PERANAN KEBANGSAAN KEMUHAMMADIYAHAAN DI INDONESIA

PERANAN KEBANGSAAN
KEMUHAMMADIYAHAAN DI INDONESIA
MAKALAH
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam
Kemuhammadiyahan
Dosen pengajar : A. Sahlani, MA

Oleh:

Bagus Dwi Yulianto

1420201001

PRODI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
JL.Perintis Kemerdekaan I/33 Cikokol-Tangerang, Telp.(021) 5537198

2016

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perserikatan Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak
perjuangannya ditujukan untuk pengembangan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana
dikehendaki Islam. Peran Muhammadiyah dalam penelitian ini adalah suatu perilaku atau
usaha yang dilakukan organisasi Muhammadiyah dalam rangka menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Pengembangan pendidikan Islam di masyarakat dalam penelitian ini adalah usaha untuk
menghidup suburkan pendidikan Islam di masyarakat dalam rangka sumber daya manusia
atau sumber daya umat Islam di masyarakat baik secara formal maupun nonformal.
Muhammadiyah merupakan NGO yang paling tua dan paling awal mendirikan
sekolah. Muhammadiyah menjadi NGO yang terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, yang
memiliki lembaga pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi (PT).
Fungsi dan peran pendidikan Muhammadiyah sebagaimana yang pertama kali digagas
oleh KH. Ahmad Dahlan, yakni menjadikan pendidikan Muhammadiyah sebagai "Penolong
Kesengsaraan Oemoem" ditengah himpitan biaya pendidikan yang semakin mahal. Jika
dahulu Muhammadiyah dikenal sebagai pelopor pendidikan yang menjadi motor
penggeraknya, maka sekarang Muhammadiyah harus berperan lebih dari pada itu, yakni
Muhammadiyah kembali tampil sebagai aktor utama pemberantasan anak putus sekolah dan
menjadi aktor yang mencerdaskan kehidupan bangsa.

2. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.

Proses berdirinya Muhammadiyah
Peran Muhammadiyah
Sejarah berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah dan peranan pendidikan di Indonesia

BAB II
DASAR TEORI
PENEGASAN ISTILAH
1. Peran Muhammadiyah
Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat.
Sedangkan Muhammadiyah secara bahasa diambil dari nama Nabi dan Rasul terakhir,
yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Beliau adalah Nabi dan Rasul terakhir,
pembawa risalah Islam yang sempurna diutus untuk semua umat manusia sepanjang masa.

Sedangkan “yah” dalam bahasa Arab disebut huruf syibhu atau nisbiyang artinya menyerupa
kan, menjeniskan, atau mengidentikkan. Jadi Muhammadiyah berarti orang-orang Islam yang
hidup setelah Rasul Muhammad Shollallâhu álaihi wasallam yang akan mengikuti,
menyerupakan diri, menjeniskan atau mengidentikkan diri pada perilaku hidup serta akhlak
budi pekerti perjuangan Nabi Muhammad Shollallâhu álaihi wasallam (Kastholani, 2003 :
33). Sedangkan menurut Mulkhan (1990 : 4-5) Muhammadiyah adalah sekelompok orang
yang berusaha mengidentifikasikan dirinya atau membangsakan dirinya sebagai pengikut,
penerus, dan pelanjut perjuangan dakwah Rasul dalam mengembangkan tata kehidupan
masyarakat. Dengan demikian Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak
perjuangannya ditujukan untuk pengembangan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana
dikehendaki Islam. Usaha-usaha dilakukan berdasarkan pola dasar yang telah dicontohkan
oleh Rosulullah.
Jadi yang dimaksud peran Muhammadiyah dalam penelitian ini adalah suatu perilaku
atau usaha yang dilakukan organisasi Muhammadiyah dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
2.

Pengembangan Pendidikan Islam di Masyarakat
Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Pengembangan yang
di maksud di siniadalah proses yang dilakukan Muhammadiyah untuk menghidup

suburkan pendidikan Islam dengan melalui 2 cara, yaitu formal dan nonformal. Pendidikan
Islam sebagaimana rumusan dari hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia di Cipayung
Bogor adalah bimbingan terhadap bimbingan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam
dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran
Islam. (Abuddin Nata, 2003 : 12).Sedangkan masyarakat berasal dari kata musyarok (Arab),
yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul
bersama, hidup bersama, dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya
menjadi kesepakatan menjadi masyarakat (Abdulsyani, 2007 : 30).

