Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

(1)

BANDAR PASIR MANDOGE

OLEH :

NIM : 145102108

SRI RASMIANA SEMBIRING

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

Abstrak

Latar belakang : Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia bahwa angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3%. Ibu yang memberi ASI eksklusif dan 55% ibu yang menyusui mengalami mastitis, puting susu lecet,dan dapat mengakibatkan bayi bingung puting hal tersebut di sebabkan karena tehnik menyusui yang tidak benar.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar

Metodologi : Desain penelitian menggunakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. jumlah sampel 32 ibu nifas dengan tehnik total sampling. Tehnik pengumpulan data memberikan kuesioner. Analisa data dengan cara analisa univariat. Lokasi dan waktu penelitian Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge pada bulan November-Juni 2015.

Hasil penelitian : Menunjukkan bahwa 16 responden (50,0%) memiliki pengetahuan kurang, 14 responden (43,8%) memiliki pengetahuan cukup dan 2 responden (6,2%) memiliki pengetahuan baik.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan mayoritas ibu nifas memiliki pengetahuan kurang tentang tehnik menyusui yang benar. Dilihat dari item pertanyaan, bahwa item yang paling tinggi dijawab benar responden hanya 65,6 % yaitu tentang langkah pertama menyusui dan penyebab tidak menyusui dengan benar. selebihnya 10 item hanya dijawab benar 21,9 % - 50 % tentang cara melepaskan isapan bayi dengan benar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu dengan bayi kembar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu pasca caesar, untuk mengetahui bahwa bayi telah menyusui dengan benar, tehnik memeras ASI yang benar, gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang benar, dan gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang salah.


(4)

Postpartum Maternal Knowledge About Breastfeeding Technique True In Sei Kopas district Bandar Pasir Mandoge 2015

Abstract

Background: Based on the demographic and health survey Indonesia that the number of exclusive breastfeeding coverage reached 32.3%. Exclusive breastfeeding mothers and 55% of mothers who breastfeed have mastitis, nipple blisters, and can result in the baby nipple confusion that is caused due to incorrect breastfeeding techniques. Objective: To determine the level of knowledge of techniques breastfeeding mothers postpartum about true

Methodology: The study used a descriptive cross sectional approach. the number of samples 32 puerperal women with total sampling technique. Techniques of data collection questionnaire. Analysis of the data by means of univariate analysis. The location and time of the study in the village of Sei Kopas District Bandar Pasir Mandoge in November-June 2015.

Result: Indicates that 16 respondents (50.0%) have less knowledge, 14 respondents (43.8%) have sufficient knowledge and 2 respondents (6.2%) had a good knowledge. Conclusion: Based on the results of this study concluded the majority of post partum mothers have less knowledge about proper breastfeeding techniques. Judging from the items of questions, that the highest item of respondents correctly answered only 65.6% which is about the first step of breastfeeding and the causes are not breastfeeding properly. the remaining 10 items were answered correctly 21.9% - 50% on how to release the baby's sucking properly, appropriate feeding position for mothers with twins, feeding position that is suitable for post-Caesarean mother, to know that the baby has been breast-feeding correctly, engineering expressing milk right, the image that shows the correct breastfeeding technique, and images showing the wrong breast-feeding technique.


(5)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge” yang di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikanpada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas SumteraUtara.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. dr.Dedi Ardinata,M.kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, Skep., Ns., M.kep selaku Ketua Program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

4. Seluruh staf dan Dosen Program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Kepala Puskesmas dan para Bidan di puskesmas Bandar Pasir Mandoge yang telah memberikan ijin penelitian di Desa Sei Kopas


(6)

7. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moril maupun material serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis hingga membuat semangat penulis terus terpacu dalam membuat Karya Tulis Ilmiah.

8. Saudara kandung Abang dan adik penuilis Herianto sembiring, Alpianus sembiring, S.kom, Sri Rasmiani sembiring,Am.Keb, Silverius sembiring, Asian terkalin Sembiring, kekasih dan sahabat penulis yang telah memberikan dukungan dan do’a yang tiada hentinya.

9. Rekan-rekan mahasiswi Program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

Akhir kata penulis do’akan segala bentuk bantuan yang telah di berikan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan,14 juni 2015

Peneliti


(7)

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

1. Bagi Peneliti ... 3

2. Bagi Responden ... 3

3. Bagi institusi Pendidikan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Pengetahuan ... 4

1. Defenisi Pengetahuan ... 4

2. Tinjauan Pengetahuan ... 5

3. Beberapa Cara Memperoleh Pengetahuan ... 6

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 8

B. Ibu Nifas ... 9

C. Menyusui ... 9

1. Tehnik menyusui yang benar ... 9

2. Posisi menyusui ... 11


(8)

5. Masalah- masalah dalam pemberian ASI ... 19

6. Masalah pada ibu saat menyusui ... 23

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 25

A. Kerangka Konsep ... 25

B. Defenisi Operasional ... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

1. Populasi ... 26

2. Sampel ... 26

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

1. Lokasi Penelitian ... 26

2. Waktu Penelitian ... 26

D. Pertimbangan Etik Penelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 27

E.1. Kuesioner Data Demografi ... 27

E.2. Kuesioner Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar ... 28

E.3. Uji Validitas ... 28

F. Pengumpulan Data ... 29

G. Analisa Data ... 29

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31

1. Karakteristik Ibu Nifas ... 31 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Nifas


(9)

B. Pembahasan ... 34

1. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar ... 34

2. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Berdasarkan Item Pertanyaan ... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.2 Defenisi Operasional ... 26 Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Ibu

Nifas Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

Tahun 2015 ... 33 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan pengetahuan Ibu Nifas Di Desa

Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Tahun 2015 ... 34 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Item Pertanyaan Ibu Nifas Di


(11)

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2. Lembar Kuesioner

Lampiran 3. Lembar Prosedur Pelaksanaan

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5. Lembar Content Validity

Lampiran 6. Lembar Surat Izin Data Penelitian


(13)

Abstrak

Latar belakang : Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia bahwa angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3%. Ibu yang memberi ASI eksklusif dan 55% ibu yang menyusui mengalami mastitis, puting susu lecet,dan dapat mengakibatkan bayi bingung puting hal tersebut di sebabkan karena tehnik menyusui yang tidak benar.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar

Metodologi : Desain penelitian menggunakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. jumlah sampel 32 ibu nifas dengan tehnik total sampling. Tehnik pengumpulan data memberikan kuesioner. Analisa data dengan cara analisa univariat. Lokasi dan waktu penelitian Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge pada bulan November-Juni 2015.

