PENGERTIAN DAN JENIS Jenis Topologi

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN
PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN
Dosen Pembimbing: Pak Fujianto, M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran tingkat satuan pendidikan merupakan wujud pelaksanaan kurikulum tigkat
satuan pendidikan yang mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistam yang
terdiri dari beberapa unsur yang sistematis yaitu masukan, proses dan keluaran atau hasil.
Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakterisitik peserta didik,
kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakterisitik dan kesiapan
pendidik, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata
pelajaran, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.
Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evaluasi pengelolaan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan stratategi pembelajaran yang dilaksanakan,
keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan dan minat, sikap, serta cara
belajar peserta didik. Eveluasi pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan
instrument-instrument evaluasi dapat berupa tes dan nontes untuk melakukan pengukuran hasil
belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didik.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi?
B. Prinsif-prinsif evaluasi?

C. Langkah-langkah pembuatan instrumen evaluasi?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai
suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan
pencapaian suatu program tertentu.
Instrumen dapat dibagi dua yaitu:
1. Tes
Yang termasuk dalam kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat,
dan tes kemempuan akademik.
a.

Pengertian Tes
Menurut Sudijono dalam Djali dan Muljono (2008), tes adalah alat atau prosedur yang
dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.


Tes sebagai alat penilaian pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),
dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
A. Tes Uraian (tes subjektif)
Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian yang hasil
belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa
menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan
siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
2.

Tes objektif
Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni:

a.


Bentuk jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk
kata, bilangan, kalimat atau symbol. Ada dua bentuk jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan
langsung dan bentuk pertanyaan tidak langsung

b.

Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah addalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan dimana
sebagian dari pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah

c.

Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang parallel yang berada
dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan
sebelah kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan
lebih banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul
dengan hanya menebak.


d.

Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling
tepat.
Fungsi Tes
Beberapa fungsi tes diantaranya:

-

Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajarmengajar dalam jangka waktu tertentu.

-

Sebagai motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik diharapkan
meningkatnya intensitas kegiatan belajar.

-


Berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran

-

Untuk menentukan barhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk menentukan berhasil atau
tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

-

Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis dan
sistematis;

-

Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);

-

Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sihingga tanpa memakan waktu
yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.

Dipihak lain kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah:

-

Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang
telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui
sejumlah pertanyaan;

-

Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam
cara memeriksanya.

-

Tes ini biasanya kurang reliable, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya
memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relative besar.
2. Non-tes
Yang termasuk dalam kelompok non-tes ialah skala sikap, skala penilaian, pedoman
observasi, pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya.

a.

Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
dijadikan obyek pengamatan. Ada tiga jenis observasi, yakni:
1. Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi
dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
2.

Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan menggunakan alat
seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.

3.

Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara pengamat harus
melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok
yang diamati
b.


Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan Tanya
jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, walaupun dengan arah serta tujuan yang
telah dilakukan
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawanncara bebas. Dalam
wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah di siapkan sehingga siswa tinggal
mengkategorikannya kepada alternative jawaban yang telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah
di olah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban
tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah
informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerjakeras dalam menganalisisnya
sebab jawabanya bias beraneka ragam.
Sebelum melaksanakan wawancara perlu di rancang pedoman wawancara,dengan langkahlangkah sebagai berikut ;
a) Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara
b) Tentukan aspek-aspek yang akan di ungkap dari wawancara tersebut

c) Tentukan bentuk pertanyaan yang akan di gunakan.
c.


Angket (Kuesioner)

Data yang dihimpun melalui angket biasanya data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran.
d.

Pemeriksaan Dokumen

Untuk mengukur kemajuan belajar siswa dapat juga dilakukan dengan tanpa pengujian tetapi
dengan cara melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat
informasi mengenai kapan siswa itu diterima di sekolah tersebut, darimana sekolah asalnya,
apakah siswa tersebut pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai siswa
yang berprestasi di sekolahnya.
B. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi menurut Suharsimi, yaitu
adanya triangulasi hubungan erat tiga komponen, yaitu antara tujuan pembelajaran, Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM), dan evaluasi. Begitu juga menurut Ngalim Purwanto, ia berpendapat
bahwa hubungan antara proses belajar mengajar, tujuan, dan prosedur evaluasi saling berkaitan
dan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya.
Kemudian evaluasi juga harus mengacu kepada tujuan yang telah dirumuskan serta

