HUKUM TENTANG LEMBAGA NEGARA DALAM UUDS

HUKUM TENTANG LEMBAGA NEGARA
“LEMBAGA NEGARA DALAM UNDANG – UNDANG DASAR 1950”

Tugas ini dibuat untuk memenuhi prasyarat tugas mata kuliah “Hukum Tentang Lembaga
Negara”
Disusun Oleh :

2014 200 083 Dendy Ari Galuh Pasiwi

Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan
2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak proklamasi Kemerdekaan bangsa, Indonesia menginginkan negara Kesatuan
bukan negara federal. Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat merupakan
politik Belanda untuk memecah belah bangsa Indonesia. Negara federal tidak dapat
memberikan kesejahteraan kepada rakyat sehingga rakyat terus melakukan perlawanan.
Keinginan rakyat untuk menggabungkan diri dalam Republik Indonesia dan membentuk

Negara Kesatuan terus diperjuangkan. Negara-negara bagian menggabungkan diri
dengan Republik Indonesia, 2 negara bagian yang menggabungkan diri yaitu Negara
Sumatera Timur (NST) dan Negara Indonesia Timur (NIT).
Perundingan-perundingan dilakukan antara pemerintah Republik Indonesia Serikat
(NST dan NIT) dengan pemerintah Republik Indonesia dengan tujuan membentuk
negara Kesatuan. Maka pada tanggal 19 Mei 1950 ditanda tanganilah piagam persetujuan
antara Pemerintah RIS dan Pemerintah RI yang ditandatangani oleh masing-masing
Perdana Menteri. Selanjutnya dibentuk sebuah Panitia Bersama yang tugas utama
merancang UUDS Negara Kesatuan, pada saat itu diketuai oleh Soepomo (RIS) dan Mr.
Abdul Hakim (RI). Pada tanggal 30 Juni hasil dari Panitia Bersama disampaikan kepada
Pemerintah RIS dan Pemerintah RI. Dengan merubah sedikit karya Panitia Bersama oleh
kedua Pemerintah dijadikan Rancangan UUDS RI dan diajukan kepada DPR, Senat dan
Banda kerja KNIP yang tanpa mengamandemen menjadikannya menjadi UndangUndang Dasar Sementara (UUDS RI).
Pada tanggal 20 Juli 1950 Pemerintah RIS dan Pemerintah RI menyetujui Rancangan
UUDS RI yang selanjutnya diteruskan ke DPR oleh Pemerintah dan kepada Badan

Pekerja KNP oleh Pemerintah RI untuk memperoleh pengesahan. Presiden Soekarno
menyatakan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 15 Agustus
1950 dihadapan Sidang Istimewa BP KNP Yogyakarta. UU Federal yang memuat naskah
UUDS RI adalah UU No. 7/1950 (LN 1950/56) dan mulai berlaku tanggal 17 Agustus

1950 (pasal II ayat 1). Dengan begitu 17 Agustus 1950 kembalilah bangsa Indonesia ke
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi 1945 yakni membentuk
negara Kesatuan. Oleh karena Bangsa Indonesia kembali kepada NKRI berdasarkan
Proklamasi 1945, tentunya harus ada Lembaga Negara untuk menjalankan Fungsi
daripada Negara itu sendiri dan menjalankan berbagai macam Tugas dari negara. Oleh
karena itu makalah ini akan membahasa bagaimana Lembaga Negara didalam UUDS
1950.

Rumusan Masalah:
1. Bagaimana Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang dan Pengisian Jabatanya serta
Hubungan Antar Lembaga di dalam UUDS 1950?
2. Bagaimana Bangunan Negara yang di inginkan di dalam UUDS 1950?
3. Apa yang mendasari Berlakunya Kembali UUD 1945?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang dan Pengisian Jabatanya serta Hubungan Antar
Lembaga di dalam UUDS 1950

1.1 Lembaga Kepresidenan dalam UUDS 1950

Seperti halnya kontitusi RIS, UUDS tahun 1950 juga menempatkan presiden hanya
sebagai Kepala Negara. Sementara Kepala Pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri.
Pasal 45 (1) UUDS 1950 berbunyi sebagai berikut:
”Presiden Ialah Kepala Negara”
Jika menurut Pasal tersebut presiden merupakan Kepala Negara saja dan bukan
merupakan Penyelenggara Pemerintahan, secara otomatis secara kontitusi, kewenangan
yang diberikan oleh konstitusi pun berubah, dimana sebagai contoh daripada kepala
pemerintahan pada konteks Proklamasi 1945/UUD 1945 dimana pada pasal 4 (1) UUD
19451, Presiden secara Atributif diberikan wewenang sebagai Kepala Pemerintahan dan
Kepala Negara, yang berarti Presiden

adalah penyelenggara pemerintahan tertinggi

dibawah majelis dan juga kepala Negara sebagai symbol2.
Di sisi lain Presiden bukan sebagai Penyelenggara Pemerintahan, karena
kewenangan penyelenggara Pemerintahan diberikan kepada Perdana Menteri Ir. H.
Djuanda. Oleh karena itu pada konstitusi negara Indonesia pada tahun 1950 ini Presiden
negara Indonesia hanya ditempatkan sebagai Kepala Negara saja.

