KLONING MANUSIA DAN TINJAUAN FILSAFAT

Makalah Filsafat dan Bioetika

KLONING MANUSIA DAN TINJAUAN
FILSAFAT

Disusun oleh:

Desy Sukma Risalahwati
Nim : 1505016001

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2015

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada penulis dalam menyusun proposal statistik ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.


Tidak menutup kemungkinan bahwa penulisan proposal ini banyak
terdapat kekurangan yang mendasar disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan
penulis, dimana penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan bekal ilmu
pengetahuan yang penulis miliki untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Di dalam penulisan proposal ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bantuan dan bimbingan yang mendukung dari berbagai pihak baik itu berupa
saran-saran dan masukan, maka penulis akan banyak mengalami kesulitan dan
hambatan yang cukup berarti. Bantuan dan bimbingan tersebut merupakan faktor
pendukung yang sangat penting dan bermanfaat bagi penulis.

Samarinda, Februari 2016

Penulis

i

DAFTAR ISI


Kata Pengantar ...................................................................................................i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah…………………………….…………………………… 2
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian………….…………………………………………… 2
1.6 Hipotesis………………………………………………………............... 2
BAB II Tinjauan Pustaka……........................................................................ 3
2.1 Metode Pembelajaran Berfikir Induktif.................................................... 3
2.2 Pengertian Belajar...................................................................................... 3
2.3 Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran Biologi…………………………….. 3
2.4 Aktivitas Belajar…………………………………………………………. 3
BAB III Metodologi Penelitian..………………….………………………..... 4
3.1 Metode Penelitian……………………………...………………………… 4
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………. 7
3.3 Variabel Penelitian……………………………..………………………... 10
3.4 Populasi dan Sampel………………………….………………………….. 14

3.5 Prosedur Penelitian………………………………………………………. 15
3.6 Teknik Analisa dan Pengumpulan Data…………………………………. 1

ii

iii

KLONING MANUSIA DAN TINJAUAN FILSAFAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bioteknologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup baik itu bakteri, fungi, virus, dan lain-lain maupun produk dari makhluk hidup
enzim, alkohol dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Pada zaman
sekarang ini perkembangan Bioteknologi tidak hanya semata – mata pada bidang ilmu biologi
saja melainkan juga perkembangan pada bidang – bidang ilmu murni dan terapan lain seperti
biokimia, computer, genetika, biologi molekuler, maupun mikrobiologi. Penerapan
bioteknologi dalam kehidupan sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Beberapa penerapan

dalam bidang teknologi yang sudah banyak dilakukan misalnya bidang teknologi
pangan adalah

pembuatan bir, roti,

maupun keju, pemuliaan

tanaman untuk

menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi
hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain
dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin.
Pada zaman sekarang, di Negara – Negara maju dan berkembang bioteknologi
berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai
macam

teknologi

seperti


rekayasa

genetika,

kultur

jaringan,

DNA

rekombinan

pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk
memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat
disembuhkan. Selain itu Hal – hal yang mendorong perkembangan bioteknologi ini adalah
untuk meningkatkan mutu baik itu dalam bidang pangan, medis, maupun bidang kehidupan
lainnya. Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui
aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu
organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada
organisme tersebut. Salah satu penerapan bidang bioteknologi yang sering dibicarakan orang

yaitu Kloning. Dimana dengan dilakukannya kloning ini maka akan bermanfaat bagi
kehidupan manusia baik itu dalam bidang pengobatan maupun yang lainnya.

1

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah yang bisa penulis angkat
yaitu:
1.

Bagaimana sejarah dan definisi kloning?

2.

Apa saja jenis – jenis kloning?

3.

Apa saja manfaat dilakukannya kloning ?


4.

Bagaimana tinjauan bioetika kloning ?

5.

Bagaimanakah kloning bila ditinjau dari filsafat ?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu agar kita semua dapat mengetahui,
memahami, dan mempelajari bagaimana kloning itu dalam pandangan filsafat dengan
memperhatikan pandangan sains dan etika kehidupan serta pada perspektif islam.

1.4 Batasan Masalah
Untuk mengfokuskan kajian terhadap kloning dalam makalah ini perlu adanya
pembatasan masalah, sehingga diperoleh kerangka dan sintesis pemikiran yang ditelaah
secara kritis terhadap aspek filsafat, Batasan – batasan masalah adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Kloning
2. Sejarah Kloning
3. Jenis – jenis Kloning

4. Prosedur dan Mekanisme Kloning Manusia
5. Keuntungan dan Kerugian Kloning
6. Tinjauan Filsafat Terhadap Kloning Manusia

2

BAB II
METODOLOGI PENULISAN
2.1. Metode Penulisan
Dalam pengerjaan makalah ini, metode yang digunakan adalah metode telaah pustaka
yaitu dengan cara pengumpulan informasi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, maupun
artikel-artikel dari internet yang terjaga validitasnya.

