PEMBELAJARAN HOLISTIK ANAK USIA DINI MEL

TUGAS MAKALAH MANDIRI

PEMBELAJARAN HOLISTIK ANAK USIA DINI MELALUI
PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE/KECERDASAN
JAMAK

OLEH :
HULAIMI
NIM. 15.1.13.11.0.032

MAHASISWA PROGRAM DMS
S1 KEDUA NON PGMI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
TAHUN 2014

1

2


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pendidikan yang dilakukan
Tidak jarang kita jumpai adanya guru yang bingung karena
materi yang disampaikan tidak dapat diterima siswa
dengan baik. Meskipun sang guru telah bersusah payah
untuk

menyampaikan

materi

dengan

sejelas-jelasnya

tetapi hasilnya masih saja kurang memuaskan. Guru yang
putus asa akan mengeluh bahkan bisa sampai jengkel
kepada murid-muridnya. Ada guru yang sampai hati

membentak dan bahkan mengatakan ‘bodoh’ kepada
muridnya.
Kenyataan seperti ini seringkali menghantui perasaan sang
guru, dimana sebenarnya permasalahannya berangkat dari
ketidak fahaman guru tentang pembelajaran itu sendiri,
tentang karakteristik anak didik, perkembangan kejiwaan
yang terjadi pada anak didik, strategi-strategi yang perlu
dipergunakan,

dan

hal-hal

lain

yang

terkait

dengan


pendidikan.
Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru
bekerja

guna

mencapai

tujuan

yang

saling

3

menguntungkan.

Komunikasi


yang

terbuka

dan

jujur

sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama
lebih utama dari pada kompetisi. Sehingga pada daasarnya
seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan
tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat,
lingkungan

alam,

dan

nilai-nilai


spiritual.

Untuk

itu

diperlukan suatu system pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran yang bisa untuk mengasah kemampuan
peserta didik yang telah dibekali oleh Allah berupa
kecerdasan/intelegensi yang beragam.
Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi
dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga
terbangun kerangka pengetahuan. Dalam pembelajaran
holistik, diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih
efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran, tubuh dan
jiwa) dilibatkan dalam pengalaman siswa.1
Berangkat dari masalah ini maka penulis merasa perlu
untuk


mengangkatnya

menjadi

sebuah

kajian

ilmiah

berupa makalah dengan judul “Pembelajaran Holistik Anak

1

http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20 April
2014 jam 11:32

4


Usia

Dini

Melalui

Pendekatan

Multiple

Intelegence/Kecerdasan Jamak”
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas maka bisa di
rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran holistic?
2. Apa yang dimaksud dengan anak usia dini?
3. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan jamak?
4. Apa strategi pembelajaran dalam mengembangkan
kemampuan jamak pada anak usia dini?
C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui maksud dari pembelajaran holistic.
2. Mengetahui hakikat anak usia dini.
3. Mengetahui maksud dari kecerdasan jamak.
4. Mengetahui

strategi

pembelajaran

dalam

mengembangkan kemampuan jamak pada anak usia
dini.

5

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Holistik

1. Pengertian Pembelajaran Holistik
Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi
dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga
terbangun kerangka pengetahuan. Dalam pembelajaran
holistik, diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih
efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran, tubuh dan
jiwa) dilibatkan dalam pengalaman siswa.2
Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru
bekerja

guna

mencapai

menguntungkan.

Komunikasi

tujuan

yang

yang

terbuka

saling

dan

jujur

sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama
lebih utama dari pada kompetisi.
2. Teori-teori tentang pembelajaran holistic
Dari

penelitiannya,

Dave


Meier

berpendapat

bahwa

manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis
(S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual
(V), dan pemikiran atau intelek (I). Bertolak dari pandangan
2

http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20
April 2014 jam 11:32

6

ini ia mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat
SAVI (somatis, auditori, visual dan intelektual). Dengan
pemahaman ini beliau mengajukan sejumlah prinsip pokok
dalam

belajar,

yakni:

1 – Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran
2 – Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
3 – Kerjasama membantu proses belajar.
4 – Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan
secara simultan.
5 – Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
6 – Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7 – Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan
otomatis.