1

2

UUD 1945 asli sebelum ada amandemen. Lihat UUD NKRI 1945
Lihat penjelasan UUD 1945

Wewenang Lembaga Kepresidenan dalam UUDS 1950
Kompetensi Lembaga Kepresidenan didalam UUDS 1950 ternyata hanya memuat
beberapa kaidah saja yang berkaitan dengan kewenangan Presiden itu sendiri, menurut
Pasal 50 UUDS 1950 Presiden diberi kewenangan untuk membentuk Kementrian –
Kementrian, dengan kata lain presiden tidak berkoordinasi dengan wakilnya perihal
pembentukan Kementrian – Kementrian ini, dikarenakan hanya ada Frasa “Presiden” saja
yang ada di dalam pasal tersebut, dan tidak menyebutkan Wakil Presiden ataupun Beserta
Wakil Presiden. Dengan kata lain yang ingin saya sampaikan disini, Wakil Presiden tidak
diberikan wewenang untuk membentuk Kementrian – kementrian jika berdasarkan pasal
50 UUDS.
Kewenangan presiden selain daripada pasal 51UUDS adalah sebagai berikut :
Pasal 51
(1) Presiden menundjuk seorang atau beberapa orang pembentuk Kabinet.
(2) Sesuai dengan andjuran pembentuk Kabinet itu, Presiden mengangkat
seorang dari padanja mendjadi Perdana Menteri dan mengangkat Menteri-menteri

jang lain.
(3) Sesuai dengan andjuran pembentuk itu djuga, Presiden menetapkan siapasiapa dari Menteri- menterii tu diwadjibkan memimpin Kementerian masingmasing. Presiden boleh mengangkat Menteri-menteri jang tidak memangku sesuatu
Kementerian.
(4) Keputusan-keputusan Presiden jang memuat pengangkatan jang diterangkan dalam
ajat (2) dan (3) pasal ini ditanda-tangani serta oleh pembentuk Kabinet.
(5) Pengangkatan atau penghentian antar-waktu Menteri-menteri begitu pula
penghentian Kabinet dilakukan dengan keputusan Presiden.

Dengan apa yang ditunjukan oleh Pasal 51(1),(2),(3) Presiden diberikan wewenang untuk
menunjuk seseorang atau beberapa orang pembentuk kabinet, dan sesuai dengan anjuran
daripada pembentuk kabinet itu, president mengangkat seseorang dari mereka untuk menjadi
Perdana Mentri dan mengangkat menterti – menteri lain, dengan kata lain President diberikan
kewenangan lebih untuk memilih siapa yang menjadi Perdana Mentrinya dan siapa juga
jajaranya. Setelah itu presiden juga menetapkan siapa yang memangku jabatan didalam

kementrian masing masing. Pasal 51 ayat 1,2,3 ini ingin menunjukan bawasanya PRESIDEN
memiliki KUASA lebih untuk memilih alat kelengkapan Negara lain yakni perdana Mentri
beserta jajaranya.
CARA PENGISIAN JABATAN
Cara pengisian jabatan untuk mengisi Jabatan sebagai President dan Wakil President

antara lain :
Pasal 45:
(3) Presiden dan Wakil-Presiden dipilih menurut aturan jang ditetapkan dengan undangundang.
(4) Untuk pertama kali Wakil-Presiden diangkat oleh Presiden dari andjuran jang
dimadjukan
oleh Dewan Perwakilan Rakjat.
(5) Presiden dan Wakil-Presiden harus warga-negara Indonesia jang telah berusia 30 tahun
dan
tidak boleh orang jang tidak diperkenankan serta dalam atau mendjalankan hak-pilih
ataupun
orang jang telah ditjabut haknja untuk dipilih.
Pasal 48
Djika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewadjibannja dalam masa
djabatannja, ia diganti oleh Wakil-Presiden sampai habis waktunja.

