PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BBL BRAIN BA

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BBL (BRAIN BASED
LEARNING) BERMUATAN KARAKTER TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA
I Gusti Agus Made Mustiada1, A.A. Gede Agung2, Ni Nengah Madri Antari3
1,

Jurusan PGSD, 2,Jurusan Teknologi Pendidikan,
3,
Bimbingan dan Konseling, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {agus_mustiada@yahoo.com, agung2056@yahoo.co.id, Flower_bali@yahoo.com}
@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPA siswa yang
belajar menggunakan model pembelajaran konvensional, (2) Untuk mengetahui deskripsi
hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran BBL bermuatan

karakter, (3) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang
dibelajarkan menggunakan model pembelajaran BBL bermuatan karakter dan siswa yang
di belajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V
Semester I SD di Desa Bontihing pada Tahun Pelajaran 2013/2014. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD di Desa Bontihing. Sampel ditentukan
dengan teknik simple random sampling, diperoleh SD N 4 Bontihing sebagai kelompok
eksperimen yang berjumlah 27 orang siswa dan SD N 1 Bontihing sebagai kelompok
kontrol yang berjumlah 23 orang siswa. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan
metode tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik
deskriptif dan inferensial uji-t. Berdasarkan hasil analisis (1) Hasil belajar siswa pada
kelompok eksperimen dengan menggunakan pembelajaran BBL bermuatan karakter
lebih tinggi dibanding dengan pembelajaan konvensional, dengan mean = 22,67. (2)
Hasil belajar siswa pada kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran
konvensional lebih rendah dibanding dengan pembelajaan BBL bermuatan karakter,
dengan mean = 17,61 (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran BBL bermuatan karakter dan siswa yang
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil analisisnya
menunjukan thitung = 6,25 dan t tabel = 1,67722 untuk db = n1+ n2 – 2 = 48 dengan taraf
signifikansi 5%. Berdasarkan kreteria pengujian, karena thitung > ttable maka H0 ditolak dan
Ha diterima.

Kata-kata kunci: Pembelajaran BBL, hasil belajar IPA

Abstract
The aimed of this research are: (1) To determine the description of science learning
achievement students that have studied by using conventional learning model, (2) To
know the description of science learning achievement students that have studied by using
BBL learning model contains character, (3) To know the difference in science learning
achievement between student groups that have studied using BBL learning model contains
character and conventional learning model at fifth grade of Semester I of Bontihing’s
Elementary School in academic year 2013 / 2014. The population of this research is all of
fifth grade of Bontihing’s Elementary School. The sample was determined by simple random
sampling technique, it is resulted that Elementary School number 4 of Bontihing as a
experiment group with 27 students and Elementary School number 1 of Bontihing as a
control group with 23 students. The data result of science learning achievement of student is
collected by Test Method. The collected data is analyzed by using descriptive statistical

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
analysis technique and uji-t inferential. The analysis result indicate: (1) The students result
in experiment group by using BBL learning model contains character is higher than

conventional learning model, by mean score = 22,67. (2) The students result in control
group by using conventional learning model is lower than BBL learning model contains
character, by mean score = 17,61. (3) There are the difference of science learning
achievement between students that have been taught by using BBL learning model contains
character and conventional learning model. The analysis result indicates tcount = 6,25 and
ttable of = 1,67722 for the db = n1+ n2 - 2 = 48 with 5% of significant level. Based on test
criteria, because tcount> ttable so that Ho is refused and Ha is accepted.
Key words : learning outcomes sience, BBL learning

