Makalah DAN Model Pembelajaran Jigsaw

Makalah Model Pembelajaran Jigsaw
Posted on January 2, 2013 by desykartikaputri
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pendidikan ialah
“homo homoni socius” (pembelajaran gotong-royong) yang menekankan bahwa manusia adalah
makhluk social. Pembelajaran kooperatif terutama tipe jigsaw dianggap sangat cocok di terapkan
di Indonesia karena sesuai dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong
royong.
Model pembelajaran jigsaw adalah suatu tehnik pembelajaran kooperatiff dimana siswa,
bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun
tujuan dari model pembelajaran jigsaw ini mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar
kooperatif, serta menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila
mereka mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning Teknik Jigsaw” bahwa metode
pembelajaran koopertif teknik jigsaw tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada
unsure-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asalasalan. Roger dan David Johnson mangatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
cooperative learning teknik jigsaw.
B. Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sabagai
berikut:
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
Bagaimana langkah-langkah metode jigsaw?
Apa saja kekurangan dan kelebihan dari metode jigsaw?
Apa materi yang cocok untuk diterapkan dengan metode jigsaw?

C. Tujuan
Dalam makalah ini penulis menemukan beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud/pengertian dengan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah – langkah metode pembelajaran tipe jigsaw.
3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan metode jigsaw.
4. Untuk mengetahui materi yang cocok menggunakan metode jigsaw.


BAB II
PEMBAHASAN

1. A.

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw

Pengetian pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikan rupa sehingga tingkah laku siswa menjadi kearah yang lebih baik. Metode
pembelajaran kooperatif tipe jigasaw adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok
dan bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di
Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan temen-teman di Universitas John
Hopkins (Arends, 2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al.sebagai model Cooperative Learning.
Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,berbicara, ataupun
mendengarkan. Dalam Teknik ini, guru memperhatikan skemataatau latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong

dan mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi
belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997 dalam http://matamatika-ipa.com ). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
merupaka tipe model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kapada kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan
harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie,A., 1994).
Para anggota dari tim – tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim
ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada
mereka. Kemudian siswa-siswi itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada
anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.

Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan,
asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal

yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan
menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal.Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan
sebagai berikut (Arends, 2001) :
XX
XX
==
==
++
++
+=
X*
+=
X*
+=
X*

+=
X*
KELOMPOK ASAL

**
**

KELOMPOK AHLI

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing
anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.
Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan
mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan
di kelompok ahli.

1. Langkah – Langkah Metode Jigsaw :
I.

Tahap Pendahuluan


1. Review, apersepsi, motivasi
2. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan
manfaatnya.
3. Pembentukan kelompok.
4. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan siswa yang heterogen.
5. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok.
II.

Tahap Penguasaan

1. Siswa dengan materi/soal yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha
menguassai materi sesuai dengan soal yang diterima.
2. Guru memberikan bantuan sepenuhnya.
III.

Tahap Penularan

1. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.


2. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan denga sungguh-sungguh.
3. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
4. Dari diskusi tersebut siswa memperoleh jawaban soal.
IV.

1. C.

Penutup

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Metode Jigsaw

# Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok
2. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
3. Menerapkan bimbingan sesama teman
4. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
5. Memperbaiki kehadiran
6. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar

7. Sikap apatis berkurang
8. Pemahaman materi lebih mendalam
9. Meningkatkan motivasi belajar
10. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
11. Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
12. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain
13. Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.



Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut.

1. Keadaan kondisi kelas yang ramai,sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran
kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;
2. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan
kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirksn kelompok akan macet
3. Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai
4. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,misal jika ada anggota
yang hanya memboncengdalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
5. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki

dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh
serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik.

1. D.

Evaluasi Materi yang cocok untuk SMP / SMA dengan Metode Jigsaw

Beberapa contoh materi matematika yang cocok di jigsawkan adalah: menyelesaikan sistim
persamaan linier dua peubah ( kelompok ahli 1 mempelajari menyelesaikan dengan eliminasi,
kelompok ahli 2 dengan substitusi, kelompok ahli 3 dengan garis bilangan, kelompok ahli 4
dengan matrik, dll), limit kiri-limit kanan
( kelompok ahli 1 mempelajari limit kiri, yang lain
limit kanan), Luas bangun segi 4 (kel 1 mempelajari belah ketupat, kelompok 2 layang-layang,
kelompok ahli 3 tentang trapezium sama kaki, kelompok ahli 4 trapesium sebarang, dst).
Pemilihan materi tidak hanya didasarkan pada banyaknya sub bab atau sub-sub bab saja
yang mengindikasikan mudah “dibagi-bagi” untuk didiskusikan dalam kelompok-kelompok ahli.
Namun hal penting lain yang tidak boleh dilaupakan bahwa seyogyanya kita tidak memaksakan
1 rangkaian pembelajaran kooperatif, apa saja, dalam satu pertemuan. Masih banyak materi yang
sesuai di-jigsaw-kan. Namun kita harus memeriksanya terlebih dahulu, sehingga tujuan kita

