Sosiologi berasal dari bahasa Latin yait
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, sedangkan Logos berarti
ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku
yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857).
Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu
pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan
bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku
masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang
dibangunnya.Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang
tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum.
Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik,
ekonomi, sosial.
Pokok bahasan sosiologi
Pokok bahasan sosiologi ada empat:
1. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu
dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.[butuh rujukan]
Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu,
menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban
tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika
dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan
berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan
mengendalikan individu (murid).
2. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku
orang lain
Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial,
tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat
perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.
3. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun
yang ada dalam diri manusiaMenurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu
memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat
untuk melakukan khayalan sosiologis adalah permasalahan (troubles) dan isu (issues).
Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu
merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.
Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka
pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat
peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta
penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut
merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.
4. Realitas sosial adalah pengungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh
sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah
dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta
menghindari penilaian normatif.
Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi
sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson,
yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai
berikut.
Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan akal sehat yang hasilnya
tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret
di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang
tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga
menjadi teori.
Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki,
diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk
masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara
mendalam.
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.
Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam atau ilmu pasti (eksakta)
karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif
karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya
terjadi.
Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dalam
perkembangannya sosiologi menjadi ilmu pengetahuan terapan (applied science).
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret.
Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat
secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari
prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat,
bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini
menyangkut metode yang digunakan.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejalagejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.
Kegunaan Sosiologi
Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:
Untuk pembangunan
Sosiologi berguna untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan
Untuk penelitian
Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak akan diperoleh perencanaan sosial yang
efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan baik
Objek Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.
Objek Material
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara
manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
Objek Formal
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau
masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara
manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Objek budaya
Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.
Objek Agama
Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat,
dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.
Ruang Lingkup Kajian Sosiologi
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara
bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di
Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja
tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut.
Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu ataupun
kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan
prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini
dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan
kelompok di lingkungan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan
menjadi beberapa hal, misalnya antara lain
Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan
produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa
yang dialami warganya;
Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha
kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.
Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya.
Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian
itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok,
atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh,
riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya
suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa
yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia,
sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi
pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu
ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme,
masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat
memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi
SOSIOLOGI EKONOMI
Sosiologi ekonomi adalah studi sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan
antara ekonomi dan fenomena sosial. Asumsi yang dibangun sosiologi ekonomi dalam
melihat fenomena ekonomi adalah tindakan ekonomi sebagai suatu bentuk tindakan sosial,
tindakan ekonomi disituasikan secara sosial, dan institusi ekonomi merupakan konstruksi
sosial.
Tidak hanya sosiolog, tetapi juga ekonom yang memberi kontribusi pada perkembangan studi
sosiologi ekonomi. Salah satu kontribusi paling signifikan yang dilakukan oleh ekonom
datang dari Joseph Scumpeter melalui karyanya ‘History of Economic Analisys’. Ia
menggunakan institusional framework dalam menganalisis fenomena ekonomi.
Dalam ekonomi klasik dan neoklasik, jika aktor ekonomi memiliki relasi sosial, maka dapat
mengancam terwujudnya pasar yang kompetitif. Oleh karena itu, ekonom klasik dan
neoklasik mensyaratkan bahwa aktor harus otonom. Dalam istilah lain disebut, aktor
mengalami atomisasi sehingga lahirlah apa yang menurut para sosiolog disebut Homo
Economicus.
Bantahan yang radikal datang dari sosiolog strukturalis, terutama mereka yang mendapat
pengaruh dari pemikiran Talcott Parson. Strukturalis terutama kalangan Parsonian berasumsi
bahwa tindakan ekonomi selalu berada dalam struktur sosial sehingga sangat dipengaruhi
oleh determinasi yang sifatnya non-ekonomi. Aktor bertindak bisa atas nama tradisi atau
budaya atau apa saja yang disebut sebagai kewajiban, keadilan, penghormatan, dan lain
sebagainya. Pengaruh sosial selalu berkontribusi pada proses produksi, distribusi, dan
konsumsi.
ILMU POLITIK
Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik politik serta deskripsi dan
analisis sistem politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis, teori, dan riset.