PENDAHULUAN
Masalah peendidikan di Indonesia,
salah satunya masih berpusat pada
persoalan mutu. Indonesia, sampai saat ini
masih ketinggalan jauh mutu pendidikanya
dibandingkan Negara-negara lain di dunia.
Rendahnya mutu pendidikan berimplikasi
pada rendahnya pula Sumber Daya
Manusia (SDM). Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah dalam hal ini jajaran
Departemen Pendidikan Nasional dalam

mengatasi
segala
permasalahan
pendidikan
tersebut,
terutama
yang
berkaitan dengan mutu pendidikan yang
mencangkup semua komponen pendidikan
seperti: proses pembelajaran, peningkatan
kualitas guru, mengadakan buku pelajaran
dan sarana maupun prasarana lainya serta
penyempurnaan sistem pendidikan yang
berkenaan dengan kualitas pendidikan.
Pembelajaran dikelas tidak lepas dari
aktivitas belajar siswa. Melalui aktivitas
belajar
tersebut
diharapkan
dapat

meningkatkan
pengalaman
belajar
sehingga proses pembelajaran akan
menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Begitu juga dalam pembelajaran IPA
pemerintah telah melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkanya seperti
pengembangan model-model pembelajaran
IPA, pengembangan media pembelajaran
IPA, penataran guru-guru IPA, penyediaan
sarana-prasarana
yang
menunjang
pembelajran IPA, dan pelatihan-pelatihan
bagi siswa dan guru IPA sehingga guru
dapat menciptakan suasana pembelajaran
IPA yang menarik dan menyenangkan
(Depdiknas, 2005).
Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan di SD Desa Bontihing, terdapat
4 SD yang terdapat di Desa Bontihing yaitu
SD No.1, No.2, No.3, dan No.4 Bontihing
Dari hasil observasi yang telah dilakukan

khususnya di kelas V ternyata masih ada
hasil belajar yang belum tuntas. Dari
seluruh siswa yang ada di kelas V di Desa
Bontihing, siswa yang tergolong kategori
tuntas sebanyak 69% dengan persentase
di SD No.1 Bontihing sebanyak 88%,
SD No.2 Bontihing sebanyak 29%, SD
No.3 Bontihing sebanyak 74%, SD No.4
Bontihing sebayak 100% dan yang kategori
tidak tuntas sebanyak 31% dengan
persentase di SD No.1 Bontihing sebanyak
12%, SD No.2 Bontihing sebanyak 71%,
SD No.3 sebanyak 26%, SD No. 4
bontihing sebanyak 0%. Hasil belajar
dikatakan berhasil atau tuntas apabila

memenuhi KKM yaitu 60. Berdasarkan
syarat ketuntasan minimal yaitu 75%,
ternyata dari 103 jumlah siswa yang
memenuhi syarat ketuntasan hanya 71
siswa. Dengan menganalisis data hasil
belajar secara keseluruhan dapat dilihat
hasil belajar masih tergolong rendah dan
kurang, karena belum memenuhi standar
Kreteria
Ketuntasan
Minimal
(KKM)
sekolah.
Jika dibiarkan, maka akan berdampak
negatif
pada
hasil
belajar
IPA.
Pembelajaran IPA hendaknya menyediakan

peluang kepada siswa untuk belajar
tentang
fakta-fakta
dan
teori-teori,
mengembangkan
sikap
ilmiah,
dan
keterampilan melakukan metode ilmiah.
Berkaitan dengan hal itu, para guru
hendaknya
memfasilitasi
tercapainya
tujuantersebut dengan berbagai cara,
seperti menciptakan pembelajaran yang
inovatif di kelas.
Namun kenyataanya, pembelajaran
IPA di sekolah hasil yang tercapai masih
rendah dan jauh dari yang diharapkan. Hal

ini
diseabkan
pada
saat
proses
pembelajaran masih berpusat pada guru

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
(teacher centered), sedangkan siswa
hanya
bersifat
pasif
sehingga
pembelajaran
kurang
menyenangkan,
kurangnya antusias siswa kelas V SD di
Desa Bontihing dalam belajar IPA. Hal
ini disebabkan oleh strategi pembelajaran

yang diterapkan oleh guru kurang
merangsang aktivitas siswa, Evaluasi
pembelajaran belum dilakukan secara
holistik. Keberhasilan siswa dalam belajar
IPA cenderung hanya dinilai dari satu sisi
yang menekankan aspek kognitif siswa. Hal
ini menyebabkan hasil belajar siswa
menjadi rendah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki hasil belajar IPA siswa
tersebut
adalah
dengan
melakukan
pebaikan proses pembelajaran, yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran
yang mampu menanamkan rasa percaya
diri siswa, yang dapat lebih mengaktifkan
siswa, dan dapat memberikan pengetahuan
kepada siswa tentang keuntungan yang

