MAKALAH FAKTOR MANUSIA DAN PENCEGAHAN KE

MAKALAH FAKTOR MANUSIA DAN PENCEGAHAN KESALAHAN
DITEMPAT KERJA

TEORI REASONEDACTION

OLEH :

DEWI YOSDARTI

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
YAYASAN HANGTUAH
PEKANBARU
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini saya buat guna
memenuhi tugas dari dosen. Makalah ini membahas tentang “TEORI REASONED
ACTION”, semoga dengan makalah ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.
Saya mengetahui makalah yang saya susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari
itu saya masih mengharapkan kritik dan saran, karena kritik dan saran itu dapat membangun

saya dari yang salah menjadi benar. Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita, akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

i

DAFTAR ISI

TEORI REASONED ACTION................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2

RUMUSAN MASALAH..............................................................................................1

1.3

TUJUAN PENULISAN................................................................................................1


TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................2
2.1
Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang
Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour ).....................................................................2
2.1.2 SIKAP........................................................................................................................4
2.1.2 NORMA SUBJEKTIF...............................................................................................6
2.1.3 KONTROL PERILAKU YANG DIRASAKAN......................................................7
2.1.4 NIAT..........................................................................................................................8
2.1.5 PERILAKU................................................................................................................9
2.2

Aplikasi Theory Planned Behaviour.........................................................................11

PENUTUP...............................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
4.2 Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik.
Keberagaman dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk meneliti tentang
perilaku manusia. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang determinan perilaku
manusia. Dalam teori-teori tersebut para ahli memaparkan pendapatnya tentang bagaimana
suatu perilaku terbentuk dan faktor apa saja yang mempengaruhi.
Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori
Skiner ini dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon). Namun dalam
kenyataan, stimulus yang diterima oleh organisme tidak selamanya mampu menghasilkan
perilaku, ada beberapa faktor lain yang berperan dalam munculnya perilaku, salah satunya
adalah adanya niat untuk berperilaku tertentu dari suatu individu. Niat itu sendiri juga tidak
akan muncul tanpa adanya determinan yang mempengaruhi. Teori ini dijelaskan oleh Atzen
dalam teorinya yang dikenal dengan Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang
Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour ). Teori ini menghubungkan keyakinan
(beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention)dan perilaku. Dalam makalah ini akan dibahas
lebih dalam mengenai teori tersebut untuk mengetahui bagaimana perilaku muncul karena
adanya niat dari orang tersebut

1.2

RUMUSAN MASALAH
 Apa itu Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang
Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ) ?
 Bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan ?

1.3

TUJUAN PENULISAN
 Mengetahui Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku
Yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ) ?
 Mengetahui bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku
kesehatan ?
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang

Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour )
Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 . Teori
ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar
dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen menyatakan
bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak
dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan
atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama
berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan
pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms).
Theory of Reasoned Action (TRA) atau Behavioral Intention Theory dari Ajzen dan
Fishbelin masih relatif baru, dan kurang banyak digunakan dan kurang banyak dikenal .
Model ini menggunakan pendekatan kognitif, dan didasari ide bahwa “…humans are
reasonable animals who, in deciding what action to make, system atically process and utilize
the information available to them…” .Theory of Reasoned Action (TRA) merupakan teori
perilaku manusia secara umum : aslinya teori ini dipergunakan di dalam berbagai macam
perilaku manusia, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan social-psikologis,
kemudian makin bertambah digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan
dengan perilaku kesehatan.
Teori


ini

menghubungkan

keyakinan (beliefs),

sikap (attitude),

kehendak/intensi (intention), dan perilaku(behavior). Untuk mengetahui apa yang akan
dilakukan seseorang, cara terbaik untuk meramalkannya adalah mengetahui intensi orang
tersebut.
Theory of Reasoned Action (TRA)
Intensi ditentukan oleh sikap dan norma subyektif. Komponen pertama mengacu pada
sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari
perilaku tersebut (outcome of the behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya
konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding the

outcome). Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma-norma subyektif. Norma
sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan
orang-orang yang dianggapnya penting (referent person) dan motivasi seseorang untuk

