HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA

HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA
INPARTU KEJADIAAN LASERASI PERINEUM SAAT PERSALINAN
DI RB DAN KLINIK PRATAMA HJ. RATNA KOMALA, SST TAHUN
2018

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh :
Desima Resnawati
15.156.02.11.044

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKes MEDISTRA INDONESIA
JL. CUT MEUTIA NO. 88A SEPANJANG JAYA
Bekasi Timur
2018

HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA
INPARTU KEJADIAAN LASERASI PERINEUM SAAT PERSALINAN
DI RB DAN KLINIK PRATAMA HJ. RATNA KOMALA, SST TAHUN
2018


KARYA TULIS ILMIAH
Sebagai persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb)
Pada Program Studi DIII Kebidanan STIKes Medistra Indonesia

Disusun oleh :
Desima Resnawati
15.156.02.11.044

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKes MEDISTRA INDONESIA
JL. CUT MEUTIA NO. 88A SEPANJANG JAYA
Bekasi Timur
2018

LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA
INPARTU KEJADIAAN LASERASI PERINEUM SAAT PERSALINAN
DI RB DAN KLINIK PRATAMA HJ. RATNA KOMALA, SST TAHUN
2018


KARYA TULIS ILMIAH
DisusunOleh :
DESIMA RESNAWATI
15.156.02.11.044

KTI Ini Telah Disetujui
MEI 2018
Pembimbing,

Hainun Nisa, SST, M.Kes
NIK :112811197804

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Medistra Indonesia

NURMAH ,SST,M.Kes
NIK : 111507198313


HUBUNGAN PENERAPAN PIJAT PERINEUM PADA
INPARTU KEJADIAAN LASERASI PERINEUM SAAT PERSALINAN
DI RB DAN KLINIK PRATAMA HJ. RATNA KOMALA, SST
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh :
DESIMA RESNAWATI
NPM : 15.156.02.11.044

PENGUJI I

PENGUJI II

Hainun Nisa, SST.M.Kes
NIK: 112811197804
Mengetahui
Wakil Ketua I Bidang Akademik

Ketua Program Studi DIII


Kebidanan
STIKes Medistra Indonesia

Lenny Irmawaty, S, SST., M.Kes
NIK : 11190119703

Nurmah,SST., M.Kes
NIK : 111507198313
Disahkan,

Ketua STIKes Medistra Indonesia

Tetty Rina Aritonang, SST., M.Keb
NIK :

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama


: DESIMA RESNAWATI

NPM

: 15.156.02.11.044

Program Studi

: DIII Kebidanan

Judul KTI

: Hubungan Penerapan Pijat
terhadap laserasi

Perineum pada inpartu

perineum Saat Persalinan Di Rb Dan


Klinik Pratama Hj. Ratna Komala, SST Tahun 2018.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bekasi,

Juni 2018

Yang membuat pernyataan,

DESIMA RESNAWATI
15.156.02.11.044

LEMBAR PERSEMBAHAN
Ucapan Terima Kasihku
Puji syukur
Akhirnya telah sampailah aku pada puncak perjuangan di STIKes

Medistra
Indonesia, Terimakasih atas segala nikmat-Mu ya TUHAN YESUS
Kupersembahkan karya kecil ini kepada…
Mamaku tercinta (Rohani Simanjuntak ) dan Ayahku (Surya
Dharma Manurung ), terimakasih atas limpahan do’a dan kasih
sayang yang tak terhingga serta selalu memberikan yang terbaik
kepadaku dan menjadikanku anak yang kuat sampai saat ini
Adikku (Dwi,Okta,Tarida,Iyan,Oda), terimakasih atas dukungan,
semangat, dan hiburannya sambil mengerjakan LTA.
Seluruh dosen pengajar dan pembimbing laporan tugas akhirku Ibu
Hainun Nisa,SST, M.Kes terimakasih atas bantuan dan bimbingannya
selama ini
Sahabat terbaiku, Diyanti , Syintia .Rilla, Mia, Nadya , Mella yang
selalu memberikan hiburan disetiap harinya.
Teman dan adik sekamarku , Inayah,Sofi dan Yanti . Adik
bimbinganku Siti Zainaf. Terima kasih banyak, semoga selalu lancer
kuliahnya.
kakakku, Indah puspitasari Amd.Keb,Tiur manurung Amd.keb ,
Dea ega putri Amd.keb, Yasinta may ariyanti Amd.keb.
Terimakasih telah berbagi pengalaman yang akan menjadi bekal

untuk ku 

Semua teman sekelas (1B, 2B, 3B), terimakasih atas hari-hari yang
selalu dilalui penuh tawa bersama
Teman-teman dinas dan satu angkatan yang namanya tak bisa
disebutkan satu persatu, terimakasih sudah melewati masa-masa
bersama 3 tahun in
Yang tersayang, Sutrisno H.S Nainggolan, Terimakasih telah hidup di
dalam hati ini. Tetaplah menjadi pemimpin yang dapat diandalkan.
Untuk diriku sendiri, Desima Resnawati Manurung. Kamu cantik,
pintar, baik,berbakat. Kamu Hebat! Mari liburan dan makanSepuasnya
!!
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat untuk
kita semua.
Terimakasih.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus , berkat rahmat dan
izin Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah


dengan judul “

Hubungan Penerapan Pijat Perineum pada inpartu terhadap kejadiaan laserasi
Perineum Saat PersalinanDi Rb Dan Klinik Pratama Hj. Ratna Komala, Sst Tahun
2018 ”
Karya Tulis Ilmiah

ini merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi DIII
Kebidanan STIKes Medistra Indonesia .
Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini , penulis mendapat
bantuan dari berbagai pihak , untuk itu dengan segala hormat dan
kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan terima kasih
kepada :
1. TUHAN YESUS yang menemani setiap langkah dalam terus
berusaha menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
2. Usma Ompusunggu, SE selaku Ketua Yayasan Medistra Indonesia.
3. Vermona Marbun, MKM selaku BPH Yayasan STIKes Medistra
Indonesia.

