M A K A L A H SASTRA ANGKATAN 45 DAN ANG

M A K A LA H
SASTRA ANGKATAN 45 DAN ANGKATAN 66
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Sastra
Dosen Pengampu

: Sri Listiana Izhar, M.Pd

Disusun Oleh

:

Robbi Nurhidayah ( 1602040036 )
Kelas III A Malam Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan
2017
SEJARAH SASTRA | 1


M U KADI MAH
Assalamualaikum W.W
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji dan syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah Swt,
yang telah melimpahkan seluruh rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul “SASTRA ANGKATAN 45 DAN ANGKATAN 66”.
Shalawat dan salam pemakalah marilah kita bacakan kepada seorang pembawa agama yang
sempurna dan diridhai Allah. Karena berkat kerja keras dan perjuangan beliau Islam dapat berdiri
tegak diatas bumi Allah dan menjadi landasan hidup bagi seluruh umat manusia. Beliau adalah
Nabi Muhammad Saw.
Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan serta ide-ide dalam penyusunan
makalah ini. Selanjutnya tidak lupa pula rasa terimakasih saya tujukan kepada dosen kami, Ibu
selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Pemakalah berharap makalah ini dapat memberi manfaat positif bagi setiap orang yang
membacanya. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi pemahaman yang lebih baik
mengenai Sejarah Sastra.
Fisabililhaq Fastabiqqul Khairat
Wassalamualaikum Wr Wb
Penyusun


Robbi Nurhiayah

SEJARAH SASTRA | 2

DAFTAR ISI
Mukadimah .....................................................................................................................................
2
Daftar Isi ..........................................................................................................................................
3
BAB I : Pendahuluan ......................................................................................................................
4
A. Latar Belakang Masalah
..............................................................................................................................
4
B. Rumusan Masalah
..............................................................................................................................
4
C. Tujuan
..............................................................................................................................
5

BAB II : Pendahuluan ....................................................................................................................
6
A. Perjalanan Singkat Sastra Angkatan ’45
..............................................................................................................................
6
1. Sejarah Sastra Angkatan ’45
......................................................................................................
7
2. Aliran Sastra Angkatan ’45
......................................................................................................
7
3. Karakteristik Karya Sastra Angkatan ’45
......................................................................................................
8
4. Bentuk Karya Sastra Angkatan ’45
......................................................................................................
8
B. Sastra Angkatan 66
9
1. Ciri-ciri Sastra Angkatan 66

SEJARAH SASTRA | 3

......................................................................................................
11
BAB III : Penutup ...........................................................................................................................
13
A. Kesimpulan
..............................................................................................................................
13
B. Saran
..............................................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................
15

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sastra sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, bahkan jauh sebelum masyarakat
mengenal tulisan. Sebelum mengenal tulisan sastra bersifat lisan. Keberadaan pengaranya tidak

diketahui atau anonym, karena saat itu sastra disampaikan dari mulut ke mulut. Seiringnya
waktu sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak tokoh yang
mulai menyampaikan pendapatnya mengenai sejarah sastra Indonesia. contohnya seperti
H.B.Jassin, Taufik Ismail, Sanusi Pane, Sultan Takdir Alisyahbana dan lain-lain.
SEJARAH SASTRA | 4

Suatu karya sastra dianggap ideal apabila mencakup setidaknya lima aspek. Yang pertama adalah
waktu. Waktu yang dimaksud adalah periodisasi atau angkatan yang menggolongkan karya sastra
tersebut. Baik angkatan 1920-an, 1933, 1942, 1945, 1953, 1966 dan seterusnya. Yang kedua
adalah wilayah. Karya sastra tersebut harus berada di territorial Indonesia yaitu dari sabang
sampai merauke. Yang ketiga dalah bahasa. Sastra Indonesia harus menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan. Yang keempat adalah bangsa. Satra Indonesia yang ideal
harus dikarang oleh orang berkebangsaan Indonesia. yang kelima adalah isi karya. Isi karya
sastra Indonesia yang ideal adalah bercerita tentang bangsa maupun kehidupan orang Indonesia
itu sendiri. Walaupun pengarang karya tersebut adalah orang Indonesia, namun karyanya tidak
menggunakan bahasa Indonesia tidak dapat disebut sastra Indonesia yang ideal. Jika karya itu
sudah diterjemahkan menggunakan bahasa Indonesia disebut sastra terjemahan.
Seiring berjalannya waktu, sejarah sastra Indonesia mengikuti perkembangan jamannya. Begitu
pula pada karya sastra angkatan 66. Pada periode ini, lebih bersifat mengkritik pemerintahan
maupun politik. Pada angkatan ini, sastrawan sudah mulai mengkritisi keadaan pemerintah