1.2 Lembaga Negara DEWAN KEMENTRIAN dalam UUDS 1950
Setelah beberapa protes yang dilakukan oleh daerah – daerah yang menginginkan
negara Indonesia itu tidak berbentuk serikat, dan akhirnya tercapai kesepakatan bawasanya
negara Indonesia kembali kepada Proklamasi 1945 dan UUD 1945 dengan bentuk Negara
Kesatuan, tetapi ada beberapa hal yang berbeda, yakni masih diterapkanya beberapa makna

dari konstitusi RIS kedalam UUDS 1950 yaitu pengangkatan Perdana Mentri sebagai
Penyelenggara Pemerintahan, hal tersebut di buktikan dengan adanya pasal 51 ayat (2)
dengan bunyi sebagai berikut:

Sesuai dengan andjuran pembentuk Kabinet itu, Presiden mengangkat seorang dari
padanja mendjadi Perdana Menteri dan mengangkat Menteri-menteri jang lain.
Pasal tersebut menjadi dasar daripada adanya Perdana Mentri dalam system Pemerintahan
NKRI ini, hal ini menjadi kontradiktif dengan Bentuk Negara yang ada didalam Pasal 1
UUDS 1950 ini, dengan adanya Perdana Menteri dalam UUDS 1950 ini menandakan bahwa
Pemerintah indonesia masih mencampur adukan konstitusi RIS dengan UUD 1945, yang
berarti Bentuk Negara yang Republik dengan system pemerintahan Parlementer. Memang
tidak dijelaskan secara Implisit mengenai system pemerintahan pada Era UUDS 1950, tetapi
dengan adanya Perdana Mentri menunjukan bawasanya system yang dipakai ialah
Parlementer.
Dari pasal 51 ayat (3) menunjukan pula bagaimana cara pengisian jabatan dari
Perdana Mentri sendiri, Perdana mentri diangkat oleh Presiden, dan merupakan Hak
Perogratif daripada Presiden untuk mengangkat Perdana Mentri dengan semula mulanya
Presiden mengangkat seorang atau Beberapa orang untuk membentuk Kabinet, setelah itu
Presiden memilih salah seorang dari orang orang yang dipilih menjadi Pembentuk Kabinet
untuk selanjutnya mengisi jabatan sebagai Perdana Mentri. Tugas daripada Perdana Mentri

ini sendiri ialah sebagai Penyelenggara Pemerintahan, seperti yang sudah dijelaskan di atas,
bahwa presiden hanya sebagai kepala Negara bukan Kepala Pemerintahan.
Selain itu menurut ayat (5) Pengangkatan atau penghentian antar-waktu Mentrimentri dan begitu pula kabinet dilakukan atau dilaksanakan dengan keputusan Presiden.
Mentri – Mentri atau perdana mentri sekali pun apabila dalam waktu tertentu akan di
gantikan, haruslah dengan keputusan Presiden.

Tugas daripada Mentri – Mentri ini sendiri antara lain tertera dalam pasal 52 yaitu:
Pasal 52
(1)Untuk merundingkan bersama-sama kepentingan-kepentingan Republik Indonesia,
Menteri – menteri bersidang dalam Dewan Menteri jang diketuai oleh Perdana Menteri atau
dalam hal Perdana Menteri berhalangan, oleh salah seorang Menteri jang ditundjuk oleh
Dewan
Menteri.
(2) Dewan Menteri senantiasa memberitahukan segala urusan jang penting kepada Presiden
dan Wakil-Presiden. Masing-masing Menteri berkewadjiban demikian djuga berhubung
dengan urusan-urusan jang chusus masuk tugasnja.
Perdana Menteri beserta Jajaranya bertugas sebagai Penyelenggara Pemerintahan, Menteri –
Menteri bersidang demi kepentingan – kepentingan Negara Republik Indonesia, dan Menteri
– menteri masing masing melakukan urusan yang Khusus yakni mengenai Tugasnya masing
masing didalam bidang kementrianya masing masing.


1.3 LEMBAGA NEGARA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DALAM UUDS
1950
Untuk Lembaga Negara DPR dalam UUDS 1950 saya akan mencoba menjelaskan
memakai tabel:
CARA
TUGAS

WEWENANG

FUNGSI

PENGISIAN
JABATAN

Membuat undang –
undang :
Pasal 89
Ketjuali apa jang
ditentukan dalam

pasal 140 maka
kekuasaan
perundangundangan, sesuai
dengan ketentuan-

- DPR Mempunyai
Hak interpelasi dan
Hak menanya:
Pasal 69
(1) Dewan
Perwakilan Rakjat
mempunjai hak
interpelasi dan hak
menanja; Anggautaanggauta mempunjai

