MAKALAH ETIKA PROFESI BISNIS DAN

MAKALAH
“ETIKA PROFESI BISNIS”

OLEH :
KELAS C (TEKNIK INFORMATIKA)

KELOMPOK 5
PUTU HENDRAWATI
FAJRIYANI AMALIA
PUTU DARMAYANTI
NUR ASNITA EKA MUSRIFAH TAQWA
INDAH MUSTIKA FEBRIANTI

152125
152145
152142
152111
152106

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
STMIK DIPANEGARA

MAKASSAR
2017

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan Judul ” ETIKA PROFESI BISNIS ”
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah yang penulis susun ini masih jauh dari
sempurna dan memerlukan penyempurnaan.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada dosen mata kuliah Etika Profesi.
Dalam kesempatan ini penulis memohon maaf sebesar-besarnya pada semua pihak
bila dalam proses penyusunan makalah ini ada kesalahan yang telah penulis lakukan baik
yang sengaja maupun tidak sengaja. Atas permohonan maafnya penulis ucapkan terima kasih.

Makassar, 28 Oktober 2017

Kelompok 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis.
Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas
masyarakat modern. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang
wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak.
Jadi, dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan
hak-hak orang lain perlu diperhatikan.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu
sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan
saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam
konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masalah
timbul dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf
internasional. Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum dan norma
etika, namun dua macam hal itu tidak sama. Ketinggalan hukum, dibandingkan
dengan etika, tidak terbatas pada masalah-masalah baru, misalnya, disebabkan

perkembangan teknologi.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan
wajar pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak
pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang
berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para
pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan
bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin menguasai
pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi
para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk
memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan. Ketiga faktor
tersebut merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis melakukan pelanggaran
etika dengan berbagai cara.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka kami mendapatkan batasan dan rumusan masalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana prinsip-prinsip dari etika bisnis?
2.
Bagaimana tujuan dari etika bisnis?
3.

Bagaimana peran etika bisnis

C. Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan
wawasan yang utuh, komprehensip dan mendalam tentang etika dalam berbisnis
dengan berbagai prinsip dan tujuannya.
D. Manfaat Pembuatan Makalah
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca khususnya
para calon pebisnis memiliki dan mengerti akan wawasan yang utuh mengenai
prinsip-prinsip, tujuan, serta peran etika bisnis sehingga dapat mengaplikasikannya
dalam kegiatan bisnis yang real di masyarakat pada umumnya.

BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN ETIKA
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika'
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti
yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan.

Arti dari bentuk

jamak

inilah yang melatar-belakangi terbentuknya

istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi,
secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Untuk

menganalisis arti-arti etika, dibedakan menjadi dua jenis etika (Bertens, 2000):
1. Etika sebagai Praktis
a. Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak
dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan.
b. Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma
moral.
2. Etika sebagai Refleksi
a. Pemikiran moral à berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang

apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b. Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai
objeknya.
c. Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
d. Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
Pengertian Etika Bisnis
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang
berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat.

Etika bisnis juga merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi
standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan
organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di
dalam organisasi.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Berikut ini beberapa pengertian etika
bisnis menurut para ahli :
v Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha
berdasarkan nilai – nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam
membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
v Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:80), etika bisnis adalah istilah yang
sering digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika seseorang manajer atau
karyawan suatu organisasi.
v K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogjakarta: Penerbit Kanisius, 2000, Hal.
5), Etika Bisnis adalah pemikiran refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan
ekonomi dan bisnis
v Velasquez, 2005, Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai
moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
v Hill dan Jones, 1998, Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan
antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin
perusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang

terkait dengan masalah moral yang kompleks.

v Steade et al (1984: 701) dalam bukunya ”Business, Its Natura and Environment
An Introduction”).Etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan
dan cara membuat keputusan bisnis.
v Business & Society - Ethics and Stakeholder Management, Caroll&Buchholtz,
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat
v Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen
Journal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah
laku etika bisnis, yaitu :
1) Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya.
Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara
yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan
cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2) Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah
laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi
benturan dengan hak orang lain.

3) Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama,
dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:
1) Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga
mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di
dalamnya.
2) Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat
3) Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan
pedoman bagi pihak – pihak yang melakukannya.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain adalah:

1) Pengendalian diri
2) Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3) Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4) Menciptakan persaingan yang sehat
5) Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6) Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan

Komisi)
7) Mampu menyatakan yang benar itu benar
8) Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha ke bawah
9) Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10) Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11) Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Adapun prinsip-prinsip etika bisnis yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang
sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang
dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan
visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan
karyawan dan komunitasnya.
2. Kesatuan (Unity)
Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep yang memadukan
keseluruhan aspek aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi

keseluruhan yang homogen,serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang
menyeluruh.
3. Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis,tetapi kebebasan itu
tidak merugikan kepentingan kolektif.Kepentingan individu dibuka lebar.Tidak adanya

batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja
dengan segala potensi yang dimilikinya.
4. Kebenaran (kebajikan dan kejujuran)
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.Dalam konteks
bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat,sikap dan perilaku benar yang meliputi
proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan
maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip
kebenaran ini maka etika bisnis sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap
kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi ,kerjasama
atau perjanjian dalam bisnis.
5. Prinsip keadilan / Keseimbangan (Equilibrium)
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis.
Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama
kepada konsumen, dan lain-lain.
6. Prinsip hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat
jahat dan prinsip keadilan.
7. Tanggung jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena
tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan
keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. secara logis
prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai
apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang
dilakukannya.
Tujuan Etika Bisnis
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral dan memberikan batasan-batasan
para pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business
atau dirty business yang bisa merugikan banyak pihak yang terkait dalam bisnis tersebut.
Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang
baik (etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya
dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai

kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis, dan
oleh karenanya membawa serta tanggungjawab etis bagi pelakunya
Etika Bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip etika untuk
mengkaji dan memecahkan masalah-masalah moral yang kompleks.
Etika bisnis merupakan etika khusus (terapan) yang pada awalnya berkembang di
Amerika Serikat. Sebagai cabang filsafat terapan, etika bisnis menyoroti segi-segi moral
perilaku manusia dan peraturan-peraturan yang mempunyai profesi di bidang bisnis dan
manajemen. Oleh karena itu, etika bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk merumuskan dan
menerapkan prinsip-prinsip etika dibidang hubungan ekonomi antar manusia. Secara
terperinci, Richard T.de George menyebut bahwa etika bisnis menyangkut empat kegiatan
sebagai berikut:
a) Penerapan prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis. Berdasarkan prinsi-prinsip etika
bisnis itu kita dapat menyoroti dan menilai apakah suatu keputusan atau tindakan yang
diambil dalam dunia bisnis secara moral dapat dibenarkan atau tidak. Dengan demikian
etik bisnis membantu pra pelaku bisnis untuk mencari cara guna mencegah tindakan yang
dinilai tidak etis.
b) Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika pada dunia bisnis,
tetapi juga metematika. Dalam hubungan ini, etika bisnis mengkaji apakah perilaku yang
dinilai etis pada individu juga dapat berlaku pada organisasi atau perusahaan bisnis.
Selanjutnya etika bisnis menyoroti apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial
atau tidak.
c) Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan – pandangan mengenai bisnis. Dalam
hal ini, etika bisnis mengkaji moralitas sistem ekonomi pada umumnya dan sistem
ekonomi publik pada khususnya, misalnya masalah keadilan sosial, hak milik, dan
persaingan.
d) Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti operasi perusahaan
multinasional, jaringan konglomerat internasional, dan lain- lain.

Kendala-kendala Dalam Pencapaian Tujuan Etika Bisnis
Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa
masalah dan kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika
bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang
kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.
Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi
yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak
dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang
dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan
dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa
jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit
politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi
kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha
bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk
memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan
tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk
memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik bisnis
dan manajemen.
Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara
khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
Peran Etika Bisnis
Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana diperlukan
suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai dari
perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh
budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten
dan konsekuen.

Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal
pokok yaitu :
a) Memiliki produk yang baik
b) Memiliki managemen yang baik
c) Memiliki Etika
Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika.
1) Sudut pandang ekonomis.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya interaksi antara
produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen, produsen dengan
produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini adalah bertujuan untuk
mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan ekonomis. Pencarian keuntungan dalam
bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai
pihak. Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja
menguntungkan, tetapi juga bisnis yang berkualitas etis.
2) Sudut pandang etika
Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi jangan
keuntungan yang diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain. Tidak semua yang bisa
kita lakukan boleh1 dilakukan juga. Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang
lain. Pantas diperhatikan, bahwa dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena
menghormati kepentingan dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan
bisnis kita sendiri.
3) Sudut pandang Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan “Hukum” Hukum Dagang
atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dan
dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional
maupun international. Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif,
karena menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi
norma, hukum lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan
hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran. Bahkan pada zaman
kekaisaran Roma, ada pepatah terkenal : “Quid leges sine moribus” yang artinya : “apa
artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas “.
A. KODE ETIK PROFESI BISNIS

1. Perusahaan berkomitmen untuk menjaga lingkungan, tidak mengeksploitasi lahan
/tanaman/ternak hanya untuk kepentingan bisnis semata. Lahan diberikan waktu
untuk istirahat, sistem penanaman dilakukan tumpang gilir, ternak mendapatkan
ruang yang cukup memadai, tanaman dan ternak mendapatkan makanan yang
cukup secara alami, tanpa menggunakan hormon
2. Perusahaan berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas produk dan layanan
terhadap konsumen.
3. Perusahaan berkomitmen untuk menjunjung tinggi etika dan menerapkan nilai nilai positif dalam menjalankan bisnisnya, misalnya, Perusahaan dilarang
meminta petugas kesehatan untuk meresepkan Tepung Gasol dengan menjanjikan
imbalan dalam bentuk apapun juga, mendeskritkan produk bermerk lain.
4. Perusahaan di dalam menjalankan usahanya dilarang melakukan tindakan
diskriminasi atas perbedaan suku, agama, etnis dan gender.
5. Perusahaan berkomitmen untuk menjadikan karyawan sebagai mitra dalam
menjalankan usaha, memberikan kesempatan untuk berkembang dan
melaksanakan pelatihan untuk kemajuan bersama.
B. UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR
Berikut adalah pasal-pasal mengenai Etika Bisnis:
1.

Pasal 4, hak konsumen adalah :
 Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.
 Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa”.

2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
 Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan”
3. Pasal 8
 Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan”
 Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya
dari peredaran”
4. Pasal 19 :
 Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”

 Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara
nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
 Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal transaksi”
Secara umum sumber hukum bisnis (sumber hukum perundangan) adalah :
 Hukum Perdata (KUHPerdata)
 Hukum Dagang (KUHDagang)
 Hukum Publik (Pidana Ekonomi/KUHPidana)
 Peraturan Perundang-undangan diluar KUHPerdata, KUHPidana, KUHDagang.
Selain KUHD dan KUHPerdata, masih terdapat beberapa peraturan perundang-undangan
lain, diantaranya :
 UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
 UU No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas (PT),
 UU No. 7 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta,
 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat,
 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
 UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (Go Public),
 UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (PMA/PMDN)
 UU No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta,
 UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, Hukum Publik (Pidana Ekonomi/Bisnis), misalnya kejahatan-kejahatan di
bidang ekonomi/bisnis : Penyeludupan, illegal logging, korupsi.
 PP No 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi Dan Akuisisi Bank.
C. WADAH YANG MEMBAWAHI
Indonesia memerlukan suatu bentuk etika bisnis yang sangat spesifik dan
sesuai dengan model Indonesia. Hal ini dapat dipahami bahwa bila ditilik dari
bentuknya, komunitas Indonesia, komunitas elit dan komunitas rakyat. Bentuk-bentuk
pola hidup komunitas di Indonesia sangat bervariasi dari berburu, meramu sampai
dengan industri jasa.