bertujuan untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Begitu juga dengan hubungan
antara KBM dan evaluasi, yaitu dalam melakukan evaluasi harus mengacu atau disesuaikan
dengan KBM. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa KBM dan evaluasi sama-sama harus
merujuk pada tujuan, tujuan juga menyesuaikan KBM serta dijadikan tolak ukur dalam
melakukan evaluasi.
Mengenai prinsip-prinsip evaluasi Daryanto dan Suke Silvesius mempunyai pendapat
yang sama, mereka menyatakan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Menurut mereka,
agar evaluasi dapat berjalan seperti yang diharapkan, maka prosedur evaluasi diikuti dan teknik
evaluasi diterapkan dan dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain:
1. Keterpaduan
2.

Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional pengajaran,
materi pembelajaran dan metode pengjaran.

3. Keterlibatan peserta didik.
4. Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi
bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
5. Koherensi.

6. Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah
kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
7. Pedagogis.
8.

Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku
sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.

9. Akuntabel.
10. Hasil evaluasi haruslah menjadi aalat akuntabilitas atau bahan pertnggungjawaban bagi pihak
yang berkepentingan seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.

C. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen
Beberapa langkah penyusunan instrument dan saya akan menjelaskan beberapa dari
langkah tersebut antara lain:
a.

Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknik
apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument,
indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb).

b. Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).
c.

Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).

d. Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di
olah dengan statistik atau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah
dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS ).
e.

Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak
atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?)
interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan
tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir
alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

f.

Setiap menyusun instrumen penilaian terlebih dahulu harus ditentukan ruang lingkup
kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur pada suatu kompetensi dasar. Ruang
lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur ditentukan dengan mengacu
pada indikator-indikator pencapaian kompetensi yang dibuat.

g.

Setelah ditentukan ruang lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur,
selanjutnya penyusunan instrumen mengacu pada indikator pencapaian aspek-aspek kompetensi
yaitu aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, pemecahan masalah yang terdapat
pada Peraturan Dirjen Dikdasmen tertanggal 11 November 2004 tentang Bentuk dan Spesifikasi
Buku Laporan Perkembangan Anak Didik dan Buku Laporan Hasil Belajar Siswa.

h. Indikator penulisan butir soal atau indikator soal dibuat dalam rangka menyusun suatu perangkat
tes yang akan digunakan untuk ulangan umum atau ulangan harian. Pada umumnya suatu
perangkat tes (khususnya pada ulangan umum) mengukur beberapa macam kemampuan
(kompetensi dasar). Agar representatif maka perlu dibuat pemetaan berupa kisi-kisi tes. Indikator
soal menjadi bagian dari kisi-kisi tes. Mengapa perlu dibuat indikator soal? Perlu diingat bahwa
sebelum perangkat tes digunakan, maka lazimnya dilakukan tela’ah dan uji coba. Indikator soal
menjadi acuan penting dalam tela’ah butir-butir soal oleh pihak lain. Kecuali itu, ada kalanya
penulis butir soal bukan penyusun kisi-kisi tes. Siapapun penulis butir soal, maka adanya
indikator soal akan lebih menjamin dihasilkannya butir soal dengan kualitas yang relatif sama.
Kesimpulan
Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai
dengan kenyataan yang dievaluasi. Alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi
sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi.
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan, bahwa dalam rangka evaluasi hasil belajar
peserta didik itu tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan alat berupa tes-tes hasil

belajar. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi
hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik,
seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan
sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat
pengikutnya.
Diantara bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes adalah wawancara (interview),
pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumne
(documentaryanalysis).
PENUTUP
Demikian makalah mengenai instrument evaluasi yang dapat pemakalah sajikan. Namun,
pemakalah juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang konstruktif sangat pemakalah harapan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca yang budiman.