mengikuti pikiran tersebut.
Contoh : orang tua mempunyai harapan tentang keikut sertaan dalam program ini
imunisasi bagi anak-anaknya. Mereka mungkin percaya bahwa imunisasi melindungi
serangan-serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan rasa sakit atau tidak enak
badan dan juga mahal (kerugian). Orang tua akan mempertimbangkan mana yang lebih
penting antara perlindungan kesehatan atau tangisan, mungkin anak panas dan mengeluarkan
uang.
Pertanyaan yang sering muncul ialah atas dasar apa seseorang mempunyai keyakinan
dan norma sosial? Pertanyaan ini mencakup peran variabel eksternal, seperti variabel
demografis, jenis kelamin, usia, yang tidak muncul secara langsung dalam ‘theory of
reasoned action’. Menurut Fishbein & Middlestadt variabel ini bukannya kurang penting,
tetapi efeknya pada intensi (kehendak) dianggap diperantai oleh sikap, norma subyektif, dan
berat relatif dari komponen-komponen ini.
Keuntungan teori ini adalah member pegangan untuk menganalisa komponen perilaku
dalam item yang operasional. Bagaimana sejumlah pencegahan harus dipertimbangkan
supaya model ini dipergunakan dengan tepat. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian
perilaku yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali seseorang. Artinya bahwa
perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasikan secara jelas. Tuntutan ini memerlukan
pertimbangan mengenai tidakan (action), sasaran (target), konteks (context), waktu (time).
Lebih lanjut, sebuah konsep penting dalam teori ini ialah fokus perhatian (salience).

Istilah ini mengacu intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan
kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan. Hal ini
berbeda dari dari perilaku populasi yang satu ke populasi yang lain. Ini mengacu pada norma
nilai dan norma-norma dalam kelompok sosial yang diselidiki, sebagai indikator penting
untuk memprediksikan perilaku yang akan diukur.
Dengan menggunakan model Fishbein, dapat dikatakan yang penting bukankah
budaya itu sendiri, tetapi cara budaya mempengaruhi sikap, intensi dan perilaku.
Banyak penelitian di bidang sosial yang sudah membuktikan bahwa Theory of
Reason Action ( TRA ) ini adalah teori yang cukup memadai dalam memprediksi tingkah
laku. Namun setelah beberapa tahun, Ajzen melakukan meta analisis, ternyata didapatkan
suatu penyimpulan bahwa Theory Reason Action ( TRA ) hanya berlaku bagi tingkah laku

yang berada di bawah kontrol penuh individu karena ada faktor yang dapat menghambat atau
memfalisistasi relisasi niat ke dalam tingkah laku. Berdasarkan analisis ini, lalu Ajzen
menambahkan suatu faktor yang berkaitan dengan control individu, yaitu perceived behavior
control ( PBC ). Penambahan satu faktor ini kemudian mengubah Theory of Reason
Action ( TRA ) menjadi Theory of Planned Behaviour ( TPB ).
Berdasarkan Teori Perilaku yang Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour ), niat
merupakan fungsi 3 determinan, yang satu bersifat personal, kedua merefleksikan pengaruh
sosial dan ketiga berhubungan dengan isu kontrol. Berikut akan dibahas lebih rinci mengenai

variabel – variabel utama dari Theory of Planned Behaviour, yaitu sikap, norma subjektif,
control perilaku yang dirasakan, niat dan perilaku.
2.1.2 SIKAP
Menurut Alport sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon
terhadap suatu objek dalam bentuk rasa suka atau tidak suka. Sikap merupakan
kecenderungan untuk mengevaluassi dengan beberapa derajat suka ( favor ) atau tidak suka
( unfavor ), yang ditunjukan dalam respon kognitif, afektif, dan tingkalh laku terhadap suatu
objek, situasi, institusi, konsep atau orang / sekelompok orang.
 Komponen sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif,
komponen afektif, dan komponen konatif.
1. Kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap. Mam menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan,
dan stereotype yang dimliki individu mengenai sesuatu. Contohnya adalah sikap profesi
medis. Percaya bahwa profesi medis seperti dokter dan perawat berhubungan dengan
kepercayaan yang tidak profesional, tidak berkualifikasi baik, hanya berorientasi pada uang
adalah beberapa contoh kepercayaan negatif yang dipikirkan seseorang yang kemudian akan
mengarahkan orang tersebut pada akhirnya memiliki sikap yang negatif terhadap profesi
medis, demikian juga sebaliknya jika ia memiliki kepercayaan yang positif.

2. Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam

sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh –
pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Apabila diaplikasikan pada contoh
sikap terhadap profesi medis diatas, seseorang yang memiliki perasaan jijik terhadap profesi
medis dan apa yang dikerjakannya akan melahirkan sikap yang negatif pada orang tersebut,
demikian sebaliknya jika ia memiliki perasaan positif, maka ia juga akan memiliki sikap
positif pada profesi medis.
3. Konatif ( Tingkah Laku )
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan
dengan objek sikap yang dihadapinya. Jika diaplikasikan pada contoh sikap diatas, seseorang
yang memiliki sikap positif pada profesi medis jika orang tersebut menyatakan kesediannya
untuk memberikan sumbangan pada pembangunan rumah sakit baru, bersedia mengunjungi
dokter, dan lainnya.
Individu akan merasa nyaman kalau ketiga komponen tersebut bersesuaian atau
harmoni. Jika tidak ada kesesuaian berarti terjadi disonansi, yang menyebabkan konsumnen
merasa tidak nyaman dan tidak enak.

 Pengukuran Sikap
Berdasarkan Theory of Planned Behaviour, sikap terhadap perilaku ditemutukan oleh
adanya belief tentang

konsekuensi

perilaku,

yang

disebut behavioural

belief. Setiap

behavioural belief ini menghubungkan perilaku dengan hasil atau konsekuensi tertentu dari
perilaku.
Menurut Michener, Delamater dan Myers, sikap dipengaruhi oleh :
1. Belief seseorang tentang kemungkinan konsekuensi dari tingkah laku
2. Evaluasi seseorang ( positif atau negatif ) terhadap masing – masing konsekuensi hasil
dari tingkah laku.
Ajzen berpendapat bahwa :“ Seseorang yang percaya bahwa menampilkan perilaku tertentu
akan mengarahkan pada hasil yang positif, akan mempunyai sikap favorable terhadap
ditampilkannya perilaku, sedangkan orang yang percaya bahwa menampilkan tingkah laku
tertentu akan mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan mempunyai
sikap unfavorable”. Hal tersebut juga dapat dirumuskan sebagai berikut :
AB ∞∑ bi ei

Keterangan :
AB = Sikap terhadap perilaku B
bi = belief bahwa menampilkan perilaku B akan menghasilkan i
ei = evaluasi terhadap i
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan metode skala Likert. Skala Likert
ini dirancang untuk mengukur sikap, walaupun kadang – kadang penerapannya juga
dilakukan terhadap hal – hal lain selain sikap. Alat ukur ini terdiri dari 2 skala yaitu :
 Skala untuk mengukur salient beliefyang dimiliki subjek tentang konsekuensi
melakukan perilaku tertentu.
 Skala untuk mengukur evaluasi subjek terhadap konsekuensi melakukan perilaku
tertentu.

2.1.2 NORMA SUBJEKTIF
Menurut Ajzen, norma subjektif merupakan persepsi seseorang terhadap adanya
tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku. Selain itu, Ajzen
juga mendefinisikan norma subjektif sebagai belief seseorang individu atau kelompok
tertentu menyetujui dirinya untuk menampilkan tingkah laku tertentu.
 Peran Norma Subjektif
Untuk melakukan seseuatu yang penting, biasanya seseorang mempertimbangkan apa
harapan orang lain ( orang – orang terdekat, masyarakat ) terhadap dirinya. Namun, harapan
orang – orang lain tersebut tidak sama pengaruhnya. Ada yang berpengaruh sangat kuat dan
ada yang cenderung diabaikan.
Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih memotivasi orang yang
bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, akan lebih menyokong kemungkinan
seseorang bertingkah laku sesuai dengan harapan.
 Pengukuran Norma Subjektif
Menurut Ajzen norma subjektif dapat dirumuskan
SN ∞ ∑ ni mi

