Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

(1)

PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PENYEMBUHAN LUKA

EPISIOTOMI DI RUMAH BERSALIN WINNA MEDAN

TAHUN 2010

HELEN EVELINA SIRINGO-RINGO 095102035

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG KTI

Nama : Helen Evelina Siringo-ringo NIM : 095102035

Judul : Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010.

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut diatas disetujui untuk mengikuti ujian sidang Karya Tulis Ilmiah.

Medan, Juni 2010 Pembimbing

(dr. Murniati Manik, MSc, SpKK) NIP. 19530719 198003 2 001


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PENYEMBUHAN LUKA EPISIOTOMI DI RUMAH BERSALIN WINNA

MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.


(4)

ABSTRAK

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010

Helen Evelina Siringo-ringo

Pengetahuan Ibu Hamil tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

viii + 46 hal + 7 tabel + 10 lampiran

Abstrak

Episiotomi merupakan prosedur umum yang diberikan untuk menghindari perobekan perinium secara alamiah. Episiotomi juga diberikan jika kulit tidak cukup meregang sehingga kepala bayi tidak dapat melewati vagina. Proses ini episiotomi akan meninggalkan rasa nyeri sehingga masa pemulihannya biasanya membutuhkan waktu selama seminggu bahkan lebih. Gracia, menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat mendapat jahitan (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan). Oleh karena itu perawatan luka ini merupakan bagian umum asuhan postnatal. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang penyembuhan luka episiotomi. Penelitian dilakukan di Rumah Bersalin Winna Medan pada Januari sampai Juni 2010. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 51 orang ibu nifas dengan pengambilan sample menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah 33 orang. Analisis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 20 orang (60.6%) memiliki kategori pengetahuan baik, 7 orang (21,2%) memiliki kategori pengetahuan cukup, 6 orang (18,2%) memiliki kategori pengetahuan kurang. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang penyembuhan luka episiotomi baik, hal ini disebabkan mayoritas ibu nifas memiliki pendidikan terakhir SMA dimana sudah memiliki kemampuan berpikir dan pengalaman. Diharapkan kepada ibu nifas agar mempertahankan dan lebih aktif mencari informasi tentang penyembuhan dan perawatan luka episiotomi.

Kata kunci : Pengetahuan ibu nifas, penyembuhan luka episiotomi Daftar Pustaka: 21 (2001 – 2009)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010”. Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun tulisan, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga dapat menjadi perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. dr. Murniati Manik, M.Sc, Sp.K.K selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing materi dalam penelitian karya tulis ilmiah yang telah memberikan arahan dan bimbingan.

3. Seluruh dosen , staf, dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Lilly Ketaren selaku pimpinan di Rumah Bersalin Winna Medan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam melakukan penelitian di Rumah Bersalin Winna Medan.


(6)

5. Kedua orang tuaku J. Siringo-ringo / S. Sirait yang telah banyak membantu baik moril maupun materil, memberikan dorongan dan semangat serta doa sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

Medan, Juni 2010 Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I Pendahuluan A. . Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Masalah ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II Tinjauan Pustaka A. Pengetahuan ... 5

1. Definisi Pengetahuan ... 5

2. Cara memperoleh Pengetahuan ... 5

3. Pengukuran Pengetahuan ... 9

B. Nifas ... 9

C. Episiotomi ... 10

1. Definisi ... 10

2. Indikasi Episiotomi ... 10

3. Tujuan Episiotomi ... 11

4. Waktu Episiotomi ... 11

5. Jenis- jenis Episiotomi ... 11

6. Teknik Penyembuhan Luka Episiotomi ... 12


(8)

8. Penyembuhan Luka Episiotomi... 14

9. Faktor- faktor yang mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka ... 17

BAB III Kerangka Penelitian A. Kerangka Konsep ... 19

B. Definisi Operasional ... 20

BAB IV Metode Penelitian A. Desain Penelitian... 22

B. Populasi dan Sampel ... 22

1. Populasi ... 22

2. Sampel ... 23

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

1. Lokasi Penelitian ... 23

2. Waktu Penelitian ... 23

D. Etika Penelitian ... 23

E. Instrumen Penelitian ... 24

F. Uji Validitas dan Realibilitas ... 26

G. Prosedur Pengumpulan Data... 26

H. Analisa Data... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45


(9)

DAFTAR BAGAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Tabel Distribusi Karakteristik Koresponden di Klinik Bersalin Winna Medan Tahun 2010 ... 29 Tabel 5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Definisi Episiotomi

di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 ... 31 Tabel 5.3 Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tujuan Episiotomi

di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 ... 31 Tabel 5.4 Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyebab

Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 ... 32 Tabel 5.5 Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka

Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 ... 33 Tabel 5.6 Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Faktor- factor yang

Mempengaruhi Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 ... 36 Tabel 5.7 Tabel Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Ibu Nifas tentang

Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 ... 38


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan Content Validity 2. Content Validity Indeks

3. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent) 4. Kuesioner Penelitian

5. Surat izin Pernyataan Editor Bahasa Indonesia 6. Master Data

7. Jadwal Penelitian di Rumah Bersalin Winna Medan 8. Surat Izin Penelitian dari DIV Bidan Pendidik

9. Surat Balasan Izin Penelitian dan Telah Selesai Meneliti dari Rumah Bersalin Winna Medan


(12)

ABSTRAK

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010

Helen Evelina Siringo-ringo

Pengetahuan Ibu Hamil tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

viii + 46 hal + 7 tabel + 10 lampiran

Abstrak

Episiotomi merupakan prosedur umum yang diberikan untuk menghindari perobekan perinium secara alamiah. Episiotomi juga diberikan jika kulit tidak cukup meregang sehingga kepala bayi tidak dapat melewati vagina. Proses ini episiotomi akan meninggalkan rasa nyeri sehingga masa pemulihannya biasanya membutuhkan waktu selama seminggu bahkan lebih. Gracia, menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat mendapat jahitan (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan). Oleh karena itu perawatan luka ini merupakan bagian umum asuhan postnatal. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang penyembuhan luka episiotomi. Penelitian dilakukan di Rumah Bersalin Winna Medan pada Januari sampai Juni 2010. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 51 orang ibu nifas dengan pengambilan sample menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah 33 orang. Analisis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 20 orang (60.6%) memiliki kategori pengetahuan baik, 7 orang (21,2%) memiliki kategori pengetahuan cukup, 6 orang (18,2%) memiliki kategori pengetahuan kurang. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang penyembuhan luka episiotomi baik, hal ini disebabkan mayoritas ibu nifas memiliki pendidikan terakhir SMA dimana sudah memiliki kemampuan berpikir dan pengalaman. Diharapkan kepada ibu nifas agar mempertahankan dan lebih aktif mencari informasi tentang penyembuhan dan perawatan luka episiotomi.

Kata kunci : Pengetahuan ibu nifas, penyembuhan luka episiotomi Daftar Pustaka: 21 (2001 – 2009)


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) berlangsung selama 6 minggu, dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Mochtar, 2002, hlm. 115 ).

Perawatan masa nifas dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan postpartum, perlukaan jalan lahir, atau luka episiotomi.

Masa nifas merupakan masa kritis dalam kehidupan ibu dan bayi karena 60% kematian ibu terjadi segera setelah kelahiran dan kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Untuk mencegah kematian tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan, perawatan pada ibu nifas, serta penyuluhan kepada ibu dan keluarganya agar komplikasi nifas tidak terjadi, serta ibu dan bayinya tetap sehat sebagaimana mestinya.

Ibu lebih rentan terkena infeksi selama masa postnatal. Ibu yang mengalami episiotomi pada saat persalinan, luka membutuhkan perawatan untuk penyembuhan, tetapi kadangkala sebagian besar ibu lebih memprioritaskan bayinya dan mengabaikan kesehatannya (Boyle, 2009, hlm. 85).


(14)

Episiotomi merupakan prosedur umum yang diberikan untuk menghindari perobekan perinium secara alamiah. Episiotomi juga diberikan jika kulit tidak cukup meregang sehingga kepala bayi tidak dapat melewati vagina. Proses ini episiotomi akan meninggalkan rasa nyeri sehingga masa pemulihannya biasanya membutuhkan waktu selama seminggu bahkan lebih (Andi, 2007, http://www.pos kupang.com

Teknologi ini dikembangkan di Inggris pada tahun 1970 dan awal 1980-an, di mana saat itu tindakan episiotomi pada sekitar 50% persalinan dan dianggap perlu ketimbang pembukaan secara alami. Namun setelah itu ada juga periode ketika episiotomi ditinggalkan dan para ibu memilih melahirkan secara natural. Dengan informasi yang cukup dan ahli persalinan yang tepat, sebenarnya episiotomi tidak perlu menjadi momok bagi para ibu (Arya, 2008, hlm. 7)

, diperoleh tanggal 16 Oktober 2009).

