PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung.

(1)

(Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang

Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung)

DISERTASI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat dalam Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Bidang Administrasi Pendidikan

Oleh:

A . SOBANDI NIM 0907618

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Manajemen di Kota Bandung)

Oleh:

A. Sobandi (0907618) Drs IKIP Bandung, 1983 M. Si UNPAD Bandung, 2004

M. Pd UPI Bandung 2008

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Administrasi Pendidikan

© A. Sobandi 2015

Universitas Pendidikan Indonesia November 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

(Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang

Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung)

Oleh: A. Sobandi (0907618)

Promotor Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.

Kopromor Prof. Dr. H. Akdon, M.Pd. Anggota Dr. H. Endang Herawan, M.Pd.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai belum optimalnya produktivitas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung. Belum optimalnya produktivitas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat keterserapan lulusan pada dunia usaha dan dunia industri yang berdampak pada pengangguran di Indonesia merupakan fenomena dari produktivitas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung yang belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah, dan fasilitas pembelajaran terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung. Dalam penelitian ini digunakan metode Explanatory Survey Method, dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner skala ordinal. Jumlah responden 1236 orang guru produktif yang diambil dari 40 SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung. Teknik pengolahan data menggunakan multiple linear regression model. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel independent yang terdiri dari kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah, dan fasilitas pembelajaran terhadap produktivitas SMK bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung sebagai variabel dependent adalah signifikan. Secara rinci hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh kuat, positif, dan signifikan terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung; (2) Kinerja mengajar guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung; (3) Iklim sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung; (4). Fasilitas pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung. Untuk meningkatkan produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung, rekomendasi yang disarankan adalah agar Kepala Sekolah lebih mengoptimalkan unsur-unsur pendukung dalam lingkungan sekolah, diantaranya adalah kinerja mengajar guru, iklim sekolah, dan fasilitas pembelajaran.

Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, Fasilitas Pembelajaran, dan Produktivitas SMK.


(6)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

VOCATIONAL HIGH SCHOOL PRODUCTIVITY

( A Study of the influence of Principals’ Leadership, Teachers’ Teaching Performance, Schools’ Climate, and Learning Facilities toward the Productivity

of Business and Management Vocational High Schools in Bandung) by: A. Sobandi (0907618)

Promoter Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.

Co-promoter Prof. Dr. H. Akdon, M.Pd. Member Dr. H. Endang Herawan, M.Pd.

Productivity of Business and Management Vocational High Schools (VHS) of Expertise in Bandung City is not at an optimal condition. This very condition of productivity is one of the one of the causes of the low level of absorption of graduates in the business and industrial sectors, which has an impact on unemployment in Indonesia. Those phenomena indicate the condition of VHS of Business and Management Expertise in Bandung City is not at an optimal condition. This research is to identify the effect of Principal Leadership, Teaching Performance, School Climate, and Learning Facilities on the Productivity at (VHS) of Business and Management Vocational High School’s in Bandung. In this research, the Explanatory Survey Method is used, with the questionnaire as the data collection technique with ordinal scale. There were 1236 productive teachers as respondents from 40 VHS of Business and Management in Bandung. The data analysis is multiple linear regression model. Based on the results of data processing we concluded that all the independent variables consisting of Principals’ Leadership, Teachers’Teaching Performance, Schools’ Climates, and Learning Facilities on VHS of Business and Management productivity in Bandung as the dependent variable was significant. In detail, the results of this study indicate that: (1) principals’ leadership have a strong, positive, and significant influence on VHS of Business and Management productivity in Bandung; (2) teacher performance have a positive and significant influence on on VHS of Business and Management productivity in Bandung; (3) schools climate have a positive and significant influence on VHS of Business and Management productivity in Bandung; and (4) learning facilities have positive and significant influence on VHS of Business and Management productivity in Bandung. To enhance the productivity of VHS of Business and Management in Bandung, it is recommended that the principals focus on optimizing the supporting elements in school environments, such as teachers’ teaching performance, schools’ climate, and learning facilities

Keywords: Principals’ Leadership, Teachers’ Teaching Performance, Schools’ Climate, Learning Facilities, Productivity of VHS


(7)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Lulusan lembaga pendidikan merupakan komponen penting yang akan menentukan kemajuan sebuah bangsa. Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang berfungsi mendidik dan mengarahkan potensi peserta didik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif di bidangnya masing-masing. Kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu membangun bangsa menjadi harapan semua pihak, oleh karena itu untuk menjawab harapan dan tantangan tersebut perlu upaya lebih bagi sekolah untuk mencari cara untuk perbaikan secara terus menerus untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman demi tercapai produktivitas sekolah yang tinggi.

Sekolah sebagai suatu sistem memiliki komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya yaitu input, proses, dan output. Komponen dalam sebuah sistem tersebut akan sangat menentukan bagi kesuksesan pencapaian tujuan sekolah. Diantara keterkaitan input, proses, dan outpun, produktivitas sekolah menjadi salah satu komponen kinerja yang sangat penting. Produktivitas sekolah menjadi sangat penting karena sebagai syarat utama bagi pendidikan yang bermutu. Demi mewujudkan sumber daya yang berkualitas langkah pertama dapat dimulai dengan menciptakan skolah yang produktif dengan membina potensi peserta didik agar dapat berpartisipasi dalam membangun bangsa dan negara.

Untuk memenuhi harapan masyarakat, sekolah harus mampu menghadapi kebutuhan tuntutan dunia global dengan membekali lulusan dengan kemampuan yang dapat dipergunakan ketika terjun dalam masyarakat dan dunia kerja. Lembaga pendidikan formal yang berfungsi dalam mempersiapkan peserta didik untuk memiliki jiwa dan kemampuan beradarpasi dengan dunia kerja salah


(8)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seperti tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2013 bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu dimana pendidikannya berbasis pada pengembangan keahlian. SMK hendaknya dapat membentuk siswa untuk lebih kreatif, memiliki kemampuan dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menguasai kompetensi yang dapat menjadi bekal untuk dimanfaatkan di dunia kerja. SMK tidak hanya membentuk kemampuan kognitif, lebih dari itu membentuk mentalitas peserta didik yang terintegrasikan dengan kemampuan praktis, teoritis, maupun kompilasi keduanya. Dengan demikian SMK dapat menjembatani problematika dunia kerja tingkat menengah di Indonesia.

Namun demikian kenyataannya bahwa produktivitas SMK di Indonesia

masih belum optimal. Hasil kajian yang dikemukakan oleh Tilaar (Thomas, P, 2013, hlm. 66) bahwa dunia pendidikan Indonesia mengalami empat krisis pokok yaitu kualitas, relevansi eksternal, elitisme dan manajemen. Secara khusus relevansi eksternal SMK masih menjadi masalah, berkaitan dengan jumlah

pengangguran lulusan SMK di Indonesia yang masih cukup tinggi. Tingginya

kenaikan angka pengangguran terbuka dari lulusan SMK dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai sekitar 1.258.201 orang per Agustus 2013 atau naik sebesar 191.192 penganggur dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya seperti yang tergambar pada Tabel 1. 1.


(9)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1. 1

Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

No. Pendidikan Tertinggi Yang

Ditamatkan 2012 2013 2014

1 Tidak/belum pernah sekolah 85.374 81.432 74.898

2 Belum/tidak tamat SD 512.041 489.152 389.550

3 SD 145.2047 1.347.555 1.229.652

4 SLTP 1.714.776 1.689.643 1.566.838

5 SLTA Umum 1.867.755 1.925.660 1.962.786

6 SLTA Kejuruan 1.067.009 1.258.201 1.332.521

7 Diploma I,II,III/Akademi 200.028 185.103 193.517

8 Universitas 445.836 434.185 495.143

Sumber: Berita Resmi Statistik BPS, No.75/11/Th. XV, 5 November 2014

Di Jawa Barat pada bulan Februari 2015, lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah menempati angka pengangguran tertinggi sebesar 9.989.606 orang (37.23%). Selanjutnya pengangguran dari lulusan pendidikan menengah (SMA dan SMK) sekitar 5.275.046 orang (19.66%), sedangkan untuk penduduk yang bekerja daru lulusan pendidikan tinggi hanya sekitar 2.209.201 orang (8.23%).