Pendekatan dalam ilmu politik
Terdapat banyak sekali pendekatan dalam ilmu politik. Di sini hanya akan dibahas tentang
tiga pendekatan saja, yakni pendekatan institusionalisme (the old institutionalism),
pendekatan perilaku (behavioralism) dan pilihan rasional (rational choice), serta pendekatan
kelembagaan baru atau the new institutionalism. Ketiga pendekatan ini memiliki cara
pandangnya tersendiri dalam mengkaji ilmu politik dan memiliki kritik terhadap pendekatan
yang lain.
Pendekatan institusionalisme
Pendekatan institusionalisme atau kelembagaan mengacu pada negara sebagai fokus kajian
utama. [1] Setidaknya, ada dua jenis atau pemisahan institusi negara, yakni negara demokratis
yang berada pada titik "pemerintahan yang baik" atau good governance dan negara otoriter
yang berada pada titik "pemerintahan yang jelek" atau bad governance dan kemudian
berkembang lagi dengan banyak varians yang memiliki sebutan nama yang berbeda-beda.[2]
Namun, pada dasarnya—jika dikaji secara krusial, struktur pemerintahan dari jenis-jenis
institusi negara tersebut tetap akan terbagi lagi menjadi dua yakni masalah antara "baik" dan
"buruk" tadi.
Bahasan tradisional dalam pendekatan ini menyangkut antara lain sifat undang-undang dasar,
masalah kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga
kenegaraan seperti parlemen dan lain-lain. Dengan kata lain, pendekatan ini mencakup unsur
legal maupun institusional.
Setidaknya, ada lima karakteristik atau kajian utama pendekatan ini, yakni:
Legalisme (legalism), yang mengkaji aspek hukum, yaitu peranan pemerintah pusat dalam
mengatur hukum;
Strukturalisme, yakni berfokus pada perangkat kelembagaan utama atau menekankan
pentingnya keberadaan struktur dan struktur itu pun dapat menentukan perilaku seseorang
Holistik (holism) yang menekankan pada kajian sistem yang menyeluruh atau holistik alihalih dalam memeriksa lembaga yang "bersifat" individu seperti legislatif;[
Sejarah atau historicism yang menekankan pada analisisnya dalam aspek sejarah seperti
kehidupan sosial-ekonomi dan kebudayaan;
Analisis normatif atau normative analysis yang menekankan analisisnya dalam aspek yang
normatif sehingga akan terfokus pada penciptaan good government.
Pendekatan perilaku dan pilihan rasional
Salah satu pemikiran pokok dalam pendekatan perilaku ialah bahwa tidak ada gunanya
membahas lembaga-lembaga formal karena pembahasan seperti itu tidak banyak memberikan
informasi mengenai proses politik yang sebenarnya.[1] Sementara itu, inti "pilihan rasional"
ialah bahwa individu sebagai aktor terpenting dalam dunia politik dan sebagai makhluk yang
rasional selalu mempunyai tujuan-tujuan yang mencerminkan apa yang dianggapnya
kepentingan diri sendiri.[1] Kedua pendekatan ini (perilaku dan pilihan rasional), memiliki
fokus utama yang sama yakni individu atau manusia. Meskipun begitu, penekanan kedua
pendekatan ini tetaplah berbeda satu sama lainnya.
Adapun aspek yang ditekankan dalam pendekatan ini adalah:
Menekankan pada teori dan metodologi. Dalam mengembangkan studi ilmu politik, teori
berguna untuk menjelaskan berbagai fenomena dari keberagaman di dalam masyarakat.
Menolak pendekatan normatif. Kaum behavioralis menolak hal-hal normatif yang dikaji
dalam pendekatan institusionalisme karena pendekatan normatif dalam upaya menciptakan
"pemerintahan yang baik" itu bersifat bias.
Menekankan pada analisis individual. Kaum behavioralis menganalisis letak atau pengaturan
aktor politik secara individual karena fokus analisisnya memang tertuju pada analisis perilaku
individu.
Masukan (inputism) yang memperhatikan masukan dalam sistem politik (teori sistem oleh
David Easton, 1953) atau tidak hanya ditekankan pada strukturnya saja seperti dalam
pendekatan institusionalisme.