Gracia et al, menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat mendapat jahitan (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan). Oleh karena itu perawatan luka ini merupakan bagian umum asuhan postnatal (Boyle, 2009, hlm. 85).

Pada survei awal yang dilakukan peneliti pada tgl 26 September 2009 di dapatkan data pada Juli-September 2009 bahwa dari 82 persalinan terdapat 46 (56,1%) persalinan dengan episiotomi. Pada tanggal 3-10 Oktober 2009 dilakukan wawancara kepada 7 orang ibu dengan episiotomi, 5 diantaranya tidak tahu cara penyembuhan luka episiotomi.


(15)

Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk meneliti Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 .

B. Perumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang tersebut di atas, perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 .

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 berdasarkan karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, paritas) .

b. Untuk mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan tahun 2010 berdasarkan definisi, tujuan, penyebab, penyembuhan luka, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi.


(16)

D. Manfaaf Penelitian

1. Manfaat bagi masyarakat

Sebagai sumber informasi kesehatan khususnya kepada ibu nifas agar dapat menjaga kesehatan.

2. Manfaat bagi tempat penelitian

Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan memberikan asuhan kebidanan kepada masyarakat.

3. Manfaat bagi institusi pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan untuk menambah wawasan.

4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. 5. Manfaat bagi peneliti

Untuk penerapan ilmu pengetahuan dalam membuat karya tulis dan sebagai salah satu pengalaman belajar di D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara .


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007, hlm. 139).

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi:

a. Cara coba salah

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak


(18)

berhasil, maka akan dicoba kemungkinaan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat juga menggunakan masalah tersebut.

d. Melalui jalan pikiraan

Dengan jalan ini manusia telah mampu mengunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut Metode Penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005: hlm. 10).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

a. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh


(19)

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Kesadaran, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahi stimulus (objek) terlebih dahulu

2. Menarik, yakni orang lebih tertarik kepada stimulus

3. Evaluasi (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Mencoba, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adopsi, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.

Apabila peneriman perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak di dasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: 1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling


(20)

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(21)

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003, hlm. 121).

3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan- tingkatan atas. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2007).

B. Nifas

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa mulai selesainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (Ramali, 2003, hlm. 290).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009, hlm. 2).


(22)

C. Episiotomi

1. Definisi

Episiotomi adalah penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran (Ramali, 2003, hlm. 114).

Episiotomi adalah insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin himen, jaringan septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum, serta kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan jalan lahir sehingga mempermudah kelahiran (Mansjoer, et all, 2001, hlm. 338).

2. Indikasi episiotomi :

1. Perineum tidak bisa merenggang (kaku) 2. Kepala bayi terlalu besar untuk lubang vagina 3. Ibu tidak bisa mengedan

4. Bayi tertekan

5. Bayi sungsang (Stoppard, 2007, hlm.117) 6. Pelahiran primipara

7. Kala dua persalinan yang lama 8. Arkus subpubis yang sempit

9. Posisi kepala yang kurang fleksi dan oksipital posterior 10. Presipitasi persalinan

11. Distosia bahu

12. Pelahiran pervaginam dengan bantuan (misalnya forseps – tetapi lebih sedikit dengan ekstraksi Ventouse) (Liu, 2008, hlm.137 ).


(23)

Episiotomi biasanya dikerjakan pada hampir semua primipara atau pada perempuan atau pada perempuan dengan perineum kaku. Episiotomi dilakukan saat perineum telah menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina (Mansjoer, et al, 2001, hlm. 338).

3. Tujuan Episiotomi

Tujuan episiotomi adalah untuk memperlebar jalan lahir guna memudahkan kelahiran, mencegah vagina robek secara spontan, karena robeknya akan tidak teratur sehingga menjahitnya susah dan hasil jahitannya pun tidak rapi, mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya keluar (Indiarti, 2009, hlm.150).

4. Waktu Episiotomi

Jika episiotomi dilakukan terlalu cepat dan tidak berdasar pada keperluan, perdarahan dari luka insisi mungkin banyak selama jeda waktu antara episitomi dan pelahiran. Jika episiotomi terlambat dilakukan, laserasi tidak akan terhindar lagi. Lazimnya episiotomi dilakukan saat kepala terlihat selama kontraksi sampai diameter 3-4 cm (Cunningham, 2005, hlm. 355).

5. Jenis-Jenis Episiotomi

a. Episiotomi mediana, di kerjakan pada garis tengah. Mudah diperbaiki, kesalahan penyembuhan jarang, tidak begitu sakit di masa nifas, dispareuni jarang terjadi, hasil

akhir anatomik selalu bagus, hilangnya darah lebih sedikit, perluasan ke sfingter ani dan kedalam rektum agak sering.


(24)

b. Episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskuls sfingter ani dan diperluas ke sisi. Lebih sulit memperbaikinya, kesalahan penyembuhan lebih sering, rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari, kadangkala diikuti dispareuni, hasil akhir anatomik sedikit banyak kurang baik pada sekitar 10% kasus (tergantung pada operator), kehilangan darah lebih banyak, perluasan ke sfingter jarang. (Cunningham, 1995, hlm. 371).

c. Episiotomi lateral, sayatan ke arah paha. Keuntungannya, risiko untuk putusnya otot anus menjadi lebih kecil, kelemahannya, tipe lateral bisa menyebabkan otot di daerah sekitar sayatan menjadi mengerut tidak beraturan sehingga dapat menyebabkan nyeri saat berhubungan seks (Indiarti, 2009, hlm 150).

7. Tehnik Penjahitan Luka Episiotomi

Ada banyak cara untuk menutup insisi episiotomi, tetapi hemostatis dan perbaikan anatomi tanpa terlalu banyak menjahit adalah yang terpenting demi suksesnya metoda apapun.

Teknik yang sering dilakukan pada perbaikan episiotomi :

Menggunakan cutgut kromik 00, atau lebih baik 000, digunakan sebagai jahitan kontinyu untuk menutup mukosa dan submukosa vagina. Setelah menutup insisi vagina dan mendekatkan tepi-tepi cincin himen, jahitan dikencangkan dan dipotong. Selanjutnya cutgut 00 atau 000ditempatkan pada fasia dan otot perineum yang diinsisi. Jahitan kontinyu sekarang dibawa ke bawah untuk menyatukan fasia superfisial. Cutgut kromik ditempatkan melalui kulit dan fasia subkutan diikat kendor. Penutupan ini menghindari terkuburnya dua lapisan cutgut di lapisan perineum yang lebih superfisial (Cuningham, 1995, hlm. 372).


(25)

7. Benang yang Digunakan dalam Penjahitan Episiotomi

Alat menjahit yang digunakan dalam perbaikan episitomi atau laserasi dapat menahan tepi – tepi luka sementara sehingga terjadi pembentukan kolagen yang baik. Benang yang dapat diabsorbsi secara alamiah diserap melalui absorbsi air yang melemahkan rantai polimer jahitan. Diperkirakan proses hidrolisasi menimbulkan respons peradangan yang minimal dibandingkan dengan respons mediasi enzim. Benang jahit yang dapat diabbsorbsi secara alamiah yang paling banyak digunakan adalah krom,

yang mampu menahan luka hingga 10-14 hari sebelum aktivitas enzim mulai menghancurkannya. Absorbsi lengkap biasanya terjadi setelah 90 hari luka dijahit.

Benang sintetik yang dapat diabsorbsi yang paling banyak digunakan adalah polygarin 910 (Vicryl) yang dapat menahan luka kira-kira 65% dari kekuatan pertamanya setelah 14 hari penjahitan dan biasanya diabsorbsi lengkap setelah 70 hari prosedur dilakukannya.

Ukuran yang paling umum digunakan dalam memperbaiki jaringan trauma adalah 2-0, 3-2-0, dan 4-2-0, 4-0 yang paling tipis. Benang jahit yang biasa digunakan dalam kebidanan dimasukkan ke dalam jarum (Wals, 2008, hlm. 560).

