GEOLOGI DAN PEMETAAN CEKUNGAN AIR TANAH
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
GEOLOGI DAN PEMETAAN CEKUNGAN AIR TANAH KOTA GORONTALO
DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
Andri saputra Jusuf
471410009
Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo
Jln Jend. Soedirman No 6 Kota Gorontalo
andrejusuf@yahoo.com
Intisari
Penelitian pemetaan CAT Gorontalo yang telah dilakukan bertujuan untuk memetakan
akuifer air tanah di Kota Gorontalo berdasarkan nilai tahan jenis batuan dari hasil pemetaan
geologi bawah permukaan dengan menggunakan Geolistrik yang sebelumnya dilakukan survey
geologi menyangkut data geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi. Pengambilan data
geolistrik sebanyak 8 titik sounding yang telah dibuat menjadi 3 lintasan. Hasil bawah
permukaan dari data tahanan jenis diolah dengan menggunakan Softwere IP2Win yang
menghasilkan model perlapisan bawah permukaan (2D) kemudian di olah dengan Softwere
Surfer 11 untuk menampilakan model 3D akuifer Kota Gorontalo. Pengambilan data sumur
untuk mengetahui penyebaran airtanah pada CAT Gorontalo telah dilakukan sebanyak 200 titik
sumur yakni data koordinat dan kedalam muka airtanah. Berdasarkan hasil interpretasi data
geolistrik bahwa pada titik sounding 1,2,3,4,7 dan 8 tersusun oleh batuan alluvial yang terdiri
dari lempung, batupasir, pasirlempungan dan kerikilpasiran yang merupakan akiufer pada CAT
Gorontalo. Pada titik sounding 6 dan titik 8 tersusun oleh batugamping dan granit yang sebagai
batuan induk. Arah aliran muka airtanah berasal dari perbukitan bagian utara Kota Gorontalo
sebagai daerah Recharge Area.
Kata Kunci : Geologi, Geolistrik, akuifer, Airtanah.
1. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi airtanah
terbesar yakni pada 224 cekungan
airtanah (groundwater basin), dengan
potensi cadangan sebesar 4,7 milyar
m³/tahun (Soetrisno, 1993). Air hujan
menjadi faktor penting sebagai imbuhan
airtanah. Karakteristik Indonesia yang
beriklim tropis memiliki keadaan
musim hujan dan musim kemarau yang
telah diteliti oleh Oldeman dan Frere
(1982).
Perkembangan jumlah penduduk
Kota Gorontalo rata-rata 1,2 % pertahun
dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir dan penggunaan lahan yang
Refarat, 2015
dibedakan atas lahan sawah seluas
1.013 Ha, lahan kebun 695 Ha, lahan
pekarangan seluas 452 H dan
penggunaan lainnya seluas 39,74 Ha.
(BPK-RI Provinsi Gorontalo, 2014).
Seiring dengan perkembangan dan
pembangunan daerah Kota Gorontalo
maka pertumbuhan penduduk dan
pembangunan sektoral dalam hal ini
pemukiman, pertanian, industri, dan
fasilitas perekonomian mendorong
meningkatnya pemanfaatan air bersih.
Sehubungan dengan peningkatan
pertumbuhan
penduduk
dan
pembangunan sektoral serta agar
keberlanjutan perekonomian didukung
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
oleh ketersediaan sumberdaya air di
wilayah Kota Gorontalo, sehigga sangat
perlu dilakukan pemetaan air tanah
dengan menggunakan Geolistirik yang
merupakan metode geofisika.
Tujuan dari penelitian ini ialah
mengetahui kondisi geologi dan
memetakan
akuifer
dengan
menggunakan metode Geolistrik pada
daerah Kota Gorontalo.
Manfaat dari penelitian ini ialah
memberikan informasi mengenai
cadangan airtanah dan posisi
strategis kepada masyarakat dalam
pemanfaatan sumberdaya air di CAT
Kota Gorontalo
Sebagai data sekunder dalam
eksplorasi hidrogeologi lebih detail
Dapat memprediksi arah pencemaran
airtanah melalui arah aliran airtanah
di CAT Kota Gorontalo.
2. TINJUAN PUSTAKA
2.1 Akuifer
Airtanah adalah air yang ada
dibawah permukaan tanah maupun
batuan pada zone jenuh air, dengan
tekanan hidrostatis sama atau lebih
besar daripada tekanan udara. Airtanah
terdapat pada berbagai formasi geologi,
terutama pada akuifer. Akuifer biasa
disebut dengan resevoir airtanah
merupakan formasi batuan yanga dapat
menyimpan dan mengalirkan air.
Faktor yang sangat mempengaruhi
dalam mengontrol kondisi dan distribusi
sistem akifer dalam sistem geologi
yakni litologi, stratigrafi dan struktur
endapan – endapan geologi.
Berdasarkan
hidrodinamiknya
akuifer dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu
akuifer tertekan ( Confined aquifer ),
Refarat, 2015
akuifer bebas (Unconfined aquifer) dan
akuifer bocor ( Leaky aquifer).
Akuifer tertekan
Akfer tertekan merupakan bagan
atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan
yang kedap air atau akuikluk. Akuifer
ini airtanah terletak dibawah lapisan
kedap air dengan mempunyai tekanan
lebih
besar
daripada
tekanan
atmosfirnya.
Gambar 1. Konfigurasi akifer tertekan dan muka
airtanah pada sumur
Akifer bebas
Akifer bebas yang biasa dengan
akifer tidak tertekan umumnya berada
pada kedalam yang relatif dangkal atau
kurang dari 40 dan terdapat lensa –
lensa lempung seringkali membentuk
akifer menggantung. Akifer ini dibatasi
oleh lapisan impermeanel bagian
bawahnya dan bagaiannya tidak
terdapat lapisan penutup.
Gambar 2. Konfigurasi akifer tak
tertekan dan muka airtanah
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Akuifer bocor
Akuifer ini pada umumnya dapat
dijumpai pada daerah lembah aluvial
dan dataran, yang airtanahnya dibatasi
oleh lapisan yang setengah kedap air
atau akuitard.
lapisan saja, hal ini teruram untuk spasi
elektroda yang lebih lebar. Harga
tahanan
jenis
terukur
tersebut
merupakan nilai tahanan jenis semu
(apparent resistivity). (Telford, 1990).
Gambar 4. Tahan jenis semu
Maka persamaan dari tahanan jenis
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Gambar 3. Konfigurasi akifer bocoran dan muka
airtanah pada sumur
2.2 Geolistrik
Geolistrik merupakan metode yang
paling populer dalam menyelidiki
airtanah dari permukaan bumi dalam
bidang hidrogeologi. (Todd, 1980).
Selain itu, geolistrik sangat mudah
dibawa,
mudah
dioperasikan,
pengambilan datanya cepat dengan
biaya murah serta akurasi data yang
dapat dipercaya.
Metode ini menggunakan asumsi
bahwa bumi bersifat homogen isotropis.
Sebagai contoh medium berlapis yang
ditinjau misalnya terdiri dari dua lapis
yang mempunyai resistivitas berbeda
(ρ1 dan ρ2) dianggap sebagai medium
satu lapis homogen yang mempunyai
satu harga tahanan jenis semu ρa,
dengan konduktivitas lapisan fiktif sama
dengan jumlah konduktivitas masimgmasing lapisan, yaitu σa = σ1 + σ2.