diperoleh dari apa yang sudah dipelajari.
Sebagai alternatifnya di sini adalah
dengan model pembelajaran
berbasis
otak
(Brain
Based
Learning).
Pembelajaran BBL (Brain
Based
Learning). adalah model pengajaran yang
mempertimbangkan
bagaimana
otak
bekerja
saat mengambil, mengolah dan
menginterpretasikan informasi yang telah
diserap. Ada tiga
langkah
dalam
pembelajaran IPA dengan penerapan
BBL (Brain Based Learning), yaitu 1)
menciptakan lingkungan belajar yang
menantang kemampuan berfikir siswa
(orchestrated immersion); 2) menciptakan
lingkungan
pembelajaran
yang
menyenangkan (relaxed allertness); 3)
menciptakan situasi pembelajaran yang
aktif dan bermakna bagi siswa (active
processing).
Model BBL (Brain Based Learning).
bertujuan untuk mengembangkan lima
system pembelajaran alamiah otak yang
dapat mengembangkan potensi otak
dengan
maksimal.
Kelima
system
pembelajran tersebut adalah sistem
pembelajaran emosional, social, kognetif,
fisik, dan reflektif. Kelima pembelajaran
tersebut saling mempengaruhi dan tidak
dapat berdiri sendiri (Given, 2007). Dengan
penerapan BBL (Brain Based Learning).

dalam pembelajaran IPA, siswa dilatih
untuk mengembangkan kelima sistem
pembelajaran alamiah otak, sehingga
mampu memaksimalkan perkembangan
otaknya selama pembelajaran, sehingga
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar
Hal ini dibuktikan oleh beberapa
peneliti salah satunya NI Ketut Heri
Kusumaningsih. Judul penelitianya yaitu
implementasi Brain Based Learning (BBL)
dalam
pembelajaran
IPA
untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan
kinerja ilmiah siswa kelas VIII2 SMP
Laboraterium Singaraja tahun 2008/2009.
Hasil penelitianya menunjukkan bahwa: 1)
implementasi brain based learning dapat
meningkatkan pemahaman konsep IPA
siswa kelas VIII2 SMP Lab undiksha. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata kelas nilai
pemahaman konsep IPA siswa pada siklus
I 69,12 dengan ketuntasan klasikal 74%
dan pada siklus II 73,56 dengan ketuntasan
klasikal menjadi 100%. 2) implementasi
brain based learning dapat meningkatkan
kinerja ilmiah siswa kelas VIII2 SMP Lab
undiksha. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
kelas nilai pemahaman konsep IPA siswa
siklus I 73,28 dengan ketuntasan klasikal
85% pada siklus II 78,16 dengan
ketuntasan
klasikal
menjadi
100%.
Berdasarkan paparan tersebut, diyakini
bahwa BBL (Brain Based Learning).
mampu meningkatkan aktivitas dan hasil
prestasi belajar siswa. Untuk itu, perlu
dirancang model pembelajaran berbasis
otak (BBL). Pada kesempatan ini penulis
mencoba
mengungkapkan
masalahmasalah tersebut dalam suatu penelitian.
Adapun judul yang diangkat, yaitu
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Otak
BBL (Brain Based Learning) bermuatan
karakter terhadap hasil belajar IPA pada
siswa kelas V semester I SD di Desa
Bontihing pada tahun pelajaran 2013/2014.
METODE
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian
eksperimen
semu
(quasi
experiment) karena tidak semua variabel
yang muncul dalam kondisi eksperimen
dapat diatur dan dikontrol secara ketat.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
siswa Kelas V SD di Desa Bontihing
Kecamatan Kubutambahan yang berjumlah

103 siswa.