maupun politik yang ada pada jaman itu. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih
detail mengenai “Sastra Angkatan 66.”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa latar belakang sastra angkatan 45 dan 66?
2. Bagaimana ciri-ciri sastra angkatan 45 dan 66?
3. Siapa saja sastrawan angkatan 45 dan 66?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui latarbelakang lahirnya sastra angkatan 45 dan 66.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri sastra angkatan 45 dan 66.
3. Untuk mengetahui siapa saja sastrawan angkatan45 dan 66.

SEJARAH SASTRA | 5

\
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah sastra adalah ilmu yang memperlihatkan perkembangan karya sastra dari waktu ke
waktu. Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yaitu ilmu yang mempelajari tentang sastra dengan
berbagai permasalahannya. Di dalamnya tercakup teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra,
dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan.

Selanjutnya (Todorov; 1985: 61) mengatakan bahwa tugas sejarah sastra adalah:
1.
2.
3.

meneliti keragaman setiap kategori sastra.
meneliti jenis karya sastra baik secara diakronis, maupun secara sinkronis.
menentukan kaidah keragaman peralihan sastra dari satu masa ke masa berikutnya.

A. PERJALANAN SASTRA ANGKATAN 45
SEJARAH SASTRA | 6

Dimulai pada tahun 1942. Tahun 1942 (9 Maret = pengambilalihan kekuasaan Jepang di
Indonesia) merupakan tahun yang sangat penting dalam sejarah kebudayaan Indonesia, termasuk
kesusastraannya. Sejak tahun itu terjadilah perubahan besar-besaran, revolusi kebudayaan
dimulai tahun itu.
Segala hal yang mengingatkan budaya Barat harus dilenyapkan. Bahasa Belanda tidak boleh
dipergunakan lagi. Sebagai gantinya dipakai bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di kantorkantor dan surat-surat keputusan.
Pada tahun itu Pujangga Baru berhenti karena Jepang tidak menginginkan sifatnya yang kebaratbaratan. Sastra Balai Pustaka juga terhenti karena pemerintah Belanda (sebagai pendukung
kesusastraan ini) telah tumbang.

Kemudian muncullah angkatan sastra baru, Angkatan 45 (sastra angkatan 45), yang didahului
dengan masa pertunasan (sastra zaman Jepang). Angkatan 45 melahirkan karya-karya sastra yang
bersifat romantis realistik (berbeda dengan Pujangga Baru yang bersifat romantis idealistik = HB
Jassin).
Dalam waktu yang singkat, Indonesia menghasilkan banyak karya sastra besar pada angkatan ini.
Sajak-sajak Chairil Anwar, roman-roman Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis dan Achdiat
Kartamihardja merupakan tonggak-tonggak penting dalam perjalanan sastra Indonesia.
Pengalaman kehidupan nyata merekalah yang membuat karya-karya angkatan ini menjadi besar.
Angkatan 45 rata-rata terganggu pendidikan formalnya. Kaum sastrawan Angkatan 45 masih
termasuk golongan masyarakat menengah, terdidik, dan kaum muda pada zamannya. Sastra
Indonesia menemukan identitas dirinya sejak angkatan ini.
1. SEJARAH SASTRA ANGKATAN 45
Nama “Angkatan 45” baru diberikan pada tahun 1949 oleh Rosihan Anwar, meski tidak
disetujui banyak sastrawan. Keberatan itu karena nama itu kurang pantas ditujukan pula
kepada para pengarang, yang notabene berbeda dengan para pejuang kemerdekaan (yang
diberi predikat sebelumnya sebagai Angkatan 45).
Ada 4 tokoh utama yang sering dianggap sebagai pelopor Angkatan 45: Chairil Anwar, Asrul
Sani, Rivai Apin, Idrus. Chairil seorang individualis dan anarkhis. Asrul aristokrat dan
moralis. Idrus penuh dengan sinisme. Rivai lebih dikenal sebagai nihilis.
Surat Kepercayaan Gelanggang adalah pernyataan sikap dari beberapa sastrawan Indonesia

yang kemudian hari dikenal sebagai Angkatan '45. Di antara para sastrawan ini yang paling
menonjol adalah Chairil Anwar, Asrul Sani dan Rivai Apin. Surat ini diterbitkan oleh majalah
Siasat pada tanggal 22 Oktober 1950.