BAB III
PEMBAHASAN
Proses Berdirinya Muhammadiyah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam tertua yang ada di negeri ini bahkan
mungkin di dunia yang masih tetap beridiri dan eksis. Banyak organisasi yang tidak mampu
berdiri lama seperti Muhammadiyah, bahkan Muhammadiyah ini sudah berdiri sebelum
Republik ini di Proklamasikan, jadi organisai persyarikatan Muhammadiyah ini lebih tua dari
usia Republik Indonesia.
Sebelum mendirikan persyarikatan Muhammadiyah beliau terlebih dahulu belajar
tentang keorganisasian, manajemen dan administrasi kepada organisasi Budi Utomo. Yang di
anggap salah satu organisasi yang modern karena didirikan oleh sarjana-sarjana barat. Dan
telah memiliki aturan-aturan yang sangat jelas dan memiliki data keanggotaan secara
sistematis dan teratur.
Setelah beliau masuk dalam organisasi Budi Utomo beliau langsung mempelajari
manajemen organisasi ini. Sekaligus mempersiapkan bedirinya organisasi yang akan
mewadahi perjuangan KH. Ahmad Dahlan yang telah dirintis. Setelah melalui proses yang
panjang akhirnya beliau mendirikan Organisasi yang diberinama Muhammadiyah artinya
pengikut Nabi Muhammad. Pada 18 November 1912 bertepatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah
1330 Hijriyah permohonan KH. Ahmad Dahlan dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Penentuan tanggal tersebut sesuai usul Ahmad Dahlan dan kawan-kawannya setelah melalui

pertimbangan rasional dan spiritual lewat musyawarah dan salah istiharah (Mahasari
dkk.2008).
Usaha dan kegiatan Muhammadiyah terdiri dari 17 subsistem sebagaimana yang
tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 3, yaitu :
Menyebarluaskan Agama Islam terutama dengan mempergiat dan menggembirakan tabligh;
Mempergiat dan memperdalam pengkajian ajaran Islam untuk mendapatkan kemurnian dan
kebenarannya;
Memperteguh iman, mempergiat ibadah, meningkatkan semangat jihad, dan mempertinggi
akhlak;
Memajukan dan memperbarui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni serta mempergiat penelitian menurut tuntunan Islam;
Menggembirakan dan membimbing masyarakat untuk berwakaf serta membangun dan
memelihara tempat ibadah;
Meningkatkan harkat dan martabat manusia menurut tuntunan Islam;
Membina dan menggerakkan angkatan muda sehingga menjadi manusia muslim yang
berguna bagi agama, nusa, dan bangsa;
Membimbing masyarakat ke arah perbaikan kehidupan dan mengembangkan ekonomi sesuai
dengan ajaran Islam;
Memelihara, melestarikan, dan memberdayakan kekayaan alam untuk kesejahteraan
masyarakat;


10. Membina dan memberdayakan petani, nelayan, pedagang kecil, dan buruh untuk
meningkatkan taraf hidupnya;
11. Menjalin hubungan kemitraan dengan dunia usaha;
12. Membimbing masyarakat dalam menunaikan zakat, infaq, shadaqah, hibah, dan wakaf;
13. Menggerakkan dan menghidup-suburkan amal tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa
dalam bidang kesehatan, sosial, pengembangan masyarakat, dan keluarga sejahtera;
14. Menumbuhkan dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan dalam
Muhammadiyah;
15. Menanamkan kesadaran agar tuntunan dan peraturan Islam diamalkan dalam masyarakat;
16. Memantapkan kesatuan dan persatuan bangsa serta peran serta dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara; dan
17. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan persyarikatan.
Dari 17 amal usaha yang dilakukan Muhammadiyah di atas, amal usaha Muhammadiyah
yang pertama kali dila kukan adalah melalui jalur pendidikan, baik secara formal maupun
nonformal. Hal ini sesuai dengan jalur pendidikan nasional yang disebutkan dalam pasal 13
bahwasanya jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pada penulisan ini, akan difokuskan
membicarakan pada usaha yang diterapkan Muhammadiyah dalam pengembangan
pendidikan Islam baik secara formal maupun nonformal.

