PDF ini STUDI KENDALA PELAKSANAAN STANDAR MUTU BERBASIS TQM PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI PROVINSI JAMBI | Sari | 1 PB

STUDI KENDALA PELAKSANAAN STANDAR MUTU BERBASIS TQM
PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI PROVINSI JAMBI

ARTIKEL

OLEH :

LIZA PERMANA SARI
NPM : 1110018312058

Tesis Ini Diajukan Untuk Melengkapi Sebahagian
Persyaratan Menjadi Magister Teknik Sipil

PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2014

STUDI KENDALA PELAKSANAAN STANDAR MUTU BERBASIS TQM
PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI PROVINSI JAMBI

Liza Permana Sari, Nasfryzal Carlo1, Yusrizal Bakar1
1

Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bunghatta
Email : ad3kliza@gmail.com,
Abstract

Today, mutu is an important thing to survive in competition for service industry, contruction or manufacture.
One that can apply is total quality management (TQM) system. Not all construction company success in
implementation of TQM. This is because of some obstacles in implementation. Objective of research was
identified level of application of obstacle factors and variables in TQM implementation on construction company
in Jambi Province. Subject of research was contractor with grade 5 and 6. The methods used were descriptive
statistic and gap analysis. Based on literature review and previous research, research found 9 factors with 33
variables application of TQM in Jambi Province. Overall, result show that level of application of TQM variables
in Jambi Province was quite good, even 4 variables gave level of application that exceed of expectation. The
dominant obstacles in implementation of TQM were (a) good communication within department and staff, (b)
made innovation in construction methods and technologies, (c) teamwork and employee involvement to achieved
continuous improvement for a better quality, (d) effective communication on top-down and bottom-up, (e)
teamwork and employee involvement in daily works to achieve quality culture and (f) availability of facility and
technology to support work.

Key words : TQM, Construction Company, Obstacles of TQM Implementation

1. Pendahuluan
Persaingan dalam sektor konstruksi
sangat ketat, sehingga kelangsungan hidup
perusahaan atau organisasi seringkali ditentukan
oleh keputusan yang diambil dalam pengelolaan
organisasi. Salah satu cara untuk dapat bertahan
dalam persaingan adalah dengan menerapkan
sistem mutu dalam organisasi perusahaan. Mutu
merupakan salah satu tujuan dan sekaligus
indikator kesuksesan suatu pekerjaan konstruksi
terutama oleh pemilik proyek. Dalam konteks ini,
mutu dianggap sebagai salah satu elemen kunci
dari metode dan teknik manajemen proyek
konstruksi. Sebagai konsekuensinya, sistem
manajemen mutu harus diterapkan baik di tingkat
perusahaan (corporate level) maupun di proyek
(project level).
Salah satu sistem manajemen mutu yang

dapat diterapkan adalah sistem manajemen mutu
terpadu (Total Quality Management/TQM).
Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji
tentang penerapan sistem mutu dalam organisasi
konstruksi seperti Asa dkk (2008), Carlo dkk
(2006) dan Pamulu dan Husni (2005). Beberapa
penelitian lain tentang penerapan TQM dalam
industri konstruksi telah dipublikasikan adalah
Low & Teo (2004), Biggar (1990) dan Haupt &
Whiteman (2004). Sedangkan Latief dan Utami
(2009), membahas mutu pada perusahaan

konstruksi dari pendekatan yang berbeda yaitu
dengan pendekatan Six Sigma.
Penerapan sistem mutu berbasis TQM
dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga
akan berdampak pada peningkatan daya saing
perusahaan. Peningkatan kinerja ini tercapai
dikarenakan tujuan utama dalam sistem mutu
berbasis TQM adalah bagaimana memenuhi

harapan dan kebutuhan konsumen dengan tingkat
kegagalan dan resiko yang kecil. Dalam hal
peningkatan kinerja organisasi, terdapat beberapa
penelitian yang mengkaji tentang kinerja jasa
perusahaan konstruksi seperti Sudarto (2007),
Adi dan Wibowo (2010) dan Abduh dkk (2007).
Saat ini belum semua
perusahaan
konstruksi yang menerapkan sistem mutu
berbasis TQM. Hal ini dikarenakan penerapan
sistem mutu berbasis TQM pada organisasi
konstruksi menuntut beberapa perubahan dan
perbaikan dalam pengelolaan perusahaan.
Perubahan ini baik dalam hal kepemimpinan,
pengelolaan sumber daya, penggunaan teknologi
dan lain sebagainya. Sehingga dalam pelaksanaan
sistem mutu berbasis TQM pada perusahaan
konstruksi terkadang mendapatkan beberapa
kendala. Kendala-kendala ini apabila tidak diatasi
dengan baik, maka akan berpengaruh pada

