MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERPE

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERPENGARUH
TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V SD
GUGUS SRIKANDI DENPASAR
Md. Delly Praditya Mandala Putra1, I Md. Putra2, I Md. Suara3
1,2,3

Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: Dellypraditya@ymail.com1, Putra_made56@yahoo.com2,
SuaraMade@gmail.com3
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Solving dan
yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Srikandi
Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Metode penulisan yang digunakan adalah
metode kajian pustaka yaitu dengan mengkaji buku-buku yang relevan dengan model

pembelajaran Problem Solving. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu
dengan rancangan penelitian Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Gugus Srikandi berjumlah 327 siswa.
Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas V SD N 10 Sumerta berjumlah 30 siswa dan kelas V SD N 8 Sumerta
berjumlah 33 siswa. Data mengenai hasil belajar PKn dikumpulkan dengan
menggunakan tes objektif. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis statistik uji-t. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
Model pembelajaran Problem Solving dan yang dibelajarkan melalui Pembelajaran
Konvensional pada kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun Ajaran
2013/2014, hal ini dapat dibuktikan thitung = 2,12 > ttabel (α = 0.05, 61) = 2,00, dengan nilai ratarata hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem
Solving 70,67 dan yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional 64,09. Dengan
demikian dapat disimpulkan Model pembelajaran Problem Solving berpengaruh
terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun
Ajaran 2013/2014.
Kata kunci :

Model Pembelajaran Problem Solving, Hasil Belajar PKn


Abstrak

This study aims to determine significant difference PKn groups of students that
learning outcomes students group that learned through Problem Solving and that
learned through conventional teaching in fifth grade elementary school in Denpasar
Srikandi cluster East of the Academic Year 2013/2014. Writing method used is method
literature review that examine relevant books Problem Solving with the learning desing.
This study was a quasi-experimental study the study design Nonequivalent Control
Group Design. The population in this study were all fifth grade students of elementary
school Srikandi cluster totaling 327 students. Samples were taken with a random
sampling technique. The samples in this study were fifth grade elementary school
students N 10 Sumerta Who totaled 30 students and fifth grade elementary school
students N 8 Sumerta Who totaled 33 students. Mathematics laearning outcom data

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
were collected using a objective tests. The data were then analyzed using statistical
analysis techniques t-test. The results showed there are significant differences Civics
learning PKn group of students that learned through learning Problem Solving design
and that learned through Conventional Learning in fifth grade elementary school Force

Srikandi East Denpasar Academic Year 2013/2014, This can be proved t value = 2.12 >
ttable (α = 0.05, 61) = 2.00, with an average value of PKn student learning outcomes learning
model that learned through Problem Solving 70.67 and that learned through learning
Conventional 64.09. It can be concluded Learning Problem Solving design effect on
Civics Student Learning Outcomes fifth grade elementary school Force Srikandi East
Denpasar Academic Year 2013/2014.
Keywords :

Learning

Problem

Solving

PENDAHULUAN
Sistem
pendidikan
di
Indonesia
ternyata

telah
mengalami
banyak
perubahan.
Perubahan-perubahan
itu
terjadi karena telah dilakukan berbagai
usaha pembaharuan dalam pendidikan.
Akibat pengaruh itu pendidikan semakin
mengalami kemajuan. Sejalan dengan
kemajuan tersebut, maka dewasa ini
pendidikan di sekolah-sekolah telah
menunjukkan perkembangan yang sangat
pesat. Perkembangan itu terjadi karena
terdorong adanya pembaharuan tersebut,
sehingga di dalam pengajaranpun guru
selalu ingin menemukan metode dan
peralatan baru yang dapat memberikan
semangat belajar bagi semua siswa.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa

pembaharuan dalam sistem pendidikan
yang mencakup seluruh komponen yang
ada. Pembangunan dibidang pendidikan
barulah ada artinya apabila dalam
pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa
Indonesia.
Untuk itu diperlukan suatu upaya
dalam
rangka
meningkatkan
mutu
pendidikan dan pembelajaran, salah
satunya adalah dengan memilih strategi
atau cara dalam menyampaikan materi
pelajaran agar diperoleh peningkatan hasil
belajar siswa khususnya pelajaran PKn.
Misalnya dengan membimbing siswa untuk
bersama-sama terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan mampu membantu siswa

berkembang
sesuai
dengan
taraf
intelektualnya akan lebih menguatkan
pemahaman siswa terhadap konsepkonsep yang diajarkan. Pemahaman ini
memerlukan minat dan motivasi. Tanpa
adanya minat menandakan bahwa siswa

design,

Results

Learning

Civics

tidak mempunyai motivasi untuk belajar.
Untuk itu, guru harus memberikan motivasi
sehingga dengan bantuan itu anak didik

