitas produk dan keselamatan produk
Berisi mengenai kegiatan perusahaan untuk masyarakat sekitar seperti
Keterlibatan Butir 1 - Butir 9 pelayanan kesehatan, pemberian beasiswa Masyarakat serta perencanaan dan perbaikan
masyarakat. Berisi mengenai aktivitas sosial
Umum Butir 1 - Butir 2 perusahaan yang lain yang tidak tercakup pada ruang lingkup yang ditentukan
Sumber: Diolah
Environmental Performance
komisaris adalah organ Menurut Verrecchia (1983) dalam
Dewan
bertugas melakukan Wijaya
perseroan
yang
pengawasan secara umum dan atau khusus disclosure teorinya mengatakan pelaku
sesuai dengan anggaran dasar serta memberi lingkungan yang baik percaya bahwa dengan
nasihat kepada direksi. Dewan komisaris mengungkapkan performance mereka berarti
perusahaan yang menggambarkan good news bagi pelaku
merupakan
organ
memastikan bahwa pengelolaan perusahaan pasar.Sehingga perusahaan yang memiliki
yang dilakukan oleh manajemen dilakukan kinerja lingkungan yang baik akan berupaya
dengan baik. Ukuran dewan komisaris diukur menginformasikan hal tersebut kepada pihak-
dengan jumlah anggota dewan komisaris di pihak yang berkepentingan. Pengukuran
perusahaan (Nur, 2012 dalam Oktariani 2013). kinerja lingkungan ini
menggunakan
peringkat kinerja PROPER yang dikeluarkan Ukuran Dewan K omisaris = Σ Dewan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Sistem
Komisaris Perusahaan Peringkat Kinerja PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima (5)
Ukuran Dewan Komisaris Independen
warna yakni : Komisaris independen adalah anggota
1. Emas : Sangat sangat baik; skor = 5 dewan komisaris yang berasal dari luar
2. Hijau : Sangat baik; skor = 4 perusahaan dan tidak memiliki hubungan
3. Biru : Baik skor = 3 bisnis dan kekeluargaan dengan para
4. Merah : Buruk; skor = 2 pemegang saham pengendali, anggota
5. Hitam : Sangat buruk , skor = 1 Direksi dan Dewan Komisaris lain. Menurut Muntoro (2006) dalam Untoro et. Al. (2013),
Ukuran Dewan Komisaris
komisaris independen diperlukan untuk
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.. …………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
meningkatkan independensi dewan komisaris perusahaan agar profit dari perusahaan terhadap kepentingan pemegang saham
maksimal sehingga pengembalian untuk (mayoritas) dan benar-benar menempatkan
pemegang saham pun akan maksimal yang kepentingan perusahaan diatas kepentingan
tidak lain adalah manajemen itu sendiri. lainnya. Jumlah dean komisaris pun diatur
Variabel kepemilikan manajerial ini diukur oleh Otoritas Jasa Keuangan Nomor
dengan persentase kepemilikan saham oleh 33/POJK.04/2014 mengenai Direksi dan
pihak manajemen, baik dewan komisaris Dewan Komisaris Perusahaan publik yang
maupun dewan direksi dibagi dengan jumlah menyatakan bahwa dalam hal dewan komisaris
saham yang beredar.
terdiri lebih dari 2 orang anggota maka jumlah komisaris independen paling kurang sebanyak
Kepemilikan Manajerial = 30% dari jumlah anggota dewan komisaris.
Dalam penelitian ini Komposisi dewan
komisaris diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris
Earning Management
yang independen terhadap total seluruh anggota dewan komisaris. Berikut ini rumus
Menurut Setiawati & Na’im, (2000) dalam
dalam Djuitiningsih (2012) Manajemen laba Independen:
mencari Komposisi
Komisaris
merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
Komisaris Independen= dan menambah bias dalam laporan keuangan
Jumlah Anggota Komisaris Independen
serta mengganggu pemakai laporan keuangan
Jumlah Seluruh Anggota Dewan Komisaris Independen
yang memercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.