Pendekatan kelembagaan baru
Pendekatan kelembagaan baru atau the new institutionalism lebih merupakan suatu visi yang
meliputi beberapa pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain seperti
ekonomi dan sosiologi Berbeda dengan institusionalisme lama yang memandang institusi
negara sebagai suatu hal yang statis dan terstruktur, pendekatan kelembagaan baru
memandang negara sebagai hal yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan
tertentuKelembagaan baru sebenarnya dipicu oleh pendekatan behavioralis atau perilaku
yang melihat politik dan kebijakan publik sebagai hasil dari perilaku kelompok besar atau
massa, dan pemerintah sebagai institusi yang hanya mencerminkan kegiatan massa itu.
Bentuk dan sifat dari institusi ditentukan oleh aktor beserta juga dengan segala pilihannya.
EKONOMI POLITIK
Ekonomi Politik adalah bagian dari ilmu sosial yang berbasis pada dua subdisiplin ilmu,
yakni politik dan ekonomi..
Pembelajaran Ilmu Ekonomi Politik merupakan pembelajaran ilmu yang bersifat
interdisiplin,yakni terdiri atas gabungan dua disiplin ilmu dan dapat digunakan untuk
menganalisis ilmu sosial lainnya dengan isu-isu yang relevan dengan isu ekonomi politik.
Ilmu ini mengkaji dua jenis ilmu yakni ilmu politik dan ilmu ekonomi yang digabungkan
menjadi satu kajian ilmu ekonomi politik. Dalam penggunaannya secara tradisional, istilah
ekonomi politik dIpakai sebagai sinonim atau nama lain dari istilah ilmu ekonomi
(Rothschild, 1989).
Fokus dari studi ekonomi politik adalah fenomena-fenomena ekonomi secara umum, yang
bergulir serta dikaji menjadi lebih spesifik ; yakni menyoroti interaksi antara faktor-faktor
ekonomi dan faktor-faktor politik. Namun, dalam perkembangan yang berikutnya, istilah
ekonomi politik selalu mengacu pada adanya interaksi antara aspek ekonomi dan aspek
politik.
Adanya kelemahan instrumental ini menyebabkan banyak kalangan ilmuwan dari kedua
belah pihak – berusaha untuk mempertemukan titik temunya, sehingga para ilmuwan ini
berusaha untuk mencoba mengkaji hal ini dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
dalam ekonomi politik. Dalam upaya memaksimalkan studi mengenai ekonomi politik, juga
tidak boleh terlepas dari sistem ekonomi di negara yang bersangkutan.
Terkait dengan hal tersebut, setidaknya dalam berbagai jenis yang ada, terdapat dua sistem
ekonomi besar dunia yang dibagi menjadi dua kategori pokok, yakni sistem ekonomi yang
berorentasi pasar (ekonomi liberal)dengan sistem ekonomi terencana atau yang lebih dikenal
sebagai sistem ekonomi terpusat (sosialis). Sehingga dalam studi ekonomi politik akan
ditemui masalah atau pertanyaan yang sama peliknya mengenai bagaimana faktor-faktor
politik itu memengaruhi kondisi-kondisi sosial ekonomi suatu negara.
Pendekatan dalam Ekonomi Politik
Pendekatan Pilihan Publik
Pilihan publik adalah suatu sikap individu dalam menentukan pilihan mereka secara rasional.
[3]
Dalam ekonomi politik, analisisnya tertuju pada aktor. Aktor dianggap sebagai pelaku dari
kegiatan ekonomi dan politik dan berlandaskan pada asumsi dasar individualisme
metodologis, yang menempatkan sikap rasional idividu di dalam institusi non-pasar.
Namun karena sifatnya yang longitudinal, maka hasil yang dimunculkan oleh model-model
pilihan publik berbeda-beda pada satu negara ke negara lainny.
Pendekatan Neo-Marxis
Pendekatan neo-marxis dalam ekononomi politik, menekankan pada sifat holistik yakni
analisis secara menyeluruh, mengenai pentingnya aspek-aspek ekonomi makro dari sistem
ekonomi dan sistem politik.. Selain itu, pendekatan ini memiliki model yang memiliki aspek
komparatif, yakni berusaha membandingkan secara eksplisit.
Pendekatan ini juga menyoroti dan memodelkan berbagai perbedaan antar-negara di bidang
kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi dan ketergantungan kelas sosial di masyarakat.
ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku
yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857).
Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu
pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan
bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku
masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang
dibangunnya.Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang
tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum.
Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik,
ekonomi, sosial.
Pokok bahasan sosiologi
Pokok bahasan sosiologi ada empat:
1. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu
dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.[butuh rujukan]
Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu,
menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban
tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika
dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan
berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan
mengendalikan individu (murid).
2. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku
orang lain
Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial,
tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat
perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.
3. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun
yang ada dalam diri manusiaMenurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu
memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat
untuk melakukan khayalan sosiologis adalah permasalahan (troubles) dan isu (issues).
Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu
merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.
Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka
pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat
peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta
penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut
merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.
4. Realitas sosial adalah pengungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh
sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah
dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta
menghindari penilaian normatif.
Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi
sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson,
yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai
berikut.
Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan akal sehat yang hasilnya
tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret
di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang
tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga
menjadi teori.
Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki,
diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk
masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara
mendalam.
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.
Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam atau ilmu pasti (eksakta)
karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif
karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya
terjadi.
Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dalam
perkembangannya sosiologi menjadi ilmu pengetahuan terapan (applied science).
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret.
Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat
secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari
prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat,
bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini
menyangkut metode yang digunakan.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejalagejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.
Kegunaan Sosiologi
Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:
Untuk pembangunan
Sosiologi berguna untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan
Untuk penelitian
Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak akan diperoleh perencanaan sosial yang
efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan baik
Objek Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.
Objek Material
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara
manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
Objek Formal
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau
masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara
manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Objek budaya
Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.
Objek Agama
Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat,
dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.
Ruang Lingkup Kajian Sosiologi
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara
bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di
Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja
tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut.
Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu ataupun
kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan
prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini
dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan
kelompok di lingkungan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan
menjadi beberapa hal, misalnya antara lain
Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan
produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa
yang dialami warganya;
Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha
kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.
Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya.
Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian
itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok,
atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh,
riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya
suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa
yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia,
sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi
pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu
ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme,
masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat
memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi
SOSIOLOGI EKONOMI
Sosiologi ekonomi adalah studi sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan
antara ekonomi dan fenomena sosial. Asumsi yang dibangun sosiologi ekonomi dalam
melihat fenomena ekonomi adalah tindakan ekonomi sebagai suatu bentuk tindakan sosial,
tindakan ekonomi disituasikan secara sosial, dan institusi ekonomi merupakan konstruksi
sosial.
Tidak hanya sosiolog, tetapi juga ekonom yang memberi kontribusi pada perkembangan studi
sosiologi ekonomi. Salah satu kontribusi paling signifikan yang dilakukan oleh ekonom
datang dari Joseph Scumpeter melalui karyanya ‘History of Economic Analisys’. Ia
menggunakan institusional framework dalam menganalisis fenomena ekonomi.
Dalam ekonomi klasik dan neoklasik, jika aktor ekonomi memiliki relasi sosial, maka dapat
mengancam terwujudnya pasar yang kompetitif. Oleh karena itu, ekonom klasik dan
neoklasik mensyaratkan bahwa aktor harus otonom. Dalam istilah lain disebut, aktor
mengalami atomisasi sehingga lahirlah apa yang menurut para sosiolog disebut Homo
Economicus.
Bantahan yang radikal datang dari sosiolog strukturalis, terutama mereka yang mendapat
pengaruh dari pemikiran Talcott Parson. Strukturalis terutama kalangan Parsonian berasumsi
bahwa tindakan ekonomi selalu berada dalam struktur sosial sehingga sangat dipengaruhi
oleh determinasi yang sifatnya non-ekonomi. Aktor bertindak bisa atas nama tradisi atau
budaya atau apa saja yang disebut sebagai kewajiban, keadilan, penghormatan, dan lain
sebagainya. Pengaruh sosial selalu berkontribusi pada proses produksi, distribusi, dan
konsumsi.
ILMU POLITIK
Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik politik serta deskripsi dan
analisis sistem politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis, teori, dan riset.