dapat keluar dari kesulitan belajar.
Pengelolaan
pembelajaran
yang
berkualitas
sangat
menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar.
Menurut Miarso (2004:550) belajar adalah
perubahan prilaku yang dapat diamati.
Sedangkan menurut Solehatin (2012:55)
menyatakan bahwa mengajar adalah
perbuatan yang kompleks yang merupakan
pengintegrasian secara utuh berbagai
komponen kemampuan. Fathurrohman
(2011:29) menegaskan bahwa kegiatan
belajar mengajar merupakan suatu kegiatan
yang melibatkan interaksi antara guru
dengan siswa untuk mencapai kompetensi
dasar yang telah dicapai sebelumnya.

Sejalan dengan pendapat para ahli, guru
sebagai salah satu komponen dalam
proses belajar mengajar merupakan
pemegang peran yang sangat penting.
Guru bukan hanya sekedar penyampai
materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat
dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan yang mempelajari tentang sikap
dan prilaku Warga Negara Indonesia. Mata
pelajaran PKn sebenarnya mempunyai
peranan
penting
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Mata pelajaran PKn
diharapkan akan mampu membentuk siswa
yang ideal yang memiliki mental yang kuat,
sehingga dapat mengatasi permasalahan
yang akan dihadapinya sehari-hari.

Dalam kegiatan pembelajaran harus
terjadi keterbukaan antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa, guru dengan
guru.
Tetapi
saat
sekarang
ini
kenyataannya
masih
menunjukkan
kecendrungan yang berbeda. Dalam proses

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajara PKn di kelas V kebanyakan
masih menggunakan paradigma lama yaitu
guru memberikan pengetahuan secara
pasif, jadi siswa lebih banyak menunggu
sajian materi belajar dari guru dari pada

mencari
dan
menemukan
sendiri
pengetahuan, keterampilan serta sikap
yang mereka butuhkan. Guru dalam
mengajar masih menggunakan metode
konvensional, yaitu metode pembelajaran
tradisional atau disebut juga dengan
metode ceramah, karena sejak dulu metode
ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak
didik
dalam
proses
belajar
dan
pembelajaran
(Djamarah,
1996:45).

sehingga kegiatan pembelajaran menjadi
monoton, kurang menarik perhatian siswa
dan keaktifan serta kreatifitas siswa
menjadi berkurang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru PKn kelas V Gugus Srikandi Denpasar
Timur, dikatakan bahwa siswa belum
mampu menyampaikan informasi yang
didapatkannya kepada teman dalam
kelompoknya, kurang kerja sama antara
siswa yang memiliki kemampuan yang lebih
tinggi dengan siswa yang memiliki
kemampuan lebih rendah saat siswa
berdiskusi, dan seringkali adanya jarak
antara siswa yang kemampuannya lebih
tinggi dengan siswa yang kemampuannya
lebih rendah.
Selain itu guru dalam menyampaikan
materi pelajaran di kelas lebih banyak
menyampaikan teori-teori materi tanpa
adanya praktik langsung dari siswa, hal ini
menunjukkan
bahwa
masih
kurang
perhatian guru terhadap pentingnya model
yang digunakan dalam pembelajaran,
sehingga hasil belajar yang diperoleh
kurang optimal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
rata-rata mata pelajaran Pendidikan PKn
Siswa Kelas V pada Tahun Ajaran 2011 di
SD Gugus Srikandi Denpasar Timur masih
jauh dari yang diharapkan. Dari rerata nilai
ulangan sumatif PKn siswa kelas IV pada
semester 2 diperoleh rerata yaitu 64,53.
Masih banyaknya kelas yang nilai ratarata hasil belajar PKn dibawah nilai standar
dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sekolah yakni 75,00. Sehingga perlu
ditingkatkan agar tecapai lebih maksimal.