8. Penyembuhan Luka Episiotomi

Jika jaringan tubuh mengalami trauma, proses penyembuhan terjadi dalam 3 fase, yaitu :

Fase 1 : Segera setelah cedera, respons peradangan menyebabkan peningkatan aliran darah ke area luka, meningkatkan cairan dalam jaringan, serta akumulasi


(26)

leukosit dan fibrosit. Leukosit akan memproduksi enzim proteolitik yang memakan jaringan yang mengalami cedera.

Fase 2 : Setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk benang – benang kolagen pada tempat cedera.

Fase 3 : Pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi jaringan yang rusak kemudian menutup luka.

Proses penyembuhan sangat dipengaruhi oleh usia, berat badan, status nutrisi, dehidrasi, aliran darah yang adekuat ke area luka, dan status imunologinya.

Beberapa prinsip umum yang perlu di ingat :

1. Mempertahankan tehnik aseptik yang steril sangat penting untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi.

2. Terjadinya hemostatis sebelum perbaikan episiotomi penting untuk pencegahan pembentukan hematoma dan visualisasi yang baik.

3. Penanganan minimal pada area yang cedera mencegah kerusakan yang lebih parah yang dapat menghambat penyembuhan

4. Batasan luka harus dapat diperkirakan dengan baik untuk menghindari ruang mati yang dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri anaerob.

5. Jahitan sebaiknya memiliki kekutan atau tegangan yang tidak terlalu kuat sehingga jahitan tersebut dapat tertarik saat respon peradangan mengakibatkan edema jaringan.

Penyembuhan luka sayatan episiotomi yang sempurna tergantung kepada beberapa hal. Tidak adanya infeksi pada vagina sangat mempermudah penyembuhan. Keterampilan menjahit juga sangat diperlukan agar otot-otot yang tersayat diatur kembali sesuai dengan fungsinya atau jalurnya dan juga dihindari sedikit mungkin


(27)

pembuluh darah agar tidak tersayat. Jika sel saraf terpotong, pembuluh darah tidak akan terbentuk lagi (Wals, 2008, hlm. 559)

Ibu yang telah mendapat episiotomi, akan dikontrol dengan cara rawat inap selama 2-3 hari. Seminggu setelah pulang ke rumah ibu harus kontrol ulang. Jika perkembangan jahitan sudah bagus, ibu diminta datang kembali setelah 40 hari. Hubungan seks baru diperbolehkan setelah hari ke-40 (Sinsin, 2008, hlm. 90).

Untuk menghindari terjadinya infeksi, maka cara membersihkannya adalah sebagai berikut:

1. Siapkan alat-alat cuci seperti sabun yang lembut, air, baskom, washlap (sapu tangan handuk), kasa, dan pembalut wanita yang bersih.

2. Cuci tangan di kran atau air yang mengalir dengan sabun. 3. Lepas pembalut yang kotor dari depan ke belakang.

4. Semprotkan atau cuci dengan antiseptik bagian perineum dari arah depan kebelakang.

5. Keringkan dengan washlap atau handuk dari depan ke belakang. 6. Pasang pembalut wanita dari depan ke belakang.

7. Setelah selesai, rapikan alat-alat yang digunakan pada tempatnya. 8. Cuci tangan hingga bersih.

9. Catat, jika ada perubahan-perubahan perineum, khususnya tanda infeksi (Kartika, 2008, hlm. 33)

Ibu harus menjaga kebersihan daerah intim sebaik mungkin. Setelah buang air besar, sebaiknya bilas dengan bersih dan gantilah pembalut atau celana dalam sesering mungkin dan secara teratur. Yang paling penting jangan sampai darah nifas selalu


(28)

menggenang di daerah luka, karena dapat mengundang kuman masuk dan berkembang biak (Sinsin, 2008, hlm. 91).

Adapun gejala-gejala adanya tanda infeksi adalah: 1. Kemerahan sekitar luka jahitan, edema (bengkak) 2. Pendaran sekitar jahitan

3. Pengeluran cairan nanah di sekitar luka jahitan 4. Timbul rasa panas pada luka jahitan

Jika terjadi demikian, maka hubungi dokter atau bidan terdekat.

Dalam keadaan normal, proses penyambungan jaringan akan terjadi sekitar 10 hari, jika tidak ada gejala infeksi.

Untuk mengurangi rasa nyeri pada jahitan perineum, lakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Kompres dengan es

2. Pembalut wanita harus diganti setiap 4 jam dan bersihkan daerah perineum. 3. Lakukan berendam, jika dirasa perlu.

5. Lakukan tidur dengan ketinggian sudut bantal tidak boleh lebih dari 30 derajat. 6. Adapun cara untuk beranjak dari tempat tidur atau bangun meninggalkan

tempat tidur adalah sebagai berikut: Untuk naik ke tempat tidur:

a. Duduk di tepi kasur / tempat tidur.

b. Angkat kedua siku disisi yang sama dan kedua kaki dibagian bawah tempat tidur, pertahankan lutut ditekuk 45 derajat, setelah itu rebahkan badan secara perlahan miring, kemudian baru terlentang.


(29)

Untuk turun dari tempat tidur:

Posisikan tubuh untuk miring ke sisi tempat tidur, dengan bantuan tangan menekan tempat tidur, dengan bantuan tangan menekan kasur untuk menyangga tubuh, pertahankan lutut ditekuk, kemudian diturunkan ketepi tempat tidur dan prtahankan duduk, setelah itu baru melakukan berdiri (Kartika, 2008, hlm. 35).

9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka

1. Status nutrisi: diperlukan asupan protein, vitamin A dan C, tembaga, zinkum dan zat besi yang adekuat. Protein mensuplai asam amino, yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan generalisasi. Vitamin A dan zinkum diperlukan untuk epitelisasi, dan vitamin C serta zinkum diperlukan untuk sintesis kolagen dan integrasi kapiler. Zat besi diperlukan untuk sintesis haemoglobin yang bersama oksigen diperlukan untuk menghantarkan oksigen keseluruh tubuh. Dalam hal ini, ikan,telur, sayuran hijau, dan buah-buahan sangat dibutuhkan ibu yang mengalami episiotomi.

2. Merokok: mempengaruhi ambilan dan pelepasan oksigen ke jaringan, sehingga memperburuk perfusi jaringan.

3. Penambahan usia: berpengaruh terhadap fase penyembuhan luka sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan penurunan aktivitas fibroblas.

4. Diabetes mellitus: gangguan sirkulasi dan pefusi jaringan dapat terjadi pada diabetes mellitus. Selain itu hiperglikemia dapat meghambat fagositosis dan mencetuskan terjadinya infeksi jamur dan ragi.


(30)

5. Kortikosteroid: peningkatan kadar kortikoseroid dalam plasma dapat terjadi akibat stress, terapi atau penyakit steroid. Hal ini dapat menghambat respons inflamasi dan respon imun yang dapat menghambat proses penyembuhan dan menjadi predisposisi infeksi.

6. Obat-obatan: obat antiinflamasi menekan sintesis protein inflamasi, kontraksi luka dan epitelisasi.

7. Ganguan oksigenisasi: rendahnya tekanan oksigen arterial dapat mengganggu sintesis kolagen dan menghambat epitelisasi. Perfusi jaringan yang buruk dapat terjadi karena adanya hipovolemia atau anemia. Oksigen sangat dibutuhkan untuk aktivitas fibroblast.

8. Infeksi: infeksi menyebabkan peningkatan inflamasi dan nekrosis yang menghambat penyembuhan luka. (Johnson, 2005, hal. 370).


(31)

BAB III

KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel baik variabel yang diteliti maupun tidak diteliti (Nurusalam, 2002, hlm. 55).

Kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Bagan 3.1

Penyembuhan luka episiotomi mencakup:

- Definisi episiotomi - Tujuan episiotomi - Penyebab episiotomi - Perawatan luka

episiotomi

- Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi

Pengetahuan Ibu nifas :

Kurang Cukup

Karakteristik: - Umur - Pendidikan - Sumber Informasi - Pekerjaan


(32)

B. Definisi Operasional

No Variabel Penelitian

Defenisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan Hasil dari tahu

yang terjadi setelah ibu nifas dengan episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan 2010 melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Kuesioner Wawancara 1. Kurang: bila responden menjawab benar pertanyaan 0-10 dari jumlah pertanyaan 2. Cukup: bila

responden menjawab benar pertanyaan 11-20 dari jumlah pertanyaan 3. Baik: bila

responden menjawab benar pertanyaan 21-30 dari jumlah pertanyaan Ordinal

2. Umur Lamanya ibu nifas dengan episiotomi di Rumah Bersalin Winna 2010 menjalani hidup terhitung sejak ulang tahun pertama

Kuesioner Wawancara 1. < 20 tahun 2. 20-35 tahun 3. > 35 tahun

Interval

3. Pendidikan Jenjang

pendidikan formal terakhir

yang telah dilalui ibu nifas dengan episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan

Kuesioner Wawancara 1. Pendidikan dasar: TK dan SD 2. Pendidikan

menengah: SMP dan SMA / sederajat


(33)

2010 saat diwawancarai

3. Perguruan tinggi: D-I, D-II, DIII, D-IV, S-I, S-II, S-III 4. Pekerjaan Status sosial ibu

nifas dengan episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan 2010 di dalam keluarga yang biasanya menghasilkan financial bagi keluarga

Kuesioner Wawancara 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS / TNI /

Polri 3. Pegawai

swasta / BUMN 4. Wiraswata

Nominal

5. Sumber Informasi Media yang digunakan ibu nifas dengan episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan 2010 untuk mendapatkan informasi tentang penyembuhan luka episiotomi

Kuesioner Wawancara 1. Langsung: keluarga, teman, dan tenaga kesehatan 2. Tidak

langsung: media cetak, media elektronik, media papan Ordinal

6. Paritas Jumlah anak yang telah dilahirkan ibu nifas dengan episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan 2010

Kuesioner Wawancara 1. Primipara (1)

2. Multipara (2-5) 3. Grandemulti

para (>5)


(34)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional study (Fatimah, dkk, 2009, hlm. 27) yang bertujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah pelitian (Riduwan, 2009, hlm. 54).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang mengalami episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan tahun 2010 dengan jumlah 51 orang dalam 3 bulan (September 2009-November 2009).


(35)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Riduwan, 2009, hlm. 56).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu semua ibu nifas yang di episiotomi pada Februari – April 2010 yaitu sebanyak 33 orang.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Bersalin Winna Medan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah dikarenakan di klinik tersebut belum pernah dilaksanakan penelitian sejenis yaitu pengetahuan ibu nifas tentang penyembuhan luka episiotomi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Januari sampai Juni 2010 yang dimulai dengan mengajukan izin penelitian, pengumpulan data, membuat laporan ujian akhir, perbaikan Karya Tulis Ilmiah, penjilidan dan pengandaan Karya Tulis Ilmiah.

D. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin dari ketua program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dari Kepala Pimpinan Rumah Bersalin Winna Medan.

Setiap responden yang memenuhi kriteria penelitian akan mendapat penjelasan tentang tujuan dan cara-cara penelitian , dan bersedia menandatangani lembar


(36)

persetujuan penelitian secara sukarela. Setiap responden yang ikut dalam penelitian ini berhak megetahui hasil yang telah dilakukan, dan dengan alasan tertentu juga berhak untuk menarik diri dari penelitian.

Peneliti akan membagi lembar persetujuan (Informed Consent) yang akan ditandatangani apabila calon responden telah setuju untuk menjadi responden yang dilanjutkan dengan pengisian kuesioner.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak mencantumkan nama tetapi dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar kuesioner sehingga informasi tersebut yang hanya akan digunakan untuk kepentingan dalam penelitian dan kepada responden tidak dikenakan biaya tambahan yang dikaitkan dengan adanya penelitian ini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berisikan kusioner pengetahuan tentang penyembuhan luka episiotomi dengan bentuk pertanyaan tertutup dengan variasi pertanyaan berupa pilihan, di mana ada 2 jawaban yang disediakan, responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya. Instrumen terdiri dari 2 bagian yaitu:

a. Demografi

Data demografi yang harus dilengkapi oleh responden meliputi umur, pendidikan terakhir, , pekerjaan, sumber informasi, paritas.

b. Kuesioner tingkat pengetahuan

Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner ini berisi pertanyaan untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Nifas


(37)

tentang Penyembuhan Luka Episiotomi. Bagian ini terdiri dari 30 pertanyaan. Skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0.

Untuk menentukan kategori pengetahuan digunakan perhitungan sebagai berikut: 1. Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 30 Skor terkecil : 0

2. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = skor terbesar – skor terkecil = 30 – 0

= 30

3. Menentukan nilai panjang kelas (i) Panjang kelas (i) =

elas BanyaknyaK

R g ntan ( ) Re

= 30 / 3 = 10 4. Menentukan skor kategori

Kurang = 0 + 10 (Responden hanya menjawab benar 0 sampai 10 pertanyaan) Cukup = 10,1 + 10 = 20,1 (Responden hanya menjawab benar 11 sampai 20

pertanyaan)

Baik = 20,2 + 10 = 30,2 (Responden hanya menjawab benar 21 sampai 30 pertanyaan).


(38)

E. Uji Validitas dan Realibilitas

2.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, soekidjo, 2005, halm 129). Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah relevan isi instrumen. Isi instrument harus sesuai dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) untuk dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2003, halm 108). Yang diukur peneliti adalah pengetahuan ibu hamil tentang dampak kafein terhadap kehamilan dan janin. Untuk mengetahui validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan r hitung. Menentukan nilai r tabel pada jumlah responden 20 orang dengan tingkat kemaknaan 5% didapat angka r tabel=0,444. Kemudian menentukan nilai r hasil perhitungan dan dibandingkan nilai r hasil dengan nilai r tabel, ketentuan: bila r hasil> r tabel maka pertanyaan tersebut valid. Sedangkan untuk pengujian validitas instrumen penelitian yang berupa skor dikategori (nominal) pada penelitian dengan menggunakan software SPSS.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 30 butir pertanyaan untuk pengetahuan yang diuji cobakan valid memiliki niali r hasil > r tabel.

2.2. Uji Reliabilitas

Setelah semua pertanyaan sudah valid, analisis selanjutnya dengan uji reabilitas. Untuk mengetahui reliabilitas yaitu membandingkan nilai r hasil dengan konstanta (0,6) bisa juga dengan r tabel. Dalam uji reabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai “Alpha” (terletak di awal output) ketentuannya: bila r Alpha > konstanta (O,6), maka pertanyaan tersebut reabel. (Riyanto, A. 2009, hlm. 45-46).


(39)

Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner dengan menggunakan program komputer, maka lampiran menunjukkan bahwa dari 30 pertanyaan dari pengetahuan yang diuji cobakan diperoleh nilai alpha 0,646 > 0,6.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data yaitu dengan memilih ibu nifas yang di episiotomi di rumah bersalin Winna Medan yang memenuhi syarat atau kriteria sampel dan menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian. Untuk mengisi kuesioner peneliti melakukan wawancara kepada responden berdasarkan kuesioner, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data.

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara univariat untuk mengetahui frekuensi dan persentase variabel yang akan diteliti. Kemudian hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi. Data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Pengkodean (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pengkodean dalam karakteristik responden yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, dan paritas. Sedangkan


(40)

pengkodean pada pengetahuan yaitu jika jawaban benar diberi kode 1, jika salah diberi kode 0.

c. Memasukkan Data (Data entry)

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah di kumpulkan ke dalam master tabel atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi. (Hidayat, 2009, hlm. 121).


(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Telah dilakukan penelitian Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan pada Februari-April 2010 dan didapatkan 33 responden. Data karakteristik responden yang diolah dalam penelitian ini adalah umur responden, pendidikan responden, pekerjaan responden, sumber informasi, dan paritas. Kelengkapanya dapat dilhat pada tabel-tabel berikut ini :


(42)

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden di Klinik Bersalin Winna Medan tahun 2010

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Umur

< 20 tahun 20 – 35 tahun >35 tahun 4 24 5 12,1 72,7 15,2

Total 33 100

Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 5 3 25 - 15,2 9,1 75,8 -

Total 33 100

Pekerjaan

Ibu rumah tangga PNS/ TNI/ POLRI Pegawai swasta/ BUMN Wiraswasta 19 4 3 7 57,6 12,1 9,1 21,2

Total 33 100

Sumber informasi Langsung Tidak Langsung 22 11 66,7 33,3

Total 33 100

Paritas Primipara (1) Multipara (2-5) Grandemultipara(>5) 24 9 - 72,7 27,3 -


(43)

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui, karakteristik responden menunjukkan bahwa dari 33 responden mayoritas memiliki umur 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 24 orang (72,7%), pendidikan SMA yaitu sebanyak 25 orang (75,8%), pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 19 orang (57,6%), sumber informasi yang di peroleh secara langsung sebanyak 22 orang (66,7%), dan melahirkan anak ke-1 yaitu sebanyak 24 orang (72,7%).

Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

berdasarkan Umur

Kategori < 20 Tahun 20-35 Tahun >35 Tahun Total

f % f % f % f %

Kurang 2 6,1 3 9,1 1 3,0 6 18,2

Cukup - - 5 15 2 6,1 7 21,1

Baik 2 6,1 16 48,5 2 6,1 20 60,7

Total 4 12,2 24 72,6 5 15,2 33 100

Berdasarkan tabel tersebut diatas, dari 33 responden mayoritas memiliki pengetahuan baik dengan usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 16 orang (48,5%) dan minoritas memiliki pengetahuan kurang dengan usia >35 tahun yaitu sebanyak 1 orang (3%).


(44)

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

berdasarkan Pendidikan

Kategori SD SMP SMA Perguruan

Tinggi

Total

f % f % f % f % f %

Kurang - - - 6 18,1 - - 6 18,1

Cukup 2 6,1 1 3 4 12,1 - - 7 21,2

Baik 3 9,1 2 6,1 15 45,5 - - 20 60,7

Total 5 15,2 3 9,1 25 75,8 - - 33 100

Berdasarkan tabel tersebut diatas, dari 33 responden mayoritas memiliki pengetahuan baik dengan pendidikan SMA yaitu sebanyak 15 orang (45,5%) dan minoritas memiliki pengetahuan cukup dengan pendidikan SMP yaitu sebanyak 1 orang (3%).


(45)

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

berdasarkan Pekerjaan

Kategori IRT PNS/ TNI/

POLRI

Pegawai swasta/ BUMN

Wiraswasta Total

f % f % f % f % f %

Kurang 5 15,2 - - - - 1 3 6 18,2

Cukup 6 18,2 1 3 - - - - 7 21,2

Baik 8 24,2 3 9,1 3 9,1 6 18,2 20 60,6

Total 19 57,6 4 12,1 3 9,1 7 21,2 33 100

Berdasarkan tabel tersebut diatas, dari 33 responden mayoritas memiliki pengetahuan baik dengan pekerjaan IRT yaitu sebanyak 8 orang (24,2%) dan minoritas memiliki pengetahuan kurang dengan pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 1 orang (3%).


(46)

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

berdasarkan Sumber Informasi

Kategori Langsung Tidak Langsung Total

f % f % f %

Kurang 5 15,2 1 3 6 18,2

Cukup 3 9,1 4 12,1 7 21,2

Baik 14 42,4 6 18,2 20 60,6

Total 22 66,7 11 33,3 33 100

Berdasarkan tabel tersebut diatas, dari 33 responden mayoritas memiliki pengetahuan baik dengan sumber informasi yang diperoleh secara langsung yaitu sebanyak 14 orang (42,4%) dan minoritas memiliki pengetahuan kurang dengan sumber informasi yang diperoleh secara tidak langsung yaitu sebanyak 1 orang (3%).


(47)

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

berdasarkan Paritas

Kategori Primipara Multipara Grandemultipara Total

f % f % f % f %

Kurang 5 15,2 1 3 - - 6 18,2

Cukup 7 21,2 - - - - 7 21,2

Baik 15 45,4 5 15,2 - - 20 60,6

Total 27 81,8 6 18,2 - - 33 100

Berdasarkan tabel tersebut diatas, dari 33 responden mayoritas memiliki pengetahuan baik dengan paritas primipara yaitu sebanyak 15 orang (45,4%) dan minoritas memiliki pengetahuan kurang dengan paritas multipara yaitu sebanyak 1 orang (3%).

2. Pengetahuan Ibu tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin

Winna Medan Tahun 2010

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pengetahuan ibu tentang peyembuhan luka episiotomi meliputi :

A. Definisi Episiotomi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang definisi episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010, dapat dilihat melalui tabel berikut :


(48)

Tabel 5.7.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

berdasarkan Definisi Episiotomi

No

Pertanyaan

Benar Salah Jumlah

f % f % f %

1. Episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran.

29 87,8 4 12,1 33 100

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari 33 responden 29 orang (87,8%) menjawab benar dan 4 orang (12,2%) menjawab salah tentang defenisi episiotomi.

B. Tujuan Episiotomi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang tujuan episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010, dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 5.8.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

berdasarkan Tujuan Episiotomi

No

Pertanyaan

Benar Salah Jumlah

f % f % f %

1. Tujuan episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah untuk mengurangi rasa nyeri.

25 75,8 8 24,2 33 100


(49)

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari 33 responden 25 orang (75,8%) menjawab benar dan 8 orang (24,2%) menjawab salah tentang tujuan episiotomi.

C. Penyebab episiotomi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penyebab episiotomi di Rumah BersalinWinna Medan Tahun 2010, dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 5.9.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

berdasarkan Penyebab Episiotomi

No

Pertanyaan

Benar Salah Jumlah

f % f % f %

1. Penyebab episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah bayi besar dan kembar.

19 57,6 14 42,4 33 100

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari 33 responden 19 orang (57,6%) menjawab benar dan 14 orang (42,4%) menjawab salah tentang penyebab episiotomi.

D. Penyembuhan Luka Episiotomi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penyembuhan luka episiotomi di Rumah BersalinWinna Medan Tahun 2010, dapat dilihat melalui tabel berikut :


(50)

Tabel 5.10.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

berdasarkan Penyembuhan Luka Episiotomi

No

Pertanyaan

Benar Salah Jumlah

f % f % f %

1. Dalam perawatan luka episiotomi harus melibatkan keluarga.

30 90,9 3 9,1 33 100

2. Sebaiknya ibu dengan episiotomi

(penguntingan jalan lahir) setelah pulang kerumah melakukan kontrol ulang ke tenaga kesehatan setelah sebulan.

24 72,7 9 27,3 33 100

3. Setelah kontrol ulang pertama sebaiknya ibu melakukan kontrol ulang selanjutnya pada hari ke-40.

29 87,9 4 12,3 33 100

4. Penyembuhan episiotomi (penguntingan jalan lahir) akan sempurna jika tidak adanya infeksi dan penjahitan benar.

33 100 - 0 33 100

5. Episiotomi (penguntingan jalan lahir) normal sembuh pada hari 30.

22 66,7 11 33,3 33 100

6. Ibu setelah episiotomi (penguntingan jalan lahir) tidak bisa melakukan hubungan seksual lagi.

31 93,9 2 6,1 33 100

7. Salah satu cara mencegah terjadinya infeksi pada luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah menjaga kebersihan vagina.

33 100 - 0 33 100

8. Salah satu antiseptik yang digunakan pada luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah alkohol.

17 51,5 16 48,5 33 100

9. Cara membuka pembalut yang benar pada luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah dari depan ke belakang.

24 72,7 9 27,3 33 100

10. Agar luka tidak infeksi sebaiknya sebelum dan sesudah menganti pembalut,

mencuci tangan denga sabun di dalam


(51)

waskom.

11. Pembalut sebaiknya diganti setiap 1 kali sehari.

27 81,8 6 18,2 33 100

12. Salah satu tanda adanya infeksi pada luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah kemerahan disekitar luka.

24 72,7 9 27,2 33 100

13. Timbulnya rasa panas pada luka jahitan episiotomi (peguntingan jalan lahir) adalah pertanda luka akan segera sembuh.

26 78,8 7 21,2 33 100

14. Jika terjadi pengeluaran nanah disekitar luka jahitan sebaiknya ibu cukup mengganti pembalut dan celana dalam.

19 57,6 14 42,4 33 100

15. Untuk mengurangi rasa nyeri pada jahitan dapat dilakukan dengan kompres dengan es.

28 84,8 5 15,2 33 100

16. Ibu tidak boleh miring kiri atau kanan agar jahitan tidak lepas.

20 60,6 13 39,4 33 100

17. Selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) ibu tidak boleh mandi agar luka cepat sembuh.

21 63,6 12 36,4 33 100

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari 33 responden 30 orang (90,9%) menjawab benar dan 3 orang (9,1%) menjawab salah tentang perawatan episiotomi harus melibatkan keluarga, 24 orang (72,7%) menjawab benar dan 9 orang (27,3%) menjawab salah tentang waktu control awal pertama setelah episiotomi, 29 orang (87,9) menjawab benar dan 4 orang (12,3%) menjawab salah tentang kontrol lanjutan, 33 orang (100%) menjawab benar jika tidak ada infeksi dan penjahitan benar luka akan sembuh sempurna, 22 orang (66,7%) menjawab benar dan 11 orang (33,3%) menjawab salah tentang waktu normal sembuhnya episiotomi, 31 orang (93,9%) menjawab benar dan 2 orang (6,1%) menjawab salah bahwa setelah