Dalam suatu kenyataan di komunitas Indonesia pernah terjadi malapetaka di
daerah Nabire, Papua. Bahwa komunitas Nabire mengkonsumsi sagu, pisang, ubi dan
dengan keadaan cuaca yang kemarau, tanah tidak dapat mendukung pengolahan bagi
tanaman ini. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk dapat membantu komunitas
tersebut. Dari gambaran ini, tampak bahwa tidak adanya rasa empati bagi komunitas
elit dalam memahami pola hidup komunitas lain.
Dalam konteks yang demikian, maka perusahaan dituntut untuk dapat
memahami etika bisnis ketika berhubungan dengan stakeholder diluar perusahaannya,
seperti komunitas lokal atau kelompok sosial yang berbeda pola hidup.
Seorang teman Arif Budimanta mensitir kata–kata Soekarno, presiden pertama
Indonesia yang menyatakan bahwa “tidak akan diserahkan pengelolaan sumber daya
alam Indonesia kepada pihak asing sebelum orang Indonesia mampu mengelolanya”,
kalimat ini terkandung suatu pesan etika bisnis yang teramat dalam bahwa sebelum
bangsa Indonesia dapat menyamai kemampuan asing, maka tidak akan mungkin
wilayah Indonesia diserahkan kepada asing (pengelolaannya).
Jati diri bangsa perlu digali kembali untuk menetapkan sebuah etika yang
berlaku secara umum bagi komunitas Indonesia yang multikultur ini. Jati diri
merupakan suatu bentuk kata benda yang bermakna menyeluruh sebagai sebuah
kekuatan bangsa.
D. SANKSI-SANKSI PELANGGARAN
Sanksi Pelanggaran yang Akan Diterima Jika Perusahaan Tidak Menerapkan
Etika Didalam Bisnisnya
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis.
Untuk meraih keuntungan, yang sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 yang berbunyi
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat”. Pasal ini menjelaskan tentang Tender adalah tawaran mengajukan
harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang, atau
untuk menyediakan jasa. Dan unsur dari bersekongkol itu sendiri adalah kerjasama
antara dua pihak atau lebih, secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan
tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya, membandingkan dokumen
tender sebelum penyerahan, menciptakan persaingan semu, menyetujui dan atau
memfasilitasi terjadinya persekongkolan, tidak menolak melakukan suatu tindakan
meskipun mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan
untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu, pemberian
kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak terkait secara langsung
maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang mengikuti tender, dengan cara
melawan hukum.
Hal diatas adalah pelanggaran yang akan diterima kepada perusahaan yang
tidak menerapkan etika didalam bisnisnya karena memiliki unsur kecurangan. Hal

lain yang menjadikan pelanggaran terhadap perusahaan yang tidak menerapkan etika
didalam bisnisnya adalah pegawai perusahaan yang melakukan pelanggaran Pedoman
Etika Bisnis dan Etika Kerja (Code of Conduct) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pengenaan sanksi atas bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh
Komisaris dan Direksi, berpedoman pada anggaran dasar perusahaan dan keputusan
RUPS. Sedangkan pengenaan sanksi terhadap pegawai perusahaan dilakukan sesuai
dengan kesepakatan dalam Peraturan Disiplin Pegawai (PDP) maupun aturan
kepegawaian yang berlaku. Pelaporan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan
oleh pegawai tanpa disertai dengan bukti-bukti pelanggaran dapat dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dari contoh pelanggaran diatas kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa yang menjadikan perusahaan untuk menerapkan etika
di dalam bisnisnya bukanlah dari perusahaan itu sendiri melainkan adanya kejujuran
dari para pegawai yang bekerja di perusahaan tersebut sehingga dapat menciptakan
suasana kerja yang damai serta menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan
yang menerapkan etika didalam bisnisnya.
E. CONTOH KASUS
CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS
1 . PT Megasari Makmur (di daerah gunung Putri, Bogor, Jawa Barat)
Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT
Megasari Makmur yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT
Megasari Makmur juga memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan berbagai
jenis pengharum ruangan. Obat nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya sebagai obat
nyamuk yang murah dan lebih tangguh untuk kelasnya. Selain di Indonesia HIT juga
mengekspor produknya ke luar Indonesia.
Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan
ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam
hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan
penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap
darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh,
kanker hati dan kanker lambung.
HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat
berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat
turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat
anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot)
dan HIT 17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan
melaporkan PT Megarsari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada
tanggal 11 Juni 2006. Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang
mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang
baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.
2. PT Freeport Indonesia
Ada pernyataan kuat bahwa telah terjadi distori etika dan pelanggaran
kemanusiaan yang hebat di Papua. Martabat manusia yang seharusnya dijunjung
tinggi, peradaban dan kebudayaan sampai mata rantai penghidupan jelas dilanggar. Itu
adalah fakta keteledoran pemerintah yang sangat berat karena selama ini bersikap
underestimate kepada rakyat Papua. Gagasan yang menyatakan mendapatkan
kesejahteraan dengan intensifikasi nyatanya gagal.