(Gambar.4). Oleh karena itu harga
tahanan jenis yang diukur bukan
merupakan nilai tahan jenis untuk satu
Refarat, 2015
..... (1)
Dimana ρa adalah tahanan jenis semu,
K adalah faktor geometri, ΔV adalah
beda potensial antara kedua elektroda
(P1, P2) dan I adalah kuat arus yang
diinjeksikan.
Berdasarkan persamaan (I) dapat
diketahui bahwa nilai tahanan jenis
semu tergantung pada geometri
konfigurasi elektroda yang digunakan
antara lain konfigurasi Schlumberger,
konfigurasi Wenner, konfigurasi dipoledipole dan sebagainya.
Gambar 5. Instrumen geolistrik sounding
(Bahri, 2005)
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Tabel 1. Nilai Resitivitas materila –
material bumi (Telford, 1990).
2.3 Cekungan Airtanah
Cekungan airtanah merupakan suatu
wilayah
yang
dibatasi
oleh
hidrolgeologis, dimana terdapat proses
pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan
airtanah berlangsung yang merupakan
proses
kejadian
hidrogeologis.
Cekungan airtanah merupakan salah
satu contoh dari sistem geomorfologi.
(Gregory dan Walling , 1973).
Pendapat Boonstra dan Ridder
(1981) menjelaskan bahwa pada suatu
cekungan airtanah mengalami proses
hidrologi yang berlangsung secara terus
menerus.
Faktor
litologi
sangat
menentukan terhadap kecepatan proses
perkolasi air permukaan. Keterdapatan
endapan aluvial merupakan ciri utama
litologi suatu cekungan airtanah. Todd
(1980), berpendapat bahwa cekungan
airtanah merupakan suatu satuan
hidrogeologi yang terdiri dari satu atau
beberapa bagian akuifer yang saling
berhubungan membentuk suatu system
dan dapat berubah akibat perubahan
lingkungan.
Batas hidrologi ditentukan oleh batas
geologi dan batas hidrologi yang bisa
menjadi
batas
suatu
wilayah
berdasarkan kesepakatan Internasional.
Refarat, 2015
Batas geologi pada cekungan air tanah
yang terdiri dari atas batuan kedap air
atau lapisan dengan kelulusan rendah,
struktur geologi, pelapisan batuan kedap
air dengan batuan lulus air ; dan batas
hidrologi pada cekungan airtanah yang
terdiri dari atas airtanah permukaan
berupa permukaan air laut danau, dan
sungai.
Cekungan air tanah tidak selalu
berbentuk cekungan akan tetapi lapisan
akifer (lapisan batuan yang menyimpan
dan mengalirkan air) yang mendatar,
miring, terlipat atau terpatahkan.
Skiklus hidrologi juga mempunyai
peran penting dalam penyediaan
airtanah, dimana air permukaan
mengalami
penguapan mengalami
kondensasi kemudian menjadi air hujan
yang turun kepermukaan bumi menjadi
airtanah permukaan dan menjadi
airtanah dalam. Siklus ini menjadi
pendukung terhadap airtanah untuk
mendapat air yang kemudian meresap
kedalam tanah serta batuan (bedrock
recharge) memiliki peran penting dalam
penyediaan air. Banyaknya sumursumur dalam (wells) yang berperan
menyadap airtanah dari berbagai akifer
yang ada menjadi
tanda daerah
pelapasan
dengan
masing-masing
dibatasi oleh lapisan kedap air berupa
lempung. CAT Gorontalo berdasarkan
Peta Cekungan Air Tanah Provinsi
berdasarkan
konduktivitas
dan
transmisivitas serta litologi penyusunan
dapat dibagi menjadi 2 bagian yakni
bagian tepi cekungan (Selatan dan
utara) diserta bagian tengah cekungan
yang terdapatnya danau Limboto yang
diperkirakan muncul akibat Sesar
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Gorontalo. Bagian tengah cekungan
tersusun atas litologi endapan danau dan
bagian Utara; selatan tersusun oleh
batuan Gamping ( T. Pandi. dkk 1997).
Kedua
litologi
pada
umumnya
diperkirakan merupakan akuifer baik.
Gambar 6. Peta Cekungan Airtanah Provinsi Gorontalo
3. METODE
Metode yang dilakukan pada
penelitian ini ialah melakukan survey
geologi dan bawah permukaan. Adapun
beberapa tahapan yang dilakukan pada
metode ini ialah :
3.1 Tahap Pengambilan Data
Awal tahap pengamibilan data
lapangan
yang
dilakukan
ialah
melakukan survey geologi dengan skala
1:50.000 yaitu data geomorfologi,
litologi, dan struktur geologi.
Ini bertujuan untuk mengetahui
morfologi dan batuan penyusun serta
struktur geologi yang berkerja pada
daerah
penelitian.
Selanjutnya
dilakukan pengukuran sumur warga,
mengambil data koordinat
dengan
menggunakan GPS Oregon 550 elevasi,
dan tinggi muka airtanah. Data sumur
yang telah diambil sebanyak 200 titik
Refarat, 2015
Gambar 7. Diagram Alir Penelitian
sumur yang menyebar di setiap
kecamatan yakni kecamatan Kota barat,
Kota Timur, Kota Selatan, Kota engah,
Kota Utara, Sapitana dan Dungingi.
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Pengambilan
data
geolistrik
dilakukan pada 8 titik pengamatan yang
dibagai
menjadi
3
penampang.
Penampang 1 terdiri dari 3 titik
sounding yaitu titik 1, 5 dan 7 yang
berada ditengah, penampang 2 terdiri
dari 3 titik sounding yaitu titik 2, 6 dan
7 yang berada di bagian barat serta
penampang 3 terdiri dari 4 titik
sounding yaitu titik 5, 4, 3 dan 8. Alat
geolistrik yang digunakan ialah
Resistivity meter IPMGEO 4100
dengan
menggunakan
konfigurasi
Schlumberger.
Konfigurasi ini
membutuhkan 4
buah elektroda, 2 buah elektroda
(C1,C2) digunakan sebagai penginjeksi
arus (I) dan 2 elektroda (P1,P2) sebagai
penerima tegangan (V) yang dihasilkan.
Jarak antara dibuat sesuai konfigurasi
Schlumberger (Gambar 7) dengan
urutan C1, P1, P2, C2 dengan panjang
bentangan 200 m.
Gambar 8. Konfigurasi Schlumberger
3.1 Pengolahan data
- Pengolahan data geologi
Interpretasi kelurusan morfologi
untuk mengetahui pola kelurusan yaitu
berupa arah rekahan – rekahan yang
bekerja daerah penelitian. Dimana data
kelurusan diolah dengan menggunakan
diagram roset sehingga menghasilkan
peta pola kelurusan. Selanjutnya
membagai satuan morfologi dareah
penelitian, dimana morfologi tersebut
sangat berpengaruh terhadap sistem
hydrologi
(Gregory dan Walling,
1973).