Dalam hal ini kegiatan pembelajaran
tidak terlepas dari bebagai variabel pokok
yang saling berkaitan yaitu, kurikulum, guru
atau pendidik, pembelajar. Dimana semua
komponen ini bertujuan untuk kepentingan
peserta didik. Berdasarkan hal tersebut
guru dituntut harus mampu menggunakan
berbagai macam model pembelajaran agar
peserta didik dapat melakukan kegiatan
pembelajaran dengan menyenangkan. Hal
ini dilatar belakangi bahwa peserta didik
bukan hanya sebagai objek melainkan
sebagai subjek pembelajaran, peserta didik
harus disiapkan sejak awal untuk mampu
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
mereka. Berdasarkan pandangan di atas,
maka permasalahan yang muncul adalah
bagaimana
upaya
guru
untuk
mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran yang
tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan
mengembangkan
suatu
model
pembelajaran yang membuat siswa lebih
menyenangkan dan lebih termotivasi untuk
belajar. Dalam proses pembelajaran
terdapat beberapa model pembelajaran
yang salah satunya adalah model
pembelajaran problem solving.
Menurut Wena (2012:52) problem
solving dipandang sebagai suatu proses
untuk menemukan kombinasi dari sejumlah
aturan yang dapat diterapkan dalam upaya
mengatasi situasi yang baru. Selain itu
Solihatin (2012:140) menyatakan bahwa
siswa perlu dilatih untuk memecahkan
masalah dalam proses belajar mengajar,
oleh karena itu perlu diciptakan situasi
belajar yang dihadapkan pada pemecahan
masalah (problem solving). Kegiatan belajar
melalui pemecahan masalah (Problem
Solving)
bermanfaat
untuk
mengembangkan
kemampuan
berfikir
alternatif, dan kemampuan mengambil
keputusan berdasarkan alternatif yang
tersedia (Solihatin, 2012:91). Ada pula
pendapat dari Saminanto (2010:30) yang
mengemukakan
bahawa
pemecahan
masalah (problem solving) merupakan
kegiatan belajar yang paling kompleks.
Maka dari hal tersebut, diharapkan melalui
model pembelajaran problem solving dalam
kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada mata pelajaran
PKn. Proses pembelajaran problem solving

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
adalah siswa belajar dari masalah yang
ditemukannya sehari-hari dan kemudian
siswa diharapkan mampu menemukan
pemecahan masalah tersebut.
Belajar tidak hanya untuk diingat,
tetapi siswa diharapkan benar-benar
mengerti dan dapat menerapkan ilmu
pengetahuan, mereka bekerja untuk
memecahkan
masalah,
menemukan
sesuatu bagi dirinya dan selalu bergulat
dengan ide-ide.
Adapun sintaks Model Pembelajaran
Problem solving terdiri atas 6 fase menurut
Wankat dan Oreovocz (dalam Wena
2012:56), yaitu sebagai berikut. Fase 1 :
mengidentifikasi permasalahan, Fase 2:
merepresentasi atau menyajikan masalah,
Fase 3: merencanakan pemecahan, Fase
4: menerapkan atau mengimplementasikan
perencanaan,
Fase
5:
menilai
perencanaan, Fase 6: menilai hasil
pemecahan.
Adapun kelebihan model problem
solving adalah: model ini dapat membuat
pendidikan di sekolah lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dengan dunia kerja,
proses
belajar
mengajar
melalui
pemecahan masalah dapat membiasakan
siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil, pendekatan ini
merangsang pengembangan kemampuan
berfikir
siswa
secara
kreatif
dan
menyeluruh,
karena
dalam
proses
belajarnya, siswa banyak melakukan
mental dengan menyoroti permasalahan
dari berbagai segi dalam rangka mencari
pemecahan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan hasil
belajar PKn antara siswa yang mengikuti
pembelajaran Model Problem solving
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional siswa kelas V SD Negeri
Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun
Ajaran 2013-2014.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa
kelas V gugus Srikandi Denpasar Timur
dengan penelitian eksperimen semu.
Rancangan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Nonequivalent
Control Group Design. Menurut Dantes

(2012: 97) menyatakan bahwa “pemberian
pre test pada desain Nonequivalent Control
Group Design digunakan untuk mengukur
ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”.
Langkah-langkah yang dapat di
tempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga
tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan
pengakhiran eksperimen. Pada tahap
persiapan eksperimen langkah-langkah
yang dilakukan yaitu (1) menyusun RPP
mempersiapkan media dan sumber belajar
pembelajaran yang nantinya digunakan
selama
proses
pembelajaran
pada
kelompok eksperimen, (2) menyusun
instrumen penelitian berupa tes hasil
belajar pada ranah kognitif untuk mengukur
hasil belajar PKn siswa. (3) Mengadakan
validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil
belajar PKn, Pada saat pelaksanaan
eksperimen
langkah-langkah
yang
ditempuh yaitu : (a) Menentukan sampel
penelitian berupa kelas dari populasi yang
tersedia. (b) Dari sampel yang telah diambil
kemudian diundi untuk menentukan kelas
eksperimen dan kelas control. (c)
Melaksanakan penelitian yaitu memberi
perlakuan kepada kelas eksperimen berupa
pembelajaran Problem Solving, Pada tahap
pengakhiran eksperimen, langkah-langkah
yang dilakukan adalah memberikan post
test pada akhir penelitian, baik untuk
kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol.
Populasi merupakan kumpulan dari
beberapa individu sejenis. Populasi dalam
penelitian
bisa
diartikan
sebagai
keseluruhan individu yang diteliti. Agung
(2011:45) menyatakan bahwa “populasi
adalah keseluruhan subjek dalam suatu
penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas V SD gugus
Srikandi Denpasar Timur yang terdiri dari 8
Sekolah yaitu SD N. 1 Sumerta, SD No. 2
Sumerta, SD No. 5 Sumerta, SD No. 8
Sumerta, SD No. 10 Sumerta, SD No. 13
Kesiman, SD Cipta Dharma, SD Albana,
Sampel adalah sebagian dari populasi
yang diambil, yang dianggap mewakili
seluruh populasi dan diambil dengan
menggunakan teknik tertentu (Agung,
2011:45). Dalam melakukan pemilihan
sampel penelitian, tidak dapat dilakukan
pengacakan individu karena tidak bisa
mengubah
kelas
yang
terbentuk

