Peran Kelembagaan Perdesaan untuk Keberlanjutan Penerapan SRI di Kabupaten Karawang | Suciati | Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia 1 SM

Peran Kelembagaan Perdesaan untuk Keberlanjutan Penerapan SRI di Kabupaten Karawang

Roles of Rural Institution in SRI Application Sustainability at Karawang

Regency

Luh Putu Suciati a,∗ , Bambang Juanda a , Akhmad Fauzi b , Ernan Rustiadi c

a Pascasarjana Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Departemen Ilmu b Ekonomi, FEM, IPB

c Departemen Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, FEM, IPB Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W), IPB

Abstract Sustainability of System of Rice Intensification (SRI) requires rural institution role. The study was con-

ducted in Karawang and uses institutional economics approach and logit regression. The analysis shows potential problems of SRI related with principal-agent/institutional relation and economics transaction cos- ts. Strengthening the activities within farmer groups will reduce economics transaction costs in beginning of application. Farmer will choose ”bagi hasil /revenue sharing” as land management cooperation with modera- te risks and transaction costs. Monitoring and incentive mechanism will reduce problems of adverse selection and moral hazard. Some factors which determine the sustainability of SRI are production, principal position, off farm work and ex ante transaction costs. Keywords: Rural Institution, Transaction Cost Economics, System of Rice Intensification

Abstrak Keberlanjutan penerapan metode System of Rice Intensification (SRI) membutuhkan peran kelembagaan

perdesaan. Studi dilakukan di Kabupaten Karawang dan menggunakan pendekatan kelembagaan ekonomi dan regresi logit. Hasil analisis menunjukkan potensi problem metode SRI terkait hubungan kelembagaan principal-agent dan biaya transaksi ekonomi. Penguatan kinerja kelembagaan perdesaan melalui kegiatan bersama dalam kelompok tani mengurangi biaya transaksi ekonomi pada awal aplikasi SRI. Pilihan kerja sama pengelolaan lahan pola bagi hasil banyak dipilih terkait risiko dan biaya transaksi yang moderat. Potensi masalah berupa moral hazard dan adverse selection dapat dikurangi dengan pemantauan dan mekanisme insentif. Faktor determinan keberlanjutan penerapan metode SRI adalah peningkatan produksi padi, posisi sebagai pemilik lahan, pekerjaan di luar usaha tani, dan biaya transaksi sebelum pelaksanaan. Kata kunci: Kelembagaan Perdesaan, Biaya Transaksi Ekonomi, System of Rice Intensification

JEL classifications: D23, O17, R38

Pendahuluan

Metode System of Rice Intensification (SRI)

Alamat Korespondensi: Fakultas Pertanian Univer- sitas Jember Jln. Kalimantan III Kampus Tegalboto

merupakan salah satu pendekatan budi da-

Jember, Jawa Timur 68121. E-mail : suciatiluhputu@

ya padi yang menekankan pada manajemen

gmail.com.

pengolahan tanah, tanaman, dan air melalui

110 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal,

untuk meningkatkan produksi. Prinsip dasar SRI terkait pada beberapa perlakuan seperti tanam benih usia muda, tanam tunggal, sistem pengairan berselang (intermitten), pengguna- an pupuk lebih sedikit, dan lebar jarak tanam (Laulanie, 1992). Konsep metode SRI terkon- sentrasi pada dua isu utama, yaitu (1) menggu- nakan air irigasi sesedikit mungkin dengan ti- dak membanjiri lahan untuk mendapatkan alir- an udara lebih besar bagi tanah dan akar, dan (2) penggunaan bibit muda dipindahkan satu per satu dengan jarak lebih lebar dari biasa- nya, minimum (25 cm x 25 cm). Pelaksanaan metode SRI banyak mengalami modifikasi, ter- utama dalam pengelolaan air. Hal tersebut di- sesuaikan dengan keadaan lahan dan iklim.

Produktivitas padi dengan metode SRI cenderung lebih tinggi, meskipun hasilnya berbeda-beda pada tiap daerah. Hasil perco- baan di Kabupaten Karawang misalnya, ha- sil panen padi metode konvensional rata-rata adalah 5 ton/hektar, sedangkan jika meng- gunakan metode SRI dapat mencapai sekitar 7,5 ton/hektar (Kementerian Pertanian (2011) dalam Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWS), Citarum, 2012). Keunggulan lain- nya penanaman padi metode SRI organik yang menggunakan pupuk alami dan pestisida na- bati (pesnab) adalah unsur hara tanah meng- alami perbaikan. Hal ini merupakan alterna- tif bagi lahan-lahan pertanian intensif yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia sela- ma bertahun-tahun yang sudah sangat rendah kandungan bahan organiknya.

Awal mula penerapan metode SRI di Indone- sia pada 1999 oleh Balai Besar Penelitian Ta- naman Padi (BBP Padi) Kementerian Perta- nian melalui pelaksanaan penelitian, penguji- an, dan evaluasi di Sukamandi, Jawa Barat. Sejak awal diperkenalkan, tingkat penerapan metode SRI secara umum di Indonesia terasa lambat, walaupun memiliki prospek pengem- bangan yang cukup bagus. Diungkapkan oleh Anugerah et al. (2008), penerapan metode SRI

di Kabupaten Garut dan Ciamis menunjukkan (1) budi daya padi metode SRI mampu me- ningkatkan hasil dibandingkan budi daya pa- di konvensional; (2) meningkatkan pendapat- an; (3) terjadi efisiensi produksi dan usaha ta- ni secara finansial; dan (4) peluang harga pasar padi SRI lebih tinggi dibandingkan padi kon- vensional, karena dapat dipasarkan sebagai be- ras sehat.

Hasil studi Juanda dan Anwar (2011) di Ka- bupaten Cianjur memberikan informasi bahwa penerapan SRI murni (aplikasi pupuk dan pes- tisida organik buatan sendiri, sistem pengair- an berselang dan tanam tunggal) memiliki ni- lai B/C ratio 2,56, tidak terlalu berbeda jauh dengan penerapan SRI tanpa tanam tunggal (aplikasi pupuk dan pestisida organik buatan sendiri, sistem pengairan berselang, tanpa ta- nam tunggal), yaitu 2,98. Sedangkan penerap- an ’SRI Campuran 1’ (campuran pupuk dan pestisida kimia, pola pengairan terus-menerus dengan tanam tunggal) memiliki B/C ratio 3,18 dan ’SRI Campuran 2’ (campuran pu- puk dan pestisida kimia, pola pengairan terus- menerus, tanpa tanam tunggal) menghasilkan B/C ratio 2,21.

Kondisi tersebut menjelaskan bahwa keun- tungan petani dari penerapan SRI memiliki perbedaan tidak terlalu besar dibandingkan penerapan intensifikasi padi konvensional de- ngan kisaran B/C ratio 2,21. Hal serupa juga terjadi di Kabupaten Karawang, di mana pe- nerapan SRI Campuran 2 memiliki B/C ratio 2,79 berbeda tipis dari B/C ratio penerapan intensifikasi padi konvensional sebesar 2,31.