DPR pada UUDS
1950
menjalankan
Fungsi LEGISLASI
sebagaimana telah di

amanatkan oleh uuds
pasal
1. Pasal 89

Pasal 57
Anggauta-anggauta
Dewan Perwakilan
Rakjat dipilih dalam
suatu
pemilihan
umum
oleh
warganegara
Indonesia
jang
memenuhi
sjaratsjarat dan menurut

ketentuan bagian
ini, dilakukan oleh
Pemerintah
bersama-sama
dengan Dewan
Perwakilan Rakjat.

hak menanja.
- Memiliki wewenang
untuk Menyelidiki
Pasal 70
Dewan Perwakilan
Rakjat mempunjai
hak menjelidiki
(enquete), menurut
aturan-aturan jang
ditetapkan dengan
undang-undang.

aturan-aturan jang
ditetapkan dengan
undang-undang.

Pasal 583
(1) Golongangolongan ketjil
Tionghoa, Eropah
dan Arab akan
mempunjai wakil
dalam Dewan
- Membuat undang –
Perwakilan Rakjat
undang : Pasal 89
dengan berturut-turut
Ketjuali apa jang
sekurang-kurangnja
ditentukan dalam
9, 6 dan 3 Anggauta.
pasal 140 maka
(2) Djika djumlahkekuasaan
djumlah itu tidak
perundangtertjapai dengan
undangan, sesuai
pemilihan menurut
dengan ketentuanundang-undang
ketentuan bagian ini,
termaksud dalam
dilakukan oleh
pasal 57, maka
Pemerintah bersamaPemerintah Republik
sama dengan Dewan
Indonesia
Perwakilan Rakjat.
mengangkat wakilwakil
- Memberi usulan
tambahan bagi
undang – undang
golongan-golongan
kepada Pemerintah
ketjil itu. Djumlah
Pasal 90
Anggauta Dewan
(2) Dewan
Perwakilan Rakjat
Perwakilan Rakjat
sebagai tersebut
berhak memadjukan
dalam pasal 56
usul undang-undang
ditambah dalam hal
kepada Pemerintah.
itu djika perlu
dengan djumlah
3
pasal 58 Undang-undang Dasar Sementara Negara Kesatuan ini sama bunyinya dengan
pasal 100 Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat; pasal ini dibuat bukan dengan
maksud meneruskan adanya "
minoriteiten"dalam Negara Indonesia yang demokratis, bahkan
cita-cita Negara kitaialah mempersatukan segala golongan satu Bangsa yang "
homogeen"
; akan
tetapi oleh karena dalam "realiteit" pada waktu sekarang golongan-golongan kecil itu masih
ada, maka perlu diadakan jaminan, supaya mereka mempunyai perwakilan dalam Dewan
Perwakilan Rakyat

1.4 LEMBAGA NEGARA (BADAN PERADILAN) MAHKAMAH AGUNG.
Berbeda dengan Lembaga Negara yang lainya didalam UUDS 1950 ini,
Susunan dan Kekuasaan MA dalam konstitusi UUDS 1950 diatur lebih lanjut
dengan Undang – Undang, hal ini selaras dengan bunyi Pasal 78 yang menyatakan
bahwa Susunan dan Kekuasaan MA diatur dengan Undang – Undang. Tidak
dijelaskan lebih lanjut mengenai Susunan dan Kekuasaan daripada MA itu sendiri.
Dalam hal pengisian jabatan untuk MA, dijelaskan didalam pasal 79 UUDS
1950 yang berbunyi :
(1) Ketua, Wakil-Ketua dan Anggauta-anggauta Mahkamah Agung diangkat menurut
aturan - aturan jang ditetapkan dengan undang-undang. Pengangkatan itu adalah
untuk seumur hidup; ketentuan ini tidak mengurangi jang ditetapkan dalam ajat-ajat
jang berikut.
(2) Undang-undang dapat menetapkan, bahwa Ketua, Wakil-Ketua dan Anggautaanggauta Mahkamah Agung diberhentikan, apabila mentjapai usia jang tertentu.
(3) Mereka dapat dipetjat atau diberhentikan menurut tjara dan dalam hal jang
ditentukan oleh undang-undang.
(4) Mereka dapat diberhentikan oleh Presiden atas permintaan sendiri
Ayat (1) menjelaskan perihal pengangkatan ketua, wakil ketua dan Anggota dari
Mahkamah Agung di angkat melalui aturan yang ditetapkan dengan Undang –
Undang, dengan kata lain pengangkatan pejabat struktural Mahkamah Agung
ditetapkan lain oleh Undang – Undang tidak diangkat dan/atau di mandatkan oleh
Presiden, berbeda hal nya dengan UUD 1945 pasal 24A ayat (3) yang menjelaskan
bahwa calon hakim agung di usulkan KY kepada DPR untuk mendapatkan
persetujuan dan ditetapkan sebagai Hakim Agung Oleh Presiden4. Mahkamah agung
terdiri dari Hakim hakim Agung, Ketua dan Wakul Ketua Mahkamah Agung dipilih
oleh Hakim Agung itu sendiri5.

