Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata PelajaranIPA dengan Menggunakan Model Make A Match Siswa Kelas IV di SD N 2 Genengsari Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
BAB II
KAJIAN TEORI
2. 1
Pengertian Hasil Belajar
2.1.1 Belajar
Menurut
Robert
M.
Gagne
(dalam
Suprijono,
2009)
mendefinisikan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan
melalui aktifitas. Travers (dalam Suprijono, 2009) belajar adalah proses
menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Menurut Cronbach (dalam
Suprijono, 2009) mengemukakan “learning Is shown by a change is
behavior as a result of experlence” (belajar adalah perubahan perilakju
sebagai hasil dari pengalaman). Menurut Harold Spears (dalam Suprijono,
2009) “Learning is observe, to read, to invite, to try something themselves
to listen, to follow direction” (dengan kata lain, bahwa belajar adalah
mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengarkan dan
mengikuti arah tertentu).
Menurut Geoch (dalam Suprijono, 2009) “Learning is change in
performance as a result of practice” (Belajar adalah perubahan unjuk
kerja sebagai hasil latihan. Menurut Morgan (dalam Suprijono 2009)
“Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result
of past experience” (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman yang lampau.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh pengalaman melalui aktivitas yang menghasilkan perubahan
perilaku yang baru secara keseluruhan dan bersifat permanen.
2.1.2 Hasil Belajar
Menurut Ahmad Susanto (2013) hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar, yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut
5
6
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas
lagi oleh Nawami (dalam K.Brahim 2007) yang menyatakan bahwa hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
sejumlah pengalaman atau akibat yang diperoleh siswa yang mencakup
bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotor setelah melakukan
kegiatan belajar dalam bentuk nilai yang diperoleh melalui tes.
2.1.3 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam
Sejak peradaban manusia, orang telah berusaha untuk mendapat
sesuatu dari alam sekitarnya. Siswa telah mampu membedakan mana
hewan atau tumbuhan yang dapat dimakan. Siswa mulai mempergunakan
alat untuk memperoleh makanan, mengenai api untuk memasak. Semua itu
menandakan
bahwa
siswa
telah
memperoleh
pengetahuan
dari
pengamatan.
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa IPA bermula
timbul dari rasa ingin tahu manusia, dari rasa keingintahuan tersebut
membuat manusia selalu mengamati terhadap gejala-gejala alam yang ada
dan mencoba memahaminya.
Ilmu Pengetahuan Alam, biasanya disingkat IPA, adalah sebuah
mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar
(SD), dan sekolah menegah tingkat pertama (SMP). Namun berbeda pada
istilah yang terdapat di sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan
perguruan tinggi, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan
kelas yang secara khusus lebih menginformasikan untuk membahas ilmuilmu eksakta.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat memberi
berbagai pengalaman pada siswa dengan cara melakukan berbagai
penelusuran ilmiah yang relevan, (Agus. S. Khalimah, 2010). Menurut
7
Powler ( Agus. S. Khalimah, 2010) pembelajaran IPA merupakan
pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah.
Dengan demikian pemebelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
kehidupan sehari-hari.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah mata
pelajaran yang mempelajari alam dan seluruh isinya, IPA identik dengan
kegiatan percobaan yang di dalamnya memuat aspek-aspek perumusan
masalah, perumusan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan
data, dan tahap penyimpulan. Dengan mempelajari mata pelajaran IPA ini
siswa diharapkan mampu untuk mengenal dan memahami kondisi alam
semesta dan isinya secara lebih mendalam, dan siswa juga lebih menjaga
kelestarian alam semesta dan isinya.
2.1.4 Tujuan Mata Pelajaran IPA
Menurut Mulyadi (2001) bahwa tujuan mata pelajaran IPA sebagai
berikut:
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan
keberadaan,
keindahan
dan
keteraturan
alam
ciptaanNya.
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
8
4.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan.
7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Kesimpulan dari tujuan diatas adalah bahwa mata pelejaran
IPA memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan
keberadaanan
mengembangkan
pengetahuan,
pemahaman konsep-konsep, mengembangkan rasa ingin tahu,sikap
positif, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, serta pelajaran IPA dapat meningkatkan kesadaran
untuk menghargai alam, melestarikan lingkungan dan memperoleh
bekal pengetahuan.
2.1.5 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Menurut Mulyadi (2001) ruang lingkup pembelajaran IPA meliputi:
1.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2.
Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
3.
Energi dan perubahannya, meliputi gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4.