Pendekatan dalam ilmu politik
Terdapat banyak sekali pendekatan dalam ilmu politik. Di sini hanya akan dibahas tentang
tiga pendekatan saja, yakni pendekatan institusionalisme (the old institutionalism),
pendekatan perilaku (behavioralism) dan pilihan rasional (rational choice), serta pendekatan
kelembagaan baru atau the new institutionalism. Ketiga pendekatan ini memiliki cara
pandangnya tersendiri dalam mengkaji ilmu politik dan memiliki kritik terhadap pendekatan
yang lain.
Pendekatan institusionalisme
Pendekatan institusionalisme atau kelembagaan mengacu pada negara sebagai fokus kajian
utama. [1] Setidaknya, ada dua jenis atau pemisahan institusi negara, yakni negara demokratis
yang berada pada titik "pemerintahan yang baik" atau good governance dan negara otoriter
yang berada pada titik "pemerintahan yang jelek" atau bad governance dan kemudian
berkembang lagi dengan banyak varians yang memiliki sebutan nama yang berbeda-beda.[2]
Namun, pada dasarnya—jika dikaji secara krusial, struktur pemerintahan dari jenis-jenis
institusi negara tersebut tetap akan terbagi lagi menjadi dua yakni masalah antara "baik" dan
"buruk" tadi.
Bahasan tradisional dalam pendekatan ini menyangkut antara lain sifat undang-undang dasar,
masalah kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga
kenegaraan seperti parlemen dan lain-lain. Dengan kata lain, pendekatan ini mencakup unsur
legal maupun institusional.
Setidaknya, ada lima karakteristik atau kajian utama pendekatan ini, yakni:
Legalisme (legalism), yang mengkaji aspek hukum, yaitu peranan pemerintah pusat dalam
mengatur hukum;
Strukturalisme, yakni berfokus pada perangkat kelembagaan utama atau menekankan
pentingnya keberadaan struktur dan struktur itu pun dapat menentukan perilaku seseorang
Holistik (holism) yang menekankan pada kajian sistem yang menyeluruh atau holistik alihalih dalam memeriksa lembaga yang "bersifat" individu seperti legislatif;[
Sejarah atau historicism yang menekankan pada analisisnya dalam aspek sejarah seperti
kehidupan sosial-ekonomi dan kebudayaan;
Analisis normatif atau normative analysis yang menekankan analisisnya dalam aspek yang
normatif sehingga akan terfokus pada penciptaan good government.
Pendekatan perilaku dan pilihan rasional
Salah satu pemikiran pokok dalam pendekatan perilaku ialah bahwa tidak ada gunanya
membahas lembaga-lembaga formal karena pembahasan seperti itu tidak banyak memberikan
informasi mengenai proses politik yang sebenarnya.[1] Sementara itu, inti "pilihan rasional"
ialah bahwa individu sebagai aktor terpenting dalam dunia politik dan sebagai makhluk yang
rasional selalu mempunyai tujuan-tujuan yang mencerminkan apa yang dianggapnya
kepentingan diri sendiri.[1] Kedua pendekatan ini (perilaku dan pilihan rasional), memiliki
fokus utama yang sama yakni individu atau manusia. Meskipun begitu, penekanan kedua
pendekatan ini tetaplah berbeda satu sama lainnya.
Adapun aspek yang ditekankan dalam pendekatan ini adalah:
Menekankan pada teori dan metodologi. Dalam mengembangkan studi ilmu politik, teori
berguna untuk menjelaskan berbagai fenomena dari keberagaman di dalam masyarakat.
Menolak pendekatan normatif. Kaum behavioralis menolak hal-hal normatif yang dikaji
dalam pendekatan institusionalisme karena pendekatan normatif dalam upaya menciptakan
"pemerintahan yang baik" itu bersifat bias.
Menekankan pada analisis individual. Kaum behavioralis menganalisis letak atau pengaturan
aktor politik secara individual karena fokus analisisnya memang tertuju pada analisis perilaku
individu.
Masukan (inputism) yang memperhatikan masukan dalam sistem politik (teori sistem oleh
David Easton, 1953) atau tidak hanya ditekankan pada strukturnya saja seperti dalam
pendekatan institusionalisme.