Refarat, 2015
Pengurutan stratigrafi dilakukan
setelah
membagi
satuan
batuan
sehingga dapat mengetahui batuan
penyusun
dan penyebaran batuan
daerah penelitian urutan umur batuan.
Pengolahan data struktur berupa sesar
dan
kekar
dilakuaan
dengan
menggunakan metode stronet sehingga
dapat menentukan jenis sesar dan arah
tegasan utama yang bekerja pada daerah
tersebut.
Dari berbagai macam data diatas
dapat dituanggkan dalam bentuk peta
geologi.
- Pengolahan data sumur
Pengolahan data sumur warga
mengenai posisi dan tinggi muka
airtanah dilakukan interpolasi dengan
menggunakan Softwere Surfer 11, untuk
mengetahui arah penyebaran dari muka
airtanah.
- Pengolahan data geolistrik
Data
yang
didapatkan
dari
pengukuran kemudian diolah dengan
softwere IP2win, dengan memasukan
nilai arus (I) dan nilai beda potensial
(ΔV) serta jarak spasi elektroda (a)
dimasukan kedalam tabel softwere
IP2win, sehingga hasil berupa tampilan
grafik dan nilai tahanan jenis batuan
(ρa) lapisan bawah permukaan secara
vertikal. Pada pengolahan data tersebut
perlu dilakukan koreksi data dengan
melakukan inversi hingga didaptkan
kesalahan (error) paling kecil. Proses
tersebut bertujuan untuk mengetahui
masing –masing lapisan dari harga
tahan jenis.
Selanjutnya, kegiatan interpretasi
dari setiap harga tahanan jenis sehingga
menggambarkan
geologi
bawah
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
permukaan, serta dapat menentukan
zona akuifer, kemudian diolah dengan
softwere Surfer 11 yang akan
menggambarkan 3D lapisan akuifer.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Daerah Penelitian
Hasil orientasi kelurusan morfologi
dengan menggunakan diagram rose
dimana data yang didapatkan sebanyak
1.639
data
kelurusan
serta
memperliahatkan di daerah penelitian
memiliki kelurusan dominan berarah
NE (0°- 10°). Dari hasil orientasi
kelurusan dapat menjadi dasar sebagai
penentuan
arah
dari
bentangan
geolistrik yakni NW-SE. (Gambar. 13)
Berdasarkan interpretasi morfologi
bahwa derah penelitian terbagi menjadi
2 satuan geomorfologi yaitu (1) Satuan
Bentangalam Pedataran : Satuan ini
memiliki ciri topografi yang relatif datar
dengan presentase kemiringan lereng
berkisar antara 0 – 2 % atau 1 – 5°
dengan beda tinggi kurang dari 5 meter.
Proses morfogenesa
morfologi ini
dipengaruhi
oleh
proses fluviatil
(aktivitas sungai), marine (aktivitas
laut) dan lakustrin (aktivitas danau).
(2) Satuan Bentangalam Perbukitan :
Kenampakan
dari
satuan
ini
digambarkan oleh pola kontur yang
agak rapat dan dengan lereng yang
agak curam. Sudut lereng berkisar
antara 14 - 55% atau sekitar 25 55°dengan beda tinggi 75 - 500 meter.
Kondisi geomorfologi termasuk
aspek dalam kajian airtanah Verstappen
(1977,1983) dan Sutikno (1989). Satuan
bentangalam pedataran yang dominan
memiliki relief datar mencerminkan
Refarat, 2015
airtanah terkumpul pada satuan
morfologi tersebut.
Satuan Bentangalam Perbukitan
memiliki
topografi
lebih
tinggi
mencerminkan bahwa arah gerakan
airtanah mengalir kebagian lebih rendah
dalam hal ini menuju Satuan
Bentangalam Perbukitan.
Bentangalam Pendataran
Kota gorontalo dan CAT
Gorontalo
Jajaran Perbukitan dan
Pegununan Tilongkabila
Bentangalam Perbukitan
Foto 1. Kenampakan Morfologi Kota
Gorontalo dan CAT Gorontalo, arah foto utara
4.2. Stratigrafi Daerah Penelitian
Kesebandingan dilakukan terhadap
peta
geologi
regional
Lembar
Kotamubagu skala 1: 250.000 (Apandi,
T. dan Bahri. S, 1997).
Berdasarkan hal tersebut pembagian
stratigarfi daerah penelitian terbagi atas
4 satuan stratigrafi dari batuan yang
paling tua sampai sampai yang paling
muda yaitu :
1. Satuan Granit
Satuan ini merupakan satuan batuan
yang tertua pada daerah penelitian
dengan menempati sekitar 20 % dari
dari luas daerah penelitian, serta
singkapan ini dijumpai di daerah
donggala, tenda, dan daerah pantai
selatan. Ciri – ciri batuan ini berwarna
putih sampai abu-abu, mengalami
pengkekaran, berwarna kuning – coklat
jika mengalami pelapukan, tekstur
faneritik – porfiritik, bentuk kristal
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
euhedral – subhedral, dan kandungan
mineral terdiri dari Quarzt, orthoklas,
biotite, horblende dan terdapat mineral
sekunder epidot.
2. Satuan Breksi Vulkanik
Satuan ini menempati 15 % dari luas
wilayah
daerah
penelitian
dan
singkapan satuan ini dapat dijumpai
Leato bagian timur dan Tanjung
keramat. Ciri – ciri batuan ini berwarna
hitam – coklat, berfragmen polimik
andesit dan basalt, ukuran butir dari
kerikil – boulder, matriks pasir kasar –
halus, tersemenkan oleh silika. Satuan
ini diterobos oleh Satuan Granit, dan
breksi diperkirakan berumur Pliosen –
Plistosen.
3. Satuan Gamping Koral
Satuan ini menempati 10 % dari luas
wilayah daerah penelitian dan satuan ini
dapat dijumpai di daerah Benteng
otanaha, tenilo dan sekitar batutonuo.
Ciri – ciri batuan ini berwarna putih,
terdiri dari batugamping terumbu dan
batugamping klastik, nampak fosil
molusca dan terumbu koral. Satuan ini
diendapakn pada laut dangkal yang
berumur Quarter.
4. Satuan Endapan Alluvial
Satuan ini menempati 10 % dari luas
wilayah daerah penelitian dan satuan ini
dapat dijumpai di daerah Benteng
otanaha, tenilo dan sekitar batutonuo.
Ciri – ciri batuan ini berwarna putih,
terdiri dari batugamping terumbu dan
batugamping klastik, nampak fosil
molusca dan terumbu koral. Satuan ini
diendapakn pada laut dangkal yang
berumur Quarter.
Foto 2. Singkapan Satuan Granit
daerah Leato Selatan
Foto 3. Singkapan Satuan Breksi
Vulkanik
Foto 4. Singkapan Gamping Koral
Foto 5. Singkapan Endapan Alluvial
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
4.3 Struktur Geologi
Struktur geologi dari hasil analisis
serta kesebandingan dengan Peta
geologi regional lembar Kotamubagu 1
: 250.000 ( Apandi, T. dan Bachri. S,
1997) bahwa struktur geologi daerah
penelitian terdiri dari sesar dan kekar
yang mempunyai orientasi berbeda
sebagai berikut :
2. Sesar Naik Leato
Foto7. Kenampakan sesar naik leato
1. Sesar Turun Leato
Gambar 10 . Kedudukan umum sesar
N 128°E/81° pada streonet
3.