Ironisnya, dua kali pekerja Freeport melakukan aksi mogok kerja sejak Juli
untuk menuntut hak normatifnya soal diskriminasi gaji, namun dua kali pula harus
beradu otot. Keuntungan ekonomi yang dibayangkan tidak seperti yang dijanjikan,
sebaliknya kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan terus
memburuk dan menuai protes akibat berbagai pelanggaran hukum dan HAM.
3. PT Metro Batavia (Batavia Air)
PT. Metro Batavia, beroperasi sebagai Batavia Air, merupakan maskapai
penerbangan yang berbasis di Jakarta dan Surabaya, Indonesia. Sampai dengan 31
Januari 2013, maskapai ini dioperasikan penerbangan domestik ke sekitar 42 tujuan
dan beberapa di dekatnya tujuan internasional regional, dan Arab Saudi. Basis
utamanya adalah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Batavia Air
terdaftar dalam kategori 1 di Indonesia Otoritas Penerbangan Sipil Peringkat
keselamatan penerbangan. Pada tanggal 31 Januari 2013, pukul 12:00 waktu
setempat, Batavia Air operasi berhenti setelah Jakarta Regional Central Court
diberikan banding kebangkrutan oleh ILFC, lessor pesawat internasional, mengatakan
bahwa maskapai berutang US $ 4,68 juta di utang, utang yang Batavia Air gagal
membayar setelah serangkaian kesulitan keuangan.
Humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Bagus Irawan, menyatakan
berdasarkan putusan Nomor 77 mengenai pailit, dinyatakan pailit. “Yang menarik dari
persidangan ini, Batavia mengaku tidak bisa membayar utang,” ujarnya, seusai sidang
di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 30 Januari 2013. Ia menjelaskan, Batavia
Air mengatakan tidak bisa membayar utang karena “force majeur”. Batavia Air
menyewa pesawat Airbus dari International Lease Finance Corporation (ILFC) untuk
angkutan haji. Namun, Batavia Air kemudian tidak memenuhi persyaratan untuk
mengikuti tender yang dilakukan pemerintah.
Gugatan yang diajukan ILFC bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo pada 13
Desember 2012. Karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC
mengajukan somasi atau peringatan. Namun akrena maskapai itu tetap tidak bisa
membayar utangnya, maka ILFC mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah disewa pun menganggur dan
tidak dapat dioperasikan untuk menutup utang. Dari bukti-bukti yang diajukan ILFC
sebagai pemohon, ditemukan bukti adanya utang oleh Batavia Air. Sehingga sesuai
aturan normatif, pengadilan menjatuhkan putusan pailit. Ada beberapa pertimbangan
pengadilan. Pertimbangan-pertimbangan itu adalah adanya bukti utang, tidak adanya
pembayaran utang, serta adanya kreditur lain. Dari semua unsur tersebut, maka
ketentuan pada pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan terpenuhi.
Jika menggunakan dalil “force majeur” untuk tidak membayar utang, Batavia
Air harus bisa menyebutkan adanya syarat-syarat kondisi itu dalam perjanjian. Namun
Batavia Air tidak dapat membuktikannya. Batavia Air pun diberi kesempatan untuk
kasasi selama 8 hari. “Kalau tidak mengajukan, maka pailit tetap,”. Batavia Air pasrah
dengan kondisi ini. Artinya, kata dia, Batavia Air sudah menghitung secara finansial
jumlah modal dan utang yang dimiliki. Ia pun menuturkan, dengan dipailitkan, maka
direksi Batavia Air tidak bisa berkecimpung lagi di dunia penerbangan.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti meminta
pada Batavia Air untuk memberikan informasi pada seluruh calon penumpang yang
sudah membeli tiket. Agar informasi ini menyebar secara menyeluruh, Batavia Air
diharus siaga di bandara seluruh Indonesia, Kamis (31/1). “Kepada Batavia Air kami
minta besok mereka untuk standby di lapangan Bandara di seluruh Indonesia? Untuk
memberi penjelasan dan menangani penumpang-penumpang itu. Jadi kami minta