SEJARAH SASTRA | 7

2. ALIRAN SASTRA ANGKATAN 45
Ekspresionisme merupakan aliran seni yang berkembang setelah kemerdekaan
diproklamasikan. Ekspresionisme yang mendasari Sastra Angkatan 45 sebenarnya sudah
berkembang lama di Eropa (penghujung abad ke-19) seperti Baudelaire, Rimbaud, Mallarme
(Prancis), F.G. Lorca (Spanyol), G. Ungaretti (Italia), T.S Eliot (Inggris), G.Benn (Jerman),
dan H. Marsman (Belanda).
Aliran ekspresionisme timbul sebagai reaksi terhadap aliran impresionisme. Dalam sastra
Indonesia, Pujangga Baru bersifat impresionistik dan Angkatan 45 mereaksinya dengan
aliran ekspresionistik.
Penyair ekspresionis tidak ditentukan oleh alam, justru penyairlah yang menentukan
gambaran alam. Kritikus pertama yang dapat memahami sajak-sajak Chairil Anwar ialah HB
Jassin. Kritikus ini pulalah yang membela dan menjelaskan karya-karya Chairil yang bersifat
ekspresionis itu.
Berbeda dengan Pujangga Baru yang beraliran romantik impresionistik sehingga melahirkan

sajak-sajak yang harmonis, Angkatan 45 melahirkan sajak-sajak yang penuh kegelisahan,
pemberontakan, agresif dan penuh kejutan. Vitalisme dan individualisme melahirkan sajaksajak penuh pertentangan semacam itu.
3. KARAKTERISTIK KARYA SASTRA ANGKATAN 45
1. Puisi-puisinya bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima
2. Lebih bergaya ekspresionisme individualisme. Karya-karya yang lahir merupakan isi
perasaan pikiran serta sikap pribadi penulis atau pengarangnya.
3. Beraliran realisme karena mengungkapkan sesuatu yang telah biasa dilihat atau ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih mementingkan isi daripada bentuk
5. Puisinya berisi tentang individualisme dan prosanya mengemukakan masalah
kemasyarakatan sehari-hari terutama dengan latar perang kemerdekaan
6. Karya sastranya lebih banyak mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal
7. Filsafat eksistensialisme mulai dikenal.
4. BENTUK KARYA SASTRA ANGKATAN ‘45
Dalam bentuk karyanya, Angkatan 45 dipengaruhi oleh pujangga-pujangga dunia seperti Prancis,
Rusia, Belanda, Italia, Amerika dan sebagainya. Adapun bentuk-bentuk karya Angkatan 45
sebagai berikut.

SEJARAH SASTRA | 8


1. Puisi, pada Angkatan 45 dan sesudahnya berisi akibat dari peperangan dan perjuangan
gerilya;
2. Novel, pada Angkata 45 novel lebih banyak dihasilkan dari pada roman;
3. Drama, setelah perang kemerdekaan, drama dibuka oleh El-Hakim dan Idrus, serta diberi
bentuk selanjutnya oleh Usman Ismail, Armijn Pane, dan Rustandi Kartakusuma;
4. Cerpen, isinya menggambarkan perikehidupan manusia.