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
sebelumnya dan kelas V yang dijadikan
sampel berada di sekolah yang berbeda.
Kelas
dipilih
sebagaimana
telah
terbentuk tanpa adanya campur tangan
peneliti dan tidak dilakukan pengacakan
individu, dengan tujuan untuk mencegah
kemungkinan subjek mengetahui dirinya
dilibatkan dalam penelitian, sehingga
penelitian ini benar-benar menggambarkan
pengaruh perlakuan yang diberikan.
Untuk
menentukan
sampel
dipergunakan
teknik
noneprobability
sampling. “Noneprobability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi
untuk
dipilih
menjadi
sampel”(Sugiono,
2012:218).
Alasan
dipergunakan
teknik
noneprobality
sampling untuk pengambilan sampel yaitu
karena ada SD di Gugus Srikandi Denpasar
Timur banyak siswa kelas V dalam satu
kelasnya kurang dari 30 orang sehingga
apabila menggunakan teknik random
sampling kelas tersebut yang terpilih
ditakutkan data yang diperoleh tidak
berdistribusi normal dan homogen sehingga
dipergunakan
teknik
noneprobability
sampling.
Teknik noneprobality sampling yang
dipilih
adalah
purposive
sampling.
Purposive
sampling
adalah
“teknik
pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan
tertentu”(Sugiyono,
2012:219).
Dua kelas yang terpilih menjadi sampel
dalam penelitian ini yaitu kelas yang
menggunakan
model
pembelajaran
Problem Solving (kelompok eksperimen)
yaitu kelas V di SD No. 10 Sumerta dan
satu lagi kelas yang menggunakan
pembelajaran konvensional
(kelompok
kontrol) yaitu kelas VB di SD No. 8
Sumerta. Sebelum melaksanakan undian,
peneliti mengadakan uji kesetaraan sampel
penelitian
untuk
mengetahui
tingkat
kesetaraan sampel yang diundi dengan
menggunakan nilai sumatif siswa kelas V
dan menggunakan rumus uji-t. Sebelum
menggunakan
uji-t
terlebih
dahulu
dilakukan
uji
normalitas
dan
uji
homogenitas.
Hasil uji normalitas untuk kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan

menggunakan
rumus
Chi-Square.
Berdasarkan hasil uji normalitas nilai
ulangan sumatif kelompok kontrol diketahui
X2hitung = 5.7 dan X2tabel = 11.07, karena
X2hitung < X2tabel (5.7 < 11.07), maka data
berdistribusi normal.
Berdasarkan perhitungan hasil uji
normalitas nilai ulangan sumatif siswa
kelompok
eksperimen diketahui X2hitung
2
= 3.03 dan X tabel = 11.07, karena X2hitung <
X2tabel (3.03 < 11.07), maka data
berdistribusi normal.
Uji homogenitas untuk kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan
menggunakan uji F. Berdasarkan uji
homogenitas Fhit = 1.013 dan Ftabel 1.80.
Karena Fhit < Ftabel (1.013 < 1.80) maka
data homogen
Karena data nilai ulangan sumatif
untuk kelompok eksperimen dan kontrol
berdistribusi
normal
dan
homogen
dilanjutkan
dengan
melakukan
uji
kesetaraan dengan uji-t.
Berdasarkan
hasil
analisis
menggunakan uji-t dengan taraf signifikan
5% dan dk (n1 + n2) – 2 diperoleh thitung =
0.04 dan ttabel adalah 2.00. Sehingga thitung
kurang dari ttabel (0.04 < 2.00) maka kelas V
SD N 10 Sumerta dan kelas V SD N 8
Sumerta dinyatakan setara.
Menurut Sutrisno (dalam Arikunto,
2010 : 159) mendefinisikan variabel
sebagai gejala yang bervariasi misalnya
jenis kelamin, karena jenis kelamin
mempunyai
variasi:
laki-laki
dan
perempuan; berat badan, karena ada berat
badan 40kg, dan sebagainya. Gejala
adalah obyek penelitian, sehingga variabel
adalah obyek penelitian yang bervariasi.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah Model Pembelajaran Problem
solving dan pembelajaran Konvensional.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar PKn.
Dalam penelitian ini data yang
diperlukan adalah data tentang hasil belajar
PKn siswa. Untuk mengumpulkan data
tersebut digunakan tes, yaitu tes hasil
belajar untuk mengukur hasil belajar PKn.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian
adalah data hasil belajar PKn siswa kelas
VI SD Gugus Srikandi Denpasar Timur.