Selain itu, jumlah pengangguran terbuka pada jenjang pendidikan menengah Provinsi Jawa Barat cukup tinggi sebesar 11.54% untuk lulusan SMA dan 11.67% untuk lulusan SMK. Sedangkan untuk tingkat pendidikan tinggi pengangguran terbuka hanya sebesar 4.71%.


(10)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1. 2

Penduduk Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan

Provinsi Jawa Barat (Februari 2015)

No. Pendidikan Bekerja Pengangguran Total TPT (%)

1 >= SD 9.356.213

(45,74%)

633.393 (33,76%)

9.989.606

(44,73%) 6,34

2 SMP 3.616.429

(17,68%)

436.623 (23,27%)

4.053.052

(18,15%) 10,77

3 SMA Umum 3.172.378

(15,51%)

413.773 (22,06%)

3.586.151

(16,06%) 11,54

4 SMA Kejuruan 2.102.668

(10,28%)

277.881 (14,81%)

2.380.549

(10,66%) 11,67 5 Diploma

I,II,III/Akademi 581.807 (2,84%) 33.838 (1,80%) 615.645

(2,76%) 5,50

6 Universitas 1.627.394

(7,96%)

80.416 (4,29%)

1.707.810

(7,65%) 4,71 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jabar No. 31/05/32. Tahun XVII

Menurut data dari BPS Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 (Pikiran-rakyat.com, diakses 11 Nopember 2014) jumlah pengangguran di Jawa Barat meningkat dalam setahun terakhir, semula pada tahun 2012 sebesar 9.08% pada tahun 2013 menjadi sebesar 9.22% atau mencapai 1.87 juta orang. Hingga tahun 2014 peningkatan jumlah pengangguran terus terjadi, jumlah angkatan kerja mencapai 21.006.139 orang. Meski begitu, jumlah pengangguran terbuka di Jawa Barat juga masih cukup tinggi yakni mencapai 1.775.196 orang (Tribunenews.com, diakses 11 Nopember 2014). Sementara itu pengangguran terbuka kota Bandung untuk tahun 2013 masih berada pada posisi 10,98% (Disnaker, Renstra Disnaker Kota Bandung 2013-2018, hlm. 65).

Taufiqur Rahman yang merupakan Kepala Bidang Sekolah Menengah dan Kejuruan Dinas Pendidikan dan Kebudayanan Kota Semarang mengakui daya serap industri terhadap lulusan SMK masih rendah. Ia mencontohkan, dari 4.549 lulusan SMK tahun 2014 baru 27 persen saja yang telah terserap lapangan kerja. Baru sekitar 1.464 lulusan SMK yang sudah dapat mengakes pekerjaan (Republika.co.id, diakses 11 Nopember 2014). Di Kota Bandung hingga Tahun 2014 Dinas Tenaga Kerja mencatat, bahwa terdapat 174.000 pencari kerja


(11)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menganggur tapi yang baru terserap hanya 1.600 orang. Jumlah angka tersebut diduga bertambah karena terdapat sejumlah perusahaan yang telah melakukan pemutusan hubungan kerja.. Berdasarkan prediksi dari Disnakertrans, dengan adanya pertumbuhan angkatan kerja 20% setahun, maka pengangguran di Kota Bandung akan menjadi 200.000 lebih (bandung.go.id, diakses 11 Nopember 2014).

Dilihat dari aspek keterserapan lulusan SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di kota Bandung masih belum optimal, hal ini bisa dilihat gambaran data yang ditampilkan pada Tabel 1. 3. berikut ini

Tabel 1. 3

Data Keterserapan Lulusan SMK Kota Bandung Tahun 2014

No Nama Sekolah Daya Serap Lulusan

Bekerja Lain-lain

1 SMK Negeri 1 Bandung 65% 35%

2 SMKN 3 Bandung 60% 40%

3 SMK Negeri 11 Bandung 55% 45%

4 SMK Muslimin 1 Bandung 71% 29%

5 SMK Bandung Selatan 2 3% 97%

6 SMK Taruna Ganesa 83,7% 16,3%

7 SMK Pelita Bandung 34% 66%

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung 2014(arsip keterserapan lulusan SMK Kota Bandung tahun 2014)

Selanjutnya hasil kajian Ditjen Pendidikan Menengah (2012), mengungkapkan data kuantitatif dan kualitatif yang berkaitan dengan kesenjangan antara lulusan SMK dengan dunia kerja, secara lebih rinci terlihat dari Tabel 1.4.

Tabel 1. 4

Gambaran Produktivitas SMK Tahun 2012

No Keterangan Lulusan SMK Persentase

1 Tidak melanjutkan ke perguruan tinggi 51,7%

2 Drop out 4,27%

3 Lulus Ujian Nasional (UN) 99,22%

Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam dokumen Renstra Ditjen Dikmen 2010 - 2014


(12)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan paparan data tersebut dapat disimpulkan produktivitas beberapa SMK di Kota Bandung pada bidang keahlian bisnis dan manajemen belum optimal. Banyaknya lulusan yang tidak dapat terserap oleh dunia usaha/dunia industri (DU/DI) dikarenakan mutu kompetensi lulusan yang belum optimal yang merupakan salah satu indikasi produktivitas sekolah.

Padahal di era globalisasi saat ini menuntut produktivitas sekolah yang tinggi untuk dapat bertahan ditengah-tengah persaingan yang sangat ketat. Penurunan produktivitas sekolah menghambat terhadap tercapainya peningkatan Indek Pembangunan Manusia (Human Development Index atau HDI). Seperti dijelaskan UNDP (2014), Indonesia menempati urutan ke 108 dari 187 negara, di bawah Singapura dengan urutan ke 9, Brunei urutan ke 30, Malaysia urutan ke 62 dan Thailand urutan ke 89. Demikian pula dilihat dari indek daya saing bangsa, berdasarkan The Global World Competitiveness Report 2012-2014 yang ditulis oleh Schwab (2014) Indonesia menempati urutan ke 50 dan pada tahun 2012-2013 peringkat Indonesia naik menjadi 38 pada tahun 2013-2014, walaupun demikian peringkat tersebut masih dibawah yang lainnya seperti Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand.

Tabel 1. 5

Data indek daya saing Bangsa Tahun 2013-2014 Country/Economy GCI 2012-2013 GCI 2013-2014

Rank Score Rank Change

Oman 33 4.64 32 -1

Chile 34 4.61 33 -1

Spain 35 4.57 36 1

Kuwait 36 4.56 37 1

Thailand 37 4.54 38 1

Indonesia 38 4.53 50 12

Sumber: The Global World Competitiveness Report 2012-2014

Berdasarkan data indek pembangunan manusia dan indek daya saing bangsa di atas, hal ini menunjukkan kondisi rendahnya mutu sumber daya manusia. Hal tersebut merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia dalam persaingan era globalisasi, karena faktor kualitas atau mutu SDM sangat menentukan kemampuan kompetitif di dalam era globalisasi. Apabila Bangsa


(13)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia memiliki keinginan untuk perperan dalam persaingan dunia global maka peningkatan mutu pendidikan nasional harus menjadi perhatian serius dengan menerapkan sistem pendidikan yang berkualitas. Untuk itu upaya peningkatan mutu SDM harus meliputi aspek intelektual, emosional, spiritual, kreativitas, moral dan tanggung jawab serta aspek-aspek lain secara komprehensif.

Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan, tentu saja perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan, salah satunya melalui perbaikan pengelolaan satuan pendidikan yang mengarah pada peningkatan kualitas sekolah dan diarahkan menjadi sekolah produktif sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dari segi kebijakan sesungguhnya sudah begitu banyak hal yang diupayakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas SMK, baik berupa regulasi maupun langkah-langkah kebijakan praksis lainnya. Dari segi kebijakan regulasi misalnya dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional, dan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Peningkatan produktivitas sekolah perlu didukung oleh anggota sekolah dengan melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai tuntutan dalam Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 12 Tahun 2007 bahwa guru sebagai penjamin mutu pendidikan di ruang kelas, sementara pengawas dan kepala sekolah adalah penjamin mutu pendidikan dalam wilayah yang lebih luas. Seperti yang diungkapkan oleh Usman (2010, hlm. 3) bahwa sekolah dinyatakan produktif jika memenuhi tiga syarat, diantaranya: (1) pelayanan administrasi memuaskan, (2) pelayanan edukatif yang mampu mengubah sikap, pengetahuan dan keterampilan secara bermakna dan berarti bagi peserta didik, dan (3) biaya sekolah yang relatif memadai dengan mutu pelayanan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui produktivitas sekolah bergantung pada kepemimpinan yang diterapkan di sekolah. Hasil penelitian


(14)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gomes (2009) menemukan bahwa untuk meningkatkan produktivitas dapat didukung dengan gaya kepemimpinan yang sesuai dan kemampuan kerja yang optimal serta motivasi kerja yang baik. Sedangkan Rois (dalam Komariah.A,

http://ejournal.unisba.ac.id diakses 12 Maret 2014) menyatakan faktor yang dapat menurunkan produktivitas adalah: (1) kinerja kepala sekolah yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas; (2) budaya organisasi sekolah yang belum kondusif; dan (3) kompetensi guru belum optimal, serta keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah. Saparudin (2012, hlm 18) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa kinerja kepala sekolah, budaya sekolah, kompetensi guru dan ketersediaan sarana sekolah berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas sekolah. Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor pendukung yang kuat dalam peningkatan produktivitas sekolah.

Selain kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru turut menjadi faktor lain penentu keberhasilan sebuah pendidikan, guru yang berkinerja tinggi mampu mengelola pembelajaran dengan baik sehingga sekolah dapat menghasilkan lulusan yang berkompeten sesuai dengan bidang keahliannya. Namun dalam pembelajaran di sekolah, guru bukan merupakan satu-satunya yang paling menentukan. Iklim sekolah yang kondusif dan kelengkapan fasilitas pembelajaran juga menjadi pendukung tinggi rendahnya produktivitas sekolah yang dihasilkan. Seperti yang disampaikan oleh Grambs dan Clarealam (Uno, 2007, hlm. 15) bahwa guru adalah ujung tombak keberhasilan sekolah terutama melalui pembelajaran yang berkualitas. Guru dianggap sebagai elemen kunci keberhasilan dalam sebuah sistem pendidikan khususnya di sekolah. Komponen kurikulum, sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya yang merupakan komponen lain tidak akan begitu berarti apabila tidak terjalin interaksi yang berkualitas antara guru dan peserta didik. Tanpa kinerja guru yang berkualitas maka semua komponen lain, terutama kurikulum tidak akan hidup dan sulit untuk mencapai produktifitas sekolah yang unggul.

Aspek selanjutnya adalah iklim sekolah, iklim sekolah merupakan suatu hubungan kultural antara faktor personal, faktor sosial dan kultural yang mampu mempengaruhi perilaku individu dan kelompok dalam sebuah lingkungan


(15)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah. Kondisi dan sikap masyarakat dalam lingkungan komunitas sekolah memiliki dampak pada iklim sekolah. Seperti yang disampaikan oleh Zakariah (2013, hlm. 66) bahwa iklim sekolah dipandang penting karena mempengaruhi pengajaran dan pembelajaran, sikap dan moral, kesehatan mental warga sekolah, produktivitas, perasaan mempercayai dan memahami, dan pembaharuan dan perubahan. Iklim yang kondusif sangat baik untuk pertumbuhan lingkungan belajar di sekolah, namun apabila terjadi konflik antara anggota sekolah, maka dapat dikatakan bahwa iklim sekolah tidak lagi kondusif.

Faktor lain yang mempengaruhi produktivitas sekolah adalah fasilitas pembelajaran. Ketersediaan dan pemanfaatan fasilitas pembelajaran yang optimal mampu mendukung kegiatan pembelajaran dengan baik, sekolah berkewajiban untuk menyediakan semua fasilitas yang mendukung implementasi kurikulum, diantaranya ruang laboratorium, ruang perpustakaan, fasilitas untuk olah raga, kesenian, dan fasilitas lainnya. Menurut The Liang Gie (2005, hlm. 33) untuk belajar yang baik hendaknya tersedia fasilitas belajar yang memadai antara lain tempat belajar, alat, waktu dan lain-lain. Hasil penelitian Glen (2006, hlm. 8) menyimpulkan “These differences between students in substandard buildings and students in above standard buildings were 14 percentile rank points on the composite achievement scores and as high as 15 and 17 percentile rank points”. Jadi pada dasarnya yang disebut dengan fasilitas pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses pembelajaran. Diharapkan dengan ketersediaan fasilitas pembelajaran yang memadai, proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dalam proses penyampaian materi belajar.

Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian terdahulu mengenai fenomena masalah yang diteliti dalam penelitian ini, maka diperlukan langkah strategis

melalui penelitian yang berjudul: “Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung”.


(16)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah Penelitian

Thomas, J. A (1971, hlm. 12) mengungkapkan bahwa produktivitas sekolah mencakup tiga fungsi: (1) the administrator’s production function, yaitu fungsi manajerial yang berkaitan dengan berbagai pelayanan untuk kebutuhan peserta didik dan guru; (2) the psychologist’s production function, yaitu fungsi behavioral

yang keluarannya merujuk pada fungsi pelayanan yang dapat mengubah perilaku peserta didik dalam kemampuan kognitif, keterampilan dan sikap, dan (3) the

economist’s production function, yaitu fungsi ekonomi yang keluarannya diidentifikasi dengan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi.

Menurut Sutermeister terdapat 32 faktor yang mempengaruhi produktivitas, salah satu diantaranya adalah kinerja (Sutermeister, 1976, hlm. 11). Sekolah harus dipahami sebagai satu kesatuan sistem pendidikan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling bergantung satu sama lain. Dengan demikian, pengembangan kompetensi pada diri siswa tidak dapat diserahkan hanya kepada kegiatan belajar-mengajar (KBM) di kelas, melainkan kepada iklim kehidupan dan budaya sekolah secara keseluruhan. Setiap sekolah sebagai suatu kesatuan diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar kepada seluruh siswanya.

Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap produktivitas sekolah, hasil penelitian Thomas, P (2013, hlm 55) dari lima variabel yang diteliti (mutu proses, kompetensi guru, budaya organisasi sekolah, pembiayaan, kepemimpinan, dan komite sekolah) faktor yang paling determinan adalah variabel kompetensi guru dalam mempengaruhi produktivitas sekolah sebesar 0,62 dan kepemimpinan kepala sekolah sebesar 0,47. Hal ini sesuai dengan pendapat Martono (2009, dalam Thomas, P 2013, hlm. 145 ), bahwa “guru sebagai unsur strategis dan sebagai ujung tombak dalam merealisasikan tujuan untuk mewujudkan produktivitas sekolah”. Artinya guru memiliki peran yang sangat penting dalam membangun produktivitas sekolah.