Hanya saja, peningkatan produksi padi dan keuntungan per musim tanam dirasakan belum cukup signifikan bagi petani, sehingga keber- lanjutan penerapan belum optimal. Usaha tani padi, walaupun sudah membudaya bagi peta- ni, namun penerapan inovasinya cukup berisi- ko. Analisis biaya dan manfaat yang sudah di- lakukan perlu dilengkapi identifikasi biaya ter- sembunyi (hidden cost) melalui identifikasi bi- aya transaksi ekonomi. Kelembagaan di perde-

Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 111 saan umumnya dapat membantu mengurangi

Tinjauan Referensi

biaya transaksi ekonomi sehingga sistem budi daya padi yang lebih baik dapat berkelanjutan.

Kelembagaan dapat diartikan sebagai aturan Studi ini diharapkan menjadi salah satu infor-

yang dianut oleh masyarakat atau organisasi masi upaya menjamin keberlanjutan penerap-

yang dijadikan pegangan oleh seluruh anggota an metode SRI melalui aspek kelembagaan me-

masyarakat atau anggota organisasi tersebut lalui telaah hubungan kelembagaan atau agen-

dalam mengadakan transaksi satu sama lain- cy dan biaya transaksi ekonomi.

nya. Kelembagaan menurut Ruttan dan Haya- mi (1984) adalah aturan di dalam suatu kelom-

Upaya mendorong penerapan intensifikasi pok masyarakat atau organisasi yang memfasi- padi SRI memerlukan penanganan yang berke-

litasi koordinasi antar-anggotanya untuk mem- sinambungan. Hal tersebut terkait persepsi pe-

bantu para anggotanya dengan harapan setiap tani terhadap penerapan metode SRI sebatas

orang atau organisasi dapat mencapai tujuan orientasi proyek tanpa kejelasan keberlanjutan

bersama yang diinginkan. Ostrom (1985) men- dan dilaksanakan oleh beberapa pemangku ke-

definisikan kelembagaan sebagai aturan dan pentingan dengan tujuan yang berbeda. Per-

rambu-rambu sebagai panduan yang dipakai masalahan keberlanjutan penerapan intensifi-

para anggota untuk mengatur hubungan yang kasi padi metode SRI membutuhkan penguat-

saling mengikat dan tergantung satu sama la- an kelembagaan dan kerja sama antar-daerah

in. North (1990) lebih menekankan kelembaga- dan pemangku kepentingan.

an sebagai aturan main di dalam suatu kelom- pok yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor

Tujuan studi adalah menemukenali faktor ekonomi, sosial, dan politik. determinan yang menentukan pilihan meto-

Berdasarkan definisi-definisi kelembagaan,

de intensifikasi padi untuk selanjutnya meni- dikatakan bahwa kelembagaan adalah atur- lai faktor yang menentukan keberlanjutan pe-

an yang memfasilitasi institusi atau organisa- nerapan metode SRI berdasarkan potensi ma-

si dalam berkoordinasi dan bekerja sama un- salah dalam lingkup kelembagaan perdesaan.

tuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Pertanyaan penelitian pada studi ini adalah (1)

Aturan mencakup aturan formal dan nonfor- bagaimana potensi masalah, peran, dan kiner-

mal yang diperlukan dan disepakati bersama. ja kelembagaan dalam mengatasi masalah pe-

Aturan yang ditetapkan harus jelas, terukur, nerapan intensifikasi padi metode SRI di Ka-

dan konsisten. Organisasi atau institusi yang bupaten Karawang; (2) berapa besarnya bia-

terlibat diharapkan mempunyai sumber daya ya transaksi ekonomi sebelum pelaksanaan (ex

manusia yang kredibel dan mempunyai penge- ante) dan sesudah pelaksanaan (ex post); dan

tahuan serta pengertian yang cukup tentang (3) faktor determinan apa yang memengaruhi

permasalahan yang ada.

peluang keputusan petani menentukan pilihan Anwar (1995a) menjelaskan bagian dari te- keberlanjutan metode SRI di Kabupaten Ka-

ori kelembagaan terkait masalah-masalah da- rawang?

lam hubungan antara dua atau lebih indivi- du, dikenal dengan teori agency (agency the-

Studi ini bermanfaat untuk memberikan in- ory). Salah satu bentuk teori agency adalah formasi dalam penentuan kebijakan terkait ke-

principal-agent antara pemilik lahan (princi- tahanan pangan dan ketahanan air. Penerap-

pal ) dan penggarap lahan (agent) yang me- an intensifikasi padi metode SRI diharapkan

mengaruhi tindakan produksi dan tingkat hasil mampu meningkatkan pendapatan petani me-

(produksi) lahan pemiliknya. Bentuk kelemba- lalui peningkatan produksi sekaligus menjamin

gaan hubungan principal-agent muncul sebagai kualitas lingkungan yang lebih baik.

respons terhadap informasi sepihak (asymetric

112 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... information) yang menimbulkan biaya agen

(agency cost) atau biaya transaksi. Usaha me- nurunkan biaya transaksi dapat dilakukan de- ngan mempertemukan kepentingan dan tujuan yang ingin dicapai oleh penggarap dan pemilik lahan, yang dikombinasikan dengan sistem pe- mantauan yang efektif sehingga dapat meng- urangi ketidaksimetrian informasi dan perila- ku yang tidak jujur. Masalah penting dari teo- ri hubungan principal-agent adalah bagaimana agar pihak principal dapat mengamati perila- ku agent. Apabila pemilik lahan (principal ) ti- dak dapat mengamati perilaku petani pengga- rap (agent), maka pemilik lahan harus meng- atur struktur insentif kepada pihak penggarap lahan.

Paradigma principal-agent ditandai dengan tindakan principal yang memaksimalkan tuju- an dengan kendala utilitas agent (Sappington, 1991). Pada sebagian besar model principal- agent, untuk kasus bagi hasil seperti yang di- kemukakan oleh Harris dan Raviv (1979) serta Shavell (1979), karakteristik pemilik tanah cen- derung bersifat risk-neutral. Sebaliknya, peta- ni penggarap bersifat menghindari risiko (risk- averse). Studi oleh Braverman dan Stiglitz (1982) tentang biaya berbagi masukan meng- hasilkan pilihan (trade off ) antara menghinda- ri risiko dan insentif yang tidak tepat. Seorang pemilik lahan tanpa petani penggarap tidak memiliki masalah insentif tapi menanggung se- mua risiko. Sebaliknya, jika mempekerjakan pe- tani penggarap, pihak pemilik lahan menang- gung risiko tingkat kelalaian petani penggarap, tetapi tidak lagi menanggung risiko secara pe- nuh.