Tabel 1. Daftar Jumlah Siswa per Kelas
SD No
Kelas
Jumlah siswa
1
V
23
4
V
27
Jumlah
50
Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai kelompok kontrol (kelas yang akan
keseluruhan dari populasi yaitu siswa SD
belajar dengan menggunakan model
No.1 dan siswa SD No.4 Bontihing Untuk
pembelajaran konvensional). Berdasarkan
mendapatkan sampel yang setara, maka
teknik tersebut, SD No.4 mendapat
dilakukan uji kesetaraan berdasarkan nilai
perlakuan model pembelajaran BBL (Brain
raport siswa kelas IV semester II dari
Based Learning) dan SD No.1 mendapat
populasi yang ada dengan menggunakan
perlakuan
model
pembelajaran
konvensional.
rumus uji t.
Desain yang digunakan dalam
Berdasarkan hasil perhitungan uji
penelitian ini disebut post test only with
kesetaraan, diperoleh thitung= 6,25 dan
non equivalent control group design.
ttabel=1,67722. Ini berarti thitung lebih kecil dari
ttabel, sehingga sampel penelitian setara. SD
bertujuan untuk menguji pengaruh suatu
No.1 dan SD No. 2 kemudian dirandom
model
pembelajaran
dengan
cara
untuk menetapkan satu kelas sebagai
menerapkan
treatment
pada
kelas
kelompok eksperimen (kelas yang akan
eksperimen dan membandingkan hasilnya
belajar menggunakan model pembelajaran
dengan kelas kontrol.
BBL (Brain Based Learning) dan satu kelas
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelas
Perlakuan
Post-test
E
X
O1
K
O2
Menurut Sumadi Suryabarata (dalam
Agung, 2011:39), variabel adalah segala
sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan
penelitian.
Sering
pula
dikatakan variabel penelitian sebagai
faktor-faktor
yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini diselidiki dua variabel
bebas (independent) terhadap satu variabel
terikat (dependent). Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu model pembelajaran BBL
(Brain Based Learning)
dan model
pembelajaran konvensional. Sedangkan
untuk variabel terikat adalah Hasil belajar
IPA siswa.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa.
Data hasil belajar siswa diukur dengan
metode tes. Menurut Agung (2011:60) “
metode tes kaitannya dengan penelitian
ialah cara memperoleh data yang

berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau
dikerjakan oleh seorang atau sekelompok
yang dites (testee), dan dari tes tersebut
dapat menghasilkan suatu data berupa skor
(data interval)”. Setelah menentukan kelas
yang akan diperlakukan baik sebagai kelas
kontrol dan kelas eksperimen, maka proses
pembelajaran dengan model BBL (Brain
Based Learning) mulai diterapkan. Kedua
kelas ini diberikan materi yang sama tetapi
dengan model pembelajaran yang berbeda.
Untuk kelas kontrol diberikan materi
dengan model konvensional, sedangkan
kelas
eksperimen
diberikan
model
pembelajaran BBL (Brain Based Learning)
Instrumen yang digunakan untuk
memperoleh data tentang hasil belajar IPA
yaitu berupa tes objektif yang terdiri dari 30
soal. Setiap jawaban diberikan skor 1 jika
menjawab benar. Skor setiap jawaban

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
HASIL DAN PEMBAHASAN

kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut
merupakan skor prestasi belajar siswa.
Metode
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengetahui deskripsi
prestasi belajar IPA dengan mencari nilai
mean (M), median (Md), modus (Mo),
varian, dan standar deviasi. Selanjutnya,
statistik
inferensial
digunakan
untuk
melakukan uji hipotesis. Sebelum uji
hipotesis, dilakukan beberapa uji prasyarat
berupa uji normalitas dan uji homogenitas,
sedangkan metode analisis data
yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah
analisis statistik uji-t dengan rumus polled
varians.