4. Tetty Rina Aritonang, SST, M.Keb selaku Ketua STIKes Medistra
Indonesia.
5. Lenny Irmawaty S, SST, M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang
Akademik STIKes Medistra Indonesia.
6. Farida Banjarnahor, SH selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi
dan Kepegawaian STIKes Medistra Indonesia.
7. Hainun Nisa, SST, M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang
Kemahasiswaan STIKes Medistra Indonesia dan selaku dosen
pembimbing dan yang telah memberikan banyak pengarahan dalam
proses penulisan Karya Tulis Ilmiah.

8. Nurmah, SST.,M.kes selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Medistra Indonesia.
9. Puri Kresnawati, SST., M .K.M selaku Koordinator KTI Program
Studi DIII Kebidanan STIKes Medistra Indonesia.
10. RB dan Klinik Hj. Ratna Komala SST selaku tempat lahan untuk
menambah ilmu dan dapat banyak pengalaman juga sebagai salah
satu tempat penyelesaian Karya Tulis Ilmiah .
11. Orang Tuaku selalu pemberi materi dan kasih sayang selalu menjadi
matahri dalam kehidupan indah sehingga mampu menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Orang yang aku sayang Sutrisno H.S Nainggolan sebagai
penyemangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.
13. Teman-teman kelas 3B/DIII kebidanan di STIKes Medistra Indonesia
Diyanti,Syintia,Nadya,Mia, Rilla dan teman – teman seperjuangan
sebagai penyemangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini
14. Adik – adikku Dahlia okta viani,Tarida,Parulian,Cyodah,Sopi,Yanti
and

Siti

zainaf

yang

selalu

memberikan

semangat

untuk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.Serta semua pihak yang telah
membantu penyelesaian penyusunan KTI ini. Mohon maaf atas
segala kesalahan dan tidak kesopanan yang mungkin telah penulis
perbuat. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memudahkan
setiap langkah kita menuju kebaikan dan selalu memberikan kasih
sayang-Nya untuk kita semua. Amin.
Bekasi,

Juni 2018

Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Frekuensi minimal penilaian intervensi dalam persalinan normal.......................3

DAFTAR GAMBA

Gambar 1. Menjahit Luka Perineum.....................................................................3
Gambar 2. Cara Pemijatan Perineum.....................................................................3

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seorang wanita, dalam kehidupannya akan mengalami tahapan
tahapan reproduktif. Mulai dari mestruasi, hamil, melahirkan, sampai
tahapan menopause. Salah satu proses yang dialami seorang wanita adalah
proses persalinan. Proses persalian atau melahirkan seorang anak adalah
hal yang dialami bagi seorang wanita yang menang sudah dirancang untuk
tujuan tersebut (rukiah, 2014).
Persalinan merupakan saat yang menyenangkan dan dinantinantikan, tetapi dapat juga saat kegelisahan dan memprihatinkan.
Kematian ibu dalam proses persalinan atau oleh akibat lain yang
berhubungan dengan kehamilan merupakan suatu pengalaman yang
menyedihkan bagi keluarga dan anak yang ditinggalkan (Tando, 2016).
Kematian ibu saat kehamilan dan persalinan terjadi karena
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Kurang
lebih 529.000 wanita meninggal akibat dari komplikasi tersebut dan
kurang lebih 10 juta wanita mengalami kesakitan dan infeksi (walayani,
2015).

Angka Kematian Ibu (AKI) untuk Provinsi Jawa Barat tahun 2014
sebesar 116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi
sebesar 12/1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu merupakan salah
satu indikator untuk melihat derajat kesejahteraan perempuan dan target
yang

telah

ditentukan

dalam

tujuan

pembangunan

Millennium

Development Goals (MDGs) tujuan kelima yaitu meningkatkan kesehatan
ibu diimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah
mengurangi resiko sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu atau 102/100.000
kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target tersebut
masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2013)
Penyebab kematian ibu tersebut adalah perdarahan, eklampsia,
partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi. Adapun kematian ibu di
Indonesia 40% disebabkan oleh perdarahan post partum. Penyebab
perdarahan utama atonia uteri, sedangkan penyebab lain adalah retensio
plasenta, sisa plasenta, laserasi/robekan jalan lahir dan kelainan darah.
Persentase robekan jalan lahir memiliki angka yang kecil tetapi masalah
ini bisa menjadi masalah yang serius dalam kematian maternal. Robekan
jalan lahir dapat mengenai vagina, serviks, uterus dan perineum
(Saifuddin, 2010). Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus
robekan (ruptur) perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan
mencapai 6,3 juta pada tahun 2020 Kematian ibu saat kehamilan dan

persalinan terjadi karena komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan
dan persalinan. Kurang lebih 529.000 wanita meninggal akibat dari
komplikasi tersebut dan kurang lebih 10 juta wanita mengalami kesakitan
dan infeksi (walayani, 2015).
Perineum walaupun bukan alat kelamin, namun selalu terlibat dalam
proses persalinan. Apabila perineum cukup lunak dan elastis, maka
lahirnya kepala tidak mengalami kesukaran. Biasanya perineum robek dan
paling sering terjadi ruptur perineum derajat I dan derajat II, sedangkan
perineum yng kaku dapat menghambat persalinan kala II yang
meningkatkan resiko kematian bayi dan menyebabkan kerusakan
kerusakan jalan lahir yang luas (Hadiningsih 2014 :154).
Laserasi perineum merupakan penyebab perdarahan kedua setelah
atonia uteri, hal ini sering terjadi pada primigravida karena pada
primigravida perineum masih utuh, belum terlewati oleh kepala janin
sehingga akan mudah terjadi robekan perineum. Jaringan perineum pada
primigravida lebih padat dan lebih resisten daripada multipara. Luka
laserasi biasanya ringan tetapi dapat juga terjadi luka yang luas yang dapat
menimbulkan perdarahan sehingga membahayakan jiwa ibu (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), 2013).
Kejadian laserasi perineum perlu dilakukan pencegahan, salah
satunya dengan pemijatan perineum. Perineum adalah area kulit antara
liang vagina dengan anus (dubur) yang dapat robek ketika melahirkan