Elemen kunci dalam mengurangi masalah kelembagaan, dalam masalahprincipal-agent, adalah dengan memperkecil kesenjangan in- formasi dan perilaku oportunitas melalui pro- ses negosiasi, pemantauan, struktur insentif yang efisien, dan pengembangan aturan-aturan untuk pencapaian tujuan bersama. Anwar (1995b) menjelaskan dalam bidang pertani- an di wilayah perdesaan, bentuk hubungan

principal-agent umumnya merupakan sistem kontrak (usaha tani, tenaga kerja, lahan, dan lain-lain). Bentuk keterkaitan kontrak (contra- ct interlikages) umumnya bersifat informal de- ngan tujuan memperkecil biaya-biaya transak- si. Hubungan tersebut dilakukan oleh masya- rakat perdesaan karena sistem pasar yang ber- saing di wilayah perdesaan masih sederhana dan belum berkembang, yang disebabkan (i) buruknya sistem transportasi dan komunikasi; (ii) langkanya informasi pasar dan mahalnya biaya untuk memperolehnya; serta (iii) barang- barang input dan output hasil produksi yang dipertukarkan jumlahnya terbatas, baik menu- rut keadaan ruang maupun waktu. Sebagai aki- batnya, keadaan pasar menjadi tersekat-sekat (segmented marked ) ke dalam unit-unit kecil yang terbatas pada tingkat komunitas lokal.

Teori biaya transaksi berasal dari pendekat- an kelembagaan ekonomi baru dan berfokus pada tata kelola kelembagaan. Menurut Willi- amson (1986) dan Anwar (1995b), ekonomi bi- aya transaksi, berlainan dengan ekonomi neo- klasikal yang menganggap dalam aktivitas eko- nomi tidak mengalami hambatan yang berarti karena mempunyai informasi yang sempurna. Keadaan sebenarnya adalah bahwa pada seti- ap proses pertukaran ekonomi seperti dalam jual beli (economic exchange), terdapat ham- batan informasi yang dapat disebut biaya tran- saksi. Biaya-biaya transaksi tersebut dapat di- golongkan sebagai biaya informasi, biaya ne- gosiasi, biaya kontrak, dan biaya pemantauan. Biaya informasi dapat bersifat ”pra” sebelum pertukaran terjadi, seperti biaya untuk mem- peroleh harga dan produk yang diperjualbeli- kan dan biaya identifikasi mitra usaha (trad- ing partner ) yang cocok atau sesuai. Biaya ne- gosiasi merupakan biaya-biaya dari pelaksana- an secara fisik dari transaksi yang dilakukan yang dapat meliputi biaya komisi, biaya nego- siasi tentang syarat perjanjian pertukaran, dan biaya merumuskan kontrak bisnis. Sebaliknya, biaya pemantauan dapat terjadi setelah tran- saksi yang merupakan biaya-biaya untuk me-

Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 113 yakinkan bahwa perjanjian menyangkut tran-

saksi, standar kualitas atau pengaturan pem- bayaran bersifat mengikat kepada pihak-pihak yang bertransaksi.

Hipotesis yang mendasari teori biaya tran- saksi ekonomi adalah bahwa lembaga yang me- minimalkan pengaturan biaya transaksi dapat berubah dan berkembang (Williamson, 1998). Secara umum, penentuan pilihan suatu tran- saksi ekonomi, apakah dilakukan melalui sis- tem pasar atau melalui sistem organisasi non- pasar dengan bentuk institusi lain, ditentukan oleh pertimbangan tingginya biaya transaksi. Penekanan dalam analisis ekonomi biaya tran- saksi terletak pada proses transaksi itu sendiri. Apakah suatu transaksi ekonomi akan dilaksa- nakan di dalam sistem pasar atau bentuk orga- nisasi lainnya tergantung besarnya biaya-biaya transaksi yang terjadi. Prinsip dasar penentu atau pengambil keputusan akan berusaha me- nekan biaya-biaya transaksi sampai tingkat mi- nimum (Anwar, 2003).

Pada dasarnya, setiap hubungan transaksi mengandung tiga komponen ekonomi menda- sar, yaitu (1) alokasi nilai atau distribusi keun- tungan dari pertukaran; (2) alokasi ketidakpas- tian dan risiko-risiko yang terkait; serta (3) alo- kasi kepemilikan (property rights) yang mem- batasi pengambilan keputusan dalam suatu hu- bungan. Permasalahan penting yang muncul adalah tidak selalu sebuah kontrak tercipta dengan persyaratan yang lengkap, dengan di- tambah kehadiran opportunitas sehingga bia- ya transaksi selalu muncul (Williamson (1998) dalam Manzilati (2011)). Biaya transaksi eko- nomi dapat didefinisikan berdasarkan tiga ka- rakteristik yang memengaruhi biaya transaksi, yaitu kekhususan aset, ketidakpastian, dan fre- kuensi transaksi.

Metode Lokasi studi dilakukan di dua kecamatan di

Kabupaten Karawang, yaitu Kecamatan Te- lagasari dan Rawamerta. Pengambilan contoh

menggunakan metode purposive sampling, ya- itu penarikan contoh berdasarkan pada bebe- rapa pertimbangan dan tujuan tertentu (Juan-

da, 2009a). Pemilihan lokasi penelitian di Keca- matan Telagasari dan Kecamatan Rawamerta berdasarkan pertimbangan bahwa terdapat ke- lompok tani sasaran kegiatan Integrated Cita- rum Water Resources Management Invesment Program (ICWRMIP) tahun 2010 dan 2011 dan Bantuan Sosial program SRI tahun 2012 sampai 2013. Pada setiap kecamatan dipilih be- berapa kelompok tani yang pernah menjadi sa- saran program SRI. Selanjutnya pada tiap ke- lompok tani akan dipilih 10 orang petani res- ponden yang pernah menerapkan metode SRI secara random sampai mencapai kuota respon- den sebanyak 50 orang. Distribusi responden petani dan lokasinya diuraikan pada Tabel 1.

Teknik pengumpulan data kualitatif pada studi ini dilakukan dengan diskusi kelompok atau Focus Group Discussion (FGD) yang ber- tujuan menemukan makna sebuah tema me- nurut pemahaman kelompok. Potensi masalah penerapan SRI yang dikemukakan oleh respon- den disusun keterkaitannya dalam bentuk ke- rangka logika, selanjutnya dianalisis menggu- nakan metode Analisis Kerangka Logika atau Logical Framework Analysis (LFA) untuk iden- tifikasi akar masalah dan fokus isu penerapan metode SRI. Identifikasi fokus isu berdasarkan jumlah panah yang masuk ke kotak masalah, sedangkan akar masalah ditunjukkan dari ko- tak masalah yang memiliki panah keluar paling banyak (Gambar 1).

Peran dan kinerja kelembagaan serta hu- bungan pemilik dan penggarap lahan dalam penerapan metode SRI menggunakan pende- katan ekonomi kelembagaan. Pengukuran ki- nerja kelembagaan berdasarkan prinsip ke- lembagaan yang dikembangkan Ostrom et al. (2006) terkait pengelolaan sumber daya. Jika prinsip-prinsip keberlanjutan kelembagaan ter- sebut dapat dipenuhi, maka kelembagaan akan berjalan dengan baik dan stabil, sedangkan jika tidak, maka kelembagaan akan rapuh bahkan

114 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...