kemampuan perusahaan untuk memberikan
jaminan kualitas yang baik pada klien. Hal ini

akan berdampak pada kemampuan bersaing
dengan perusahaan lainnya.
Beberapa penelitian terdahulu lebih banyak
membahas tentang penerapan TQM dan lebih
banyak pada jasa pelaksana konstruksi. Pada
umumnya penelitian lebih banyak membahas
tentang faktor penerapan mutu ataupun untuk
peningkatan kinerja perusahaan. Dari beberapa
penelitian yang dilakukan, belum ditemukan
penelitian yang membahas tentang kendala dalam
pelaksanaan TQM terutama pada perusahaan
konstruksi. Berdasarkan hal tesebut, maka
penelitian dilakukan untuk menganalisis tingkat
pelaksanaan TQM dan mengidentifikasi kendala
dalam pelaksanaan TQM pada perusahaan
konstruksi di Provinsi Jambi.
2. TINJAUAN LITERATURE

2.1. TQM
Perdagangan bebas pada tingkat global dan
regional menciptakan banyak kesempatan dan
tantangan bagi setiap negara dan perusahaan
(Wattanapruttipaisan, 2002). Kualitas merupakan
faktor kunci suksesnya sebuah perusahaan dalam
persaingan di pasar global. Banyak definisi yang
diberikan terhadap kata kualitas karena orang
memandang kualitas dari sudut pandang yang
berbeda. Goetsch dan Davis (1994) menyatakan
bahwa kualitas terletak pada cara pandang si
pengguna. Sedangkan Gilmour dan Hunt (1995)
mendefinisikan kualitas sebagai kondisi dinamis
yang menggabungkan produk, pelayanan, orang,
proses, dan lingkungan untuk dapat memenuhi
keinginan konsumen. Taguchi mendefinisikan
kualitas sebagai kerugian minimum yang
diberikan produk terhadap masyarakat mulai
sejak produk dikirimkan (Taguchi dkk, 1989).
Beberapa pakar pemasaran diantaranya

Wyckof dalam Love Lock (1998) memberikan
pengertian kualitas sebagai tingkat kesempurnaan
yang diharapkan dan pengendalian atas
kesempurnaan tersebut untuk memenuhi
keinginan konsumen, sedangkan menurut
Parasuraman
(1988) kualitas merupakan
perbandingan antara layanan yang dirasakan
(persepsi) konsumen dengan kualitas layanan
yang dirasakan sama atau melebihi kualitas
layanan yang diharapkan, maka layanan
dikatakan berkualitas dan memuaskan.
TQM merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha, untuk memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus
atas produk jasa manusia, proses, dan
lingkungan. TQM diartikan sebagai perpaduan
semua fungsi dari perusahaan, ke dalam satu
tujuan yang dibangun
berdasarkan konsep

kualitas, Team Work, produktifitas, dan kepuasan

pelanggan. TQM berkaitan erat dengan prinsip
Continous Improvement, yang berarti perbaikan
terus-menerus terhadap kualitas produk yang
dihasilkan.
2.2. TQM pada Perusahaan Konstruksi
Dalam upaya meningkatkan sistem kualitas
pada perusahaan jasa konstruksi perlu dilakukan
langkah-langkah
antisipatif
yang
harus
dipersiapkan dengan melakukan perbaikan untuk
meningkatkan kualitas dan kinerja manajemen.
Langkah-langkah perbaikan dapat berupa sistem
pengendalian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kesusksesan perusahaan jasa
konsultansi. Menurut Teng (2002) dalam
menentukan strategi pengembangan perusahaan

harus memperhatikan faktor-faktor internal yang
terdiri dari manajemen, organisasi perusahaan,
operasional, sumber daya manusia dan keuangan.
Disamping itu juga harus diperhatikan faktor
eksternal yang terdiri dari ekonomi makro,
hukum dan undang-undang, teknologi dan
inovasi social politik dan lingkungan yang
kompetitif.
2.3.