Berbicara mengenai persyarikatan Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari sang
pendirinya yaitu KH. Ahmad Dahlan. Beliau mendirikan Muhammadiyah bukan tanpa alasan
ataupun hanya main-main, akan tetapi ada faktor yang melatar belakangi pendirian
Organisasi Muhammadiyah. Menurut Djindar Tamimy ada dua faktor yang melatar belakangi
pendirian Muhammadiyah, yaitu faktor Internal dan faktor eksternal.
1.
Faktor Internal
Faktor Internal ini lahir dari dalam pendiri Muhammadiyah itu sendiri hal ini
berkaitan dengan Intelektualitas KH. Ahmad Dahlan. Setelah melihat keadaan masyarakat
muslim Indonesia khususnya yang ada di Jogjakarta yang melaksanakan ibadah tidak sesuai
dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Yang langsung berkaitan dengan pengamalan
ajaran Islam dikalangan umat Islam. Kondisi internal menyangkut implementasi Islam di
Indonesia (Mahasari dkk.2008).
2.
Faktor Eksternal
Selain faktor yang lahir dari dalam ada juga faktor yang mempengaruhi dari
lingkungan atau lebih sering di kenal dengan faktor eksternal. Yang ikut mempengaruhi
proses berdirinya Muhammadiyah, namun faktor ini muncul dari luar artinya tidak berkaitan
langsung dengan KH. Ahmad Dahlan secara individual. Akan tetapi berkaitan dengan umat
Islam secara keseluruhan.

a.
Sosio-kegamaan. Islam yang merupakan agama yang membawa misi rahmatal lil
alamain yang hanya bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Telah mengalami pergeseran

ajaran normatif yang sudah jauh, dari ajaran yang sesungguhnya (sesuai tuntunan
Rasulullah). Bahkan praktek ibadahnya pun telah bercampur dengan pengaruh dari luar, yang
sering di kenal dengan praktek Tahayul, Bid’ah, dan Khuroffat. Hal-hal yang tidak
dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan menganjurkan namun di anggap baik , sehingga
mereka lakukan padahal nabi sendiri tidak pernah melakukan apalagi menganjurkan.
Realitas Islam sebagai agama dan Islam sebagai pemikiran di Indonesia mengalami
kemacetan pemikiran. Islam yang ada di Indonesia sudah bercampur dengan praktek yang
bertentangan dengan tauhid. Kepercayaan kepada pohon, benda-benda dan tempat-tempat
yang mengandung kramat dan memiliki kekuatan gaib, merupakan hal yang biasa pada umat
Islam.
b.
Sosio-pendidikan. Ada dua sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia yaitu
pendidikan Barat dan Pesantren.Pendidikan Barat hanya mengajarkan ilmu-ilmu umum dan
sudah memiliki metode dan kurikulum modern. Ilmu yang di ajarkan sama dengan yang di
ajarkan di dunia Barat dan lulusannya sudah memiliki pemikiran maju.
Sedangkan pendidikan model pesantren hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti, fiqih,

hadits, ilmu kalam, tasawuf, dll. Yang menjauhkan diri dari model pendidikan barat karena di
anggap kafir dan tidak sesuai dengan Islam. Sehingga secara sistematis karena doktrin
pesantren yang sangat kuat jadi menghasilkan lulusan yang menjauhi dari perkembangan
modern.
Melihat hal ini KH. Ahmad Dahlan merasa prihatin dengan kondisi sosio pendidikan yang
ada. Sehingga beliau mengabil keputusan dengan membuat lembaga pendidikan yang
memadukan dua sistem tersebut. Diharapkan lulusan nantinya selain memiliki pengetahuan
dalam bidang umum tetapi tetap didasari dengan ilmu agama.
c.
Politik Hindia Belanda. Salah satu faktor penting dari kelahiran Muhammadiyah ini
adalah politik Hindia Belanda. Secara tidak langsung mereka melemahkan posisi umat Islam
di satu pihak mereka mencoba netral dengan keadaan yang ada. Karena ingin
memperlihatkan kenetralannya namun dilain pihak pemerintah Belanda melakukan gerakan
dengan meng’kebiri’ umat Islam. Hal ini dilakukan dengan membatasi kegiatan-kegiatan
umat Islam hanya pada tataran ibadah saja. Untuk ibadah haji saja umat Islam di awasi
dengan sangat ketat, karena umat Islam yang telah menunaikan Ibadah Haji biasanya
memiliki pengaruh yang sangat kuat dilingkungannya.
Peran Muhammadiyah
Memasuki usia satu Abad ini Muhammadiyah telah banyak memberikan kontribusi
kepada bangsa dan negeri ini. Berbagai Amal Usaha yang dimiliki Muhammadiyah ini dari