Berdasarkan hasil kajian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah seperti penuliskan gambarkan sebagai berikut :


(17)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber: Diadaptasi dari berbagai sumber (Hoy dan Miskel, 2008; Shannon & Bylsma, 2003; Scheerens and Bosker, 2008; Mortimore, 1996; Reynolds &

Cuttance,1993)

Gambar 1. 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Sekolah

Selanjutnya agar penelitian ini jelas dan konsisten sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, maka penulis memberikan batasan terhadap variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu variabel-variabel kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran. Dipilihnya variabel kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran dengan pertimbangan bahwa organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya (pimpinan). Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya. Jadi seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pemimpin berkewajiban


(18)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk membina, menggerakkan, mengarahkan semua potensi guru dilingkungannya agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan. Ketika pemimpin menunjukkan kepemimpinan yang baik, para guru akan berkesempatan untuk mempelajari perilaku yang tepat untuk berhadapan dengan pekerjaan mereka.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sebagaimana diungkapkan oleh Supriadi (2001, hlm. 346) bahwa kepala sekolah erat hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga terampil sangat membutuhkan seorang pemimpin yang mampu mengarahkan segala aktivitas para staf dan guru agar dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja. Dengan begitu, lulusan memiliki keahlian dalam bidang bisnis dan manajemen yang dapat diaplikasikan dalam pekerjaannya.

Keberhasilan sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan sangat tergantung pada pengelolaan sekolah yang difokuskan pada pembelajaran (learning). Guru merupakan ujung tombak dalam kegiatan pembelajaran, di bawah komando dan koordinasi pimpinan kepala sekolah. Gorp DV (2010, hlm. 5) mengemukakan “We believe that by enhancing your personal and leadership

skills, we can contribute to your success”. Belajar mengajar dan kepemimpinan sulit dipisahkan. Untuk memahami esensi belajar diperlukan pemahaman tentang esensi dari mengajar, untuk memahami esensi mengajar perlu pemahaman tentang kepemimpinan. Inti dari pendidikan adalah pembelajaran. Keberhasilan pendidikan terletak dalam keberhasilan pimpinan dan guru dalam mengelola pembelajaran, sebaliknya kegagalan pendidikan berawal dari kegagalan pimpinan dan guru dalam mengelola pembelajaran. Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pimpinan satuan pendidikan dituntut mampu menciptakan sekolah dan pembelajaran yang produktif dengan memfokuskan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran.


(19)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Produktivitas sekolah berkaitan pula dengan kinerja guru dalam pembelajaran. Dalam sistem pendidikan, guru adalah sumber daya utama dalam proses belajar mengajar, dimana proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa guru merupakan elemen kunci dalam menentukan perubahan atau peningkatan mutu pendidikan, guru merupakan faktor penting dalam meningkatkan produktivitas sekolah. Guru harus menampilkan kinerja yang terbaik khususnya dalam melaksanakan tugas dan perannya pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen untuk memberikan bekal keterampilan yang memadai sebagai bekal ketika siswa lulus dari SMK, baik pada aspek penyusunan perencanaan program pembelajaran, pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas maupun dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, dengan mengembangkan nilai-nilai budaya mutu dan membangun suasana pembelajaran yang bermutu, bermakna dan menyenangkan siswa oleh sebab itu diperlukan guru yang memiliki kinerja mengajar yang baik.

Iklim organisasi merupakan keadaan atau suasana di lingkungan organisasi yang diciptakan oleh interaksi antar pribadi (interpersonal relationship) yang berlaku, pola hubungan ini bersumber dari hubungan antara guru dengan guru lainnya atau hubungan antara guru dengan pimpinan sekolah atau sebaliknya pimpinan dengan guru. Melalui suasana iklim organisasi yang kondusif, guru akan merasa tenang dan nyaman, tidak ada rasa kekhawatiran yang ditakuti dalam bekerja, sehingga guru akan semakin kreatif dengan demikian produktivitas sekolah akan semakin baik. Iklim sekolah adalah kualitas dari lingkungan sekolah yang terus menerus dialami guru-guru mengenai lingkungan fisik dan non fisik pekerjaan yang menimbulkan kenyamanan dan kepuasaan dalam pekerjaan (Hoy dan Miskel, 2008, hlm. 189). Sehingga iklim sekolah yang kondusif di SMK dapat menumbuhkan semangat belajar siswa dalam mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimiliki agar dapat dipergunakan pada dunia kerja, serta mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh anggota SMK.

Faktor lain yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah fasilitas pembelajaran. Fasilitas pembelajaran merupakan salah satu unsur pendidikan


(20)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang penting dan merupakan kebutuhan vital bagi terselenggaranya proses pendidikan yang berkualitas. Tanpa ditunjang oleh fasilitas pembelajaran yang memadai sulit diharapkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu tinggi pada SMK yang mengedepankan dalam mempersipkan lulusan untuk menguasai bidang keahliannya termasuk pengusaan dalam bidang teknologi informasi yang hanya dapat ditunjang dengan adanya fasilitas pembelajaran yang memadai.

Berdasarkan kajian teori dan identifikasi masalah belum optimalnya produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen, dapat dirumuskan sub-sub masalah yang berpengaruh terhadap produktivitas sekolah yaitu kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran. Dengan demikian rumusan masalah menggambarkan seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran baik secara parsial maupun secara bersama-sama maupun terhadap SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di kota Bandung. Secara operasional rumusan masalah tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung?

2. Adakah pengaruh kinerja mengajar guru terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung?

3. Adakah pengaruh iklim sekolah terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung?

4. Adakah pengaruh fasilitas pembelajaran terhadap SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung?

5. Adakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran secara bersama-sama terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas


(21)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran terhadap produktivitas SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen di Kota Bandung, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk :

1. Menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

2. Menganalisis pengaruh kinerja mengajar guru terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

3. Menganalisis pengaruh iklim sekolah terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

4. Menganalisis pengaruh fasilitas pembelajaran terhadap produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

5. Menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap produktivitas SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen di Kota Bandung.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat diantaranya adalah manfaat teoritis, dapat dijadikan bahan pengembangan teoritik. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal peningkatan produktivitas sekolah di SMK.

Manfaat dari segi praktis, memperkaya bukti-bukti empiris tentang produktivitas SMK melalui faktor-faktor kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen.

Dari segi kebijakan, diharapkan mampu memberikan pandangan dan masukkan dalam membangun kebijakan untuk mengembangkan produktivitas sekolah melalui kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen.

Dari segi isu serta aksi sosial, diharapkan mampu memotivasi dan menggerakkan setiap anggota sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam membanagun dan meningkatkan produktivitas sekolah sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab setiap anggota sekolah.


(22)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Struktur Organisasi Disertasi

Sistematika penulisan disertasi yang digunakan dalam penelitian disertasi ini diuraikan ke dalam lima bab, yaitu :

Bab I merupakan bab Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat/Signifikansi Penelitian, dan Struktur Organisasi Disertasi.

Bab II menguraikan landasan konseptual yang bersumber dari berbagai teori yang relevan yang berhubungan dengan Produktivitas sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran. Dalam bab II juga dikemukakan kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian.

Dalam bab III diuraikan tentang pendekatan penelitian, lokasi, populasi dan sampel penelitian, operasional variabel, jenis dan sumber data, instrument penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, proses pengembangan instrument, uji validitas, reliabilitas, normalitas serta linieritas, prosedur dan tahapan penelitian mulai dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan akhir.

Bab IV berisi mengenai hasil penelitian tentang gambaran aktual tentang produktivitas SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen di Kota Bandung. Disamping berisi deskripsi variabel penelitian maka pada bab IV juga berisi analisis pengaruh variabel kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap produktivitas SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen di Kota Bandung.

Simpulan dan rekomendasi disajikan di bab V yang merupakan bab penutup.


(23)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung


(24)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang masalah, inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah produktivitas SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung.