mereka untuk stay di sana,” ujar Herry saat mengelar jumpa pers di kantornya,
Jakarta, Rabu malam (30/1).
Herry mengatakan pemberitahuan ini sudah disampaikan kepada Batavia Air.
“Kami sudah kirim informasi ini ke bandara-bandara yang ada untuk melakukan
antisipasi besok di bandara (31/1),” imbuh Herry.
Menurut Herry, meskipun pangsa pasar Batavia Air tidak banyak tapi menurut
siaga di bandara itu perlu dilakukan untuk mengantisipasi kebingungan pelanggan
serta meminimalisir tudingan-tudingan bahwa pihak Batavia tidak bertanggungjawab.
4. Oreo PT.Nabisco
Dijilat,diputer,lalu dicelupin. Itulah sepenggalan kata yang selalu masyarakat
dengar dari salah satu perusahaan biskuit ternama, Kraft Indonesia, Oreo sekitar
beberapa tahun lalu. Dengan yel-yel yang mudah dicerna seperti kasus di atas, sangat
melekat kepada anak-anak. Segmentasi PT.Nabisco pun tepat dalam mengeluarkan
produk biskiut coklat berlapiskan susu ini,terlebih anak-anak yang menimbulkan
kekhawatiran orangtua yang diisukannya biskuit oreo ini yang merupakan biskuit
favorit anak-anak yang mengandung bahan melamin.
Hal ini cukup berlangsung lama di dunia perbisnisan, sehingga tingkat
penjualan menurun drastis. BPOM dan dinas kesehatan mengatakan bahwa oreo
produksi luar negri mengandung melamin dan tidak layak untuk dikonsumsi karna
berbahaya bagi kesehatan maka harus ditarik dari peredarannya. Pembersihan nama
oreo pun sebagai biskuit berbahaya cukup menguras tenaga bagi public relation PT.
Nabisco. Kutipan BPOM, “Yang ditarik BPOM hanya produk yang berasal dari luar
negeri dan bukan produksi dalam negeri. Untuk membedakannya lihat kode di
kemasan produk tersebut.Kode MD = produksi dalam negeri,aman
dikonsumsi.Sedangkan ML = produksi luar negeri.” Gonjang-ganjing susu yang
mengandung melamin akhirnya merembet juga ke Indonesia. BPOM telah
mengeluarkan pelarangan terhadap peredaran 28 produk yang dicurigai menggunakan
bahan baku susu bermelamin dari Cina,diantaranya yang akrab di telinga kita antara
lain : Oreo sandwich cokelat/wafer stick dan M & M’s. Maaf kalau mengecewakan
para penggemar Oreo tapi ini kenyataan dan bukan hoaks.
Dalam perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan sering
didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan perusahaan
biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekerja sama
sehingga tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan
perusahaan. Kita mengetahui bahwa Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis
merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam
system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di
dalam organisasi.
Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika
bisnis terhadap prinsip kejujuran perusahaan besar pun berani untuk mengambil
tindakan kecurangan untuk menekan biaya produksi produk. Mereka hanya untuk
mendapatkan laba yang besar dan ongkos produksi yang minimal.
Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan zat
berbahaya dalam produknya . dalam kasus Oreo sengaja menambahkan zat melamin
padahal bila dilihat dari segi kesehatan manusia, zat tersebut dapat menimbulkan
kanker hati dan lambung.













Pelanggaran Undang-undang Jika dilihat menurut UUD, PT Nabisco sudah
melanggar beberapa pasal, yaitu :
Pasal 4, hak konsumen adalah :
Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa”.
Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa”. PT. Nabisco tidak pernah memberi peringatan kepada
konsumennya tentang adanya zat-zat berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya,
kesehatan konsumen dibahayakan dengan alasan mengurangi biaya produksi Oreo.
Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan”
Pasal 8
Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari
peredaran” PT Nabisco tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk Oreo
tersebut tidak memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang
tersebut.Seharusnya, produk Oreo tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka tetap menjualnya walaupun sudah
ada korban dari produknya.
Pasal 19 :
Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan”
Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal transaksi” Menurut pasal tersebut, PT Nabisco harus memberikan
ganti rugi kepada konsumen karena telah merugikan para konsumen.