Sesar Turun Buliide
Foto 6 . Kenampakan sesar turun leato dengan
kedudukan umum N 70°E/77°
Gambar 9 . Kedudukan umum sesar
N 70°E/77° pada streonet
Refarat, 2015
Foto 8. Kenampakan sesar turun
buliide
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
4. Kekar Berpasangan
Gambar 11 . Kedudukan umum sesar
N 301°E/69° pada streonet
Foto 9. Kenampakan berpasangan
Gambar 12 . Kedudukan kekar
dan arah tegasan : σ1: 21/329, σ2: 44/81, σ3:39/221
Gambar 13. Peta Densitas Kelurusan Morfologi
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Gambar 14. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian
Gambar 15. Peta Geologi Daerah Penelitian
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
4.4 Muka Airtanah
Secara umum kondisi airtanah
cekungan Gorontalo mengalir dari arah
perbukitan utara menuju kedataran
dibagian tengah. Hal itu berarti bahwa
daerah pengisian (recharge area)
terletak di daerah jajaran perbukitan dan
Pegunungan Tilongkabila. Sementara
daerah pelepasan (discharge area)
didataran
Cekungan
Gorontalo.
Airtanah mengalir dominan melalui
Depth (m)
ruang antar butir (porositas) dan
sebagiannya melalui celah maupun
rekahan.
Berdasarkan data geologi dan
hidrogeologi, akuifer bebas tersebar dari
intermediate slope hingga plains. Muka
airtanah semakin dalam kearah selatan
atau bagian tengah cekungan mengikuti
ketinggian topografi. Airtanah di daerah
Cekungan Gorontalo pada umumnya
tersimpan pada endapan alluvium.
Arah Aliran airtanah
Kontur airtanah
KOTA GORONTALO
Gambar 16.Peta aliran airtanah
4.5 Interpretasi Sistem Hidrogeologi
CAT Gorontalo
Berdasarkan analisis data geolistrik
resistivitas
sounding
konfigurasi
Refarat, 2015
Schlumberger maka kurva
didapatkan sebagai berikut :
yang
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
BAB 5. POTENSI HASIL
Gambar 17. Kurva resistivity saounding titik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 & 8
Dari kurva diatas maka setiap titik
sounding dapat ditentukan jenis lapisan
batuan berdasarkan nilai tahan jenis
serta kedalamnya.
Penampang geolistrik 1 terdiri dari
gabungan antara titik 5, titik 1, titik 7,
penampang geolistrik 2 gabungan antara
titik 6, titik 2, titik 7 dan penampang
geolistrik 3 gabungan antara titik 5, titik
4, titik 3, titik 8. Korelasi dari setiap
penampang
dapat
dilihat
dari
penampang pada gambar 18.
Berdasarkan penampang geolistrik 1,
kedalaman 1,3 m sampai 62,3 m
terdapat zona akuifer bebas pada
Refarat, 2015
litologi pasirlempungan (titik 1) dan
kerikilpasiran (titik 7) tetapi pada titik 5
tidak terdapat zona akuifer karena
tersusun atas litologi granit. Penampang
geolistrik 2, kedalaman 2,13 m sampai
62,3m terdapat zona akuifer bebas pada
litologi pasirlempungan (titik 2) dan
kerikilpasiran (titik 7) dan pada titik 6
terdapat zona akuifer bebas yang
mengalir melalu porositas sekunder
pada litologi batugamping dengan
kedalaman 2 m sampai 30 m.
Penampang geolistrik 3, kedalaman 5,3
m sampai 32,7 m terdapat zona akuifer
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
bebas pada litologi batulempung,
batupasir, dan pasirlempungan tetapi
pada litologi granit tidak terdapat zona
akuifer.
Gambar 18. Penampang Geolistrik 1,2 dan 3
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Berdasarkan
hasil
penampang
geolistrik 1, 2 dan 3 maka dapat dibuat
interpolasi seluruh titik sounding
dengan menggunakan Softwere Surfer
11 yang menggambarkan litologi bahwa
permukaan sehingga menghasilkan peta
model 3 D akuifer Kota Gorontalo.
Bentuk lahan
Perbukitan
Kota Gorontalo
Bentuk lahan
Pedataran
Gambar 19. Model 3 D konseptual lapisan akuifer Kota Gorontalo berdasarkan
penampang geolistrik.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan
studi
geologi,
hidrologi, dan geolistrik bahwa
hasilnya sangat berkaitan erat.
Satuan bentang alam pedataran
mencirikan batuan endapan alluvium
yang
terdiri
dari
lempung,
pasir,pasirlempungan
dan
kerikilpasiran
yang
merupakan
indikasi bahwa airtanah dangkal
(lapisan akuifer bebas) dan satuan
bentang alam perbukitan mencirikan
batuan yang lebih resisten berupa
granit dan batugamping. Aliran
airtanah pada daerah peneltian
Refarat, 2015
merupakan pengisian airtanah dari
bagian utara yang terkumpul tepat di
tengah wilayah Kota Gorontalo.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Gunawan Handayani,2004.
Penerapan Metode Geolistrik
Konfigurasi Schlumberger untuk
Menentukan
Tahanan
Jenis
Batubara. Institut Teknologi
Bandung (ITB). Bandung.
Bayu A. Sadjab, As’ari, Tanauma A.
2012. Pemetaan Akuifer Air
Tanah
Disekitar
Candi
Prambanan Kabupaten Sleman
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Daerah Istimewa Yogyakarta
Dengan Menggunakan Metode
Geolistrik
Tahanan
Jenis.
UNSRAT. Manado.
Badan
Geologi.
2013.
Peta
Cekungan air tanah Provinsi
Gorontalo.
Bahri, 2005. Hand Out mata Kuliah
Geofisika Lingkungan dengan
topik
Metode
Geolistrik
Resistivitas, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS,
Surabaya.
Gregory, K.J. and Walling, D.E.
1973. Drainage Basin Form and
Process. Fletcher and Son Ltd.
Norwich.
Nurliana L, Widodo. L E. 2009.
Potensi Imbuhan dan Imbuhan
Airtanah Cekungan Airtanah
Bandung. ITB, Bandung
Puradimaja D.J.2006. Hidrogeologi
kawasan gunungapi dan karst di
Indonesia. ITB. Bandung
Purnama Ig. S, Sulwasono B.2006.
Pemanfaatan Teknik Geolistrik
untuk mendeteksi persebaran
airtanah asin pada akuifer bebas
dikota
surabaya.
UGM.
Jogyakarta
S. Bahcri , T. Pandi, Sukido dan N.
Raman serta, 1997. Peta Geologi
Regional Lembar tilamuta dan
Lembar Kotamubagu, Sulawesi
Telford, W. M., Geldart, L. P., dan
Sherif, R. E., 1990. Applied
Geophysics,
Cambridge
University Press, New York.
Refarat, 2015
Todd, D.K, 1980. Groundwater
Hydrology. John Wiley & Sons,
New York.
Verstappen, H.Th and Van Zuidam,
R.A.1968.
