ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK US
ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA
PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN
DISUSUN OLEH
WAZI FATINNISA
E1C014060
Kelas II/B (Reguler Pagi)
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Tujuan
pembuatan karya tulis ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori
Belajar Bahasa.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian karya tulis ini sehingga dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Karya tulis yang berjudul “Analisis Pemerolehan Bahasa
Pada Anak Usia Tiga Tahun dan Empat Tahun” ini diharapkan dapat
membantu
pembaca
untuk
mengetahui
bagimana
perkembangan
pemerolehan bahasa pada anak usia tiga tahun dan empat tahun
sehingga
dapat
menambah
wawasan
dan
bermanfaat
bagi
ilmu
pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat
banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun bagi kami sebagai bentuk perbaikan dan pembelajaran
untuk waktu yang akan datang.
Mataram, 30 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................i
KATA PENGANTAR............................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................1
1.3 Tujuan Penelitian................................................2
1.3.1...........................................................................Tujuan
Umum.....................................................................2
1.3.2...........................................................................Tujuan
Khusus....................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..............................................2
BAB II LANDASAN TEORI.........................................3
2.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa........................3
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa
............................................................................3
2.3 Fase Perkembangan Bahasa Anak......................4
BAB III PEMBAHASAN.............................................6
3.1 Identitas Anak.....................................................6
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.............................7
3.3 Peristiwa Penelitian.............................................7
3.4 Hasil Penelitian/Data yang Diperoleh..................8
3.5 Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Fonologi
3.6 Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Sosial. 13
BAB IV PENUTUP....................................................15
9
4.1 Simpulan.............................................................15
4.2 Saran...................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengamati
perkembangan
anak
adalah
kegiatan
yang
mungkin jarang dilakukan oleh para orang tua. Apalagi mengamati
perkembangan anak dari segi bahasa. Padahal banyak hal yang
dapat diamati dari kegiatan anak sehari-hari. Jeanne Ellis Ormrod
dalam bukunya menjelaskan bahwa anak-anak berkembang dalam
kecepatan yang berbeda. Ia mengatakan bahwa perkembangan
terkadang terjadi dengan cepat, terkadang juga lambat.
Hal
ini
menjadi
menarik
karena
setiap
anak
berarti
mengalami perkembangan dalam hidupnya dengan berbeda-beda.
Begitu pula dalam hal pemerolehan bahasa. Oleh karena itu,
perkembangan akan dapat dibantu dengan memberikan stimulasi
yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak.
Di samping itu dengan bertambahnya usia anak maka
produksi sel-sel saraf (neuron) juga akan semakin meningkat
sehingga peran otak untuk menerima, menafsirkan, dan merespon
informasi juga berperan sesuai dengan kondisi anak tersebut.
1.1 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah perkembangan pemerolehan bahasa dari aspek
fonologi pada anak usia tiga tahun dan empat tahun?
b. Bagaimanakah perkembangan pemerolehan bahasa dari aspek
sosial pada anak usia tiga tahun dan empat tahun?
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1
Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
bahasa anak dari aspek fonologi dan aspek sosial anak usia
tiga tahun dan empat tahun.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
a. Untuk mengetahui perkembangan pemerolehan bahasa dari
aspek fonologi pada anak usia tiga tahun dan empat tahun.
b. Untuk mengetahui perkembangan pemerolehan bahasa dari
aspek sosial pada anak usia tiga tahun dan empat tahun.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang dapat
mendukung penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal perkembangan bahasa pada
anak.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa
Istilah pemerolehan (acquisition) dijelaskan Dardjowidjojo
sebagai proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak
secara natural pada waktu ia belajar bahasa ibunya (native
language). Istilah ini berbeda dengan pembelajaran (learning),
yakni proses yang dilakukan dalam tataran yang formal (belajar
di kelas dan diajar oleh seorang guru). Dengan demikian, proses
dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya adalah
pemerolehan, sedangkan proses dari orang (umumnya dewasa)
yang belajar di kelas adalah pembelajaran.
Chaer (2009) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa atau
akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak
seorang
kanak-kanak
ketika
dia
memperoleh
bahasa
pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa berbeda
dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa biasanya
diperoleh setelah bahasa pertama. Artinya, pemerolehan bahasa
berkaitan dengan bahasa pertama sedangkan pembelajaran
bahasa berkaitan dengan bahasa kedua.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa
- Faktor Alamiah
Chomsky mengatakan bahwa setiap anak lahir dengan
seperangkat prosedur dan aturan bahasa atau disebut oleh
Chomsky sebagai Language Acquisition Divice (LAD). Potensi
dasar itulah yang akan berkembang secara maksimal setelah
mendapat stimulus dari lingkungan. Proses perolehan melalui
piranti ini sifatnya alamiah. Maka sekalipun anak tidak
dirangsang untuk mendapatkan bahasa, anak tersebut akan
mampu menerima apa yang terjadi disekitarnya.
- Faktor Kognitif
Pemerolehan
bahasa
dalam
prosesnya
dibantu
oleh
perkembangan kognitif, sebaliknya kemampuan kognitif akan
berkembang dengan bantuan bahasa.
Piaget
berpendapat
bahwa
kemampuan
merepresentasikan
pengetahuan
itu
konstruktif
mensyaratkan
serangkaian langkah
yang
adalah
proses
perbuatan yang lama terhadap lingkungan.
- Faktor Keturunan (hereditas)
Dalam batas-batas tertentu, faktor keturunan dapat
mempengaruhi perkembangan. Meski demikian, tidak semua
karakteristik turunan tersebut tampak pada waktu kelahiran.
Hereditas
terus
mempengaruhi
perkembangan
anak
sepanjang proses kematangan (maturation).
- Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan
bahkan
dapat
mempengaruhi
karakteristik-karakterisitik yang sebagian besar dikendalikan
oleh faktor hereditas. Sekalipun perilaku anak dipengaruhi
oleh tempramen (sebuah faktor yang diwariskan), lingkungan
juga
memiliki
pengaruh
penting
terhadap
cara
anak
berperilaku. Bahkan terkadang pengaruh lingkungan terhadap
perilaku
sama
pentingnya,
bahkan
terkadang
lebih
berpengaruh.
2.3 Fase Perkembangan Bahasa Anak
Dwight Bolinger menyebutkan dalam bahwa perkembangan
bahasa anak lazimnya dibagi dalam empat tataran. Tataran
pertama disebut fase perkembangan holoprastik (holophrastic
phase). Tata bahasa yang dikuasainya disebut tata bahasa
holoprastik (holophrastic structure). Dalam tahap perkembangan
holoprastik, seorang anak bisa menyampaikan maksud dan
pesannya dengan mengguakan satu kata.
Tahap selanjutnya adalah fase penyampung (joining phase).
Pada fase ini anak menghubungkan kata yang didengar dari
lingkungannya. Dalam tahap ini anak mulai gemar bicara
dengan model dua kata. Tata bahasa yang demikian oleh
Bolinger disebut sebagai tata bahasa penyambung (joining
phase).
Tahap ketiga dari perkembangan bahasa anak adalah fase
pengintegrasian (connective phase). Pada tahap ini, anak mulai
bicara dengan menggunakan lebih dari dua kata. Anak sudah
menyambung-nyambung
beberapa
kata.
Pada
tahap
perkembangan ini anak mulai mengenal kearbitreran kata. Di
dalam
masyarakat
Sasak,
anak
mulai
bingung
dengan
pemakaian kata mangan medahar, bekelor, nyampah yang
semuanya dapat bermakna makan.
Tahap terakhir dari perkembangan bahasa anak adalah
pengulangan (recursive phase). Pada tahap ini anak cenderung
mengulang-ulang bentuk yang sudah pernah dipakainya sambil
terus-menerus menambahkan khasanah kosakatanya. Tahap ini
juga disebut dengan tahap pembiasaan (habit-formation phase).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Identitas Anak
3.1.1 Identitas anak I
Nama Lengkap
: Asyila Atin Putri
Nama Panggilan : Atin
Jenis Kelamin
: Perempuan
TTL
: Mataram, 20 Mei 2012
Usia
: 3 Tahun 1 bulan
Anak ke-
:2
Nama Ayah
: Sahabudin
Nama Ibu
: Murniati
Alamat
: Pejeruk Abiyan, Ampenan, Mataram
3.1.2 Identitas Anak II
Nama
: Teguh Rinaldi
Nama Panggilan : Teguh
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL
: Mataram, 15 Januari 2011
Usia
: 4 Tahun 5 bulan
Anak ke-
:1
Nama Ayah
: Junaidi
Nama Ibu
: Rini Wulandari
Alamat
: Pejeruk Abiyan, Ampenan, Mataram
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian dalam waktu yang
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan objek penelitian tidak berada di
tempat yang sama ketika penelitian dilakukan.
Penelitian yang dilakukan pada anak pertama, yakni Atin
Asyila Putri dilakukan pada hari Minggu, 28 Juni 2015 sekitar pukul
lima sore. Tempat penelitian dilakukan di desa Pejeruk Abiyan,
Lingkungan Pejeruk Desa, Kecamatan Ampenan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan pada anak kedua, yakni
Teguh Rinaldi dilakukan pada hari Kamis, 1 Juli 2015 sekitar pukul
sepuluh pagi. Tempat penelitian dilakukan di wilayah yang sama
yakni
di
desa
Pejeruk
Abiyan,
Lingkungan
Pejeruk
Desa,
Kecamatan Ampenan.
3.3 Peristiwa Penelitian
Karena penelitian ini dilakukan secara terpisah pada masingmasing anak, maka peristiwa penelitian yang ditemukan berbeda
antara satu dengan lainnya.
Pada penelitian pertama, sebelumnya peneliti mengajak objek
pertama, yakni Atin untuk dimandikan di rumahnya. Kemudian
selesai mandi, ibunya mengganti pakaian yang sebelumnya ia
kenakan. Dan setelah itu, barulah peneliti mengajak Atin untuk ke
rumah peneliti dan mulai melakukan penelitian ini.
Belajar dari penelitian yang pertama, untuk penelitian yang
kedua ini peneliti langsung mendatangi tempat bermain yang
sering didatangi oleh anak
yang kedua yakni, Teguh Rinaldi.
Ketika peneliti mendatanginya, ia sedang bermain bersama teman
sebayanya. Oleh sebab itu, peneliti dapat lebih mudah dalam
melakukan penelitian yang kedua ini.
3.4 Hasil Penelitian/ Data yang Diperoleh
Di bawah ini disajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian
pemerolehan bahasa pada anak pertama, yakni Atin Asyila Putri
dengan usia 3 tahun 1 bulan dan anak kedua, yakni Teguh Rinaldi.
A. Anak Pertama: Atin Asyila Putri
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kata/Kalimat
Cabe
Permen kopi
Mama, buka!
Mama, naik!
Buka
Itu
Pemerolehan
Abe
kopi, copi
Mak… Ncaq!
Mak… Aeq!
Buca
Nyoo!
B. Anak Kedua: Teguh Rinaldi
N
Kata/Kalimat
Pemerolehan
o.
1.
2.
3.
4.
Bocor
Teguh puasa
Empat
Malam-malam
Boco;
Doh puaca
Empat
Mayam-mayam
5.
7.
8.
main
Ada game?
Superman
Pulang minum
maen
Ada gem?
Cupe;men
Puyang minom
3.5 Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Fonologi
Di bawah ini disajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian
pemerolehan bahasa pada anak pertama, yakni Atin Asyila Putri
dengan usia 3 tahun 1 bulan dan anak kedua, yakni Teguh Rinaldi.