Sabang sampai Merauke. Setidaknya ada 4 hal yang menjadi bidang garapan oleh
Muhammadiyah yaitu :
1.
Pendidikan. Melalui bidang ini Muhammadiyah telah banyak melahirkan para
cendikiawan negeri ini. Bahkan sudah mencapai ribuan, kita lihat para tokoh bangsa ini
banyak sekali hasil didikan Muhammadiyah sebagai contoh Jendral Besar Sudirman, jendral

termuda ini merupakan kader Muhammadiyah sampai Andrea Hirata (Laskar
Pelangi), Hanung Brahmantiyo (Sutradara).
Lembaga Pendidikan Muhammadiyah bertebaran mulai dari TK sampai dengan PT, yang
jumlahnya sangat banyak sekali. Bahkan kalau pemerintah disuruh membiayai semua
lembaga pendidikan saja milik Muhammadiyah niscaya tidak sanggup begitulah kata pak
Amien Rais. Lembaga pendidikan ini 20% dari lembaga pendidikan yang ada di Indonesia,
sehingga dapat dibayangkan sumbangan Muhammadiyah itu.
2.
Social. Dalam bidang ini Muhammadiyah sudah konsen dari awal, karena memang
berdirinya Muhammadiyah ini erat kaitannya dengan bidang social. Bahkan berdirinya ini
berkaitan erat dengan Surat Al-Qur’an yaitu Surat Al-Maun yang mengisyaratkan kepada
kepedualian social maka sering kita kenal dengan Teologi Al-Maun. Lewat bidang ini
Muhammadiyah membina anak-anak yatim, orang-orang jompo, dan juga rumah sakit-rumah
sakit yang sudah berdiri ratusan tahun.
3.
Ekonomi. Bidang garapan ini Muhammadiyah ikut membantu memberdayakan
masyarakat dengan cara membentuk Koperasi dan membinda para pedagang. Selain itu juga
Muhammadiyah membinda para petani yang masih belum memiliki pengetahuan tentang
bertani dengan baik.
4.
Politik. Politik merupakan bidang garapan Muhammadiyah walapun Muhammadiyah
bukan organisasi politik. Akan tetapi Muhammadiyah tidak alergi dengan politik bahkan dari
awal pendirian negeri ini Muhammadiyah telah ikut membantu mendirikan Negeri ini dengan
Tokohnya Ki Bagus Hadikusumo. Begitupun ketika terjadi Reformasi kader Muhammadiyah
yang mempeloporinya yaitu Prof. Dr. Amien Rais, MA (Pendiri IMM) tampil terdepan
sebagai pemimpin Reformasi.
Sejarah Berdirinya Lembaga Pendidikan Muhammadiyah
Sebenarnya jika dikaji lebih dalam, berdirinya Muhammadiyah juga didasari oleh
faktor pendidikan. Sutarmo, Mag dalam bukunya Muhammadiyah, Gerakan Sosisal,
Keagamaan Modernis mengatakan bahwa Muhammadiyah didirikan oleh KHA. Dahlan
didasari oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor
yang berkaitan dengan ajaran Islam itu sendiri secara menyeluruh dan faktor eksternal adalah
faktor-faktor yang berada di luar Islam. Maka pendidikan Muhammadiyah adalah salah satu
faktor internal yang mendasari Muhammadiyah didirikan. Kita ketahui bahwa pada masa
awal berdirinya Muhammadiyah, lembaga-lembaga pendidikan yang ada dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sistem pendidikan. Dua sistem pendidikan yang
berkembang saat itu, pertama adalah sistem pendidikan tradisional pribumi yang
diselenggarakan dalam pondok-pondok pesantren dengan Kurikulum seadanya. Pada
umumnya seluruh pelajaran di pondok-pondok adalah pelajaran agama. Proses penanaman
pendidikan pada sistem ini pada umumnya masih diselenggarakan secara tradisional, dan
secara pribadi oleh para guru atau kyai dengan menggunakan metode srogan(murid secara
individual menghadap kyai satu persatu dengan membawa kitab yang akan dibacanya, kyai
membacakan pelajaran, kemudian menerjemahkan dan menerangkan maksudnya)