Tabel 1: Distribusi Responden Petani Berdasarkan Lokasi Kecamatan

Kriteria Responden Nama Kelompok Tani dan Lokasi di Kabupaten Karawang 1. Petani yang tergabung dalam kelompok tani 1. Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariumulya, dan pernah melaksanakan metode SRI mini-

Kecamatan Telagasari;

mal satu kali; 2. Petani pernah mengikuti pelatihan budi daya 2. Kelompok Tani Resep Makaya Desa Pasir Ka- padi SRI dan;

muning Kecamatan Telagasari; 3. Kelompok tani pernah menerima bantuan so- 3. Kelompok Tani Benong II dan Kelompok Tani

sial penerapan SRI Asahan Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasa- ri; 4. Kelompok Tani Wargi Mukti Desa Sukamerta Kecamatan Rawamerta

Sumber: Hasil Pengamatan Penulis

menuju kehancuran.

lihan petani.

p i Logit (p i ) = log

Prinsip kinerja kelembagaan yang disampa-

1−p i

ikan Ostrom et al. (2006) adalah (1) kejelasan =β 0 +β 1 Lahan +β 2 U mur batasan hak individu untuk mengelola kelem-

+β 3 P roduksi +β 4 J arak sawah bagaan terkait struktur organisasi; (2) kesesua-

+β 5 D poktan +β 6 DPA ian pemberian (appropriation) antara pemaka-

ian sumber daya dengan kontribusi yang dibe- +β 7 D kerja +β 8 T CE pra rikan; (3) kegiatan bersama (collective action)

+β 9 T CE pasca +ε atau partisipasi dalam lembaga; (4) kegiatan

(1) pemantauan kelembagaan; (5) penerapan sank-

si jika ada pelanggaran; (6) mekanisme penye-

dengan:

= pilihan penerapan intensifikasi pa- an dengan kewenangan lembaga lain.

lesaian konflik; dan (7) kewenangan pengatur-

p log i

1−p

di metode SRI (nilai 1 adalah jika peta- ni melaksanakan metode SRI lebih dari 1

Analisis terhadap berbagai faktor yang me- musim tanam dan nilai 0 adalah jika pe- mengaruhi keputusan petani terhadap pene-

tani belum menerapkan metode SRI atau rapan metode SRI menggunakan model pilihan

hanya menerapkan 1 kali musim tanam); biner, yaitu regresi logit. Model pilihan biner

β 0 = konstanta, β 1 −β 9 = koefisien regresi; mengasumsikan bahwa individu-individu (unit

Lahan = luas lahan sawah (m2); pengamatan) dihadapkan pada pilihan antara

L = umur petani (tahun); dua alternatif dan pilihannya tergantung dari

Produksi = produksi padi (kg/Musim Ta- karakteristik individu (Juanda, 2009b). Model

nam);

regresi logit pada studi ini bertujuan menen- Jarak sawah = jarak rumah ke sawah petani tukan peluang individu petani di wilayah stu-

(meter);

di dengan karakteristik tertentu akan memilih

D poktan = variabel artifisial atau dummy intensifikasi padi dari dua alternatif yang ter-

keikutsertaan dalam kelompok tani (nilai sedia.

1 jika keterlibatan sebagai pengurus ke- lompok tani dan nilai 0 jika keterlibatan sebagai anggota kelompok tani);

D PA = variabel artifisial atau dummy hu- faktor yang diduga memengaruhi keputusan pi-

Berikut formulasi model regresi logit dan

bungan principal-agent (nilai 1 jika petani

Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 115 merupakan pemilik lahan dan nilai 0 jika

petani merupakan penggarap lahan);

D kerja = variabel artifisial atau dummy pe- kerjaan utama sebagai petani (nilai 1 jika pekerjaan utama sebagai petani dan nilai 0 jika memiliki pekerjaan selain sebagai pe- tani);

TCE pra = biaya transaksi sebelum pelaksa- naan metode SRI (Rp/Musim Tanam); TCE pasca = biaya transaksi setelah pelak- sanaan metode SRI (Rp/Musim Tanam); ε = eror.

Hasil dan Analisis Permasalahan dalam Penerapan Me-

tode SRI, Peran, dan Kinerja Kelem- bagaan

Upaya meningkatkan minat petani untuk me- nerapkan intensifikasi metode SRI telah di- lakukan melalui berbagai kebijakan dan pro- gram. Beberapa program pelatihan dirancang secara rutin dan telah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum melalui BBWS Citarum un- tuk mendorong petani agar menerapkan meto-

de SRI. Kementerian Pertanian melalui Direk- torat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) memberikan bantuan pendanaan bagi kelompok tani untuk mendukung pelatih- an pengenalan metode SRI di Kabupaten Ka- rawang. Pada tahun 2009, melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (Ditjen PLA) dilakukan program ICWRMIP dengan dukungan dana dari Asian Development Bank (ADB). Salah satu program yang dilaksanakan pada tahun 2010 adalah bantuan untuk tiap kelompok tani yang melaksanakan intensifikasi metode SRI dengan luas lahan minimal 20 hek- tar dalam 1 hamparan. Fasilitas yang diperoleh adalah bantuan 2 buah Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO) dan 1 becak motor (cator) atau kendaraan roda tiga untuk mengangkut jerami dari sawah ke tempat pengolahan kom- pos.

Beberapa permasalahan yang dihadapi pe-

tani dirangkum dengan metode keterkaitan antar-masalah menggunakan LFA (Gambar 1). Melalui FGD, responden petani mengungkap- kan berbagai permasalahan dan kendala pene- rapan SRI dan kemudian mengaitkan satu ma- salah dengan masalah lain. Identifikasi fokus isu dan akar masalah penerapan intensifikasi padi metode SRI merupakan tujuan LFA.

Berdasarkan interaksi permasalahan yang dihadapi, fokus isu penerapan metode SRI ada- lah tambahan biaya usaha tani dan hubungan kerja dengan pemilik lahan terkait beberapa perlakuan dan risiko penerapan. Akar masalah penerapan SRI adalah belum adanya pendam- pingan bagi petani terkait risiko awal penerap- an. Pendampingan bagi petani terutama pada masa awal penerapan diperlukan untuk meng- urangi risiko yang ditanggung petani. Masalah jaminan pasar menjadi penting dalam penerap- an suatu inovasi. Oleh karena itu, strategi yang dilakukan adalah memberikan jaminan pasar produk gabah atau beras SRI. Aktivitas sis- tem insentif yang dirancang harus diarahkan pada pemberian jaminan kepada petani untuk menghadapi risiko penerapan.

Hasil LFA mengindikasikan bahwa potensi masalah keberlanjutan penerapan metode SRI membutuhkan peran kelembagaan perdesaan. Hal tersebut karena manfaat penerapan meto-

de SRI terhadap produksi padi dan perbaik- an kualitas lahan akan berdampak nyata dan relatif stabil setelah beberapa musim. Bebera- pa perbedaan aplikasi metode SRI memerlukan biaya tambahan dan membutuhkan dukungan kelembagaan perdesaan yang kuat.

Perkembangan kelembagaan perdesaan telah banyak mengalami pergeseran sejalan dengan dinamika sosial ekonomi masyarakat. Penerap- an metode SRI memerlukan interaksi teknologi irigasi dan elemen partisipan di mana terdapat interdependensi satu sama lain. Atas dasar ini, kelembagaan yang kuat perlu diwujudkan seba- gai aturan main untuk mengatur pelaku ekono- mi dalam suatu komunitas. Sistem kelembaga- an tersebut bertujuan ke arah efisiensi dengan

116 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...