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
Kesimpulan dari ruang lingkup diatas adalah bahwa
pelajaran IPA makhluk hidup dan proses kehidupan dan terdapat
benda mati atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, serta
terdapat energi dan perubahan, bumi dan alam semesta.
9
2.1.6 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pendidikan IPA merupakan salah satu aspek penting yang perlu
diajarkan kepada para siswa di sekolah. Ilmu pengetahuan alam itu
sendiri berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis
sehingga
IPA
bukan
hanya
penguasaan
kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prisipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitarnya.
2.1.7 Model Pembelajaran
Menurut Agus Suprijono (2009) model pembelajaran ialah pola atau
rencana yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Trianto (2010) model
pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap
keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran merupakan suatu kerangka yang digunakan dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran
digunakan
oleh
guru
sebagai
pedoman
dalam
melaksanakan
pembelajaran di kelompok.
2.1.7.1 Model Pembelajaran Make A Match
Menurut Agus Suprijono (2009) model pembelajaran merupakan
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran yang di kelas maupun tutorial. Model
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam
model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa
dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
10
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis
tertentu. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkahlangkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan
jabaran dari pendekatan. Pendekatan dapat dijabarkan ke dalam
berbagai metode pembelajaran. Dari, metode, teknik pembelajaran
diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat
pembelajaran berlangsung. Menurut Trianto (2009) suatu model
pembelajaran pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap
keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
pembelajaran.
Menurut Lorna Curran (1994) model pembelajaran Mach A Match
adalah mecari pasangan. Model Make A Match merupakan suatu model
dimana kegiatan pembelajaran siswa melakukan aktivitas menjodohkan
atau mencocokkan baik itu gambar atau kalimat. Namun dilihat dari
penggunaannya media gambar lebih merangsang siswa dalam belajar
karena dengan gambar siswa mudah untuk mengenal dan memahami
bentuk. Model pembelajaran Make A Match merupakan model
pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masingmasing anggota tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan
kesamaan pasangan, misalnya pasangan soal dan jawaban. Guru
membuat kotak undian, kotak pertama berisi soal mencari siswa yang
mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Model ini
dapat digunakan untuk membangkitkan aktifitas siswa belajar dan
cocok digunakan dalam bentuk permainan.
11
2.1.7.2 Tujuan Pembelajaran Make A Match
Menurut Miftahul Huda, M.Pd. (2014 ) tujuan pokok dari Make A
Match dalam proses belajar yaitu sebagai berikut:
1. Pendalaman materi
2. Penggalian materi
3. Edutainment
2.1.7.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Make A Match
Menurut Miftahul Huda (2014) memiliki kelebihan dan kelemahan
pembelajaran kooperatif Make A Match dalam proses belajar mengajar.
Adapun kelebihan dan kelemahan Make A Match adalah:
Kelebihan :
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara
kognitif maupun fisik.
b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
prestasi.
e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk
belajar.
Kelemahan :
a. Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak
waktu yang terbuang..
b. Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan
malu berpasangan dengan lawan jenisnya.
c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak
siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi
pasangan.
12
d. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada
siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.
e. Menggunakan
metode
ini
secara
terus-menerus
akan
menimbulkan kebosanan.
Kesimpulan dari kelebihan dan kekurangan pembelajaran
model Make A Match adalah bahwa kelebihannya dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena adanya unsur
permainan, dan dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang dipelajari dan sebagai sarana melatih
keberanian siswa untuk tampil dan melatih kedisiplinan.
Kelemahannya mengakibatkan waktu yang terbuang banyak,
banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan teman yang
lain, serta banyak siswa yang kurang memperhatikan dan jika
menggunkan
metode
ini
secara
terus-menerus
dapat
mengakibatkan kebosanan.
2.1.7.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Make A Match
Menurut
Lorna
Curran
(1994)
langkah-langkah
model
pembelajaran Make A Match dalam proses belajar mengajar yaitu
sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok. Sebaiknya satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban.
1.
Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
2.
Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
3.
Setiap siswa mencari pasangan mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal maupun jawaban)
4.
Setiap siswa dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktu
dianggap menang.
5.
Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
13
2.2
6.
Mengambil kesimpulan.
7.
Penutup.
Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian relevan yang dilakukan oleh Sri Rejeki penerapan
model Make A Match pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Sengonwetan semester II tahun
ajaran 2009/2010. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V melalui penerapan model Make A Match.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Sengonwetan Kecamatan
Kradenan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Rumusan masalah dari
latar belakang di atas adalah “ apakah penerapan model Make A Match
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester II pada
pembelajaran IPA di SDN 2 Sengonwetan, Kecamatan Kradenan,
Kabupaten Grobogan tahu ajaran 2009/2010”. Model pembelajaran
Make A Match dianggap tepat untuk meningkatkan aktifitas siswa
karena model ini membuat siswa selalu aktif dalam proses belajar
mengajar dan merasa senang. Hasil analisis data dari aktifitas siswa
pada kondisi awal hanya 51%, siklus I mencapai pesentase 75%, dan
siklus ke II dengan persentase 85%. Peningkatan aktifitas siswa
memberi dampak pada peningkatan hasil belajar siswa yaitu pada
ulangan harian siswa pada kondisi awal hanya mencapai rata-rata 66,
siklus I dengan rata-rata 78, dan siklus ke II mencapai rata-rata 88.
Kegiatan mengajar guru juga sangat berperan pada keberhasilan
peningkatan aktifitas dan mhasail belajar siswa persentase kegiatan
mengajar guru pada siklus I mencapai 86% dan pada siklus II mencapai
92%. Peningkatan aktifitas siswa melalui penerapan model pembelajarn
Make A Match akan dapat terlaksana dengan baik jika guru, siswa, dan
kepala sekolah mau menerapkan model-model dalam pembelajaran
khususnya mata pelajaran IPA.
14
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan beberapa teori mengenai pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan Model Make A Match dengan
media gambar, maka terdapat suatu gagasan atau pendapat dari penulis.
Gagasan tersebut bila disajikan dalam bagan akan tampak di bawah ini.
Guru masih
menggunakan
pembelajaran secara
konvensional
Kondisi Awal
Hasil belajar IPA
siswa rendah atau
kurang dari KKM
yang ditentukan
Menggunakan Model
Pembelajaran Make a
Match
Tindakan
Siklus I menggunakan
Model Pembelajaran
Make a Match dalam
pembelajaran IPA
Siklus II menggunakan
Model Pembelajaran
Make a Match dalam
pembelajaran IPA
Melalui Model Pembelajaran Make a Match
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas IV SD Negeri 2 Genengsari
Kondisi Akhir
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan Model Make A
Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV di SD Negeri 2
Genengsari, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan pada mata pelajaran
IPA Semester 2 Tahun 2014/2015.
KAJIAN TEORI
2. 1
Pengertian Hasil Belajar
2.1.1 Belajar
Menurut
Robert
M.
Gagne
(dalam
Suprijono,
2009)
mendefinisikan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan
melalui aktifitas. Travers (dalam Suprijono, 2009) belajar adalah proses
menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Menurut Cronbach (dalam
Suprijono, 2009) mengemukakan “learning Is shown by a change is
behavior as a result of experlence” (belajar adalah perubahan perilakju
sebagai hasil dari pengalaman). Menurut Harold Spears (dalam Suprijono,
2009) “Learning is observe, to read, to invite, to try something themselves
to listen, to follow direction” (dengan kata lain, bahwa belajar adalah
mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengarkan dan
mengikuti arah tertentu).
Menurut Geoch (dalam Suprijono, 2009) “Learning is change in
performance as a result of practice” (Belajar adalah perubahan unjuk
kerja sebagai hasil latihan. Menurut Morgan (dalam Suprijono 2009)
“Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result
of past experience” (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman yang lampau.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh pengalaman melalui aktivitas yang menghasilkan perubahan
perilaku yang baru secara keseluruhan dan bersifat permanen.
2.1.2 Hasil Belajar
Menurut Ahmad Susanto (2013) hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar, yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut
5
6
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas
lagi oleh Nawami (dalam K.Brahim 2007) yang menyatakan bahwa hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
sejumlah pengalaman atau akibat yang diperoleh siswa yang mencakup
bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotor setelah melakukan
kegiatan belajar dalam bentuk nilai yang diperoleh melalui tes.
2.1.3 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam
Sejak peradaban manusia, orang telah berusaha untuk mendapat
sesuatu dari alam sekitarnya. Siswa telah mampu membedakan mana
hewan atau tumbuhan yang dapat dimakan. Siswa mulai mempergunakan
alat untuk memperoleh makanan, mengenai api untuk memasak. Semua itu
menandakan
bahwa
siswa
telah
memperoleh
pengetahuan
dari
pengamatan.
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa IPA bermula
timbul dari rasa ingin tahu manusia, dari rasa keingintahuan tersebut
membuat manusia selalu mengamati terhadap gejala-gejala alam yang ada
dan mencoba memahaminya.