Sekarang, marilah kita simak pokok-pokok pikiran Meier,
bagaimana prinsip kegiatan belajar berdasarkan prinsip
SAVI itu.
Pertama, belajar somatis, belajar dengan bergerak dan
berbuat. Apa sajakah yang dapat dilakukan? Jawabnya
ialah:
 Membuat model dalam suatu proses.
 Secara fsik menggerakkan berbagai komponen dalam
suatu proses atau sistem

7

 Menciptakan bagan, diagram, piktogram.
 Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat
konsep.
 Mendapatkan pengalaman, lalu membicarakannya dan
merefleksikannya.
 Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan
fsik.
 Menjalankan

belajar

aktif

(simulasi,permainan

belajar,dan lain-lain)
 Melakukan

tinjauan

lapangan.

Lalu

menuliskan,

menggambar dan membicarakan apa yang dipelajari.
 Mewawancarai orang di luar kelas.
 Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif
bagi seluruh kelas.
Kedua, belajar auditori (A), kegiatan mendengar dan
berbicara. Apa saja yang dilakukan dalam kegiatan?
 Membaca keras dari bahan sumber.
 Membaca paragraf dan memberikan maknanya.
 Membuat rekaman suara sendiri.
 Menceritakan buku yang dibaca.
 Membicarakan apa yang dipelajari dan bagaimana
menerapkannya.

8

 Meminta

pelajar

memperagakan

sesuatu

dan

menjelaskan apa yang dilakukan.
Bersama-sama membaca puisi, menyanyi.
Ketiga, belajar visual (V), kegiatan melihat, mengamati,
memperhatikan. Apa sajakah kegiatan dalam pendekatan
ini?
* Mengamati gambar dan memaknainya.
* Memperhatikan grafk atau membuatnya.
* Melihat benda tiga dimensi.
* Menonton video, flm.
* Kreasi pictogram
* Pengamatan lapangan
* Dekorasi warna-warni
Keempat,

belajar

intelektual

(I),

kegiatan

mencipta,

merenungkan, memaknai, memecahkan masalah. Ada
sejumlah kegiatan terkait dengan pendekatan ini, antara
lain:
* Pemecahan masalah
* Menganalisis pengalaman, kasus
* Mengerjakan rencana strategis
* Melahirkan gagasan kreatif
* Mencari dan menjaring informasi
* Merumuskan pertanyaan

9

* Menciptakan model mental
* Menerapkan gagasan bagus pada pekerjaan.
* Menciptakan makna pribadi
* Meramalkan implikasi suatu gagasan3.
B. Hakikat Anak Usia Dini
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional
dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian

rangsangan

pendidikan

untuk

membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut4
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6
tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan
dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak5. Usia dini
merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia
emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang

3

http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20 April 2014 jam
11:32
4
5

(UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks,7

10

serta

stimulasi

yang

intensif

sangat

dibutuhkan

untuk

pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya
anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta
Kellough6 sebagai berikut.
1.

Anak bersifat unik.

2.
Anak mengekspresikan perilakunya
spontan.
3.

Anak bersifat aktif dan enerjik.

4.

Anak itu egosentris.

secara

relative

5.
Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias
terhadap banyak hal.
6.

Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.

7.

Anak umumnya kaya dengan fantasi.

8.

Anak masih mudah frustrasi.

9.

Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.

10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11. Masa
potensial.

anak

merupakan

masa

belajar

yang

paling

12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

C. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini

6

Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Pnerbit Universitas Terbuka.1.12-

1.13

11

Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang
dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal
belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula
dengan

orang

dewasa.