Gambar 1: Bagan Alir Logical Framework Analysis (LFA) Permasalahan Penerapan Metode SRI di Kabupaten Karawang

Sumber: Olahan Hasil FGD, 2013

mengurangi biaya transaksi (transaction cost). anggota kelompok tani (indikator ke-4). Secara Secara umum, struktur insentif dan mekanis-

keseluruhan, semakin kuat interaksi kelemba- me alokasi sumber daya akan menentukan efek-

gaan di perdesaan akan mendorong minat pe- tivitas kelembagaan yang pada akhirnya ber-

tani menerapkan suatu inovasi. pengaruh terhadap keberlanjutan kelembaga-

Selain kinerja kelembagaan, hubungan pemi- an. Beberapa aspek kelembagaan seperti dike-

lik sumber daya (principal ) dan petani pengga- mukakan oleh Ostrom et al. (2006) perlu di-

rap juga menentukan minat petani. Permasa- perhatikan untuk menjamin keberlanjutan pe-

lahan hubungan agen/pelaku menjadi salah sa- nerapan suatu inovasi. Studi ini mengukur ki-

tu fokus studi terkait dengan risiko penerapan nerja kelembagaan petani berdasarkan indika-

intensifikasi padi metode SRI. Identifikasi hu- tor dukungan keberlanjutan penerapan metode

bungan agen/pelaku pada penerapan intensifi- SRI. Hasil skoring kinerja kelembagaan petani

kasi padi metode SRI berdasarkan kontrak usa- menunjukkan kinerja dengan kriteria ”sedang”

ha tani yang dilakukan antara pemilik sumber (Tabel 8). Beberapa aspek indikator kelemba-

daya atau pemilik lahan dan pengguna sum- gaan yang mendorong minat petani menerap-

ber daya atau penggarap lahan. Aspek penting kan metode SRI yaitu kegiatan bersama yang

hubungan agen/pelaku ditentukan dari bagai- dilakukan dalam kelompok (indikator ke-3) dan

mana kontrak awal dilakukan. Pihak pemilik seringnya pemantauan di antara pengurus dan

lahan sebagai pemilik sumber daya memiliki

Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 117

Tabel 2: Distribusi Responden Petani Berdasarkan Lokasi Kecamatan

Jenis Pendayagunaan

Hubungan Agency

Pengelolaan lahan dengan upah tetap • Principal (P) = Pemilik lahan : Memfasilitasi seluruh biaya dengan membayar upah dan pembelian sarana produksi • Agent (A) = Petani penggarap mengerjakan lahan dengan upah tertentu

Bagi hasil pengelolaan lahan sistem maro dari hasil pa- • P = Memfasilitasi sewa alat (traktor), menyediakan nen dikurangi semua biaya

sarana produksi (pupuk, pestisida dll.), • A= Petani penggarap → biaya tenaga kerja ta- nam, pemeliharaan (pengairan, penyiangan, pemupuk- an, pemberantasan hama penyakit), panen

Sewa atau gadai lahan • P = Pemilik lahan menerima pembayaran uang sewa atau gadai dari petani penggarap sesuai perjanjian • A = Petani penggarap/penggadai secara mandiri me- nyediakan semua kebutuhan untuk usaha tani dengan jangka waktu tertentu, minimal 1 tahun (2 musim ta- nam padi).

Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan Tahun 2013

berbagai pilihan pendayagunaan lahan, apakah obatan jika ada serangan hama dan penya- (a) mengusahakan lahan dengan mempekerja-

kit tanaman, serta alat mesin pertanian (sewa kan orang dengan sistem upah tetap; (2) sistem

traktor untuk olah lahan). Pengeluaran biaya bagi hasil/maro; (3) gadai; ataukah (4) sewa,

tenaga kerja seperti penanaman, pemupukan, seperti diuraikan pada Tabel 2.

serta pemberantasan hama dan panen menjadi Pada penerapan metode SRI, masalah pe-

tanggung jawab pihak penggarap. Pada akhir milik lahan adalah bagaimana memaksimal-

masa kontrak, hasil pembagian adalah separuh kan profit dari lahan sementara karakter pe-

hasil panen dalam bentuk gabah kering pungut tani penggarap yang tidak sepenuhnya dapat

(GKP) setelah dikurangi segala biaya yang di- diobservasi. Hal ini terkait dengan beberapa

keluarkan pemilik dan penggarap lahan. Risiko perbedaan penerapan metode SRI dibanding

terkait sistem sewa atau gadai terkait pola usa- metode konvensional yang menyebabkan ada-

ha tani yang dilakukan penyewa atau pengga- nya tambahan usaha dan pemantauan. Fokus

dai adalah jika sistem usaha tani menggunakan studi ini mengutamakan aspek pendayaguna-

pupuk dan obat kimia dosis tinggi dan meng- an lahan dan tenaga kerja karena merupakan

gunakan cara budi daya merusak lahan. Tata hal penting dan menentukan keberhasilan usa-

cara budi daya seperti itu menyebabkan kondi-

ha tani padi. si kesuburan lahan berkurang dan harga lahan Pengelolaan lahan dengan sistem upah me-

akan turun.

miliki risiko dan biaya transaksi paling ting- Sistem maro menjadi pilihan yang sifatnya gi di antara pilihan pendayagunaan lahan lain-

moderat baik dari sisi risiko dan biaya tran- nya. Hal ini terjadi karena petani pemilik sulit

saksi ekonomi, baik bagi pihak pemilik mau- mengontrol pekerjaan petani penggarap. Sis-

pun penggarap lahan. Seperti terlihat pada Ta- tem maro memiliki risiko moderat di antara

bel 3, sistem maro menguntungkan kedua belah pengelolaan dengan upah tetap dan sewa atau

pihak jika pemilik dan penggarap lahan sama- gadai. Sistem maro ditandai dengan bebera-

sama berbagi risiko usaha tani. Bagi pengga- pa perjanjian yang intinya bahwa pihak pemi-

rap tidak perlu mengandalkan pihak lain un- lik lahan menanggung segala biaya terkait ke-

tuk memenuhi kebutuhan sarana produksi, se- butuhan sarana produksi seperti pupuk, obat-

dangkan bagi pihak pemilik lahan, hasil pro-

118 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...