(Herdiana, 2007). Pijat perineum adalah salah satu cara yang paling kuno
dan paling pasti untuk meningkatkan kesehatan aliran darah, elastisitas,
dan relaksasi otot otot dasar panggul (Hadiningsih 2014 :155).
Pijat perineum akan membantu melunakan jaringan perineum
sehingga jaringan tersebut akan membuka tanpa resistensi saat persalinan,
untuk mempermudah lewatnya bayi. Pijat perineum selama masa
kehamilan dapat melindungi fungsi perineum. Pijat perineum ini sangat
aman dan tidak berbahaya (Simkin, 2008).
Berdasarkan data RB dan Klinik Hj. Ratna Komala, SST, jumlah ibu
hamil dari bulan Januari-Desember 2017 sebanyak 2.019 orang. Jumlah
ibu bersalin dari bulan Januari-Desember 2017 sebanyak

290 orang.

Jumlah ibu yang mengalami ruptur perineum saat persalinan dari bulan
Januari - Desember 2017 sebanyak 214 orang. Jumlah ibu bersalin
primigravida yang mengalami ruptur perineum sebanyak 89 orang, dan
jumlah ibu bersalin multipara yang mengalami ruptur perineum sebanyak
66 orang.
Berdasarkan data data RB dan Klinik Hj. Ratna Komala, SST bahwa
kejadian ruptur perineum pada primigravida lebih banyak karena
perineum kaku atau kurang elastis terutama primigravida karena vagina
belum pernah dilewati oleh janin sehingga vagina harus meregang
sedemikian rupa untuk mengeluarkan janin dapat mengakibatkan ruptur

perineum. Oleh karena itu saya tertarik untuk melakukan hubungan pijat
perineum untuk mecegah ruptur saat persalinan pada ibu primigravida.
B. Rumus Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas maka
rumusan masalah penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan penerapan
pijat perineum pada inpartu terhadap kejadian laserasi perineum saat
persalinan di rb dan klinik pratama hj. ratna komala, sst tahun 2018”
C. Tujuan
1.Tujuan Umum
Mengetahui hubungan penerapan pijat perineum pada inpartu terhadap
kejadian laserasi perineum di rb dan klinik pratama hj. ratna komala, sst
tahun 2018
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui lama persalinan kala II dengan ibu yang dilakukan
pemijatan perineum.
b. Mengetahui kejadian laserasi perineum setelah dilakukan pemijatan
perineum
c. Mengetahui hubungan

penerapan pijat

perineum pada inpartu

terhadap kejadian laserasi perineum di rb dan klinik Hj. ratna komala
SST.

D.Manfaat
1. Manfaat Praktis
Bagi Responden
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada responden tentang
hubungan penerapan pijat perineum pada inpartu terhadap kejadian
laserasi perineum saat persalinan .
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi
Menambah informasi tentang hubungan hubungan penerapan pijat
perineum pada inpartu terhadap kejadian laserasi perineum serta
memberi masukan bagi institusi pendidikan yang bersangkutan,
staf pendidik dan pengajar untuk memperhatikan keadaan
penerapan pijat perineum pada inpartu terhadap kejadian laserasi
perineum.
b. Bagi masyarakat
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

menambah

pengetahuan

masyarakat tentang hubungan penerapan pijat perineum pada
inpartu terhadap kejadian laserasi perineum saat persalinan.
c. Bagi penelitian
Peneliti

ini

diharapkan

mengenai hubungan

dapat

menambahkan

penerapan pijat

pengetahuan

perineum pada inpartu

terhadap kejadian laserasi perineum saat persalinan dan dapat

dijadikan sebagai referensi tambahan dan data dasar bagi
penelitian

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA
A. Konsep kehamilan
a. Pengertian kehamilan
Kehamilan merupakan proses fisilogis yang membutuhkan kenaikan
proses metabolism dan nutrisi untuk kebutuhan janin. Kehamilan adalah
masa seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu atau waktu mestruasi
terakhir dan kelahiran 38 minggu dari pembuhan ( walyani, 2015 : 69).
b. Periode kehamilan
Periode kehamilan menurut winkjosastro (2007) dapat dibagi menjadi 3
trismester:
1) Trismester 1
Masa ini merupakan masa embrionik yaitu masa dari mulai
pembuahan dimana terjadi diferensiasi yang cepat dari sel telur yang
telah dibuahi menjadi organisme yang secara anatomi telah berbentuk
manusia (masa organogenesis).
Panjang fetus usia 8 minggu adalah 2,5 cm. ciri – ciri yang terjadi
yaitu hidung,telinga, jari – jari, mulai terbentuk dan kepala
membungkuk dada. Umur 12minggu panjang fetus menjadi 9cm dan
dau telinga lebih jelas, kelopak mata masih melekat satu sama lain,

leher dan alat genetalia eksterna mulai terbentuk. Masa ini merupakan
masa paling rawan karena mordibitas dan mortalitas pada masa ini
paling tinggi.
2) Trismester 2
masa ini ditandai dengan mulai berfungsinya beberapa organ dan janin
tumbuh dengan cepat khususnya ukuran panjang. Panjang janin usia
16 minggu adalah 16 – 18 cm. perkembangan yang terjadi adalah
genetalia eksternal telah terbentuk dan dapat dikenali serta adanya
kulit merah tipis. Panjang janin usia 20 minggu adalah 25 cm dan kulit
yang terbentuk lebih tebal. Panjang janin usus 24 minggu sekitar 30 32 cm, kelopak mata sudah terpisah, alis, bulu mata, dan kulit sudah
ada tetaoi kulit masih keriput karena lemak subkutan sedikit.
3) Trismester 3
Perumbuhan janin selama trismester ke tiga terutama adalah
pertumbuhan ukuran, khususnya penambahan jaringan otot dan lemak
subkutan sebagai persiapan kelahiran. Kemajuan kehamilan dan
kesehatan ibu serta tumbu kembang bayi selama kehamilan
berlangsung dapat di pantau melalui anternatal care, sehingga dapat
mengenali secara dini adanya ketidakan normalan dalam kehamilan.
(walyani 2015 : 77 ).