2.2. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penulisan makalah ini merupakan data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari hasil penelitian atau percobaan ataupun telaah yang telah dilakukan
peneliti atau penulis sebelumnya. Data yang diperoleh lalu dianalisis dan disarikan dalam
bentuk tulisan.
2.3. Sifat Tulisan
Tulisan dalam karya ilmiah ini bersifat deskriftif yang artinya memaparkan berbagai

informasi dan data yang diperoleh sehingga menjadi kesatuan yang utuh sehingga dapat
menjadi tambahan informasi.

3

BAB III
PEMBAHASAN
Tijauan filsafat ilmu terhadap kloning manusia dikaji dari 3 (tiga) aspek tinjauan yaitu
ontologi, epistemilogi dan aksiologi.
3.1 Tinjauan Ontologi Terhadap Kloning Manusia
Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu ta onta dan logi. Ta onta berarti
berada dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran, sehingga ontologi dapat diartikan
sebagai ilmu yang mengkaji tentang keberadaan suatu obyek (Anonim, 2010a). Dalam tulisan
ini kloning ditempatkan sebagai objek yang akan dikaji.
3.1.1

Definisi Kloning
Secara etimologis, kloning berasal dari kata “clone” yang diturunkan dari bahasa
Yunani “klon”, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Kata ini
digunakan dalam dua pengertian, yaitu :


a.

Klon sel yang artinya menduplikasi sejumlah sel dari sebuah sel yang memiliki sifat-sifat
genetiknya identik. dan

b. Klon gen atau molekular, artinya sekelompok salinan gen yang bersifat identik yang
direplikasi dari satu gen dimasukkan dalam sel inang.
Sedangkan secara terminologis, kloning adalah proses pembuatan sejumlah besar sel
atau molekul yang seluruhnya identik dengan sel atau molekul asalnya[1]. Kloning
dalam bidang genetika merupakan replikasi segmen DNA tanpa melalui proses seksual.
Itulah sebabnya kloning juga dikenal dengan istilah rekombinasi DNA. Rekombinasi DNA
membuka peluang baru dalam terobosan teknologi untuk mengubah fungsi dan perilaku
makhluk hidup sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia.
Metode kloning berbeda dengan pembuahan biasa, karena sel telur tidak lagi
memerlukan sel sperma untuk pembuahannya. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa bayi
“klon” dibuat dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil intinya kemudian
digabungkan dengan sel donor yang merupakan sel dewasa dari suatu organ tubuh. Hasil
gabungan tersebut kemudian ditanamkan ke dalam rahim dan dibiarkan berkembang dalam
rahim sampai lahir.


4

3.1.2

Sejarah Kloning
Kata kloning, dari kata Inggris clone, pertama kali diusulkan oleh Herbert Webber
pada tahun 1903 untuk mengistilahkan sekelompok makhluk hidup yang dilahirkan tanpa
proses seksual dari satu induk. Secara alami kloning hanya terjadi pada tanaman : menanam
pohon dengan stek. Kloning pada tanaman dalam arti melalui kultur sel mula-mula dilakukan
pada tanaman wortel. Dalam hal ini sel akar wortel dikultur, dan tiap selnya dapat tumbuh
menjadi tanaman lengkap. Teknik ini digunakan untuk membuat klon tanaman dalam
perkebunan. Dari sebuah sel yang mempunyai sifat unggul, kemudian dipacu untuk
membelah dalam kultur, sampai ribuan atau bahkan sampai jutaan sel. Tiap sel mempunyai
susunan gen yang sama, sehingga tiap sel merupakan klon dari tanaman tersebut.
Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada amfibi (kodok), dengan mengadakan
transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi. Sebagai donor digunakan
nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata donor nukleus dari sel
somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masih dapat membentuk embrio
normal. Keberhasilan ini tentu memicu penelitian lebih lanjut tentang kemungkinan
penerapan teknologi kloning ini pada hewan lain dan manusia. Hingga akhirnya pada tanggal
13 Oktober 1993, dua peneliti Amerika, Jerry L. Hall dan Robert J. Stillman dari Universitas
George Washington mengumumkan hasil kerjanya tentang kloning manusia dengan
menggunakan metode embryo splitting (pemisahan embrio ketika berada dalam tahap
totipotent) atas embrio yang dibuat secara in vitro fertilization (IVF). Dari proses embryo
splitting tersebut, Hall dan Stillman mendapatkan 48 embrio baru yang secara genetis sama
persis. 18 Penelitian terhadap kloning ini pun tetap berlanjut. Sejarah tentang hewan kloning
telah muncul sejak tahun 1900, tetapi hewan kloning baru dapat dihasilkan lewat penelitian
Dr. Ian Willmut seorang ilmuwan skotlandia pada tahun 1997, dan untuk pertama kali
membuktikan bahwa kloning dapat dilakukan pada hewan mamalia dewasa. Metode kloning
yang digunakan untuk mengklon biri-biri tersebut adalah metode somatic cell nuclear
transfer (SCNT). Hewan kloning tersebut dihasilkan dari inti sel epitel ambing domba
dewasa yang dikultur dalam suatu medium, kemudian ditransfer ke dalam ovum domba yang
kromosomnya telah dikeluarkan, yang akhirnya menghasilkan anak domba kloning yang
diberi nama Dolly.
Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning. Dolly
direproduksi tanpa bantuan domba jantan, melainkan diciptakan dari sebuah sel kelenjar susu
yang di ambil dari seekor domba betina. Dalam proses ini Dr. Ian Willmut menggunkan sel
5