Keterangan :
SN = Subjective Norm
ni = Belief normative ( belief seseorang bahwa seseorang atau kelompok yang menjadi
referensi berpikir bahwa ia seharusnya menampilkan atau tidak menampilkan perilaku.
Mi = Motivasi seseorang untuk mengikuti seseorang atau kelompok yang menjadi referensi.
2.1.3 KONTROL PERILAKU YANG DIRASAKAN
Kontrol perilaku yang dirasakan merupakan persepsi seseorang tentang kemudahan
atau kesulitan untuk menampilkan tingkah laku. Persepsi ini merupakan refleksi dari
pengalaman masa lampau individu dan juga halangan atau rintangan untuk menampilkan
tingkah laku.
Sebagaimana sikap dan norma subjektif, control perilaku yang dirasakan juga
merupakan sebuah fungsibelief, yang biasa disebut control belief yang mengacu pada
persepsi pada persepsi seseorang apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas
untuk menunjukkan perilaku. Control belief merupakan belief tentang ada atau tidaknya
faktor – faktor yang mempermudah atau menghambat dalam menampilkan tingkah laku
tersebut tidak hanya didasarkan pada pengalaman masa lalu individu dengan perilaku, tetapi
juga dipengaruhi oleh informasi tidak langsung dari pihak kedua mengenai perilaku, hasil
observasi terhadap pengalaman bertingkah laku teman, serta faktor lain yang dapat
meningkatkan atau mengurangi persepsi individu terhadap kesulitan untuk menampilkan
tingkah laku.
Ajzen berpendapat bahwa “ semakin besar sumber atau kesempatan yang seseorang
pikir untuk menampilkan tingkah laku serta semakin sedikit halangan dan rintangan yang
dapat diantisipasi, maka semakin besar pula persepsi mereka terhadap control untuk
menampilkan perilaku”.
1. Peran Kontrol Perilaku yang Dirasakan
Kontrol perilaku yang dirasakan adalah faktor yang sangat berperan dalam
memprediksi tingkah laku yang tidak berada di bawah control penuh individu tersebut.
Kontrol perilaku yang disarankan berperan dalam meningkatkan terwujudnya niat ke dalam
tingkah laku pada saat yang tepat. Individu bisa saja memiliki sikap yang positif dan persepsi

bahwa orang lain akan sangat mendukung tindakannya tersebut, namun ia mungkin saja tidak
dapat melakukannya karena ia terhambat oleh faktor seperti perasaan tidak mampu untuk
melakukannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun individu memiliki sikap, dan
norma subjektif yang mendukungnya untuk melaksanakan suatu tingkah laku, namun
eksekusi tingkah laku itu sendiri masih bergantung pada faktor kontrol perilaku yang
dirasakan yang ia miliki.
2. Pengukuran kontrol Perilaku yang Dirasakan
Menurut Ajzen, kontrol perilaku yang dirasakan ini dapat diukur secara langsung dengan
memberikan pertanyaan pada individu apakah ia mampu menampilkan suatu tingkah laku
yang diinginkannya atau apakah individu tersebut percaya bahwa ia dapat melakukannya
dengan sepenuhnya di bawah kontrol mereka.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa control belief mengacu pada persepsi seseorang
apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas untuk menunjukkan perilaku.
Berdasarkan hal itu, control perilaku yang dirasakan dapat dirumuskan sebagai berikut :
PBC ∞∑ Ci Pi
Keterangan :
PBC = Kontrol perilaku yang dirasakan
Ci = control belief
Pi = kekuatan faktor I untuk mempermudah atau menghambat dalam menampilkan perilaku.
Kontrol perilaku yang dirasakan diukur dengan menggunakan 2 skala yaitu :
1. Skala yang mengukur control belief subjek yaitu mengenai ada tidaknya faktor yang
menghambat atau mendorong untuk menampilkan perilaku.
2. Skala yang mengukur perceived power yaitu mengenai persepsi individu terhadap
kekuatan faktor – faktor yang ada dalam mendorong atau menghambat
ditampilkannya perilaku.
2.1.4 NIAT
Niat berperilaku menurut Fishbein, Ajzen dan banyak peneliti merupakan suatu
predictor yang kuat tentang bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa niat merupakan predictor yang kuat dari perilaku yang
menunjukkan seberapa keras seseorang mempunyai keinginana untuk mencoba, seberapa
besar usaha mereka untuk merencanakan, sehingga menampilkan suatu tingkah laku.
Berdasarkan Theory of Planned Behaviour tersebut, niat berperilaku ini dilakukan
oleh sikap, nornma subjektif, dan control perilaku yang dirasakan yang dimilki individu
terhadap suatu perilaku. Dari sini niat berperilaku tersebut dapat dirumuskan :
B ~ I = (AB) W1 + (SN) W2 + (PBC) W3
Keterangan :
B = Behaviour
I = Intention
AB = Sikap ( Attitude ) terhadap perilaku
SN = Subjective Norm
PBC = Kontrol perilaku yang dirasakan
W1, W2, W3 = Weight / bobot / skor
Fishbein dan Ajzen mengatakan bahwa seberapa kuat niat seseorang menampilkan
suatu perilaku ditunjukkan dengan penilaian subjektif seseorang ( subjective probability ),
apakah ia akan melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut.
Beberapa ahli juga berpendapat bahwa cara yang paling sederhana untuk memprediksi
apakah seseorang akan melakukan sesuatu adalah dengan menanyakan apakah mereka berniat
atau mempunyai niat untuk melakukannya. Oleh karena itu, niat diukur denagn meminta
seseorrang untuk menempatkan dirinya dalam sebuah dimensi yang bersifat subjektif yang
meliputi hubungan antara individu dengan perilaku.
Berdasarkan hal itu, maka niat dapat diukur dengan cara memberikan beberapa item
pertanyaan yang menanyakan apakah subjek berniat atau tidak berniat untuk melakukan suatu
perilaku.