c. Perubahan – perubaha pada ibu hamil TM 3

1) Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat yang
anda bawa yaitu bayi dalam kandungan.
2) Pernafasan, pada kehamilan 33 – 36 minggu banyak ibu hamil yang
susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang berada di bawah
diafragma menekan paru ibu, tapi setelah kepala bayi yang sudah turun
kerongga panggul ini biasanya pada 2-3 minggu sebelum persalinan
maka akan merasakan lega dan bernafas lebih muda.
3) Sering buang air kecil, pembesaran rahim, dan penurunan bayi ke PAP
membuat tekanan pada kandung kemih ibu.
4) Kontraksi perut, brackton – hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit
yang ringan, tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau istirahat.
5)

Cairan vagina, peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah
normal. Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak
kental dan persalinan lebih cair (dr.suririnah,2004 dalam buku walyani
2015 : 78)

d. Tanda – tanda bahaya pada ibu hamil
Menurut saryono (2010) ada 7 tanda bahaya kehamilan, yaitu :
a) Pendarahan pervaginam
b) Sakit kepala yang hebat
c) Pengelihatan kabur
d) Bengkak diwajah dan jari – jari tangan
e) Keluar cairan pervaginam

f) Gerakan janin tidak terasa
g) Nyeri abdomen yang hebat ( walyani 2015 : 78)

B. Konsep Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta,
dan membrane di dalam Rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi, durasi dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang
muncul kecil, kemudian terus meningkta sampai pada puncaknya
pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeuaran janin dari
rahim ibu. (Rohani, dkk, 2013: 2)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari rahim
ibu melalui jalan lahir atu dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat
hidup di kedunia luar. Persalinan di mulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi, sehingga menyebabkan perubahan pada serviks ( membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap
(Rohani, dkk, 2013: 3)
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam. (Walyani,2015 : 4)

Jadi, persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan
pengeluaran

bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan tau dapat

hidup diluar kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau jalan lahir, dengan batuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu )
tanpa disertai adanya penyulit. Persalianan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada sserviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasecta secara lengkap. (Marmi,
2015: 2)
Persalinan dibedakan menjadi beberapa istilah pada masalah partus, yaitu :
a. Menurut tua (umur) kehamilan :
1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup
dengan berat janin di bawah 1000 gram dan tua kehamilan dibawah 28
minggu. (Walyani,2015 : 5)
2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-36
minggu , janin dapat hidup tetapi premature,berat janin antara 1000-2500
gram. (Walyani,2015 : 5)
3) Partus matures atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40
minggu , janin matur, berat badan diatas 2500 gram. (Walyani,2015 : 5)

4) Partus postmatur (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut post matur. (Walyani,2015
: 5)
5) Partus presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar
mandi, di becak, dan sebaginya. (Walyani,2015 : 5)
6) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disporposi sefalopelvik.
(Walyani,2015 : 5)
7) Partus imaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable atau berat
janin kurang dari 1000 gram atau kehamilan di bawah 28 minggu.
(Walyani,2015 : 6)
b. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalina adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang optimal. (Walyani,2015 : 3)
1. Meningkatkan sikap positif terhadap keramahan dan keamanan dalam
memberikan pelayanan persalinan normal dengan penanganan awal
penyulit beserta rujukannya.

2. Memberikan pengetahuan dan keterampilan pelayanan persalinan
normal dan penangana awal penyulit beserta rujukan yang berkualitas
dan sesuai dengan prosedur standar.
3. Mengidentifikasi

praktek-raktek

terbaik

bagi

penatalaksanaan

persalinan dan kelahiran:
1) Penolong yang terampil
2) Kesiapan menghadapi perslainan, kelahiran dan kemungkinan komplikasinya
3) Partograf
4) Episiotomi terbatas hanya atas indikasi
5) Mengidentifikasi

tindakan-tindakan

yang

merugikan

dengan

maksud

menghilangkan tndakan tersebut. (Marmi, 2015: 16)
c. Lima Benang Merah Asuhan Persalinan
Lima benang merah dirasa sangat penting dalam memberikan asuhan
persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan aman. Kelima benang merah ini
akan selalu berlaku dalam penatalaksaan persalinan mulai dari kala I sampai
IV termasuk penatalaksaan bayi baru lahir. Kelima benang merah yang
dijadikan dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman, adalah:
a. Pengambilan keputusan klinik
b. Aspek sayang ibu yang berarti sayang bayi
c. Aspek pencegahan infeksi
d. Aspek pencatatan (pendokumentasian)
e. Aspek rujukan (Marmi, 2015:16-21)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Passage ( jalan lahir )
Faktor jalan lahir yang mempengaruhi persalinan meliputi
perubahan pada servik, pendataran servik, pembukaan servik, dan
perubahan pada vagina dan dasar panggul. (Walyani,2015 : 12)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian panggul yang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus.Janin harus berhasil
menyesuaikna dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh
karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai. (Rohani, 2013: 21)
Jalan lahir atau panggul atas :
Bagian keras dibentuk oleh empat buah tulang yaitu :
1) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiiri dari os ilium, os ischium, dan os
pubis
2) 1 tulang kelangkang (os sacrum)
3) 1 tulang tungging (os cocygis) ( Marmi, 2015: 44)
Ukuran-ukuran panggul :
1) Pintu atas panggul
a) Konjugata diagonalis: pinggir baah symphisis pubis ke promontorium: 12,5
cm