dan weton (metode pengajaran secara berkelompok dengan murid duduk bersimpuh
mengelilingi kyai juga duduk bersimpuh dan sang kyai menerangkan pelajaran dan murid
menyimak pada buku masing-masing atau dalam bahasa Arab disebut metode Halaqah)
dalam pengajarannya. Dengan metode ini aktivitas belajar hanya bersifat pasif, membuat
catatan tanpa pertanyaan, dan membantah terhadap penjelasan sang kyai adalah hal yang
tabu. Selain itu metode ini hanya mementingkan kemampuan daya hafal dan membaca tanpa
pengertian dan memperhitungkan daya nalar. Kedua adalah pendidikan seluler yang
sepenuhnya dikelola oleh pemerintah kolonial dan pelajaran agama tidak diberikan.
Bila dilihat dari cara pengelolaan dan metode pengajaran dari kedua sistem
pendidikan tersebut, maka perbedaannya jauh sekali. Tipe pendidikan pertama menghasilkan
pelajar yang minder dan terisolasi dari kehidupan modern, akan tetapi taat dalam
menjalankan perintah agama, sedangkan tipe kedua menghasilkan para pelajar yang dinamis
dan kreatif serta penuh percaya diri, akan tetapi tidak tahu tentang agama, bahkan
berpandangan negatif terhadap agama.
Maka atas dasar dua sistem pendidikan di atas KHA. Dahlan kemudian dalam
mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah coba menggabungkan hal-hal yang positif
dari dua sistem pendidikan tersebut. KHA. Dahlan kemudian coba menggabungkan dua
aspek yaitu, aspek yang berkenaan secara idiologis dan praktis. Aspek idiologisnya yaitu
mengacu kepada tujuan pendidikan Muhammadiyah, yaitu untuk membentuk manusia yang
berakhlak mulia, pengetahuan yang komperensif, baik umum maupun agama, dan memiliki
kesadaran yang tinggi untuk bekerja membangun masyarakat (perkembangan filsafat dalam
pendidikan Muhammadiyah, syhyan rasyidi). Sedangkan aspek praktisnya adalah mengacu
kepada metode belajar, organisasi sekolah mata pelajaran dan kurikulum yang disesuaikan
dengan teori modern. Maka inilah sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan
Muhammadiyah yang jika disimpulkan ihwal berdirinya lembaga pendidikan
Muhammadiyah untuk mencetak ulama atau pemikir yang mengedepankan tajdid atau tanzih
dalam setiap pemikiran dan gerakannya bukan ulama atau pemikir yang say yes pada
kemapanan yang sudah ada (established) karena KHA. Dahlan dalam memadukan dua sistem
tersebut coba untuk menciptakan ulama/pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya
diri dan taat dalam menjalankan perintah agama.
Awal didirikannya amal usaha pendidikan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah untuk
membantu para kaum miskin yang tidak mampu sekolah. Bermula dari penafsiran Al-Maun
yang kemudian dikenal sebagai teologi Al-Maun, KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah
agama modern pertama untuk rakyat miskin. Bahkan KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah
tersebut bukan hanya untuk kaum miskin, namun lintas kelas dan lintas gender. Hingga
akhirnya sampai saat ini, Muhammadiyah merupakan NGO yang paling tua dan paling awal
mendirikan sekolah. Muhammadiyah menjadi NGO yang terbesar di Indonesia, bahkan di
dunia, yang memiliki lembaga pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi (PT).
Kehebatan Muhammadiyah dalam mengelola lembaga pendidikannya memang sudah
tidak diragukan lagi, bahkan diantara sekolah-sekolah dan perguruan tinggi swasta yang lain,