kelenjar susu domba finndorset sebagai donor inti sel dan sel telur domba blackface sebagi
resepien. Sel telur domba blackface dihilangkan intinya dengan cara mengisap nukleusnya
keluar dari selnya menggunakan pipet mikro. Kemudian, sel kelenjar susu domba
finndorset difusikan (digabungkan) dengan sel telur domba blackface yang tanpa nukleus.
Proses penggabungan ini dibantu oleh kejutan/sengatan listrik, sehingga terbentuk fusi antara
sel telur domba blackface tanpa nucleus dengan sel kelenjar susu dompa finndorsat. Hasil fusi
ini kemudian berkembang menjadi embrio dalam tabung percobaan dan kemudian
dipindahkan ke rahim domba blackface. Kemudian embrio berkembang dan lahir dengan ciriciri sama dengan domba finndorset.
Sejak Wilmut et al. berhasil membuat klon anak domba yang donor nukleusnya
diambil dari sel kelenjar susu domba dewasa, maka terbukti bahwa pada mammalia pun klon
dapat dibuat. Atas dasar itu para ahli berpendapat bahwa pada manusia pun secara teknis klon
dapat dibuat.
1962 - John Gurdon mengklaim telah mengkloning katak dari sel dewasa.
1963 - J.B.S. Koin Haldane 'clone' istilah
1966 - Pembentukan kode genetik lengkap
1967 - Enzim DNA ligase terisolasi
1969 - Shapiero dan Beckwith mengisolasi gen pertama
1970 - enzim restriksi Pertama terisolasi
1972 - Paul berg menciptakan molekul DNA rekombinan pertama
1973 - Cohen dan Boyer menciptakan organisme pertama DNA rekombinan
1977 - Karl Illmensee mengklaim telah menciptakan tikus dengan hanya satu orangtua
1979 - Karl Illmensee membuat klaim telah kloning threemice
1983 - Solter dan McGrath sekering sel embrio tikus dengan telur tanpa inti, tetapi gagal untuk
mengkloning teknik mereka
1984 - Steen Wiladsen klon domba dari sel embrio
1985 - Steen Wiladsen klon domba dari sel embrio. Steen Wiladsen bergabung Genetika Grenad
untuk mengkloning sapi secara komersial
1986 - Steen Wiladsen klon ternak dari sel dibedakan
1986 - Pertama, Prather, dan klon Eyestone sapi dari sel embrio
1990 - Proyek Genom Manusia dimulai
1996 - Dolly, hewan pertama yang dikloning dari sel dewasa lahir
1997 - Presiden Bill Clinton mengusulkan moratorium lima tahun pada kloning
6

1997 - Richard Benih mengumumkan rencananya untuk mengkloning manusia
1997 - Wilmut dan Campbell menciptakan Dolly, domba kloning dengan gen manusia dimasukkan
1998 - Teruhiko Wakayama menciptakan tiga generasi tikus kloning genetik identik.
3.2 Tinjauan Epistemologi Terhadap Kloning Manusia
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti “pengetahuan” dan logos yang
berarti “teori”. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai teori pengetahuan. Dalam ilmu
filsafat, epistemologi dikategorikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari asal mula
pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan (Keraf dan Dua, 2001). Dalam
tulisan ini dasar pengembangan teknologi kloning yang merupakan metode utama untuk
menghasilkan individu atau jaringan/ organ tertentu sebagai tinjauan epistemologi.
3.2.1

Jenis dan Metode Kloning
Jika ditinjau dari cara kerja dan tujuan pembuatannya, kloning dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu :

a.

Kloning Embrional (Embryonal Cloning)
Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh kembar identik,
meniru apa yang terjadi secara alamiah. Setelah pembuahan terjadi, beberapa buah sel
dipisahkan dari embrio hasil pembuahan. Setiap sel tersebut kemudian dirangsang dalam
kondisi tertentu untuk tumbuh dan berkembang menjadi embrio duplikat yang selanjutnya
diimplementasikan dalam uterus agar berkembang menjadi individu baru yang memiliki
komposisi materi genetik yang sama dengan klonnya.