2. Populasi Penelitian

Pagano dan Kim (2009, hlm. 10) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu. Objek psikologis dapat merupakan objek yang bisa diraba/kongkret (tangible) maupun yang abstrak (untangible). Sugiyono (2013, hlm. 57) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang menjadi subjek atau objek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Sudjana (2007, hlm. 161) menjelaskan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif ataupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Berdasarkan pengertian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang akan dipelajari dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung.


(25)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Bandung tahun 2014, terdapat 66 SMK bidang Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung ditentukan sebagai populasi SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung. Nama dan alamat SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung sebagai berikut :

Tabel 3. 1

Populasi SMK bidang keahlian Bisnis Dan Manajemen Di Kota Bandung

NO. NAMA SEKOLAH STATUS Akreditasi Jumlah Guru

Produktif

1. SMK Negeri 1 Bandung Negeri A 67

2. SMK Negeri 3 Bandung Negeri A 55

3. SMK Negeri 11 Bandung Negeri A 105

4. SMK Profita Bandung Swasta A 37

5. SMK BPI Bandung Swasta A 16

6. SMK Pasundan 4 Swasta A 20

7. SMK Ma’ arif BANDUNG Swasta B 13

8. SMK Pelita 1 Bandung Swasta A 26

9. SMK Pelita 2 Bandung Swasta A 21

10. SMK Merdeka Bandung Swasta A 28

11. SMK Muslimin Bandung Swasta A 24

12. SMK Taman Siswa Bandung Swasta A 23

13. SMK Indonesia Raya Bandung Swasta A 32

14. SMK Daarut Tauhiid Swasta B 35

15. SMK BPP Bandung Swasta A 21

16. SMK Bina Sarana Cindekia Swasta A 36

17. SMK Bina Warga Bandung Swasta A 36

18. SMK Kencana Bandung Swasta A 40

19. SMK Muhammadiyah 1 Bandung Swasta A 17

20. SMK Puragabaya Swasta B 21

21. SMK Cipta Skill Swasta B 27

22. SMK Aqua Vitae Swasta B 25

23. SMK YPKKP Swasta B 20

24. SMK Pahlawan Toha Swasta B 27

25. SMK Galuh Pakuan Swasta B 16

26. SMK Bandung Selatan 2 Bandung Swasta A 28

27. SMK Nasional Swasta A 19

28. SMK Sumatra 40 Bandung Swasta B 18

29. SMK Putra Pajajaran Swasta A 24

30. SMK Bahagia Swasta B 26

31. SMK Kiansantang Swasta A 30

32. SMK Otista Swasta B 25

33. SMK Plus Muhajirin Swasta B 27

34. SMK Pasundan 3 Swasta A 39

35. SMK Bina Dharma Swasta B 33

36. SMK Nusantara Raya Swasta A 31

37. SMK Mutiara Swasta B 43

38. SMK Bina Insan Mulia Swasta A 40

39. SMK Taruna Ganesha Swasta B 23

40. SMK ICB Swasta A 42


(26)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NO. NAMA SEKOLAH STATUS Akreditasi Jumlah Guru

Produktif

42 SMK Lppm - RI 1 Bandung Swasta B 19

43 SMK Pasundan 1 Bandung Swasta B 21

44 SMK Negeri 16 Bandung Swasta Belum

Terakreditasi 25

45 SMK Muhammadiyah 2 Cibiru Swasta A 18

46 SMK Karya Bhakti Swasta B 25

47 SMK Karya Pembangunan 2 Bandung Swasta B 25

48 SMK Muhammadiyah 4 Bandung Swasta B 18

49 SMK Yasri Swasta A 27

50 SMK Budhi Cendekia Swasta B 19

51 SMK Prima Niaga Swasta B 26

52 SMK Prima Niaga Swasta B 18

53 SMK Setia Bhakti Swasta B 28

54 SMK Pgri Bandung Swasta B 21

55 SMK Tadika Puri Bandung Swasta B 19

56 SMK Bina Profesi Swasta A 21

57 SMK Buana Karya Swasta B 117

58 SMK Al Hadi Bandung Swasta B 18

59 SMK Mvp Ars Internasional Swasta A 22

60 SMK Medikacom Swasta A 27

61 SMK Nurul Hidayah Swasta A 23

62 SMK Dhyana Sakti Bandung Swasta B 18

63 SMK Persis 02 Swasta B 19

64 SMK Bina Sarana Cendekia Swasta B 17

65 SMK ICB Cinta Niaga Bandung Swasta B 19

66 SMK Pelita Bandung Swasta B 17

Sumber: Data Pokok SMK Versi 6.0 tahun 2013 dan data hasil survey lapangan 2015

3. Sampel Penelitian

Sudjana (2007, hlm. 161) menerangkan bahwa sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu. Pagano dan Kim (2009, hlm. 11) adalah segala sesuatu yang oleh peneliti dijadikan kesatuan (unit) yang nantinya akan menjadi objek pemilihan sampel. Ia merupakan subset dari populasi. Menurut Cochran (2011, hlm. 12) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari populasi. Berdasarkan pengertian para pakar yang telah diuraikan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sampel adalah objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu, yang diambil atau dipilih dari populasi dengan teknik pengambilan sampel tertentu.

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari SMK Bisnis dan Manajemen bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung. Besar sampel pada penelitian ini


(27)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditentukan dengan rumus Taro Yamane atau Slovin (dalam Riduwan, 2008, hlm. 65), sebagai berikut

� = � ��² + 1

Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi (66 SMK Bisnis dan Manajemen) d = presisi sampel terhadap populasi (10%)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh minimal ukuran besar sampel sebanyak 39,7 dibulatkan menjadi 40 SMK Bisnis dan Manajemen. Pengambilan sampel pada penelitian ini akan dilakukan dengan teknik random sampling. Pengambilan secara random ditujukan untuk memberikan peluang yang sama kepada setiap SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung untuk diambil sebagai sampel pada penelitian ini.

Adapun langkah-langkah teknik random sampling adalah sebagi berikut :

1) Menentukan ukuran besar sampel minimal dengan menggunakan rumus sampel Taro Yamane atau Slovin, diperoleh ukuran besar sampel minimal sebanyak 40 SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen

2) Membuat kerangka (frame) sampel SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen sebanyak 66 SMK Bisnis dan Manajemen.

Tabel 3. 2

Sampel SMK Bidang Keahlian Bisnis Dan Manajemen Di Kota Bandung

No Nama Sekolah STATUS Akreditasi

Jumlah Guru Produktif

1 SMK Negeri 1 Bandung Negeri A 67

2 SMK Negeri 3 Bandung Negeri A 55

3 SMK Negeri 11 Bandung Negeri A 105

4 SMK Profita Bandung Swasta A 37

5 SMK BPI Bandung Swasta A 16

6 SMK Pasundan 4 Bandung Swasta A 20


(28)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Nama Sekolah STATUS Akreditasi