b) Konjugata vera: pinggir atas symphisis pubis ke promontorium: konjugata
diagonalis – 1,5 cm = 11 cm. Conjugata vera adalah ukuran PAP yang utama
yang dapat diukur secara tidak langsung
c) Konjugata transvera: antara dua linea innominata: 12 cm – 13 cm.
d) Pada panggul normal promontorium teraba, bila ukuran CV diatas 10 cm
dianggap panggul dalam batas normal. (Marmi, 2015: 48).
2) Ruang tengah panggul :
a) Bidang luas panggul: pertengahan symphisis ke pertemuan os sacrum 2 dan 3.
Sekitar 12,75 x 12,5 cm. dalam persalnan tidak mengalami kesakitan.
b) Bidang sempit panggul: tepi bawah symphisis menuju spina ischiadica.
Sekitar 1,5 x 11 cm
c) Jarak kedua spina 10-11 cm (Marmi, 2015: 48).
3) Pintu bawah panggul
a) Anterior posterior : pinggir bawah symphisis ke os coccyges: 10-11 cm
b) Melintang: 10,5 cm
c) Arcus pubis: lebih dari 90 derajat (Marmi, 2015: 48)
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan
kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui
pemeriksaan dalam atau vagina toucher (VT). Bidang hodge antar lain sebagai
berikut:
1) Hodge I : Dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan
promontorium.

2) Hodge II : Sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
3) Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
4) Hodge IV : Sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis (Marmi, 2012: 4849)
Bagian lunak jalan lahir :
Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina,
muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah
pangul. (Marmi, 2015: 50)
a. Passenger
1) Janin
Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala janin lebih
lebar daripada bagian bahu, kurang lebih seperempat dari panjang ibu. 96%
bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama. Passanger terdiri dari
janin, plasenta, dan selaput ketuban. (Walyani,2015:13)
Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang terbawah dan tiap
presentasi terdapat 2 macam posisi yaitu kanan dan kiri dan tiap posisi
terdapat 3 macam variasi yaitu depan, lintang, dan belakang (kiri depan, kiri
lintang dan kiri belakang, kanan depan, kanan lintang, dan dan kanan
belakang). Bila kaput suksadenum besar, maka posisi dan variasinya sulit
ditentukan.Macam – macam presentasi.Pada kehamilan aterm atau hampir
aterm terdapat bermacam – macam presentasi.

1. Presentasi kepala
(1) Presentasi belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil disegmen
depan, di sebelah kiri depan (kira-kira 2/3), di sebelah kanan depan (kira –
kira 1/3) dan ini adalah posisi yang normal atau normoposisi. Presentasi
belakang kepala dengan penunjuk ubun – ubun kecil di belakang dapat di
sebelah kiri, kanan belakang, dan dapat pula ubun – ubun kecil terletak
melintang baik kanan maupun kiri dan ini adalah posisi yang tidak normal
atau malposisi.
(2) Presentasi puncak kepala : kepala dalam defleksi ringan dengan penunjuk
ubun – ubun besar.
(3) Presentasi dahi : kepala dalam defleksi sedang dengan penunjuk
dahi/Frontum.
(4) Presentasi muka : kepala dalam defleksi maksimal dengan penunjuk dagu /
mentum (Prawihardjo, 2014 : 207)
2) Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm dan tebal
2-3 cm, dengan berat 500-600 gram. Plasenta biasanya terlepas 4-5 menit
setelah bayi lahir. Juga selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena
pengecilan dinding rahim. (Walyani, 2015:24)
3) Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, air
ketuban juga berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi janin dari trauma

di luar. Selain itu juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, menstabilkan
perubahan suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak
bebas. (Walyani, 2015 : 25)
Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktivitas organ tubuh janin
juga memengaruhi cairan ketuban. Saat usia kehamilan mulai memasuki 25
minggu, rata-rata air ketuban di dalam rahim 239 ml, yang kemudian
meningkat menjadi 984 ml pada usia kehamilan 33 minggu. (Walyani, 2015 :
25)
Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi janin. Untuk
menjaga kestabilan, bayi meminum air ketuban di dalam tubuh ibunya, dan
kemudian mengeluarkannya dalam bentukurine. Jadi, apabila terdapat volume
air ketuban yang berlebih, diprediksi terdapat gangguan pencernaan atau
gangguan pada saluran pembuangan bayi yang ditandai dengan kencing yang
tidak normal. (Walyani, 2015 : 25)
Kekurangan cairan ketuban bisa disebabkan berbagai hal, diantaranya
menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu, ketuban
yang bocor, atau kelainan janin yang berhubungan dengan penyumbatan
kandung kemih. (Walyani, 2015 : 25)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pada setiap saat sebelum
permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban
terjadi pada kehamilan 22 tau 44 minggu. Etiologi ketuban pecah dini belum

dapat diketahui pasti. Faktor yang mempermudah terjadinya ketuban pecah
dini, yaitu :
a) Infeksi, contohnya korioamonitis
b) Trauma, contohnya amniosentesis, pemeriksaan panggul, atau koitus
c) Inkompeten serviks
d) Kelainan letak atau presentase janin
e) Peningkatan tekanan intrauterine, contohnya kehamilan ganda dan hidramnion
(Walyani, 2015 : 25)
Diagnosis ketuban pecah dini yaitu keluar cairan jernih dari vagina, pada
saat dilakukan pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan dari orivisium
utero eksternum saat fundus uteri ditekan atau digerakan, adanya perubahan
warna dari kertas lakmus berwarna merah menjadi berwarna biru, saat
dilakukan pemeriksaan dalam pada vagina diketahui ketuban negative.
(Walyani, 2015 : 26)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan ketuban
pecah dini, yaitu dengan melakukan USG, pemeriksaan leukosit dan suhu
badan (37,5 derajat celcius) untuk menilai adanya infeksi, pemantauan
kesejahteraan janin, dan pemeriksaan laboratorium (TORCH). (Walyani, 2015
: 26)
b. Power (kekuatan)
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekutan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah; his, kontraksi, otot-otot perut,

kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan
sempurna. (Marmi, 2015: 51).
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang
mulai dari daera fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus,
awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat di dinding
uterus tersebut. (Walyani,2015 : 20)
Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :
1) His palsu atau pendahuluan : His tidak terlalu kuat dan tidak teratur, tidak
terjadi dilatasi servik. (Walyani,2015 : 21)
2) His pembukaan kala 1 : His pembukaan servik sampai terjadi pembukaan
lengkap. (Walyani,2015 : 21)
3) His pengeluaran atau his mengejan (kala II) : Sangat kuat, teratur dan simetris,
terkoordinasi dan lama. (Walyani,2015 : 21)
4) His untuk pengeluaran janin. (Walyani,2015 : 22)
5) His pelepasan uri (Kala III) : kontraksi sedang untuk mengeluarkan dan
melahirkan plasenta. (Walyani,2015 : 22)
6) His pengiring (Kala IV) : kontraksi lemah, masih terasa sedikit nyeri
(meriang), pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari. (Walyani,2015 :
22)
c. Psikis ( psikologi )
Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan
disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif

ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itu lah benar-benar terjadi
realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau
memproduksi

anaknya.

Khususnya

kehamilannya

mengalami

rasa

perpanjangan

lega
waktu.

itu

berlangsung

Mereka

bila

seolah-olah

mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula sebagai suattu
“keadaan belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata. Faktor psikologis
meliputi hal – hal sebagai berikut :
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual.
2) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya.
3) Kebiasaan adat.
4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
(Marmi, 2015: 59 - 60).
d. Penolong
Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan memberikan
dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau perasaan
maupun fisik. (Marmi, 2015: 61)
e. Tanda dan Gejala Inpartu
Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi
uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor yang meng-akibatkan
partus mulai. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus, antaralain penurunan

kadar hormone estrogen dan progesterone. Seperti diketahui bahwa
progesterone merupakan penenang bagi otot-otot uterus. (Walyani,2015 : 7)
Menurunnya kedua hormone ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum
partus dimulai. Kadar progesterone dalam kehamilan dari minggu ke 15
hingga aterm akan meningkat. Plasenta menjadi tua, dengan tuanya
kehamilan. Vili koriales mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar
estrogen dan progesterone menurun. Keadaan uterus yang terus membesar dan
menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan
faktor yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenta, sehingga plasenta akan
mengalami degenerasi. Berkurangnya nutrisi pada janin, maka hasil konsepsi
akan segera dikeluarkan. (Walyani,2015 : 7)
Tanda tanda persalinan yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Adanya kontraksi rahim : Kontraksi sesungguhnya akan muncul dan
hilang secara teratur dengan intensitas semakin lama akan semakin
meningkat. Perut akan mengalami kontraksi dan relaksasi, diakhir
kehamilan proses kontraksi akan sering terjadi, kontraksi rahim terus
berlangsung sampai bayi lahir. (Walyani,2015 : 7-8)
Ketika merasakan kontraksi uterus, mulailah meghitung waktunya.
Catatlah lamanya waktu antara satu kontraksi dengan kontraksi berikutnya
dan lamanya kontraksi berlangsung. Jika ibu merasakan mulas yang belum
teratur,

lebih

baik

menunggu

dirumah

sambil

beristirahat

dan

mengumpulkan energy untuk persalinan. Jika kontraksi sudah berlangsung

setiap 5 menit sekali, atau terasa sangat sakit dapat segera berangkat ke
rumah sakit dengan membawa perlengkapan yang sudah disiapkan.
(Walyani,2015 : 9)
2. Keluarnya lendir bercampur darah : Lendir disekresi sebagai hasil
proliferasi kelenjar lendir servik pada awal kehamilan. Lendir mulanya
menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas,
sehingga keluarnya lendir yang berwarna merah dan bercampur darah dan
terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang
menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka. Lendir
inilah yang dimaksud sebagai bloody slim. (Walyani,2015:9)
3. Keluarnya air-air ketuban : Keluar air-air dan jumlahnya cukup banyak
berasal dari air ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering
terjadi. Ketuban mulai pecah sewaktu-waktu pada saat persalinan. Jika
ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah pecah, maka
sudah saatnya bayi keluar. Jika ibu hamil merasakan adanya cairan yang
merembes keluar dari vagina dan keluarnya tidak dapat ditahan lagi,
tetapi tidak disertai mulas atau rasa sakit, merupakan tanda ketuban pecah
dini, yaitu ketuban yang pecah sebelum terdapat tanda-tanda persalinan,
sesudah itu akan terasa sakit karena ada kemungkinan kontraksi. Bila
ketuban pecah dini terjadi, terdapat bahaya infeksi pada bayi. Normalnya
air ketuban adalah cairan yang bersih, jernih, dan tidak berbau. Jika
pecahnya ketuban disertai dengan warna ketuban coklat kehijauan dan

berbau tidak enak, berarti bayi sudah buang air besar dalam rahim, yang
sering kali menandakan bahwa bayi mengalami distress. (Walyani,2015 :
10)
4. Pembukaan servik : Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-tama
aktivitas uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan
kemudian aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik yang cepat.
Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang
berkembang. Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui
dengan pemeriksaan dalam. Petugas akan melakukan pemeriksaan dalam
untuk menentukan pematangan, penipisan, dan pembukaan leher rahim.
(Walyani,2015 : 10)
Tanda persalinan palsu, yaitu :
Ketika

mendekati

kehamilan

aterm,

banyak

wanita

hamil

mengeluhkan kontraksi uterus yang terasa nyeri, yang mungkin
menunjukan permulaan persalinan, tetapi meskipun terjadi kontraksi
kemajuan dilatasi servik tidak terjadi yang disebut dengan persalinan
palsu. Lama kontraksi pendek dan tidak terlalu kuat, bila dibawa berjalan
kontraksi biasanya akan menghilang. Kontraksi lebih sering terjadi pada
malam hari tetapi frekuensi dan intensitasnya tidak meningkat dari waktu
ke waktu. (Walyani,2015 : 13)
Kontraksi ini terjadi pada trimester tiga dan sering salah
memperkirakan kontraksi Braxton Hicks yang kuat sebagai kontraksi