b. Kloning

DNA

Dewasa (Adult

DNA

Cloning) atau

disebut

juga

kloning

reproduktif (Reproductive Cloning)
Kloning DNA dewasa atau kloning reproduktif adalah rekayasa genetis untuk
memperoleh duplikat dari seorang individu yang sudah dewasa. Dalam teknologi ini, inti sel
berisi materi genetik difusikan ke dalam sel telur. Hasil fusi dirangsang dengan kejutan listrik
agar membelah membentuk embrio yang kemudian diimplementasikan ke dalam uterus agar
berkembang menjadi janin[2](Wilmut, et.al. 1997)
Kloning reproduktif pertama kali dilakukan oleh seorang Ilmuan Inggris, John
Gurdon. Beliau berhasil melakukan kloning pada katak. Kemudian para peneliti dengan
antusias melakukan percobaan lain pada mamalia. Sampai dengan tahun 1996 tepatnya 5 Juli,
Ian Wilmut dan para peneliti yang lain dari Roslin Institute di Edinburg (Skotlandia) berhasil
menciptakan biri-biri yang diberi nama Dolly, akan tetapi penelitian ini dikatakan belum
berhasil karena Dolly yang seharusnya dapat mencapai umur 11 tahun ternyata hanya dapat
7

mencapai umur 6 tahun. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa Dolly mengalami penuaan
dini, menderita penyakit radang sendi, dan infeksi paru kronis.
Kloning reproduktif mengandung arti suatu teknologi yang digunakan untuk
menghasilkan individu baru atau teknologi yang digunakan untuk menghasilkan hewan yang
sama dengan menggunakan teknik SCNT. Genetika individu klon tidak seluruhnya memiliki
kesamaan dengan sang induk, persamaan genetika individu klon dengan induknya hanya
terletak pada inti DNA donor yang berada di kromosom. Individu klon juga memiliki
material genetik lainnya yang berasal dari DNA mitokondria di sitoplasma. Teknologi
kloning reproduktif dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kepunahan hewan-hewan
langka ataupun hewan-hewan sulit dikembangbiakkan. Namun, laju keberhasilan teknologi
ini sangatlah rendah seperti pada contoh yaitu Domba Dolly merupakan contoh kloning
reproduktif yang satu-satunya klon yang berhasil lahir setelah dilakukan 276 kali percobaan.
Pada kloning reproduktif ini sel donor yang berupa sel somatik (2n) diintroduksikan
ke enucleated oocyte. Keberhasilan proses aktivasi embrio konstruksi secara kimiawi atau
mekanik mengakibatkan terjadinya proses pembelahan sampai ke tahap blastosit. Kemudian,
embrio dimplantasikan ke dalam rahim untuk dilahirkan secara normal. Berbeda pada kloning
kesehatan yang setelah embrio mencapai tahapan blastosit, embrio dikultur secara in vitro
untuk didiferensiasikan menjadi berbagai jenis sel untuk kegunaan terapeutik atau kesehatan.
Sampai saat ini, hewan klon yang berhasil diproduksi jumlahnya cukup banyak, di
antaranya adalah domba, sapi, kambing, kelinci, kucing, dan mencit. Sementara itu, tingkat
keberhasilan kloning masih rendah pada hewan anjing, ayam, kuda, dan primata. Masalah
yang kerap kali timbul dalam kloning reproduktif adalah biaya dan efisiensinya. Penelitian
dalam kloning reproduktif membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan tingkat kegagalannya
tinggi. Di samping tingkat keberhasilan yang rendah, hewan klon cenderung mengalami
masalah defisiensi sistem imun serta sangat rentan terhadap infeksi, pertumbuhan tumor, dan
kelainan-kelainan lainnya.
Penyebab timbulnya berbagai masalah di atas adalah adanya kesalahan saat
pemrograman material genetik(reprogramming) dari sel donor. Kesalahan pengkopian DNA
dari sel donor atau yang lebih dikenal dengan sebutan genomic imprinting akan
mengakibatkan terjadinya perkembangan embrio yang abnormal. Berbagai contoh
abnormalitas

yang

terjadi

pada

klon

mencit

adalah

obesitas,

pembesaran

plasenta (placentomegally), kematian pada usia dini. Parameter yang dijadikan sebagai tolak
ukur keberhasilan dalam SCNT adalah kemampuan sitoplasma pada sel telur untuk
8

mereprogram inti dari sel donor dan juga kemampuan sitoplasma untuk mencegah terjadinya
perubahan-perubahan secara epigenetik selama dalam perkembangannya. Dari semua
penelitian yang telah dipublikasikan, tercatat hanya sebagian kecil saja dari embrio hasil
rekonstruksi (menggunakan sel somatik dewasa atau fetal) yang berkembang menjadi
individu muda yang sehat.
c.

Kloning Terapeutik (Therapeutic Cloning).
Kloning terapeutik adalah rekayasa genetis untuk memperoleh sel, jaringan atau organ
dari satu individu tertentu untuk tujuan pengobatan atau perbaikan kesehatan. Dari embrio
hasil rekonstruksi ‘DNA-sel telur”, diambil sel-sel bakalnya yang disebut dengan istilah stem
cell. Stem cell adalah sel bakal yang dapat berkembang menjadi berbagai macam jaringan
atau organ sesuai dengan induktor atau rangsangan. Melalui kloning terapeutik ini dapat
dikatakan suplai jaringan dan organ menjadi tidak terbatas, sehingga seseorang yang
memerlukan cangkokan jaringan atau organ tidak perlu menunggu lama tanpa kepastian.