Jumlah Guru Produktif

8 SMK Pelita 1 Bandung Swasta A 26

9 SMK Pelita 2 Bandung Swasta A 21

10 SMK Merdeka Bandung Swasta A 28

11 SMK Muslimin 1 Bandung Swasta A 24

12 SMK Taman Siswa Bandung Swasta A 23

13 SMK Indonesia Raya Bandung Swasta A 32

14 SMK Daarut Tauhid Bandung Swasta B 35

15 SMK BPP Bandung Swasta A 21

16 SMK Bina Sarana Cendikia Swasta A 36

17 SMK Bina Warga Bandung Swasta A 36

18 SMK Kencana Bandung Swasta A 40

19 SMK Muhammadiyah 1 Bandung Swasta A 17

20 SMK Puragabaya Bandung Swasta B 21

21 SMK Cipta Skill Bandung Swasta B 27

22 SMK Aqua Vitae Bandung Swasta B 25

23 SMK YPKKP Bandung Swasta B 20

24 SMK Pahlawan Toha Bandung Swasta B 27

25 SMK Galuh Pakuan Bandung Swasta B 16

26 SMK Bandung Selatan 2 Swasta A 28

27 SMK Nasional Bandung Swasta A 19

28 SMK Sumatra 40 Bandung Swasta B 18

29 SMK Putra Pajajaran 1 Bandung Swasta A 24

30 SMK Bahagia Bandung Swasta B 26

31 SMK Kiansantang Bandung Swasta A 30

32 SMK Otista Bandung Swasta B 25

33 SMK Plus Muhajirin Bandung Swasta B 27

34 SMK Pasundan 3 Bandung Swasta A 39

35 SMK Bina Dharma Bandung Swasta B 33

36 SMK Nusantara Raya Bandung Swasta A 31

37 SMK Mutiara Bandung Bandung Swasta B 43

38 SMK Bina Insan Mulia Bandung Swasta A 40

39 SMK Taruna Ganesha Bandung Swasta B 23

40 SMK ICB Cinta Niaga Bandung Swasta A 42

TOTAL 1.236

Sumber: Data Pokok SMK Versi 6.0 tahun 2013 dan data hasil survey lapangan 2015

B. Desain Penelitian

Sastroasmoro (2008, hlm. 52) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan desain penelitian dalam arti luas adalah mencakup pelbagai hal yang dilakukan oleh peneliti, mulai


(29)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari identifikasi masalah, perumusan hipotesis, operasionalisasi hipotesis, sampai pada analisis data. Sedangkan desain penelitian dalam arti sempit adalah mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan demikian maka desain penelitian merupakan wahana untuk mencapai tujuan penelitian, yang juga berperan sebagai rambu-rambu yang akan menuntun peneliti dalam melaksanakan proses penelitian.

Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan, pengolahan dan analisis data saja. Dalam pengertian yang lebih luas, desain penelitian mencakup perencanaan penelitian dan pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian. Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi masalah, pemilihan serta rumusan masalah sampai dengan rumusan hipotesis serta kaitannya dengan teori dan kepustakaan yang ada. Proses selebihnya merupakan tahap operasional dari penelitian.

Memperhatikan tujuan penelitian yakni mendapatkan bukti empiris fakta aktual serta mengkaji variabel produktivitas sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran pada SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung, maka untuk mencapai tujuan penelitian ini, desain penelitian yang relevan yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif (deskriptif research) dengan pendekatan kuantitatif. Salah satu alasan digunakannya desain penelitian deskriptif adalah bahwa penelitian ini berupaya mengungkap gambaran aktual tentang produktivitas sekolah,. kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran. Serta menguji hipotesis antara variabel kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap produktivitas sekolah.

Menurut Sukmadinata (2011, hlm. 71) penelitian deskriptif ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia, Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain. Dalam penelitian deskriptif mencakup : 1) studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu; 2) studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimalisasikan bias dan memaksimalkan reliabilitas. Sedangkan menurut Sugiyono (2013, hlm. 14) bahwa pendekatan penelitian kuantitatif didasarkan pada paradigma positivisme. Asumsi paradigma positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur dan


(30)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang refresentatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisir pada populasi dimana sampel tersebut diambil.

C. Metode Penelitian

Metode merupakan teknik atau cara tertentu yang digunakan sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan penelitian. Menurut Irawan (2007, hlm. 101) disebutkan bahwa

“metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data”. Dalam hal ini untuk memperoleh fakta fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan keterangan faktual tentang produktivitas sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran pada SMK bidang keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung. Penelitian survei dapat digunakan dengan maksud untuk : 1) penjajagan (eksploratif); 2) deskriptif (gambaran); 3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; 4) evaluasi; 5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang; 6) penelitian operasional dan 7) pengembangan indikator-indikator sosial. Masih menurut Irawan (2007), dalam penelitian survei dengan kuesioner diperlukan responden dalam jumlah yang cukup agar validitas temuan tercapai dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa metoda survei yang dilakukan pada penelitian ini adalah untuk mengungkapkan hubungan kausal antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1), kinerja mengajar guru (X2), iklim sekolah (X3), fasilitas pembelajaran (X4), dan produktivitas sekolah (Y).

Penelitian yang merujuk pada metode eksplanasi tersebut, menggunakan pendekatan kuantitatif. Alasan digunakannya pendekatan kuantitatif adalah bahwa pada penelitian ini digunakan untuk meneliti tentang produktivitas sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah, dan fasilitas pembelajaran pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat induktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis


(31)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan dengan menggunakan instrumen penelitian. Data yang terkumpul dari lapangan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan inferensial sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dirumuskan dapat dibuktikan atau tidak. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara random, sehingga kesimpulan dapat digeneralis.

Tahapan Kegiatan Penelitian yang dilakukan adalah (1) Persiapan Penelitian, Pada tahap persiapan penulis mempelajari persoalan yang berkaitan dengan masalah utama penelitian yakni tentang produktivitas sekolah, baik secara empirik maupun teoritik. Selanjutnya penulis mengembangkan kerangka pemikiran secara komprehensif dalam kaitannnya dengan masalah dan pemecahannya. Disamping itu pada tahap persiapan penulis juga mengkaji secara mendalam dari kajian pustaka tentang produktivitas sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran. Selanjutnya penulis merumuskan masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta merumuskan hipotesis. Pada tahap berikutnya penulis menyusun rancangan instrumen penelitian yang akan dipergunakan pada pengumpulan data. (2) Penyusunan Instrumen Penelitian, Penyusunan instrumen penelitian dilakukan dengan merujuk pada konsep teori yang digunakan dan kondisi empiris di lapangan instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dengan skala pengukuran ordinal. (3) Pengumpulan data, Pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan instrumen (kuesioner) terhadap sejumlah responden yang telah ditetapkan. Untuk menjaga agar pada penelitian ini mendapatkan data yang bisa dipertanggungjawabkan dan bisa diolah dan dianalisis, maka pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri, dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan yang jelas terkait dengan seluruh pertanyaan yang akan diajukan kepada responden. Disamping itu penulis melakukan studi kepustakaan, dokumentasi, observasi terhadap masalah yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dipelajari. (4) Pengolahan dan Analisis Data, Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif, hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan frekuensi masing-masing variabel penelitian yang terdiri dari variabel produktivitas sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran , di samping itu dilakukan pula analisis dengan statistik inferensial, hal ini untuk menguji hipotesis serta mengungkap makna hasil uji hipotesis.


(32)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis Multiple regresi (regresi berganda). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan program SPSS versi 13. (5) Kesimpulan dan rekomendasi, Hasil uji hipotesis dan temuan penelitian yang diperoleh dibahas dan dimaknai (diinterpretasikan) sesuai dengan analisis yang dilakukan. Selanjutnya penulis merumuskan temuan penelitian. Temuan penelitian inilah yang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan dan rekomendasi.

D. Definisi Operasional

Masri dan Sofian (2003, hlm. 23) definisi operasional variabel adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur. Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga ia dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut.

Dalam penelitian ini telah ditetapkan sejumlah variabel yang termasuk ke dalam variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan fasilitas pembelajaran yang mempengaruhi produktivitas sekolah (variabel dependen).