4
5

UUD 1945
Lihat UUD 1945 Pasal 24a ayat (4)

Kedudukan Mahkamah Agung ialah Pengadilan Negara Tertinggi, hal ini
termaktub didalam Pasal 105 (1) UUDS 1950, oleh karena itu seluruh perkara yang
ada di INDONESIA, bermuara di Mahkamah Agung. Dalam hal wewenang yang
diberikan oleh UUDS 1950 kepada MA ialah hal didalam mengadili para
Pejabat – Pejabat tinggi negara, misalkan, Presiden, Wakil Presiden, Ketua,
Wakil Ketua DPR, dll6. Dalam hal ini Para Pejabat Tinggi Negara yang melakukan
pelanggaran dan kejahatan, di adili dalam tingkat Pertama dan Terakhir Oleh
Mahkamah Agung.

Lembaga Negara Dewan Pengawas Keuangan Dalam UUDS 1950
Sama hal-nya dengan Lembaga Mahkamah Agung dalam UUDS 1950,
Susunan dan Kekuasan Dewan Pengawas Keuangan diatur lebih lanjut didalam
Undang – Undang. Tetapi beberapa wewenang dan tugas daripada Lembaga ini
diatur di dalam UUDS 1950, contohnya ialah masalah Pengawasan Dan
Pemeriksaan, diberikan kuasa sepenuhnya kepada DPK, hal ini termaktub
didalam pasal 112 (1) UUDS 19507, dan selanjutnya hasil daripada pengawasan dan
pemeriksaan itu diberitahukan kepada DPR8. Mengesahkan pengeluaran dan
penerimaan keuangan RI yang di pertanggung jawabkan sepenuhnya oleh DPR
6

Lihat UUDS 1950 Pasal 106 (1) Presiden, Wakil-Presiden, Menteri-menteri, Ketua, WakilKetua dan Anggauta Dewan Perwakilan Rakjat, Ketua, Wakil-Ketua dan Anggauta
Mahkamah Agung, Djaksa Agung pada Mahkamah Agung, Ketua, Wakil-Ketua, dan
Anggauta Dewan Pengawas Keuangan, Presiden Bank-Sirkulasi dan djuga pegawaipegawai, anggauta-anggauta, madjelis-madjelis tinggi dan pedjabat-pedjabat lain jang
ditundjuk dengan undang-undang, diadili dalam tingkat pertama dan tertinggi djuga oleh
Mahkamah Agung, pun sesudah mereka berhenti, berhubung dengan kedjahatan dan
pelanggaran-djabatan serta kedjahatan dan pelanggaran lain jang ditentukan dengan
undang-undang dan jang dilakukannja dalam masa pekerdjaannja, ketjuali djika
ditetapkan lain dengan undang-undang.
7
Lihat UUDS 1950
8
Lihat pasal 112(2) UUDS 1950

adalah wewenang daripada DPK dengan aturan yang diberikan oleh Undang Undang9
LEMBAGA KONSTITUANTE
Tugas daripada Lembaga Negara Konstituante ini sendiri ialah Bersama
Pemerintah menetapkan Undang – Undang Dasar Republik Indonesia yang akan
menggantikan UUDS 1950, hal ini termaktub dalam Pasal 134 UUDS, selain ini
pengisian jabatan dari Lembaga ini ialah sebagai berikut:
1. Konstituante terdiri dari sejumlah anggota yang besarnya ditetapkan berdasarkan atas
perhitungan setiap 150.000 jiwa penduduk warga negara Indonesia mempunya
seorang wakil (Pasal 135 (1))
2. Dilakukan Pemilu berdasarkan undang undang ( Pasal 135(2))
3. Jumlah nya dua kali lipat dari jumlah anggota DPR yang berasalah dari Golongan
golongan kecil (pasal 58) Pasal 135(3)
Selain itu Permasalahan Syarat teknis daripada Pengisian jabatan dari Konstituante itu
sendiri sama halnya dengan Anggota DPR, hal ini termaktub dalam pasal 136 UUDS
1950. Kontituante sendiri berwenang bersidang untuk membentuk Undang – Undang
dasar RI hal ini sama hal nya dengan tugas daripada Lembaga ini sendiri.

HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA

9

Lihat Pasal 116 UUDS 1950

UUDS 1950

KONSTITUAN
TE

DEWAN
PERWAKILAN
RAKYAT

1. DPR RIS
2. SENAT
3. DEWAN
PERTIMBANGAN
AGUNG
4. KNIP
5. KONSTITUANTE

PRESIDEN
DAN WAKIL
PRESIDEN

KABINET
BERISI
PERDANA
MENTRI
DLL

MAHKAMA
H AGUNG

DEWAN
PENGAWA
S
KEUANGA

PELAKSA
NA
EKSEKUTI
F

Jelaslah didalam Bagan diatas hubungan antar Lembaga Negara di Indonesia pada era
UUDS 1950 ialah pembagian kekuasaan, didalam pasal – pasal yang ada pada UUDS1950,
Presiden diberi kewenangan yang cukup banyak sehingga Presiden disini seakan – akan
Super Power, sama hal nya dengan KONSTITUSI RIS, sebagai contoh Pasal 50 menyatakan
bahwa Lembaga Kementrian diangkat oleh Presiden, Pasal 51 (1) Presiden Menunjuk
seorang beberapa orang pembentuk Kabinet, Penghentian Mentri – Mentri Pun dilakukan
oleh dengan Keputusan Presiden10, contoh contoh pasal diatas menunjukan bahwa Presiden
cukup berperan banyak didalam pembentukan Lembaga Kabinet, lalu menunjukan pula
hubungan antara Presiden dan Wakil Presiden dengan Kabinet.. Mentri – Mentri di lantik
oleh Presiden dengan menyatakan sumpah dihadapan presiden menurut cara agamanya 11, hal
tersebut juga menegaskan hubungan yang konkret dan diatur oleh konstitusi. Selain itu hal –

10
11

Lihat Pasal 51(5) UUDS 1950
Lihat pasal 53 UUDS 1950

hal yang mengatur tentang hubungan antara presiden dan Kabinet termaktub pula didalam
pasal 52,53,54.
Hal hal lain tentang hubungan antar Lembaga yakni Antara DPR dengan Lembaga
Lembaga lain,
1. Pasal 63 (1)
“Anggauta-anggauta Dewan Perwakilan Rakjat sebelum memangku djabatannja
mengangkat sumpah (menjatakan keterangan) dihadapan Presiden atau Ketua
Dewan Perwakilan Rakjat jang dikuasakan untuk itu oleh Presiden, menurut tjara
agamanja”
Anggota – Anggota DPR diangkat sumpah dihadapan Presiden atau Ketua Dewan Perwakilan
Rakyat yang dikuasakan oleh Presiden, dengan kata lain.

2.

Pasal 84
Presiden berhak membubarkan DPR, Keputusan Presiden jang menjatakan
pembubaran itu, memerintahkan pula untuk mengadakan pemilihan Dewan
Perwakilan Rakjat baru dalam 30 hari.

Pasal ini menegaskan hubungan yang krusial antara DPR dengan presiden, dengan keputusan
presiden, Presiden berhak membubatkan DPR
3. Hal hal lain yang diatur tentang hubungan DPR dengan Lembaga lain ialah

a. Pasal 89 : Ketjuali apa jang ditentukan dalam pasal 140 maka kekuasaan
perundang-undangan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan bagian ini, dilakukan
oleh Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat
b. Pasal 90 : (1) Usul Pemerintah tentang undang-undang disampaikan kepada
Dewan Perwakilan Rakjat dengan amanat Presiden. (2)

Dewan Perwakilan

Rakjat berhak memadjukan usul undang-undang kepada Pemerintah.
c. Pasal 91 : Dewan Perwakilan Rakjat berhak mengadakan perubahan-perubahan
dalam usul undang-undang jang dimadjukan oleh Pemerintah kepadanja.
d. Hingga pasal 100 UUDS 1950
Hal hal yang di atur didalam pasal 89 s/d 100 UUDS 1950 menyatakan hubungan dengan
Pemerintah.
Hal lain pula yang mengatur tentang hubungan MA dengan Presiden ialah:
1. Pasal 107 : (1) Presiden mempunjai hak memberi grasi dari hukuman-hukuman jang
didjatuhkan oleh keputusan pengadilan.

Hak itu dilakukannja sesudah meminta

nasehat dari Mahkamah Agung, sekadar dengan undang-undang tidak ditundjuk
pengadilan jang lain untuk memberi nasehat.
Hubungan BPK dengan Lembaga lain, Pasal 112 pengawasn dan pemeriksaan tentang
keuangan negara dilakukan dengan Pengawan Keuangan, dan ayat (2) menyebutkan bahwas
hasil pengawasan dan pemeriksaan di beritahunkan kepada DPR12. Pasal 116 “Pengeluaran
dan penerimaan Republik Indonesia dipertanggung-djawabkan kepada Dewan Perwakilan
Rakjat, sambil memadjukan perhitungan jang disahkan oleh Dewan Pengawas Keuangan,
menurut aturan-aturan jang diberikan dengan undang-undang”.