Data dalam penelitian ini adalah skor
hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari
penerapan model pembelajaran BBL (Brain
Based Learning)
pada kelompok
eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelompok kontrol. Data
diperoleh dari populasi penelitian yang
berjumlah 50 orang siswa yang terdiri dari
27 orang siswa SD No.4 Bntihing sebagai
kelas eksperimen dan 23 orang siswa Sd
No.1 Bontihing sebagai kelas kontrol.
Variabel hasil belajar siswa diukur dengan
post-test pada mata pelajaran IPA dengan
jumlah soal 30 butir, dengan skor minimum
ideal = 0, dan skor maksimum ideal = 30.
Adapun hasil analisis data statistik deskriptif
disajikan pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Skor Maksimal

29

25

Skor Minimal

12

11

Mean

22,67

17,61

Median

23,26

16,8

Modus

25

15,39

Standar Deviasi

0,74

3,76

Varians

0,55

14,20

Berdasarkan tabel di atas, dapat
dideskripsikan mean (M), median (Md),
modus (Mo), varians, dan standar deviasi
(s) dari data hasil belajar kelompok
eksperimen, yaitu: mean (M) =22,67,
median (Md) = 23,67, modus (Mo) = 25
varians (S2) = 0,55, dan standar deviasi (S)
= 0,74. Data hasil post-test kelompok
eksperimen, dapat disajikan ke dalam
bentuk kurva poligon seperti pada gambar
1 berikut ini.

Frekuensi

Statistik Deskriptif

8
7
6
5
4
3
2
1
0
13

M=22,67

16

19

22

25

Titik Tengah

28
Mo=25
Me23,26

Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Frekuensi

Pada kurva poligon di atas, dapat
diketahui bahwa modus lebih besar dari
median dan median lebih besar dari mean
(Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di
atas adalah kurva juling negatif yang berarti
sebagian besar skor cenderung tinggi.
Kecenderungan skor ini dapat
dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif
pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi
relatif skor yang berada di atas rata-rata
lebih besar dibandingkan frekuensi relatif
skor yang berada di bawah rata-rata.
Untuk mengetahui kualitas dari
variabel hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen, skor rata-rata prestasi belajar
siswa dikonversikan dengan menggunakan
kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar
deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil
konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata
prestasi
belajar
siswa
kelompok
eksperimen dengan M = 75,57 tergolong
kriteria cukup.
Sedangkan pada kelompok kontrol
dapat dideskripsikan mean (M), median
(Md), modus (Mo), varians, dan standar
deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok
kontrol, yaitu: mean (M) =17,61, median
(Md) =16,8, modus (Mo) =15,39, varians
(s2) =14,20 dan standar deviasi (s) = 3,76.
Data hasil post-test kelompok kontrol, dapat
disajikan ke dalam bentuk kurva poligon
seperti pada gambar 2 berikut ini.
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
12

15

Mo=15,39
Me=16,8

18

21

Titik Tengah

24
M=17,61

Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol
Pada kurva poligon tersebut , dapat
diketahui bahwa mean lebih besar dari

median dan median lebih besar dari modus
(M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di
atas adalah kurva juling positif yang berarti
sebagian besar skor cenderung rendah.
Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan
dengan melihat frekuensi relatif pada tabel
distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor
yang berada di atas rata-rata lebih kecil
dibandingkan frekuensi relatif skor yang
berada di bawah rata-rata.
Untuk mengetahui kualitas dari
variabel prestasi belajar siswa pada kelas
kontrol, skor rata-rata prestasi belajar siswa
dikonversikan
dengan
menggunakan
kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar
deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil
konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata
prestasi belajar siswa kelompok kontrol
dengan M = 58,7 tergolong kriteria kurang.
Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan pengujian prasyarat terhadap
sebaran data yang meliputi uji normalitas
terhadap kelompok data tes hasil belajar
IPA yang dibelajarkan dengan model BBL
(Brain Based Learning) dengan kelompok
yang
dibelajarkan
dengan
model
konvensional, sehingga terdapat dua buah
kelompok data yang diuji. Uji normalitas
sebaran
data
dimaksudkan
untuk
meyakinkan bahwa sampel benar-benar
berasal dari populasi yang berdistribusi
normal sehingga uji hipotesis dapat
dilakukan. Uji normalitas data prestasi
belajar digunakan analisis Chi Square
Adapun hasil perhitungan dari uji normalitas
dapat di sajikan pada tabel 4 berikut ini.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