awal persalinan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berharri-hari atau
secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum persalinan
yang sebenarnya. Persalinan palsu terasa sangat nyeri, sehingga wanita
akan

mengalami

kurang

tidur

dan

kekurangan

energy

dalam

menghadapinya. Prsalinan palsu dapat memberikan indikasi bahwa
persalinan sudah dekat. (Walyani,2015 : 12)
f. Pemeriksaan Dalam Persalinan
Saat mulai terasa mulas dan mngalami kontraksi secara teratur
sebagai tanda akan segera melahirkan, perlu dilakukan pemeriksaan
dalam. Tujuannya untuk mengetahui kemajuan persalinan yang meliputi
pembukaan servik, masih ada atau tidaknya selaput ketuban karena,
apabila sudah pecah harus diberi tindakan. Dengan pemeriksaan dalam
dapat dinilai juga tentang kepala bayi, apakah sudah memutar atau
belum, sampai mana putara tersebut karena kondisi ini akan menentukan
jalannya persalinan. Jantung janin akan dimonitor secara teratur dengan
fetoscope yang akan diperiksa secara rutin oleh petugas kesehatan untuk
mengetahui kesejahteraan janin. Kontraksi uterus dihitung setiap kali ibu
merasakan mulas dan pada saat perut ibu teraba keras. Mengukur
waktunya dan mencatat jarak antara kontraksi ibu (dari akhir kontraksi
sampai kontraksi awal). Tanda-tanda vital ibu juga diperiksa selama
proses persalinan. (Walyani,2015:12)

Selama persalinan seorang bidan harus melakukan asesmen dan intervensi
agar dapat memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah
persalinan dalam kemajuan yang normal. Selain itu, tujuan dilakukannya
asesmen dan intervensi yaitu :
1. Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan
2. Memeriksa bagaimana bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran
3. Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehinggs ibu berperan
aktif dalam menentukan asuhan
4. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong
kelahiran, dan memberikan asuhan pasca persalinan dini
5. Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan
yang tepat guna dan tepat waktu (Walyani,2015:40).
Asesmen yang wajib / harus dimasukan dalam rencana tindakan adalah :
1) Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf
2) Pemantauan terus menerus TTV ibu
3) Pemantauan terus menerus keadaan bayi
4) Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu
5) Menganjurkan perubahan posisi dan ambulansi
6) Menganjurkan tindakan yang memberikan rasa nyaman
7) Menganjurkan keluarga memberikan dukungan (Walyani,2015:41)

Tabel berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika
ibu menunjukan tanda-tanda komplikasi atau gejala komplikasi atau
perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering.
Tabel 1. Frekuensi minimal penilaian intervensi dalam persalinan normal
Parameter

Frekuensi pada

Frekuensi pada

Tekanan darah
Suhu badan
Nadi

fase laten
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Setiap
30-60

fase aktif
Setiap 4 jam
Setiap 2 jam
Setiap
30-60

Denyut Jantung

menit
Setiap 1 jam

menit
Setiap 30 menit

Janin
Kontraksi
Pembukaan

Setiap 1 jam
Setiap 4 jam

Setiap 30 menit
Setiap 4 jam*

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam*

servik
Penurunan
Sumber : Walyani,2015:41
g. Tahapan Persalinan
1. Persalinan Kala I

Kala I persalinan adalah waktu untuk pembukaan servik sampai menjadi
pembukaan lengkap (10cm). (Walyani,2015 : 13)
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10). Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient masih dapat

berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagi akibat his dibagi menjadi 2
fase, yaitu:
1) Fase laten, berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
2) Fase aktif, dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu :
3) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jampembukaaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
4) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
5) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Di dalam fase aktif ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akn meningkat
secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Biasanya dari pembukaan 4 cm,
hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi kecepatan ratarata yaitu, 1 cm pejam untuk primigravida dan 2 cm untuk multigravida.
(Marmi, 2015: 11)
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primi dan multigravida.
Pada primigarvida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri
eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit
terbuka. Ostium uteri internum dan ekstrnum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi pada saat yang sama. (Marmi, 2015: 12)

2. Kala II (Pengeluaran)
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam
pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. (Marmi, 2015:13)
Asuhan Sayang ibu dalam kala II
a) Pendamping keluarga : Selama proses persalian berlangsung, ibu
membutuhkan teman dari keluarga. Bisa dilakuakn oleh suami, orang
tua, atau kerabat yang disukai ibu.
b) Libatkan keluarga : Keterlibatan keluarga dalam asuhan antara lain
membantu ibu berganti posisi, teman bicara, melakukan rangsangan
taktil, memberikan makanan dan minuman, membantu dalam
mengatasi rasa nyeri dengan memijat bagian lumbal atau pinggang
belakang.
c) KIE proses persalinan : Penolong persalinan memberi pengertian
tentang tahapan dan kemajuan persalinan atau kelahiran janin pada
ibu dan keluarga agar ibu tidak cemas menghadapi mengahadapi
persalinan.
d) Dukungan psikologis : Dukungan psikologis dapat diberikan dengan
bimbingan dan menanyakan apakah ibu memerlukan pertolongan.
e) Membantu ibu memilih posisi : Posisi meneran disesuaikan dengan
kenyamanan ibu.

f) Cara meneran : Ibu dianjurkan meneran bila ada kontraksi atau
dorongan

yang kuat

dan

adanya

spontan

keinginan

untuk

meneran.Dan pada saat relaksasi ibu dianjurkan untuk istirahat untuk
mengantisipasi agar ibu tidak kelelahan dan menghindari terjadinya
resiko asfiksia.
g) Pemberian nutrisi : Ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan
kebutuahan cairan, elektrolit dan nutrisi. (Marmi, 2015 : 175-176)
3. Kala III (Pelepasan Uri )
Kala III persalinan dmulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 530 menit setelah bayi lahir. ( Rohani, dkk, 2011: 8).
Setelah bayi lahir, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.Di mulai
segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit. ( Marmi, 2015: 14).
1) Fisiologi Kala III
Kala III di mulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Proses ini
merupakan kelanjutan dari proses persalinan sebelumnya. Selama kala III
proses pemisahan dan keluarnya plasenta serta membrane terjadi akibat
factor-faktor mekanis da hemostatis yang saling memengaruhi. Waktu pada
saat plasenta dan selaputnya benar-benar terlepas dari dinding uterus dapat
bervariasi. Rata-rata kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara
maupun multipara.( Marmi, 2015: 254 ).