DAFTAR PUSTAKA
 Sudijono,Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.
76.
 Widoyoko,S. Eko Putra, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan
Calon Didik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar: 2009), hlm. 104.
 Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

PENGERTIAN INSTRUMEN
1. Pengertian Instrumen dan Penjelasannya
Instrumen penelitian adalah: Merupakan sebuah alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang
menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan
peneliti jika peneliti telah memahami benar

penelitiannya. Pemahaman

terhadap variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting
bagi peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator,
deskriptor dan butir-butir instrumennya.
Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun
instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub penelitian
sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan
data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indikator variabel, peneliti

dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan
ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan fakta
empiris berdasarkan pengamatan lapangan.
2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable /
subvariabel / indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh
atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen.
3. Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau
layout instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang
diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi
atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada indikator varibel. Artinya,
setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi pertanyaan,
serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan
yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau diukur prestasi
belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam
hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Atau bila
diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita bedakan aspek
kognisi, afeksi, dan konasinya.
4. Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan
sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisikisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagai item
cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran
jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan
harus dibuat peneliti.
5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi
instrumen, misalnya membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasannya.1[1]
Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut
Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi
sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik
tidaknya instrumen pengumpulan data.2[2] Beberapa jenis instrumen dalam
suatu penelitian adalah sebagai berikut :
a)

Tes
Sederetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk
mengukur keterampilan,pengukuran intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki individu atau kelompok.

b)

1

Kuesioner

[1] Raj muhammad teguh. Methodologi penelitian ekonomi. Jakarta: Raja Grafndo persada, 2001,ha
166

2[2]Suharsimi,arikunto,Prosedur Penelitian suatu pendekatan
Praktik,Jakarta :PT.Asdi Mahasatia,2006,hal 150-160

Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari reponden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia
ketahui.
c)

Wawancara (Interview)
Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang,
misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang
tua, pendidikan,perhatian, sikap terhadap sesuatu.

d)

Observasi
Mengadakan
dengan

pengamatan

tes,kuesioner,

secara

ragam

langsung,observasi

gambar,

dan

rekaman

dapat

dilakukan

suara.Pedoman

observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati.
e)

Skala bertingkat (ratings)
Suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.Walaupun skala bertingkat ini
menghasilkan data yang kasar tetapi cukup memberikan informasi tettentu
tentang program atau orang.Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan
gambaran, penampilan, terutama penampilan didalam orang menjalankan
tugas yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalam menyusun
skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel
skala. Apa yang harus ditanyakan harus apa yang diamati responden.

f)

Dokumentasi
Berasal dari asal kata dokumen, yang artinya tetulis, didalam melaksanakan
metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku,

majalah,dokumen

peraturan-peraturan,

notulen

rapat,dan

sebagainya.
2. Pengujian Instrumen penelitian
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut :a. Valid, Valid
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti,
karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran menjadi tidak valid jika digunakan untuk
mengukur berat.Jadi,hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti. b. Reliable,reliable
adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument dalam mengukur apa saja yang diukur.
Instrumen yang reliable jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable.3[3]
3.

Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya
3[3]Sugiyono.Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.2009

Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus tahu pengertian dari
sumber data. Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data
yang

memiliki

kredibilitas

tinggi,

dan

sebaliknya.

Apabila

peneliti

menggunakan kuesioner dalam pengumpulan datanya maka sumber data
disebut responden yaitu, orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan lisan maupun tulisan. Jika pengumpul data
melakukan sedikit kesalahan akan mempengaruhi data dan kesimpulannya
dapat salah. Apabila menyusun instrument merupakan pekerjaan penting
dalam penelitian, maka akan jauh lebih penting lagi mengumpulkan data
terutama jika peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar
celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.w
Ada 2 sumber data yaitu:
1)

Data Primer
Data yang langsung diambil dari sumber pertama dilokasi penelitian atau
objek penelitian.Ada 3 cara pengumpul data primer:

a.

Observasi

b. Wawancara
c.

Kuesioner

2)

Data Sekunder
Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang lain, contoh: Data yang
dimiliki perusahaan, Data BPS, Browsing di internet dan sebagainya.

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai
suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan
pencapaian suatu program tertentu.
Instrumen dapat dibagi dua yaitu:

1. Tes
Yang termasuk dalam kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan
tes kemempuan akademik.
a.

Pengertian Tes
Menurut Sudijono dalam Djali dan Muljono (2008), tes adalah alat atau prosedur yang
dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian

b. Fungsi Tes
Beberapa fungsi tes diantaranya:
Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk



mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah
menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu
Sebagai motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik



diharapkan meningkatnya intensitas kegiatan belajar


Berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran



Untuk menentukan barhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk menentukan
berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi

2. Non-tes
Yang termasuk dalam kelompok non-tes ialah skala sikap, skala penilaian, pedoman
observasi, pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya.
a.

Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang dijadikan obyek pengamatan

b.

Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan
Tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, walaupun dengan arah serta
tujuan yang telah dilakukan
Jenis wawancara yang dapat diergunakan sebagai alat evaluasi:


Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga dikenal dengan wawancara
berstruktur atau wawancara sistematis



Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal dengan istilah
wawancara sederhana atau wawancara bebas

c.

Angket (Kuesioner)
Data yang dihimpun melalui angket biasanya data yang berkenaan dengan kesulitankesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran, antara lain: cara belajar,
fasilitas belajar yang tersedia, bimbingan guru dan orang tua, motivasi dan minat belajar,
sikap belajar, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, dan pandangan siswa terhadap
proses pembelajaran, serta sikap siswa terhadap gurunya.
Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada arah afektif

d. Pemeriksaan Dokumen
Untuk mengukur kemajuan belajar siswa dapat juga dilakukan dengan tanpa pengujian
tetapi dengan cara melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang
memuat informasi mengenai kapan siswa itu diterima di sekolah tersebut, darimana
sekolah asalnya, apakah siswa tersebut pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih
kejuaraan sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnya.

PENGERTIAN, FUNGSI DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN TES
DALAM PENDIDIKAN
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan
sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu
variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa,
factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan
pencapaian suatu program tertentu.
Instrumen dapat dibagi menjadi dua teknik yaitu tes dan non test.
1.

Tes
a. Pengertian
Sebelum sampai pada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari
beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini :
1). Tes

Tes merupakan prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
2). Testing
Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing
adalah saat pengambilan tes.
3). Testee
Testee adalah merupakan responden yang sedang mengerjakan tes.

4). Tester
Tester adalah orang yang melaksanakan pengambilan tes terhadap responden. Dengan
kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk
oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya).
Adapun tugas tester antara lain adalah :
a)

Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.

b)

Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.

c)

Menerangkan cara mengerjakan tes.

d)

Mengawasi responden mengerjakan tes.

e)

Memberikan tanda-tanda waktu.

f)

Mengumpulkan pekerjaan responden.

g)

Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan.

Istilah ‘tes’ diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang
berarti untuk menyisihkan logam-logam mulia atau ukuran untuk membedakan emas,
perak dan logam lainnya. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang
dibuat dari tanah. Dalam konteks Indonesia, ‘piring’yang dimaksud dapat diartikan
sebagai penampi; alat untuk menampi seperti nyiru dan badang, yang digunakan untuk
membersihkan/menampi (beras, padi,kedelai,dsb). Jadi, secara etimologis tes berarti
suatu “alat”yang digunakan untuk memisahkan atau membedakan sesuatu dari sesuatu
yang lain.
Norman (dalam Djaali dan Muljono,2008) mengemukakan bahwa tes merupakan salah
satu prosedur evaluasi yang komperemsif , sistematik, dan obyektif yang hasilnya

dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang
dilakukan oleh guru. Selanjutnya, Cronbach (1984) mendefinisikaan tes sebagai suatu
prosedur yang sistematis untu mengamati dan mendeskripsikan satu aatau lebih
karakteristik seseorang dengan menggunakan standar numeric atau system kategori.
Dalam penelitian pendidikan, lazim ditemui pengumpulan data melalui tes. Adapun
yang dimaksud dengan test ialah:

“Test are valuable measuring instruments for educational research. A test is a set of
stimuli presented to an individual in order to elicit responses om the basis of which a
numerical score can be assigned”. (Ary, Donald, 1985)
Berdasarkan batasan Donald Ary yang tertera di atas, menunjukkan bahwa tes
merupakan bagian penting dalam penelitian pendidikan. Di samping itu pula,test
merupakan instrumen prinsip guna mengukur “human performance”, sehingga sering
dikatakan sebagai pengukur paling prinsip “behavior” dari sampel (Moore, Gary W.,
1983).
b. Fungsi Tes
Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu :
1). Sebagai alat pengukur terhadap anak didik.
2). Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.
Beberapa fungsi tes diantaranya:
Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah
menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu.
Sebagai motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik
diharapkan meningkatnya intensitas kegiatan belajar. Fungsi ini dapat optimal
apabila nilai hasil tes yang diperoleh siswa betul-betul obyektif dan sahih, baik
secara internal maupun secara eksternal yangb dapat dirasakan langsung oleh siswa
yang diberi nilai melaui tes.
Berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan
melalui tes penempatan, tes diagnostic dan tes formatif.
Untuk menentukan barhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk menentukan
berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi.