Hasil penelitian : Menunjukkan bahwa 16 responden (50,0%) memiliki pengetahuan kurang, 14 responden (43,8%) memiliki pengetahuan cukup dan 2 responden (6,2%) memiliki pengetahuan baik.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan mayoritas ibu nifas memiliki pengetahuan kurang tentang tehnik menyusui yang benar. Dilihat dari item pertanyaan, bahwa item yang paling tinggi dijawab benar responden hanya 65,6 % yaitu tentang langkah pertama menyusui dan penyebab tidak menyusui dengan benar. selebihnya 10 item hanya dijawab benar 21,9 % - 50 % tentang cara melepaskan isapan bayi dengan benar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu dengan bayi kembar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu pasca caesar, untuk mengetahui bahwa bayi telah menyusui dengan benar, tehnik memeras ASI yang benar, gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang benar, dan gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang salah.


(14)

Postpartum Maternal Knowledge About Breastfeeding Technique True In Sei Kopas district Bandar Pasir Mandoge 2015

Abstract

Background: Based on the demographic and health survey Indonesia that the number of exclusive breastfeeding coverage reached 32.3%. Exclusive breastfeeding mothers and 55% of mothers who breastfeed have mastitis, nipple blisters, and can result in the baby nipple confusion that is caused due to incorrect breastfeeding techniques. Objective: To determine the level of knowledge of techniques breastfeeding mothers postpartum about true

Methodology: The study used a descriptive cross sectional approach. the number of samples 32 puerperal women with total sampling technique. Techniques of data collection questionnaire. Analysis of the data by means of univariate analysis. The location and time of the study in the village of Sei Kopas District Bandar Pasir Mandoge in November-June 2015.

Result: Indicates that 16 respondents (50.0%) have less knowledge, 14 respondents (43.8%) have sufficient knowledge and 2 respondents (6.2%) had a good knowledge. Conclusion: Based on the results of this study concluded the majority of post partum mothers have less knowledge about proper breastfeeding techniques. Judging from the items of questions, that the highest item of respondents correctly answered only 65.6% which is about the first step of breastfeeding and the causes are not breastfeeding properly. the remaining 10 items were answered correctly 21.9% - 50% on how to release the baby's sucking properly, appropriate feeding position for mothers with twins, feeding position that is suitable for post-Caesarean mother, to know that the baby has been breast-feeding correctly, engineering expressing milk right, the image that shows the correct breastfeeding technique, and images showing the wrong breast-feeding technique.


(15)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, pada tahun 2007 angka kematian bayi adalah 35 per 1000 kelahiran hidup. Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan semua bayi perlu mendapat kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi, dan ASI ekslusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi. Namun penyebab umum kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah minimnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan tehnik menyusui yang tidak tepat (Wiji, 2013).

Tehnik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI,bila tehnik menyusui tidak benar,dapat menyebabkan puting susu lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui. Sehingga bayi tersebut jarang menyusu. Enggan menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi air susu ibu. Namun sering kali ibu – ibu kurang mendapat informasi tentang manfaat air susu ibu dan tentang tehnik menyusui yang benar (Utami Roesli, 2005).

Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. Air susu ibu mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama


(16)

2

Bila bayi mulai disusui, isapan bayi pada puting susu merupakan suatu rangsangan produksi air susu ibu akan lebih banyak dan involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping air susu ibu merupakan makanan utama untuk bayi, menyusui bayi sangat baik untuk mempererat hubungan kasih sayang ibu dan anak, (heryani, 2012).

Menyusui mengurangi resiko bayi terkena alergi, diare, intoleransi susu hewan, infeksi saluran nafas, penyakit saluran cerna, radang paru-paru, infeksi telinga dan radang selaput otak, mengurangi peluang bayi terkena diabetes dan obesitas, serta membantu meningkatkan kecerdasan bayi. Selain itu menyusui bayi sesegera mungkin setelah bayi lahir, juga memberikan keuntungan bagi ibu yaitu rahim ibu cepat mengecil sehingga perdarahan setelah melahirkan berkurang (Naya, 2007).

Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia bahwa angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3%. Ibu yang memberi ASI eksklusif dan 55% ibu yang menyusui mengalami mastitis, puting susu lecet,dan dapat mengakibatkan bayi bingung puting hal tersebut di sebabkan karena tehnik menyusui yang tidak benar (SDKI, 2009).

Ada beberapa cara yang dapat meningkatkan pemberian ASI aksklusif kepada bayi, salah satunya adalah penyuluhan kesehatan tentang ASI yang di berikan oleh tenaga kesehatan. Dengan dilakukannya penyuluhan tersebut maka diharapkan para ibu-ibu mengetahui manfaat ASI dan cara yang tepat dalam menyusui sehingga angka cakupan ASI eksklusif semakin meningkat (Wiji, 2013).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui pengetahuan lebih lanjut pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar di desa sei kopas kecamatan bandar pasir mandoge.


(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambahkan wawasan ilmu peneliti dalam hal penelitian terhadap ibu nifas tentang tehnik menyusui

2. Bagi Responden

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan ibu tentang tehnik menyusui yang benar

3. Bagi institusi Pendidikan

Sebagai sumber bacaan di perpustakaan yang dapat digunakan oleh mahasiswa yang melakukan penelitian selanjutnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihata, indera pendengaran, indera penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan bagian yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (Objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini bersikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulasi.


(19)

2. Tinjauan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2007 Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Contoh : dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan – perhitungan hasil penelitian dari kasus yang diberikan.


(20)

6

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contoh : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. Contoh : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

3. Beberapa Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :


(21)

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara – cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Bila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan kemungkinan ke empat dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan maka orang dapat pula menggunakan cara tersebut.

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.


(22)

8

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “ metode penelitian ilmiah “ (Notoatmodjo, 2010).

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Umur

Umur adalah rentang waktu seseorang yang di mulai sejak dia dilahirkan hingga berulang tahun. salah satu hal yang penting dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang. Jika seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan semakin baik ( Ariani, 2014). b. Pendidikan

Pendidikan adalah seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang melibatkan perilaku individu maupun kelompok. Makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah orang tersebut menerima informasi. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki (Arianti, 2014).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik pula. Pengalaman bekerja akan memberikan pengetahuan dan keterampilan serta


(23)

pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah (Arianti, 2014) .

d. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang luas pula. Pengetahuan bisa didapat dari media cetak, elektronik, keluarga, teman dan lain-lain (Arianti, 2014).

e. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.

B. Ibu Nifas

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Arianti,2014).

Menurut Mochtar (2007) nifas dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial, yaitu suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.

c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.


(24)

10

Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan (Wiji,2013).

1. Tehnik menyusui yang benar

Selain harus mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif atau tidak, ibu juga harus mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar. Pada saat menyusui bayi, menurut wiji (2013) ada beberapa cara yang harus diketahui seorang ibu tetang cara menyusui yang benar yaitu:

a. Cara menyusui dengan sikap duduk

1) Duduk dengan posisi santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

2) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian di oleskan di putiing susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.

3) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu dengan cara: Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu di depan. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi denga kasih sayang

4) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola.


(25)

5) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

6) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu di pegang atau di sanggah lagi. b. Melepaskan isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong. Sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi: Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau Dagu bayi ditekan ke bawah.

1) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan

2) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola disekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.

3) Menyendawakan bayi. Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi: Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan, dengan cara menelungkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.

2. Posisi menyusui

Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke


(26)

12

perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses menyusui berlangsung (heryani, 2012)..

Sebelum menyusui ibu harus mengetahui bagaimana memegang bayi. Dalam memegang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai berikut : Kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu, bayi tidak dapat menetek atau menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau melengkung. Muka bayi menhadap payudara dengan hidung menghadap puting yaitu seluruh badan bayi menghadap badan ibu. Ia harus menjauhi secukupnya sekedar dapat melihat. Posisi ini adalah yang terbaik untuk bayi, untuk menghisap payudara, karena sebagian puting sedikit mengarah ke bawah (apabila ia menghadap ibu sepenuhnya mungkin ia tidak tepat pada payudara). Ibu harus memegang bayi dekat pada ibu. Apabila bayi baru lahir, ia harus menopang bokong bukan hanya kepala dan bahu merupakan hal yang penting untuk bayi baru lahir. Untuk bayi lebih besar menopang bagian atas tubuhnya biasanya cukup.

Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi berdiri, posisi rebahan, posisi duduk, posisi menggendong, posisi menggendong menyilang (transisi), posisi football (mengepit) dan posisi berbaring miring (Wiji, 2013).

1) Posisi berdiri

Bila ingin menyusui dengan posisi berdiri diusahakan bayi merasa nyaman saat menyusu. Adapun cara menyusu dengan posisi berdiri yaitu Bayi digendong dengan kain atau alat penggendong bayi, saat menyusui sebaiknya tetap disangga dengan lengan ibu agar bayi merasa tenang dan tidak terputus saat menyusu, lekatkan badan bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan bayi di belakang atau samping ibu agar tubuh ibu tidak terganjal saat menyusu.


(27)

2) Posisi rebahan

Posisi menyusui dengan rebahan dapat dilakukan dengan cara : Ibu dapat duduk diatas tempat tidur dan punggung bersandar pada sandaran tempat tidur atau dapat diganjal dengan bantal, kedua kaki ibu berada lurus di atas tempat tidur, bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara, ibu menyangga bayi secara merata dari kepala, bahu hingga pantatnya, posisikan paha ibu turut membantu menyangga tubuh bayi, namun kalau kurang dapat ditambah dengan bantal.

3) Posisi duduk

Posisi menyusui dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Adapun cara menyusui dengan posisi duduk yaitu: Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu, bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu, satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan, Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. 4) Posisi menggendong (the cradle hold)

Posisi ini disebut juga dengan posisi menyusui klasik. Posisi ini sangat baik untuk bayi yang baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui bayi dengan posisi medonna (menggendong): Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku tangan, jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan, arahkan badan bayi


(28)

14

bayi yang ada diatas (berbaring menyamping dengan muka, perut dan lutut menempel pada dada dan perut ibu), tangan bayi yang lain (yang ada dibawah tubuhnya) dibiarkan seolah-olah merangkul badan ibu sehingga mempermudah mulut bayi mencapai payudara, tangan kiri ibu memegang payudaranya jika diperlukan.

5) Posisi menggendong menyilang (transisi)

Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan mulutnya ke puting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi kecil. Posisi ini juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan posisi menggendong menyilang: Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan dengan telapak tangan, jika menyusui dengan payudara kanan maka menggunakan tangan kiri untuk memegang bayi, peluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi menghadap ibu, lalu arahkan mulutnya ke puting susu dengan ibu jari dan tangan ibu dibelakang kepala dan bawah telinga bayi, ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

6) Posisi football (mengepit)

Posisi ini dapat dipilih jika ibu menjalani operasi caesar (untuk menghindari bayi berbaring diatas perut). Selain itu posisi ini juga bisa digunakan jika bayi lahir kecil atau memiliki kesulitan dalam menyusu, putiing susu ibu datar (flat nipple) atau ibu mempunyai bayi kembar. Adapun cara menyusui bayi dengan posisi football atau mengepit adalah: Telapak tangan menyangga kepala bayi sementara tubuhnya di selipkan di bawah tangan ibu seperti memengang bola atau tas tangan, jika menyusui dengan payudara kanan maka memengangnya dengan tangan kanan, demikian pula sebaliknya. Arahkan mulutnya ke puting susu, mula-mula dagunya ( tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati, jika ibu mendorong bayinya dengan keras ke arah


(29)

payudara, bayi akan menolak menggerakan kepalanya / melawan tangan ibu). Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika di perlukan.

7) Posisi berbaring miring

Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu harus didampingi oleh orang lain ketika menyusui. Padah posisi ini kesukaran perlekatan yang lazim apabila berbaring adalah bila bayi terlalu tinggi dan kepala bayi harus mengarah ke depan untuk mencapai puting. Menyusui berbaring miring juga berguna pada ibu ingin tidur sehingga dapat menyusui tanpa bangun.

Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring adalah: Posisi ini dilakukan sambil berbaring di tempat tidur , mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung dan panggul pada posisi yang lurus, muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu menempelkan mulutnya ke puting susu, jika perlu letakakan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar bayi tidak perlu menegakkan lehernya untuk mencapai puting dan ibu tidak perlu membungkukan badan ke arah bayinya, sehing tidak cepat leleh.

8) Posisi menyusui dengan kondisi khusus

Ada posisi menyusui secara khusus yang berkaitan dengan situasi yang tertentu seperti menyusui pasca operasi caesar, menyusui pada bayi kembar dan menyusui dengan ASI yang berlimpah (penuh).


(30)

16

Ada dua cara posisi menyusui pasca operasi caesar, diantaranya adalah Posisi berbaring miring dan Posisi football atau menjepit.

b. Posisi menyusui dengan bayi kembar

Posisi footbal atau menjepit sama dengan ibu yang melahirkan melalui seksio caesaria, posisi football juga tepat untuk bayi kembar, dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan, dengan cara: Kedua tangan ibu masing-masing memeluk satu kepala bayi, seperti memegang bola, letakkan tepat di bawah payudara ibu, posisi kaki boleh dibiarkan menjuntai keluar, untuk memudahkan, kedua bayi dapat diletakkan pada suatu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu, dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja, cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu. c. Posisi menyusui dengan ASI yang berlimpah

Pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlimpah dan memancar ( penuh ) dan alirannya deras, terdapat posisi kusus untuk dapat menghindari agar bayi tidak tersendak dengan cara: ibu tidur terlentang lurus, sementara bayi tidur di atas perut ibu dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara, atau bayi di tengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.

Ada banyak posisi bagi bayi ibu untuk menyusui. Dalam tiap posisi hal yang penting adalah bayi cukup mengembil cukup payudara ke dalam mulutnya sehingga ia dapat mengisap secara efektif. Segera setelah persalinan, posisi menyusui yang terbaik adalah ditelungkupkan di perut ibu sehingga kulit ibu bersentuhan pada kulit bayi. Kontak kulit dengan kulit dalam jam pertama setelah melahirkan membantu menyusui dan ikatan antara ibu dan bayi dapat terjalin.