Berdasarkan
hasil
perenilitan
yang dilakukan
pada
anak
pertama yakni, Atin Asyila Putri dan anak kedua yakni, Teguh
Rinaldi,
maka
dalam
hal
ini
peneliti
mengklasifkasikan
pemerolehan kata yang diproduksi oleh kedua anak tersebut
menjadi dua aspek, yakni:
a. Kata yang sudah mampu diperoleh anak, dan
b. Kata yang belum mampu diperoleh anak
A.Anak Pertama: Atin Asyila Putri
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kata/Kalimat
Cabe
Permen kopi
Mama, buka!
Mama, naik!
Buka
Itu
Pemerolehan
Abe
kopi, copi
Mak… Ncaq!
Mak… Aeq!
Buca
Nyoo!
a)Kata yang Sudah Mampu Diperoleh
Dalam
melafalkan
bunyi
/a/
(vokal
depan,
bawah,
takbundar) dan /e/ (vokal depan, tengah atas takbundar), Atin
sudah mampu memproduksinya dengan jelas. Hal ini dapat
dilihat dari pelafalan /a/ dan /e/ pada kata /cabe/.
Untuk produksi fonem /p/ (konsonan, bilabial, stop, tak
bersuara), Atin sudah dengan jelas dilafalkan. Hal ini dapat
dilihat dari produksi fonem /p/ yang disebutkan Atin pada kata
/copi/.
b)Kata yang Belum Mampu Diperoleh
Pelafalan kata /cabe/, anak melakukan penghilangan
fonem /c/ (konsonan, fronto palatal, oral, tak bersuara) pada
kata itu sehingga kata /cabe/ menjadi /abe/.
Untuk pelafalan kata /kopi/, pada beberapa kesempatan
Atin sudah mampu memproduksi fonem /k/ dengan baik
namun ketika diteliti lagi, dalam beberapa kesempatan lain ia
masih menggunakan fonem /c/ untuk menyebut kata /kopi/.
Sehingga menjadi /copi/.
Pada
pelafalan
mengucapkannya
kata
/buka/,
dengan
Atin
sempurna.
belum
Ia
mampu
menyebutnya
dengan /bucaq/. Jadi, fonem /c/ mengganti posisi /k/. Juga
pada akhir kata /buka/ ia mengakhirinya dengan memberikan
penekanan setelah bunyi /a/ menjadi /bucaq/. Pada kata yang
sama yakni kata /buka/, Atin juga menyebutnya dengan kata /
ncaq/.
Dalam hal ini, Dardjowidjojo dalam bukunya memaparkan
penelitiannya, bahwa pada usia tiga tahun, anak yang
ditelitinya sudah mampu untuk memproduksi fonem /k/.
Meskipun Atin belum mampu untuk memproduksinya namun
itu
bukan
sebuah
dipermasalahkan.
hal
Karena
besar
jika
yang
melihat
perlu
untuk
pandangan
kaum
nativistik, hal tersebut dapat dikatakan sebagai sesuatu yang
lumrah
terjadi
karena
nativistik
berpandangan
bahwa
pemerolehan bahasa itu bersifat kodrati dan merupakan suatu
proses yang berlanjut dan sesuai dengan jadwal genetik.
Demikian halnya pada kata /naik/. Atin melafalkannya
menjadi
/ae?/.
Jadi,
ia
menghilangkan
fonem
/n/
dan
mengganti fonem /i/ menjadi /e/ sehingga pelafalannya
menjadi /aeq/.
Namun,
yang
perlu
dilihat
dalam
hal
ini
adalah
pemerolehan diftong yang telah mampu diproduksi oleh Atin.
Seperti yang ditulis oleh Dardjowidjojo dalam ECHA, Ia
menyebutkan bahwa diftong mulai diperoleh pada usia tiga
tahun.
Untuk
pengucapan
kata
/itu/,
Atin
memproduksinya
dengan pelafalan /nyo/. Hal ini dipengaruhi dari bahasa
daerah (Sasak) yang digunakan.
B. Anak Kedua: Teguh Rinaldi
No
Kata/Kalimat
Pemerolehan
.
1.
2.
3.
4.
Bocor
Teguh puasa
Empat
Malam-malam
Boco;
Doh puaca
Empat
Mayam-mayam
5.
7.
8.
main
Ada game?
Superman
Pulang minum
maen
Ada gem?
Cupe;men
Puyang minom
a. Kata yang Sudah Mampu Diperoleh
Produksi fonem /c/ (konsonan, fronto palatal, oral, tak
bersuara) sudah mampu diucapkan oleh anak kedua. Hal ini
dapat dilihat ketika ia menyebutkan kata /boco;/, ia sudah
mampu memproduksi kata tersbut dengan baik.
Fonem /p/ (konsonan, bilabial, stop, tak bersuara) pada
kata /empat/ juga telah mampu diproduksi dengan baik.
Produksi fonem /g/ (konsonan, dorsovelar, letus, oral,
bersuara) pada kata /gem/ (game=permainan) sudah mampu
diproduksi.
b. Kata yang Belum Mampu Diperoleh
Ketika
menyebut
namanya
sendiri,
/teguh/
ia
mengucapkannya dengan kata /doh/ sehingga pelafalan
fonem /g/ pada kata /teguh/ diubah menjadi fonem /d/.
Dalam hal ini, Dardjowidjojo dalam bukunya menyebutkan
bahwa pada umur dua tahun dua bulan, anak masih sering
mengucapkan fonem /g/ sebagai /d/, meskipun sesekali sudah
muncul pula sebagai /g/.
Ketika melafalkan kata /boco;/, ia memang sudah mampu
melafalkan
fonem
/c/
dengan
baik,
namun
ketika
menyebutkan
fonem
/b/,
anak
masih
belum
mampu
menyebutkan dengan benar antara penggunaan /p/ dan /b/.