No
1
2

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Nilai Kritis dengan Taraf
χ 2hit
Kelompok Data
Signifikansi 5%
Skor Post-test pada Kelompok
2,16
7,815
Eksperimen
Skor Post-test pada Kelompok
-4,1
5,591
Kontrol
Kriteria

pengujian,
jika
 hitung   tabel dengan taraf signifikasi 5%
(dk = jumlah kelas dikurangi parameter,
dikurangi 1), maka data berdistribusi
2
2
normal. Sedangkan, jika  hitung   tabel ,
maka data tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh
2
2
seluruh  hitung lebih kecil dari  tabel
2

2

sehingga
seluruh
(  hitung   tabel ),
kelompok data berdistribusi normal.
Setelah melakukan uji prasyarat yang
pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya
2

2

Status
Normal
Normal

dilakuka uji prasyarat yang ke dua yaitu uji
homogenitas. Dalam penelitian ini uji
homogenitas dilakukan terhadap varians
pasangan antar kelompok eksperimen dan
kontrol. Uji homogenitas varian digunakan
untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang
terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi
akibat adanya perbedaan perlakuan dalam
kelompok. Uji yang digunakan adalah uji-F
dengan kriteria data homogen jika Fhitung<
Ftabel. Hasil uji homogenitas varians data
skor prestasi belajar IPA dapat dilihat pada
tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Varians antar
Kelompok Eksperimen dan control

Hasil
Belajar

Sumber Data
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol

Fhitung

Ftabel

Status

0,68

2,07

Homogen

Berdasarkan tabel di atas, diketahui
Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen
dan kontrol adalah 0,68. Sedangkan Ftabel
dengan dbpembilang = 26, dbpenyebut =
22, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,07.
Hal ini berarti, varians data hasil post-test
kelompok eksperimen dan kontrol adalah
homogen.
Uji
hipotesis
dilakukan
untuk
mengetahui pengaruh model BBL (Brain
Based Learning) terhadap hasil belajar IPA,
pengujian dilakukan terhadap hipotesis nol
(H0). Berdasarkan uji prasyarat analisis
data, diperoleh bahwa data hasil belajar
kelompok eksperimen dan kontrol adalah
normal dan homogen. Setelah diperoleh
hasil dari uji prasyarat analisis data,

dilanjutkan dengan pengujian hipotesis
penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Untuk
menguji hipotesis penelitian digunakan
independent sample t-test dengan polled
varians. Polled varians digunakan dalam uji
hipotesis penelitian ini karena jumlah
anggota
sampel
pada
kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak
sama.
Pengujian
hipotesis
tersebut
dilakukan dengan menggunakan rumus
polled varians dengan kriteria tolak H0 jika
thitung > ttabel dan terima H0 jika thitung < ttabel.
Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar
kelompok eksperimen dan kontrol disajikan
pada tabel 6 di bawah ini.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Tabel 6. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Hasil Belajar IPA
Kelompok
N
s2
thitung
ttabel (t.s. 5%)
X
Eksperimen
27
22,67
0,55
Hasil
6,25
1,67722
Kontrol
23
17,61
14,20
Belajar
Data

Berdasarkan tabel hasil perhitungan ujit di atas, diperoleh thitung sebesar 6,25.
Sedangkan, ttabel dengan db = n1 + n2 - 2 =
27 + 23 - 2 = 48 dan taraf signifikansi 5%
adalah 1,67722. Hal ini berarti, thitung lebih
besar dari ttabel (thitung> ttabel), sehingga H0
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikan,
dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
perbedaan hasil belajar IPA antara siswa
yang dibelajarkan mengunakan model
pembelajaran BBL (Brain Based Learning)
dengan siswa yang dibelajarkan mengikuti
model pembelajaran konvensional.
Hasil
analisis
data
post-test
menunjukkan terdapat perbedaan hasil
belajar
IPA
kelompok
siswa
yang
dibelajarakan dengan model BBL (Brain
Based Learning) dan kelompok siswa yang
dibelajarkan
menggunakan
model
konvensional. Hasil ini didasarkan pada ratarata skor post-test siswa. Rata-rata skor posttest yang dibelajarkan dengan model BBL
(Brain Based Learning) adalah 22,67 dan
rata-rata
skor
post-test
siswa
yang
dibelajarkan dengan model konvensional
adalah 17,61. Hal ini menunjukkan bahwa
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model BBL (Brain Based Learning) memiliki
hasil belajar yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model konvensional.
Selanjutnya berdasarkan analisis data
menggunakan uji-t, diketahui thitung = 6,25 dan
ttabel dengan taraf signifikansi 5% = 1,67722.
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung> ttabel),
sehingga hasil penelitian adalah signifikan.
Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil
belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan
mengunakan model pembelajaran BBL (Brain
Based Learning) memiliki hasil belajar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
dibelajarkan
mengunakan
model
pembelajaran konvensional.