System
of
Geomorphological Survey. ITC.
Delf.
GEOLOGI DAN PEMETAAN CEKUNGAN AIR TANAH KOTA GORONTALO
DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
Andri saputra Jusuf
471410009
Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo
Jln Jend. Soedirman No 6 Kota Gorontalo
andrejusuf@yahoo.com
Intisari
Penelitian pemetaan CAT Gorontalo yang telah dilakukan bertujuan untuk memetakan
akuifer air tanah di Kota Gorontalo berdasarkan nilai tahan jenis batuan dari hasil pemetaan
geologi bawah permukaan dengan menggunakan Geolistrik yang sebelumnya dilakukan survey
geologi menyangkut data geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi. Pengambilan data
geolistrik sebanyak 8 titik sounding yang telah dibuat menjadi 3 lintasan. Hasil bawah
permukaan dari data tahanan jenis diolah dengan menggunakan Softwere IP2Win yang
menghasilkan model perlapisan bawah permukaan (2D) kemudian di olah dengan Softwere
Surfer 11 untuk menampilakan model 3D akuifer Kota Gorontalo. Pengambilan data sumur
untuk mengetahui penyebaran airtanah pada CAT Gorontalo telah dilakukan sebanyak 200 titik
sumur yakni data koordinat dan kedalam muka airtanah. Berdasarkan hasil interpretasi data
geolistrik bahwa pada titik sounding 1,2,3,4,7 dan 8 tersusun oleh batuan alluvial yang terdiri
dari lempung, batupasir, pasirlempungan dan kerikilpasiran yang merupakan akiufer pada CAT
Gorontalo. Pada titik sounding 6 dan titik 8 tersusun oleh batugamping dan granit yang sebagai
batuan induk. Arah aliran muka airtanah berasal dari perbukitan bagian utara Kota Gorontalo
sebagai daerah Recharge Area.
Kata Kunci : Geologi, Geolistrik, akuifer, Airtanah.
1. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi airtanah
terbesar yakni pada 224 cekungan
airtanah (groundwater basin), dengan
potensi cadangan sebesar 4,7 milyar
m³/tahun (Soetrisno, 1993). Air hujan
menjadi faktor penting sebagai imbuhan
airtanah. Karakteristik Indonesia yang
beriklim tropis memiliki keadaan
musim hujan dan musim kemarau yang
telah diteliti oleh Oldeman dan Frere
(1982).
Perkembangan jumlah penduduk
Kota Gorontalo rata-rata 1,2 % pertahun
dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir dan penggunaan lahan yang
Refarat, 2015
dibedakan atas lahan sawah seluas
1.013 Ha, lahan kebun 695 Ha, lahan
pekarangan seluas 452 H dan
penggunaan lainnya seluas 39,74 Ha.
(BPK-RI Provinsi Gorontalo, 2014).
Seiring dengan perkembangan dan
pembangunan daerah Kota Gorontalo
maka pertumbuhan penduduk dan
pembangunan sektoral dalam hal ini
pemukiman, pertanian, industri, dan
fasilitas perekonomian mendorong
meningkatnya pemanfaatan air bersih.
Sehubungan dengan peningkatan
pertumbuhan
penduduk
dan
pembangunan sektoral serta agar
keberlanjutan perekonomian didukung
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
oleh ketersediaan sumberdaya air di
wilayah Kota Gorontalo, sehigga sangat
perlu dilakukan pemetaan air tanah
dengan menggunakan Geolistirik yang
merupakan metode geofisika.
Tujuan dari penelitian ini ialah
mengetahui kondisi geologi dan
memetakan
akuifer
dengan
menggunakan metode Geolistrik pada
daerah Kota Gorontalo.
Manfaat dari penelitian ini ialah
memberikan informasi mengenai
cadangan airtanah dan posisi
strategis kepada masyarakat dalam
pemanfaatan sumberdaya air di CAT
Kota Gorontalo
Sebagai data sekunder dalam
eksplorasi hidrogeologi lebih detail
Dapat memprediksi arah pencemaran
airtanah melalui arah aliran airtanah
di CAT Kota Gorontalo.
2. TINJUAN PUSTAKA
2.1 Akuifer
Airtanah adalah air yang ada
dibawah permukaan tanah maupun
batuan pada zone jenuh air, dengan
tekanan hidrostatis sama atau lebih
besar daripada tekanan udara. Airtanah
terdapat pada berbagai formasi geologi,
terutama pada akuifer. Akuifer biasa
disebut dengan resevoir airtanah
merupakan formasi batuan yanga dapat
menyimpan dan mengalirkan air.
Faktor yang sangat mempengaruhi
dalam mengontrol kondisi dan distribusi
sistem akifer dalam sistem geologi
yakni litologi, stratigrafi dan struktur
endapan – endapan geologi.
Berdasarkan
hidrodinamiknya
akuifer dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu
akuifer tertekan ( Confined aquifer ),
Refarat, 2015
akuifer bebas (Unconfined aquifer) dan
akuifer bocor ( Leaky aquifer).
Akuifer tertekan
Akfer tertekan merupakan bagan
atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan
yang kedap air atau akuikluk. Akuifer
ini airtanah terletak dibawah lapisan
kedap air dengan mempunyai tekanan
lebih
besar
daripada
tekanan
atmosfirnya.
Gambar 1. Konfigurasi akifer tertekan dan muka
airtanah pada sumur
Akifer bebas
Akifer bebas yang biasa dengan
akifer tidak tertekan umumnya berada
pada kedalam yang relatif dangkal atau
kurang dari 40 dan terdapat lensa –
lensa lempung seringkali membentuk
akifer menggantung. Akifer ini dibatasi
oleh lapisan impermeanel bagian
bawahnya dan bagaiannya tidak
terdapat lapisan penutup.
Gambar 2. Konfigurasi akifer tak
tertekan dan muka airtanah
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Akuifer bocor
Akuifer ini pada umumnya dapat
dijumpai pada daerah lembah aluvial
dan dataran, yang airtanahnya dibatasi
oleh lapisan yang setengah kedap air
atau akuitard.
lapisan saja, hal ini teruram untuk spasi
elektroda yang lebih lebar. Harga
tahanan
jenis
terukur
tersebut
merupakan nilai tahanan jenis semu
(apparent resistivity). (Telford, 1990).
Gambar 4. Tahan jenis semu
Maka persamaan dari tahanan jenis
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Gambar 3. Konfigurasi akifer bocoran dan muka
airtanah pada sumur
2.2 Geolistrik
Geolistrik merupakan metode yang
paling populer dalam menyelidiki
airtanah dari permukaan bumi dalam
bidang hidrogeologi. (Todd, 1980).
Selain itu, geolistrik sangat mudah
dibawa,
mudah
dioperasikan,
pengambilan datanya cepat dengan
biaya murah serta akurasi data yang
dapat dipercaya.
Metode ini menggunakan asumsi
bahwa bumi bersifat homogen isotropis.
Sebagai contoh medium berlapis yang
ditinjau misalnya terdiri dari dua lapis
yang mempunyai resistivitas berbeda
(ρ1 dan ρ2) dianggap sebagai medium
satu lapis homogen yang mempunyai
satu harga tahanan jenis semu ρa,
dengan konduktivitas lapisan fiktif sama
dengan jumlah konduktivitas masimgmasing lapisan, yaitu σa = σ1 + σ2.