Muhammadiyah menempati urutan pertama dalam kepercayaan masyarakat saat memilih
sekolah atau PT bagi anaknya.
Menurut Prof. Dr. A. Munir Mulkhan, saat menyampaikan materinya pada Seminar
Pendidikan Nasional tersebut, gagasan utama pendidikan Muhammadiyah tercermin dalam
konsep guru keliling dan guru desa yang muncul sebelum Muhammadiyah meresmikan diri.
Saat itu, Muhammadiyah telah mengembangkan praktik pendidikan bagi kaum perempuan
disaat gerakan feminisme belum menjadi wacana di Eropa. Bahkan pada tahun 1921,
Muhammadiyah mengusulkan rancangan program pendidikan dalam Kongres Islam Cirebon
yang didalamnya memuat berbagai gagasan dasar pembelajaran dan pendidikan guru.
Dalam perkembangannya, lembaga pendidikan Muhammadiyah mengalami berbagai
macam hal yang membuat pasang surut. Namun kesemuanya itu tidak hanya terjadi karena
rendahnya kualitas dan rendahnya manajeman sekolah atau perguruan tinggi tersebut,
melainkan banyak faktor yang menyebabkannya.
Sampai sekarang ini, pendidikan Muhammadiyah belum memiliki pedoman atau
sistem secara konseptual. Yang ada hanyalah sebuah kepanjangtanganan regulasi pemerintah
dalam bidang pendidikan. Sehingga model pendidikan Muhammadiyah tidak mempunyai ciri
khas tersendiri dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum. Artinya sekolah
Muhammadiyah pun tidak pernah menjadi solusi alternatif bagi rakyat miskin untuk
bersekolah ketika biaya sekolah semakin menjulang tinggi.
Karena itu, sekiranya Muhammadiyah perlu merumuskan sistem pendidikan tersendiri
untuk pendidikan Muhammadiyah yang nantinya menjadi acuan pola penyelenggaraan
pendidikan Muhammadiyah. Selanjutnva adalah mengembalikan fungsi dan peran pendidikan
Muhammadiyah sebagaimana yang pertama kali digagas oleh KH. Ahmad Dahlan, yakni
menjadikan pendidikan Muhammadiyah sebagai "Penolong Kesengsaraan Oemoem"
ditengah himpitan biaya pendidikan yang semakin mahal.
Sudah sewajarnya dan selayaknya pendidikan Muhammadiyah menjadi solusi
alternatif untuk mengurangi angka putus sekolah. Jika dahulu Muhammadiyah dikenal
sebagai pelopor pendidikan yang menjadi motor penggeraknya, maka sekarang
Muhammadiyah harus berperan lebih dari pada itu, yakni Muhammadiyah kembali tampil
sebagai aktor utama pemberantasan anak putus sekolah dan menjadi aktor yang
mencerdaskan kehidupan bangsa
Pembenahan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah
Sekolah (pendidikan) Muhammadiyah, sejak didirikan tahun 1912 hingga saat ini,
berasal dari komunitas basis atau kesadaran pribadi warganya. Gagasan genial KH. Ahmad
Dahlan sampai saat ini dirasa masih tetap relevan dan signifikan bagi perkembangan
pendidikan pada masa sekarang. Gagasan tersebut yang kemudian menjadi ruh dan kekuatan
penggerak pendidikan Muhammadiyah. Namun ide besar KH. Ahmad Dahlan tersebut
kurang begitu dipahami dan dikaji oleh para aktivis dan praktisi pendidikan Muhammadiyah.
Sehingga pendidikan Muhammadiyah saat ini banyak dikatakan sudah menjauhi apa yang