Ilmu Pengetahuan Alam, biasanya disingkat IPA, adalah sebuah
mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar
(SD), dan sekolah menegah tingkat pertama (SMP). Namun berbeda pada
istilah yang terdapat di sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan
perguruan tinggi, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan
kelas yang secara khusus lebih menginformasikan untuk membahas ilmuilmu eksakta.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat memberi
berbagai pengalaman pada siswa dengan cara melakukan berbagai
penelusuran ilmiah yang relevan, (Agus. S. Khalimah, 2010). Menurut
7
Powler ( Agus. S. Khalimah, 2010) pembelajaran IPA merupakan
pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah.
Dengan demikian pemebelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
kehidupan sehari-hari.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah mata
pelajaran yang mempelajari alam dan seluruh isinya, IPA identik dengan
kegiatan percobaan yang di dalamnya memuat aspek-aspek perumusan
masalah, perumusan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan
data, dan tahap penyimpulan. Dengan mempelajari mata pelajaran IPA ini
siswa diharapkan mampu untuk mengenal dan memahami kondisi alam
semesta dan isinya secara lebih mendalam, dan siswa juga lebih menjaga
kelestarian alam semesta dan isinya.
2.1.4 Tujuan Mata Pelajaran IPA
Menurut Mulyadi (2001) bahwa tujuan mata pelajaran IPA sebagai
berikut:
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan
keberadaan,
keindahan
dan
keteraturan
alam
ciptaanNya.
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
8
4.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan.
7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Kesimpulan dari tujuan diatas adalah bahwa mata pelejaran
IPA memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan
keberadaanan
mengembangkan
pengetahuan,
pemahaman konsep-konsep, mengembangkan rasa ingin tahu,sikap
positif, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, serta pelajaran IPA dapat meningkatkan kesadaran
untuk menghargai alam, melestarikan lingkungan dan memperoleh
bekal pengetahuan.
2.1.5 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Menurut Mulyadi (2001) ruang lingkup pembelajaran IPA meliputi:
1.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2.
Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
3.
Energi dan perubahannya, meliputi gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4.
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
Kesimpulan dari ruang lingkup diatas adalah bahwa
pelajaran IPA makhluk hidup dan proses kehidupan dan terdapat
benda mati atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, serta
terdapat energi dan perubahan, bumi dan alam semesta.
9
2.1.6 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pendidikan IPA merupakan salah satu aspek penting yang perlu
diajarkan kepada para siswa di sekolah. Ilmu pengetahuan alam itu
sendiri berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis
sehingga
IPA
bukan
hanya
penguasaan
kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prisipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitarnya.
2.1.7 Model Pembelajaran
Menurut Agus Suprijono (2009) model pembelajaran ialah pola atau
rencana yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Trianto (2010) model
pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap
keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran merupakan suatu kerangka yang digunakan dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran
digunakan
oleh
guru
sebagai
pedoman
dalam
melaksanakan
pembelajaran di kelompok.
2.1.7.1 Model Pembelajaran Make A Match
Menurut Agus Suprijono (2009) model pembelajaran merupakan
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran yang di kelas maupun tutorial. Model
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam
model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa
dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
10
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis
tertentu. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkahlangkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan
jabaran dari pendekatan. Pendekatan dapat dijabarkan ke dalam
berbagai metode pembelajaran. Dari, metode, teknik pembelajaran
diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat
pembelajaran berlangsung. Menurut Trianto (2009) suatu model
pembelajaran pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap
keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
pembelajaran.
Menurut Lorna Curran (1994) model pembelajaran Mach A Match
adalah mecari pasangan. Model Make A Match merupakan suatu model
dimana kegiatan pembelajaran siswa melakukan aktivitas menjodohkan
atau mencocokkan baik itu gambar atau kalimat. Namun dilihat dari
penggunaannya media gambar lebih merangsang siswa dalam belajar
karena dengan gambar siswa mudah untuk mengenal dan memahami
bentuk. Model pembelajaran Make A Match merupakan model
pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masingmasing anggota tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan
kesamaan pasangan, misalnya pasangan soal dan jawaban. Guru
membuat kotak undian, kotak pertama berisi soal mencari siswa yang
mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Model ini
dapat digunakan untuk membangkitkan aktifitas siswa belajar dan
cocok digunakan dalam bentuk permainan.