Pendekatan kelembagaan baru
Pendekatan kelembagaan baru atau the new institutionalism lebih merupakan suatu visi yang
meliputi beberapa pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain seperti
ekonomi dan sosiologi Berbeda dengan institusionalisme lama yang memandang institusi
negara sebagai suatu hal yang statis dan terstruktur, pendekatan kelembagaan baru
memandang negara sebagai hal yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan
tertentuKelembagaan baru sebenarnya dipicu oleh pendekatan behavioralis atau perilaku
yang melihat politik dan kebijakan publik sebagai hasil dari perilaku kelompok besar atau
massa, dan pemerintah sebagai institusi yang hanya mencerminkan kegiatan massa itu.
Bentuk dan sifat dari institusi ditentukan oleh aktor beserta juga dengan segala pilihannya.
EKONOMI POLITIK
Ekonomi Politik adalah bagian dari ilmu sosial yang berbasis pada dua subdisiplin ilmu,
yakni politik dan ekonomi..
Pembelajaran Ilmu Ekonomi Politik merupakan pembelajaran ilmu yang bersifat
interdisiplin,yakni terdiri atas gabungan dua disiplin ilmu dan dapat digunakan untuk
menganalisis ilmu sosial lainnya dengan isu-isu yang relevan dengan isu ekonomi politik.
Ilmu ini mengkaji dua jenis ilmu yakni ilmu politik dan ilmu ekonomi yang digabungkan
menjadi satu kajian ilmu ekonomi politik. Dalam penggunaannya secara tradisional, istilah
ekonomi politik dIpakai sebagai sinonim atau nama lain dari istilah ilmu ekonomi
(Rothschild, 1989).
Fokus dari studi ekonomi politik adalah fenomena-fenomena ekonomi secara umum, yang
bergulir serta dikaji menjadi lebih spesifik ; yakni menyoroti interaksi antara faktor-faktor
ekonomi dan faktor-faktor politik. Namun, dalam perkembangan yang berikutnya, istilah
ekonomi politik selalu mengacu pada adanya interaksi antara aspek ekonomi dan aspek
politik.
Adanya kelemahan instrumental ini menyebabkan banyak kalangan ilmuwan dari kedua
belah pihak – berusaha untuk mempertemukan titik temunya, sehingga para ilmuwan ini
berusaha untuk mencoba mengkaji hal ini dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
dalam ekonomi politik. Dalam upaya memaksimalkan studi mengenai ekonomi politik, juga
tidak boleh terlepas dari sistem ekonomi di negara yang bersangkutan.
Terkait dengan hal tersebut, setidaknya dalam berbagai jenis yang ada, terdapat dua sistem
ekonomi besar dunia yang dibagi menjadi dua kategori pokok, yakni sistem ekonomi yang
berorentasi pasar (ekonomi liberal)dengan sistem ekonomi terencana atau yang lebih dikenal
sebagai sistem ekonomi terpusat (sosialis). Sehingga dalam studi ekonomi politik akan
ditemui masalah atau pertanyaan yang sama peliknya mengenai bagaimana faktor-faktor
politik itu memengaruhi kondisi-kondisi sosial ekonomi suatu negara.
Pendekatan dalam Ekonomi Politik
Pendekatan Pilihan Publik
Pilihan publik adalah suatu sikap individu dalam menentukan pilihan mereka secara rasional.
[3]
Dalam ekonomi politik, analisisnya tertuju pada aktor. Aktor dianggap sebagai pelaku dari
kegiatan ekonomi dan politik dan berlandaskan pada asumsi dasar individualisme
metodologis, yang menempatkan sikap rasional idividu di dalam institusi non-pasar.
Namun karena sifatnya yang longitudinal, maka hasil yang dimunculkan oleh model-model
pilihan publik berbeda-beda pada satu negara ke negara lainny.
Pendekatan Neo-Marxis
Pendekatan neo-marxis dalam ekononomi politik, menekankan pada sifat holistik yakni
analisis secara menyeluruh, mengenai pentingnya aspek-aspek ekonomi makro dari sistem
ekonomi dan sistem politik.. Selain itu, pendekatan ini memiliki model yang memiliki aspek
komparatif, yakni berusaha membandingkan secara eksplisit.
Pendekatan ini juga menyoroti dan memodelkan berbagai perbedaan antar-negara di bidang
kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi dan ketergantungan kelas sosial di masyarakat.