(52)

episitomi tidak boleh melakukan hubungan seksual lagi, 33 orang (100%) menjawab benar bahwa untuk mencegah infeksi pada luka harus menjaga kebersihan vagina, 17 orang (51,5%) menjawab benar dan 16 orang (48,5%) menjawab salah bahwa alcohol digunakan sebagai antiseptik pada luka episiotomi, 24 orang (81,8%) menjawab benar dan 9 orang (27,3%) menjawab salah tentang cara memasang pembalut yang benar, 27 orang (81,8%) menjawab benar dan 6 orang (18,2%) menjawab salah bahwa setelah dan sebelum menganti pembalut mencuci tangan di waskom, 27 orang (81,8%) menjawab benar dan 6 orang (18,2%) menjawab salah tentang penggantian pembalut, 24 orang (72,7%) menjawab benar dan 9 orang (27,2%) menjawab salah tentang tanda infeksi pada luka episiotomi, 26 orang (78,8%) menjawab benar dan 7 orang (21,2%) menjawab salah tentang timbulnya rasa panas pada luka jahitan, 19 orang (57,6%) menjawab benar dan 14 orang (42,4%) menjawab salah tentang pengeluaran nanah pada luka episiotomi, 28 orang (84,8%) menjawab benar dan 5 orang (15,2%) menjawab salah tentang cara mengurangi rasa nyeri pada luka episiotomi, 20 orang (60,6%) menjawab benar dan 13 orang (39,4%) menjawab salah tentang posisi tidur ibu, 21 orang (63,6%) menjawab benar dan 12 orang (36,4%) menjawab salah tentang agar luka cepat sembuh.


(53)

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010, dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 5.11.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010

berdasarkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Episiotomi

No

Pertanyaan

Benar Salah Jumlah

f % f % f %

1. Salah satu faktor yang dapat memperlambat

penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah ibu merokok.

28 84,9 5 15,1 33 100

2. Luka akan lebih sulit sembuh jika ibu memiliki riwayat penyakit jantung.

17 51,5 16 48,5 33 100

3. Jika ibu menyusui bayinya selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) akan dapat memperlambat penyembuhan.

20 60,6 13 39,4 33 100

4. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan protein dapat mempercepat penyembuhan luka.

29 87,9 4 12,1 33 100

5. Selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) ibu tidak boleh mengkonsumsi ikan laut dan telur.

19 57,6 14 42,4 33 100

6. Selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) sebaiknya ibu cukup makan tahu dan tempe sebagai lauk-pauk.

17 51,5 16 48,5 33 100


(54)

masa peyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir).

8. Ibu tidak boleh mengkonsumsi buah dan sayuran yang berwarna hijau selama masa penyembuhan luka episiotomi

(penguntingan jalan lahir)

30 90,9 3 9,1 33 100

9. Agar luka cepat sembuh sebaiknya ibu mengkonsumsi air putih sehari sebanyak ± 8 gelas/hari.

33 100 - 0 33 100

10. Jika ibu anemia (kurang darah)dapat memperlambat penyembuhan luka episiotomi.

29 87,9 4 12,1 33 100

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari 33 responden 28 orang (84,9%) menjawab benar dan 5 orang (15,1%) menjawab salah bahwa merokok dapat memperlambat peyembuhan luka, 17 orang (51,5%) menjawab benar dan 16 orang (48,5%) menjawab salah bawa riwayat penyakit jantung dapat memperlambat penyembuhan luka, 20 orang (60,6%) menjawab benar dan 13 orang (39,4%) menjawab salah bahwa menyusui bayi dapat memperlambat penyembuhan luka, 29 orang (87,9%) menjawab benar dan 4 orang (12,1%) menjawab salah jika mengkonsumsi vitamin dan protein dapat mempercepat penyembuhan luka, 19 orang (57,6%) menjawab benar dan 14 orang (42,4%) menjawab salah jika selama penyembuhan luka tidak boleh mengkonsumsi ikan laut dan telur, 17 orang (51,5%) menjawab benar dan 16 orang (48,5%) menjawab salah bahwa selama penyembuhan cukup makan tahu dan tempe, 28 orang (84,8%) menjawab benar dan 5 orang (15,2%) menjawab salah bahwa selama penyembuhan baik mengkonsumsi vitamin C, 30 orang (90,9%) menjawab benar dan 3 orang (9,1%) menjawab salah bahwa


(55)

selama selama penyembuhan baik mengkonsumsi buah dan sayuran hijau, 33 orang (100%) menjawab benar bahwa minum air putih selama penyembuhan sebanyak 8 gelas, 29 orang (87,9) menjawab benar dan 4 orang (12,1%) menjawab salah jika anemia memperlambat peyembuhan luka.

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas, pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 5.12.

Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Klinik Bersalin Winna Medan Tahun 2010

Kategori Frekuensi Persentase (%)

0-10 (kurang) 6 18,2

11-20 (cukup) 7 21,2

21-30 (baik) 20 60,6

Total 33 100.0

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari 33 responden 20 orang (60,6%) memiliki pengetahuan baik, 7 orang (21,2%) memiliki pengetahuan cukup, 6 orang (18,2%) memiliki pengetahuan kurang.


(56)

B. Pembahasan

Berikut ini dilakukan pembahasan karakteristik responden berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya.

1. Karakteristik demografi responden

a. Umur

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 33 responden mayoritas umur ibu nifas adalah 20-35 tahun yaitu sebanyak 24 orang (84,8%), dan minoritas memiliki umur < 20 tahun yaitu sebanyak 4 orang (12,1%). Sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 16 orang (48,5%) adalah responden yang berusia 20-35 tahun.

Menurut Hurlock (2002), mengatakan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat pengalaman dan kematangan jiwanya.

Menurut Notoatmodjo (2003) adalah lamanya dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Umur merupakan karakteristik atau komponen yang berhubungan dengan kematangan seseorang baik fisik maupun mental. Namun demikian tidak mutlak tergantung dari faktor intern dan ekstern seseorang.

Menurut peneliti, usia 20-35 tahun sebaiknya ibu-ibu nifas sudah banyak mengetahui tentang episiotomi khususnya tentang perawatan luka episiotomi karena pada usia ini ibu sudah matang berfikir dan rata-rata sudah memiliki pengalaman atau mungkin melihat dari pengalaman orang lain.


(57)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 33 responden mayoritas pendidikan ibu nifas adalah SMA sebanyak 25 orang (75,8%), dan minoritas yaitu SD sebanyak 5 orang (15,2%). Sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 15 orang (45,5%) dengan pendidikan SMA.

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Notoatmodjo (2003) dalam bukunya bahwa pendidikan dapat membentuk dan meningkatkan kemampuan manusia. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti bahwa di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan atau perkembangan kearah yang lebih baik ( lebih pandai, lebih mampu dan lebih tahu).

Menurut peneliti bahwa pendidikan formal bukanlah faktor utama yang menentukan pengetahuan seseorang akan segala sesuatu, dengan pendidikan nonformal juga dapat menambah pengetahuan seseorang yaitu berupa informasi-informasi dari orang lain atau berupa pengalaman-pengalaman yang sudah memang dapat dibuktikan kebenarannya.

c. Pekerjaan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 33 responden mayoritas memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 19 orang (57,6%), dan minoritas yaitu pegawai swasta sebanyak 3 orang (9,1%). Sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 8 orang (24,2%) dengan pekerjaan IRT.

Menurut Notoadmodjo (2007), bahwa pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan atau diperbuat untuk mendapatkan gaji.


(58)

Menurut Notoadmodjo (2003) bahwa pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan atau diperoleh baik mendapatkan upah atau tidak.

Menurut peneliti, semakin baik pekerjaan berarti semakin tinggi sosial ekonomi ibu sehingga semakin mudah ibu untuk memeriksakan dan memfasilitasi kesehatan tetapi dari hasil penelitian ini ternyata pekerjaan yang berhubungan dengan sosial ekonomi tidak mempengaruhi pengetahuan responden. Menurut hasil penelitian responden yang hanya IRT lebih banyak mendapat informasi karena mereka mempunyai waktu luang untuk bersosialisasi sehingga mendapat pengalaman dari orang lain.

d. Sumber informasi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 33 responden mayoritas mendapatkan informasi tentang penyembuhan luka episiotomi adalah secara langsung yaitu sebanyak 22 orang (66,7%), dan minoritas secara tidak langsung yaitu sebanyak 11 orang (33,3%). Sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 14orang (42,4%) dengan informasi yang diperoleh secara langsung.