tercapai, bukan sebaliknya menambah bingung siswa.

BAB III
PENUTUP

1. A.

SIMPULAN
1. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekan pada sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu diantara
sesame dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari
dua orang atau lebih.
2. Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ini pada kelas
siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar
heterogen.setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari,menguasai
bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota
kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus
berkerjasama secara cooperative untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
3. Kerangka model pembelajaran jigsaw adalah para anggota dari kelompok asal
yang berbeda,bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk

berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota
kelompok serta membatu satu sama lain untuk mempelajari topic mereka
tersebut.setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali
pada kelompok semula ( asal ) dan berusaha mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok
ahli. Kunci tipe JIGSAW ini adalah interdepensi yang diperlukan dengan tujuan
agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
4. Keuntungan mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan
menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila
mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Sementara untuk
kerugiannya ada beberapa yaitu keadaan kondisi kelas yang ramai, siswa yang
lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai serta
membutuhkan waktu yang lebih lama apabila bila ada pernataan ruang belum
terkondisi dengan baik.
5. Alasan mengapa kami menggunakan model pembelajaran cooperative learning
tipe jigsaw dalam bab Fungsi, Persamaan dan pertidaksamaan Kuadrat karena
tekhik pembelajaran jigsaw dapat diterapkan pada materi pembelajaran yang tidak
berstuktur ( tidak saling berhubungan antara sub-sub materi ). Karena fungsi dan
persamaan kuadratadalah materi yang tidak berstruktur maka kami memilih
materi untuk diterapkan dalam model pembelajaran cooperativelearningtipe
jigsaw.

1. SARAN
1. Guru seharusnya menjelaskan model pembelajaran tipe jigsaw ini dulu kepada
siswa sebelum menerapkannya, agar siswa tidak binggung.
2. Guru harus pandai dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk
diterapkan dalam model ini.

3. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bias melihat
guru/papan tulis dengna jelas, bias melihat rekan-rekan kelompoknya dengan
baik,dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.
4. Model pembelajaran kooperatif tipejigsaw perlu digunakan atau diterepkan karena
suasana positif yang timbul akan membarikan kesempatan kepada siswa untuk
mencintai pelajaran dan sekolah atau guru, selain itu siswa akan merasa lebih
terdorong untuk belajar dan berpikir serta meningkatkan keaktifan.

DAFTAR PUSTAKA

Silberman, Mel. 2010. Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.
http://matematika-ipa.com/pembelajaran-kooperatifmodel-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsawkelebihan-dan-kelemahan-tipe-jigsaw/

http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/24/pembelajaran-dengan-metode-jigsaw.html?m=1

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0651_0805985_chapter2.pdf

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW
UNTUK GURU SD DI IMOGIRI BANTUL
Submitted by admin-fip on Fri, 2011-11-04 10:33