(31)

Semua posisi menyusui tersebut dapat dicoba sehingga dapat menetukan posisi yang paling nyaman sesuai kondisi ibu dan bayi. Namun dianjurkan untuk berganti-ganti posisi secara teratur. Setiap posisi menyusui akan menekan bagian yang berbeda pada payudara (bagian payudara yang lebih mendapatkan peranan adalah yang terdapat antara bibir dan lidah). Tidakan berganti-ganti posisi ini dapat mengosongkan semua senus. Menurut Bobak (2004), mengatakan bahwa posisi menyusui menggendong (Madonna) sangat efektif dilakukan bagi ibu baru. Dan untuk saat ini, posisi menyusui yang paling baik yaitu dengan posisi duduk. Selain posisi menyusui, bra dan pakaian yang dirancang khusus dapat juga meningkatkan kenyamanan ibu saat menyusui.

3. Tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar

Berikut ini merupakan tanda-tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar. a. Mulut bayi terbuka lebar dan bibir terlipat keluar

b. Dagu dan hidungnya menempel pada payudara

c. Bayi telah memasukkan sebanyak mungkin bagian areola ke dalam mulutnya. d. Bayi menyusui dengan teratur dan mendalam sebentar-sebentar berhenti

sesaat

e. Bayi menelan susu yang diminum secara teratur

f. Puting susu terasa nyaman setelah beberapa kali pemberian susu pertama. 4. Cara lain dalam mamberikan ASI

Berbagai banyak alasan yang dapat dilontarkan ibu atas ketidaksiapannnya dalam memberikan ASI kepada bayinya. Alasan itu bisA bermacam-macam, entah itu bayi tidak dapat menyusu ataupun ibu dalam kondisi sakit beratsehingga ia tidak berani manyusui bayinya. Tapi jangan khawatir, karena masih ada cara memberikan


(32)

18

Berikut merupakan penjelasan bagaimana cara memeras ASI (wiji, 2013): a. Cuci tangan sampai bersih

b. Peras sedikit ASI dan oleskan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya

c. Duduk dengan santai dan letakkan wadah steril bermulut lebar (misal gelas) dibawah payudara

d. Peras ASI yaitu dengan Topang payudara dengan 4 jari, dan letakkan ibu jari diatas areola, pencet areola antara ibu jari dan jari lainnya sambil menekan payudara kearah dada, tempat menampung ASI harus dari bahan gelas, peras ASI untuk payudara yang satu setidaknya 4 menit, kemudian pindah ke payudara satunya, dan peras selama 4 menit, lanjutkan memeras secara bergantian selama paling tidak 20-30 menit.

Apabila ASI tidak mengalir lancar maka bantu ibu tehnik memeras ASI yang benar, kompres payudara dengan air hangat, minta seseorang untuk memijat punggung dan leher ibu agar rileks.

Apabila ASI peras tidak akan langsung diberikan, beri label (tanggal, hari dan jam) dan simpan dalam lemari es dan gunakan dalam waktu 24 jam, atau bekukan ASI peras (bila bisa dijaga tetap membeku pada suhu -20°C) paling lama 6 bulan: Hangatkan ASI peras yang dibekukan atau didinginkan dengan merendam dengan air hangat (sekitar 40°C). Gunakan ASI pada waktunya, jangan disimpan dalam lemari es kembali bila tersisa. Jangan merebus ASI peras.

Memeras ASI langsung ke mulut bayi:

Cara ini dapat digunakan untuk bayi kecil sebagai alternatif pemberian dengan cangkir atau sendok. Beri dukungan setiap cara pemberian minum yang dipilih ibu. Pastikan ibu dapat memeras ASI dengan benar. Mintalah ibu untuk


(33)

memeras payudara sampai beberapa tetes ASI pada puting, tunggu sampai bayi bangun dan membuka mulut dan matanya, atau beri rangsangan lembut agar bangun, biarkan bayi mencium bau ASI pada puting dan mencoba menghisap, teteskan beberapa tetes ASI langsung ke mulut bayi, tunggu sampai bayi menelan sebelum meneteskan ASI lagi. Apabila bayi telah kenyang ia akan menutup mulutnya. Ulangi proses ini setiap 1-2 jam apabila berat bayi 1500 gram atau setiap 2-3 jam apabila berat bayi 1500 atau lebih. Pastikan bayi mendapat cukup minum dengan menimbang berat badan setiap hari.

Memberikan ASI peras dengan cangkir yaitu Berikan ASI peras dengan cangkir, atau sendok khusus, cuci dan rebus semua alat yang di perlukan sebelum digunakan, berikan ASI peras sesegera mungkin, bila tidak habis dapat disimpan dalam lemari es.

Memberikan ASI peras dengan pipa lambung

Apabila bayi dapat menggunakan cara yang disebut diatas atau memerlukan pipa lambung untuk masalah tertentu, masukkan pipa lambung. Jangan memberikan cairan melalui pipa lambung pada bayi dengan dehidrasi berat, tidak sadar, kejang atau sakit berat lainnya.

Setiap kali sebelum memberi minum, pastikan pipa lambung terpasang dengan benar yaitu Anjurkan ibu untuk berpartisipasi pada pemberian minum. Sambungkan pangkal pipa lambung dengan sempit steril (tanpa jarum dan penyedot) Bila tidak tersedia semprit steril, cuci semprit dengan air panas dan sabun, kemudian keringkan, serta cuci setiap kali selesai, alat lain berbentuk semprit bisa digunakan bila bisa dihubungkan secara pas ke pipa lambung. Tuangkan ASI peras yang dibutuhkan


(34)

20

semprit setinggi 5-10 cm di atas bayi dan biarkan ASI peras mengalir ke bayi sesua daya tarik bumi, jangan terlalu tinggi karena mengakibatkan aliran terlalu keras. Dengan menggunakan cara ini setiap pemberian minum memakan waktu 5-10 menit, bila aliran terlalu cepat, semprit dapat diturunkan ataupipa dapat dilihat agar alirannya melambat. Bila pemberian minum selesai, lepaskan dan cuci semprit dan tutup ujung pipa lambung . Ganti pipa lambung dan semprit sekali sehari.

5. Masalah- masalah dalam pemberian ASI a. Bayi tidak cukup kenaikan berat badannya

ASI adalah makanan pokok bayi sampai usia 4-6 bulan. Karena itu bayi usia 4-6 bulan yang hanya mendapat ASI saja perlu di pantau berat badannya paling tidak sebulan sekali. Bila asi cukup, berat badan anak akan bertambah (anak tumbuh) dengan baik. Untuk memantau kecukupan ASI dengan memantau berat badan, dapat digunakan kartu menuju sehat untuk anak. Untuk mencegah berat badan yang tidak cukup naik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Perhatikan apakah bayi termasuk bayi yang menyusui lama, atau cepat. 2) Ibu jangan segera menghentikan memberikan ASI hanya karena merasa

bayi sudah cukup lama menyusu, karena sebenarnya mungkin bayi masih mau terus menyusu.