c. Penggolongan Tes
Djaali dan Muljono menggolongkan tes menjadi 6 golongan yang berbeda yaitu:
1). Berdasarkan fungsinya, tes dibedakan menjadi 5 golongan yaitu :
a. Tes Awal (Pre-Test); bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi
pelajaran yang akan diajarkan telah diketahui oleh siswa.
b. Tes Akhir (Post -Test); bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi
pelajaran yang penting telah dikuasai dengan baik oleh siswa.
c. Penempatan (Placement Test)

Tes jenis ini dilakukan pada awal tahun ajaran untuk mengetahui tingkat
kemampuan peserta didik sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan.
Dengan demikian peserta didik dapat ditempatkan pada kelompok yang tepat,
misalnya pada kelompok atas, sedang atau yang lain. Penilaian demikian
biasanya menggunakan tes yang disusun dalam lingkup yang luas dan tingkat
kesukaran yang bervariasi agar dapat membedakan peserta didik yang sudah
atau belum menguasi pelajaran/standar kompetensi tertentu.
d. Formatif (Formative Test)
Tes formatif dilaksanakan saat pembelajaran sedang berlangsung. Hal
demikian untuk memantau kemajuan belajar peserta didik agar dapat
memberikan umpan balik baik bagi guru maupun pada peserta didik sendiri.
Guru dapat melihat apakah metode atau media yang digunakan sudah tepat
untuk

pencapaian tujuan pembelajaran bagi peserta didik.Tes formatif

biasanya mengacu pada kriteria tertentu yaitu tercapainya tujuan, sedangkan
pada tes penempatan mengacu pada norma tertentu yaitu norma kelompok.
e. Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes diagnostik bertujuan untuk mendiagnose kesulitan belajar peserta didik.
Karena tujuannya mendiagnose kesulitan belajar maka harus lebih dahulu
diberikan tes formatif untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum
dikuasai. Setelah diketahui ada bagian yang belum dikuasai maka dibuatkan
butir-butir soal yang lebih memusat pada bagian itu untuk dapat mendeteksi
bagian mana pada pokok bahasan atau subpokok bahasan yang belum dikuasai.
Untuk tiap unit dibuatkan beberapa soal yang tingkat kesukarannya relatif
rendah, Tujuannya agar dapat diketahui bahwa unit tertentu belum dikuasai
sehingga soal-soal tidak dapat diselesaikan meskipun soalnya mudah.

f. Sumatif (Summative Test)
Tes sumatif dapat mempunyai makna yang sempit sampai yang meluas. Tes
sumatif dapat berarti tes yang diberikan pada akhir pokok bahasan, akhir
semester, akhir tahun ajaran atau pada akhir jenjang atau program tertentu.
Dalam makna sebagai tes akhir tahun ajaran atau jenjang pendidikan tes
sumatif dimaksudkan untuk memberikan nilai yang menjadi dasar penentuan
kelulusan atau pemberian sertifikat kepada peserta didik. Oleh karena itu tes
tersebut biasanya disusun dalam lingkup yang luas mencakup semua pokok
bahasan yang telah dipelajari dan dengan tingkat kesukaran yang bervariasi.
2. Berdasarkan Aspek Psikis ynag diungkap, dibedakan menjadi 5 golongan
yaitu:
a. Tes Intelegensi (Intelegency test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau memprediksi tingkat kecerdsan seseorang.
b. Tes Kemampuan (Aptitude test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes.
c. Tes Sikap (Atitude test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap pre-disposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
respon terhadap obyek yang disikapi.
d. Tes Kepribadian (Personally Test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengungkap cirri-ciri khas dari seseorang yang bersifat lahiriah seperti
bentuk tubuh, cara bergaul dan cara mengatasi masalah.
e. Tes Hasil Belajar (Achievement test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengungkap tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran atau prestasi
belajar.
3. Berdasarkan Peserta, dibedakan menjadi dua golongan:
a. Tes Individual

