KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS

(1)

KEBUTUHAN DASAR

IBU NIFAS


(2)

REFERENSI

 Ambarwati, Eni. Wulandari, Dyah. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra  Cendikia  Press.

 

 Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.  

 Cunningham, F. 2009. Obstetrics Williams Panduan Praktis.Jakarta: EGC.  

 Doenges, Marilynn dan Moorhouse, Mary. 2004. Rencana Perawatan

Maternal/Bayi, Pedoman untuk Perencanaan Perawatan Klien. Jakarta: EGC .

 Saifuddin, Abul Bari, dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

 

 Saminem. 2009. Kehamilan Normal Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.  Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. 


(3)

A. NURISI DAN CAIRAN

 Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan

oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama

bila menyusui akan meningkat 25%,

 karena berguna untuk proses untuk proses

kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi ASI yang cukup untuk menyehatkan bayi (Ambarwati, Eni, 2009).


(4)

LANJUTAN

 Ibu nifas akan membutuhkan diet untuk

*mempertahankan tubuh terhadap infeksi, *mencegah konstipasi, dan

*untuk memulai proses pemberian ASI eksklusif. # Asupan kalori perhari ditingkatkan hingga

2700 kalori.

# Asupan cairan perhari ditingkatkan hingga 3000 ml (susu 1000 ml).

# suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah


(5)

LANJUTAN

Kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan yaitu :

 Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah

dan mutunya.

 Banyak minum, setiap hari harus lebih dari 8

gelas.

 Makan makanan yang tidak merangsang baik

secara termis, mekanis, atau kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan.

 Batasi makanan yang berbau menyengat.  Gunakan bahan makanan yang dapat

merangsang produksi ASI misalnya sayuran hijau.


(6)

B. AMBULASI DINI

 Ambulasi dini adalah kebijaksanaan

untuk  selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan.

 Ambulasi dini ini tidak dibenarkan pada

pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat (Sulistiawati, Ari, 2009).


(7)

LANJUTAN

 Komplikasi kandung kemih, konstipasi,

trombosis vena masa nifas, dan embolisme paru lebih jarang terjadi pada wanita yang menjalani ambulasi dini setelah melahirkan.

 pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah

persalinan usai.

 berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus,

kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru.

 membantu mencegah trombosis pada pembuluh tungkai

dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat.

 Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari

miring kiri – miring kanan, kemudian setengah duduk,

duduk, berdiri di samping tempat tidur, kemudian berjalan pelan-pelan di sekitar kamar, baru berjalan ke kamar mandi


(8)

C. ELIMINASI

 Adalah Berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam

pertama postpartum dan minimal sebanyak 200 cc.

 Rangsangan untuk berkemih dapat diberikan

dengan rendam duduk untuk mengurangi edema dan relaksasi stingfer, lalu kompres hangat/dingin.

 Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka

dilakukan kateterisasi. Karena prosedur

kateterisasi membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saliran kencing tinggi untuk itu

kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam post partum. Douwer kateter diganti setelah 48 jam


(9)

LANJUTAN

 Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah

harus dapat buang air besar.

 Buang air besar tidak akan memperparah

luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan.

 Untuk memperlancar buang air besar,

anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.


(10)

D. PERSONAL HYGIENE

 Pada masa nifas, seorang ibu akan rentan

terhadap infeksi.

 Untuk itu, menjaga kebersihan sangat

penting untuk mencegah infeksi.

 Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan

tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungannya.

 Ajari ibu membersihkan daerah genitalnya

dengan cara yang baik dan benar. Infeksi dapat terjadi, tetapi sangat kecil

kemungkinannya jika luka perineum dirawat denga baik


(11)

LANJUTAN

Beberapa langkah dalam perawatan diri ibu postpartum,:

1.Perawatan payudara

 Menjaga payudara tetap bersih dan kering

terutama puting susu dengan menggunakan bra yang menyokong payudara.

 Apabila puting susu lecet oleskan kolosterum

ataua ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui. Menyusui

tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet


(12)

LANJUTAN PERAWATAN PAYUDARA

 Apabila lecet sangat berat dapat

diistirahatkan selam 24 jam, asi dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan

sendok.

 Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat

diberikan paracetamol satu tablet setiap 4-6 jam.

 Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu  untuk

mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi (Sulistiawati, Ari, 2009).

 Jika puting susu terbenam, lakukan massage

payudara secara perlahan dan tarik keluar secara hati-hati


(13)

LANJUTAN

2. Perawatan perineum

 Tujuan perawatan perineum adalah

pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.

 Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk

pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya

mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari

perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut)


(14)

E. ISTIRAHAT DAN TIDUR

 Ibu nifas membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup.

Istirahat sangat penting untuk ibu menyusui. Tindakan rutin di rumah sakit hendaknya tidak mengganggu

istirahat dan tidur ibu.

 Setelah selama sembilan bulan ibu mengalami

kehamilan dengan beban kandungan yang begitu berat, banyak keadaan yang mengganggu lainnya, dan proses persalinan yang melelahkan,

 ibu membutuhkan istirahat yang cukup untuk

memulihkan keadaannya.