B. SASTRA ANGKATAN 66
Kenyataan sejarah membuktikan bahwa sejarah awal pertumbuhan sastra Indonesia, para
pengarang sudah menunjukkan perhatian yang cukup serius terhadap dunia politik. Nama
angkatan 66 pertama kali digunakan oleh H.B.Jassin. dalam angkatan 66:Prosa dan Puisi. Dalam
buku ini pertama kali H.B.Jassin menyampaikan penolakannya terhadap angkatan 50 dengan
mengutip pernyataan Ajip Rosidi dalam Simposium Sastra Pekan Kesenian Mahasiswa di Jakarta
pada tanggal 14 Agustus 1960. H.B.Jassin mengkritisi semua konsepsi-konsepsi angkatan 50 dan
angkatan terbarunya Ajip Rosidi dengan nada emosional dan keras. Alasan utama penafsiran
angkatan 50 dan angkatan terbaru adalah kedekatn massa dengan angkatan sebelumnya yaitu
angkatan 45 sehingga tidak ada konsep yang berlainan dengan angkatan sebelumnya tersebut
(Jassin, 2013: 17-8).
Sebelum munculnya nama sastra angkatan 66, WS Rendra dan kawan-kawannya dari Yogya
pernah mengumumkan nama sastra angkatan 50 pada akhir 1953. Nama ini tidak popular dan
kemudian dilupakan orang. Secara politis lahirnya angkatan ini dilatarbelakangi oleh pergolakan
politik dalam masyarakat dan penyelewengan-penyelewengan pemimpin-pemimpin Negara yang
tidak memiliki moral, agama, dan rasa keadilan demi kepentingan pribadi dan golongan.
Penyelewengan tersebut antara lain pelanggaran terhadap Pancasila sebagai dasar Negara dan
UUD 45 dengan memasukkan komunis sebagai sebuah nilai keindonesiaan yang tentu saja
melanggar sila pertama. Selain itu, pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup tidak
sesuai dengan prinsip demokrasi. Hal-hal tersebut membuat Negara menjadi semakin terpuruk
dan rakyat menderita. Akhirnya, dengan semangat kebangkitan angkatan 66 masyarakat menolak
kebudayaan didominasi oleh politik. Perlawanan ini dilakukan oleh semua kalangan yang diawali
oleh gerakan mahasiswa, selain pemberontakan-pemberontakan di daerah-daerah seluruh
Indonesia.

SEJARAH SASTRA | 9

Peristiwa politik tersebut berimplikasi pada paham sastra yang berkembang pada masa tersebut.
Terdapat dua kelompok, yaitu golongan penulis yang terkumpul dalam lekra dan para seniman
penandatangan manifest kebudayaan. Selain itu, terdapat sastrawan yang tidak terkumpul pada
keduanya yang tetap pada posisi netral. Lekra, mulanya bukan lembaga budaya PKI. Menjadi
salah satu media dalam metode penyerangan terhadap berbagai bidang PKI yang agresif.
Serangan dilakukan pada orang-orang yang tidak bersedia mendukung PKI. Salah satu tokoh
yang diserang adalah Hamka.
Maka pada awal Agustus 1963 di Bogor dan di Jakarta diadakan pertemuan-pertemuan antara
tokoh budaya, pengarang dan seniman lainnya untuk membahas manifest kebudayaan. Manifest
kebudayaan adalah perlawanan-perlawanan yang dilakukan para budayawan dan sastrawan
akibat tekanan yang bertambah besar dari pihak komunis dan pemimpin bangsa yang mau
menyelewengkan negara. Hasil rumusan itu dibawa kedalam sidang lengkap pada tanggal 24
Agustus 1963. Selaku pimpinan sidang Gunawan Muhamad dan sekretarisnya Bokor Hutasuhut
sidang memutuskan naskah manifest kebudayaan yang bunyinya sebagai berikut :
1. Kami para seniman dan cendikiawan Indonesia dengan ini mengumumkan sebuah
Manifes Kebudayaan yang menyatakan pendirian, cita-cita dan politik Kabudayaan
Nasional kami.
2. Bagi kami kebudayaan adalah perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup
manusia. Kami tidak mengutamakan salah satu sector kebudayaan di atas sector
kebudayaan yang lain. setiap sector berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai
dengan kodratnya.
3. Dalam melaksanakan kebudayaan nasional kami berusaha menciptakan dengan
kesungguhan yang sejujur-jujurnya sebagai perjuangan untuk mempertahankan dan
mengembangkan martabat dari kami sebagai bangsa Indonesia di tengah-tengah
masyarakat bangsa-bangsa.
4. Pancasila adalah falsafah kebudayaan kami.
Manifest kebudayaan ini pertama kali dipublikasikan dalam surat kabar Berita Republik
(Jakarta). Manifest tersebut ditandatangani pada 17 Agustus 1963 oleh beberapa pengarang antar
lain H.B.Jassin, Zain, Trisno, Sumardjo, Goenawan Mohamad, Bokor Hutasuhut, Wiratmo
Soekito, dan Soe hok djin. Pasca diumumkan, manifest tersebut didukung oleh seniman-seniman
di daerah. Namun, Lekra tidak tinggal diam. Dengan menggunakan pengaruh dalam
pemerintahan dan semua media yang telah dikuasai oleh mereka, mereka menyerang manifest