Karakteristik

cara

belajar

anak

merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan
acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
untuk anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak
menurut Masitoh dkk. 7adalah :
1. Anak belajar melalui bermain.
2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.
3. Anak belajar secara alamiah.
4. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya
mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan,
bermakna, menarik, dan fungsional.

D. Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono
dan Sujiono, pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum
secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi
sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan
pada

7

anak

usia

dini

berdasarkan

potensi

dan

tugas

Ibid, 6.9-6.12

12

perkembangan

yang

harus

dikuasainya

dalam

rangka

pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.8
Atas

dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa

pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik
sebagai berikut.
1. Belajar, bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip
belajar, bermain, dan bernyanyi9.

Pembelajaran untuk

anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat
membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak
belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan
perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain
dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak
menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan
teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan
seluruh alat inderanya.
2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada

8

Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. 138

9

Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi. 133

13

usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat,
dan 3) berorientasi pada konteks social budaya.10
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
harus

sesuai

dengan

pembelajaran

harus

tingkat
diminati,

usia

anak,

artinya

kemampuan

yang

diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut
menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.
Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan
individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam
merancang,

menerapkan,

mengevaluasi

kegiatan,

berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.
Selain berorientasi pada usia dan individu yang
tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus
mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk
dapat

mengembangkan

program

pembelajaran

yang

bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks
keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.
E. Kecerdasan Jamak
Kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan yang
dapat

dikembangkan

pada

anak.

Cara

merangsang

Kecerdasan Jamak.

10

Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Pnerbit Universitas Terbuka, 3.12

14

1. Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah
bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang
untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anakanak dll.
2. Latih
kecerdasan
logika-matematik
dengan
mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung
mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur,
kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.
3. Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati
gambar, foto, merangkai dan membongkar lego,
menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle,
rumah-rumahan, permainan komputer dll.
4. Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki,
jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari,
melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari,
olahraga permainan dll.
5. Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan
musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama
dan nada
6. Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain
bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda,
saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan,
bekerjasama membuat sesuatu, permainan mengendalikan
diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama
melalui buku, TV dll.
7. Melatih kecerdasan emosi intra- personal dengan
menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman,
berkhayal, mengarang ceritera dll.
8. Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji
hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot,
memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung,
sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang
dll.11
Melewati rentangan waktu, jenis kecerdasan bertambah
dengan jenis kecerdasan spiritual. Zohar dan Marshall (Yuliani
& Bambang, 2010) beranggapan bahwa kecerdasan spiritual
11

http://paudanakcerdas.blogspot.com/2013/05/kecerdasan
-jamak.html
diakses 22 April 2014 Jam 12.43

15

dapat diartikan sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang labih bermakna
dibandingkan

dengan

yang

lain.

Berhubungan

dengan

kecerdasan spiritual bagi anak usia dini, Gutama dalam
Yuliani & Bambang (2010:63) menuliskan bahwa “kecerdasan
spiritual adalah ekspresi pemikiran yang muncul dari dalam
kalbu seseorang. Bagi anak, kesadaran ini memacu mereka
untuk menemukan dan mengembangkan bakat bawaan,
energi, dan hasratnya serta sebagai sumber motivasi yang
memiliki kekuatan luar biasa”
Gardner (Santrock,

2007)

mengungkapkan bahwa

terdapat banyak cara belajar dan kecenderungan intelligensi
anak untuk dapat mempelajari suatu keterampilan atau
konsep. Menurut Sabri (dalam Sujiono, 2012) : “Tujuan
penting dalam mengetahui berbagai aspek yang terdapat
dalam kecerdasan jamak adalah diharapkan para pendidik
dapat memperlakukan anak sesuai dengan cara-cara dan
gaya

belajarnya

masing-masing”.