(Individual Test) yaitu tes dimana pelaksana hanya

berhadapan dengan satu orang peserta saja
b. Tes Kelompok (GroupTest) yaitu tes dimana pelaksana hanya berhadapan
dengan lebih dari satu orang peserta.
4. Berdasarkan Waktu, dibedakan menjadi dua golongan:
a. Power test yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi peserta tidak dibatasi

b. Speed test yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi peserta dibatasi,
biasanya singkat dan hanya siswa pandai saja yang dapat menyelesaikan tes
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
5. Berdasarkan cara merespon, dibedakan menjadi dua golongan:
a. Tes Verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk
ungkapan kata-kata atau kalimat.
b. Tes Non-verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban peserta tes bukan dalam
bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat melainkan berupa tingkah laku.
6. Berdasarkan cara mengajukan pertanyan, dibedakan menjadi tiga golongan:
a. Tes Tertulis (Pencil and Paper Test)yaitu tes dimana pelaksana tes dalam
mengajukan butir –butir pertanyaannnya dilakukan secara tertulis dan peserta
tes memberikan jawaban tertulis juga.
b. Tes Tidak Tertulis (non-Pencil and Paper Test) yaitu tes dimana pelaksana
tes dalam mengajukan butir –butir pertanyaannnya dilakukan secara tidak
tertulis /lisan dan peserta tes memberikan jawaban dengan lisan juga.
c. Tes Perbuatan yang diberikan dalam bentuk tugas atau instruksi kemudian
peserta tes mengerjakan tugas sesuai instruksi tersebut dan hanya dinilai oleh
pemberi tes.

DAFTAR PUSTAKA

Ary, Donald, Cs., 1985. Introduction to Research in Education. New York: Holt, Rinehart and
Company.
Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Moore, Gary W., 1983. Developing and Evaluating Educational Research. Boston: Little, Brown
and Company.
Suharsimi, A.1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sumarno, Alim. 2011. Fungsi Penilaian. Diakses pada 16 Februari 2011 dari
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/fungsi-penilaian
KBBI Online.2008. KBBI Daring. Jakarta: Depdiknas. Diakses pada 16 Februari 2012 dari
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

TEKNIK NON TES DALAM MELAKSANAKAN PENILAIAN,
PENGUKURAN DAN EVALUASI DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Navel O. Mangelep

A. Pendahuluan
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam
dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan
suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian
pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil
belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal
dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan
biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling
banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses
pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain
yakni teknik “NON TES”.
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan
secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati
dokumen-dokumen yang ada (Sudijono : 2009). Pada evaluasi penilaian hasil
belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif
dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada
ranah kognitif.
Berikut ini akan dijelaskan pengertian, bentuk-bentuk non-tes, dan beberapa
contoh dalam pelaksanaan penilaian, pengukuran, dan evaluasi dalam dunia
pendidikan.

B. Pengertian
Dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan
sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga
teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji
peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang
berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang
dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau
dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan
penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental
lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra (Widiyoko : 2009).

C. Jenis – Jenis Non Tes
1. Pengamatan (Observation)
Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahanbahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomenafenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Tujuan utama observasi antara lain :



Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik
yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang
sesungguhnya maupun dalam situasi buatan



Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik),
interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat
diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill)



Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi
sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.

Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk
menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar,
berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga
dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar,
suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta
didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya
Selain itu, observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:

1) Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2) Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan
rasional.
3) Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
4) Praktis penggunaannya.
Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:

1) Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer
telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang
berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi
observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.

2) Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai
obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti.
Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh
melalui tiga cara, yaitu:
1) Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap
objek yang diselidiki.

2) Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara,
baik teknik maupun alat tertentu.

3) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut
ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Sebagai instrumen evaluasi yang lain, observasi secara umum
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Arifn (2009) Kelebihan dan
kekurangan observasi antara lain:
a.

Kelebihan



Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.



Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru
yang sedang melakukan suatu kegiatan.



Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan
observasi.



Tidak terikat dengan laporan pribadi.

b. Kekurangan



Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan
ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi
itu sendiri.



Biasanya masalah pribadi sulit diamati.



Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi
jenuh.

Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifn
(2009) adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan observasi
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3. Menyusun pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan
proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan
guru dalam pembelajaran

5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahankelemahan pedoman observasi

6. Merifsi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi Berikut ini contoh format
observasi observasi Contoh 1 :
FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS MAHASISWA DAN DOSEN
DALAM PERKULIAHAN RANCANGAN ITP
Pengamat : .............................
Universitas

Kelas : ...........................................

: ............................. Tanggal

: ........................................... Bahan Kajian

: .............................

Waktu: ...........................................