SEJARAH SASTRA | 10

kebudayaan dan orang-orang yang menandatanganinya. Soekarno menyatakan bahwa manifest
kebudayaan dilarang. Penandatanganan manifest tersebut diusir dari tiap kegiatan, ditutup segala
kemungkinan untuk mengumumkan karya-karyanya, bahkan yang menjadi pegawai pemerintah
dipecat dari pekerjaannya.
Terbitan yang menjadi tempat menulis dituntut untuk ditutup. Salah satunya majalah Sastra yang
didirikan H.B.Jassin. Angkatan 66 dalam sastra Indonesia mencakup kurun waktu tahun 19631970-an. Disamping itu, karya tahun 1966 ini tidak hanya bercirikan protes sosial, politik,
ekonomi melainkan juga bercirikan agama. Hal ini dimaksud pengarang untuk membedakan
dirinya dari pengarang lekra yang cenderung ateis. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada karya
Taufik Ismail, yang semula menulis puisi demontrasi, kemudian menulis puisi-puisi yang
bersumber dari Tarikh dan Hadith.
1. Ciri-ciri Sastra Angkatan 66
Ciri-ciri sastra angkatan 66 dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Kelompok sastra 60 sampai dengan 66 merupakan masa kejayaan sastrawan Lekra yang
bernaung di bawah panji-panji PKI. Sastrawan yang bersebrangan dengan PKI dapat
dikatakan kurang berkembang, apalagi manifest kebudayaan yang menjadi konsepsinya
dicekal dan dilarang pemerintah.
2. Kelompok sastra tahun 66 sampai dengan 70-an. Masa ini didominasi oleh karya-karya
yang berisi protes terhadap pemerintah. Dari segi isi, konsepsinya adalah pancasila dan
UUD 45. Dari protes sosial, ekonomi, dan politik yang dikemukakan dengan berapi-api
dan retorikanya sangat kuat beralih kecurahan hati dan perasaan lega pengarang yang
sekian tahun tertindas. Pada akhirnya tema-tema agama menjadi warnanya.
Para pengarang yang diklasifikasikan oleh HB.Jassin ke dalam angkatan 66 yang menulis prosa
dan puisi sebagai media perjuangan adalah:
1. Taufik Ismail. Lahir di Bukit Tinggi tahun 1937. Profesinya adalah seorang dokter
hewan, juga dikenal sebagai seorang penyair yang handal. Sajak-sajaknya penuh dengan
protes-protes terhadap ketidakadilan dan penyelewengan.
2. Gunawan Muhammad, lahir 29 Juli 1941 di Batang, Pekalongan. Tulisannya, baik puisi
maupun esai-esainya banyak dimuat dalam harian “abadi”, majalah “Sastra” seperti
Horison dan Basis.

SEJARAH SASTRA | 11

3. Saini. Lahir di Sumedang tahun 1938. Beliau menulis beberapa prosa, seperti novel,
cerpen, puisi termasuk drama. Disamping itu ada juga karyanya seperti kritik dan esai.
Sajak-sajaknya yang terkenal diterbitkan dalam kumpulan sajak yang diberi judul
“Nyanyian Tanah Air”
4. Sapardi Djoko Damono, lahir 23 Maret 1940 di Solo, beliau adalah lulusan Universitas
Gajah Mada.
5. Gerson Poyk, lahir 16 Juni 1931 di Pulau Roti. Karyanya yang terkenal adalah “Hari-hari
Pertama” bersifat religious, Mutiara di Tengah Sawah.
6. Tocty Heraty, lahir 27 November 1933 di Bandung. Beliau adalah lulusan Fakultas
Psikologi di UI dan sebagai dosen di Almamaternya.
7. Andrea Alexandre Leo, lahir 19 Agustus 1935 di Sumatra Selatan. Pernah masuk
Perguruan Tinggi Jurnalistik, Akademi Teater Nasional (1955-1956) di Jakarta. Karyakaryanya banyak dimuat di majalah-majalah, seperti Jembatan Tertutup, Nusantara dan
lain-lainnya.
Masih banyak pengarang dan penyair angkatan 66 lainnya yang mempunyai andil besar dalam
mempertahankan Pancasila antara lain : Taha Mochtar, Arifin C. Noer, Bokor Hutasuhut, Bur
Rasuanto, Ayip Rosidi, W.S.Rendra, NH.Dhini, Iswi Sawitri, Abdul Wahid, Situmcang,
Satyagraha Hocrip, Masnur Samin, Subagio Sastro Wardoyo, dan lain-lainnya. beliau ini dapat
digolongkan ke angkatan pejuang dalam membela Negara untuk tetap tegaknya Pancasila dan
UUD 45.