telah digagas oleh KH. Ahmad Dahlan. Yang ada pendidikan Muhammadiyah menjadi
kepanjangantanganan regulasi pemerintah.
Dengan modal kepercayaan dari masyarakat terhadap amal usaha pendidikan dan
kesehatan Muhammadiyah, pendidikan Muhammadiyah harus dikelola secara profesional dan
progresional dan tidak bisa lagi dikelola secara alakadarnya dan hanya menjadi kegiatan
sampingan.
Jika kita lihat perkembangan sekolah Muhammadiyah, sebenarnya kita harus merasa
prihatin. Data menunjukkan bahwa sekolah Muhammadiyah harus segera dibenahi sedini
mungkin. Dr. Qomari Anwar, MA dalam Seminar Nasional Pendidikan tersebut memaparkan
peringkat sekolah Muhammadiyah (Khusus untuk DKI). Pada jurusan IPA, sekolah
Muhammadiyah yang pertama (SMAM 16) menempati urutan ke 117 dan 381 sekolah
(negeri dan swasta). Pada jurusan Bahasa, tak satupun sekolah Muhammadiyah menempati
urutan dari 24 sekolah yang mempunyai jurusan Bahasa. Pada jurusan IPS, dan 446 sekolah
yang mempunyai jurusan IPS, sekolah Muhammadiyah pertama (SMAM 16) hanya
menempati urutan ke 91.
Ini menandakan bahwa sekolah Muhammadiyah belum memiliki kualitas yang cukup
dibandingkan sekolah-sekolah yang lain (negeri dan swasta). Lalu bagaimana dengan nasib
sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berada di daereh-daerah terpencil? Bagaimana peran
struktur Muhammadiyah setempat? Apakah hanya diam saja dan hanya diserahkan pada
pihak sekolah? Inilah yang seharusnya persoalan yang harus segera dijawab agar sekolah
Muhammadiyah tidak gulung tikar, sebagaimana yang banyak terjadi beberapa daerah.
Fungsi pendidikan dalam Muhammadiyah, sebagaimana diungkapkan oleh Dr.
Qomari Anwar, MA, yakni;Pertama, sebagai ibadah dan sarana dakwah
Muhammadiyah amar ma 'ruf nahyi munkar. Kedua, sebagai proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Ketiga, sebagai upaya
mencerdaskan bangsa. Dan yang terakhir dan cukup penting kiranya adalah sebagai sarana
kaderisasi Muhammadiyah sendiri. Dengan berlandaskan keempat hal tersebut, maka
Mahammadiyah perlu segera melakukan pembenahan internal pendidikan Muhammadiyah
untuk melakukan evaluasi terhadap mutu sekolah Muhammadiyah.
Selanjutnya adalah upaya peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah. Dalam
upaya meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan Muhammadiyah, ada beberapa langkah
yang mungkin patut untuk diperhatikan. Pertama, pembenahan sumber daya manusia (Kepala
sekolah, guru, murid), yang salah satunya dengan meningkatkan profesionalitas dan
kesejahteraan kepala sekolah dan guru, serta memposisikan peserta didik sebagai subjek aktif
dalam proses belajar-mengajar. Kedua, kurikulum. Muhammadiyah perlu membuat
kurikulum tersendiri. Mengapa harus berbeda dengan kurikulum pendidikan nasional?
Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi yang mempunyai lembaga pendidikan paling
banyak dan paling lengkap dibandingkan dengan yang lain. Dengan demikian,
Muhammadiyah harus mulai menyapih diridari pemerintah berkaitan dengan kurikulum.
Karena pendidikan Muhammadiyah juga merupakan pendidikan kekaderan bagi