1. Produktivitas Sekolah

Produktivitas sekolah merupakan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya untuk mewujudkan tujuan sekolah. Produktivitas sekolah adalah kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal baik fungsi ekonomis, politis, sosial, budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi sosial sekolah salah satunya adalah sebagai media bagi peserta didik yang beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi ekonomi sekolah adalah seperti memberi bekal kepada peserta didik agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup sejahtera. Fungsi politis sekolah salah satu fungsinya adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Fungsi budaya sekolah adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan transmisi dan transformasi budaya, sementara fungsi pendidikan adalah sekolah sebagai wahana bagi peserta didik untuk proses pendewasaan dan pembentukkan kepribagian saat ini dan yang akan datang. Produktivitas sekolah pada penelitian ini dilihat dari tiga dimensi yaitu the administrator’s function, the


(33)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

psychologist’s production function, dan the economist’s production function. (Thomas, J. A, 1971; Hoy & Miskel, 2008, Mali, 1978)

Tabel 3. 3

Definisi Operasional Variabel Produktivitas

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator Produktivitas

Sekolah (Thomas, J. A, 1971; Hoy & Miskel, 2008, Mali, 1978)

A.Fungsi Produksi Administrator

1. Mutu mengajar guru

2. Kelancaran pelayanan belajar

3. Pelayanan guru terhadap siswa

4. Kepuasan siswa

5. Kenyamanan ruang kelas

6. Penggunaan fasilitas sekolah oleh peserta didik 1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan kurikulum 2. Melaksanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 3. Melaksanakan evaluasi pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 1. Melaksanakan pembelajaran sesuai jadual

2. Perubahan jadual pembelajaran dilakukan sebelumnya 1. Memberikan pelayanan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa 2. Memberikan layanan

pembelajaran di luar jam kerja

3. Layanan bimbingan dilakukan pada jam kerja

1. Memberikan perhatian kepada kebutuhan guru

2. Memberikan bimbingan kepada siswa

1. Memberikan perhatian terhadap kenyamanan ruang kelas

2. Melengkapi ruang kelas dengan peralatan pembelajaran

1. Memberikan kemudahan

penggunaan fasilitas sekolah

2. Fasilitas sekolah dapat digunakan di luar jam sekolah

B. Fungsi Produksi Psikologis

1. Fungsi pelayanan dalam mengubah kemampuan kognitif

1. Pelayanan pembelajaran diarahkan pada


(34)

A.Sobandi, 2015

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN: Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran terhadap Produktivitas SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator peserta didik

2. Fungsi pelayanan dalam mengubah kemampuan sikap peserta didik

3. Fungsi pelayanan dalam mengubah kemampuan keterampilan peserta didik peningkatan pengetahuan siswa 2. Pelayanan pembelajaran diarahkan pada prestasi akademik siswa 1. Pelayanan pembelajaran diarahkan pada perubahan sikap kreatif sesuai bidang ilmunya 2. Pelayanan pembelajaran diarahkan pada perubahan sikap mencintai bidang keilmuannya 1. Pelayanan pembelajaran diarahkan pada penguasaan ketrampilan sesuai bidang ilmunya. 2. Pelayanan pembelajaran diarahkan pada penguasaan ketrampilan seperti didunia kerja C. Fungsi Produksi Ekonomis

1. Daya serap lulusan

2. Lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi 3. Prestasi akademik

peserta didik

1. Lulusan diserap oleh dunia kerja lebih dari 80%

2. Lulusan bekerja sesuai bidang keilmuanya 3. Melakukan

pemantauan lulusan secara berkala 1. Setiap tahun lulusan

diterima di PT

1. Nilai rata-rata Ujian Nasional peserta didik lebih dari rata-rata nasional

2. Prestasi akademik dan non akademik peserta didik menunjukkan peningkatan


(1)

Hamalik. (2004). Media pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hasibuan, M. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Heidjrachman, S. H. (2008). Manajemen Peronalia. Yogyakarta: BPFE.

Herawan, E. & Nasihin, S. (2005). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Hersey, P & Blanchard, K. H. (2005). Management of Organizational Behavior. New York: Prentice Hall. Inc.

Hickman. (1996). Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

House R. J. (1971). A Path-Goal Theory of Leader Effectiveness. Administrative Science Quarterly, 16, 321-338.

Hoy, W. K. & Miskel, C. G. (2008). Educational Administration Theory, Research, And Practice6th ed., International Edition, Singapore: McGraw-Hill Co.

Huber, S. G. (2005). School Leadership And Leadership Development Adjusting Leadership Theories and Development Programs to Values and The Core Purpose of School.

Journal of Educational Administration. 42. (6). Hlm. 669-684.

Irawan, P. (2007). Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Departemen Ilmu Adminstrasi FISIP UI.

Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kartono, K. (2006). Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kast & Rosenzweig. (1995) Organisasi Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia (Drs. A,

Hasymi AH). Jakarta: Bumi Aksara.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam dokumen Renstra Ditjen Dikmen 2010 – 2014.

Kerlinger, F. N. (1995). Asas-asas Panelitian Behavioral (Alih Bahasa: Landung R. Situmorang dan H.J. Koesoemanto). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Koh, W.L., dkk. (2005). The Effect of Transformational Leadership on Teacher Attitudes and

Student Performance in Singapore. Journal of Organizational Behavior, 16: 319-333. Komariah, A & Triatna, C. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta:

Bumi Aksara.

Komariah, A. Kepemimpinan Transformasional, Iklim Sekolah, Kinerja Mengajar Guru Dan Produktivitas Sekolah. http://ejournal.unisba.ac.id diakses 12 Maret 2014.

Kowalski. (2004). Planning and Managing Facilities. USA: Greenwood Publishing Group. Inc.

Kusumastuti, D. (2001). Manajemen Sistem Pengembangan Swnber-daya Dosen sebagat Penjamin Mutu di Perguruan Tinggi (Studi tentang Pengaruh Kompetemi Individu terhadap Kinerja Dosen ycmg Berorientasi pada Mutu dengan Moderator Iklim Organisasi dan Dukungan Sumber-daya di ITB. Disertasi. UPI Bandung. Tidak diterbitkan.


(2)

Kuswana, W. S. (2005). Konsep Model, Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran,

Materi Pelatihan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, Bandung: UPTD Balai Pelatihan Guru.

Kutner, dkk. (2004). Applied Linear Regression Models. Fourth Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc..

Leithwood, K. A. & Riehl, C. (2005). What We Know About Succesfull School Leadership, PA: Laboratory for Student Success. Philadelphia: Temple University.

Leithwood, K. dkk. (2006). Successful school leadership: What it is and how it influences pupil learning. Nottingham, UK: National College for School Leadership and Department for Education and Skills.

Levin, Harry. 1973. “Literature as an Institution”. Dalam Elizabeth and Tom Burns. Sociology of Literature and Drama. Middlesex: Penguin Books.

Litwin, G. H. & Stringer, R. A. (2002). Motivation and Organizational Climate, Boston: Harvard University Press.

Luthans, F. (2007). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

MacBeath, J & Mortimore, P. (2005). Improving School Effectiveness. Buckingham: Open University Press.

Mali, P. (1978). Improving Total Productivity; MBO Strategy for Business, Government, and Non Profit Organization. New York: John Wiley & Sons.

Masri, S. & Sofian, E. (2003). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Mejia, dkk. (2004). Managing Human Resources. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Mondy & Noe. (1993). Human Resource Management (5rded.). Massachusetts: Allyn and Bacon.

Mortimore, P. (1996). School Effectiveness and the Management of Effective Learning and Teaching. School Effectiveness ans School Improvement Journal. 4 (4).

Mukhtar & Iskandar. (2009). Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gauhng Oersada Press.

Mujiasih, E & Ratnaningsih, I.Z. (2012). Meningkatkan Work Engagement Melalui Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Budaya Organisasi. http://eprints.unisbank.ac.id/464/1/ARTIKEL-55.pdf [online: akses

September 2012].

Nasution, M. N. (2005). Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nawawi. H. (2006). Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Haji Masagung.

Pagano, M & Kim, G. (2009). Principles of Biostatistics. California: Cengage Learning, Inc. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas

Sekolah/Madrasah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Nomor 16 tahun


(3)

Pidekso, YS & Harsiwi. (2001). Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Karateristik Personal Pemimpin, Jurnal Kinerja, vol 5, No 1 hal 70-81.

Pikiran Rakyat. (2013). Angka Pengangguran di Jawa Barat Meningkat [Online] Tersedia:

http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2013/11/24 /259785/angka-pengangguran-di-jawa-barat-meningkat [5 Desember 2014].