Kepemilikan Publik
Earning management atau manajemen laba dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian
Perusahaan go public dan telah terdaftar Djuitaningsih et al. (2012).Manajemen laba dalam BEI adalah perusahaan-perusahaan
diproksikan dengan discretionary accrual yang memiliki proporsi kepemilikan saham
(DACC) yang merupakan nilai dari oleh publik, yang artinya bahwa semua
manajemen laba perusahaan. Dimana metode aktivitas dan keadaan perusahaan harus
yang digunakan lebih dikenal dengan dilaporkan dan diketahui oleh publik sebagai
Modified Jones Model. Berikut adalah cara salah satu bagian pemegang saham (Menurut
perhitungan Earning Management dengan Nur dan Priantinah, 2012). Semakin banyak
Modified Jones:
pihak yang membutuhkan informasi tentang
total akrual dengan perusahaan, semakin banyak pula detail-detail
1) Menghitung
menggunakanpendekatan aliran kas (cash butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan
flow approach) ,yaitu: demikian pengungkapan perusahaan akan
TACit = NIit – CFOit
semakin luas. Kepemilikan publik merupakan
2) Menentukan koefisien dari regresi total presentase kepemilikan publik terhadap total
akrual.
saham yang beredar. Dalam tahap ini akan menentukan β yang akan digunakan dalam menentukan
Kepemilikan Publik = nondiscretionary accrual , karenadalam
discretionary accrual (DACC) akan
terlihat perbedaan antara total akrual dengan nondiscretionary accrual dan
Kepemilikan Manajerial
dilakukan dengan melakukan regresi sebagai berikut: Kepemilikan manajerial adalah proporsi
langkah
yang
TACit/TA it-1 = β1(1/TA it-1 ) + β2((ΔREVit- saham yang turut dimiliki oleh para pihak
ΔRECit)/TA it-1 ) + β3(PPEit/TA it-1 )+e manajemen. Semakin besar kepemilikan
3) Menghitung nondiscretionary accrual. manjerial akan memberikan motivasi lebih
Seperti diutarakan pada tahap kedua bagi pihak manjemen dalam mengelola
bahwa hasil dari langkah tersebut akan
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
menghasilkan β yang akan digunakan
Model Persamaan Multiregresi
untuk memprediksi
Dalam penelitian ini analisis regresi persamaan berikut:
accrual melalui
berganda dugunakan untuk mengetahui ada NDAit = β1(1/TA it-1 ) + β2((ΔREVit-
tidaknya pengaruh environmental ΔRECit)/TA it-1 ) + β3(PPEit/TA it-1 )
atau
perfomance , ukuran
dewan komisaris,
4) Menentukan discretionary accrual. komisaris independen, kepemilikan publik, Setelah didapatkan nondiscretionary
kepemilikan
manajerial dan earning
terhadap pengungkapan bisa dihitung dengan rumus:
accrual ,kemudian discretionary accrual management
corporate
responsibility suatu perusahaan. Model persamaan pada penelitian
social
DAit = (TACit/TA it-1 ) – NDAit
ini adalah:
TACit = Total akrual perusahaan i pada
Keterangan :
periode t
= Pengungkapan Corporate NIit = Laba bersih perusahaan i pada
Social Responsibility periode t
= Konstanta CFOit = Aliran kas dari aktivitas
β 1 –β 6 = Koefisien regresi variabel operasiperusahaan i pada periode t
independen
TA it-1 = Total aset perusahaan i pada
X 1 = Environmental Performance akhirtahun t-1
X 2 = Ukuran Dewan Komisaris Δ REVit = Perubahan laba perusahaan i pada
X 3 = Komisaris Independen periode t
X 4 = Kepemilikan Publik Δ RECit = Perubahan piutang bersih perusahaan
X 5 = Kepemilikan Manajerial
X 6 = Earning Management PPEit = Property, Plant and
i pada periode t
e = Residual Equipment perusahaan atau aset tetap perusahaan i pada periode t
NDAit = Nondiscretionary accrual perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
i pada periode t DAit = Discretionary accrual perusahaan i
Deskriptif Statistik
pada periode t
e = Error
Tabel 2. Deskriptif Statistik
N Min Max Mean Std. Dev CSRD 120 ,269 ,705 ,500 ,1192463 EP 93 1,000 5,000 3,204 ,8792183
UDK 120 2,000 12,000 5,141 2,3950082 UDKI 120 ,142 1,000 ,436 ,1802012
KP 120 ,018 ,585 ,278 ,1573384 KM 55 ,000 ,179 ,040 ,0652284 EM 120 -,260 ,6068 ,087 ,1167996
Valid N
50 (listwise)
Sumber : Output SPSS 22
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.. …………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
independen, kepemilikan publik, kepemilikan kolmogorov-Smirnov dapat dilihat bahwa nilai
Pada hasil
uji
non-parametrik
manajerial dan earning management mampu kolmogorov – semirnov sebesar 0,200 dan
corporate social tidak signifikan pada 0,05 yaitu 0,200 > 0,05,
menjelaskan
variasi
rensponsibility disclosure sebesar 55,7 persen maka dapat dinyatakan bahwa residual
sedangkan sisanya yaitu 44,3% dipengaruhi berdistribusi normal. Berdasarkan tabel 3
oleh faktor lain yang tidak dimasukan dalam dapat dilihat bahwa seluruh variabel memiliki
model penelitian.
nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Sehingga menunjukan bahwa
Tabel 4.
data tersebut tidak mengalami masalah
Hasil Uji Hipotesis
multikolinearitas. Berdasarkan tabel 3 nilai D- W adalah sebesar 0,773, sehingga dapat
Variabel B Sig.t disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada
(Constant) ,525 ,000 persamaan yang terbentuk.