Perbedaan yang signifikan antara
siswa yang mengunakan pembelajaran
dengan model pembelajaran BBL (Brain
Based Learning)
dan siswa yang
mengunakan pembelajaran dengan model
pembelajaran
konvensional
disebabkan
karena perbedaan perlakuan pada langkahlangkah
pembelajaran
dan
proses
penyampaian materi. Ada 3 langkah dalam
proses pembelajaran BBL (Brain Based
Learning) dengan langkah-langkah sebagai
berikut. 1) menciptakan lingkungan belajar
yang menantang kemampuan berpikir siswa,
2) menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, 3) menciptakan situasi
pembelajaran aktif dan bermakna bagi siswa.
Pada model BBL (Brain Based
Learning) menuntut peserta didik untuk lebih
aktif dalam pembelajaran karena siswa
diberikan
kendali
untuk
mengelola
pembelajrannya secara mandiri. Siswa
dituntut untuk mampu mengidentifikasi
berbagai masalah yang perlu dipelajari lebih
jauh (investigation), tahu di mana harus
mencari
sumber-sumber
belajar
yang
berkaitan dengan masalah tadi, mampu
menentukan
prioritas dan
merancang
penelusuran
sumber
belajar,
mampu
mempelajari materi yang ada di dalam
sumber
belajar
tadi,
dan kemudian
menghubungkan informasi yang telah
terkumpul dengan topik bahasan yang
sedang
dipelajarinya.
Selain
itu,
pembelajaran dengan model pembelajaran
BBL (Brain Based Learning) sebagai
pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik..
Berbeda halnya dalam pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional
yang bercirikan pembelajaran berpusat pada
guru (teacher centered). Model pembelajaran
ini berlandaskan pandangan behavioristik. Di
dalam pembelajaran konvensional siswa
cenderung lebih pasif karena hanya