PETUNJUK
Amatilah aktivitas dosen dan setiap mahasiswa dalam kelompok sampel
selama kegiatan perkuliahan berlangsung kemudian isilah format
observasi dengan prosedur berikut:

1. Sebelum pembelajaran dimulai, observer sudah mengetahui mahasiswa
yang ditentukan sebagai sampel sasaran pengamatan

2. Observer duduk pada posisi yang memudahkan pengamatan sampel
mahasiswa dan dosen.

3. Observasi dilakukan terhadap semua aktivitas mahasiswa sampel dan
dosen ; hasil pengamatan dicatat.

4. Setiap 3 menit observer melakukan pengamatan dan selama 1 menit
berikutnya pengamatannya dicatat pada tabel yang disiapkan dengan
cara menulis nomor kategori kegiatan

5. Observasi dimulai sejak dosen mulai mengajar hingga pembelajaran
selesai.

1.

2.
3.
4.

5.

KATEGORI PENGAMATAN
Aktivitas Dosen
Aktivitas Mahasiswa
1.
Mendengar/memperhatikan
Menjelaskan/memberi
penjelasan dosen/teman
informasi
2.
Membaca
(Buku, LKM)
(masalah)
3. Menulis yang relevan dengan KBM
Mengamati kegiatan
(memecahkan masalah pada LKM,
mahasiswa
membuat catatan, membuat
Memotivasi dan
rangkuman)
mengarahkan mahasiswa
4. Mengukur dengan memakai mistar dan
Memberi scafolding,
kertas millimeter blok.
petunjuk/ membimbing
5.
Berdiskusi/bertanya antara mahasiswa
kegiatan mahasiswa,
dan dosen
merespon pertanyaan.
6.
Berdiskusi/bertanya
antar
Perilaku yang tidak relevan
mahasiswa dan mahasiswa
dengan KBM
7. Perilaku yang tidak relevan dengan
Perkulian

Contoh 2 :
FORMAT OBSERVASI/ PENILAIAN KEMAMPUAN GURU
MENGELOLA PEMBELAJARAN KONSTAD
Nama Sekolah
: ................................... Nama
Guru : ............................................
Mata Pelajaran
: ..................................
Hari/tanggal : ............................................
Bahan Kajian
: ................................. Pukul
: ...........................................

A. TUJUAN

Tujuan penggunaan Instrumen mi adalah untuk mengukur kemampuan
guru mengelola pembelajaran matematika di kelas dengan model Konstad

B. PETUNJUK
1. Objek penilaian adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran di
kelas
2. Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian, dengan cara memberi tanda
cek (√) pada lajur yang tersedia.
3. Makna angka penilaian adalah 1 (tidak baik): 2 (kurang balk): 3 (cukup
baik); 4 ( baik )
N
ASPEK YANG DIAMATI/PENILAIAN
Skala
O
Penilaian
1
I.

II.

Fase Persiapan Mental
a Menyampaikan secara lisan hasil belajar dan
. indikator ketercapaian hasil belajar dan jika
perlu memberi penjelasan
b Memotivasi siswa dengan cara memberi
. informasi tentang pentingnya mengenal
manfaat bahan kajian untuk memecahkan
masalah dalam mata pelajaran lain maupun
kehidupan sehari.
c Memberitahukan beberapa pokok materi yang
. perlu dipahami siswa yaitu pengetahuan
prasyarat yang diaktifkan dan bagaimana
siswa dapat menggunakan pemahaman itu
untuk mencapai hasil belajar.
Fase Advance Organizer
a
.
1
.

II
I.

Mengaktitkan pengetahuan prasyarat siswa
dengan cara :
Mempersilahkan siswa membaca bagian
tertentu Buku

Siswa
2 Melakukan komunikasi interaktif dengan siswa.
. Materi inti dalam komunikasi interaktif itu
termuat dalam Lembar Advance Organizer
(LAO).
b Mengaktifkan pola berpikir siswa agar lebih
. terfokus pada bagaimana mengonstruksi
pengetahuan baru.
Fase Kontruksi Pengetahuan Baru
a
.
1
.
2
.