Tabel 3: Urutan Preferensi dalam Pemilihan Kerja sama

Pihak Principal (pemilik sumber daya)

Pilihan Kerja Sama

• Risiko

L>M>S

• Biaya transaksi ekonomi

L>M>S

Pihak Agent (penggarap/penyakap (=orang yg menggarap tanah atas dasar bagi hasil)) • Risiko

S>M>L

• Biaya transaksi ekonomi

S>M

• Kesempatan wirausaha/berkreasi

S>M

Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan Tahun 2013 dan Sumber: Adaptasi dari Hayami dan Kikuchi (1981) Keterangan: S = sewa lahan dengan biaya sewa tertentu, Keterangan: M = bagi hasil/maro, Keterangan: L = pengelolaan lahan dengan upah tetap

duksi meningkat terkait keterampilan dan usa- Fakta penerapan SRI oleh petani menun-

ha penggarap. Sistem sewa dan gadai memiliki jukkan bahwa ketidakpastian iklim dan biaya risiko dan biaya transaksi rendah, lebih rendah

transaksi yang tinggi sering menyebabkan kon- bagi pemilik lahan, namun sebaliknya bagi pi-

trak yang tidak lengkap dan umumnya disele- hak penggarap yang menyewa atau menggadai

saikan dengan kesepakatan informal dan kode lahan.

etik tak tertulis. Akibatnya, jika ada perselisih- an, maka pihak ketiga (arbitrase) tidak mampu

Pola kontrak maro merupakan pilihan paling menegakkan kontrak yang tidak lengkap terse- rasional bagi petani dengan kondisi ketidakpas-

but. Kondisi tersebut menyebabkan hubungan tian iklim penyebab endemik hama yang tidak

kerja sama lebih diutamakan daripada hubung- mampu diprediksi seperti hama sundep (beru-

an yang berbasis profit. Berdasarkan gambaran pa ulat kupu-kupu) dan serangan tikus. Salah

sistem kontrak usaha tani di wilayah studi, po- satu alasan pemilik lahan terkait profit yang

la bagi hasil banyak dipilih oleh pemilik lahan diterima lebih tinggi, dan pemilik lahan dapat

walaupun dengan risiko cukup tinggi. memantau pekerjaan petani penggarap walau-

Potensi masalah dalam kerja sama penerap- pun dengan risiko lebih tinggi. Perbandingan an metode SRI antara lain, pertama, masalah profit yang diperoleh pemilik lahan jika me- kerusakan moral (moral hazard ) yang diarti- nyewakan lahan sawah kelas satu, yang letak- kan sebagai aksi tersembunyi penggarap lahan nya dekat jalan dari usaha tani, dalam 1 ta- yang dikonotasikan berdampak negatif dan ti- hun (asumsi 2 musim tanam) adalah sebesar dak dapat diobservasi oleh pemilik lahan. Ma- Rp16 juta. Jika pemilik lahan memilih sistem salah muncul ketika pihak penggarap lahan ti- maro dengan asumsi hasil bersih 3 ton GKP dak mengikuti instruksi pemilik lahan. Hal ini dengan harga Rp4.000–Rp4.500 per kg GKP, menyebabkan peningkatan biaya pemantauan maka dalam 1 tahun penerimaan dari lahan sa- terhadap petani penggarap seiring makin se- wah minimum Rp24 juta. Kendala aplikasi me- ringnya intensitas pemilik lahan ke sawah. Se- tode SRI memerlukan waktu melalui persetu- mentara, penerapan metode SRI bagi pengga- juan pemilik dan penggarap lahan terkait tam- rap agak sulit untuk mengomunikasikan meto- bahan biaya dan pekerjaan seperti tanam benih

de SRI jika pemilik lahan berdomisili di luar umur muda dan tunggal, konsekuensi tumbuh wilayah Karawang. Hal ini terkait kesepakatan gulma lebih banyak, pengaturan air, dan bia- penyediaan sarana produksi (kompos dan pes- ya pengangkutan kompos. Tanpa adanya insen- nab) dan risiko penurunan hasil panen. tif dari pihak pemilik lahan, maka penggarap

enggan menerapkan metode SRI. Kedua, masalah seleksi yang merugikan

Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 119 (adverse selection), yaitu terkait dengan infor-

tersebut, biaya transaksi ekonomi sering dika- masi tersembunyi baik dari pihak pemilik ma-

takan sebagai biaya untuk memastikan berja- upun dari pihak penggarap lahan yang ber-

lannya sistem ekonomi.

tujuan memaksimalkan kepentingan masing- Isu utama dalam analisis biaya transaksi masing pihak. Masalah ini banyak berdampak ekonomi adalah pengukuran. Berdasarkan ber-

bagi pemilik lahan karena penerapan SRI pada bagai studi empiris, biaya transaksi ekonomi tahap awal masa tanam sampai padi umur satu dapat diformulasikan berdasarkan definisi dan

bulan merupakan masa adaptasi tanaman dan permasalahan yang hendak dikaji. Pengukuran rawan terserang hama penyakit tanaman. Ada- biaya transaksi ekonomi dalam aplikasi meto- nya informasi tersembunyi dapat menyebabkan

de SRI juga disesuaikan dengan kegiatan yang potensi penurunan hasil. dilakukan. Tabel 4 menjelaskan estimasi bia- Solusi untuk kerusakan moral dan seleksi ya transaksi ekonomi penerapan metode SRI yang merugikan bagi pihak pemilik lahan ada- yang terdiri dari biaya sebelum penerapan dan lah melakukan pemantauan berdasarkan pe- biaya setelah penerapan. Besarnya biaya tran- nyadaran manfaat metode SRI dan memberi- saksi ekonomi penerapan metode SRI sangat kan insentif yang sifatnya menumbuhkan spon- bervariasi antar-satu petani dan petani lain. tanitas untuk memaksimalkan produksi. Solusi Posisi sebagai pemilik atau penggarap lahan tersebut memerlukan biaya kelembagaan yang

berpengaruh terhadap besarnya biaya transak- menambah biaya usaha tani. Faktor kedekatan

si yang dikeluarkan. Biaya transaksi penerap- domisili, hubungan kekerabatan, dan intensitas

an intensifikasi metode SRI minimal Rp47.000– komunikasi dengan petani di sekitar lahan, a- Rp404.000 per musim tanam dengan asumsi kan mengurangi biaya kelembagaan. Solusi ba- rata-rata kepemilikan lahan sekitar 1 hektar. gi pihak penggarap untuk meyakinkan pemilik Besarnya biaya transaksi tidak linier dengan lahan dalam penerapan metode SRI adalah ke-

luas lahan.

bersamaan penerapan metode dalam satu ham- paran sawah melalui keikutsertaan dalam ke-

Biaya transaksi ekonomi sebelum pelaksana- giatan kelompok tani dan bantuan penerapan

an meliputi biaya menghadiri pertemuan ke- metode SRI seperti program Ditjen PSP Ke-

lompok, negosiasi dan pemantauan tanaman menterian Pertanian. Namun, program terse-

yang lebih banyak, serta biaya kesempatan (op- but hendaknya terintegrasi dengan kementeri-

portunity cost) penyediaan kompos dan pes- an lain agar penerapan metode SRI dapat ber-

nab. Tingginya biaya transaksi ekonomi sebe- kelanjutan.

lum pelaksanaan pada awal masa penerapan terkait pemantauan pelaksanaan kegiatan awal

Biaya Transaksi Ekonomi dan Faktor seperti cara semai, cara tanam, penyediaan sa- Determinan Pilihan Intensifikasi Padi

rana produksi seperti kompos, dan pengatur- an air secara berselang (intermitten). Biaya

Pendekatan ekonomi kelembagaan membangun transaksi berbeda jika posisi sebagai pemilik gagasan bahwa melalui kelembagaan dan orga-

atau sebagai penggarap lahan. Fakta di lapang- nisasi berupaya mencapai efisiensi dan memi-

an menunjukkan bahwa konsistensi penerapan nimalkan biaya transaksi, bukan hanya biaya

metode SRI lebih banyak dilakukan oleh pihak produksi. Biaya transaksi umumnya dibangun

pemilik lahan, karena biaya sebelum pelaksa- berdasar pada dua asumsi umum, yaitu opor-

naan sebagian besar terkait biaya kesempatan tunisme dan keterbatasan rasionalitas (boun-

dan pemantauan. Biaya transaksi yang cukup ded rationality) atau keterbatasan memproses

besar adalah biaya kesempatan menjamin ke- informasi dan pemecahan masalah yang kom-

tersediaan pupuk kompos dan pesnab. Keterse- pleks (Williamson, 1981; 1991). Pada kondisi

diaan sarana produksi tersebut sering kali di-

120 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...