Pemahaman

tentang

kecerdasan jamak dapat membantu pendidik dan orang tua
untuk menuntun anak terutama dalam mengajari anak sesuai

16

dengan

cara

yang

paling

mudah

menurut

minat

dan

kecenderungan potensi kecerdasan anak.12
F. Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
Kecerdasan jamak untuk anak usia dini disebutkan oleh
Elis komalasari & Siti Khodijah dalam blognya sebagai berikut:
Gardner
mengenai

&

Krechevsky

“Munculnya

(2013)

dan

dalam

tulisannya

Pemeliharaan

Kecerdasan

Majemuk pada Masa Balita: Pendekatan Proyek Spektrum”
mengemukakan bahwa kemungkinan bakat luar biasa anakanak yang dapt dikenali di usia muda dan bahwa profl
kemampuan yang ditunjukan oleh anak-anak prasekolah
dapat dengan jelas dibedakan satu dari yang lain. Gardner,
dkk

mengungkapkan

implikasi

pendidikan

penilaian

yang

belajar

dan

beberapa
dan

temuan

pendekatan

menyebutkan

syaraf

hasil

bahwa

menawarkan

mengenai

spectrum

untuk

kemampuan

orang

dukungan

baru

untuk

pandangan majemuk mengenai kemampuan orang belajar
dan menyarankan

bahwa pikiran diorganisasikan

dalam

wilayah fungsi yang secara relatif terpisah.
Menurut Gardner (2013) kecerdasan didasarkan paling
sedikitnya dari potensi biologis, yang kemudian diekspresikan
sebagai hasil dari faktor-faktor genetik dan lingkungan yang
12

http://elicious-edu.blogspot.com/p/materi-kuliah.html diakses pada 22 April
2014 Jam 19:58

17

saling mempengaruhi. Pada bayi, kecerdasan tidak pernah
dijumpai

dalam

bentuk

murni.

Sebaliknya,

kecerdasan

tertanam dalam berbagai sistem simbol, seperti bahasa yang
dipakai untuk berbicara. Pendidikan pada suatu saat mewakili
pemeliharaan

kecerdasan

seperti

yang

telah

diwakili

sepanjang waktu dalam berbagai sistem mode budaya.
Proyek spektrum, suatu usaha inovatif untuk mengukur
profl

kecerdasan

dilaksanakan

dan

oleh

gaya

beberapa

bekerja
orang

pada

anak-anak

peneliti

termasuk

didalamnya adalah Howard Gardner. Spektrum mulai dengan
asumsi

bahwa

setiap

anak

mempunyai

potensi

untuk

mengembangkan kekuatan dalam satu atau beberapa area.
Fokus proyek ini pada anak-anak prasekolah mempunyai
dorongan ilmiah dan praktis. Dalam proyek ini, Gardner, dkk
mencoba untuk melakukan deteksi dan perkiraan nilai dari
identifkasi awal mengenai perbedaan individual dengan tujuh
kecerdasan. Dalam ruang Spectrum, setiap hari anak-anak
dikelilingi

oleh

aktivitasnya

material

yang

yang

kaya

membangkitkan

dan

melibatkan

sejumlah

kecerdasan.

Gardner, dkk tidak menggunakan label untuk meransang
kecerdasan secara langsung, misalnya “ruang” atau “logikamatematika”.

Sebaliknya,

Gardner,

dkk

menggunakan

material yang mempunyai peran sosial atau status akhir yang

18

dihargai, menggunakan kombinasi kecerdasan yang relevan.
Gardner, dkk menyiapkan beragam area, antara lain:
1.

Sudut ilmu pengetahuan
Tempat berbagai spesimen biologi dibawa untuk diteliti
dan

dibandingkan

menuntut

dengan

kemampuan

material

indera

dan

lain,

area

ini

juga

kekuatan

analitik logika
2.

Sudut bercerita
Tempat

siswa

menceritakan

dongeng

khayalan

menggunakan perangkat peralatan sandiwara yang
membangkitkan ingatan mereka, mempunyai peluang
untuk mendesain rangkaian gambar yang bercerita,
area ini membangkitkan bakat linguistik, dramatik dan
khayalan.
3.