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data tentang hasil belajar
PKn adalah tes hasil belajar dengan tes
pilihan ganda satu jawaban benar dimana
butir pertanyaan berjumlah 50 soal. Tes ini
mengungkapkan
tentang
penguasaan
siswa terhadap pelajaran PKn yang mereka
peroleh di kelas V. Setiap soal disertai
dengan empat alternative jawaban yang
dipilih siswa (alternative a,b, c dan d).
Tes hasil belajar PKn yang
digunakan dalam penelitian ini disusun oleh
peneliti sendiri. Sebelum tes tersebut
digunakan terlebih dahulu tes diuji validitas
dan realibilitasnya, daya beda dan indeks
kesukaran.
Uji validitas adalah suatu langkah
pengujian yang dilakukan terhadap isi
(content) dari suatu instrumen, dengan
tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen
yang
digunakan
dalam
suatu
penelitian(Sugiyono, 2006). Validitas tes
objektif ditentukan melalui analisis butir
berdasarkan koofisien korelasi point biserial
(rpbi), karena tes bersifat dikotomi. Dari
perhitungan dengan rtabel = 0.26 terdapat 20
soal yang nilai rhitung kurang dari rtabel
sehingga soal dinyatakan tidak valid dan 30
soal yang nilai rhitung lebih dari rtabel sehingga
dinyatakan valid.
Menurut Surapranata (2004:23) “Indeks
daya beda adalah kemampuan soal untuk
membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes
yang berkemampuan rendah”. Soal yang
valid kemudian dilakukan uji daya
pembeda. Berdasarkan uji daya beda
terdapat 2 soal dengan klasifikasi sangat
baik,21 soal dengan klasifikasi baik dan 7
soal dengan klasifikasi cukup.
Tingkat kesukaran merupakan salah
satu karakteristik yang dapat menunjukkan
kualitas butir soal tersebut apakah
termasuk mudah, sedang, atau sukar
(Suryanto, 2008 : 5.22).
Uji tingkat kesukaran dilakukan pada
30 soal yang telah diuji validitas dan daya
pembedanya. Setelah dilakukan uji tingkat
kesukaran, terdapat 16 soal dengan
klasifikasinya mudah, 14 soal dengan
klasifikasinya sedang dan 0 soal dengan
klasifikasinya sukar.
Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir
soal yang valid saja, dengan demikian uji

reliabilitas
bisa
dilakukan
setelah
dilakukannya uji validitas. Uji reliabilitas tes
yang bersifat dikotomi dan heterogen
ditentukan dengan rumus KR-20. Uji
reliabilitas dilakukan terhadap 30 soal. Dari
perhitungan uji reliabilitas diperoleh hasil r11
0.83 dan rtabel 0.29. Karena r11 lebih dari rtabel
maka tes tergolong reliabel.
Kriteria pengujian uji normalitas
adalah jika X2hit < X2(l-a)(k-1). maka Ho diterima
(gagal
ditolak)
yang
berarti
data
berdistribusi normal. Sedangkan taraf
signifikansinya adalah 5% dan derajat
kebebasanya (dk) = (k-1).
Kriteria pengujian uji homogenitas
adalah jika Fhitung < Ftabel, maka data
homogen. Sedangkan derajat kebebasan
adalah n – 1.
Data yang telah diuji normalitas dan
homogenitas kemudian diuji hipotesisnya.
Uji hipotesis yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan uji-t dengan
rumus polled varians. Setelah dilakukan ujit, selanjutnya t hitung dibandingkan dengan
t tabel dengan dk = n1 + n2 – 2 dengan taraf
signifikan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah skor hasil belajar PKn siswa dari
ranah kognitif. Rata-rata siswa kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan
model pembelajaran Problem Solving =
70.67 lebih dari kelas kontrol yang
dibelajarkan
dengan
menggunakan
pembelajaran konvensional = 64.9.
Data hasil belajar PKn pada kelompok
eksperimen diketahui rata-rata = 70.67,
standar deviasi = 9. 05, varians = 59.4, skor
maksimum = 93, dan skor minimum = 63
sedangkan data hasil belajar PKn pada
kelompok kontrol diketahui rata-rata = 64.9,
standar deviasi = 12.12, varians = 147.92,
skor maksimum = 86, skor minimum = 33.
Dapat dikatakan bahwa hasil belajar PKn
kelompok eksperimen lebih baik dari hasil
belajar PKn kelompok kontrol.
Sebelum dilakukan uji hipotesis
dengan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat. Uji prasyarat yang dilakukan
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
varians.
Berdasarkan hasil uji normalitas
kelompok eksperimen diketahui harga Chi-