(Gambar.4). Oleh karena itu harga
tahanan jenis yang diukur bukan
merupakan nilai tahan jenis untuk satu
Refarat, 2015
..... (1)
Dimana ρa adalah tahanan jenis semu,
K adalah faktor geometri, ΔV adalah
beda potensial antara kedua elektroda
(P1, P2) dan I adalah kuat arus yang
diinjeksikan.
Berdasarkan persamaan (I) dapat
diketahui bahwa nilai tahanan jenis
semu tergantung pada geometri
konfigurasi elektroda yang digunakan
antara lain konfigurasi Schlumberger,
konfigurasi Wenner, konfigurasi dipoledipole dan sebagainya.
Gambar 5. Instrumen geolistrik sounding
(Bahri, 2005)
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Tabel 1. Nilai Resitivitas materila –
material bumi (Telford, 1990).
2.3 Cekungan Airtanah
Cekungan airtanah merupakan suatu
wilayah
yang
dibatasi
oleh
hidrolgeologis, dimana terdapat proses
pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan
airtanah berlangsung yang merupakan
proses
kejadian
hidrogeologis.
Cekungan airtanah merupakan salah
satu contoh dari sistem geomorfologi.
(Gregory dan Walling , 1973).
Pendapat Boonstra dan Ridder
(1981) menjelaskan bahwa pada suatu
cekungan airtanah mengalami proses
hidrologi yang berlangsung secara terus
menerus.
Faktor
litologi
sangat
menentukan terhadap kecepatan proses
perkolasi air permukaan. Keterdapatan
endapan aluvial merupakan ciri utama
litologi suatu cekungan airtanah. Todd
(1980), berpendapat bahwa cekungan
airtanah merupakan suatu satuan
hidrogeologi yang terdiri dari satu atau
beberapa bagian akuifer yang saling
berhubungan membentuk suatu system
dan dapat berubah akibat perubahan
lingkungan.
Batas hidrologi ditentukan oleh batas
geologi dan batas hidrologi yang bisa
menjadi
batas
suatu
wilayah
berdasarkan kesepakatan Internasional.
Refarat, 2015
Batas geologi pada cekungan air tanah
yang terdiri dari atas batuan kedap air
atau lapisan dengan kelulusan rendah,
struktur geologi, pelapisan batuan kedap
air dengan batuan lulus air ; dan batas
hidrologi pada cekungan airtanah yang
terdiri dari atas airtanah permukaan
berupa permukaan air laut danau, dan
sungai.
Cekungan air tanah tidak selalu
berbentuk cekungan akan tetapi lapisan
akifer (lapisan batuan yang menyimpan
dan mengalirkan air) yang mendatar,
miring, terlipat atau terpatahkan.
Skiklus hidrologi juga mempunyai
peran penting dalam penyediaan
airtanah, dimana air permukaan
mengalami
penguapan mengalami
kondensasi kemudian menjadi air hujan
yang turun kepermukaan bumi menjadi
airtanah permukaan dan menjadi
airtanah dalam. Siklus ini menjadi
pendukung terhadap airtanah untuk
mendapat air yang kemudian meresap
kedalam tanah serta batuan (bedrock
recharge) memiliki peran penting dalam
penyediaan air. Banyaknya sumursumur dalam (wells) yang berperan
menyadap airtanah dari berbagai akifer
yang ada menjadi
tanda daerah
pelapasan
dengan
masing-masing
dibatasi oleh lapisan kedap air berupa
lempung. CAT Gorontalo berdasarkan
Peta Cekungan Air Tanah Provinsi
berdasarkan
konduktivitas
dan
transmisivitas serta litologi penyusunan
dapat dibagi menjadi 2 bagian yakni
bagian tepi cekungan (Selatan dan
utara) diserta bagian tengah cekungan
yang terdapatnya danau Limboto yang
diperkirakan muncul akibat Sesar
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Gorontalo. Bagian tengah cekungan
tersusun atas litologi endapan danau dan
bagian Utara; selatan tersusun oleh
batuan Gamping ( T. Pandi. dkk 1997).
Kedua
litologi
pada
umumnya
diperkirakan merupakan akuifer baik.
Gambar 6. Peta Cekungan Airtanah Provinsi Gorontalo
3. METODE
Metode yang dilakukan pada
penelitian ini ialah melakukan survey
geologi dan bawah permukaan. Adapun
beberapa tahapan yang dilakukan pada
metode ini ialah :
3.1 Tahap Pengambilan Data
Awal tahap pengamibilan data
lapangan
yang
dilakukan
ialah
melakukan survey geologi dengan skala
1:50.000 yaitu data geomorfologi,
litologi, dan struktur geologi.
Ini bertujuan untuk mengetahui
morfologi dan batuan penyusun serta
struktur geologi yang berkerja pada
daerah
penelitian.
Selanjutnya
dilakukan pengukuran sumur warga,
mengambil data koordinat
dengan
menggunakan GPS Oregon 550 elevasi,
dan tinggi muka airtanah. Data sumur
yang telah diambil sebanyak 200 titik
Refarat, 2015
Gambar 7. Diagram Alir Penelitian
sumur yang menyebar di setiap
kecamatan yakni kecamatan Kota barat,
Kota Timur, Kota Selatan, Kota engah,
Kota Utara, Sapitana dan Dungingi.
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Pengambilan
data
geolistrik
dilakukan pada 8 titik pengamatan yang
dibagai
menjadi
3
penampang.
Penampang 1 terdiri dari 3 titik
sounding yaitu titik 1, 5 dan 7 yang
berada ditengah, penampang 2 terdiri
dari 3 titik sounding yaitu titik 2, 6 dan
7 yang berada di bagian barat serta
penampang 3 terdiri dari 4 titik
sounding yaitu titik 5, 4, 3 dan 8. Alat
geolistrik yang digunakan ialah
Resistivity meter IPMGEO 4100
dengan
menggunakan
konfigurasi
Schlumberger.
Konfigurasi ini
membutuhkan 4
buah elektroda, 2 buah elektroda
(C1,C2) digunakan sebagai penginjeksi
arus (I) dan 2 elektroda (P1,P2) sebagai
penerima tegangan (V) yang dihasilkan.
Jarak antara dibuat sesuai konfigurasi
Schlumberger (Gambar 7) dengan
urutan C1, P1, P2, C2 dengan panjang
bentangan 200 m.
Gambar 8. Konfigurasi Schlumberger
3.1 Pengolahan data
- Pengolahan data geologi
Interpretasi kelurusan morfologi
untuk mengetahui pola kelurusan yaitu
berupa arah rekahan – rekahan yang
bekerja daerah penelitian. Dimana data
kelurusan diolah dengan menggunakan
diagram roset sehingga menghasilkan
peta pola kelurusan. Selanjutnya
membagai satuan morfologi dareah
penelitian, dimana morfologi tersebut
sangat berpengaruh terhadap sistem
hydrologi
(Gregory dan Walling,
1973).
Refarat, 2015
Pengurutan stratigrafi dilakukan
setelah
membagi
satuan
batuan
sehingga dapat mengetahui batuan
penyusun
dan penyebaran batuan
daerah penelitian urutan umur batuan.