EP
Tabel 3.
UDK ,020 ,000
Hasil Uji Asumsi Klasik
UDKI -,320 ,001 KP ,115 ,181 Variabel Tolerance VIF KM -,565 ,010
EP
0.651 1,537 EM
UDK 0.609 1,641
Sig.F b UDKI
Adj.R2 55.70%
KP 0.956 1,046
KM 0.773 1,294
EM 0.933 1,072 PEMBAHASAN
Durbin-Watson 0.773
Asymp. Sig KS .200 c,d Pengaruh Environmental Performance terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure .
Interpretasi Persamaan Multiregresi dan
Dari pengujian yang dilakukan, variabel
Hasil Uji Hipotesis
Environmental
Performance tidak berpengaruh signifikan terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure dengan arah
persamaan multiregresi sebagai berikut: CSRD = 0,525 + 0,005EP + 0,020UDK -
koefisien positif.Sehingga hasil ini mendukung 0,320UDKI + 0,115KP
– 0,565KM – penelitiannya Wijaya (2012). Hasil yang diperoleh pada penelitian kali ini menunjukan
0,211EM bahwa besar atau kecil proporsi Environmental Performance tidak akan Dari table 4 juga diperoleh temuan mempengaruhi luasnya pengungkapan Corporate Social
bahwa secara simultan
environmental
performance , ukuran dewan komisaris, ukuran Responsibility yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek
dewan komisaris independen, kepemilikan Indonesia periode 2009-2013. Sebaliknya, publik, kepemilikan manajerial dan earning penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian management berpengaruh signifikan terhadap yang dilakukan Permana dan Raharja (2012) corporate social rensponsibility disclosure,
meski secara parsial hanya ukuran dewan yang menyatakan semakin bagus kinerja komisaris,
lingkungan perusahaan maka pengungkapan CSR pun akan semakin luas.
independen, dan kepemilikan manajerial yang berpengaruh signifikan. Secara keseluruhan
environmental performance , ukuran dewan
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris komisaris, Corporate Social Responsibility ukuran dewan komisaris terhadap
Disclosure.
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Dari pengujian yang dilakukan, variabel informasi mengenai perusahaan akan lebih ukuran dewan komisaris berpengaruh positif
luas.
signifikan terhadap
Corporate
Social
Responsibility Disclosure (CSRD). Hal ini
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
menunjukan bahwa semakin besar ukuran
Independen terhadap Corporate Social
dewan komisaris, maka akan semakin luas Responsibility Disclosure. pula pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. hasil
Berdasarkan hasil pengujian secara penelitian ini sejalan dengan penelitiannya
parsial pada penelitian ini antara variabel Untoro dan Zulaikha (2013), Laksmitaningrum
ukuran dewan komisaris independen terhadap dan Purwanto (2013), Iswandika, Murtanto
Corporate Social Responsibility Disclosure dan Sipayung (2014), Oktariani (2013) dan
yang disajikan dalam tabel 4 dapat diketahui Terzaghi (2012). Namun hasil penelitian ini
bahwa ukuran dewan komisaris independen berseberangan dengan hasil penelitian yang
berpengaruh signifikan dengan arah koefisien dilakukan oleh Permana dan Raja (2012),
negatif. Hasil penelitian ini mendukung Paramita dan Marsono (2014), Wijaya (2012),
penelitian yang dilakukan Azhar (2014), Ramdhaningsih dan Utama (2013), Oktariani
Priantina dan Yistian (2011), dan Nurkihin (2013), Djuitaningsih dan Marsyah (2012)
(2010). Sebaliknya penelitian ini tidak yang menyatakan bahwa ukuran dewan
mendukung studi yang dilakukan Perwira dan komisaris tidak berpengaruh signifikan
Hadiprajitno (2013), Yawenas , et,al. (2013), terhadap corporate social responsibility
Terzagi (2012), Djuitaningsih dan Marsyah disclosure. (2012), Iswandika et,al. (2014), Untoro dan
Disamping itu hasil dalam penelitian ini Zulaikha (2013) yang menyatakan bahwa mendukung teori agensi yang menyatakan
ukuran dewan komisaris independen tidak bahwa pada perekonomian yang modern