Menurut Notoadmodjo (2007), mengatakan bahwa sumber informasi merupakan sarana untuk menyampaikan kesehatan digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut peneliti, informasi yang lebih sering dan cepat didapat seseorang secara langsung yang berasal dari keluarga, teman dan tenaga kesehatan.


(59)

e. Paritas

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 33 responden mayoritas berparitas primipara yaitu sebanyak 24 orang (72,7%) dan minoritas multigravida yaitu sebanyak 9 orang (27,3%). Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 15 orang (45,4%) dengan paritas primipara.

Menurut Sarwono (2005) bahwa paritas mempengaruhi kesehatan ibu.

Menurut peneliti, paritas tidak hanya mempengaruhi kesehatan ibu tetapi juga mempengaruhi pengetahuan ibu. Menurut hasil penelitian ibu primipara memiliki pengetahuan baik karena biasanya melahirkan anak pertama rasa khawatir lebih besar dari melahirkan anak ke dua dan selanjutnya, hal ini membuat ibu-ibu lebih banyak bertanya kepada petugas kesehatan dan orang-orang yang di episiotomi juga.

2. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan ibu nifas tentang penyembuhan luka episiotomi mayoritas kategori baik yaitu sebanyak 20 orang (60,6%) dan minoritas kurang yaitu sebanyak 6 orang (18,2%).

Tingginya pengetahuan ibu nifas tentang penyembuhan luka episiotomi dikaitkan dengan tingkat pendidikan ibu nifas di mana menurut Hurlock (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan banyak mengetahui sesuatu dan mengerti manfaat dan kegunaan sesuatu hal karena akan beralih ketingkat pengetahuan.


(60)

Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian bahwa pengetahuan ibu nifas dalam penelitian ini dikategorikan baik dikarenakan pendidikan ibu nifas yang mayoritas ada pada tingkat SMA. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Hurlock bahwa pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pengetahuan ibu nifas dalam hal ini tidak hanya pada tingkatan memahami saja tetapi sebahagian sudah pada tingkat mengaplikasikan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya dimana mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk penyembuhan luka episiotomi, tetapi sebahagian masih pada tingkat memahami di mana mereka hanya mampu menjelaskan.

Selain itu hal lain yang mempengaruhi pengetahuan ibu nifas adalah sumber informasi. Tenaga kesehatan tidak memberikan informasi kepada ibu nifas ketika akan pulang kerumah bagaimana cara merawat luka episiotomi dirumah, tanda-tanda komplikasi, faktor yang mempengaruhi penyembuhan dan waktu kontrol kembali.


(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnyadapat disimpulkan bahwa:

1. Mayoritas ibu nifas berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 16 orang (48,5%) memiliki pengetahuan baik.

2. Mayoritas ibu dengan pendidikan SMA yaitu sebanyak 15 orang (45,5%) memiliki pengetahuan baik.

3. Mayoritas ibu nifas yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 8 orang (24,2%) memiliki pengetahuan baik.

4. Mayoritas ibu nifas memperoleh informasi secara langsung yaitu sebanyak 14 orang (42,4%) memiliki pengetahuan baik.

5. Mayoritas ibu nifas dengan paritas primipara yaitu sebanyak 15 orang (45,4%) memiliki pengetahuan baik.

6. Mayoritas ibu nifas dengan episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010 yaitu sebanyak 20 orang (60,6%) memiliki pengetahuan baik tentang penyembuhan luka episiotomi.


(62)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan kepada beberapa pihak sebagai berikut :

1. Bagi Ibu Nifas

Diharapkan kepada ibu nifas agar mempertahankan dan lebih aktif mencari informasi mengenai penyembuhan dan perawatan luka episiotomi agar lebih mengerti dan memahami cara merawat luka episiotomi.

2. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan informasi kesehatan kepada ibu nifas sebelum pulang kerumah agar ibu dapat merawat luka dirumah.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain yang ingin mengetahui penelitian yang lebih dalam tentang penyembuhan luka episiotomi dapat memakai Karya Tulis Ilmiah ini sebagai perbandingan untuk penelitian selanjutnya.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Andy, 2007, Arya, (2009). Episiotomi : Tabloid Ibu dan Anak.

Boyle, Mauren. (2008). Pemulihan Luka: Seri Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC

Fatimah, Rajab Wahyudin, & Fauziah. (2009). Langkah Mudah Membuat Usulan Proposal KTI dan Laporan Hasil KTI. Jakarta: TIM.

Hidayat, Alimul Aziz. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock. (2002). Psikologi Perkembangan. Cetakan 5. Jakarta, Erlangga.

Indiarti, MT. (2009). Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan & Perawatan Bayi. Jogjakarta: Diglossia Media.

Johnson, Ruth. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC. Kartika. (2008). Sehat Setelah Melahirkan. Klaten: Kawan Kita. Liu, David T Y. (2005). Manual Persalinan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, et al. (20001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Mochtar, Rustam. (2002). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurusalam. (2002). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: salemba Medika. Ramali, Med. Ahmad, Pamoentjak, St.K. (2003). Kamus Kedokteran Arti dan

Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta. Jazamedia.


(64)

Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Sinsin, Iis. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Stopppard, Miriam. (2007). Panduan memoersiapkan Kehamilan dan Kelahiran Untuk Calon ibu dan Ayah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(65)

SURAT PERNYATAAN CONTENT VALIDITY

Nama Mahasiswa : Helen Evelina Siringo-ringo

NIM : 095102035

Judul KTI : Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Penyembuhan Luka Episiotomi di Rumah Bersalin Winna Medan 2010

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut telah melakukan uji validitas terhadap kuesioner penelitiannya dengan pertanyaan sebanyak 30 pertanyaan.

Diuji oleh,

( dr. Sarma N. Lumbanraja, SpOG )


(66)

Saya yang bernama Helen Evelina Siringo-ringo / 095102035 adalah mahasiswi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Penyembuhan Luka Episiotomi yang Bersalin di Rumah Bersalin Winna Medan Tahun 2010”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian. Selanjutnya, saya mohon kesediaan ibu dalam melakukan pelaksanaan tentang tujuan penelitian saya. Jika ibu bersedia silahkan tanda tangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Medan, Januari 2010 Peneliti Responden

(Helen Evelina Siringo-ringo) ( )


(67)

Pengetahuan Ibu Nifas tentang Penyembuhan Luka Episiotomi yang Bersalin di Rumah Bersalin Winna Medan tahun 2010

No. Responden:

I. Karakteristik Responden

Petunjuk

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan saudara saat ini dengan memberi tanda checklist (√).

1. Umur : □ < 20 tahun □ 20 – 35 tahun □ > 35 tahun

2. Pendidikan : □ SD

□ SMP □ SMA

□ Perguruan Tinggi 3. Pekerjaan : □ Ibu Rumah Tangga

□ PNS / TNI / POLRI

□ Pegawai Swasta / BUMN

□ Wiraswasta

4. Sumber Informasi : □ 1. Langsung: Keluarga Teman

Tenaga Kesehatan □ 2.Tidak Langsung: Media cetak Media Elektronik

Media Papan

5. Paritas :□ Primipara (1) 1. □ Multipara (2 – 5)

□ Grandemultipara ( > 5 )


(68)

No Pengetahuan Benar Salah Definisi Episiotomi

1. Episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran.

Tujuan Episiotomi

2. Tujuan episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah untuk mengurangi rasa nyeri.

Penyebab Episiotomi

3. Penyebab episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah bayi besar dan kembar.

Penyembuhan Luka Episiotomi

4. Dalam perawatan luka episiotomi harus melibatkan keluarga. 5. Sebaiknya ibu dengan episiotomi (penguntingan jalan lahir)

setelah pulang kerumah melakukan kontrol ulang ke tenaga kesehatan setelah sebulan.

6. Setelah kontrol ulang pertama sebaiknya ibu melakukan kontrol ulang selanjutnya pada hari ke-40.

7. Penyembuhan episiotomi (penguntingan jalan lahir) akan sempurna jika tidak adanya infeksi dan penjahitan benar. 8. Episiotomi (penguntingan jalan lahir) normal sembuh pada

hari 30.