12

Lihat UUDS 1950

Badan lain juga yang saling berhubungan ialah Lembaga Konstituante, didalam Pasal
137 ayat (2) dan (3) menjelaskan hubungan ataran Lembaga Konstituante dengan Pemerintah,
bunyi pasalnya adalah sebagai berikut:
“(2) Undang-undang Dasar baru berlaku, djika rantjangannja telah diterima dengan
sekurangkurangnja dua-pertiga dari djumlah suara Anggauta jang hadlir dan kemudian
disahkan oleh Pemerintah. (3) Apabila Konstituante sudah menerima rantjangan Undangundang Dasar, maka dikirimkannja rantjangan itu kepada Presiden untuk disahkan oleh
Pemerintah. Pemerintah harus mengesahkan rantjangan itu dengan segera. Pemerintah
mengumumkan Undang-undang Dasar itu dengan keluhuran.
Maksudnya, rancangan Undang – Undang Dasar yang di buat oleh Lembaga Konstituante
sudah rampung, maka rancangan itu diberikan kepada Presiden untuk disangkan oleh
Pemerintah, berarti pemerintah disini adalah Badan Eksekutif, Badan Eksekutif berwenang
untuk mengumumkan UUD yang rampung dan disahkan itu kepada masyarakat dengan
keluhuran.
Selain itu hubungan Lembaga Konstituante dengan Lembaga Legislatif yakni DPR
iaah disebutkan dalam Pasal 138 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut:
(1) Apabila pada waktu Konstituante terbentuk belum diadakan pemilihan Anggautaanggauta Dewan Perwakilan Rakjat menurut aturan-aturan undang-undang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 57, maka Konstituante merangkap mendjadi
Dewan Perwakilan Rakjat jang tersusun menurut aturan-aturan jang dimaksud
dalam pasal tersebut. (2) Pekerdjaan sehari-hari Dewan Perwakilan Rakjat, jang
karena ketentuan dalam ajat (1) pasal ini mendjadi tugas Konstituante, dilakukan
oleh sebuah Badan Pekerdja jang dipilih oleh Konstituante diantara Anggautaanggautanja dan jang bertanggung-djawab kepada Konstituante.
Dalam pasal ini selain menjelaskan hubungan DPR dengan badan konstituante,
menjelaskan pula tentang pengisian jabatan DPR yang isinya adalah Anggota Lembaga
Konstituante itu sendiri, apabila badan Konstituante sudah terbentuk lalu anggota –
anggota DPR belum ada, makan Konstituante merangkap menjadi DPR.

2. Bangunan Negara yang Diinginkan

Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri tanggal 27 Desember 1949 berkat
Konperensi

Meja

Bundar,

ternyata

umurnya

tidak

lama.

Bentuk

susunan

“Federasi”(serikat) bukan bentuk yang memang merukapan suatu kehendak rakyat,
akibatnya muncul protes – protes berupa tuntutan – tuntutan untuk kembali kepada
bentuk negara kesatuan13.
Protes – protes ini semakin lama semakin menjadi, dengan sedemikian rupa sehingga
pada akhirnya negara/daerah – daerah bagian menggabungkan diri kepada Pemerintah
Negara Republik Indonesia. Seperti yang sudah di bahas sebelumnya, tinggal beberapa
Negara yang tersisa , yakni Negara Bagian Indonesia Timur, Negara Republik Indonesia
dan Negara Sumatera Timur, keadaan semakin tidak tentu dikarenakan kewibaan
Pemerintah Negara Federal menjadi semakin berkurang di daerah14.
Untuk mengatasi hal tersebut pada akhirnya diadaakan permusyawaratan yang
diadakan oleh ketiga Pemerintahan Negara Bagian. Dalam permusyawaratan ini
Pemerintah republik Indonesia Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia, pemerintah
Republik Indonesia Serikat bertindak pula untuk mewakili Pemerintah Negara Indonesia
Timur dan Pemerintah Negara Sumatera Timur15
Pada tanggal 19 Mei 1950 yang pada pokonya disetujui dalam waktu sesingkat –
singkatnya untuk melaksanakan Negara Kesatuan sebagai Jekmaan daripada Negara
Republik ndonesia berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945, dan untuk itu akan
diberlakukan sebuag undang – undang Dasar Sementara dari Kesatuan ini. Dengan
merubah kontitusi Republik Indonesia Serikat sedemikian rupa sehingga essensi dari
UUD 1945 yaitu antara lain 27, 29, dan pasal 33 ditambah dengan Konstitusi Republik
Indonesia Serikat.
13

Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2001,
hlm 70
14
Ibid,
15
Ibid,

Dengan kata lain Bangunan negara yang dinginkan oleh para pendiri bangsa dan para
panitia permusyawaratan ini ialah merubah bentuk negara R.I.S menjadi Negara Kesatuan
republik Indonesia, dengan seluruh daerah bersatu, dan tidak ada lagi Pemerintahan
Negara Daerah berbentuk Negara. Bentuk susunan negara kesatuan ini dalam UUDS
1950 ada dikemukakan dalam mukaddimahnya, yaitu dalam alinea IV antara lain
dinyatakan sebagai berikut:
“Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu di dalam suatu Piagam
Negara yang berbentuk Republik Kesatuan dan sabagainya …..”16
Lebih menegaskan agi tentang bentuk susunan kesatuan di dalam UUDS pasal 135 ayat (1):
“Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan ketjil jang berhak mengurus rumah
tangganja sendiri (autonoom), dengan bentuk susunan pemerintahannja ditetapkan dengan
undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusjawaratan dan dasar
perwakilan dalam sistim pemerintahan negara”
Dari uraian tersebut negara berbentuk susunan kesatuan akan berasaskan desentralisasi, ini
berarti bahwa daerah negara akan dibagi bagi menjadi daerah besar dan kecil yang berhak
mengurus rumah tangganya sendiri, didalam pasal 131 (1) ini lazim ditemukan di dalam
bentuk negara kesatuan, dan tidak akan dijumpai di dalam susunan Federal17

3. Berlakunya kembali UUD 1945
Dimulai dengan adanya pemilihan umum pada bulan Desember 1955 dengan dasar
UUDS 1950, dan berbagai macam kejadian yang secara historis sangat berdampak bagi
kembalinya lagi UUD 1945 sebagai konstitusi negara ini, Presiden RI sekaligus PANGLMA
16
17

Ibid, hlm 82
Ibid, hlm 83

TERTINGGI ANGKATAN PERANG membuat DEKRIT PRESIDEN RI tentang
“KEMBALI KEPADA UNDANG – UNDANG DASAR 1945” yang dimana pada
kesimpulanya dan intinya ialah membubarkan konstituante dan menetapkan UUD 1945
berlaku lagi bagi segenang bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Keadaan keaadan tertentu yang demikian terjadi, menjadikan presiden pada tanggal 5
July 1959 mengeluarkan sebuah Dekrit yang menurut hemat saya, terjadi secara sepihak,
karena keadaan – keadaan yang tidak stabil pada waktu itu, yang dimulai dari tidak
tecapainya quorum dalam siding Konstituante dalam pemungutan suara Kembali pada UUD
1945, sampai pula pada Sebagian besar para anggota konstituante tidak mau lagi menghadiri
sidang18, untuk itu presiden untuk menjaga stabilitas kenegaraan, mengeluarkan dekrit itu.

PENUTUP
Dengan adanya tuntutan dari masyarakat perihal penggantian UUD R.I,S menjadikan
Pemerintah Indonesia pada saat itu menjadi tidak karuan, dengan adanya Musyawarah
dengan 3 Negara bagian, yakni NRI, NSB, NIT, menjadikan keseluruhan dari Negara –
Negara Bagian tersebut bersatu untuk selanjutnya kembali menjadi negara Kesatuan Republik
Indonesia, oleh karena itu, muncul UUDS 1950 sebagai penyempurnaan daripada Persatuan
Negara – Negara Bagian itu sendiri, dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa menurut
Hemat saya pembentukan UUDS 1950 tidak lain untuk mmbuat Negara ini jauh lebih baik
lagi. Dibuatnya konstituante sebagai Lembaga untuk membuat suatu Undang – Undang dasar
ternyata tidak berhasil, oleh karena itu sesuai dengan persetujuan Pemerintah dengan mandat

18

Ibid, hlm 99

UUDS 1950. Pemerintah menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi NKRI, melalui Dekrit
Presiden.

DAFTAR PUSTAKA
Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, 2001, Jakarta, PT Bumi
Aksara.
Undang – Undang Dasar Sementara 1950
Penjelasan Undang – Undang Dasar Sementara 1950
Penjelasan Undang – Undang Dasar 1945 (sebelum Amandemen)
Undang – Undang Dasar 1945