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
mendengarkan ceramah yang diberikan oleh
guru. Siswa menunggu sampai guru selesai
menjelaskan kemudian mencatat apa yang
diberikan oleh guru tanpa memaknai konsepkonsep yang diberikan. Melalui model
pembelajaran konvensional siswa cenderung
menjadi objek belajar, sedangkan yang
menjadi subjek belajar adalah guru.
Kemudian guru berusaha memindahkan
pengetahuan yang ia miliki kepada siswa.
Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif
dalam menerima peajaran dari guru sehingga
siswa tidak akan mampu membangkitkan
semua potensi yang dimilikinya secara
optimal dan berdampak pada prestasi belajar
yang dicapai kurang maksimal.
Hasil uji hipotesis menunjukkan
bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran
BBL (Brain Based Learning) lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional.
Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
model BBL (Brain Based Learning) berada
pada kategori cukup sedangkan hasil belajar
siswa yang dibelajarkan dengan model
konvensional berada pada kategori kurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh
Kusumaningsih (2009). Hasil penelitian
menunjukkan model BBL (Brain Based
Learning) dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa setelah
dilakukan dua siklus. Aktivitas belajar
meningkat dari skor rata-rata 69,12 menjadi
73,56 dan hasil belajar siswa meningkat dari
skor rata-rata 73,28 menjadi 78,28.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran BBL (Brain Based
Learning) sangat efektif untuk meningkatkan
hasil prestasi belajar IPA. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran BBL
(Brain Based Learning) dapat mempengaruhi
hasil belajar IPA siswa kelas V semester I
tahun pelajaran 2013/2014 di SD Desa
Bontihing.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
pembahasan
hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa,
1) Hasil belajar siswa pada kelompok
eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran BBL (Brain Based Learning)
bermuatan karakter lebih tinggi dibanding
dengan pembelajaan konvensional, dimana
mean = 22,67 standar deviasi 0,74 dengan
normalitas thitung = 2,16 ttabel = 7,815
2) Hasil belajar siswa pada kelompok kontrol
dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional lebih rendah dibanding dengan
pembelajaan BBL (Brain Based Learning)
bermuatan karakter, dimana mean = 17,61
standar deviasi 3,76 dengan normalitas thitung
= -4,1 ttabel = 5,591 3) Terdapat perbedaan
hasil belajar IPA anaa siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran
BBL (Brain Based Learning) bermuatan
karakter dan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.
Hasil analisisnya menunjukan thitung = 6,25
dan t tabel = 1,67722 untuk db = n1+ n2 – 2 =
48
dengan
taraf
signifikansi
5%.
Berdasarkan kreteria pengujian, karena thitung
> ttable maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Berarti ada pengaruh model pembelajaran
BBL (Brain Based Learning) bermuatan
karakter terhadap hasil belajar IPA siswa
kelas V.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1)
Kepada
siswa,
agar
dalam
pembelajaran khususnya IPA menggunakan
model pembelajaran BBL (Brain Based
Learning) bermuatan karakter karena dapat
meninggkatkan hasil belajar IPA mewujudkan
kemandirian. 2) Kepada guru, khususnya
yang
mengajar
IPA
dalam
proses
pembelajaran agar menggunakan
model
pembelajaran BBL (Brain Based Learning)
bermuatan karakter sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
3)
Kepada
Kepala
Sekolah,
diharapkan memotivasi guru-guru untuk
menerapkan model pembelajaran (Brain
Based Learning) bermuatan karakter, karena
model ini dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, sehingga menghasilkan autpt siswa

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang lebih baik, khususnya dalam mata
pelajaran IPAserta mata pelajaran yang
lainpada umumnya
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A.A. Gede. 2011. Metodologi
Penelitian
Pendidikan
Suatu
Pengantar. Singaraja: Undiksha.
Depdiknas.
2005.
Rencana
Departemen pendidikan
tahun. Jakarta. Depdiknas.

Strategis
nasional

Given, B. K. 2007. Brain Based Learning
(merancang
kegiatan
belajarmengajar yang melibatkan otak
emosional, social, kognitif, kinestesis,
dan reflektif). Bandung: Kaifa.
Jensen, Eric. 2011. Pemelajaran BerbasisOtak. Terjemahan Molan Benyamin.
Brain Based Learning. 2008. Edisi
Kedua. Jakarta: PT Indeks.
Pratama, Putra I Putu Gede Darma. 2012.
Pengaruh
Model
Pembelajaran
Berbasis
Otak
(Brain
Based
Learning) Terhadap Aktivitas dan

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD
2 Tibubeneng Tahun Pelajaran
2012/2012.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP
UNDIKSHA.
Kusumaningsih, Heri. 2009. Implementasi
Brain Based Learning (BBL) Dalam
Pelajaran IPA untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Kinerja
Ilmiah Siswa Kelas VIII2 SMP
Laboraterium Singaraja Tahun Ajaran
2008/2009. Skipsi. Jurusan S1
FISIKA. Fakultas Matematika Dan
IPA.

Nurhadyani, Dini. 2011. Penerapan Brain
Based
Learning
dalam
Pembelajaran Matematika untuk
meningkatkan Motivasi Belajar dan
Kemampuan Koneksi Matematika
siswa. Tersedia pada Tersedia
pada http://dinidinidini.wordpress.
com/category/all-abouteducation/brain-based-learninghasil-penelitian-pribadi/. (diakses
tanggal 10 Nopember 2012).