9. Ibu setelah episiotomi (penguntingan jalan lahir) tidak bisa melakukan hubungan seksual lagi.

10. Salah satu cara mencegah terjadinya infeksi pada luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah menjaga kebersihan vagina.

11. Salah satu antiseptik yang digunakan pada luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah alkohol.

12. Cara membuka pembalut yang benar pada luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah dari depan ke belakang. 13. Agar luka tidak infeksi sebaiknya sebelum dan sesudah

menganti pembalut, ibu mencuci tangan dengan sabun di dalam waskom


(69)

14. Pembalut sebaiknya diganti setiap 1 kali sehari. 15. Salah satu tanda adanya infeksi pada luka episiotomi

(penguntingan jalan lahir) adalah kemerahan disekitar luka. 16. Timbulnya rasa panas pada luka jahitan episiotomi

(peguntingan jalan lahir) adalah pertanda luka akan segera sembuh.

17. Jika terjadi pengeluaran nanah disekitar luka jahitan

sebaiknya ibu cukup mengganti pembalut dan celana dalam. 18. Untuk mengurangi rasa nyeri pada jahitan dapat dilakukan

dengan kompres dengan es.

19. Ibu tidak boleh miring kiri atau kanan agar jahitan tidak lepas.

20. Selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) ibu tidak boleh mandi agar luka cepat sembuh.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luka Episiotomi

21. Salah satu faktor yang dapat memperlambat penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah ibu merokok.

22. Luka akan lebih sulit sembuh jika ibu memiliki riwayat penyakit jantung.

23. Jika ibu menyusui bayinya selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) akan dapat memperlambat penyembuhan.

24. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan protein dapat mempercepat penyembuhan luka.

25. Selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) ibu tidak boleh mengkonsumsi ikan laut dan telur. 26. Selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan

lahir) sebaiknya ibu cukup makan tahu dan tempe sebagai lauk-pauk.

27. Vitamin C baik dikonsumsi ibu selama masa peyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir).


(70)

28. Ibu tidak boleh mengkonsumsi buah dan sayuran berwarna hijau selama masa penyembuhan luka episiotomi

(penguntingan jalan lahir)

29. Agar luka cepat sembuh sebaiknya ibu mengkonsumsi air putih sehari sebanyak ± 8 gelas/hari.

30 Jika ibu anemia (kurang darah)dapat memperlambat penyembuhan luka episiotomi.


(71)

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 20 tahun 4 12.1 12.1 12.1

20-35 tahun 24 72.7 72.7 84.8

> 35 tahun 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 5 15.2 15.2 15.2

SMP 3 9.1 9.1 24.2

SMA 25 75.8 75.8 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 19 57.6 57.6 57.6

PNS/ TNI/ POLRI 4 12.1 12.1 69.7

Pegawai Swasta / BUMN 3 9.1 9.1 78.8

Wiraswasta 7 21.2 21.2 100.0


(72)

Sumber informasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Langsung 22 66.7 66.7 66.7

Tidak Langsung 11 33.3 33.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Primipara (1) 24 72.7 72.7 72.7

Multipara (2-5) 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0


(73)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 7 1 3.0 3.0 3.0

8 1 3.0 3.0 6.1

9 1 3.0 3.0 9.1

10 2 6.1 6.1 15.2

16 3 9.1 9.1 24.2

18 2 6.1 6.1 30.3

19 1 3.0 3.0 33.3

20 1 3.0 3.0 36.4

21 2 6.1 6.1 42.4

22 2 6.1 6.1 48.5

23 4 12.1 12.1 60.6

24 2 6.1 6.1 66.7

25 1 3.0 3.0 69.7

26 5 15.2 15.2 84.8

27 3 9.1 9.1 93.9

28 2 6.1 6.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-10 (kurang) 6 18.2 18.2 18.2

11-20 (cukup) 7 21.2 21.2 39.4

21-30 (baik) 20 60.6 60.6 100.0


(74)

SURAT KETERANGAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dr. Lilly Ketaren Jabatan : Pimpinan Klinik

Alamat : Jl. Brigjend Katamso No. 10 Kp. Baru Klinik : Rumah Bersalin Winna

Menerangkan bahwa :

Nama : Helen Evelina Siringo-ringo

NIM : 095102035

Benar telah di izinkan dan selesai mengadakan penelitian di Rumah Bersalin Winna Medan untuk keperluan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul :

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Penyembuhan Luka Episiotomi

Demikianlah surat keterangan ini diperbuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, Mei 2010


(1)

14. Pembalut sebaiknya diganti setiap 1 kali sehari. 15. Salah satu tanda adanya infeksi pada luka episiotomi

(penguntingan jalan lahir) adalah kemerahan disekitar luka. 16. Timbulnya rasa panas pada luka jahitan episiotomi

(peguntingan jalan lahir) adalah pertanda luka akan segera sembuh.

17. Jika terjadi pengeluaran nanah disekitar luka jahitan

sebaiknya ibu cukup mengganti pembalut dan celana dalam. 18. Untuk mengurangi rasa nyeri pada jahitan dapat dilakukan

dengan kompres dengan es.

19. Ibu tidak boleh miring kiri atau kanan agar jahitan tidak lepas.

20. Selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) ibu tidak boleh mandi agar luka cepat sembuh. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luka Episiotomi 21. Salah satu faktor yang dapat memperlambat penyembuhan

luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) adalah ibu merokok.

22. Luka akan lebih sulit sembuh jika ibu memiliki riwayat penyakit jantung.

23. Jika ibu menyusui bayinya selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) akan dapat memperlambat penyembuhan.

24. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan protein dapat mempercepat penyembuhan luka.

25. Selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir) ibu tidak boleh mengkonsumsi ikan laut dan telur. 26. Selama penyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan

lahir) sebaiknya ibu cukup makan tahu dan tempe sebagai lauk-pauk.

27. Vitamin C baik dikonsumsi ibu selama masa peyembuhan luka episiotomi (penguntingan jalan lahir).


(2)

28. Ibu tidak boleh mengkonsumsi buah dan sayuran berwarna hijau selama masa penyembuhan luka episiotomi

(penguntingan jalan lahir)

29. Agar luka cepat sembuh sebaiknya ibu mengkonsumsi air putih sehari sebanyak ± 8 gelas/hari.

30 Jika ibu anemia (kurang darah)dapat memperlambat penyembuhan luka episiotomi.


(3)

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 20 tahun 4 12.1 12.1 12.1

20-35 tahun 24 72.7 72.7 84.8

> 35 tahun 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 5 15.2 15.2 15.2

SMP 3 9.1 9.1 24.2

SMA 25 75.8 75.8 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 19 57.6 57.6 57.6

PNS/ TNI/ POLRI 4 12.1 12.1 69.7

Pegawai Swasta / BUMN 3 9.1 9.1 78.8

Wiraswasta 7 21.2 21.2 100.0


(4)

Sumber informasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Langsung 22 66.7 66.7 66.7

Tidak Langsung 11 33.3 33.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Primipara (1) 24 72.7 72.7 72.7

Multipara (2-5) 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0


(5)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 7 1 3.0 3.0 3.0

8 1 3.0 3.0 6.1

9 1 3.0 3.0 9.1

10 2 6.1 6.1 15.2

16 3 9.1 9.1 24.2

18 2 6.1 6.1 30.3

19 1 3.0 3.0 33.3

20 1 3.0 3.0 36.4

21 2 6.1 6.1 42.4

22 2 6.1 6.1 48.5

23 4 12.1 12.1 60.6

24 2 6.1 6.1 66.7

25 1 3.0 3.0 69.7

26 5 15.2 15.2 84.8

27 3 9.1 9.1 93.9

28 2 6.1 6.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-10 (kurang) 6 18.2 18.2 18.2

11-20 (cukup) 7 21.2 21.2 39.4

21-30 (baik) 20 60.6 60.6 100.0


(6)

SURAT KETERANGAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dr. Lilly Ketaren Jabatan : Pimpinan Klinik

Alamat : Jl. Brigjend Katamso No. 10 Kp. Baru Klinik : Rumah Bersalin Winna

Menerangkan bahwa :

Nama : Helen Evelina Siringo-ringo

NIM : 095102035

Benar telah di izinkan dan selesai mengadakan penelitian di Rumah Bersalin Winna Medan untuk keperluan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul :

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Penyembuhan Luka Episiotomi

Demikianlah surat keterangan ini diperbuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, Mei 2010