3.2.2

Prosedur dan Mekanisme Kloning Pada Manusia
Secara teoretis, prosedur dan mekanisme kloning terhadap makhluk hidup sedikitnya
harus melalui empat tahap yang diurutkan secara sistematis. Keempat tahap itu adaah isolasi
fragmen DNA, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor, transformasi, dan seleksi hasil
kloning[3].
Dalam tataran aplikasi, rentetan proses kloning dapat dilakukan dengan mengikuti
beberapa langkah konkrit berikut[4], yaitu:

1. Mempersiapkan sel stem, yaitu suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh.
Sel ini diambil dari makhluk hidup yang hendak dikloning.
2. Sel stem diambil inti selnya yang mengandung informasi genetik kemudian dipisahkan dari
sel.
3.

Mempersiapkan sel telur, yaitu sebuah sel yang diambil dari makhluk hidup dewasa
kemudian intinya dipisahkan.

4. Inti sel dari stem diimplementasikan ke sel telur.
5.

Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah menjadi
embrio.

6.

Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri dan siap
diimplementasikan ke dalam rahim.

9

7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi janin dengan kode genetik persis sama dengan sel stem
donor.

3.3 Tinjauan Aksiologi Terhadap Kloning Pada Manusia
Aksiologi adalah ilmu yang mempertanyakan nilai suatu obyek yang akan dikaji.
Karena itu dalam tulisan ini diuraikan tentang manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh
penerapan teknologi reproduksi pada manusia (Anonim, 2010a).
3.3.1

Manfaat Kloning
Secara garis besar kloning bermanfaat:

a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya
reproduksi-embriologi dan diferensiasi. Dengan pengembangan ilu pengetahuan baru di
bidang bioteknologi akan membuka peluang lebar bagi peneliti untuk menemukan cara baru
lagi untuk memecahkan masalah-masalah yang berujung pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
b. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa
tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba, kambing dan
lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit unggul, maka anggota
klonnya pun akan mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih
meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal ini ke dalam
nukleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya akan mempunyai
gen tambahan yang lebih unggul.
c.

Untuk tujuan diagnostik dan terapi
Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika
thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak.
Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan terlebih dahulu dibuat klon
pada tingkat blastomer. Jika ternyata salah satu klon blastomer tersebut mengandung kelainan
gen yang menjurus ke thalasemia mayor, maka dianjurkan untuk melakukan terapi gen pada
blastomer yang lain, sebelum dikembangkan menjadi blastosit.
Contoh lain adalah mengkultur sel pokok (stem cells) in vitro, membentuk organ atau
jaringan untuk menggantikan organ atau jaringan yang rusak. Mengingat fakta bahwa
seldapat dimanipulasi untuk meniru jenis sel lain, ini dapat memberikan cara baru untuk
10

mengobati penyakit seperti kanker dan Alzheimer. Kloning juga menawarkan harapan
kepada orang yang membutuhkan transplantasi organ. Orang – orang yang membutuhkan
transplantasi organ untuk bertahan hidup akibat suatu penyakit sering menunggu bertahuntahun untuk donor mendapatkan donor yang cocok.
Dengan teknologi kloning maka pasien tidak perlu menunggu lama untuk donor
transplantasi organ tersebut.
d. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan
Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara medis infertilitas
dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara psikologis ia merupakan kondisis
yang menghancurkan, atau membuat frustasi. Salah satu bantuan ialah menggunakan teknik
fertilisasi in vitro. (in vitro fertilization = IVF). Namun IVF tidak dapat menolong semua
pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang tidak dapat memproduksi sel telur atau
seorang pria yang tidak dapat menghasilkan sperma, IVF tidak akan membantu.
Dalam hubungan ini, maka teknik kloning merupakan hal yang revolusioner
sebagai pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma atau telur.
Mereka hanya memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun diambil, sudah
memungkinkan mereka punya turunan yang mengandung gen dari suami atau istrinya.
e.

Melestarikan Spesies Langka
Meskipun upaya terbaik dari konservasionis di seluruh dunia, beberapa spesies yang
hampir punah. Kloning Dolly sukses merupakan langkah pertama dalam melindungi satwa
langka. Contoh lainnya adalah hasil cloning yang melahirkan Noah, hewan gaur (spesies dari
Asia Tenggara yang mirip bison), yang merepresentasikan percobaan pertama yang dilakukan
oleh para ilmuwan untuk mengkloning hewan yang terancam punah. Para ilmuwan di
Amerika berharap bisa mengambil langkah besar dalam upaya melindungi spesies yang
terancam punah dengan melahirkan kloningan gaur di sebuah peternakan di Iowa.

f.