2) Tanda-tanda Pelepasan Plasenta
a) Uterus menjadi globuler, dan biasanya terlihat lebih kencang, ini merupakan
tanda awal
b) Sering ada pancaran darah mendadak
c) Uterus naik di abdomen karena plasenta yang telah terlepas, berjalan turun ke
segmen bawah uterus dan vagina, serta massasnya mendorong uterus ke atas
d) Tali pusat keluar lebih panjang dari vagina yang menandakan bahwa plasenta
telah turun
3) Manajemen Aktif Kala III
Manajemn aktif kala III merupakan serangkayan tindakan yang dilakukan
setelah bayi lahir untuk mempercepat lepasnya plasenta dengan syarat janin
tunggal. Tujuan manajem aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu setiap kala,
mencegah perdaraan, dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan
jika dibandingkan kala III fisiologis. (marmi, 2015: 261).
Manajemen aktif kala III terdiri atas 3 langkah utama, yaitu sebagai
berikut:
a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
b) Melakukan peregangan tali pusat terkendali
c) Massase fundus uteri
Peregangan tali pusat terkendali : Berdiri disamping ibu, pindahkan
jepitan talipusat 5-20 cm dari vulva dan pegang. Klem penjepit tersebut,

letakan telapak tangan (alasi dengan kain) yang lain, pada segmen bawah
rahim atau dinding uterus dan suprasimpisis. Pada saat terjadi kontraksi,
tegangkan tali pusat sambil tekan uterus ke dorsokranial, ulangi kembali
perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan namun jangan dilakukan
pemaksaan. (Walyani,2015:29)

4) Pemeriksaan plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat
Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa
jumlah kotiledon, rata-rata 20 kotiledon. Periksa dengan seksama pada bagian
pinggiran plasenta apakah kemungkinan masih ada hubungan dengan plasenta
lain. Amati apakah ada bagian tertentu yang tertinggal atau tidak utuh, jika
kemungkinan itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk membersihkan
sisa plasenta. (Walyani,2015:83)
Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk
memastikan tidak ada bagian yang tertinggal di dalam uterus. Caranya dengan
meletakan plasenta diatas bagia yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput
ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari tepi selaput
ketuban. Jika ditemukan kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera
lakukan eksplorasi uterus untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban karena
sisa selaput ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal didalam uterus dapat
menyebabkan perdarahan dan infeksi. (Walyani,2015:83)

Pemeriksaan pada tali pusat meliputi periksa panjang tali pusat, bentuk tali
pusat (besar, kecil, atau terpilin), insersio tali pusat, jumlah vena dan arteri
pada tali pusat, serta adakah lilitan pada tali pusat. (Walyani,2015:84)

5) Kebutuhan Ibu Bersalin pada Kala III
Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan di perut ibu untuk dikeringkan
tubuhnya kecuali kedua telapak tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti dan
diletakkan di dada ibu untuk selanjutnya berusaha mencari putting susu ibu.
Selama kala III ibu sangat membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan
IMD maka kontak kulit yang terjalin dapat memberikan ketenangan tersendiri
pada ibu, selain itu manfaat IMD lainnya adalah menjaga suhu tubuh bayi
tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus melalui tendangantendangan lembut dari kaki bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu
adalah :
a) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui
segera.
b) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
c) Pencegahan infeksi pada kala III
d) Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan)
e) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi
f) Memberikan motivasi dan pendamping selama kala III. (Marmi, 2015 : 269)
6) Pemantauan Kala III

Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan
manajemen aktif kala III (ketika PTT). Sampai dengan sesaat setelah plasenta
lahir. Pemantauan kontraksi dilanjutkan selama satu jam berikutnya dalam
kala IV. (Walyani,2015:84)
Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan
pengkajian terhadap robekan jalan lahir dan perineum. Pengkajian ini
dilakukan seawal mungkin sehingga bidan segera menentukan derajat robekan
dan teknik jahitan yang tepat yang akan digunakan sesuai kondisi pasien.
Bidan memastikan apakah jumlah darah yang keluar adalah akibat robekan
jalan lahir atau karena pelepasan plasenta. (Walyani,2015:84)
a. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plsenta
lahir untuk memantau kondisi ibu. Keadaan dimana segera setelah terlahirnya
plsenta terjadi peeubahan maternal terjadi pada saat stress fisik dan emisional
akibat persalinan dan kelahirana mereda dan ibu memasuki penyembuhan post
partum dan bonding (ikatan). (Marni, 2015:295).
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah masa post
partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu
akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya terjadi dalam 6
jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia
post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah
plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. Selama 1 jam pertama

setelah persalinan, tanda-tanda vital ibu, uterus, lochea, perineum

dan

kandung kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur sampai semua stabil
dalam kisaran normal. Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa:
a) Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.
b) Evaluasi tinggi fundus uteri caranya: letakkan jari tangan secara melintang
antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau di
bawah pusat.
c) Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan
d) Pemeriksaan perineum
e) Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi
f) Pendokumentasian. (Marmi, 2015:302)
h. Asuhan Persalinan Normal
Dasar dari asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfiksia pada bayi baru
lahir. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan
mengurangi

kesakitan

dan

kematian

ibu

(Prawirohardjo,2014 : 334)

60 langkah asuhan persalinan normal terdiri dari :
a) Melihat tanda g

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25