Sudut bangunan
Tempat siswa dapat membangun model dari ruang
kelas dan memanipulasi foto berukuran kecil dari siswa
dan

guru

dalam

ruang;

area

ini

menggunakan

kecerdasan ruang, gerakan badan dan pribadi.
Adapun berbagai kecerdasan lain, dan kombinasi
kecerdasan disadap dalam puluhan area dan aktivitas
ruang kelas spectrum lainnya. Pada umumnya, anak-anak
siap melakukan eksplorasi pada sebagian besar area dan

19

anak-anak
didorong

yang
untuk

tidak

menunjukan

mencoba

material

ketertarikannya
atau

pendekatan

alternatif. Guru siap mengamati ketertarikan dan bakat
anak selama kurun waktu setahun, dan tidak ada penilaian
khusus yanng diperlukan. Namun untuk bidang pemikiran
dan

kerajinan

tangan,

kelas

spectrum

menyediakan

permainan atau aktiftas spesifk yang memungkinkan
penetapan

kecerdasan

anak

secara

tepat

di

area

tersebut.13
G. Strategi

Pembelajaran

dalam

Pengembangan

Kecerdasan Jamak
Pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan jamak
dalam pendidikan anak usia dini sangat penting terutama
untuk mengenali perbedaan individu anak didik. Implikasi
teori kecerdasan jamak dalam pembelajaran adalah bahwa
pengajar perlu mengenali modalitas kecerdasan yang dimiliki
tiap-tiap anak. Sehingga dengan strategi dan pendekatan
yang bervariasi maka diharapkan anak dapat tergali modalitas
yang menjadi gaya dan cara belajar anak sehingga minat dan
bakat anak dapat dikenali sejak dini. Model pembelajaran
dapat dipilih sesuai dengan cara dan gaya belajar anak
sehingga anak merasa senang dan nyaman dalam belajar. Hal
13

http://elicious-edu.blogspot.com/p/materi-kuliah.html diakses pada 22 April
2014 Jam 21:54

20

ini

dapat

membantu

anak

mengenali

diri

dan

kecenderungannya sehingga modalitas minat anak dapat
berkembang secara optimal. Hal ini dapat pula membantu
orang tua dalam mengarahkan anak khususnya dalam meraih
cita-cita anak sesuai dengan minatnya
Multiple intelligence/ Kecerdasan Jamak adalah sebuah
penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu
menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah
dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan alat
untuk melihat bagaimana pikiran manusia mengoperasikan
dunia, baik itu benda-benda yang konkret maupun hal-hal
yang abstrak. Bagi Gardner tidak ada anak yang bodoh atau
pintar, yang ada anak yang menonjol dalam salah satu atau
beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian, dalam menilai
dan menstimulasi kecerdasan anak, orangtua dan guru
selayaknya dengan jeli dan cermat merancang sebuah
metode khusus.
Beberapa

materi

program

yang

dapat mengembangkan

kecerdasan majemuk akan dipaparkan dalam bentuk tabel di
bawah ini.
Tabel 1
Kegiatan Pengembangan Kecerdasan Majemuk
Jenis Kecerdasan
Materi dan Kegiatan

21

Kecerdasan
Linguistik









Mengajak anak berbicara
Membacakan cerita
Bermain huruf
Merangkai cerita
Berdiskusi dan bercakap-cakap
Bermain peran
Memperdengarkan lagu anak-anak

Kecerdasan
LogikaMatematika


Bermain puzzle

Mengenal bentuk geometri

Mengenalkan bilangan melalui sajak
berirama dan lagu

Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan
olah pikir ringan

Pengenalan pola

Eksperimen di alam

Memperkaya pengalaman
berinteraksi dengan konsep matematika

Games penuh strategi dan
eksperimen

Kecerdasan FisikKinestetik








Kecerdasan
Visual Spasial


Menggambar dan melukis

Mencorat-coret

Membuat prakarya

Mengunjungi berbagai tempat

Melakukan permainan konstruktif dan
kreatif

Menagtur dan merancang

Kecerdasan
Intrapersonal


Menciptakan citra diri positif

Menciptakan suasana yang
mendukung pengembangan kemampuan
interpersonal dan penghargaan diri anak