Fakultas Ilmu Pendidikan UNY mengadakan seminar hasil Program Pengabdian kepada
Masyarakat (PPM) belum lama ini. Peserta kegiatan adalah para dosen FIP UNY yang telah
melaksanakan PPM. Dalam acara seminar tersebut para peserta diberikan kesempatan untuk
memaparkan hasil PPM mereka baik yang bersifat kelompok maupun individu. Salah satu dosen
FIP UNY, yaitu Prof. Dr. Anik Ghufron mengemukakan bahwa pendidikan itu harus
mempersiapkan para individu untuk siap hidup dalam sebuah dunia dimana masalah muncul
lebih cepat daripada jawaban dari masalah tersebut, dunia dimana para individu memiliki
ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan secara berkelanjutan untuk menyesuaikan hubungan
mereka dengan dunia yang terus berubah. Tujuan pendidikan harus mengembangkan suatu
masyarakat yang dapat hidup lebih nyaman dengan perubahan daripada dengan kepastian. Untuk
menjawab dan mengatasi perubahan yang terjadi secara terus menerus, alternatif yang dapat
digunakan adalah penerapan berbagai model pembelajaran inovatif, yang mampu meningkatkan
kualitas proses pembelajaran di sekolah. Atas dasar analisa inilah, maka Prof. Dr Anik Ghufron
melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi guru dan pelaksana pendidikan di
Gugus 01 SDN Wukirsari Imogiri Bantul khususnya metode pembelajaran Cooperative
Learning
Tipe
Jigsaw
di
sekolah
dasar.
Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini antara lain memberikan pemahaman kepada
guru tentang pembelajaran yang efektif damn menyenangkan dengan implementasi model
pembelajaran cooperative learningtipe jigsaw, peningkatan kemamapuan guru SD dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi dengan menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw, terimplementasinya model pembelajaran cooperative learning
tipe jogsaw di sekolah dasar sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki.
Model pembelajaran tipe Jigsaw dideskripsikan sebagai strategi pembelajaran dimana siswa
dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang disebut “kelompok asal”. Kemudian siswa juga
menyusun “kelompok ahli” yang terdiri dari perwakilan “kelompok asal” untuk belajar dan/atau
memecahkan masalah yang spesifik. Setelah “kelompok ahli” selesai melaksanakan tugas maka
anggota “kelompok ahli” kembali ke kelompok asal untuk menerangkan hasil pekerjaan mereka
di “kelompok ahli” tadi. Teknik Jigsaw mengkondisikan siswa untuk beraktifitas secara
kooperatif dalam dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Aktifitas tersebut

meliputi saling berbagi pengetahuan, ide, menyanggah, memberikan umpan balik dan mengajar
rekan sebaya. Seluruh aktifitas tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar dimana siswa
secara aktif melaksanakan tugas sehingga pembelajaran lebih bermakna. (zulfa/didik)
Sumber http://fip.uny.ac.id/berita/penerapan-cooperatiee-learningtipe-jigsaw-untuk-guru-sd-di-imogiri-bantul.html

EFEKTIFKAH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
DITERAPKAN DI SEKOLAH DASAR?
Sebelum menjawab pertanyaan terhadap judul post di atas alangkah bagusnya kalau kita terlebih
dahulu menjawab pertanyaan "apa yang dimaksud dengan model pembelajaran jigsaw?".

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara
heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan meteri tersebut
kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diu jicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di
Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John
Hopkins (Arends, 2001:78). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai
metode pembelajaran kooperatif. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca,
menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau
latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan interaksi
aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan belajarnya.
Siswa belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar
menguasai materi yang sedang dipelajari. Keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan
pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa dapat mencapai hasil belajar yang bagus karena

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain . Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan
harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota
dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling
membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang di tugaskan kepada mereka.
Kemudian siswa –siswa itu kembali pada tim atau kelompok asal untuk menjelaskan kepada
anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan
tim ahli.
untuk lebih lengkapnya tentang model pembelajaran jigsaw silakan klik disini
dari pengertian tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di atas dapat disimpulkan
bahwa model kooperatif menuntut keaktifan, kerja sama dan pemahaman siswa yang ekstra agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. selain itu, paham tidaknya siswa tergantung cara
penyampaian dari tim ahi {kelompok ahli). dapat dilihat pada gambar berikut :

untuk dapat menjawab pertanyaan EFEKTIFKAH MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITERAPKAN DI SEKOLAH DASAR? itu sebenarnya
tergantung sekolah, siswa, lingkungan kerja masing-masing. untuk sekolah yang ada di
perkotaan mungkin model jigsaw "efektif" digunakan dalam pembelajaran. tapi menurut
pandangan penulis, di beberapa tempat model pembelajaran jigsaw malah tidak efektif
digunakan dalam pembelajaran. karena dari pengalaman pribadi dan cerita teman sejawat untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di tempat penulis rata-rata siswa masih
menerapkan budaya "malu" untuk berbicara. budaya malu tersebut membuat kegiatan
pembelajaran cenderung kurang aktif yang bertolak belakang dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw yang menuntut siswa untuk aktif. Padahal penulis sebagai guru kelas
sudah mencoba beberapa alternatif agar siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
kemungkinan karena kemampuan guru yang belum profesional dalam melakukan kegiatan
pembelajaran (penulis baru satu tahun menjadi pengajar). atau mungkin juga karena pengaruh
dari lingkungan sehari-hari siswa tersebut.
jadi untuk menjawab pertanyaan EFEKTIFKAH MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITERAPKAN DI SEKOLAH DASAR? jawabannya

adalah tergantung dari beberapa faktor seperti siswa, guru, lingkungan sekolah, dan lingkungan
luar sekolah.
bagi teman-teman yang ingin menambahkan jawaban atas pertanyaan di atas ataupun ingin
membantu penulis untuk membuat siswa menjadi aktif silakan ditambahkan lewat kolom
komentar. terima kasih
Model Pembelajaranku
Menyajikan beberapa model pembelajaran untuk diaplikasikan