BAB III
PENUTUP

SEJARAH SASTRA | 12

A. KESIMPULAN
1. Munculnya Chairil Anwar dalam panggung sejarah sastra Indonesia dengan menampilkan
sajak-sajak yang bernilai tinggi memberikan sesuatu yang baru bagi dunia sastra tanah
air. Bahasa yang dipergunakannya adalah bahasa Indonesia yang berjiwa. Bukan lagi
bahasa buku, melainkan bahasa percakapan sehari-hari yang dibuatnya bernilai sastra
(Rosidi, 1965: 91). Dengan munculnya kenyataan itu, maka banyaklah orang yang
berpendapat bahwa suatu angkatan kesusateraan baru telah lahir. Angkatan ini memiliki
beberapa sebutan, yaitu Angkatan ’45, Angkatan Kemerdekaan, Angkatan Chairil Anwar,
Angkatan Perang, Angkatan Sesudah Perang, Angkatan Sesudah Pujangga Baru,
Angkatan Pembebasan, dan Generasi Gelanggang.
2. Angkatan ’45 mewakili tema tentang kegetiran nasib di tengah penjajahan Jepang yang
sangat menindas, menampilkan cita-cita merdeka dan perjuangan revolusi fisik. Pada
masa Jepang untuk berkelit dari sensor penguasa, berkembang sastra simbolik. Muncul
ungkapan-ungkapan yang singkat-padat-bernas (gaya Chairil Anwar dalam puisi) dan
kesederhanaan baru dengan kalimat pendek-pendek nan lugas (gaya Idrus dalam prosa
fiksi/sketsa).
3. Kelompok sastra 60 sampai dengan 66 merupakan masa kejayaan sastrawan Lekra yang
bernaung di bawah panji-panji PKI. Sastrawan yang bersebrangan dengan PKI dapat
dikatakan kurang berkembang, apalagi manifest kebudayaan yang menjadi konsepsinya
dicekal dan dilarang pemerintah.
4. Kelompok sastra tahun 66 sampai dengna 70-an, Masa ini didominasi oleh karya-karya
yang berisi protes terhadap pemerintah. Dari segi isi, konsepsinya adalah pancasila dan
UUD 45. Dari protes sosial, ekonomi, dan politik yang dikemukakan dengan berapi-api
dan retorikanya sangat kuat beralih kecurahan hati dan perasaan lega pengarang yang
sekian tahun tertindas. Pada akhirnya tema-tema agama menjadi warnanya.
5. Para pengarang yang diklasifikasikan oleh HB.Jassin ke dalam angkatan 66 yang menulis
prosa dan puisi sebagai media perjuangan adalah:
-

Taufik Ismail
Gunawan Muhamad
Saini
Sapardi Djoko Damono
Gerson Pyok
Toety Heraty
Andrea Alexandre Le
Dll
SEJARAH SASTRA | 13

B. SARAN
Jangan sekali-sekali melupakan sejarah.

DAFTAR PUSTAKA
Rumpun Sastra, Sastra Angkatan 45. 1 Oktober 2017
http://www.rumpunsastra.com/2012/07/sastra-angkatan-45.html
https://diksatrasia.wordpress.com/2011/04/04/sejarah-sastra-indonesia/
https://indyrasuci.wordpress.com/2015/08/25/periodisasi-sastra-indonesia/
http://bahasapendidikan.com/karakteristik-sastrawan-angkatan-1945/

SEJARAH SASTRA | 14