 Istirahat ini dapat dilakukan dengan tidur siang atau

tidur malam. Jika ibu mengalami kesulitan tidur di malam hari dan ia tampak gelisah, perlu diwaspadai. Waspadai juga bila ibu mengalami gangguan psikolosis masa nifas


(15)

LANJUTAN

ISTIRAHAT DAN TIDUR

 Pola istirahat dan aktivitas ibu nifas yang

kurang dapat menyebabkan kelelahan dan berdampak pada timbulnya anemia (

 Bidan harus menyampaikan kepada ibu dan

keluarga agar ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara

perlahan dan bertahap.  Namun harus tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.


(16)

F. SEKSUAL

 Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian

ibu dan keluarga. Diskusikan hal ini sejak mulai hamil dan diulang pada postpartum berdasarkan budaya dan kepercayaan ibu dan keluarga.

 Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat

ruptur perineum dan penurunan hormon steroid setelah persalinan.

 Keinginan seksual ibu menurun karena kadar

hormon rendah, adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat dan tidur).


(17)

LANJUTAN KEBUTUHAN SEKSUAL

 Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi pada

kurang lebih 6 minggu) diperlukan karena kembalinya masa subur yang tidak dapat diprediksi.

 Menstruasi ibu terjadi pada kurang lebih 9

minggu pada ibu yang tidak menyusui dan kurang lebih 30-36 minggu atau 4-18 bulan pada ibu yang menyusui


(18)

G. LATIHAN DAN AKTIVITAS (SENAM NIFAS)

 Senam nifas dapat dimulai beberapa jam setelah partus, dari yang ringan sampai yang berat,

 mulai dari menarik napas panjang dengan perut, mengganti posisi tidur dari terlentang, miring

kanan, miring kiri, atau dengan posisi lain.  Senam dapat dilakukan 3-4 kali sehari,

bergantung pada kemampuan

 Hal yang paling penting bagi ibu adalah agar senam-senam tersebut hendaknya dilakukan secara perlahan dahulu, lalu semakin lama

semakin sering atau kuat. Senam yang pertama yang paling baik paling aman untuk


(19)

TERIMA KASIH

Wasalamualaikum


(1)

E. ISTIRAHAT DAN TIDUR

 Ibu nifas membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup.

Istirahat sangat penting untuk ibu menyusui. Tindakan rutin di rumah sakit hendaknya tidak mengganggu

istirahat dan tidur ibu.

 Setelah selama sembilan bulan ibu mengalami

kehamilan dengan beban kandungan yang begitu berat, banyak keadaan yang mengganggu lainnya, dan proses persalinan yang melelahkan,

 ibu membutuhkan istirahat yang cukup untuk

memulihkan keadaannya.

 Istirahat ini dapat dilakukan dengan tidur siang atau

tidur malam. Jika ibu mengalami kesulitan tidur di malam hari dan ia tampak gelisah, perlu diwaspadai. Waspadai juga bila ibu mengalami gangguan psikolosis masa nifas


(2)

LANJUTAN

ISTIRAHAT DAN TIDUR

 Pola istirahat dan aktivitas ibu nifas yang

kurang dapat menyebabkan kelelahan dan berdampak pada timbulnya anemia (

 Bidan harus menyampaikan kepada ibu dan

keluarga agar ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara

perlahan dan bertahap.  Namun harus tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.


(3)

F. SEKSUAL

 Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian

ibu dan keluarga. Diskusikan hal ini sejak mulai hamil dan diulang pada postpartum berdasarkan budaya dan kepercayaan ibu dan keluarga.

 Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat

ruptur perineum dan penurunan hormon steroid setelah persalinan.

 Keinginan seksual ibu menurun karena kadar

hormon rendah, adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat dan tidur).


(4)

LANJUTAN KEBUTUHAN SEKSUAL

 Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi pada

kurang lebih 6 minggu) diperlukan karena kembalinya masa subur yang tidak dapat diprediksi.

 Menstruasi ibu terjadi pada kurang lebih 9

minggu pada ibu yang tidak menyusui dan kurang lebih 30-36 minggu atau 4-18 bulan pada ibu yang menyusui


(5)

G. LATIHAN DAN AKTIVITAS (SENAM NIFAS)

 Senam nifas dapat dimulai beberapa jam setelah

partus, dari yang ringan sampai yang berat,

 mulai dari menarik napas panjang dengan perut,

mengganti posisi tidur dari terlentang, miring kanan, miring kiri, atau dengan posisi lain.

 Senam dapat dilakukan 3-4 kali sehari,

bergantung pada kemampuan

 Hal yang paling penting bagi ibu adalah agar

senam-senam tersebut hendaknya dilakukan secara perlahan dahulu, lalu semakin lama

semakin sering atau kuat. Senam yang pertama yang paling baik paling aman untuk


(6)

TERIMA KASIH

Wasalamualaikum