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Square hitung X2 hitung = 4.173669 harga
tersebut kemudian dibandingkan dengan
harga Chi-Square tabel X2tabel dengan dk =
5 dan taraf signifikansi 5% maka harga
X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel =
(4.173669 < 11.07), maka Ho diterima dan
Ha ditolak. Sehingga dapat dikatakan
bahwa data hasil belajar PKn kelompok
eksperimen
dapat
dikategorikan
berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas
kelompok kontrol diketahui
harga Chi2
Square hitung X hitung = 2.1848 harga
tersebut kemudian dibandingkan dengan
harga Chi-Square tabel X2tabel dengan dk =
5 dan taraf signifikansi 5% maka harga
X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel =
(3.377387 < 11.07), maka Ho diterima dan
Ha ditolak. Sehingga dapat dikatakan
bahwa data hasil belajar PKn kelompok

kontrol dapat dikategorikan berdistribusi
normal.
Uji homogenitas varians dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan uji F.
Berdasarkan hasil uji
homogenitas kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol diperoleh Fhitung = 1.56 dan
Ftabel = 1.76 sehingga Fhitung kurang dari Ftabel
(1.56 < 1.76) maka data homogen.
Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu
uji normalitas dan homogenitas varians
diperoleh bahwa data dari kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol
berdistribusi
normal
dan
homogen.
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan uji-t.
Hipotesis
dengan
uji-t,
kriteria
pengujian adalah H0 ditolak jika thitung > ttabel
dengan dk = n1 + n2 - 2 dan α = 5%. Hasil
analisis uji-t dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No

Kelompok

thitung

ttabel

Keterangan

1
2

Eksperimen
Kontrol

2.12

2.00

H0 ditolak

Berdasarkan
hasil analisis uji-t
menunjukkan thitung = 2,12 dan ttabel 2.00
untuk dk = 61 dengan taraf signifikan 5%.
Berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel
(2,12 > 2.00) maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Artinya terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar PKn siswa yang
dibelajarkan melalui model pembelajaran
Problem Solving dengan siswa yang
dibelajarkan
melalui
pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IV SD
Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar
Timur Tahun Ajaran 2013/2014.
Pelaksanaan penelitian ini diawali
dengan mencari informasi dari Kepala
Sekolah SD Gugus Inti di Gugus Srikandi
Denpasar Timur , berdasarkan informasi
dari Kepala Sekolah dan guru-guru yang
menyatakan bahwa tidak ada kelas
unggulan atau semua kelas dinyatakan
setara dari segi akademik di SD Negeri
gugus Srikandi. Setelah dinyatakan bahwa
tidak ada kelas unggulan dan kelas
dinyatakan setara dari segi akademik.
Selanjutnya dipilih dua kelas sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol selanjutnya
kelas dirandom
(diacak). Maka terpilih kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yaitu
kelas Vb SD Negeri 10 Sumerta,
sedangkan kelas kontrol yaitu kelas V SD
Negeri 8 Sumerta. Untuk memeperkuat
bahwa kedua kelas tersebut setara maka
dilanjutkan dengan menganalisis hasil
ulangan semester genap kelas IV dari
kedua kelas sampel untuk mengetahui
kesetaraannya. Analisis yang digunakan
untuk mengetahui kesetaraan tersebut
adalah statistik parametrik yaitu uji-t.
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan diperoleh hasil bahwa antara
siswa kelas Vb SD Negeri 10 Sumerta
dengan siswa kelas VB SD Negeri 8
Sumerta memiliki distribusi data yang
normal dan homogen serta hasil uji-t
menyatakan bahwa kedua kelompok data
tersebut tidak terdapat perbedaan yang
signifikan atau dengan kata lain kedua
kelas tesebut setara secara akademik.