2.1.5 PERILAKU
Secara etimologis kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi seseorang ( individu )
terhadap rangsangan / lingkungan. Selain itu, perilaku juga merupakan aktivitas yang
dilakukan individu dalam usaha memenuhi kebutuhan. Dari aspek biologis, perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organism atau makhluk hidup yang bersangkutan.
Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Teori Skiner ini dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon).
Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku
kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati atau tidak,
yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Teori Perilaku yang Direncanakan atau Theory Planned Behaviour merupakan salah
satu teori yang menjelaskan tentang perilaku manusia. Theory Planned Behaviour merupakan
pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA).Konstruk yang belum ada
adalah kontrol perilaku yang dipersepsi. Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami
keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata
lain, dilakukannya atau tidak dilakukannya perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan
norma subjektif semata tapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya
yang bersumber pada keyakinannya terhadap control tersebut (control beliefs).
Sebagai aturan umum, semakin baik sikap dan norma subjektif dan semakin besar control
yang dirasakan, semakin besar niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
Model

teoritik

dari

Teori

Perilaku

yang

Direncanakan

(Theory

Planned

Behaviour) mengandung berbagai variabel yaitu :
1. Sikap terhadap perilaku (Attitude Toward Behaviour), yaitu penilaian positif atau negatif
dari perilakutertentu.hal ini ditentukan oleh hubungan kepercayaan terhadap perilaku dengan
hasil dari berbagai perilaku dan sifat lainnya. Ajzen (1991) berpendapat bahwa seseorang
yang percaya menampilkan perilaku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang positif, maka
akan mempunyai sikap favorable terhadap ditampilkannya perilaku, sedangkan seseorang