5. Kasus hak pekerja
Ketua Yayasan LBH Cianjur, O Suhendra mengatakan, upaya pendampingan
dan advokasi dilakukan lantaran selama ini para buruh buta masalah hukum. Jumlah
buruh asal Kabupaten Cianjur yang sempat diperiksa tim penyidik Polresta Tangerang
untuk dimintai keterangan sebagai saksi korban, Sabtu (11/5/2013), lebih kurang
berjumlah 30 orang.
“Mereka (buruh) hanya dimintai keterangan sebagai saksi korban. Dari 30
orang buruh, empat orang di antaranya masih anak-anak di bawah umur dengan ratarata usia 18 tahun,” kata Aap, sapaan akrab O Suhendra saat dihubungi INILAH,
Minggu (12/5/2013). Aap berharap agar pengusaha yang saat ini sudah ditetapkan
sebagai tersangka bisa dijerat pasal berlapis. Dalihnya, pengusaha sudah melakukan
pelanggaran pasal 378 KUHP tentang penipuan, pasal 351 tentang penganiayaan, dan
pasal 333 tentang penyekapan.

“Termasuk juga pelanggaran Undang Undang Perlindungan Anak dan Undang
Undang Perdagangan Manusia (Trafficking). Kami juga mengharapkan agar hak-hak
buruh (korban) maupun perdatanya bisa dipenuhi. Jika tidak dipenuhi, kami pun akan
melakukan gugatan hukum,” tegasnya.
Sebelumnya, Sabtu (11/5/2013), tim penyidik Mapolresta Tangerang,
memintai keterangan puluhan korban perbudakan disertai penyekapan dan penyiksaan
buruh pabrik panci di Tangerang asal Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung.
Pemeriksaan dilakukan di kantor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan
dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Cianjur di Jalan Kompleks SMPN1. Pemeriksaan
didampingi tim dari Kontras sebanyak 3 orang, P2TP2A Kabupaten Cianjur sebanyak
3 orang, Persatuan Mahasiswa Hukum Indonesia (Permahi) sebanyak 15 orang, dan
LBH Cianjur sebanyak 2 orang. Satu per satu, buruh yang menjadi korban perbudakan
dimintai keterangannya oleh tim penyidik Polresta Tangerang.
Ketua Bidang Pelayanan Umum P2TP2A Kabupaten Cianjur, Lidya Umar
Indayani mengatakan, jumlah keseluruhan buruh korban perbudakan sebanyak 33
orang, termasuk 3 korban dari Kabupaten Bandung. Sebanyak 8 orang di antara buruh
itu di bawah umur.
“Korban yang di-BAP itu termasuk juga yang dulu sempat kabur dari 3
kecamatan sebanyak 9 orang,” kata Lidya di kantor P2TP2A Kabupaten Cianjur,
Sabtu (11/5/2013)

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan
sebuah harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan
luasnya informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan
cepat dan luas. Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan
masyarakat umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat
bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan
beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis. Etika bisnis
mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing elemen dalam
lingkaran bisnis. Pemasok (supplier), perusahaan, dan konsumen, adalah elemen yang
saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika, sehingga
kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik. Etika berbisnis ini
bisa dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama
akan berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup
mikro maupun makro. Tentunya ini tidak akan memberikan keuntungan segera,
namun ini adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh elemen dalam
lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika dalam berbisnis sangatlah penting. Adapun
etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk
suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai
kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana diperlukan suatu
landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai dari
perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan
didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

DAFTAR PUSTAKA
http://adheirma309.blogspot.co.id/2014/12/makalah-etika-bisnis.html
http://www.gasolorganik.com/tentang-kami/kode-etik-bisnis
https://rizkiamaliafebriani.wordpress.com/2013/12/03/pasal-pasal-mengenai-etika-bisnis/
http://artonang.blogspot.co.id/2015/12/hukum-bisnis.html
http://reza-ajie.mhs.narotama.ac.id/2012/10/08/tugas-etika-bisnis-makalah-pelanggaran-etikabisnis/
http://n2cs.wordpress.com/2012/11/03/etika-bisnis/
http://okaardhi.wordpress.com/category/etika-bisnis/
http://citraanggreini.blogspot.com/2011/11/etika-bisnis.html
http://adheirma309.blogspot.co.id/2014/12/makalah-etika-bisnis.html
http://monicasiithatha.blogspot.co.id/2015/04/beberapa-perusahaan-yang-pernah.html diakses
pada 14:30 30/10/2016
http://menir-gaptek.blogspot.co.id/2015/06/7-contoh-pelanggaran-etika-bisnis.html diakses
pada 15:00 30/10/2016
http://efawahyuni.blogspot.com/2013/11/etika-bisnis-dan-pelanggarannya.html