Penyampaian masalah dalam wujud tertulis
kepada siswa, dengan cara:
Menyerahkan LKS dan memberi penjelasan
tentang bekerja dengan LKS tersebut.
Mempersilahkan siswa membuka Buku Siswa
pada bagian tertentu
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyelidiki
masalah. dengan cara mempersilahkan siswa
membaca Buku Siswa dan dilanjutkan dengan
membaca LKS yang sudah diberikan. Guru
memantau siswa yang sedang menyelidiki
masalah

2

3

4

I
V
.

c Memberi kesempatan kepada siswa untuk
. memecahkan masalah dengan cara mengisi
LKS. Selanjutnya guru berkeliling kelas
memantau aktivitas siswa dan jika perlu
memberi masukan kepada siswa secara
individu. Dalam hal ini guru tidak memberikan
jawaban kepada siswa tetapi guru mengikuti
jawaban siswa.
d Guru memberi kesempatan kepada siswa
. untuk melakukan klarifkasi ide, dengan cara:
1 Mempersilahkan siswa duduk dengan formasi
. kelompok
2 Mempersilahkan siswa berdiskusi dalam
. kelompoknya tentang hash yang dicapai dalam
mengisi LKS. Mengikuti diskusi siswa dan
memberi masukan berdasar jawaban siswa.
3 Mempersilahkan wakil dua kelompok yang
. dipilih secara acak untuk mcrnpersentasikan
hasil diskusi mereka.
Fase Penguatan Struktur Kognitif Baru

Menguji gagasan baru yang dikonstruksi siswa
dengan cara :
a Mempersilahkan siswa mengerjakan Soal
. Tantangan yang sudah ditentukan dalam RP
dan memantau pekerjaan siswa
b Membahas bersama siswa soal yang tidak
. dapat dipecahkan oleh kebanyakan siswa
c Melakukan penarikan kesimpulan menyeluruh
. tentang pelajaran pada tatap muka ini
V.

Pengelolaan Waktu

VI.

Pengamatan suasana kelas :
a. Siswa antusias
b. Guru antusias

.........................., ..........................................................
Pengamat/Penilai,

............................................................

Contoh 3.
FORMAT OBSERVASI KETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN MODEL KONSTAD
Pengamat

: ......................................... Kelas

: ..............................

Sekolah

: ......................................... Tanggal

: ..............................

Bahan Kajian
: ......................................... Waktu
: .............................

A. TUJUAN
Tujuan penggunaan format observasi ini adalah untuk mengukur tingkat
keterlaksanaan model pembelajaran Konstad dalam praktek pembeiajaran
matematika di kelas dengan perangkat yang disediakan.

B. PETUNJUK
1. Objek pengamatan adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan
perangkat pembelajaran yang disediakan
2. Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian. dengan cara memberi tanda
cek (√) pada kolom yang tersedia.
3. Makna point observasi adalah 1 (tidak terlaksana); 2 (kurang
terlaksana); 3 (cukup terlaksana); 4 (terlaksana) dan 5 (terlaksana
dengan baik)

C. PENGAMATAN/PENILAIAN
No
:
I.

Aspek Yang Diobservasi dan Dinilai

POINT OBSERVASI
1

2

3

4

5

SINTAKS
1. Tingkat keterlaksanaan keseluruhan fase
pembelajaran model Konstad. Fase
pembelajaran tersebut adalah:
a. Fase Persiapan Mental
b. Fase Advance Orgenizer

c. Fase Konstruksi Pengetahuan Baru
d. Fase Penguatan Struktur Kognitif Baru
keterlaksanaan
seluruh
2. Tingkat
aktivitas pembelajaran yang telah
ditetapkan pada setiap fase:
b. Fase Advance Orgenizer
c. Fase Konstruksi Pengetahuan Baru
d. Fase Penguatan Struktur Kognitif Baru
II.

SISTEM SOSIAL
1. Tingkat keterlaksanaan sistem sosial yang
ditetapkan model pembelajaran Konstad,
yaitu :
a. Peran guru antara lain memberi
kemudahan kepada siswa untuk
menjalankan aktivitas konstruksi
b. Peran guru menjadi mediator antar siswa,
antara kelompok siswa dan bila perlu
menjadi mediator samar antar ide siswa
yang sedang berkembang dalam rangka
aktivitas konstruksi
c. Peran siswa dalam pembelajaran
konstruktivis adalah subyek dan fokus
pembeajaran
d. Hubungan peran guru siswa terutama
adalah pemberi/penerima bantuan dalam
batasan prinsip konstruktivisme
2. Tingkat keterlaksanaan aturan-aturan
yang dianjurkan dalam sistem sosial untuk
pembelajaran model Konstad Macammacam aturan yang dianjurkan :

2) Wawancara (Interview)
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahanbahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab
lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang
terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah
komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yan