3) Setelah bayi menyusu dan kemudian berhenti atau tidur, cobalah menyusukan kembali dengan menidurkan bayi telentang, gosok pelan perutnya atau atau gerakkan kaki atau tangannya, seringkali bayi akan bangaun kembali dan menyusu lagi.

4) Perhatikan teknik menyusui ibu, apakah sudah benar, bila masih salah harus diperbaiki.


(35)

5) Bila berat badan anak tidak naik, konsultasikan ke dokter-dokter spesialis anak untuk mendapatkan saran selanjutnya.

b. Ibu bekerja

Sekarang banyak ibu yang bekerja, sehingga kemudian menghentikan menyusui dengan alasan pekerjaan. Sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu yang bekerja, sebagai berikut: Sebelum berangkat kerja, susuilah bayi. ASI yang berlebihan dapat diperas atau dipompa, kemudian di simpan di kulkas untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja. Selama ibu bekerja, ASI dapat diperas atau di pompa dan disimpan di lemari pendingin di tempat kerja, atau antar pulang. Beberapa kantor atau instansi ada yang menyediakan tempat penitipan bayi atau anak. Ibu dapat memamfaatkannya untuk kelestarian menyusui. Setelah ibu di rumah, perbanyak menyusui, termasuk pada malam hari. Kalau anak sudah mendapatkan makanan pendamping ASI, saat ibu tidak ada dirumah dapat dimamfaatkan untuk memberikan makanan pendamping, sehingga kemungkinan menggunakan susu pormula lebih kecil. Perawat bayi dapat membawa bayi ke tempat ibu bekerja bila memungkinkan. Hendaknya ibu banyak beristirahat, minum cukup, makan gizi cukup, untuk menambah produksi ASI.

Petugas rumah sakit yang menitipkan anaknya di tempat penitipan tidak perlu kuatir menyusui bayinya, dengan alasan takut menularkan penyakit pada anaknya. Hal ini dapat di jelaskan sebagai berikut: Tidak semua penyakit di tularkan melalui kontak langsung. Ibu yang sakit pun tetap di anjurkan untuk menyusui bayinya, apalagi ibu yang masih sehat dan bekerja sebagai petugas kesehatan. Seharusnya ibu yang bekerja di bidang kesehatan mengerti tentang kebersihan diri setelah merawat pasien, untuk pencegahan infeksi penularan.


(36)

22

Ibu yang mederita hepatitis atau AIDS tidak diperkenalkan menyusui bayinya, karena dapat menularkan virus kepada bayinya melalui ASI. AIDS pada muncul bersama-sama seperti AIDS pada orang dewasa. Pada orang dewasa, penularan HIV umumnya melalui 3 cara, yaitu hubungan seksual dengan penderita, penularan perenteral seperti transfusi darah, jarum suntik yang di pakai bersamaan penderita, serta perinatal dari ibu yang menderita kepada bayinya.

Pada anak AIDS mempunyai hubungan spesifik dengan paktor-paktor resiko tertentu misalnya ibu yang kecanduan obat dan sering menggunakan suntikan, anak yang mendapat transfusi dari donor penderita, dan sebagainya. Apakah menyusui merupaakan paktor resiko penularan AIDS pada anak masih merupakan hal kontroversial.

Dugaan peranan menyusui sebagai paktor resiko penularan AIDS pada bayi dan anak di mulai dari adanya laporan dari berbagai negara tentang ibu yang dapat transfusi yang mengandung HIV pasca persalinan. Ternyata kemudian di temukan bayi ibu tersebut terinfeksi juga oleh HIV. Bahkan ada juga laporan bahwa HIV dapat di isolasi darI ASI.

Meskipun demikian ada yang tidak sependapat terhadap pandangan ASI sebagai media penularan HIV. Masalahnya adalah pada laporan tersebut belum dapat dubuktikan bahwa ASI adalah memang satu-satunya kemungkinan penularan pada bayi atau anak tersebut. Juga ada laporan yang menyebutkan bahwa meskipun seorang ibu positif HIV, anaknya tidak. Pendapat ini di dukung data epidemiologi, yaitu bahwa angka penularan perinatal yang di kumpulkan dari seluruh dunia sebesar 25-50%.

Masalahnya adalah apakah ibu dengan HIV positif akan tetap di perbolehkan menyusui bayinya. Adanya dugaan bahwa kemungkinan virus AIDS dapat ditularkan


(37)

melalui ASI menyebabkan Centers For Disease Control (Amerika Serikat) melarang ibu yang terifeksi HIV untuk menyusui bayinya, sebaliknya Word Health Organization (WHO) memperbolehkan. Pandangan berbeda kedua lembaga ini disebabkan latar belakang yang berbeda. Di kebanyakan bagian dunia, ASI mempunyai peranan yang sangat penting karena mengandung zat gizi yang baik, mengandung zat antiifeksi (kekebalan), serta ekonomis. Hal ini menjadi dasar kebijakan WHO. Sebaliknya di negara maju, biaya dan keberadaan susu formula memberikan alternatif untuk dapat lebih mempertimbangkan masalah keselamatan dan pencegahan penularan.

Meskipun demikian, ada juga pandangan yang memperbolehkan ibu tetap menyusui bayinya, yaitu bila penularan sudah terjadi saat persalinan atau bahkan in-utero, justru menyusui itu akan melindungi bayi dari infeksi lain yang menyertai AIDS. Pendapat lain yang meninjau dari segi praktis, bahwa jika larangan menyusui hanya di tunjukkan pada ibu yang benar-benar positif terinfeksi, maka tidak akan banyak mempengaruhi angka menyusui, tetapi sulit dapat di pastikan pada semua golongan ibu bahwa seorang ibu benar-benar terinfeksi. Akibatnya larangan menyusui juga akan di tunjukkan kepada ibu-ibu yang termasuk kelompok resiko padahal belum tentu terinfeksi, sehingga menjadi berlebihan. Kontroversi ini menjadi dasar sikap untuk sementara melarang ibu yang terinfeksi HIV menyusui bayinya, sampai diperoleh pandangan yang sepaham tentang hal ini.

6. Masalah pada ibu saat menyusui

Masalah yang sering terjadi pada saat menyusui, diantaranya sebagai berikut. 1. Pembesaran payudara


(38)

24

tidak perlu di khawatirkan. Pembesaran biasanya terjadi beberapa hari, namun kadang terasa sangat menyakitkan.