Pidarta, M. (2010). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Prosser, C. A & Quigley, T. H. (1950). Vocational Education in a Democracy. Revised Edition. Chicago: American Technical Society.

Purwanto. N. (2012). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Rarick, C. A., & Baxter, G. (2006). Behaviorally anchored rating scales (BARS): An effective performance appraisal approach. SAM Advanced Management Journal, 51 (1): 36-39. Robert, E. W. (1966). Educational Administration. Colombus. Ohio: Merril Books, Inc.

Ranftl. (2000). Tujuh Kunci untuk Produktivitas Tinggi, dalam Timpe, A. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Produktivitas. Jakarta: Gramedia.

Republika. (2014). Daya Serap Industri Terhadap Lulusan SMK Masih Rendah [Online] Tersedia: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction /14/11/03/nefvon-daya-serap-industri-terhadap-lulusan-smk-masih-rendah [5 Desember 2014]

Reichers. A.E. & Schneider. B. (2009). Climate and culture: An Evolution of Constructs. In B. Schneider (Ed.). Organizational climate and culture. San Francisco: Jossey-Bass. Reynolds, D & Cuttance, P. (1993). School Effectiveness: Research, Policy, and Practice,

(school development series). USA : London WC2R OBB. Riduwan. (2008). Dasar-dasar Slatistika. Bandung: Alfabeta.

Rivai, V. (2007). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Robbins, S. P. (2005). Organizational Behavior, New Jersey: Pearson Education

International.

Robbins, S. P & Coulter, M. (2010). Manajemen (edisi kesepuluh). Jakarta: Erlangga.

Rock, D. (2006). Quiet Leadership: Six Steps to Transforming Performance at Work. Harper Collins.

Rohiat. (2008). Menejemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik Dilengkapi dengan Contoh Rencana Strategi dan Rencana Operasional. Bandung: Refika Aditama.

Rogga, K. (2001). Human resource practices, organizational climate, and costumed, satisfaction. Journal of management. Available at: web http: // Find articles.

Rois. (2003). Perilaku Organisasi. Malang: Bayu Media.

Rooijakkers. (2003). Mengajar Dengan Sukses Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Rusyan, T. A. (2000). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali Press.


(4)

SK Mendiknas No. 053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaraan sekolah bidang pendidikan dasar dan menengah Sadilin, S. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia.

Safaria, T. (2004). Kepemimpinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sagala. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. Sallis. E. (2008). Total Quality Managemen In Education. Jogjakarta: Eresco.

Saparudin, Y. (2012). Pengembangan Produktivitas Madrasah. Jurnal Administrasi Pendidikan. Vol XIII No 2 2012: 16-25

Sastroasmoro. (2008). Dasar dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Satori, D. (2000). Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekola.Makalah. Bandung: Jurnal PPS UPI.

Scheerens, J. & Bosker, R. J. (2008). The Foundation of Education Effectiveness. New York: Pergamon Press.

Schuler, R. S. & Jackson, S. E. (1996), Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke 21. Jilid 2. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Schwab, K. (2014). The Global Competitiveness Report 2013–2014. World Economic Forum.

Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Sergiovanni. (2006). The Principalship: A Reflective Practice Perspective. Boston: Allyn & Bacon.

Shannon, G. S & Bylsma, P. (2003). Nine Characteristics of High-Performing Schools. Office of Superintendent of Public Instruction. San Francisco: Jossey Bass.

Shadur, dkk. (2009). The Relationship Between Organizational Climate and Employee Perception of Involvement. Group and Organizational Management.

Siagian, S. P. (2006). Teori dan Praktik Kepemimpinan. Jakarta: Gunung Agung.

Simamora. (2006). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: STIE YKPN Yogyakarta. Simon, D. (2005). Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen.Jakarta: Depdikbud.

Sinungan. (2005). Produkitivitas apa dan bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara.

Siswanto. (2003). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, edisi 2. Jakarta: PT Bumi Aksara. Steers, R. M. & Porter, L. W. (2011). Motivation and work behavior, 3rd. Singapore: Mc

Graw-Hill.

Stoner, J.A.F., Freeman, R.E., dan Gilbert, D.R. (2005). Management Edisi ke-13. New Jersey: Prentice Hall.

Stringer, R. (2002). Leadership and Organizational Climate. New Jersey: Prentice Hall. Sudjana. (2007). Metode Statistik. Bandung: PT. Tarsito.


(5)

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remana Rosdakarya.

Sulistiyani, A. T & Rosidah. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulistyorini. (2001). Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1) 62 70.

Sulthon. (2009). Membangun Semangat Kerja Guru. Yogjakarta: LeksBang Pressindo. Sumantri. S (2012). Prilaku Organisasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Supriadi, D. (2001). Mengangkat Citra Dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya. Surya, M. (2005). Bunga Rampai Guru dan Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.

Sutermeister, R. A. (1976). People and Productivity. Third Edition. New York: Mc.Graw Hill Book Company.

Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.

Syamsuddin A. (2006). Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan, Pedoman dan Intisari Perkuliahan (Handout), Bandung: PPS IKIP.

Syaodih, N. S. (2006). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tannenbaum & Schmidt. (2007). How To Choose A Leadership Pattern. Dalam Harvard business Review, Business Classics Fifteen Key Concepts For Managerial Sciences. Terry, G. R. (2006). Asas-Asas Manajemen. Terjemahan Winardi. Bandung: Mandar Maju. The Liang Gie, (2005). Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Liberty.

Thomas, J. A. (1971). The Productive School - A System Analysis Approach Educational Administration. New York: John Willy & Sons Inc.

Thomas, P. (2013). Faktor Determinan Produktivitas Sekolah. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 17 Nomor 1, 2013.

Timpe. (2000) A. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Produktivitas. Jakarta: Gramedia. Tribunenews.com (2014). Pengangguran Terbuka di Jabar masih tinggi [Online] Tersedia:

http://www.tribunnews.com/regional/2014/11/09/pengangguran-terbuka-di-jabar-masih-tinggi [5 Desember 2014].

Udin, S. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

UNDP. (2014). Human Development Index 2014. [Online] Tersedia:

http://www.undp.org/content/undp/en/home/librarypage/hdr/2014-human-development-report.html [5 Desember 2014].

Uno, H. B. (2007). Model pembelajaran, menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Usman, H. (2010). Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wahab. (2008). Anatomi Organisasi Dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Wahjosumidjo. (2004). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretik dan

Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Wirawan. (2009). Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press.

Yukl, G. (2009). Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta: Indeks. Yuniarsih. T dkk. (1998). Manajemen Organisasi. Bandung: Ikip Bandung Press.

Zakariah. M. (2013). Iklim Sekolah Yang Kondusif Berbasis Konsep Manajemen Kelas.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMAHAMAN KURIKULUM, MOTIVASI KERJA, DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMK BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN DI KABUPATEN SEMARANG

0 30 148

HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMK NEGERI BISNIS MANAJEMEN KOTA MEDAN.

0 1 39

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA BANDUNG.

0 7 57

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA MENGAJAR GURU, PENGELOLAAN FASILITAS PEMBELAJARAN, DAN PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP MUTU KOMPETENSI LULUSAN SMK BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN DAN BISNIS DI KOTA BANDUNG.

1 12 103

PRODUKTIVITAS SEKOLAH(Ditinjau dari Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah Produktivitas Sekolah (Ditinjau dari Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah dan Motivasi Kerja di MTs Negeri Kabupaten Pati).

0 1 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH : Studi pada Sekolah Menengah Pertama di Kota Cirebon.

1 3 51

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA.

0 3 79

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI : Studi Deskriptif Analitis tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala sekolah, Pembiayaan Sekolah, Fasilitas Belajar, Kinerja Mengajar Guru dan Mutu Pembelajaran terhadap Produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Bara

0 11 108

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU.

0 1 10

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMA NEGERI DAN SWASTA DI KOTA BANDUNG.

0 1 57