Pengolahan data struktur berupa sesar
dan
kekar
dilakuaan
dengan
menggunakan metode stronet sehingga
dapat menentukan jenis sesar dan arah
tegasan utama yang bekerja pada daerah
tersebut.
Dari berbagai macam data diatas
dapat dituanggkan dalam bentuk peta
geologi.
- Pengolahan data sumur
Pengolahan data sumur warga
mengenai posisi dan tinggi muka
airtanah dilakukan interpolasi dengan
menggunakan Softwere Surfer 11, untuk
mengetahui arah penyebaran dari muka
airtanah.
- Pengolahan data geolistrik
Data
yang
didapatkan
dari
pengukuran kemudian diolah dengan
softwere IP2win, dengan memasukan
nilai arus (I) dan nilai beda potensial
(ΔV) serta jarak spasi elektroda (a)
dimasukan kedalam tabel softwere
IP2win, sehingga hasil berupa tampilan
grafik dan nilai tahanan jenis batuan
(ρa) lapisan bawah permukaan secara
vertikal. Pada pengolahan data tersebut
perlu dilakukan koreksi data dengan
melakukan inversi hingga didaptkan
kesalahan (error) paling kecil. Proses
tersebut bertujuan untuk mengetahui
masing –masing lapisan dari harga
tahan jenis.
Selanjutnya, kegiatan interpretasi
dari setiap harga tahanan jenis sehingga
menggambarkan
geologi
bawah
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
permukaan, serta dapat menentukan
zona akuifer, kemudian diolah dengan
softwere Surfer 11 yang akan
menggambarkan 3D lapisan akuifer.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Daerah Penelitian
Hasil orientasi kelurusan morfologi
dengan menggunakan diagram rose
dimana data yang didapatkan sebanyak
1.639
data
kelurusan
serta
memperliahatkan di daerah penelitian
memiliki kelurusan dominan berarah
NE (0°- 10°). Dari hasil orientasi
kelurusan dapat menjadi dasar sebagai
penentuan
arah
dari
bentangan
geolistrik yakni NW-SE. (Gambar. 13)
Berdasarkan interpretasi morfologi
bahwa derah penelitian terbagi menjadi
2 satuan geomorfologi yaitu (1) Satuan
Bentangalam Pedataran : Satuan ini
memiliki ciri topografi yang relatif datar
dengan presentase kemiringan lereng
berkisar antara 0 – 2 % atau 1 – 5°
dengan beda tinggi kurang dari 5 meter.
Proses morfogenesa
morfologi ini
dipengaruhi
oleh
proses fluviatil
(aktivitas sungai), marine (aktivitas
laut) dan lakustrin (aktivitas danau).
(2) Satuan Bentangalam Perbukitan :
Kenampakan
dari
satuan
ini
digambarkan oleh pola kontur yang
agak rapat dan dengan lereng yang
agak curam. Sudut lereng berkisar
antara 14 - 55% atau sekitar 25 55°dengan beda tinggi 75 - 500 meter.
Kondisi geomorfologi termasuk
aspek dalam kajian airtanah Verstappen
(1977,1983) dan Sutikno (1989). Satuan
bentangalam pedataran yang dominan
memiliki relief datar mencerminkan
Refarat, 2015
airtanah terkumpul pada satuan
morfologi tersebut.
Satuan Bentangalam Perbukitan
memiliki
topografi
lebih
tinggi
mencerminkan bahwa arah gerakan
airtanah mengalir kebagian lebih rendah
dalam hal ini menuju Satuan
Bentangalam Perbukitan.
Bentangalam Pendataran
Kota gorontalo dan CAT
Gorontalo
Jajaran Perbukitan dan
Pegununan Tilongkabila
Bentangalam Perbukitan
Foto 1. Kenampakan Morfologi Kota
Gorontalo dan CAT Gorontalo, arah foto utara
4.2. Stratigrafi Daerah Penelitian
Kesebandingan dilakukan terhadap
peta
geologi
regional
Lembar
Kotamubagu skala 1: 250.000 (Apandi,
T. dan Bahri. S, 1997).
Berdasarkan hal tersebut pembagian
stratigarfi daerah penelitian terbagi atas
4 satuan stratigrafi dari batuan yang
paling tua sampai sampai yang paling
muda yaitu :
1. Satuan Granit
Satuan ini merupakan satuan batuan
yang tertua pada daerah penelitian
dengan menempati sekitar 20 % dari
dari luas daerah penelitian, serta
singkapan ini dijumpai di daerah
donggala, tenda, dan daerah pantai
selatan. Ciri – ciri batuan ini berwarna
putih sampai abu-abu, mengalami
pengkekaran, berwarna kuning – coklat
jika mengalami pelapukan, tekstur
faneritik – porfiritik, bentuk kristal
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
euhedral – subhedral, dan kandungan
mineral terdiri dari Quarzt, orthoklas,
biotite, horblende dan terdapat mineral
sekunder epidot.
2. Satuan Breksi Vulkanik
Satuan ini menempati 15 % dari luas
wilayah
daerah
penelitian
dan
singkapan satuan ini dapat dijumpai
Leato bagian timur dan Tanjung
keramat. Ciri – ciri batuan ini berwarna
hitam – coklat, berfragmen polimik
andesit dan basalt, ukuran butir dari
kerikil – boulder, matriks pasir kasar –
halus, tersemenkan oleh silika. Satuan
ini diterobos oleh Satuan Granit, dan
breksi diperkirakan berumur Pliosen –
Plistosen.
3. Satuan Gamping Koral
Satuan ini menempati 10 % dari luas
wilayah daerah penelitian dan satuan ini
dapat dijumpai di daerah Benteng
otanaha, tenilo dan sekitar batutonuo.
Ciri – ciri batuan ini berwarna putih,
terdiri dari batugamping terumbu dan
batugamping klastik, nampak fosil
molusca dan terumbu koral. Satuan ini
diendapakn pada laut dangkal yang
berumur Quarter.
4. Satuan Endapan Alluvial
Satuan ini menempati 10 % dari luas
wilayah daerah penelitian dan satuan ini
dapat dijumpai di daerah Benteng
otanaha, tenilo dan sekitar batutonuo.
Ciri – ciri batuan ini berwarna putih,
terdiri dari batugamping terumbu dan
batugamping klastik, nampak fosil
molusca dan terumbu koral. Satuan ini
diendapakn pada laut dangkal yang
berumur Quarter.
Foto 2. Singkapan Satuan Granit
daerah Leato Selatan
Foto 3. Singkapan Satuan Breksi
Vulkanik
Foto 4. Singkapan Gamping Koral
Foto 5. Singkapan Endapan Alluvial
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
4.3 Struktur Geologi
Struktur geologi dari hasil analisis
serta kesebandingan dengan Peta
geologi regional lembar Kotamubagu 1
: 250.000 ( Apandi, T. dan Bachri. S,
1997) bahwa struktur geologi daerah
penelitian terdiri dari sesar dan kekar
yang mempunyai orientasi berbeda
sebagai berikut :
2. Sesar Naik Leato
Foto7. Kenampakan sesar naik leato
1. Sesar Turun Leato
Gambar 10 . Kedudukan umum sesar
N 128°E/81° pada streonet
3.