2. Afterpains

Hormon oksitosin yang menyebabkan refles aliran air susu juga menyebabkan kontraksi pada rahim saat melahirkan. Oksitosin yang dihasilkan saat menyusui dapat menyebabkan kontraksi rahim lagi. Afterpains ini bervariasi, mulai nyeri ringan hingga kontraksi yang benar-benar menyakitkan. Selain itu, sakitnya muncul hilang selama 5-10 menit dan akan berhenti setelah 4 hari.

3. ASI tersumbat

Masalah ini paling sering ditemui pada ibu pasca bersalin. Tersumbatnya saluran ASI dapat menyebabkan rasa sakit, demam, payudara berwana merah, teraba ada benjolan yang terasa sakit, bengkak dan payudara mengeras. Pada kondisi ini, saluran air susu tidak mengalami pengosongan denga baik sehingga air susu jadi menumpuk. Hal ini terjadi bila bayi tidak dapat menghisap denga baik saat waktu menyusui. Bisa pula disebabkan oleh tekanan pada sebagian payudara, seperti bra terlalu kencang, posisi mennyusui yang salah atau penyebab lain. Jika tidak segeraditangani, hal ini bisa mengakibatkan demam pada ibu.

4. Puting susu nyeri

Menyusui sebenarnya tidak menyakitkan segera setelah bayi lahir, puting susu terasa menjadi lebih sensitif sebab ujung-ujung saraf dipersiapkan untuk meresponisapan mulut bayi. Pada awalnya, ibu mungkin akan merasa tidak nyaman dengan payudara yang membesar karena produksi ASI. Namun saat bayi mulai menghisap, ibu akan merasa lebih nyaman. Bila menyusui terasa menyakitkan, berarti ada yang salah dengan proses menyusui ibu. Sebagian besar masalah yang


(39)

muncul disebabkan bayi tidak meletakkan mulutnya ke payudara ibu dengan tepat. Bila nyeri terus berlanjut selama menyusui atau kulit puting susu menjadi merah, bengkak, luka, gatal atau terkelupas, masalah ini disebabkan karena mulut bayi tidak melekat pada payudara dengan tepat, bayi menghisap pada puting susu menjadi lecet dan luka. Ada thrush (bintik) atau bercak putih pada mulut bayi. Ibu dan bayi sensitif terhadap krim dan sabun.


(40)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teori dan perumusan masalah di atas maka penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut:

Skema 1 kerangka konsep 3.2 Defenisi Operasional

Tabel 3.2.1

No

Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

1

Pengetahuan Kemampuan

ibu nifas dalam menjawab pertanyaan tentang tehnik menyusui

kuesioner Berdasarkan jawaban yang dipilih benar Baik (9-12) Cukup (5-8) Kurang (0-4) Ordinal

pengetahuan tehnik menyusui yang


(41)

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge tahun 2015.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang berada di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge yang berjumlah 32 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam peneliitian menggunakan total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah 32 orang.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge dengan alsan karena ibu nifas yang ada di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge tersebut mencukupi untuk dijadikan sampel dan karena belum pernah dilakukan penelitian tentang pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar dan lokasi masih dapat dijangkau oleh peneliti.

2. Waktu Penelitian


(42)

27

D. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin dari Kepala Puskesmas Bandar Pasir Mandoge. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan kode. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. untuk mendapatkan mengetahui pengetahuan responden di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner penelitian terdiri dari dua bagian yaitu data demografi, kuesioner pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar.

E.1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi yang digunakan untuk mengkaji data demografi responden dan mengetahui kondisi responden yang mempengaruhi penelitian. Kuesioner data demografi terdiri dari yaitu: umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan paritas.


(43)

E.2. Kuesioner Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar

Kuesioner pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar disusun oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner akan diisi oleh ibu nifas di Desa Sei Kopas. Kuesioner ini terdiri dari 12 partanyaan. Jenis pertanyaan tertutup dengan multiple choice. Penilaian kuesioner yaitu jika responden menjawab pertanyaan dengan benar skor yang diberikan 1 dan jika salah diberikan skor 0. Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002).

Dengan demikian maka pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar dikategorikan sebagai berikut :

Baik = 9-12 Cukup = 5-8 Kurang = 0-4 E.3. Uji Validitas

Uji Validitas adalah tingkat sesuatu tes mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas dilakukan untuk menguji kelayakan apakah kuesioner sudah bisa dipahami sama responden. Validitas suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang kita ukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Peneliti melakukan validitas kuesioner dengan cara memberikan kuesioner kepada orang yang lebih ahli dalam bidangnya dengan bantuan dosen pembimbing Erniyati, S.Kp, MNS. Dalam


(44)

29

hal ini, peneliti telah melakukan content validity sebanyak 1 kali 17 maret 2015 dengan yang ahli dalam bidangnya yaitu Diah Lestari Nasution, SST, M.Keb.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi pengetahuan tentang tehnik menyusui. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Desa Sei Kopas Dan Kepada Kepala Puskesmas Bandar Pasir Mandoge. Setelah mendapat izin dari kepala desa dan kepala puskesmas peneliti menemui responden kemudian menjelaskan tujuan penelitian setelah responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan, menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner, lembar kuesioner diisi oleh responden dengan waktu lima belas menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya, data yang terkumpul di analisis.

G. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara analisa univariat untuk mengetahui frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang diteliti. Kemudian hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi. Data yang telah terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(45)

1. Editing/ pemeriksaan data, dilakukan pengecekan kelengkapan kelengkapan pada data pertanyaan yang telah terkumpul. Bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data maka diperbaiki kembali

2. Coding/ pemberian kode, data yang telah dikumpul dan hasil jawaban dari setiap pertanyaan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya, kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah ke computer

3. Entry/ pemasukan data komputer, data yang diproses kemudian dimasukkan kedalam program komputer untuk diolah

4. Tabulating, memperoleh analisa dan pengolahan data serta mengambil kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.


(46)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge tahun 2015 dengan jumlah responden sebanyak 32 orang .

Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Tahun 2015 menggunakan kuesioner yang berisikan 12 pertanyaan. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden, pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Tahun 2015.

1. Karakteristik Ibu Nifas

Karakteristik responden yang di pengaruhi dalam penelitian ini mencakup umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan paritas. Berdasarkan umur responden hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dijumpai pada usia 25-30 tahun yaitu 17 (53,1%) orang, dengan latar belakang berpendidikan SMA yaitu 16 (50,0%) orang, mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu 27 (84,4%) orang, sedangkan sumber informasi yang di peroleh responden tentang tehnik menyusui mayoritas di dapat dari teman dan keluarga yaitu 24 (75,0%) orang dan paritas multi gravida yaitu 14 (43,8%) . untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1.