Meningkatkan pasokan makanan
Kloning dapat menyediakan sarana budidaya tanaman yang lebih kuat dan lebih tahan
terhadap penyakit, sambil menghasilkan produk lebih. Hal yang sama bisa terjadi pada ternak
serta di mana penyakit seperti penyakit kaki dan ulut bisa menjadi eradicated.Kloning karena

11

itu bisa secara efektif memecahkan masalah pangan dunia dan meminimalkan atau mungkin
kelaparan.

3.3.2

Efek Negatif Kloning

a) Kloning membatasi variasi genetik, keragaman populasi akan hilang, akibatnya setiap orang
memiliki respon yang sama
Jika kloning pada tanaman bertujuan menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifatsifat identik dengan induknya maka kloning pada tanaman akan menghasilkan individu baru
yang sama dengan sifat induknya. Hal ini hal ini akan menurunkan keanekaragaman tanaman
baru yang dihasilkan. Tentu hal ini akan menurunkan keanekaragaman tanaman baru yang
dihasilkan. Akibatnya, keanekaragaman tumbuhan yang merupakan sumber daya alam hayati
pun akan semakin menurun (Kusmaryanto, 2001).
Demikian juga kloning pada hewan, akan menurunkan keanekaragaman hewan.
Keanekaragaman genetik memainkan peran yang sangat penting dalam sintasan dan
adaptabilitas suatu spesies, karena ketika lingkungan suatu spesies berubah, variasi gen yang
kecil diperlukan agar spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi. Spesies yang memiliki
derajat keanekaragaman genetik yang tinggi pada populasinya akan memiliki lebih banyak
variasi alel yang dapat diseleksi. Seleksi yang memiliki sangat sedikit variasi cenderung
memiliki risiko lebih besar. Dengan sedikitnya variasi gen dalam spesies, reproduksi yang
sehat akan semakin sulit, dan keturunannya akan menghadapi permasalahan yang ditemui.

b)

Kloning pada hewan dan manusia masih dipertentangkan karena akibat yang ditimbulkan
seperti contohnya: resiko kesehatan terhadap individu hasil kloning. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa kloning manusia dapat disalahgunakan untuk menciptakan spesies atau
ras baru dengahn tujuan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Lagipula, kloning pada
mamalia belum sepenuhnya sempurna.
Dapat dilihat dari domba Dolly yang menderita berbagai penyakit dan berumur
pendek.. Setelah hidup hanya 6 tahun (umur domba biasanya mencapai 11-12 tahun), Dolly
mati muda disebabkan penyakit paru-paru yang biasanya menyerang domba-domba yang
lanjut usia. Dolly juga mengidap penyakit arthritis, mengerasnya sendi-sendi dan engsel
tulang, lagi-lagi penyakit yang biasa ditemukan pada domba yang sudah mulai uzur.
Penelitian sesudah kematiannya, menunjukkan bahwa Dolly memiliki telomer yang lebih
pendek daripada domba normal seusianya. Telomer adalah bagian yang melindungi ujung12

ujung kromosom (bundelan rantai DNA) yang memendek setiap kali sebuah sel membelah,
atau boleh dikatakan setiap saat individu itu bertumbuh. Individu hasil kloning sel-selnya
diperoleh dari induknya. Ini berarti umur sel-sel hasil kloning pun sama dengan umur sel-sel
induknya. Oleh karena itu, individu hasil kloning pun akan memiliki umur sama dengan
induknya. Dolly dikloning dari domba yang berusia 6 tahun dan hasil penelitian ini seolaholah menunjukkan bahwa tubuh Dolly sudah berumur 6 tahun pada saat dilahirkan.
c) Terjadi kekecauan kekerabatan dan identitas diri dari klon maupun induknya.
Klon atau individu hasil cloning akan diangggap sebagai kopian dari individu lain
yang dianggap sebagai induknya karena memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Sehinggga terjadi kekacauan apakah status klon tersebut adalah anak atau merupakan
kembaran dari individu aslinya (Kusmaryanto, 2001).
d) Teknik yang dipakai dalam kloning manusia dianggap tidak aman dan efektif. Hal ini justru
dapat merendahkan martabat manusia karena resiko kerusakan masih sangat tinggi. Hal ini
tidak etis karena hasil yang akan dicapai dengan program itu masih jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan resiko kerusakan yang dihasilkan oleh teknik kloning tersebut.
e)

Ketidakadilan Sosial. Biaya yang dibutuhkan dalam kloning tentu akan sangat besar, dan
hanya orang-orang kayalah yang mampu membuat kloning. Hal ini tentu akan semakin
memperlebar jurang antara orang kaya dan orang miskin

f)

Melanggar hak untuk dikandung secara natural. Setiap individu memiliki hak untuk
dikandung secara natural oleh ibunya. Dalam kloning, terbentuknya embrio terjadi dibawah
rekayasa manusia (tidak secara natural), dan terjadi tidak di dalam rahim seorang perempuan

g)

Pelanggaran terhadap martabat prokreasi. Prokreasi terjadi dengan adanya persatuan
seksualitas manusia antara laki-laki perempuan secara natural (ada hubungan seksual).

h)