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Berdasarkan hasil uji penyetaraan
kelompok
yang
dilakukan
terhadap
kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol dengan menganalisis hasil ulangan
PKn semester genap kelas IV dari kedua
kelas
sampel
untuk
mengetahui
kesetaraannya yang diuji menggunakan uji
prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas kemudian menggunakan uji-t.
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan diperoleh hasil bahwa antara
siswa kelas Vb SD Negeri 10 Sumerta
dengan siswa kelas V SD Negeri 8 Sumerta
memiliki distribusi data yang normal dan
homogen serta hasil uji-t menyatakan
bahwa kedua kelompok data tersebut tidak
terdapat perbedaan yang signifikan atau
dengan kata lain kedua kelas tesebut
setara secara akademik. Ini menunjukkan
sebelum
diberikan
perlakuan
kedua
kelompok mempunyai kemampuan awal
yang sama sehingga kelas eksperimen
diberikan perlakuan (treatmen) berupa
model pembelajaran Problrm Solving dan
kelas kontrol diberikan pembelajaran
berupa
pembelajaran
konvensional.
Masing-masing kelompok akan diberikan
enam kali perlakuan (treatmen) dan
dilakukan post-test pada pertemuan
ketujuh.
Melalui hasil analisis data hasil post
test dari kedua kelompok maka diketahui
terdapat perbedaan nilai rata-rata antara
kedua kelompok. Nilai rata-rata pada
kelompok
eksperimen
yaitu
70,76
sedangkan nilai rata-rata pada kelompok
kontrol yaitu 64.9.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji-t didapat thit
sebesar 2.12 dan ttab pada taraf signifikansi
5% dan db = 91 adalah 2,00. Ini berarti thit >
ttab, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar PKn siswa
yang
dibelajarkan
dengan
model
pembelajaran Problem Solving dengan
siswa
yang
mengikuti pembelajaran
konvensional. Perbedaan hasil belajar
tersebut disebabkan kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran model Problem
Solving dapat lebih mudah memahami atau
memaknai setiap materi yang dibelajarkan.
Hal itu dikarenakan dalam pembelajaran ini

memiliki kesesuaian dengan karakteristik
mata pelajaran PKn.
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini,
siswa dihadapi dengan masalah baik di
lingkungan sekolah maupun masyarakat,
merangsang kemampuan berfikir siswa
yang kreatif dan menyeluruh, siswa berlatih
mendesain suatu penemuan, memecahkan
masalah secara realistis serta mampu
menafsir
dan
mengevaluasi
hasil
pengamatan sehingga pemahamannya
terhadap materi menjadi lebih optimal.
Penerapan model pembelajaran Problem
Solving ini dilaksanakan melalui lima
tahapan
yaitu
pembangkitan
minat,
eksplorasi, penjelasan, elaborasi, dan
evaluasi. Dari setiap tahapan yang
dilaksanakan
akan
memberikan
kesempatan pada siswa untuk aktif didalam
proses pembelajaran sehingga susana
belajar menjadi lebih menyenangkan.
Seperti yang dikemukakan oleh
Solihatin (2012:91) bahwa kegiatan belajar
melalui pemecahan masalah bermanfaat
untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi, mengembangkan
kemampuan
berfikir
alternatif,
serta
kemampuan
mengambil
keputusan
berdasarkan alternatif yang tersedia dan
problem solving adalah upaya individu atau
kelompok untuk menemukan jawaban
berdasarkan pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya
dalam rangka memenuhi tuntutan situasi
yang tak lumrah tersebut. Hasil penelitian
seperti yang telah dipaparkan di atas juga
didukung oleh
penelitian dari Hasil
penelitian Sutriasih (2012:39) menyatakan
bahwa Model pembelajaran Problem
solving mampu meningkatkan hasil belajar
IPA siswa baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Berdasarkan penelitian yang
dilaksanakan oleh Sutriasih hasil yang
dicapai adalah yaitu skor hasil belajar
meningkat sebesar 11,48% dari 64,63%
menjadi 76,11% sedangkan ketuntasan
klasikal meningkat sebesar 29,63% dari
59,26% menjadi 88,89%.
Berbeda dengan yang diterapkan
pada
kelompok
kontrol,
strategi
pembelajaran yang konvensional yang
diterapkan
sering
kali
menimbulkan
kebosanan karena selalu disajikan dengan
ceramah dan tanya jawab. Strategi seperti