Hal ini mungkin saja terjadi karena fonem /p/ dan /b/
memiliki persamaan yakni, sama-sama merupakan fonem
bilabial.
Produksi fonem /r/ masih belum begitu jelas terdengar.
Meskipun terdengar seperti fonem /l/ yang diproduksi, namun
anak memang belum dengan jelas dalam penyebutannya. Hal
ini terlihat pada pelafalan kata /cupe;men/.
Pada kata /pulang/, anak menukar fonem /l/ (konsonan
apiko alveolar, oral, bersuara) dengan fonem /y/ yang
merupakan bunyi semikonsonan. Hal ini dapat dilihat dari
pelafalan kata /malam/ menjadi /mayam/.
Jika diperhatikan, pada usia yang sekarang, Teguh berada
pada fase pengintegrasian (connective phase). Seperti yang
dijelaskan oleh Dwight Bolinger bahwa pada tahap ini, anak
mulai bicara dengan menggunakan lebih dari dua kata. Anak
sudah mampu menyambung-nyambung beberapa kata.
Pada kata /minum/, ia juga menukar /u/ menjadi /o/
sehingga menjadi /minom/.
3.6 Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Sosial
A. Anak Pertama: Atin Asyila Putri
Jika melihat sisi sosial anak, maka hal ini sedikit banyak
berpengaruh pada pemerolehan bahasa si anak. Pada anak
pertama yakni, Atin Asyila Putri, peneliti mendapatkan bahwa
bahasa ibunya adalah bahasa daerah (Sasak). Karena dalam
kesehariannya, komunikasi yang dilakukan oleh keluarganya
kepada Atin lebih dominan menggunakan bahasa daerah.
Namun jika diperhatikan, lingkungan keluarganya juga
terkadang
menggunakan
bahasa
Indonesia
dalam
berkomunikasi dengan Atin. Sehingga bahasa yang lebih
dominan digunakan Atin dalam kesehariannya ialah bahasa
daerah (Sasak). Hal ini juga didukung dengan lingkungan
tempat ia tinggal. Penggunaan bahasa daerah sangat kental di
tempat itu.
Pengaruh lingkungan itu pula yang juga berperan dalam
pemerolehan bahasanya. Hal ini terlihat dari respon yang
dikeluarkan oleh anak. Atin ketika ditanya menggunakan
bahasa Indonesia tidak merespon jawaban dengan bahasa
Indonesia namun menggunakan bahasa daerah (Sasak). Hal
ini
sesuai
mengatakan
dengan
bahwa
pandangan
lingkungan
kaum
behavioristik
berperan
penting
yang
dalam
pemerolehan pengetahuan termasuk pemerolehan bahasa.
Dalam merespon pertanyaan yang diajukan, Atin tampak
menunjukkan egosentrisme prapoerasional. Jeanne dalam
bukunya
menjelaskan
pengertian
egosentrisme
praoperasional adalah ketidakmampuan memandang situasi
dari
perspektif
orang
lain.
Sehingga
hal
ini
terkadang
membuatnya cenderung acuh terhadap ajakan berkomunikasi.
Tahap praoperasional ini dikatakan oleh Jeanne berada pada
rentang usia dua tahun hingga tujuh tahun.
B. Anak Kedua: Teguh Rinaldi
Pada
anak
kedua
yakni,
Teguh
Rinaldi,
peneliti
mendapatkan bahwa bahasa pertamanya adalah bahasa
Indonesia. Dalam kesehariannya, Teguh secara tidak langsung
diajak
berkomunikasi
oleh
orang
tuanya
dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga bahasa yang
pertama kali ia kenali dan kuasai adalah bahasa Indonesia.
Namun, jika melihat dari lingkungan tempat tinggal,
penggunaan bahasa daerah lebih dominan digunakan dalam
aktiftas sehari-hari. Meskipun begitu, ia tetap memahami
ketika orang lain menggunakan bahasa daerah (Sasak) ketika
berkomunikasi
dengannya.
Hal
ini
disebutkan
oleh
Dardjowidjojo dalam bukunya, bahwa kemampuan menangkap
atau komprehensi anak mana pun akan jauh melebihi
kemampuan
produksinya.
Pendapat
ini
mungkin
dapat
menjelaskan hal yang terjadi pada Teguh.
Dalam merespon pertanyaan yang diajukan, Teguh sudah
lebih baik dari Atin. Hal ini dilihat dari sikapnya yang
menerima dan merespon pertanyaan yang diajukan.
Bab IV
4.1 Simpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan pada dua orang anak
dengan masing-masing berusia tiga tahun dan empat tahun,
dapat disimpulkan bahwa pada usia tiga tahun, anak cenderung
masih egosentris dan belum begitu jelas dalam berbicara.
Pelafalan
fonemnya
masih
sederhana.
Anak
baru
dapat
memproduksi satu hingga dua kata untuk mengungkapkan apa
yang diinginkannya. Produksi katanya pun masih berkisar
dengan kata yang sesuai dengan sekitarnya.
Pada usia empat tahun, anak sudah dapat memproduksi
fonem-fonem yang lebih banyak dari usia tiga tahun. Karena
faktor dan kata yang lebih luas meskipun juga sudah mulai
menjangkau kata di luar dari apa yang ada di lingkungannya.
Kata-kata yang diproduksi sudah beragam. Mulai dari kata tanya
dan kata kerja. Kata-kata yang bermakna abstrak pun sudah
mulai dipahami oleh anak usia empat tahun.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ellis, Jeanne Ormrod. 2008. PSIKOLOGI PENDIDIKAN Membantu Siswa
Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. ECHA Kisah Pemerolehan Bahasa
Anak Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi-Dimensi Kebahasaan.Yogyakarta: PT
Gelora Aksara Pratama.
PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN
DISUSUN OLEH
WAZI FATINNISA
E1C014060
Kelas II/B (Reguler Pagi)
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Tujuan
pembuatan karya tulis ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori
Belajar Bahasa.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian karya tulis ini sehingga dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Karya tulis yang berjudul “Analisis Pemerolehan Bahasa
Pada Anak Usia Tiga Tahun dan Empat Tahun” ini diharapkan dapat
membantu
pembaca
untuk
mengetahui
bagimana
perkembangan
pemerolehan bahasa pada anak usia tiga tahun dan empat tahun
sehingga
dapat
menambah
wawasan
dan
bermanfaat
bagi
ilmu
pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat
banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun bagi kami sebagai bentuk perbaikan dan pembelajaran
untuk waktu yang akan datang.
Mataram, 30 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................i
KATA PENGANTAR............................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................1
1.3 Tujuan Penelitian................................................2
1.3.1...........................................................................Tujuan
Umum.....................................................................2
1.3.2...........................................................................Tujuan
Khusus....................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..............................................2
BAB II LANDASAN TEORI.........................................3
2.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa........................3
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa
............................................................................3
2.3 Fase Perkembangan Bahasa Anak......................4
BAB III PEMBAHASAN.............................................6
3.1 Identitas Anak.....................................................6
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.............................7
3.3 Peristiwa Penelitian.............................................7
3.4 Hasil Penelitian/Data yang Diperoleh..................8
3.5 Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Fonologi
3.6 Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Sosial. 13
BAB IV PENUTUP....................................................15
9
4.1 Simpulan.............................................................15
4.2 Saran...................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengamati
perkembangan
anak
adalah
kegiatan
yang
mungkin jarang dilakukan oleh para orang tua. Apalagi mengamati
perkembangan anak dari segi bahasa. Padahal banyak hal yang
dapat diamati dari kegiatan anak sehari-hari. Jeanne Ellis Ormrod
dalam bukunya menjelaskan bahwa anak-anak berkembang dalam
kecepatan yang berbeda. Ia mengatakan bahwa perkembangan
terkadang terjadi dengan cepat, terkadang juga lambat.
Hal
ini
menjadi
menarik
karena
setiap
anak
berarti
mengalami perkembangan dalam hidupnya dengan berbeda-beda.
Begitu pula dalam hal pemerolehan bahasa. Oleh karena itu,
perkembangan akan dapat dibantu dengan memberikan stimulasi
yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak.
Di samping itu dengan bertambahnya usia anak maka
produksi sel-sel saraf (neuron) juga akan semakin meningkat
sehingga peran otak untuk menerima, menafsirkan, dan merespon
informasi juga berperan sesuai dengan kondisi anak tersebut.
1.1 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah perkembangan pemerolehan bahasa dari aspek
fonologi pada anak usia tiga tahun dan empat tahun?
b. Bagaimanakah perkembangan pemerolehan bahasa dari aspek
sosial pada anak usia tiga tahun dan empat tahun?
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1
Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
bahasa anak dari aspek fonologi dan aspek sosial anak usia
tiga tahun dan empat tahun.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
a. Untuk mengetahui perkembangan pemerolehan bahasa dari
aspek fonologi pada anak usia tiga tahun dan empat tahun.
b. Untuk mengetahui perkembangan pemerolehan bahasa dari
aspek sosial pada anak usia tiga tahun dan empat tahun.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang dapat
mendukung penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal perkembangan bahasa pada
anak.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa
Istilah pemerolehan (acquisition) dijelaskan Dardjowidjojo
sebagai proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak
secara natural pada waktu ia belajar bahasa ibunya (native
language). Istilah ini berbeda dengan pembelajaran (learning),
yakni proses yang dilakukan dalam tataran yang formal (belajar
di kelas dan diajar oleh seorang guru). Dengan demikian, proses
dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya adalah
pemerolehan, sedangkan proses dari orang (umumnya dewasa)
yang belajar di kelas adalah pembelajaran.
Chaer (2009) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa atau
akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak
seorang
kanak-kanak
ketika
dia
memperoleh
bahasa
pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa berbeda
dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa biasanya
diperoleh setelah bahasa pertama. Artinya, pemerolehan bahasa
berkaitan dengan bahasa pertama sedangkan pembelajaran
bahasa berkaitan dengan bahasa kedua.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa
- Faktor Alamiah
Chomsky mengatakan bahwa setiap anak lahir dengan
seperangkat prosedur dan aturan bahasa atau disebut oleh
Chomsky sebagai Language Acquisition Divice (LAD). Potensi
dasar itulah yang akan berkembang secara maksimal setelah
mendapat stimulus dari lingkungan. Proses perolehan melalui
piranti ini sifatnya alamiah. Maka sekalipun anak tidak
dirangsang untuk mendapatkan bahasa, anak tersebut akan
mampu menerima apa yang terjadi disekitarnya.
- Faktor Kognitif
Pemerolehan
bahasa
dalam
prosesnya
dibantu
oleh
perkembangan kognitif, sebaliknya kemampuan kognitif akan
berkembang dengan bantuan bahasa.
Piaget
berpendapat
bahwa
kemampuan
merepresentasikan
pengetahuan
itu
konstruktif
mensyaratkan
serangkaian langkah
yang
adalah
proses
perbuatan yang lama terhadap lingkungan.
- Faktor Keturunan (hereditas)
Dalam batas-batas tertentu, faktor keturunan dapat
mempengaruhi perkembangan. Meski demikian, tidak semua
karakteristik turunan tersebut tampak pada waktu kelahiran.
Hereditas
terus
mempengaruhi
perkembangan
anak
sepanjang proses kematangan (maturation).
- Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan
bahkan
dapat
mempengaruhi
karakteristik-karakterisitik yang sebagian besar dikendalikan
oleh faktor hereditas. Sekalipun perilaku anak dipengaruhi
oleh tempramen (sebuah faktor yang diwariskan), lingkungan
juga
memiliki
pengaruh
penting
terhadap
cara
anak
berperilaku. Bahkan terkadang pengaruh lingkungan terhadap
perilaku
sama
pentingnya,
bahkan
terkadang
lebih
berpengaruh.
2.3 Fase Perkembangan Bahasa Anak
Dwight Bolinger menyebutkan dalam bahwa perkembangan
bahasa anak lazimnya dibagi dalam empat tataran. Tataran
pertama disebut fase perkembangan holoprastik (holophrastic
phase). Tata bahasa yang dikuasainya disebut tata bahasa
holoprastik (holophrastic structure). Dalam tahap perkembangan
holoprastik, seorang anak bisa menyampaikan maksud dan
pesannya dengan mengguakan satu kata.
Tahap selanjutnya adalah fase penyampung (joining phase).
Pada fase ini anak menghubungkan kata yang didengar dari
lingkungannya. Dalam tahap ini anak mulai gemar bicara
dengan model dua kata. Tata bahasa yang demikian oleh
Bolinger disebut sebagai tata bahasa penyambung (joining
phase).
Tahap ketiga dari perkembangan bahasa anak adalah fase
pengintegrasian (connective phase). Pada tahap ini, anak mulai
bicara dengan menggunakan lebih dari dua kata. Anak sudah
menyambung-nyambung
beberapa
kata.
Pada
tahap
perkembangan ini anak mulai mengenal kearbitreran kata. Di
dalam
masyarakat
Sasak,
anak
mulai
bingung
dengan
pemakaian kata mangan medahar, bekelor, nyampah yang
semuanya dapat bermakna makan.
Tahap terakhir dari perkembangan bahasa anak adalah
pengulangan (recursive phase). Pada tahap ini anak cenderung
mengulang-ulang bentuk yang sudah pernah dipakainya sambil
terus-menerus menambahkan khasanah kosakatanya. Tahap ini
juga disebut dengan tahap pembiasaan (habit-formation phase).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Identitas Anak
3.1.1 Identitas anak I
Nama Lengkap
: Asyila Atin Putri
Nama Panggilan : Atin
Jenis Kelamin
: Perempuan
TTL
: Mataram, 20 Mei 2012
Usia
: 3 Tahun 1 bulan
Anak ke-
:2
Nama Ayah
: Sahabudin
Nama Ibu
: Murniati
Alamat
: Pejeruk Abiyan, Ampenan, Mataram
3.1.2 Identitas Anak II
Nama
: Teguh Rinaldi
Nama Panggilan : Teguh
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL
: Mataram, 15 Januari 2011
Usia
: 4 Tahun 5 bulan
Anak ke-
:1
Nama Ayah
: Junaidi
Nama Ibu
: Rini Wulandari
Alamat
: Pejeruk Abiyan, Ampenan, Mataram
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian dalam waktu yang
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan objek penelitian tidak berada di
tempat yang sama ketika penelitian dilakukan.
Penelitian yang dilakukan pada anak pertama, yakni Atin
Asyila Putri dilakukan pada hari Minggu, 28 Juni 2015 sekitar pukul
lima sore. Tempat penelitian dilakukan di desa Pejeruk Abiyan,
Lingkungan Pejeruk Desa, Kecamatan Ampenan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan pada anak kedua, yakni
Teguh Rinaldi dilakukan pada hari Kamis, 1 Juli 2015 sekitar pukul
sepuluh pagi. Tempat penelitian dilakukan di wilayah yang sama
yakni
di
desa
Pejeruk
Abiyan,
Lingkungan
Pejeruk
Desa,
Kecamatan Ampenan.
3.3 Peristiwa Penelitian
Karena penelitian ini dilakukan secara terpisah pada masingmasing anak, maka peristiwa penelitian yang ditemukan berbeda
antara satu dengan lainnya.
Pada penelitian pertama, sebelumnya peneliti mengajak objek
pertama, yakni Atin untuk dimandikan di rumahnya. Kemudian
selesai mandi, ibunya mengganti pakaian yang sebelumnya ia
kenakan. Dan setelah itu, barulah peneliti mengajak Atin untuk ke
rumah peneliti dan mulai melakukan penelitian ini.
Belajar dari penelitian yang pertama, untuk penelitian yang
kedua ini peneliti langsung mendatangi tempat bermain yang
sering didatangi oleh anak
yang kedua yakni, Teguh Rinaldi.
Ketika peneliti mendatanginya, ia sedang bermain bersama teman
sebayanya. Oleh sebab itu, peneliti dapat lebih mudah dalam
melakukan penelitian yang kedua ini.
3.4 Hasil Penelitian/ Data yang Diperoleh
Di bawah ini disajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian
pemerolehan bahasa pada anak pertama, yakni Atin Asyila Putri
dengan usia 3 tahun 1 bulan dan anak kedua, yakni Teguh Rinaldi.
A. Anak Pertama: Atin Asyila Putri
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kata/Kalimat
Cabe
Permen kopi
Mama, buka!
Mama, naik!
Buka
Itu
Pemerolehan
Abe
kopi, copi
Mak… Ncaq!
Mak… Aeq!
Buca
Nyoo!
B. Anak Kedua: Teguh Rinaldi
N
Kata/Kalimat
Pemerolehan
o.
1.
2.
3.
4.
Bocor
Teguh puasa
Empat
Malam-malam
Boco;
Doh puaca
Empat
Mayam-mayam
5.
7.
8.
main
Ada game?
Superman
Pulang minum
maen
Ada gem?
Cupe;men
Puyang minom
3.5 Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Fonologi
Di bawah ini disajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian
pemerolehan bahasa pada anak pertama, yakni Atin Asyila Putri
dengan usia 3 tahun 1 bulan dan anak kedua, yakni Teguh Rinaldi.