Tabel 4: Estimasi Biaya Transaksi Ekonomi Penerapan Metode SRI Besar Biaya (Rp/MT)

No Jenis Biaya

A Biaya Pra Pelaksanaan 1 Informasi Tentang SRI (Diskusi Kelom-

5 48 Jumlah Pertemuan Kelompok X Biaya pok Tani)

Transportasi

2 Usaha Tambahan (Misal: Negosiasi de- 36 126 Intensitas ke Sawah X Biaya Transpor- ngan Pemilik Lahan atau Pemantauan

tasi ke Lahan

Penggarap) 3 Menjamin Ketersediaan Pupuk Kom-

0 100 Biaya Kesempatan Pembuatan Kompos pos

per Musim Tanam 4 Menjamin Ketersediaan Obat/Pesnab

0 100 Biaya Kesempatan Pembuatan Pesnab per Musim Tanam Jumlah Biaya Pra Pelaksanaan

B Biaya Pasca Pelaksanaan 1 Biaya Diskusi dan Rapat Pemantauan

0 30 Jumlah Pertemuan Kelompok X Biaya Evaluasi Penerapan SRI

Transportasi

Total Biaya Transaksi Ekonomi

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

penuhi secara pribadi, belum dilakukan seca- Analisis regresi logistik digunakan untuk ra berkelompok dan belum ada alternatif lain.

menduga peluang kejadian tertentu dari va- Bantuan alat mesin pertanian pendukung ke-

riabel respons kategori menggunakan variabel giatan yang diberikan untuk kelompok tani se-

penjelas berupa variabel kategorik atau varia- benarnya dapat memperkecil biaya kesempat-

bel numerik (Juanda, 2009b). Regresi logistik an pembuatan kompos dan pesnab. Biaya tran-

sebenarnya sama dengan analisis regresi ber- saksi setelah kegiatan lebih menyangkut evalu-

ganda, namun variabel terikatnya merupakan asi dan pemantauan antar-anggota kelompok

variabel dummy (0 dan 1) atau variabel artifisi- setelah penerapan SRI dan persiapan musim

al. Model regresi linier berganda disebut seba- tanam berikutnya. Kegiatan yang dilakukan

gai model yang baik jika model tersebut meme- adalah pertemuan formal ataupun informal un-

nuhi kriteria estimator terbaik yang tidak bias tuk mendiskusikan permasalahan yang dihada-

atau Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) pi dan mencari solusi bersama-sama.

yang dicapai bila memenuhi asumsi klasik, ya- Analisis regresi logit berganda dilakukan un-

itu uji normalitas, multikolinieritas, otokorela- tuk mengetahui faktor determinan peluang pi-

si, heteroskedasitas, dan uji linieritas. Regre- lihan petani melakukan keputusan intensifika-

si logistik tidak memerlukan asumsi linieritas, si padi metode SRI di Kabupaten Karawang.

normalitas eror, otokorelasi, dan homokedasti- Analisis logit merupakan salah satu cara meng-

sitas, tetapi tidak boleh ada multikolinieritas uantitatifkan variabel respons (Y), yang pada

antarvariabel bebas. Pada model regresi logit studi ini merupakan pilihan metode intensifi-

kasus penerapan SRI di Kabupaten Karawang, kasi padi (nilai 1 adalah jika petani konsisten

dilakukan uji multikolinieritas dengan melihat melakukan metode SRI dan 0 jika petani be-

nilai Varian Infloating Factor (VIF). Jika ni- lum pernah atau sudah pernah menerapkan na-

lai VIF > 10, maka diindikasikan bahwa model mun tidak melakukan lagi). Hipotesis yang di-

memiliki gejala multikolinieritas. Jika terjadi bangun adalah bahwa peluang pilihan keber-

gejala multikolinieritas berarti terjadi korela- lanjutan metode SRI dipengaruhi oleh karak-

si yang kuat (hampir sempurna) antarvariabel ter hubungan pemilik-penggarap lahan, biaya

bebas dalam model. Hasil analisis model logit transaksi ekonomi, dan luas lahan petani.

diketahui bahwa semua variabel memiliki ni-

Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 121 lai VIF < 10 sehingga dapat dikatakan bahwa

tidak terjadi multikolinier, seperti yang ditun- jukkan pada Tabel 5.

Hasil analisis regresi logit tampak pada para- meter utama, yaitu nilai Likelihood Ratio (LR)

yang dinyatakan oleh nilai Prob > Chi 2 , statis-

tika Z direpresentasikan oleh P > |z| dan good-

ness of fit menggunakan nilai Pseudo R 2 . Nilai

LR merupakan pengganti statistika F yang ber- fungsi menguji apakah secara bersama-sama variabel bebas memengaruhi variabel terikat. Pada Tabel 6, hasil output diketahui dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, probabilitas statistik LR adalah 0,0000, sehingga secara bersama-sama kesembilan variabel, yaitu (1) lahan, (2) umur, (3) produksi, (4) jarak ke sa- wah, (5) posisi dalam kelompok tani, (6) hu- bungan agency, (7) pekerjaan, (8) biaya tran- saksi sebelum kegiatan, dan (9) biaya transaksi sesudah kegiatan, signifkan memengaruhi pelu- ang pilihan penerapan metode SRI. Nilai Pseu-

do R 2 menunjukkan nilai 0,5246 artinya bahwa proporsi variabel dalam model sebesar 52,46% mendukung aspek peluang pengambilan kepu- tusan petani dalam memilih penerapan meto-

de intensifikasi padi, di mana selebihnya sebe- sar 47,54%, dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil analisis regresi logit disajikan pa-

da Tabel 6. Pada Tabel 6 diketahui bahwa variabel yang

diduga memiliki peluang signifikan menentu- kan pilihan penerapan metode SRI adalah pekerjaan utama responden (d kerja), biaya transaksi sebelum kegiatan, hubungan kelem- bagaan atau agency (d P A), keikutsertaan da- lam kelompok tani (d poktan), dan produk- si. Berikut penjelasan masing-masing varia- bel. Pertama, pekerjaan utama respon- den (d kerja) merupakan variabel dummy di mana nilai 1 jika petani hanya bekerja seba- gai petani padi dan nilai 0 jika petani memi- liki pekerjaan tambahan selain bertanam padi (off farm). Umumnya, responden yang memi- liki pekerjaan tambahan seperti jasa bengkel, usaha penyewaan alat mesin pertanian, dan