Sesar Turun Buliide
Foto 6 . Kenampakan sesar turun leato dengan
kedudukan umum N 70°E/77°
Gambar 9 . Kedudukan umum sesar
N 70°E/77° pada streonet
Refarat, 2015
Foto 8. Kenampakan sesar turun
buliide
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
4. Kekar Berpasangan
Gambar 11 . Kedudukan umum sesar
N 301°E/69° pada streonet
Foto 9. Kenampakan berpasangan
Gambar 12 . Kedudukan kekar
dan arah tegasan : σ1: 21/329, σ2: 44/81, σ3:39/221
Gambar 13. Peta Densitas Kelurusan Morfologi
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Gambar 14. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian
Gambar 15. Peta Geologi Daerah Penelitian
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
4.4 Muka Airtanah
Secara umum kondisi airtanah
cekungan Gorontalo mengalir dari arah
perbukitan utara menuju kedataran
dibagian tengah. Hal itu berarti bahwa
daerah pengisian (recharge area)
terletak di daerah jajaran perbukitan dan
Pegunungan Tilongkabila. Sementara
daerah pelepasan (discharge area)
didataran
Cekungan
Gorontalo.
Airtanah mengalir dominan melalui
Depth (m)
ruang antar butir (porositas) dan
sebagiannya melalui celah maupun
rekahan.
Berdasarkan data geologi dan
hidrogeologi, akuifer bebas tersebar dari
intermediate slope hingga plains. Muka
airtanah semakin dalam kearah selatan
atau bagian tengah cekungan mengikuti
ketinggian topografi. Airtanah di daerah
Cekungan Gorontalo pada umumnya
tersimpan pada endapan alluvium.
Arah Aliran airtanah
Kontur airtanah
KOTA GORONTALO
Gambar 16.Peta aliran airtanah
4.5 Interpretasi Sistem Hidrogeologi
CAT Gorontalo
Berdasarkan analisis data geolistrik
resistivitas
sounding
konfigurasi
Refarat, 2015
Schlumberger maka kurva
didapatkan sebagai berikut :
yang
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
BAB 5. POTENSI HASIL
Gambar 17. Kurva resistivity saounding titik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 & 8
Dari kurva diatas maka setiap titik
sounding dapat ditentukan jenis lapisan
batuan berdasarkan nilai tahan jenis
serta kedalamnya.
Penampang geolistrik 1 terdiri dari
gabungan antara titik 5, titik 1, titik 7,
penampang geolistrik 2 gabungan antara
titik 6, titik 2, titik 7 dan penampang
geolistrik 3 gabungan antara titik 5, titik
4, titik 3, titik 8. Korelasi dari setiap
penampang
dapat
dilihat
dari
penampang pada gambar 18.
Berdasarkan penampang geolistrik 1,
kedalaman 1,3 m sampai 62,3 m
terdapat zona akuifer bebas pada
Refarat, 2015
litologi pasirlempungan (titik 1) dan
kerikilpasiran (titik 7) tetapi pada titik 5
tidak terdapat zona akuifer karena
tersusun atas litologi granit. Penampang
geolistrik 2, kedalaman 2,13 m sampai
62,3m terdapat zona akuifer bebas pada
litologi pasirlempungan (titik 2) dan
kerikilpasiran (titik 7) dan pada titik 6
terdapat zona akuifer bebas yang
mengalir melalu porositas sekunder
pada litologi batugamping dengan
kedalaman 2 m sampai 30 m.
Penampang geolistrik 3, kedalaman 5,3
m sampai 32,7 m terdapat zona akuifer
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
bebas pada litologi batulempung,
batupasir, dan pasirlempungan tetapi
pada litologi granit tidak terdapat zona
akuifer.
Gambar 18. Penampang Geolistrik 1,2 dan 3
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Berdasarkan
hasil
penampang
geolistrik 1, 2 dan 3 maka dapat dibuat
interpolasi seluruh titik sounding
dengan menggunakan Softwere Surfer
11 yang menggambarkan litologi bahwa
permukaan sehingga menghasilkan peta
model 3 D akuifer Kota Gorontalo.
Bentuk lahan
Perbukitan
Kota Gorontalo
Bentuk lahan
Pedataran
Gambar 19. Model 3 D konseptual lapisan akuifer Kota Gorontalo berdasarkan
penampang geolistrik.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan
studi
geologi,
hidrologi, dan geolistrik bahwa
hasilnya sangat berkaitan erat.
Satuan bentang alam pedataran
mencirikan batuan endapan alluvium
yang
terdiri
dari
lempung,
pasir,pasirlempungan
dan
kerikilpasiran
yang
merupakan
indikasi bahwa airtanah dangkal
(lapisan akuifer bebas) dan satuan
bentang alam perbukitan mencirikan
batuan yang lebih resisten berupa
granit dan batugamping. Aliran
airtanah pada daerah peneltian
Refarat, 2015
merupakan pengisian airtanah dari
bagian utara yang terkumpul tepat di
tengah wilayah Kota Gorontalo.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Gunawan Handayani,2004.
Penerapan Metode Geolistrik
Konfigurasi Schlumberger untuk
Menentukan
Tahanan
Jenis
Batubara. Institut Teknologi
Bandung (ITB). Bandung.
Bayu A. Sadjab, As’ari, Tanauma A.
2012. Pemetaan Akuifer Air
Tanah
Disekitar
Candi
Prambanan Kabupaten Sleman
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Daerah Istimewa Yogyakarta
Dengan Menggunakan Metode
Geolistrik
Tahanan
Jenis.
UNSRAT. Manado.
Badan
Geologi.
2013.
Peta
Cekungan air tanah Provinsi
Gorontalo.
Bahri, 2005. Hand Out mata Kuliah
Geofisika Lingkungan dengan
topik
Metode
Geolistrik
Resistivitas, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS,
Surabaya.
Gregory, K.J. and Walling, D.E.
1973. Drainage Basin Form and
Process. Fletcher and Son Ltd.
Norwich.
Nurliana L, Widodo. L E. 2009.
Potensi Imbuhan dan Imbuhan
Airtanah Cekungan Airtanah
Bandung. ITB, Bandung
Puradimaja D.J.2006. Hidrogeologi
kawasan gunungapi dan karst di
Indonesia. ITB. Bandung
Purnama Ig. S, Sulwasono B.2006.
Pemanfaatan Teknik Geolistrik
untuk mendeteksi persebaran
airtanah asin pada akuifer bebas
dikota
surabaya.
UGM.
Jogyakarta
S. Bahcri , T. Pandi, Sukido dan N.
Raman serta, 1997. Peta Geologi
Regional Lembar tilamuta dan
Lembar Kotamubagu, Sulawesi
Telford, W. M., Geldart, L. P., dan
Sherif, R. E., 1990. Applied
Geophysics,
Cambridge
University Press, New York.
Refarat, 2015
Todd, D.K, 1980. Groundwater
Hydrology. John Wiley & Sons,
New York.
Verstappen, H.Th and Van Zuidam,
R.A.1968.
System
of
Geomorphological Survey. ITC.
Delf.