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
ini tidak memberikan kesempatan pada
siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran
dan cenderung menunggu informasiinformasi yang disampaikan oleh guru. Jadi
sudah dapat dilihat proses pembelajaran
dengan
pembelajaran
konvensional
membuat siswa cenderung pasif yang
berpengaruh pada perolehan hasil belajar
siswa yang kurang optimal.
Dalam pelaksanaan penelitian juga
terdapat beberapa kendala yang dihadapi
pada penerapan model pembelajaran
Problem Solving, terutama pada pertemuan
pertama.
Kendala-kendala
tersebut
diantaranya, (1) keterbatasan waktu untuk
menerapkan
pembelajaran
Problem
Solving, (2) kondisi kelas yang masih ramai,
kurang disiplin dan kurang tertib, (3)
kurangnya persiapan belajar siswa dalam
memahami materi yang akan dipelajari.
Tapi hal tersebut sudah dapat diminimalisir
pada pertemuan-pertemuan berikutnya.
Dari segi kendala dan teoritik, maka
penerapan penelitian ini harus dilakukan
pada situasi kelas yang tenang dan nyaman
serta kemampuan guru dalam memfasilitasi
dan membimbing siswa dalam proses
pembelajarannya.
Sehingga
model
pembelajaran Problem Solving yang telah
terbukti lebih baik dibandingkan dengan
penerapan pembelajaran konvensional
dapat diterapkan dengan lebih baik dan
dapat memberikan variasi dalam memilih
model pembelajaran agar siswa tidak
mudah jenuh dan pembelajaran menjadi
lebih menyenangkan sehingga hasil belajar
PKn dapat dioptimalkan.

kontrol (70.67 > 64,9), hal ini berarti bahwa
rata-rata
prestasi
belajar
kelompok
eksperimen yang dibelajarkan melalui
model pembelajaran Problem Solving lebih
baik
dari
kelompok
kontrol
yang
dibelajarkan
melalui
pembelajaran
konvensional. Jadi dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran Problem Solving
berpengaruh terhadap hasil belajar PKn
siswa kelas V SD Gugus Srikandi
Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran
2013/2014 .
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh beberapa saran yang dapat
disampaikan, Dari hasil penelitian ini yang
menunjukan bahwa model pembelajaran
Problem Solving memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar PKn siswa kelas Vb
SD Negeri 10 Sumerta tahun ajaran
2013/2014. Maka dari itu bagi guru
hendaknya
menerapkan
model
pembelajaran secara bervariasi, salah
satunya dengan menerapkan
model
pembelajaran Problem Solving dalam
pelasanaan pembelajaran PKn, Kepada
peneliti
lain
diharapkan
melakukan
penelitian dengan model pembelajaran
Problem Solving pada materi PKn yang lain
atau mata pelajaran selain PKn serta
dengan melibatkan sampel yang lebih luas.

PENUTUP
Dari hasil uji hipotesis yang telah
dilakukan dengan menggunakan uji-t
diketahui bahwa thitung = 2.12 > ttabel = 2.00
(taraf signifikan 5% dan dk = 61) sehingga
H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar PKn siswa yang dibelajarkan melalui
model pembelajaran Problem Solving
dengan siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus Srikandi Kecamatan
Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.
Berdasarkan tes akhir pembelajaran (post
test) diketahui bahwa rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen lebih dari kelompok

Agung, A.A. Gede. 2011. Evaluasi
Pendidikan.
Singaraja
:
STKIP
Negeri Singaraja.

DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. Gede, 1997. Pengantar
Evaluasi
Pengajaran, Singaraja
:
STKIP. 1999. Metodologi Penelitian
Pendidikan,
Singaraja
:
STKIP
Singaraja.

Arikunto,
Suharsimi.2010.
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta : Rineka Cipta.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
Yogyakarta: Andi Offset.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan.
2010. Strategi belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Fathurrohman, Wuri. 2011. Pemblajaran
PKn Di Sekolah Dasar ( Untuk PGSD
dan Guru SD ) Yogyakarta : Nuha
Litera.
Miarso, Yusufhadi, dkk. 1986. Teknologi
Komunikasi
Pendidikan.
Jakarta:
Rajawali.
Nasution, S. 1983. Sosiologi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Saminanto. 2010. Ayo Prakti PTK
(Penelitian
Tindakan
Kelas).
Semarang:RaSAIL Media Group.
Solihatin E. 2012 Strategi Pembelajaran
PPKN Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sugiyono.2006. Evaluasi Pembelajaran.
Tersedia
pada
http://p4mristkippgrisda.wordpress.com
/2011/05/10/uji-validitas-danreliabilitas/ Diakses tanggal 21 Januari
2013.
Suraprananata, Sumarna. 2004. Analisis,
valeditas, realibilitas dan intepretasi
hasil tes.Bandung : Rosda.
Suryanto,
Adi,
dkk.2008.
Evaluasi
pembelajaran di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Wena M. 2012. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontenporer. Jakarta : Bumi
Aksara.