Menuangkan isi hati dalam jurnal
pribadi

Memberikan kesempatan

Menari
Bermain peran
Drama
Latihan fsik
Pantomim
Berbagai olah gerak

22

menggambar diri sendiri dari sudut
pandang anak

Membayangkan diri di masa datang

Mengajak berimajinasi jadi satu tokoh
dalam cerita
Kecerdasan
Interpersonal















Memimpin
Mengorganisasi
Berinteraksi
Berbagi
Menyayangi
Berbicara
Sosialisasi
Menjadi pendamai
Permainan kelompok
Klub
Teman-teman
Kelompok, dan
Kerja sama

Kecerdasan
Musikal


Memberi kesempatan pada anak
untuk memainkan alat musik dan bernyanyi

Mengembangkan pemahaman anak
tenatng musik

Memberikan stimulus-stimulus ringan
pada anak agar lebih termotivasi pada
bidang musik

Memberikan pengalaman empiris
yang praktis, seperti memberikan
penghargaan terhadap karya anak,
misalnya membuat pentas seni.

Kecerdasan
Natural


Melakukan kegiatan sains permulaan,
ilmu botani, gejala-gejala alam atau
hubunagn antara benda-benda hidup dan
tak hidup yang ada di lingkungan sekitar

Karya wisata ke kebun binatang

Jalan-jalan di alam terbuka

Melihat keluar jendela

Tanaman sebagai dekorasi

Ekostudi, ekologi yang diintegrasikan
ke dalam setiap bagian pelajaran di sekolah

Kecerdasan



Mengajarkan doa atau puji-pujian
23

Spiritual

kepada Sang Pencipta

Membiasakan diri untuk bersikap
sesuai ajaran agama, seperti memberi
salam, mengikuti tata cara ibadah sesuai
dengan agama yang dianut,
mengembangkan sikap dermawan,
membangun sikap toleransi terhadap
sesama

·
Memberikan teladan yang baik
secara lisan, tulisan maupun perbuatan,
melalui serita atau dongeng

·
Mengamati berbagai buki
kebesaran Sang Pencipta14

14

Yuliani, N.S . (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT.
Indek 185-194

24

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat di simpulan beberapa hal
diantaranya:
1. Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi
dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga
terbangun kerangka pengetahuan.
2. Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai
usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat
menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian
anak. Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini
disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang
bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat
dibutuhkan

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan

tersebut
3. Kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan yang
dapat dikembangkan pada anak.
4. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan
jamak ini bervariasi tergantung dari kemampuan individu.
25

Model pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan cara dan
gaya belajar anak sehingga anak merasa senang dan
nyaman dalam belajar.
B. Saran-saran
1. Pembelajaran holistic hendaknya perlu diperdalam oleh
semua kalangan pendidik untuk bisa lebih mengoptimalkan
pembelajaran terutama para pendidik usia dini.
2. Penerapan strategi pembelajaran untuk anak usia dini
sangat tergantung dari individu anak didik itu sendiri,
sehingga sebagai guru diharapkan hendaknya memahami
dengan

sepenuhnya

mengenai

tahapan-tahapan

perkembangan anak didik.

26

DAFTAR PUSTAKA
(UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentangholistik.html di akses tanggal 20 April 2014 jam 11:32
http://elicious-edu.blogspot.com/p/materi-kuliah.html
diakses pada 22 April 2014 Jam 19:58
http://paudanakcerdas.blogspot.com/2013/05/kecerdasanjamak.html diakses 22 April 2014 Jam 12.43
Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta:
Pusat Pnerbit Universitas Terbuka.
Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga
Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi.
Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Yuliani, N.S . (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: PT. Indek

27