keberlangsungan Muhammadiyah kedepan. Ketiga, pembenahan dan pangadaan saranaprasarana, seperti gedung yang representarif, laboratorium yang memadahi, perpustakaan
yang mempunyai koleksi lengkap, meja-kursi, dan lain sebagainya. Dengan sarana-prasarana
yang memadahi dan lengkap, tentunya akan menujunjang proses pembelajaran sehingga
menghasilkan kualitas yang baik pula. Namun perlu diingat jangan sampai dengan dalih
pengadaan sarana-prasarana, lembaga pendidikan Muhammadiyah memasang bandrol mahal
bagi siswa atau peseta didik baru yang hendak sekolah atau menempuh pendidikan di
lembaga tersebut. Keempat, perbaikan manajeman sekolah. Manajemen sekolah disini tidak
hanya pada agenda administratif saja, namun peraturan sistem penyelenggaraan sekolah
(pendidikan) Muhammadiyah. Yakni tidak terus langsung mengadopsi konsep MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah) milik pemerintah begitu saja, namun sekolah Muhammadiyah
harus mempertimbangkan aspek kelokalan (local wisdom). Karena itu, Muhammadiyah
melalui Majelis Dikdasmen dan Diktilitbang perlu membuat panduan teknis pelaksanaan
manajemen sekolah Muhammadiyah secara konseptual.
Dengan demikian, Muhammadiyah harus terus melakukan pembenahan di semua
sector tidak hanya pendidikan saja. Dengan pembenahan internal dan eksternal
Muhammadiyah, Insya Allah cita-cita untuk mewujudkan baldatun thayyibatun warrabun
ghafur akan lebih mudah tercapai.
Namun, yang perlu diingat oleh kita semua, khususnya aktivis dan praktisi pendidikan
Muhammadiyah, adalah menjadikan sekolah Muhammadiyah kembali menjadi "Penolong
Kesengsaraan Oemoem" sebagaimana yang digagas oleh KH. Ahmad Dahlan. Sudah banyak
saran dan kritik dari berbagai pihak terhadap pendidikan Muhammadiyah, apakah kita hanya
akan diam saja melihat fenomena ini? Jangan sampai pendidikan Muhammadiyah justru
menjadi penyebab naiknya angka putus sekolah karena mahalnya pendidikan
Muhammadiyah.
Dalam segi mutu atau kualitas pendidikan Muhammadiyah, hal ini menjadi tanggung
jawab kita semua sebagai warga persyarikatan. Maju dan tidaknya pendidikan
Muhammadiyah adalah ditangan kita semua. Semoga sekolah Muhammadiyah mampu
menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Amien.

BAB IV
KESIMPULAN
Perserikatan Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari sang pendirinya yaitu KH.
Ahmad Dahlan. Beliau mendirikan Muhammadiyah bukan tanpa alasan ataupun hanya mainmain, akan tetapi ada faktor yang melatar belakangi pendirian Organisasi Muhammadiyah.
Menurut Djindar Tamimy ada dua faktor yang melatar belakangi pendirian Muhammadiyah,
yaitu faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan
ajaran Islam itu sendiri secara menyeluruh dan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang
berada di luar Islam.
Memasuki usia satu Abad ini Muhammadiyah telah banyak memberikan kontribusi
kepada bangsa dan negeri ini. Berbagai Amal Usaha yang dimiliki Muhammadiyah ini dari
Sabang sampai Mereuke. Setidaknya ada 4 hal yang menjadi bidang garapan oleh
Muhammadiyah yaitu : bidang pendidikan, bidang social, bidang ekonomi, dan bidang
politik.
Pendidikan Muhammadiyah adalah salah satu faktor internal yang mendasari
Muhammadiyah didirikan. Sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah
yang jika disimpulkan ihwal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah untuk mencetak
ulama atau pemikir yang mengedepankan tajdid atau tanzih dalam setiap pemikiran dan
gerakannya bukan ulama atau pemikir yang say yes pada kemapanan yang sudah ada
(established) karena KH A. Dahlan dalam memadukan dua sistem tersebut coba untuk
menciptakan ulama/pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri dan taat dalam
menjalankan perintah agama.
Mengembalikan fungsi dan peran pendidikan Muhammadiyah sebagaimana yang
pertama kali digagas oleh KH. Ahmad Dahlan, yakni menjadikan pendidikan
Muhammadiyah sebagai "Penolong Kesengsaraan Oemoem" ditengah himpitan biaya
pendidikan yang semakin mahal. Jika dahulu Muhammadiyah dikenal sebagai pelopor
pendidikan yang menjadi motor penggeraknya, maka sekarang Muhammadiyah harus
berperan lebih dari pada itu, yakni Muhammadiyah kembali tampil sebagai aktor utama
pemberantasan anak putus sekolah dan menjadi aktor yang mencerdaskan kehidupan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

www.bungsucikal.com
http://bangrio.multiply.com/journal/item/12?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://klikmuh.blogspot.com/2007/05/masa-depan-pendidikanmuhaimnadiyah.html

LPID UMS, 2006 : 86-88
Anwar Arifin, 2006:162
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:854