Lanjut ke konten
 Beranda
 Tentang
← MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
SINTAK MODEL DISCOVERY LEARNING →

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
Posted on 20 Februari 2016 by Abdul Gofur

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw, secara etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu
gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang
menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola
cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan
cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Model Pembelajaran Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawankawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya.
Menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara
heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada kelompok yang lain. Pendapat tersebut dijelaskan kembali oleh Anita Lie (2004:69)
mengatakan bahwa, Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode
cooperative learning.
Sedangkan menurut Agus Suprijono( 2009: 89 ) Model pembelajaran kooperatif jigsaw
merupakan pembelajaran kooperatif dimana guru membagi kelas dalam kelompok-kelompok
lebih kecil.
Selain itu Yuzar dalam Isjoni (2010: 78) mengatakan, dalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, siswa belajar dengan kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang, heterogen dan
bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Pembelajaran ini dimulai dengan pembelajaran bab atau pokok bahasan, sehingga setiap anggota
kelompok memegang materi dengan topik yang berbeda-beda. Tiap siswa dari masing-masing
kelompok yang memegang materi yang sama selanjutnya berkumpul dalam satu kelompok baru
yang dinamakan kelompok ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggungjawab untuk sebuah
bab atau pokok bahasan. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi
keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan materi
keahliannya kepada teman-teman dalam satu kelompok dalam bentuk diskusi.

Dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada
kelompoknya.( Rusman, 2008.203).
Baca juga artikel ini >>>> Model Pembelajaran

Sintak atau Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran tipe
Jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang
2. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.
3. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan
anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
4.Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik
yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
5.Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk
menguasai topik tersebut.
6.Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing,
kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
7. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi.
8. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah
didiskusikan.
9. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
Lengkapi dengan membaca artikel ini >>>> Model Pembelajaran NHT

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model
pembelajaran koopeartif Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1.Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.

2.Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3.Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
Baca juga artikel ini >>>> Model pembelajaran scramble

Type model pembelajaran jigsaw
Model pembelajaran jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu jigsaw tipe I atau sering
disebut jigsaw dan jigsaw tipe II. Menurut Trianto (2010: 75) model pembelajaran jigsaw tipe II
sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan yang mendasar antara pembelajaran jigsaw I
dan jigsaw II, kalau tipe I awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang menjadi
spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi teman segrupnya.
Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan
read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi exspert.
Baca juga artikel ini

>>>> Model pembelajaran circ

Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan model
pembelajaran jigsaw di lapangan, menurut Roy Killen
adalah :
1.Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajran oleh teman sendiri, ini
akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan
bersama siswa lain.
2.Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada
teman.
3.Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan
biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
4.Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik.
5.Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.

Menurut Doolittle Ada 3 model pembelajaran Jigsaw,
antara lain :
1.Whithin Group Jigsaw
Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari satu bagian persoalan
yang harus dipecahkan kelompoknya, selanjutnya masing-masing harus mengajarkan kepada
anggota lain dalam satu kelompok.

2.Expert Group Jigsaw
Anggota kelompok dari semua kelompok yang mendapat bagian persoalan yang sama berkumpul
menjadi kelompok ahli untuk bersama-sama mempelajari dan memecahkan persoalan tersebut.
Kemudian masing-masing kembali ke kelompok asalnya dan mengajarkan apa yang telah
mereka pelajari pada kelompok ahli tadi.

3.Whole Group Jigsaw
Pada model ini kelompok yang terbentuk pertama kali sudah langsung menjadi kelompok ahli
yang masing-masing mempelajari persoalan yang berbeda dengan kelompok lain. Setelah itu
masing-masing kelompok mengajarkan bagian persoalannya kepada kelompok lain melalui
diskusi atau presentasi.
Demikian artikel singkat tentang model pembelajaran jigsaw