Pada Kloning terapeutik. Jumlahnya sel somatik sedikit, sangat jarang ditemukan pada
jaringan matur sehingga sulit mendapatkan sel somatik dalam jumlah banyak.

i)

Penggunaan SCNT dalam kloning terapeutik demi memperoleh embryonic stem cell yang
juga merusak embrio hasil SCNT tidak dapat dibenarkan secara moral (Saputra, 2006),

13

3.4 Pandangan Islam Terhadap Kloning Manusia
Untuk menetapkan hukum Kloning, para ulama kentemporer menggunakan ijtihad
insya’I karena persoalan tersebut belum dibahas dalam kitab-kitab fiqh klasik.
1. Ditinjau dari sisi hifzh al-din (memelihara agama), kloning manusia tidak membawa dampak
negative terhadap keberadaan agama.
2. Ditinjau dari sisi hifzh al-nafs (memelihara jiwa), kloning tidak menghilangkan jiwa bahkan
justru melahirkan jiwa yang baru.
3. Dilihat dari sisi hifzh al-‘aql (memelihara akal), memelihara manusia kloning juga tidak
mengancam eksistensi akal, bahkan keberhasilan Kloning yang sempurna dapat membuat
manusia mempunyai akal cerdas.
4. Namun jika dilihat dari sisi hifzh al-nasl (memelihara keturunan), kloning manusia
dipertanyakan. Dalam pandangan islam, masalah keturunan merupakan sesuatu yang sangat
essensial, karena keturunan mempunyai hubungan erat dengan hukum yang lain seperti
pernikahan, warisan, muhrim, dan sebagainya. Dan apabila ditinjau dari sisi hifzh al-mal
(memelihara harta), akan terkait dengan mashlahat dan mafsadat yang diperoleh dai usaha
pengkloningan. Andaikata Kloning terhadap manusia hanya kan menghambur-hamburkan
harta, tanpa adanya keseimbangan dengan manfaat yang diperoleh, maka Kloning menjadi
terlarang.
Berkaitan dengan penciptaan manusia, Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia
diciptakan sebagai makhluk paling sempurna di antara seluruh makhluk yang ada di alam
semesta. Hal itu secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-Tin ayat : 4 yaitu :
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
(Q.S At-Tin ayat : 4)
Penjelasan Allah dalam A-Qur’an tentang kesempurnaan penciptaan manusia di
antara segala makhluk ciptaan-Nya yang lain, tentu tidak dapat dibantah oleh orang-orang
beriman. Dengan menggunakan logika sederhana dapat digeneralisasi bahwa sesuatu yang
sudah sempurna, kemudian disempuranakan lagi, tentu saja dapat menghilangkan sifat
kesempurnaannya, bahkan bisa berakibat rusak sama sekali.
Majma’ Buhuts Islamiyyah Al-Azhar di kairo mengeluarkan fatwa yang menyatakan
bahwa Kloning manusia itu haram dan harus di perangi serta di halang-halangi dengan
berbagai cara. Naskah fatwa itu juga menguatkan bahwa Kloning manusia telah menjadikan
manusia yang di muliakan Allah SWT menjadi objek penelitian dalam percobaan, serta
melahirkan berbagai masalah pelik lainnya. Fatwa tersebut juga mensinyalir bahwa Islam
tidak menentang ilmu pengetahuan yang bermanfaat, bahkan sebaliknya, Islam justru
14

mendukung bahkan memuliakan para ilmuwan. Namun, bila ilmu pengetahuan itu
membahayakan serta tidak mengandung manfaat, maka Islam mengharamkan dengan
melindungi dari bahaya tersebut.
“Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami
ciptakan”. (QS. Al-Isra : 70).
Praktik Kloning manusia berimplikasi negatif secara langsung pada hukum-hukum
yang ditetapkan Al-Qur’an dan hadist, yaitu :
a.

Hubungan perkawinan. Kloning mampu memproduksi manusia tanpa melalui hubungan
seksual. Dan proses tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist yang menetapkan
bahwa untuk memperoleh keturunan diharuskan melalui hubungan seksual yang di legislasi
oleh sebuah lembaga perkawinan yang sah.

b.

Warisan dan garis keturunan. Kloning dapat berakibat munculnya kesamaran dalam hal
penentuan garis keturunan yang akan mempengaruhi oleh hukum pembagian warisan.

c.

Pemeliharaan anak. Kloning juga dapat menimbulkan kesamaran dalam masalah kewajiban
untuk memelihara dan mendidik anak hasil produksi Kloning. Islam sangat memperhatikan
hubungan psikologis yang terjalin antara anak dan orang tua. Bila seorang anak lahir dari
hasil kloning, maka akan timbul kesulitan untuk memastikan siapakah sosok ayah atau sosok
ibu yang akan dijadikan tempat perlindungan psikologisnya.