yang percaya bahwa menampilkan tingkah laku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang
negatif, maka ia akan mempunyai sikap unfavorable.
2. Norma subjektif (subjective norm) adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk
mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (normative belief).
Jika individu merasa bahwa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang dia
lakukan, bukan ditentukan orang lain di sekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan
orang ttentang perilaku yang akan dilakukannya. Fishbein dan Atjen menggunakan
istilah motivation to comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu
mamatuhi pandangan orang lain yang brpengaruh terhadap hidupnya atau tidak. Atzen (1991)
berpendapat bahwa harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih memotivasi
orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, akan lebih menyokong
kemungkinan seseorang bertingkah laku sesuai dengan harapan tersebut. Namun jika harapan
dari orang lain itu lemah, kurang memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi
harapan tersebut, maka orang yang bersangkutan akan mengabaikan harapan orang lain itu.
3. Persepsi kemampuan mengontrol (kontrol perilaku yang dirasakan/Perceived Behaviour
Control), yaitu keyakinan (beliefs) apakah individu pernah melaksanakan atau tidak pernah
melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan
perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia
punya kemampuan atau tidak punya kemampuan untuk melakukan perilaku itu. Semakin
besar kesempatan atau sumber yang seseorang pikir untuk menampilkan tingkah laku serta
semakin sedikit halangan dan rintangan yang dapat diantisipasi, maka makin besar pula
persepsi mereka terhadap control untuk menampilkan perilaku.
4. Niat untuk melakukan perilaku (intention), yaitu kecenderungan seseorang untuk memilih
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana
individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu dan sejauh mana bila dia memilih untuk
melakukan perilaku itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh
dalam kehidupannya. Seseorang yang mempunyai niat berperilaku tinggi, maka seseorang
yang bersangkutan akan melakukan perilaku tersebut. Namun jika seseorang yang
bersangkutan memiliki niat yang rendah, maka perilaku tersebut tidak akan dilakukan atau
terwujud.
5. Perilaku (behavior), yaitu fungsi dari niat yang kompatibel dan tanggapan dari perilaku
dalam control perilaku yang dipersepsi.

2.2

Aplikasi Theory Planned Behaviour
1. PHBS di lingkungan Sekolah Dasar (SD)
2. Sikap
Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya sikap para siswa mengenai PHBS di

lingkungan sekolah, salah satunya adalah pengarahan yang diberikan oleh guru atau
penyuluhan oleh petugas kesehatan. Dari kegiatan semacam itu akan memberikan
pengetahuan terhadap para siswa mengenai apa dan bagaimana PHBS itu (kognitif). Dengan
pengetahuan pengetahuan tersebut akan memunculkan sikap dalam siri para siswa. Sikap
yang muncul pada tiap-tiap siswa pasti berbeda. Sikap tersebut bisa berupa :
 Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya bagaimana
keyakinan dan pendapat atau pemikiran siswa terhadap PHBS.
 Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
Dalam hal ini berarti bagaimana para siswa menilai terhadap PHBS, apakah
merupakan suatu hal yang baik dan bermanfaat, biasa saja atau malah sesuatu yang
tidak berguna.
 Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan komponen
yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk
bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Dalam hal ini siswa akan
berpikir/berancang-ancang untuk menerapkan PHBS.
1. Norma Subjektif
Norma subjektif dalam hal ini berkaitan dengan perilaku warga sekolah yang lain
serta penerapah PHBS di lingkungan keluarga para siswa. Norma subjektif merupakan
adanya pengaruh orang lain atau kelompok terhadap munculnya niat untuk berperilaku
tertentu. Siswa akan melihat bagimana penerapan PHBS oleh warga sekolah tersebut, apakah
PHBS benar-benar diterapkan dengan baik oleh semua pihak atau tidak. Selain itu, kebiasaan
di lingkungan keluarga juga memberikan pengaruh terhadap siswa untuk mau menerapkan
PHBS di sekolah. Saat semua warag sekolah atau sebagian besar warga sekolah
melaksanakan PHBS di sekolah, maka kemungkinan besar seorang siswa juga akan
menerapkannya karena jika tidak, ia akan merasa berbeda dengan lingkungannya. Atau
karena adanya peraturan di rumahnya yang membentuk kebiasaan PHBS terhadap seorang