(47)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Ibu Nifas di Desa Sei kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Tahun 2015

(n=32)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur

<25 tahun 5 15,6

25 - 30 tahun 17 53,1

>30 tahun 10 31,2

Pendidikan

SD 4 12,5

SMP 11 34,4

SMA 16 50,0

Perguruan Tinggi 1 3,1

Pekerjaan

IRT 27 84,4

Wiraswasta 4 12,5

PNS 1 3,1

Sumber Informasi

Keluarga dan Teman 24 75,0

Tenaga Kesehatan 3 9,4

Media elektronik 5 15,6

Media cetak 0 0

Paritas

Primi gravida 9 28,1

Scundi gravida 8 25,0

Multi gravida 14 43,8

Multigrande gravida 1 3,1

2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 16 responden (50,0%) memiliki pengetahuan kurang, 14 responden (43,8%) memiliki pengetahuan cukup dan 2 responden (6,2%) memiliki pengetahuan baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.


(48)

33

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tehnik Menyusui yang Benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

Tahun 2015 (n=32)

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 2 6,2

Cukup 14 43,8

Kurang 16 50,0

3. Pengetahuan Responden Berdasarkan item pertanyaan

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa item yang paling tinggi dijawab benar responden hanya 65,6 % yaitu pada soal nomor 1 tentang langkah pertama menyusui dan soal nomor 8 tentang penyebab tidak menyusui dengan benar, selebihnya 10 item lainnya hanya benar 21,9 % - 50 % responden yang menjawab benar.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Item Pertanyaan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui yang Benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

Tahun 2015 (n=32)

No Pertanyaan

Pilihan Jawaban Benar Salah

F % F %

1 Apakah langkah pertama yang dilakukan ibu

sebelum menyusui ? 21 65,6 11 34,4 2 Bagaimana cara menjaga kelembapan puting susu

ibu ? 15 46,9 17 53,1

3 Bagaimana posisi menyusui yang sesuai untuk ibu

yang pasca caesarea ? 12 37,5 20 62,5

4 Bagaimanakah posisi menyusui yang sesuai untuk

ibu dengan bayi kembar ? 9 28,1 23 71,9 5 Bagaimanakah ibu mengetahui bahwa bayi telah

menyusu dengan benar ? 12 37,5 20 62,5 6 Bagaimanakah cara melepaskan isapan bayi dengan 7 21,9 25 78,1


(49)

7 Bagaimanakah cara ibu pekerja agar tetap bisa

terpenuhi kebutuhan ASInya ? 18 56,2 14 43,8 8 Apakah yang akan terjadi pada payudara jika ibu

tidak menyusui dengan benar ? 21 65,6 11 34,4 9 Apakah yang harus dilakukan ibu apabila ASI tidak

lancar ? 16 50,0 16 50,0

10 Bagaimanakah tehnik memeras ASI yang benar ? 12 37,5 20 62,5 11 Manakah gambar yang menunjukkan tehnik

menyusui yang benar ? 12 37,5 20 62,5

12 Manakah dibawah gambar yang menunjukkan

tehnik menyusui yang salah ? 12 37,5 20 62,5

B. Pembahasan

Responden dalam penelitian ini mayoritas berumur 25 – 30 tahun memiliki pengetahuan kurang dan mayoritas berpedidikan SMA, serta pekerjaan responden mayoritas IRT karena pekerjaan responden hanya sebagai ibu rumah tangga sehingga memiliki interaksi yang terbatas dan hanya berinteraksi kepada sesama ibu rumah tangga sehingga kurangnya interaksi dengan tenaga kesehatah maka informasi yang di dapat juga kurang dan terbatas, responden mendapatkan sumber informasi dari teman dan keluarga, cenderung semakin banyak sumber informasi yang di dapakan maka semakin baik pengetahuan yang diperoleh, namun kurangnya sumber informasi yang didapat responden tentang tehnik menyusui yang benar juga kurang dan mayoritas responden multigravida.

1. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh responden mayoritas memiliki pengetahuan kurang 16 orang (50,0%). Jumlah responden yang memiliki pengetahuan kurang lebih banyak dari pada pengetahuan baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Melina (2013) tentang “tehnik menyusui yang benar” di BPS Kartini Kampung Sawah Pontianak yang menyatakan bahwa mayoritas ibu nifas di


(50)

35

banyak faktor diantaranya umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan pengalaman (Notoatmodjo, 2010).

2. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Berdasarkan Item Pertanyaan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa item yang paling tinggi dijawab benar responden hanya 65,6 % yaitu pada soal nomor 1 tentang langkah pertama menyusui dan soal nomor 8 tentang penyebab tidak menyusui dengan benar. Selebihnya 10 item lainnya hanya benar 21,9 % - 50 % responden yang menjawab benar yaitu tentang cara melepaskan isapan bayi dengan benar, responden hanya mampu menjawab 21,9 % karena kurangnya sumber informasi yang didapat responden tentang melepaskan isapan bayi, jika ibu salah melakukan cara melepaskan isapan bayi maka dapat mengakibatkan puting susu ibu lecet.

Pada item posisi menyusui yang sesuai untuk ibu dengan bayi kembar dan posisi menyusui yang sesuai untuk ibu yang pasca caesarea,, responden hanya mampu menjawab 28,1 % dan 37,5 % karena responden terbatasnya interaksi responden sehingga responden hanya dapat belajar dari teman dan keluarga saja sehingga responden kurang mengetahui posisi untuk menyusui. Menurut wiji ( 2013) mengatakan bahwa Posisi menyusui pasca caesar ada dua cara posisi menyusui pasca operasi caesar diantaranya Posisi berbaring miring dan posisi football atau menjepit. Sedangkan Posisi menyusui dengan bayi kembar yaitu dengan posisi footbal atau menjepit.

Sedangkan pada item ibu mengetahui bahwa bayi telah menyusu dengan benar, tehnik memeras ASI yang benar, gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang


(51)

benar, gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang salah, responden hanya menjawab benar 37,5 % karena Kurangnya sumber informasi yang didapat oleh responden menyebabkan kurangnya pengetahuan responden tentang tehnik menyusui yang benar.

Adanya persepsi responden yang salah tentang menyusui yaitu menyatakan bahwa bayi tidak kenyang apabila hanya diberi ASI namun harus ditambah susu formula. Persepsi responden tersebut mengakibatkan responden salah dalam melakukan tehnik menyusui yang benar dan kurangnya informasi yang didapat dari tenaga kesehatan dan perlunya dilakukan penyuluhan tentang tehnik menyusui yang benar. Menurut Riksani (2012), ada beberapa alasan yang menguatkan pendapat mengapa bayi tidak bisa di beri makanan tambahan selain ASI yaitu karena saat bayi berumur 0-6 bulan, oragn-organ pencernaannya belum berkembang dengan sempurna dan sistem pencernaannya pun belum siap menerima makanan lain selain ASI. Organ pencernaan akan kelebihan beban kerja jika sebelum berusia 6 bulan bayi sudah mendapatkan MP-ASI. Selain itu enzim pencernaan protein (seperti asam lambung, pepsin, dan sebagainya) saat itu belum diproduksi secara sempurna. Saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel sekitar usus belum siap menerima kandungan dari makanan sehingga makananyang masuk akan menimbulkan reaksi imun dan menyebabkan terjadinya alergi pada bayi.