11
2.1.7.2 Tujuan Pembelajaran Make A Match
Menurut Miftahul Huda, M.Pd. (2014 ) tujuan pokok dari Make A
Match dalam proses belajar yaitu sebagai berikut:
1. Pendalaman materi
2. Penggalian materi
3. Edutainment
2.1.7.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Make A Match
Menurut Miftahul Huda (2014) memiliki kelebihan dan kelemahan
pembelajaran kooperatif Make A Match dalam proses belajar mengajar.
Adapun kelebihan dan kelemahan Make A Match adalah:
Kelebihan :
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara
kognitif maupun fisik.
b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
prestasi.
e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk
belajar.
Kelemahan :
a. Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak
waktu yang terbuang..
b. Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan
malu berpasangan dengan lawan jenisnya.
c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak
siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi
pasangan.
12
d. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada
siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.
e. Menggunakan
metode
ini
secara
terus-menerus
akan
menimbulkan kebosanan.
Kesimpulan dari kelebihan dan kekurangan pembelajaran
model Make A Match adalah bahwa kelebihannya dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena adanya unsur
permainan, dan dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang dipelajari dan sebagai sarana melatih
keberanian siswa untuk tampil dan melatih kedisiplinan.
Kelemahannya mengakibatkan waktu yang terbuang banyak,
banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan teman yang
lain, serta banyak siswa yang kurang memperhatikan dan jika
menggunkan
metode
ini
secara
terus-menerus
dapat
mengakibatkan kebosanan.
2.1.7.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Make A Match
Menurut
Lorna
Curran
(1994)
langkah-langkah
model
pembelajaran Make A Match dalam proses belajar mengajar yaitu
sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok. Sebaiknya satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban.
1.
Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
2.
Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
3.
Setiap siswa mencari pasangan mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal maupun jawaban)
4.
Setiap siswa dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktu
dianggap menang.
5.
Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
13
2.2
6.
Mengambil kesimpulan.
7.
Penutup.
Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian relevan yang dilakukan oleh Sri Rejeki penerapan
model Make A Match pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Sengonwetan semester II tahun
ajaran 2009/2010. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V melalui penerapan model Make A Match.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Sengonwetan Kecamatan
Kradenan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Rumusan masalah dari
latar belakang di atas adalah “ apakah penerapan model Make A Match
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester II pada
pembelajaran IPA di SDN 2 Sengonwetan, Kecamatan Kradenan,
Kabupaten Grobogan tahu ajaran 2009/2010”. Model pembelajaran
Make A Match dianggap tepat untuk meningkatkan aktifitas siswa
karena model ini membuat siswa selalu aktif dalam proses belajar
mengajar dan merasa senang. Hasil analisis data dari aktifitas siswa
pada kondisi awal hanya 51%, siklus I mencapai pesentase 75%, dan
siklus ke II dengan persentase 85%. Peningkatan aktifitas siswa
memberi dampak pada peningkatan hasil belajar siswa yaitu pada
ulangan harian siswa pada kondisi awal hanya mencapai rata-rata 66,
siklus I dengan rata-rata 78, dan siklus ke II mencapai rata-rata 88.
Kegiatan mengajar guru juga sangat berperan pada keberhasilan
peningkatan aktifitas dan mhasail belajar siswa persentase kegiatan
mengajar guru pada siklus I mencapai 86% dan pada siklus II mencapai
92%. Peningkatan aktifitas siswa melalui penerapan model pembelajarn
Make A Match akan dapat terlaksana dengan baik jika guru, siswa, dan
kepala sekolah mau menerapkan model-model dalam pembelajaran
khususnya mata pelajaran IPA.
14
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan beberapa teori mengenai pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan Model Make A Match dengan
media gambar, maka terdapat suatu gagasan atau pendapat dari penulis.
Gagasan tersebut bila disajikan dalam bagan akan tampak di bawah ini.
Guru masih
menggunakan
pembelajaran secara
konvensional
Kondisi Awal
Hasil belajar IPA
siswa rendah atau
kurang dari KKM
yang ditentukan
Menggunakan Model
Pembelajaran Make a
Match
Tindakan
Siklus I menggunakan
Model Pembelajaran
Make a Match dalam
pembelajaran IPA
Siklus II menggunakan
Model Pembelajaran
Make a Match dalam
pembelajaran IPA
Melalui Model Pembelajaran Make a Match
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas IV SD Negeri 2 Genengsari
Kondisi Akhir
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan Model Make A
Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV di SD Negeri 2
Genengsari, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan pada mata pelajaran
IPA Semester 2 Tahun 2014/2015.