Faktor-faktor Penerapan TQM pda
Perusahaan Kontraktor
Terdapat banyak literatur dan hasil
penelitian yang membahas tentang penerapan
TQM dalam industri, baik industri jasa,
manufaktur
maupun
konstruksi.
Banyak
organisasi telah mengadopsi TQM dalam

aktivitas perusahaan sebagai usaha untuk
memperbaiki kualitas, meningkatkan kepuasan
pelanggan, meningkatkan market share dan
meningkatkan profit perusahaan.
Meskipun beberapa literatur dan hasil
penelitian memperlihatkan perbedaan faktorfaktor dalam penerapan TQM, tetapi dalam
prosesnya, semua faktor tersebut bertujuan untuk
memenuhi keinginan konsumen. Faktor-faktor
penerapan TQM dirujuk menurut literatur
Bersterfield (2003), Oakland (2004), Omachonu
dan Ross (2005), Dahlgaard dkk (2002) dan satu
model TQM yang dikeluarkan oleh EFQM.
Disamping itu juga dirujuk beberapa hasil
penelitian tentang faktor yang mempengaruhi
penerapan TQM seperti Baidoun (2004), Asa dkk
(2008), Carlo dkk (2006) dan Dewita (2011).
Sedangkan variabel yang menjelaskan
masing-masing faktor juga diambil dari beberapa
literatur dan hasil penelitian seperti Oakland
(2004) dan Bersterfield (2003), Asa dkk (2008),

Pamulu dan Husni (2005), Sudarto (2007), Adi
dan Wibowo (2010), Lempoy dkk (2013) dan
Abduh dkk (2007).

sampai dengan teknik analisis dan kesimpulan.
Metodologi juga menjabarkan instrument yang
digunakan dalam penelitian berikut dengan
respondenya. Kerangka metodologi penelitian
dapat dilihat pada Gambar 1.

3. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan bagian
yang
memuat
tahap-tahap
pelasanakaan
penelitian mulai dari studi pendahuluan, literatur
yang digunakan, metode pemecahan masalah

Mulai

Penelitian Pendahuluan
Studi Pendahu;uan
dan Literatur

Kerangka Pemikiran

Identifikasi Masalah

Metode Penelitian

Perancangan Kuesioner Penelitian
Penentuan Populasi dan
Sampel

Identifikasi Variabel Penelitian

Penyebaran Kuesioner Penelitian

Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Valid dan Reliabel?

Tidak

Ya

Pengumpulan Data Penelitian

Rekapitulasi Data
1. Data Kepentingan TQM
2. Data Pelaksanaan TQM
3. Data Kesulitan TQM

Pengolahan dan Analisis
Distribusi Frekwensi

Analisis Gap dan Kendala

Analisis dan Pembahasan

Selesai

Gambar 1. Metodologi Penelitian
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan pada perusahaan
kontraktor dengan Grade 5 dan Grade 6 di
Provinsi Jambi. Kuesioner disebarkan untuk 75

responden
dengan
tingkat
pengembalian
kuesioner 100%. Dari 75 kuesioner yang kembali
yang bisa digunakan untuk data penelitian adalah
56 kuesioner, sehingga response rate dari

kuesioner adalah 75%. Hasil uji validitas dan
reliabilitas memperlihatkan bahwa dari 33
variabel yang diidentifikasi di awal penelitian,
hanya 32 variabel yang dinyatakan valid dan
reliable, sehingga untuk penelitian ini hanya
digunakan 32 variabel.
4.1. Analisis Tingkat Pelaksanaan TQM pada
Kontraktor di Provinsi Jambi
Analisis
ini
dilakukan
dengan
menggunakan analisis gap yang merujuk pada
model ServQual (Service Quality) yang
dikembangkan oleh Parasuraman dkk (Tjiptono
dan Chandra, 2005). Apablia nilai gap negative
berarti bahwa pelaksanaan TQM telah melebihi
yang diharapkan, sedangkan nilai positive
menyatakan bahwa pelaksanaan TQM belum
sesuai dengan harapan. Tingkat kesesuaian
memperlihatkan seberapa jauh pelaksanaan TQM
dilapangan dapat memenuhi kondisi yang
diharapkan. Sedangkan kendala memperlihatkan
besarnya kendala dalam pelaksanaan TQM
dilapangan. Sedangkan criteria dalam menilai
gap dapat dilihat dibawah ini.
Kategori
Gap
Keterangan
1
= 1
Sangat Tinggi
Tabel 2 memperlihatkan bahwa gap untuk
factor kepemimpinan dan komitman berada
dalam kategori 1 (