3.5 Sintesis Pemikiran
Proses kloning pada manusia secara teori bisa dilakukan, namun persoalannya adalah
apakah teknologi sudah cukup matang untuk dilakukan ?. Bila kita mencermati kegagalan
yang dilakukan pada Dolly mencapai 277 kali maka hal ini dimungkin dilakukan, di sisi lain
juga hasil kloning Dolly memiliki banyak kelemahan dari segi imunitas (kekebalan) dan
umur yang pendek. Selain itu dari aspek moral dan etika tidak dibenarkan menjadikan
manusia sebagai subyek percobaan, dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Sehingga penerapan teknologi kloning pada manusia sebaiknya tidak perlu dilakukan
dilihat dari segi biaya proses kloning memerluka dana yang cukup besar dan dari segi
manfaat, kloning manusia tidak memiliki nilai manfaat apa-apa, karena kloning itu sendiri
hanya untuk menciptakan individu baru yang sama persis dengan induknya, memperbanyak
individu yang persis dengan induknyapun memberikan resiko yang tinggi.

15

Dalam pandangan agama islam dari sisi hifzh al-nasl (memelihara keturunan), kloning
manusia dipertanyakan. Dalam pandangan islam, masalah keturunan merupakan sesuatu yang
sangat essensial, karena keturunan mempunyai hubungan erat dengan hukum yang lain
seperti pernikahan, warisan, muhrim, dan sebagainya. Dan apabila ditinjau dari sisi hifzh almal (memelihara harta), akan terkait dengan mashlahat dan mafsadat yang diperoleh dai
usaha pengkloningan. Andaikata Kloning terhadap manusia hanya kan menghamburhamburkan harta, tanpa adanya keseimbangan dengan manfaat yang diperoleh, maka Kloning
menjadi terlarang[5] .

16

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
a) Kloning adalah salah satu metode rekayasa genetika dengan cara mengambil materi genetik
dari sel donor yang sifatnya diinginkan dan mengkulturkannya di dalam sel telur untuk
menghasilkan embrio baru yang sifatnya sama dengan materi genetik sel donor.
b)

Kloning secara garis besar dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Kloning Embrional (Embryonal
Cloning), Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning), Kloning Terapeutik (Therapeutic
Cloning).

c)

Secara teoritis kloning pada manusia bisa dilakukan, namun kloning dalam persepsi
masyarakat banyak terjadi reaksi penolakan, hal ini dipandang dari segi moral dan etika serta
menurut padangan agama khususnya islam memberikan fatwa haram pada penerapan kloning
pada manusia.

d) Kloning ditinjau dari segi etika, diperbolehkan selama kloning tersebut tidak menimbulkan
kerugian yang lebih banyak daripada kebaikannya bagi manusia.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut maka dapat disarankan agar masyarakat bisa
memahami keberadaan kloning dengan pemahaman menyangkut pendekatannya melalui
bidang biologis, etika moral, religius dan juga efeknya bagi hidup masyarakat manusia pada
umumnya.

17

Daftar Pustaka
Andromeda. 2009.Kisah Sebuah Rakit Tua. Dewan Pengurus Daerah Pemuda Theravada Indonesia.
Sumatera Utara.
Anonim. 2001. Teknologi Reproduksi Melahirkan Paradigma Baru Dalam Masyarakat. Available at :
http://www. Teknologi Reproduksi Melahirkan Paradigma Baru Dalam Masyarakat. Opened
:02.12.2012
Herdiana, T.R. 2010. Kloning. Available at : http://anggiekanatsuki.blogspot.com/. Opened :02.12.2012
Hine, T.M. 2004. Kloning Untuk Menghasilkan Hewan Dengan Genotip Yang Diinginkan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Keefer, C.L., R. Keyston, B. Bhatia, A. Lazaris, I. Begin, N. Kafidi, A. Bilodeau, B. Wang, T.Tao, D.
Laurin, F.J. Zhou, B.R. Downey, H. Baldassarre, and C,N, Karatzas. 2000. Efficient
production of viable goat offspring following nuclear transfer using adult somatic cells. Biol.
Reprod Suppl. 1, 62 : 192.
Keraf, A.S. dan M.Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan; Sebuah Tinjauan Fisolofis. Penerbit Kanisius. p: 158.
Kusmaryanto, SCJ, Problem Etis Kloning Manusia, Jakarta: Grasindo, 2001, hal.33-63.
Setiawan, Melina; Carolina, T. S; Ferry, S. 2008. Menuju Kloning Terapeutik Dengan Teknik SCNT. cdk
161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008.
Wijaya,

H.

2010.

Therapeutic

Cloning.

Available

at

:

http://www.forumsains.com/biologi/kloning/75/?wap2. Opened :05.12.2012
Willadson, S.M. 1986. Transplantasi inti in sheep embryos. Nature (London), 320 : 63-65.
Wilmut, I., A.E. Schnieke, J. McWhir, A. Kind, and K. Campbell. 1997. Viable offspring derived from
fetal and adult mammalian cells. Nature, 385 : 810 – 813.
Virgi S. Dasar-dasar stem cell dan potensi aplikasinya dalam ilmu kedokteran. Cermin Dunia Kedokt.
2006;153:21-25.

18