Berdasarkan
hasil
perenilitan
yang dilakukan
pada
anak
pertama yakni, Atin Asyila Putri dan anak kedua yakni, Teguh
Rinaldi,
maka
dalam
hal
ini
peneliti
mengklasifkasikan
pemerolehan kata yang diproduksi oleh kedua anak tersebut
menjadi dua aspek, yakni:
a. Kata yang sudah mampu diperoleh anak, dan
b. Kata yang belum mampu diperoleh anak
A.Anak Pertama: Atin Asyila Putri
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kata/Kalimat
Cabe
Permen kopi
Mama, buka!
Mama, naik!
Buka
Itu
Pemerolehan
Abe
kopi, copi
Mak… Ncaq!
Mak… Aeq!
Buca
Nyoo!
a)Kata yang Sudah Mampu Diperoleh
Dalam
melafalkan
bunyi
/a/
(vokal
depan,
bawah,
takbundar) dan /e/ (vokal depan, tengah atas takbundar), Atin
sudah mampu memproduksinya dengan jelas. Hal ini dapat
dilihat dari pelafalan /a/ dan /e/ pada kata /cabe/.
Untuk produksi fonem /p/ (konsonan, bilabial, stop, tak
bersuara), Atin sudah dengan jelas dilafalkan. Hal ini dapat
dilihat dari produksi fonem /p/ yang disebutkan Atin pada kata
/copi/.
b)Kata yang Belum Mampu Diperoleh
Pelafalan kata /cabe/, anak melakukan penghilangan
fonem /c/ (konsonan, fronto palatal, oral, tak bersuara) pada
kata itu sehingga kata /cabe/ menjadi /abe/.
Untuk pelafalan kata /kopi/, pada beberapa kesempatan
Atin sudah mampu memproduksi fonem /k/ dengan baik
namun ketika diteliti lagi, dalam beberapa kesempatan lain ia
masih menggunakan fonem /c/ untuk menyebut kata /kopi/.
Sehingga menjadi /copi/.
Pada
pelafalan
mengucapkannya
kata
/buka/,
dengan
Atin
sempurna.
belum
Ia
mampu
menyebutnya
dengan /bucaq/. Jadi, fonem /c/ mengganti posisi /k/. Juga
pada akhir kata /buka/ ia mengakhirinya dengan memberikan
penekanan setelah bunyi /a/ menjadi /bucaq/. Pada kata yang
sama yakni kata /buka/, Atin juga menyebutnya dengan kata /
ncaq/.
Dalam hal ini, Dardjowidjojo dalam bukunya memaparkan
penelitiannya, bahwa pada usia tiga tahun, anak yang
ditelitinya sudah mampu untuk memproduksi fonem /k/.
Meskipun Atin belum mampu untuk memproduksinya namun
itu
bukan
sebuah
dipermasalahkan.
hal
Karena
besar
jika
yang
melihat
perlu
untuk
pandangan
kaum
nativistik, hal tersebut dapat dikatakan sebagai sesuatu yang
lumrah
terjadi
karena
nativistik
berpandangan
bahwa
pemerolehan bahasa itu bersifat kodrati dan merupakan suatu
proses yang berlanjut dan sesuai dengan jadwal genetik.
Demikian halnya pada kata /naik/. Atin melafalkannya
menjadi
/ae?/.
Jadi,
ia
menghilangkan
fonem
/n/
dan
mengganti fonem /i/ menjadi /e/ sehingga pelafalannya
menjadi /aeq/.
Namun,
yang
perlu
dilihat
dalam
hal
ini
adalah
pemerolehan diftong yang telah mampu diproduksi oleh Atin.
Seperti yang ditulis oleh Dardjowidjojo dalam ECHA, Ia
menyebutkan bahwa diftong mulai diperoleh pada usia tiga
tahun.
Untuk
pengucapan
kata
/itu/,
Atin
memproduksinya
dengan pelafalan /nyo/. Hal ini dipengaruhi dari bahasa
daerah (Sasak) yang digunakan.
B. Anak Kedua: Teguh Rinaldi
No
Kata/Kalimat
Pemerolehan
.
1.
2.
3.
4.
Bocor
Teguh puasa
Empat
Malam-malam
Boco;
Doh puaca
Empat
Mayam-mayam
5.
7.
8.
main
Ada game?
Superman
Pulang minum
maen
Ada gem?
Cupe;men
Puyang minom
a. Kata yang Sudah Mampu Diperoleh
Produksi fonem /c/ (konsonan, fronto palatal, oral, tak
bersuara) sudah mampu diucapkan oleh anak kedua. Hal ini
dapat dilihat ketika ia menyebutkan kata /boco;/, ia sudah
mampu memproduksi kata tersbut dengan baik.
Fonem /p/ (konsonan, bilabial, stop, tak bersuara) pada
kata /empat/ juga telah mampu diproduksi dengan baik.
Produksi fonem /g/ (konsonan, dorsovelar, letus, oral,
bersuara) pada kata /gem/ (game=permainan) sudah mampu
diproduksi.
b. Kata yang Belum Mampu Diperoleh
Ketika
menyebut
namanya
sendiri,
/teguh/
ia
mengucapkannya dengan kata /doh/ sehingga pelafalan
fonem /g/ pada kata /teguh/ diubah menjadi fonem /d/.
Dalam hal ini, Dardjowidjojo dalam bukunya menyebutkan
bahwa pada umur dua tahun dua bulan, anak masih sering
mengucapkan fonem /g/ sebagai /d/, meskipun sesekali sudah
muncul pula sebagai /g/.
Ketika melafalkan kata /boco;/, ia memang sudah mampu
melafalkan
fonem
/c/
dengan
baik,
namun
ketika
menyebutkan
fonem
/b/,
anak
masih
belum
mampu
menyebutkan dengan benar antara penggunaan /p/ dan /b/.