usaha pertanian lain seperti budi daya tanam- an hortikultura lebih antusias dalam menerap- kan metode SRI. Variabel pekerjaan utama res- ponden (d kerja) berpengaruh nyata terhadap peluang keputusan petani menerapkan metode SRI. Tanda negatif (-) pada koefisien menan- dakan bahwa petani yang memiliki pekerjaan di luar usaha tani memiliki peluang lebih be- sar dengan peluang sebesar nilai odds ratio-nya sebesar 0,017. Komoditas padi menjadi tumpu- an bahan pangan keluarga petani, jika memili- ki usaha di luar usaha tani sebagai penghasilan lain, maka respons terhadap risiko perubahan tata cara tanam padi akan lebih baik. Pada studi ini diketahui bahwa petani yang memi- liki pekerjaan di luar usaha tani padi memili- ki peluang lebih tinggi melaksanakan metode SRI dibandingkan petani yang hanya mengan- dalkan usaha tani padi jika variabel lain tidak berubah (ceteris paribus).

Kedua, biaya transaksi sebelum kegi- atan usaha tani (tce pra) merupakan bia- ya yang dikeluarkan petani sebelum menerap- kan metode SRI seperti mengikuti pertemuan dan biaya kesempatan pembuatan kompos dan pesnab. Variabel biaya transaksi ekonomi sebe- lum pelaksanaan (tce pra) berpengaruh signi- fikan positif terhadap peluang menerapkan me- tode SRI pada taraf kepercayaan sebesar 95%. Tanda positif (+) pada nilai odds ratio sebe- sar 1,002 diartikan peluang petani yang berse- dia mengeluarkan biaya transaksi sebelum ke- giatan usaha tani yang lebih banyak memiliki peluang keberlanjutan penerapan metode SRI lebih tinggi daripada petani yang tidak berse- dia mengeluarkan biaya sebelum pelaksanaan. Hal ini berarti besarnya biaya transaksi ekono- mi berpengaruh positif terhadap pilihan petani untuk memilih metode intensifikasi padi.

Ketiga, posisi petani sebagai pemilik lahan atau petani penggarap (d P A) me- rupakan variabel dummy dengan nilai 1 jika pe- tani berposisi sebagai pemilik lahan dan nilai

0 jika petani berposisi sebagai petani pengga- rap. Posisi petani dalam hubungan kelembaga-

122 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...

Tabel 5: Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel

Koefisien Nilai VIF

d poktan

jarak sawah

d kerja

tce pasca

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis Tabel 6: Dugaan Peluang Faktor Determinan Pilihan Intensifikasi Padi

Variabel

Koefisien

Std. Err.

(P> |z|)

d poktan

jarak sawah

d kerja

tce pasca

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis Keterangan: * signifikan pada taraf 10% Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%

Keterangan: LR Chi 2 (9) = 36,32 Keterangan: Prob. > Chi 2 = 0,0000 Keterangan: Pseudo R 2 = 0,5264

an berpengaruh nyata terhadap peluang pilih- dummy dengan nilai 1 jika petani sebagai pe- an metode intensifikasi pada taraf kepercayaan

ngurus dan nilai 0 jika petani sebagai anggota sebesar 90%. Posisi sebagai pemilik lahan me-

kelompok tani. Posisi petani dalam kelompok nentukan apakah mengolah sawah dengan me-

tani berpengaruh nyata terhadap peluang me- tode SRI yang lebih ramah lingkungan ataukah

nerapkan metode SRI pada taraf kepercayaan menggunakan metode lainnya. Nilai odds ra-

sebesar 90%. Posisi petani sebagai pengurus tio sebesar 8,79 diartikan peluang petani seba-

kelompok tani memberikan peluang lebih be- gai pemilik lahan untuk melaksanakan metode

sar tani terkait kemudahan informasi. Umum- SRI cenderung lebih tinggi dibandingkan peta-

nya pengurus dilibatkan lebih intensif dalam ni sebagai penggarap, jika variabel lainnya sa-

kegiatan pelatihan dan informasi lainnya, se- ma (ceteris paribus). Petani dengan posisi pe-

hingga memberikan peluang menerapkan me- milik lahan memiliki daya tahan terhadap ri-

tode SRI lebih besar daripada posisi sebagai siko relatif lebih tinggi dalam menentukan pi-

anggota kelompok tani. Nilai odds ratio sebe- lihan intensifikasi padi sehingga lebih leluasa

sar 83, 23 diartikan bahwa peluang petani seba- dalam menentukan pilihan metode SRI.

gai pengurus dalam menerapakan metode SRI lebih besar dibanding petani sebagai anggota,

Keempat, keikutsertaan dalam kelom- jika variabel lain tidak berubah (ceteris pari-

pok tani (d poktan) merupa- kan variabel

Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 123 bus). Artinya informasi masih berjalan asime-

trik, sehingga pelibatan petani anggota perlu digerakkan dalam kegiatan yang lebih sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan waktu pe- tani.

Kelima, tingkat produksi menentukan pi- lihan petani dalam intensifikasi padi pada taraf kepercayaan 90%. Keputusan petani memilih menerapkan metode SRI memiliki kemungkin- an lebih tinggi jika terjadi peningkatan produk- si. Nilai odds ratio sebesar 1,00 diartikan pelu- ang penerapan intensifikasi padi menggunakan metode SRI lebih besar jika terjadi peningkat- an produksi sebesar 1 kg jika varibel lain tidak berubah (ceteris paribus).

Beberapa variabel yang tidak signifikan ber- pengaruh terhadap pilihan intensifikasi padi metode SRI adalah luas lahan (ha), jarak sa- wah (meter), umur petani (tahun), dan biaya transaksi ekonomi setelah kegiatan usaha tani (pasca). Variabel tersebut penting untuk dika- ji terkait dengan hipotesis bahwa penguasaan lahan berpengaruh terhadap pilihan intensifi- kasi. Faktor jarak ke sawah terkait dengan in- tensitas pemantauan lahan yang lebih intensif, di mana kecenderungan petani dengan jarak ke sawah relatif jauh cenderung kurang ber- lanjut dalam menerapkan metode SRI. Vari- abel umur petani terkait dengan penerimaan terhadap inovasi dan perbedaan perlakuan an- tara intensifikasi metode SRI dan metode kon- vensional. Sedangkan biaya transaksi setelah kegiatan dalam intensifikasi padi relatif kecil sehingga kurang signifikan untuk menentukan peluang keberlanjutan penerapan metode SRI.

Hasil analisis juga memungkinkan menghi- tung nilai efek marginal yang menunjukkan be- sarnya peluang dari variabel penjelas terhadap kemungkinan keberlanjutan penerapan meto-

de SRI. Hasil analisis ditampilkan pada Tabel

7. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa rata- rata peluang penerapan SRI akan meningkat sebesar 0,55 jika terjadi peningkatan empat va- riabel yang signifikan, yaitu keterlibatan da- lam kegiatan kelompok tani, akses pengelolaan

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24