siswa, maka siswa tersebut akan memiliki kebiasaan PHBS dimanapun dia berada. Dalam hal
ini norma keluarga mempengaruhi kecenderungan berperilaku dari siswa tersebut.
2. Kontrol Perilaku yang Disadari
Kontrol perilaku di sini adalah mengenai penilaian diri atas kemungkinan
dilaksanakannya suatu perilaku tetentu. Dalam hal ini seorang siswa mampu atau tidak
dirinya menerapkan PHBS di sekolah serta mengenai ada tidaknya hambatan yang mungkin
menghalangi siswa tersebut untuk menerapkan PHBS di sekolah. Dalam contoh kasus ini
faktor control perilaku yang disadari menurut kami memberikan pengaruh yang kecil karena
dalam penerapan PHBS, semua siswa pasti mampu melaksanakannya selama ada sikap yang
positif, apalagi didukung dengan norma subjektif yang positif pula. Mengenai hambatannya,
pihak sekolah sebalum membuat komitmen untuk menerapkan PHBS terhadap semua warga
sekolah, tentunya semua persiapan telah dilakukan, seperti sarana dan prasarana, misal
tempat sampah yang memadai, tempat cuci tangan yang layak dan memadai, dan lain-lain.
3. Niat
Niat untuk melakukan sesuatu akan muncul setelah munculnya sikap yang positif, adanya
dukungan normatif yang positif dan adanya kemampuan diri untuk melakukannya. Setelah
seorang siswa merasa bahwa PHBS di sekolah memang baik dan penting untuk diterapkan
karena nanti juga akan berdampak baik bagi dirinya dan lingkungannya, dia juga termotivasi
dari orang-orang sekitarnya, serta merasa mampu untuk melaksanakannya, maka akan
muncul niat dalam diri siswa tersebut untuk menerapkan PHBS di sekolah.
4. Perilaku
Niat yang muncul dalam diri siswa tersebut akan teraplikasi dalam sebuah perilaku, yaitu
perilaku hidup bersih di sekolah.
1. Perilaku Ibu untuk Mengimunisasikan Anaknya di Posyandu Didasari oleh Niat Ibu
Sendiri
2. Niat ibu ini ditentukan oleh :
 Sikap ibu, yakni penilaian ibu tersebut terhadap untung ruginya tindakan yang akan
diambil untuk imunisasi anaknya,
 Norma subjektif, yakni kepercayaan atau keyakinan ibu terhadap perilaku yang akan
diambil, lepas dari orang lain setuju atau tidak setuju.

 Pengendalian diri, yakni persepsi ibu tersebut tentang akibat-akibat yang harus
ditanggung bila anaknya sakit setelah diimunisasi.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang
Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) merupakan suatu teori yang
menjelaskan tentang perilaku manusia. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar
bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala
informasi yang tersedia.
2. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) merupakan bentuk
pengembangan dari Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action).
3. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) / Teori Reasoned
Action (Theory Of Reasoned Action) menjelaskan bahwa perilaku manusia teerbentuk
karena adanya niat dan niat itu sendiri juga memiliki determinan.
4. Faktor pembeda antara kedua teori tersebut adalah pada determinan niat.
Dalam Theory Of Reasoned Action determinan niat terdiri atas dua hal, yaitu sikap
dan norma subjektif sedangkan dalam Theory of Planned Behaviour, Ajzen
menambahkan satu determinan lagi, yaitu control perilaku yang disadari.
5. Salah satu contoh aplikasi teori ini adalah pada penerapan PHBS oleh siswa Sekolah
Dasar. Langkah pertama adalah memunculkan sikap para siswa mengenai PHBS
kemudian membentuk lingkungan normatif yang bisa memberikan efek positif
terhadap para siswa mengenai PHBS. Setelah dua hal tersebut, para siswa akan
melakukan control sikap terhadap dirinya mengenai mampu atau tidak menerapkan
PHBS di sekolah yang jika mereka merasa mampu dan tidak ada hal yang menjadi
penghambat, maka akan muncul dalam diri mereka kemauan untuk menerapkan
PHBS yang akhirnya akan terealisasi dalam perilaku mereka, yaitu perilaku hidup
sehat di sekolah.

4.2 Saran
Dalam menentukan sikap, ada baiknya jika kita lebih berhati-hati karena sikap akan
menentukan perilaku kita. Mempertimbangkan tentang pendapat orang lain dalam
menentukan perilaku memang perlu tapi keputusan untuk melakukan sebuah perilaku tertentu
tetap tergantung pada diri kita. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam
berperilaku adalah kontrol perilaku karena dengan begitu kita akan lebih mengetahui apakah
kita mampu untuk berperilaku sesuai dengan apa yang kita niatkan atau tidak. Kita juga akan
mengetahui halangan atau hambatan yang akan kita hadapi sebagai konsekuensi dari perilaku
yang akan kita lakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.
Shim, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu.
Diterjemahkan oleh Revyani Sjahrial dan Dyah Anikasari. Jakarta : Erlangga.
Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Kumala,

Estidia.

2012.

Diakses

tanggal

4

November

2012.

website:http://www.scribd.com/doc/82897774/laporan-observasi-FGDm

Dikutip

dari