Hal ini mungkin saja terjadi karena fonem /p/ dan /b/
memiliki persamaan yakni, sama-sama merupakan fonem
bilabial.
Produksi fonem /r/ masih belum begitu jelas terdengar.
Meskipun terdengar seperti fonem /l/ yang diproduksi, namun
anak memang belum dengan jelas dalam penyebutannya. Hal
ini terlihat pada pelafalan kata /cupe;men/.
Pada kata /pulang/, anak menukar fonem /l/ (konsonan
apiko alveolar, oral, bersuara) dengan fonem /y/ yang
merupakan bunyi semikonsonan. Hal ini dapat dilihat dari
pelafalan kata /malam/ menjadi /mayam/.
Jika diperhatikan, pada usia yang sekarang, Teguh berada
pada fase pengintegrasian (connective phase). Seperti yang
dijelaskan oleh Dwight Bolinger bahwa pada tahap ini, anak
mulai bicara dengan menggunakan lebih dari dua kata. Anak
sudah mampu menyambung-nyambung beberapa kata.
Pada kata /minum/, ia juga menukar /u/ menjadi /o/
sehingga menjadi /minom/.
3.6 Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Sosial
A. Anak Pertama: Atin Asyila Putri
Jika melihat sisi sosial anak, maka hal ini sedikit banyak
berpengaruh pada pemerolehan bahasa si anak. Pada anak
pertama yakni, Atin Asyila Putri, peneliti mendapatkan bahwa
bahasa ibunya adalah bahasa daerah (Sasak). Karena dalam
kesehariannya, komunikasi yang dilakukan oleh keluarganya
kepada Atin lebih dominan menggunakan bahasa daerah.
Namun jika diperhatikan, lingkungan keluarganya juga
terkadang
menggunakan
bahasa
Indonesia
dalam
berkomunikasi dengan Atin. Sehingga bahasa yang lebih
dominan digunakan Atin dalam kesehariannya ialah bahasa
daerah (Sasak). Hal ini juga didukung dengan lingkungan
tempat ia tinggal. Penggunaan bahasa daerah sangat kental di
tempat itu.
Pengaruh lingkungan itu pula yang juga berperan dalam
pemerolehan bahasanya. Hal ini terlihat dari respon yang
dikeluarkan oleh anak. Atin ketika ditanya menggunakan
bahasa Indonesia tidak merespon jawaban dengan bahasa
Indonesia namun menggunakan bahasa daerah (Sasak). Hal
ini
sesuai
mengatakan
dengan
bahwa
pandangan
lingkungan
kaum
behavioristik
berperan
penting
yang
dalam
pemerolehan pengetahuan termasuk pemerolehan bahasa.
Dalam merespon pertanyaan yang diajukan, Atin tampak
menunjukkan egosentrisme prapoerasional. Jeanne dalam
bukunya
menjelaskan
pengertian
egosentrisme
praoperasional adalah ketidakmampuan memandang situasi
dari
perspektif
orang
lain.
Sehingga
hal
ini
terkadang
membuatnya cenderung acuh terhadap ajakan berkomunikasi.
Tahap praoperasional ini dikatakan oleh Jeanne berada pada
rentang usia dua tahun hingga tujuh tahun.
B. Anak Kedua: Teguh Rinaldi
Pada
anak
kedua
yakni,
Teguh
Rinaldi,
peneliti
mendapatkan bahwa bahasa pertamanya adalah bahasa
Indonesia. Dalam kesehariannya, Teguh secara tidak langsung
diajak
berkomunikasi
oleh
orang
tuanya
dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga bahasa yang
pertama kali ia kenali dan kuasai adalah bahasa Indonesia.
Namun, jika melihat dari lingkungan tempat tinggal,
penggunaan bahasa daerah lebih dominan digunakan dalam
aktiftas sehari-hari. Meskipun begitu, ia tetap memahami
ketika orang lain menggunakan bahasa daerah (Sasak) ketika
berkomunikasi
dengannya.
Hal
ini
disebutkan
oleh
Dardjowidjojo dalam bukunya, bahwa kemampuan menangkap
atau komprehensi anak mana pun akan jauh melebihi
kemampuan
produksinya.
Pendapat
ini
mungkin
dapat
menjelaskan hal yang terjadi pada Teguh.
Dalam merespon pertanyaan yang diajukan, Teguh sudah
lebih baik dari Atin. Hal ini dilihat dari sikapnya yang
menerima dan merespon pertanyaan yang diajukan.
Bab IV
4.1 Simpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan pada dua orang anak
dengan masing-masing berusia tiga tahun dan empat tahun,
dapat disimpulkan bahwa pada usia tiga tahun, anak cenderung
masih egosentris dan belum begitu jelas dalam berbicara.
Pelafalan
fonemnya
masih
sederhana.
Anak
baru
dapat
memproduksi satu hingga dua kata untuk mengungkapkan apa
yang diinginkannya. Produksi katanya pun masih berkisar
dengan kata yang sesuai dengan sekitarnya.
Pada usia empat tahun, anak sudah dapat memproduksi
fonem-fonem yang lebih banyak dari usia tiga tahun. Karena
faktor dan kata yang lebih luas meskipun juga sudah mulai
menjangkau kata di luar dari apa yang ada di lingkungannya.
Kata-kata yang diproduksi sudah beragam. Mulai dari kata tanya
dan kata kerja. Kata-kata yang bermakna abstrak pun sudah
mulai dipahami oleh anak usia empat tahun.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ellis, Jeanne Ormrod. 2008. PSIKOLOGI PENDIDIKAN Membantu Siswa
Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. ECHA Kisah Pemerolehan Bahasa
Anak Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi-Dimensi Kebahasaan.Yogyakarta: PT
Gelora Aksara Pratama.