Responden juga memiliki persepsi yang salah tentang tehnik menyusui yang mengatakan bahwa setiap menyusui harus mengalami lecet pada puting sehingga responden meyimpulkam bahwa lecet pada puting adalah hal yang normal, padahal terjadinya lecet pada puting disebabkan posisi menyusui yang salah. Menurut wiji (2013) mengatakan bahwa penyebab terjadinya lecet pada puting yaitu karena mulut


(52)

37

bayi tidak melekat pada payudara dengan tepat, bayi menghisap pada puting yang menyebabkan puting susu menjadi lecet dan luka.


(53)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan mayoritas ibu nifas memiliki pengetahuan kurang tentang tehnik menyusui yang benar. Dilihat dari item pertanyaan, bahwa item yang paling tinggi dijawab benar responden hanya 65,6 % yaitu tentang langkah pertama menyusui dan penyebab tidak menyusui dengan benar. selebihnya 10 item hanya dijawab benar 21,9 % - 50 % tentang cara melepaskan isapan bayi dengan benar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu dengan bayi kembar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu pasca caesar, untuk mengetahui bahwa bayi telah menyusui dengan benar, tehnik memeras ASI yang benar, gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang benar, dan gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang salah.

B. Saran

1. Untuk Responden

Bagi responden diharapkan agar lebih menambah pengetahuan dan lebih memperbanyak sumber informasi yang di dapat tentang tehnik menyusui yang benar.

2. Untuk Puskesmas

Bagi pihak Puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang tehnik menyusui yang benar di desa sei kopas kecamatan bandar pasir mandoge

3. Untuk Penelitian Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian analitik yang lebih bermakna dan variabel yang berbeda yang bermanfaat sebagai sumber informasi yang akurat tentang tehnik menyusui yang benar.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ananda (2010). Tingkat pengetahuan ibu tentang cara menyusui. Medan. USU. Ariani, A.P. (2014). Aplikasi metodologi penelitian kebidanan dan kesehatan

reproduksi, Yogyakarta, nuha medika.

Heryani, R. (2010). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui, Jakarta; Trans Info Media.

Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Menejemen Laktasi. Jakarta; Trans Info Media.

Mubarak, W.I. (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar , Jakarta :Rineka cipta.

Notoadmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku . Jakarta : Rineka Cipta . (2010). Promosi kesehatan & ilmu perilaku . Jakarta : Rineka Cipta Polit, D. F. & Hungler, B.P. (2001). Esential of nursing research method, apprasial,

and utilization. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Riksani, R. (2012). Keajaiban ASI. Jakarta; Dunia Sehat.

Soetjiningsih. (2009). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC

Suyanto & Salamah. (2011), Metodologi & Aplikasi. Jogjakarta. Mitra Cendikia Press.

Sudjana, S. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono, (2010). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta


(55)

Utami Roesli. (2005). ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. Walyani, E, S. (2014). Perawatan kehamilan dan menyusui anak pertama.

Yogyakarta; Pustaka Baru Press.


(56)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge” Maka dengan ini saya dengan sukarela dan tanpa paksaan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan Seperlunya.

Medan, 2015


(57)

KUESIONER PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA SEI KOPAS KECAMATAN BANDAR

PASIR MANDOGE TAHUN 2015 Nomor Responden :

Umur :

Pendidikan : Pekerjaan :

Paritas :

Sumber informasi :

Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban di bawah ini :

1. Apakah langkah pertama yang dilakukan ibu sebelum menyusui? a. Mengoleskan ASI di daerah puting ibu dan areola sekitar b. Mengambil posisi yang nyaman

c. Gunakan selimut dan bantal untuk menopang bayi 2. Bagaimana cara menjaga kelembapan puting susu ibu ?

a. ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan diputing dan areola b. Oleskan madu pada bagian puting susu

c. Mengoleskan minyak pada puting ibu

3. Bagaimanakah posisi menyusui yang sesuai untuk ibu yang pasca caesarea ? a. Posisi berbaring

b. Posisi duduk

c. Posisi menggendong

4. Bagaimanakah posisi menyusui yang sesuai untuk ibu dengan bayi kembar ?

a. Posisi mengepit b. Posisi berbaring c. Posisi duduk

5. Bagaimanakah ibu mengetahui bahwa bayi telah menyusui dengan benar ?

a. Mulut bayi hanya memasukkan putingnya saja

b. Mulut bayi terbuka lebar dan memasukkan sampai areola c. Menyusui bayi sampai bayi gumoh


(58)

6. Bagaimanakah cara melepaskan isapan bayi dengan benar ? a. Ibu langsung menarik puting dari mulut bayi

b. Ibu memasukkan jari kelingking ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi lalu melepaskan isapan

c. Ibu menunggu bayi melepaskan puting dengan sendirinya

7. Bagaimanakah cara ibu pekerja agar tetap bisa terpenuhi kebutuhan ASInya ?

a. Selama ibu bekerja, ASI dapat di peras atau di pompa di simpan dilemari pendingin di tempat kerja atau di bawa pulang

b. Selama bekerja, ibu membawa bayi dan menyusui sambil bekerja c. setelah pulang kerja ibu baru menyusui bayinya

8. Apakah yang akan terjadi pada payudara jika ibu tidak menyusui dengan benar ?

a. Berat badan bayi rendah b. puting susu ibu lecet

c. puting susu tidak terasa nyeri

9. Apakah yang harus dilakukan ibu apabila ASI tidak lancar ? a. Kompres payudara dengan air dingin dan air hangat bergantian b. Memberikan bayi susu formula

c. Peras ASI dengan tehnik yang benar

10. Bagaimanakah tehnik memeras ASI yang benar ?

a. Letakkan jari ibu disekitar puting ibu dan lakukan penekanan pada puting susu ibu

b. Topang payudara dengan 4 jari dan letakkan ibu jari diata areola setelah itu pencet areola dan tekan payudara ke arah dada c. Letakkan jari telunjuk ibu di bawah puting dan ibu jari diatas

areola lalu tekan areola dengan kedua jari

11. Manakah gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang benar ?


(59)

b.

c.

12. Manakah dibawah gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang salah ?

a.


(60)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Dengan Hormat,

Nama saya sri rasmiana sembiring, sedang menjalani pendidikan di program study Bidan Pendidik Fakultas keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge” .

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihata, indera pendengaran, indera penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga menurut Notoatmodjo (2007).

Maka dari itu Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar.

Partisipasi ibu nifas bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada di dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.

Untuk penelitian ini ibu tidak akan di kenakan biaya apapun. Bila ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :

Nama : Sri Rasmiana Sembiring

Alamat : Dusun VII Desa Sei Kopas


(61)

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan suatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal dalam penelitian ini diharapkan ibu - ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya siapkan.

Medan, 2015

Peneliti


(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)